Penilaian risiko bencana

Preview:

Citation preview

PENILAIAN RISIKO BENCANA

Karakteristik Bencana

• Penyebab : • Frekuensi : • Durasi : • Kecepatan onset : • Luasnya dampak : • Potensi merusak :

Geografi Bencana

• Area kerusakan total :

• Area kerusakan tepi :

• Area penyaring :

• Area bantuan terorganisir :

tingkat respons

• Tingkat 1 : – Sistem pengelolaan lokal mampu

• Tingkat 2 : – lokal, dukungan regional

• Tingkat 3 : – diperlukan bantuan internasional.

Yang harus diingat pada Bencana

• kerusakan masyarakat dan sumber daya

• pemulihan dan perbaikan jangka panjang.

• melampaui kemampuan masyarakat,

sumber daya dan / fasilitasnya.

• sebabkan kematian, cedera, kecacadan.

Pengelolaan Risiko Bencana

• Pikirkan bahwa :

• masyarakat dan lingkungan

terancam terhadap bencana dan

• bagaimana kesanggupan hadapi

kerusakan

Risiko (risk) :

• Kemungkinan akan kehilangan yang terjadi sebagai akibat kejadian buruk yang berakibat kedaruratan dan keterancaman.

Bahaya (hazard) :

• Potensi akan terjadinya kejadian alam atau ulah manusia dengan akibat negatif.

Keterancaman (vulnerability) :

• Kemungkinan akan rusak atau hancurnya struktur masyarakat, pelayanan dan lingkungan.

• Kombinasi mudahnya terpengaruh (susceptibility) dan daya bertahan (resilience).

• Susceptibility : derajat mudahnya masyarakat terpengaruh terhadap risiko.

• Resilience : bagaimana masyarakat mampu bertahan terhadap kehilangan.

Tingkat keterancaman

• Kemampuan masyarakat beserta lingkungan mengantisipasi, mengatasi dan pulih dari bencana.

• Sangat terancam bila dalam menghadapi dampak hanya dengan kemampuan terbatas dalam menghadapi kehilangan dan kerusakan

Tingkat keterancaman

• sebaliknya bila kurang pengalaman menghadapi dampak namun mampu menghadapi kehilangan dan kerusakan, dikatakan tidak terlalu terancam

Tingkat keterancaman• High susceptibility + low resilience =

high level of vulnerability.• High exposure to risk + limited ability

to sustain loss = high vulnerability.• Low susceptibility + high resilience =

low degree of vulnerability.• Ability to sustain loss + low degree of

exposure = low vulnerability.

Proses Pengelolaan Risiko Bencana

• Pemahaman bencana dijelaskan berkaitan dengan risikonya terhadap masyarakat.

• Tindakan sesuai dilakukan terhadap risiko yang diketahui.

Hal penting :

• Berapa luas bencana melanda.

• Berapa luas ancaman terhadap masyarakat dan lingkungan.

penerapan sistematik dalam pengelolaan, prosedur, pelatihan :• pastikan hal-hal terkait

• identifikasi risiko

• analisis risiko

• nilai / evaluasi risiko

• atasi risiko

• Pengamatan dan penelaahan dalam pengelolaan risiko harus merupakan proses sinambung.

• Semua sistem tergantung pada komunikasi dan konsultasi.

perangkat pengambil keputusan

1. Mengidentifikasi apa yang mungkin terjadi

2. Menganalisis kemungkinan hasil akhir

3. Menilai dampak

4. Mengatasi risiko (pencegahan/mitigasi,

mempersiapkan, merespons & pemulihan)

5. Memonitor proses

Pengelolaan Bencana Menyeluruh dan Terpadu

• Atas semua bahaya

• Menyeluruh

• Terpadu

• Masyarakat yang sudah disiapkan

• Dari pada mengembangkan rencana dan prosedur berbeda untuk masing-masing bahaya, rancangan tunggal pengelolaan harus dibuat dan digunakan dalam menghadapi semua bahaya

Pendekatan Menyeluruh

• 1.     Pencegahan dan mitigasi

• Peraturan dan persyaratan fisik untuk mencegah terjadinya bencana, atau untuk mengurangi dampaknya.

Pendekatan Menyeluruh

• 2.     Persiapan hadapi bencana• Perencanaan dan program, sistem dan

prosedur, pelatihan dan pendidikan. • Sumber daya dan tenaga dapat dimobilisasi dan

diberdayakan dengan baik. • Pengembangan sistem peringatan & kewaspadaan,

perencanaan organisasional, pelatihan dan pengujian petugas, peralatan, perencanaan dan prosedur, serta pendidikan publik.

Pendekatan Menyeluruh

• 3.     Respons• Kegiatan mendahului atau segera

setelah dampak untuk meminimalkan akibat, bantuan segera, memulihkan dan mendukung masyarakat.

