Tanpa Atribut Politik di Dusun...

Preview:

Citation preview

Tanpa Atribut Politik di Dusun Keron Regina Rukmoroni, Kompas, 29 Maret 2014

Pengalaman adalah guru terbaik. Berbekal pelajaran dari 'guru terbaik" itulah, dalam 10 tahun terakhir, warga Dusun Keron, Desa Kerogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tetap teguh memegang komitmen mereka untuk menolak pemasangan segala atribut partai politik di dusun.Karena itu, meski saat ini di wilayah lain "bertebaran" atribut parpol, di dusun di lereng Gunung Merapi tersebut tak teriihat satu pun atribut parpol. Di wilayah seluas sekitar 2.000 meter persegi yang dihuni 83 keluarga ini terdapat 214 pemilih. "Pemasangan atribut parpol biasanyacuma menciptakan konflik antarwarga, mengganggu ketenangan dan kerukunan hidup di dusun," ujar Kepala Dusun Keron Sri Asih, beberapa waktu lalu. Dengan adanya fanatisme terhadap parpol-parpol tertentu, kata dia, dahulu pemasangan atribut parpol pemah membuat sejumlah warga yang sebenarnya masih memiliki tali kekerabatan justru bermusuhan. Dua kelompok simpatisan partai yang berbeda ini akhimya saling mendiamkan dan tidak mau berkomunikasi satu sama lain. Tetua dusun Nitipono (96) mengatakan, sebelum ada komitmen menolak pemasangan atribut parpol, suasana Dusun Keron setiap masa kampanye selalu gaduh. "Dulu, setiap masa kampanye, hampirsetiap hari ada saja warga ribut bertengkar gara-gara berebut tempat memasang atribut," ujar dia. Sejumlah pertikaian bahkan berujung pada baku hantam. Dari akumulasi masalah yang terjadi itulah, atas inisiatif para pemuda dan disetujui semua warga, disepakati untuk menolak pemasangan berbagai atribut parpol. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam peraturan dusun yang beriaku sejak Januari 2009. Jika ada warga ataupun orang luar dusun tetap nekat memasang atribut kampanye parpol ataupun peserta pemilu, oleh warga atribut tersebut langsung dicopot.

Baru-baru ini ada kampanye sebuah parpol yang dilakukan dengan berjalan melintasi dusun. Ketika satu anggota rombongan memasang sebuah spanduk kampanye, warga pun langsung mencabutnya. Ketegasan sikap itu, menurut Sri Asih, secara periahan juga membuat warga Dusun Keron "menjauh" dari urusan politik. Fanatisme yang sebelumnya melekat saat ini membuat sebagian besar warga justru tidak mau terlibat dalam kampanye parpol apa pun. "Kami sekadar melihat kampanye ketika ada rombongan tim kampanye yang kebetulan datang melewati jalan dusun," ujar dia. Belajar dari pengalaman tahun 2009, Sri Asih mengatakan, warga, termasuk dirinya, kini tidak lagi sembarangan percaya pada janji calon anggota legislatif (caleg). Ketika itu, ada warga dusun yang menjadi caleg. Awalnya, warga pun ikut senang karena si tetangga berjanji akan memperjuangkan dan menyejahterakan segenap dusun. Namun, janji tinggal janji. Semua yang dikatakan pun lenyap tak berbekas setelah si caleg terpilih. Alih-alih menjadi tokoh penting yang memajukan dusun, dia akhimya justru kehilangan nama baik di mata warga karena tidak memberikan kontribusi apa-apa untuk warga.

Sekalipun pahit, kenyataan perilaku yang ditunjukkan si tetangga itu juga memberikan pembelajaran baru bagi warga Dusun Keron. "Pengalaman itu membuat kami berpikir lagi saat pemilu. Jika tetangga sendiri saja ingkar janji, lalu bagaimana kami bisa percaya pada caleg yang berada jauh, yang bahkan tidak kami kenal sekali pribadinya?" ujar dia. Pada akhimya, ketika si anggota dewan berakhir masa jabatannya dan mencalonkan diri sebagai kepala desa, hanya sedikit orang yang bisa kembali menaruh kepercayaan. Si mantan anggota dewan itu kaiah telak dalam pemilihan kepala desa. Sujono, salah seorang tokoh pemuda dan tokoh seniman di Dusun Keron, mengatakan, dia selalu berupaya membantu mengingatkan warga bahwa masa-masa menjelang pemilu merupakan masa di mana banyak orang yang semula teriihat biasa-biasa saja bisa menjadi orang baik "karbitan" atau mendadak baik karena ada maksud-maksud tertentu. "Tidak periu merasa berutang budi, memikirkan kebaikan dari orang-orang baik karbitan itu karena saat terpilih menjadi anggota legislatif, belum tentu mereka benar-benar memikirkan kita," ujamya. Dia pun meminta agar di musim kampanye ini warga tidak lagi terombang-ambing pada pilihan dan iming-iming yang ditawarkan caleg ataupun parpol.

