25
Kejang Demam pada Anak Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510 Marco 10-2010-095 Kelompok F1 [email protected] Semester 5,Blok 22 2 Januari 2012 ABSTRAK Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38°C)yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 6 bulan dan 5tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kejang demam sederhana dan kompleks. Kejang demamkompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 24 jam. Pada kejangdemam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali dalam 24 jam. Pemeriksaan penunjang pada kejang demam sederhana tidak diperlukan. Pemeriksaan penunjang pada kejang demam sederhana untuk mencari penyakit dasar yang menyebabkan demam. 1

pbl blok 22 kejang demam pada anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kejang demam pada anak

Citation preview

Page 1: pbl blok 22 kejang demam pada anak

Kejang Demam pada Anak

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)

Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510

Marco

10-2010-095

Kelompok F1

[email protected]

Semester 5,Blok 22

2 Januari 2012

ABSTRAK

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal >38°C)yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam adalah suatu

kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 6 bulan dan 5tahun. Anak yang

pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk

dalam kejang demam.

Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kejang demam sederhana dan

kompleks. Kejang demamkompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau

berulang dalam 24 jam. Pada kejangdemam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan

hanya sekali dalam 24 jam.

Pemeriksaan penunjang pada kejang demam sederhana tidak diperlukan. Pemeriksaan

penunjang pada kejang demam sederhana untuk mencari penyakit dasar yang menyebabkan

demam. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kejang demam adalah, darah rutin,

urinalisis, lumbal punksi, dan imaging.

Kejang demam dapat di diagnosis bandingkan dengan infeksi SSP, dan epilepsi.

Komplikasi dari kejang demam tersebut antara lain adalah kejang demam berulang, gangguan

belajar, retardasi mental, dan epilepsi. Obat yang biasa digunakan untuk penanganan kejang

adalah diazepam. Prognosis dari kejang demam tersendiri adalah baik apabila penanganan

dilakukan dengan tepat dan cepat.

1

Page 2: pbl blok 22 kejang demam pada anak

PENDAHULUAN

Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas seorang ibu membawa anak laki-lakinya

karena kejang 30 menit yang lalu. Menurut ibu kejang berlangsung sekitar 5 menit, mata

mendeleki ke atas dan kelojotan pada kedua kaki dan tangan. Saat kejang suhu anaknya

teraba panas. kasus tersebut akan dibahas secara mendetail sehingga diharapkan dapat

menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang kejang demam yang menjadi

salah satu topik perkuliahan di blok 19.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada

anak, antara usia 6 bulan s/d 5 tahun. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang

demam dibagi atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam

kompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 24 jam. Pada

kejang demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali dalam 24 jam.

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan biasanya dengan allo anamnesis, yaitu dengan

menanyakan kepada orangtua atau pengasuh yang membawanya datang kedokter atau

kepada si anak tersebut jika dia mengerti apa yang dimaksud

1. Waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang

2. Sifat kejang (fokal atau umum)

3. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)

4. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis

meningoensefalitis)

5. Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik

turun)

6. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)

7. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam

atau epilepsi)

8. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)

9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

10. Trauma kepala

2

Page 3: pbl blok 22 kejang demam pada anak

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital

Pemeriksaan Fokus Infeksi

- Melihat apa tonsil memerah atau tidak.

- Apakah gendang telinga hipereremi atau tidak.

- Apakah ada ruam kulit atau tidak

Tanda Ransang Meningeal

- Kaku kuduk (Nuchal rigidity)

Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu

tidak dapat menepel pada dada.

- Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)

Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien dan

tangan lainnya di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak

terangkat, kemudian kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif.

Bila terdapat rangsang meningeal maka kedua tungkai bawah akan

fleksi pada sendi panggul dan lutut.

- Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)

Fleksi tungkai pasien pada sendi panggul secara pasif akan

diikuti oleh fleksi tungkai lainnya ada sendi panggul dan sendi

lutut.

- Kernig

Penderita dalam posisi terlentang dilakukan fleksi tungkai atas

tegak lurus, kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi

lutut. Pada iritasi menigeal ekstensi lutut secara pasif akan

menyebabkan rasa sakit dan terdapat hambatan.