Pendekatan Menyeluruh

• 4.     Pemulihan

• Pemulihan dan perbaikan jangka panjang atas masyarakat yang terkena.

• Merupakan proses rumit dan lama.

Pendekatan Terpadu

• Pengelolaan bencana efektif perlu kerja sama aktif berbagai fihak.

• semua organisasi + tugas masing-masing bekerja bersama dalam pengelolaan bencana.

Masyarakat yang siap

• Individunya waspada bahaya dan tahu bagaimana melindungi dirinya, keluarganya serta rumahnya terhadap dampak.

• Bila masing-masing dapat, akan mengurangi keterancaman terhadap bencana dan kedaruratan.

Pencegahan dan mitigasi :

• 1.     Standar bangunan

• 2. Kemampuan PMK

• 3.     Immunisasi penyakit

• 4.     Rancang sanitasi

Pencegahan dan mitigasi :

• 5.  Pembuangan sampah / limbah

• 6.  Program pendidikan masyarakat

• 7.  Informasi media

• 8.  Peringatan terhadap masyarakat

Persiapan masyarakat:

• 1.  Perencanaan, sistem dan prosedur

• 2.  Pelatihan personil

• 3.  Pengujian perencanaan, personil

dan peralatan

Respons :

• 1.     Pengaktifan sistem pengelolaan

insidens

• 2.     Pengaktifan sistem pengelolaan

informasi dan sumberdaya

• 3.     Pengaktifan mekanisme pendukung bagi staf

Pemulihan :

• 1.     Proses debriefing

• 2.     Menilai dan merubah

perencanaan dan prosedur

• 3.     Identifikasi dan pemanfaatan

pengetahuan yang didapat

Kesimpulan Pengelolaan risiko bencana

• Perangkat pembuat keputusan harus logis dan praktis.

• Pemanfaatan sistematik dari kebijaksanaan pengelolaan, prosedur dan pelaksanaan dengan maksud mengurangi dampak.

Proses Perencanaan Bencana (Risk Assessment / Penilaian Risiko)

1.  Tentukan hal yang akan direncanakan 2.  Tetapkan komite perencanaan 3.  Lakukan penilaian risiko 4.  Tentukan tujuan perencanaan 5.  Tentukan pertanggungjawaban 6.  Analisis sumberdaya

Proses Perencanaan Bencana (Risk Assessment / Penilaian Risiko)

7.   Kembangkan sistem dan prosedur 8.   Tulis rencana 9.   Latih tenaga 10. Uji rencana, tenaga dan prosedur 11. Tinjau ulang rencana 12. Perbaiki rencana.

Hal yang akan direncanakan :

• Hal yang akan direncanakan dalam menghadapi kegawatdaruratan harus diidentifikasi.

Komite perencanaan :

• Fihak sistem kesehatan masyarakat termasuk kesehatan mental, fihak rumah sakit.

• Pelayanan darurat eksternal seperti ambulans, PMK dan polisi.

Analisis risiko bencana :

• Termasuk analisis bahaya dan analisis keterancaman.

• Semua analisis akan membantu komite perencanaan bencana menentukan sasaran dan prioritas perencanaan.

Penilaian risiko bencana berkelanjutan :

• Sepanjang proses perencanaan :• Bahaya berubah, • Tingkat keterancaman berubah, • Semua harus dimonitor dan

dinilai secara tetap.

Tentukan tujuan perencanaan :

• Berdasar pada hasil analisis risiko dan pengenalan strategi pengelolaan bencana yang disetujui komite.

Tentukan pertanggung-jawaban :

• Memilih penanggungjawab dari semua fihak terkait : petugas, RS, dan pelaksana kesehatan lainnya.

Analisis sumberdaya :

• Mengetahui apa yang dibutuhkan; bukan hanya melihat apa yang dipunyai.

• Bila yang dibutuhkan < yang tersedia, identifikasi sumber tenaga dan sarana tersedia yang dapat dipanggil seketika.

• Rencanakan kerjasama dengan fasilitas kesehatan regional atau nasional.

Ciptakan sistem dan prosedur :

• Identifikasi strategi untuk pencegahan dan mitigasi, penyiapan, respons dan pemulihan.

• Termasuk sistem komando gadar RS, sistem komunikasi, informasi publik, sistem pengelolaan informasi dan sumberdaya.

Tuliskan rencana :

• Dokumen tertulis harus dibagikan pada semua yang akan menggunakannya.

• Dokumen harus sederhana dan langsung sasaran, atau orang tidak dapat membaca atau memahaminya.

Latih personil. Uji perencanaan, personil dan

prosedur :

• 1. Pelatihan personil serta pengujian perencanaan, sistem dan prosedur merupakan bagian vital dari persiapan pengelolaan gadar atau bencana.

Latih personil. Uji perencanaan, personil dan

prosedur :• 2. Perlu personil untuk kegiatan dan

tanggungjawab diluar normal, dengan tugas yang tidak familier.