12

Ketua GKM Komisi Pendidikan Divisi

o j j ^ ( ^ 0 ^ ' ^ BagianIV:AnalisisBacaan/Esai(Njiaj = 55)

Baca clan pahami tulisan terlampir yang berjudul "Tanpa Atribut Politik di Dusun Keron" dengan cermat dan ^seksama. Kemudian lakukan proses analisis dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini terhadap isi

tulisan tersebut dengan lengkap, tepat, dan benar! Apabila Anda salah menulis atau salah menjawab cukup coret dengan alat tulis. Tidak diperkenankan menggunakan tipp ex dan sejenisnya!

Pertanvaan; 1. Max Weber menjelaskan bahwa masyarakdt merupakan produk dari tindakan-tindakan individu yang berbuat

dalam kerangkafungsi nilai, motif, dan kalkulasi rasional, sehinggatindakan individu dapatdibedakan menurut motif para pelakunya.

a. Jelaskan keempat tipe ideal tindakan sosial tersebut! b. Tindakan "tidak memasang atribut partai" dalam bacaan di atas tergolong dalam tipe ideal tindakan sosial

manakah? Jelaskan jawaban Anda! Jawaban: (Nilai = 10)

No 1

Tipe Tindakan 1 • • • l

Penjelasan

1.

1 2.

3. *S/W (0-//QI

4.

(b) (0-4,*) a

Tipe Tindakan dalam Bacaan Penjelasan

KETERANGAN: Harap diisi oieh pengoreksil NOMOR 1 2 3 4 TOTAL

NILAI

Ketua GKM 2* Komisi Pendidikan Divisi

r3L iNama wianasiswa Ruangan Ujian M i l l INlIVl

Tanda Tangan Kelompok

Tanda Tangan

Pertanyaan: Menurut Gillin dan Gillin (1954), interaksi sosial merupakan hubungan sosial dinamis (senantiasa berubah) yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok.

a. Jelaskan>syarat terjadinya interaksi sosial berikan contoh fakta dalam bacaan! b. Proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial dapat dibedakan menjadi "asosiatif dan

"disosiatif. Jelaskan proses sosial dan sebutkan bentuk interaksi sosial "asosiatif dan "disosiatif I c. Hubungan antara wanga Dusun Keron dan anggota legislatif yang mencalonkan diri sebagai kepada desa

dalam bacaan di atas termasuk bentuk interaksi sosial manakah? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban : (Nilai = 15) (a) Syarat interaksi sosial dan fakta dalam bacaan!

Syarat Interaksi Sosial Fakta dalam Bacaan

(2?

Co -jn

(b) Proses sosial dan bentuk interaksi sosial

Proses Sosial

1 « j

p~i,d) I

Penjelasan Bentuk Interaksi Sosial

.•40J

(c) Bentuk interaksi dalam bacaan

Penjelasan

Ketua GKM Komisi Pendidikan Divisi

Nama Mahasiswa

NIM

Kelompok

Ruangan Ujian

Tanda Tangan

f

Pertanvaan: 3. Kebudayaan memberikan nilai terhadap tingkah laku manusia. Menurut Koentjaraningrat (1979) terdapat tiga

wujud kebudayaan a. Sebutkan dan jelaskan tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1979) I b. Tunjukkan masing-masing dua fakta untuk setiap wujud kebudayaan tersebut dalam bacaan teriampir

(jawab dalam bentuk matrik)!

Jawaban : (Nilai = 15)

(a) Tiga wujud kpbudayaan menurut Koentjaraningrat (1979) adalah: / , K / r t

/. TM. C /twfietg &g<t%H AfihU-MkO (0-0 - 3 , 0 ) (rtH/-c\ ^ aififie 'tfafc* h y t k , . . .

—jwsfrwOVfy C 0—1,0-3, o ) 3- Fjliyc yj^-ba^h^C6^et «><mu&GL

(b) Co Ho-3,0)

(pH-2-3

7

No Wujud Kebudayaan Fakta pada Bacaan Teriampir

1.

2. (p~/,o)

3.

LO-1,0-) (j—lt,o)

Ketua GKM i

Komisi Pendidikan ^/^^J> ^ ' - Divisi ^

Nama Mahasiswa NIM

Kelompok

Ruangan Ujian

Tanda Tangan

e-J-2-3 - r

-Sr-X -j-8

J

Pertanyaan: 4. Kelembagaan sosial disusun manusia untuk memenuhi kebutuhan pokok tertentu. Menurut Koentjaraningrat

(1964), terdapat empat komponen pranata (kelembagaan) sosial. Pada bacaan teriampir dapat diidentifikasi suatu kelembagaan di Dusun Keron.

a. Sebutkan dan gambarkan empat komponen kelembagaan sosial dan hubungan diantara empat komponen kelembagaan sosial tersebut!

b. Tunjukkan fakta-fakta pada bacaan teriampir menurut empat komponen kelembagaan yang ada di Dusun Keron (jawab dalam bentuk matrik)!

Jawaban : (Nilai = 15)

(a) Empat komponen dan gambar hubungan diantara empat komponen kelembagaan sosial menurut Koentjaraningrat (1964):

(b)

No

1.

4.

Komponen Kelembagaan

QO-1,0)

(p-/,o) —fi/c

(6-1,0)

(p-/,dj

Fakta pada Bacaan Teriampir

6

(V-AS-)

4

Ketua GKM

11

Komisi Pendidikan Divisi

Recommended