Gambar 1: Kernig dan Brudzinski I

3

Page 4: pbl blok 22 kejang demam pada anak

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jika merupakan kasus kejang demam sederhana maka tidak perlu dilakukan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang pada kejang demam sederhana

hanya untuk mencari penyakit dasar yang menyebabkan demam (urianlisis, darah

rutin, rontgen thorax )

Pemeriksaaan Punksi Lumbal

- Sangat dianjurkan untuk anak < 12 bulan dengan kejang demam

- Dianjurkan untuk anak < 18 bulan dengan kejang demam

- Anak dengan kejang demam disertai tanda meningeal yg positif ( perlu di

ingat : anak ≤ 12 bulan tanda meningeal tidak jelas maka lihat dari bulging

fontanel anterior, kesadaran, dan irritability)

- Kejang demam kompleks

- Dicurigai meningitis, ensefalitis.

- Anak dengan riwayat kejang demam dimana ada pemberian antibiotik

sebelum kejang yang terjadi ( disebut partially treated meningitis )

- Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang, ataum emprediksi berulangnya kejang, atau

memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasienkejang demam.

Oleh karena itu tidak direkomendasikan.

Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang sekali dikerjakan,

tidak rutindan hanya atas indikasi seperti:

- Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)

- Paresis nervus VI

- Papiledema.1

DIAGNOSIS KERJA

Kejang Demam

Kejang Demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal >38°C)yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam adalah suatu

kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 6 bulan dan 5tahun. Anak yang

pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk

dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak

termasuk dalam kejang demam. . Saraf Anak sepakat bahwa anak yang berumur kurang dari

4

Page 5: pbl blok 22 kejang demam pada anak

6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang yang didahului demam, pikirkan

kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

Kejang terjadi akibat loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron otak yang

mendadak dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuron sekitarnya atau dari substansia

grasia ke substansia alba yang disebabkan oleh demam dari luar otak. Kejang demam sering

juga disebut kejang demam tonik-klonik

Klasifikasi Kejang Demam

1) Kejang Demam Sederhana atau Simple

- Terjadi pada anak 6 bulan – 5 tahun dengan status neurologis yang sehat

dan tanpa ada kelainan neurologis pada pemeriksaan fisik atau pada

riwayat perkembangan.

- Disertai demam dan kejang yang bukan disebabkan oleh meningitis,

ensefalitis, dan penyakit lain yang dapat mempengaruhi otak.

- Kejang bersifat umum dan berlangsung kurang dari 15 menit.

- Kejang berhenti sendiri dan tidak berulang dalama 24 jam.

- Kejang umum tonik klonik.

- Kejang tidak ada lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

- Tidak ada kelainan neurologis setelah kejang

- Anaknya dalam keadaan sadar.

2) Kejang Demam Kompleks

- Terjadi pada anak 6 bulan – 5 tahun dengan status neurologis yang sehat

dan tanpa ada kelainan neurologis pada pemeriksaan fisik atau pada

riwayat perkembangan.

- Disertai demam dan kejang yang bukan disebabkan oleh meningitis,

ensefalitis, dan penyakit lain yang dapat mempengaruhi otak.

- Kejang berlangsung > 15 menit.

- Kejang fokal atau kejang multiple yang terjadi dalam waktu yang

berdekatan antara 1 kejang dengan kejang yang lainnya.

- Kejang terjadi lebih dari 1x dalam 24 jam.

- Kejang fokal atau kejang fokal yang menjalar menjadi kejang umum

- Mirip gejala SSP ( pasien harus di rawat untuk pemeriksaan lebih lanjut

dan menyingkirkan diagnosis SSP )

DIAGNOSIS BANDING

5

Page 6: pbl blok 22 kejang demam pada anak

1. Ensefalitis

Gambaran klinis bervariasi dan sering termasuk nyeri kepala, letargi, muntah,

anoreksia, dan keluhan non-spesifik lain. Sering dijumpai kelaianan fungsi mental

yang bermanifestasi sebagai kebingungan, penurunan daya ingat, memberontak

yang tidak biasa, halusinasi dan koma. Bangkitan kejang sering terjadi.

Pemeriksaan neurologis biasanya memperlihatkan kelainan fokal yang

mungkin samar. Pemeriksaan funduskopi sering memperlihatkan peninggian

tekanan intra-kranial. Pemeriksaan CSS mungkin memperlihatkan pleositosis

ringan samapi sedang dengan sel polimorf atau mononukleus, peningkatan ringan

samapai sedang konsentrasi protein dan glukosa selalunya normal. EEG biasanya

memperlihatkan perlambatan difus dengan atau tanpa perubahan paroksisimal.