• Ciptakan lebih sulit: berikan tidak hanya tugas yang tidak familer, namun juga lingkungan yang sangat menekan, yang bahkan pantas untuk menguji sistem dan personil yang sudah berpengalaman.

Latih personil. Uji perencanaan, personil dan

prosedur :• Dapat dimengerti mengapa personil

wajib dilatih dan diuji secara rutin dalam tugas pengelolaan bencana.

• Personil juga memerlukan kesempatan untuk mempraktekkan tugas dan tanggungjawab pengelolaan bencana.

Latih personil. Uji perencanaan, personil dan

prosedur :• rencana yang belum diuji dan dinilai

ulang mungkin lebih buruk dari pada tidak ada rencana sama sekali.

• Hal ini akan membangun rasa keamanan yang salah pada petugas dalam hal tingkat persiapan.

Tinjau ulang dan ubah perencanaan :

• Perencanaan dinilai ulang dan diperbaiki berkala.

• Setiap saat, perencanaan atau bagian dari perencanaan, diaktifkan untuk latihan atau dalam bencana

• Debriefing harus dilakukan untuk mengenal kebutuhan perbaikan perencanaan, sistem dan prosedur, dan untuk melatih personil.

Tinjau ulang dan ubah perencanaan :

• Perencanaan adalah proses, tidak pernah berakhir.

• Perencanaan tertulis hanya sebuah hasil akhir dari proses perncanaan, namun bukan titik akhir.

• Perencanaan tertulis adalah dokumen yang hidup yang harus secara tetap diuji, dinilai ulang dan diperbaharui.

“Bagaimana bila” :

• Bagaimana bila ini atau itu terjadi, apa yang harus dilakukan, apa yang diperlukan, apa dampaknya.

• Tidak mungkin membuat rencana untuk semua kejadian.

• Penting dilakukan batasan kejadian serta konsekuensinya, dan pilihan rancangan yang diperkirakan memiliki jangkauan luas dalam sistem persiapan.

• Tidak saatnya lagi mengatakan suatu cara pencegahan dikatakan sebagai terbaik atau cara yang paling diinginkan dalam menghadapi risiko.

• Pencegahan dan peningkatan resilience dari objek yang berpotensi terkena: contoh dari bagaimana kerusakan dapat dikurangi.

Konsep pilihan untuk mengatasi keadaan bahaya

Menggunakan kebijaksanaan berdasar risiko :

1. Frekuensi terjadinya kejadian bahaya.

2. Intensitas kerusakan objek sasaran dalam

distribusi / kelompok khusus.

3. Keterancaman objek sasaran yang akan terkena. 4. Keterpaparan target sasaran terhadap bahaya.

• Frekuensi dan kerusakan menunjukkan beratnya bahaya, keterancaman dan keterpaparan sasaran terhadap risiko.

• Perbedaan antara definisi sederhana : risiko sebagai hasil kemungkinan. Sedang sudut pandang operator / pelaksana : perluasan kerusakan.

• Frekuensi dan keterpaparan sebanding dengan kemungkinan. Intensitas dan keterancaman mengartikan kerusakan.

Penggunaan pengelolaan risiko akan berhasil bila ada:

• 1. Karakterisasi bahaya secara khusus.• 2. Mengumpulkan dan mengklasifikasikan objek yang terancam dalam jangkauan proses berbahaya.• 3. Tampilan dampak kerusakan yang mungkin terjadi terhadap objek disaat kejadian.• Saat ini prinsip penilaian risiko dan pembuatan

kebijaksanaan berdasar risiko, dipakai secara luas lintas disiplin dan lintas batas.

Evaluasi dan Persepsi Risiko• Kunci pendekatan berdasar risiko dalam

menghadapi bahaya diterima dalam bentuk tingkat rasa aman yang memadai dan secara ekonomik.

• Baik definisi dari tingkat rasa aman yang memadai dan kuantifikasi tampilan ekonomik tidak dapat dibuat hanya oleh para ahli.

• Nilai dan tanggapan sosial merupakan faktor lebih penting membentuk rasa aman dari pada risiko nyata sendiri.

• Satu masalah yang belum jelas adalah opini publik dalam proses keputusan.

• Ini mungkin karena adanya jarak antara ilmu sosial (termasuk proses evaluasi publik) dan ilmu administratif atau tehnik (yang bertanggung jawab pada kebanyakan risiko nyata).

• Usaha menjembatani jarak tsb. dengan mengembangkan model yang seakurat mungkin menunjukkan persepsi dan evaluasi publik akan risiko yang diharapkan.

• Dengan kata lain, pandangan publik tentang evaluasi risiko secara normatif (dari pada emperik-deskriptif) akan memperbaiki keputusan yang dibuat.

WTC

New York

WTC

New York

TERIMA KASIH

Recommended