View
289
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
intubasi
Citation preview
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
1/31
BAB I
PENDAHULUAN
Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard " untuk penanganan jalan
nafas. Prosedur ini dapat dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang mengalami
penyumbatan jalan nafas, kehilangan reflek proteksi, menjaga paru-paru dari sekret
agar tidak terjadi aspirasi dan pada segala jenis gagal nafas. Intubasi endotrakeal
dapat dilakukan melalui hidung ataupun mulut. Masing- masing cara memberikan
keuntungan tersendiri sebagai contoh bahwa melalui nasal lebih baik dilakukan pada
pasien yang masih sadar dan kooperatif, sedangkan melalui oral dilakukan pada
pasien yang mengalami koma, tidak kooperatif dan ketika kegawatan intubasi
dibutuhkan pada pasien yang mengalami cardiac arrest.
Tindakan intubasi endotrakheal selama anestesi umum berfungsi sebagai sarana
untuk menyediakan oksigen !# ke paru-paru dan sebagai saluran untuk obat-obat
anestesi yang mudah menguap. Tindakan ini seringkali menyebabkan trauma
terhadap mukosa saluran nafas atas, yang bermanifestasi sebagai gejala-gejala yang
muncul pasca operasi. $eberapa gejala yang dikeluhkan pasien antara lain adalah
nyeri tenggorok (sore throat), batuk cough), dan suara serak (hoarseness#.
%ilaporkan gejala yang dikeluhkan pasien ini memiliki insidens sebesar &-'().
Meskipun tidak sampai menyebabkan kecacatan, namun komplikasi ini dapat
dirasakan sangat tidak nyaman dan bahkan bisa menimbulkan keluhan dari pasien
terutama pasien yang one day care. *ejala-gejala tersebut, terjadi akibat iritasi
lokal dan proses inflamasi pada mukosa saluran nafas atas.&
1
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
2/31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Saluran Nafas Atas
+aluran Pernapasan $agian tas pper espiratory irway# dengan
fungsi utama sebagai berikut/
a. ir conduction penyalur udara#, sebagai saluran yang meneruskan udara
menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
b. Protection perlindungan#, sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar
terhindar dari masuknya benda asing.
c. 0arming, filtrasi, dan humudifikasi yakni sebagai bagian yang menghangatkan,
menyaring, dan memberi kelembaban udara yang diinspirasi.
2
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
3/31
1a2um 3asalis
4idung dibentuk oleh tulang sejati os# dan tulang rawan kartilago#.
4idung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago
dan jaringan ikat connecti2e tissue#. $agian dalam hidung merupakan
suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh
sekat septum#. ongga hidung mengandung rambut fimbriae # yang
berfungsi sebagai penyaring filter# kasar terhadap benda asing yang masuk.
Pada permukaan mukosa# hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung
sel goblet. +el tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda
asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. 5ita dapat mencium aroma
karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor. eseptor bau terletak
pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial I
3er2ous !lfactorius#. 4idung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur
udara, pengatur kelembaban udara humidifikasi#, pengatur suhu, pelindung
dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara.
6aring
6aring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula
dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian
tulang rawan kartilago# krikoid. 6aring digunakan pada saat 7digestion 8 menelan#
seperti pada saat bernapas. $erdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga
yaitu di belakang hidung naso-faring#, belakang mulut oro-faring #, dan
belakang laring laringo- faring #.
3aso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia
pseudo stratified # dan tonsil adenoid#, serta merupakan muara tube eustachius.
Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. +truktur
3
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
4/31
tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh
dari in2asi organisme yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan.
!ro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan makanan
dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsil palatina posterior# dan tonsili
lingualis dasar lidah#.
9aring
9aring sering disebut dengan 72oice bo:8 dibentuk oleh struktur
epiteliumlined yang berhubungan dengan faring di atas# dan trakhea di bawah#.