2. Meningitis Bakterialis

Meningitis adalah infeksi ruang subarachnoid dan leptomeningen yang

disebabkan oleh berbagai organism pathogen.

Aspek penting yang harus dipertimbangkan mencakup usia, etnik, musim,

factor pejamu, dan pola resistensi antibiotic regional di antara pathogen yang

mungkin.

Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk.

Namun, pada anak di bawah dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen

lain mungkin tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran lazim terjadi, sebagian

besar penderita mengalami letargi, iritabilitas, atau delirium. Pemeriksaan fisik

mungkin memperlihatkan tanda-tanda iritasi meningen – kaku kuduk, tanda krenig

dan Brudzinski yang positif. Bayi mungkin menunjukkan peenonjolan ubun-ubun,

kelainan saraf keenam, mungkin terjadi akibat peninggian tekanan intrakranium

atay peradangan di ruang subarknoid.

Pleositosis sering dijumpai pada meningitis bakterialis, dengan hitung sel

darah putih CSS dalam rentang 100-10,000 sel/µL. selpolimorfonuklear

mendominasi dan biasanya melebihi 90% total. Hipoglikorakia biasanya ditemukan

dengan kadar glukosa CSS biasnya kurang dari 30-50% kadar glukosa serum.

Konsentrasi protein biasanya meningkat dalam 100-500mg/dL. Perwarnaan gram

akan positif pada lebih dari 90% pasien.2

3. Epilepsi

Merupakan kompleks gejala yang timbul akibat akibat gangguan fungsi otak

yang gangguan fungsinya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai proses patologik.

6

Page 7: pbl blok 22 kejang demam pada anak

Kejang epilepsi ialah satu gejala gangguan fungsi otak yang paling sering

ditemukan. Epilepsi adalah gangguan kronik, dengan tanda utama adalah kejang

spontan yang berulang.

Gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit ayan ini adalah apabila penyakit ini

akan kambuh, penderita biasanya merasa pusing, pandangan berkunang-kunang,

alat pendengaran kurang sempurna. Selain itu, keluar keringat berlebihan dan

mulut keluar busa. Sesaat kemudian, penderita jatuh pingsan diiringi dengan

jeritan. Semua urat-urat mengejang, lengan dan tungkai menjulur kaku, tangan

menggenggam dengan eratnya, acapkali lidah luka tergigit karena rahang terkatup

rapat, si penderita sulit bernafas dan muka merah atau kebiru-biruan. Selama

terserang ayan, biasanya mata tertutup dan akhirnya tertidur pulas lebih dari 45

menit. Apabila telah bangun dan ditanya, tidak lagi ingat apa-apa yang telah terjadi

atas dirinya. Serangan ayan yang demikian itu senantiasa datang berulang-ulang.

Tabel 1. Diagnosa Banding

No Kriteri Banding Kejang

Demam

Epilepsi Meningitis

Ensefalitis

1. Demam Pencetusnya

demam

Tidak berkaitan

dengan demam

Salah satu

gejalanya demam

2. Kelainan Otak (-) (+) (+)

3. Kejang berulang (+) (+) (+)

4. Penurunan kesadaran (+) (-) (+)

ETIOLOGI

Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi

umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor

hereditas juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang mengalami kejang demam

mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pasa masa kecilnya.

Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam

dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam

adalah infeksi saluran pernafasan atas terutama tonsillitis dan faringitis, otitis media

akut(cairan telinga yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak

akan menyebabkan kejang demam), gastroenteritis akut, exantema subitum dan infeksi

7

Page 8: pbl blok 22 kejang demam pada anak

saluran kemih. Selain itu, imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbetili) juga dapat

menyebabkan kejang demam.2,3

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang sering dijumpai pada

bayi dan anak. Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak

pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun.

Peneliti di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (insidensi) yang lebih tinggi,

yaitu: Maeda dkk, 1993, mendapatkan angka 9,7 % (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9%)

dan Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7% .

Dari berbagai hasil penelitian didapatkan bahwa kejang demam agak sering di jumpai

pada anak laki-laki dari pada anak perempuan, dengan perbandingan berkisar antara 1,4:1 dan

1,2:1. Di dapatkan 42% dari anak berusia 6 tahun yang menderita kejang adalah kejang

demam .

Dari 112 penderita kejang demam yang diteliti oleh Miyake dkk, 1992, 60 adalah

laki-laki dan 52 perempuan. Millichap, 1968, telah mengumpulkan 29 laporan mengenai

kejang demam dan mendapatkan bahwa dari 4903 penderita kejang demam, perbandingan

pria dan wanita adalah 1,4:1.

Sampai sekarang kejang demam merupakan kelainan yang banyak terjadi pada

bangsal saraf. Kejang demam jarang terjadi pada anak yang berumur kurang dari 6 bulan atau

lebih dari 5 tahun. Aicardi, 1986, menyebutkan usia rata-rata penderita kejang demam adalah

usia antara 17-23 bulan, sesekali kejang demam juga dijumpai pada usia yang lebih tua yaitu

5-6 tahun. Lumbantobing, 1975, menyebutkan bahwa insiden tertinggi antara usia 6 bulan

sampai 1 tahun, dari 297 penderita kejang demam yang di telitinya. Kurang lebih 3% anak

yang berumur 6 bulan sampai 9 tahun pernah menderita satu kali atau lebih serangan kejang

demam.

Doeffer dan Wasser, 1987, melaporkan bahwa insidensi kejang demam 240,

8/100000. Di Jepang penelitian yang di kerjakan oleh Tsuboi, 1986, mendapatkan insidensi

kejang demam pada balita sebesar 7% .4

8

Page 9: pbl blok 22 kejang demam pada anak

PATOFISIOLOGI

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan

permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah

dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit

lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan ion

Na rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat

potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini

diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:

- Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.

- Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.

- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.

Gambar 2. Patofisiologi Kejang

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan menaikan metabolisme basal 10-15%

dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia 3 tahun, sirkulasi

otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi

pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel

neuron,dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui membran.

Perpindahan ini mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke

membran sel lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang.

9

Page 10: pbl blok 22 kejang demam pada anak

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang

kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C. Pada anak dengan ambang kejang

yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C. Terulangnya kejang demam lebih sering

terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya

perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.4,5

Gambar 3. Patofisiologi Kejang Demam

MANIFESTASI KLINIS

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan

kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf

pusat, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya

terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan

dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti

sendiri. Namun anak akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit

tanpa adanya kelainan neurologik.

Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain : anak mengalami

demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba),

kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit

(hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).Kejang dapat dimulai

dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak.Kontraksi pada umumnya

terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.Anak dapat menangis atau merintih akibat

kekuatan kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.

10

Page 11: pbl blok 22 kejang demam pada anak

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung

selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,

biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya

terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya),

gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.

Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :

1. Anak hilang kesadaran

2. Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak

3. Sulit bernapas

4. Busa di mulut

5. Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan

6. Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.5

PENATALAKSANAAN

A) Medika Mentosa

Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

I. Bila pasien datang dengan keadaan kejang, maka atasi kejang secepat mungkin

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu datang, kejang sudah

berhenti. Apabila pasien dating dalam keadaan kejang :

Tabel 2. Obat-obat Anti Konvulsan dan Dosisnya

Obat Bucaal Intra Vena Rectal

Midazolam 0,5 mg/ kg ( max 10

mg )

Diazepam 0,3 mg/kg ( max 5

mg per dose < 5

years; 10 mg for ≥ 5

years )

0,5 mg/kg (max 20

mg per dose )

Lorazepam 0,05-0,1 mg/kg over

1-2 min ( max 4 mg

per dose )

0,1 mg/kg ( max 4

mg per dose )

diluted 1:1 with

water prior to

administration

Jika kejang masih berlanjut :

11

Page 12: pbl blok 22 kejang demam pada anak

1. Pemberian diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang selang

infus, 0,5 mg/kg per rektal

2. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

1. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam 30 menit

2. Pemberian fenitoin 10-20mg/kgBB per infus dalam 30 menit dengan kecepatan 1

mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit.

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan

intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang

demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.

II. Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan,

sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua pakaian ketat dibuka,

posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung.Penting sekali mengusahakan

jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan intubasi atau

trakeostomi.Pengisapan lender dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan

pemberian oksigen.Cairan intavena sebaiknya diberikan dan dimonitor sekiranya terdapat

kelainan metabolik atau elektrolit.Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah,

pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.

Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala pembuluh

darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan

karena pembuluh darah perifer bisa mengalami vasokontriksi yang berlebihan sehingga

menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi lebih terganggu. Kompres

hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh

darah perifer, tetapi sepanjang waktu anak dikompres, anak menjadi tidak selesa karena

dirasakan tubuh menjadi semakin panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah.Menurut

penelitian, apabila suhu penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan

ini, proses penguapan bisa terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan.

Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan

secara per rektal, disamping cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif telah

dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang

mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg

diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10 kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/KgBB.

12

Page 13: pbl blok 22 kejang demam pada anak

Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis

pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit dengan dosis yang sama.

Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30

mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti deksametason

diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

III. Pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim

penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini dibagi

atas dua bagian, yaitu:

Profilaksis intermitten

Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam

diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak

selama episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah paracetamol dengan dosis 10-

15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali

sehari.Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya

kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak

dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral

dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam. Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai

kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana sangat kecil yaitu sampai

sekitar umur 4tahun.Fenobarbital, karbamazepin dan fenition pada saat demam tidak berguna

untuk mencegah kejang demam.

Profilaksis jangka panjang

Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik

yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di

kemudian hari.Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:

1)   Fenobarbital

Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka

panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan

kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.

2) Sodium valproat / asam valproat

13

Page 14: pbl blok 22 kejang demam pada anak

Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Namun, obat ini

harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa

rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis.

3)   Fenitoin

Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat

berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang

memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan

sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian

antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau

6 bulan.

IV.Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya infeksi

traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan

kuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut.Secara akademis pada anak dengan kejang

demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal.

Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya meningitis.Apabila

menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu

pemeriksaan pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium,

kalsium, natrium, nitrogen, dan faal hati.

B) Non-medika mentosa

Edukasi kepada orang tua

a. Mengurangi kecemasan

Yakinkan umumnya prognosis baik

Ajarkan cara penanganan kejang

Informasikan kemungkinan akan berulang kembali

Pemberian obat untuk cegah rekurensi tetapi ingatkan efek sampingnya

Tidak ada bukti bahwa terapi mengurangi kejadian epilepsy

dikemudian hari

b. Apabila anak kejang kembali

Tetap tenang dan jangan panik

Longgarkan pakaian terutama sekitar leher

Bila tidak sadar :

Posisi terlentang dengan kepala miring

14

Page 15: pbl blok 22 kejang demam pada anak

Jangan memasukkan sesuatu apapun ke dalam mulut walau

untuk mencegah lidah tergigit

Bersihkan lendir/ ludah/ muntahan dari mulut dan hidung

Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

Tetap bersama anak selama kejang

Diazepam rekta; jangan diberikan bila kejang berhenti

Bawa ke dokter/ klinik/ RS bila kejang ≥5’.6

KOMPLIKASI

Komplikasi dari kejang demam adalah :

1. Kejang demam berulang

Faktor risiko :

- Riwayat kejang dalam keluarga.

- Usia < 12 bulan.

- Temperatur yg rendah saat kejang.

- Cepatnya kejang setelah demam

*bila seluruh faktor ada kemungkinan berulangnya kejang demam

80%. Bila faktor (-) kemungkinan berulangnya kejang demam 10-15%.

Kemungkinan berulangnya kejang demam pada tahun I.

2. Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental, deficit koordiansi dan

motorik dll.

3. Epilepsi

Anak yang menderita kejang demam berisiko lebih besar mengalami

epilepsy, dibandingkan dengan yang tidak.

Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari :

- Kelainan neurologis dan perkembangan yang jelas sebelum kejang

demam pertama

- Kejang demam kompleks

- Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

*Catatan :

- Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian

epilepsi 4-6%

-Kombinasi faktor risiko meningkatkan kejadian epilepsi menjadi 1o-

49%

15

Page 16: pbl blok 22 kejang demam pada anak

-Kemungkinan epilepsi tidak dapat dicegah dengan member terapi

rumat pada kejang demam.4

PROGNOSIS

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik.6

KESIMPULAN

Anak laki-laki berusia 18 bulan tersebut mengalami kejang demam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mary R, Malcolm L . Pediatric and Child Health. 2nd edition. United States: Blackwell

Pulblishing; 2006.p. 72-90.

2. Behrman. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. Jakarta : Kedokteran EGC;2002..h

2059-67

3. Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. 31 Desember 2012.

Diunduh dari tanggal www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm l . 20

October 2009.

4. Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta : Kedokteran EGC;2006.

5. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. 20th edition. United States:

Appleton and Lange; 2002.

6. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali M, Putra TS. Edisi ke-9. Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta; 2000. h. 850-4.

16