9aring terletak di anterior tulang belakang 2ertebrae# ke-; dan ke-'. $agian atas
dari esofagus berada di posterior laring. 6ungsi utama laring adalah untuk
pembentukan suara, sebagai proteksi napas bawah dari benda asing dan untuk
memfasilitasi proses terjadinya batuk.
9aring terdiri atas/
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
5/31
B. Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawa
+aluran pernapasan bagian bawah tracheobronchial tree# terdiri atas/
a. Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang 2ertebre
torakal ke-> yang bercabang menjadi dua bronkhus. jung cabang trakhea disebut
carina. Trakhea bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang & cm dengan
cincin kartilago berbentuk huruf 1.
b. $ronkhus dan $ronkhiolus
1abang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih
2ertikal daripada cabang yang kiri. 4al tersebut menyebabkan benda asing
lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan daripada bronkhus sebelah
kiri.
+egmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti
ranting masuk ke paru-paru. $ronkhus disusun oleh jaringan kartilago
sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di al2eoli, tidak mengandung kartilago.
Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap
udara, namun juga dapat mengalami kolaps. gar tidak kolaps al2eoli
5
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
6/31
dilengkapi dengan poros?lubang kecil yang terletak antar al2eoli yang berfungsi
untu mencegah kolaps al2eoli.
+aluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak
mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan natomical
%ead +pace. wal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan
paru-paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit al2eolus. l2eoli
merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari
bronkhiolus respiratorus sehingga memungkinkan pertukaran ! dan 1!.
+eluruh dari unit al2eoli @ona respirasi# terdiri atas bronkhiolus respiratorius,
duktus al2eolus, dan al2eolar saccus kantong al2eolus#. 6ungsi utama
dari unit al2eolus adalah pertukaran ! dan 1! diantara kapiler
pulmoner dan al2eoli.
6
Sumber : Tank,
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
7/31
I. Intu!asi
&. Pengertian Intubasi
Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui mulut atau
hidung. Intubasi terbagi menjadi yaitu intubasi orotrakeal endotrakeal# dan
intubasi nasotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa
trakea ke dalam trakea melalui rima glottidis dengan mengembangkan cuff,
sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara
dan bifurkasio trakea. Intubasi nasotrakeal yaitu tindakan memasukan pipa nasal
melalui nasal dan nasopharing ke dalam oropharing sebelum laryngoscopy. &,A
II. Tu"uan Intu!asi
Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau
melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trachea. Tujuan
dilakukannya intubasi yaitu sebagai berikut /
a. Mempermudah pemberian anesthesia.
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankankelancaran pernapasan.
c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung pada keadaan tidak
sadar, lambung penuh dan tidak ada refle: batuk#.
d. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
e. Pemakaian 2entilasi mekanis yang lama.
f. Mengatasi obstruksi laring akut
III. In#i$asi #an $ontrain#i$asi Intu!asi
Indikasi intubasi endotrakeal yaitu mengontrol jalan napas, menyediakan
saluran udara yang bebas hambatan untuk 2entilasi dalam jangka panjang,
meminimalkan risiko aspirasi, menyelenggarakan proteksi terhadap pasien
7
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
8/31
dengan keadaan gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi,
2entilasi yang tidak adekuat, 2entilasi dengan thoracoabdominal pada saat
pembedahan, menjamin fleksibilitas posisi, memberikan jarak anestesi dari
kepala, memungkinkan berbagai posisi misalnya,tengkurap, duduk, lateral,
kepala ke bawah#, menjaga darah dan sekresi keluar dari trakea selama operasi
saluran napas, Perawatan kritis / mempertahankan saluran napas yang adekuat,
melindungi terhadap aspirasi paru, kebutuhan untuk mengontrol dan
mengeluarkan sekret pulmonal. 5ontraindikasi intubasi endotrakeal adalah /
trauma ser2ikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang 2ertebra ser2ical,
sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
Intubasi nasotrakeal dapat dilakukan pada pasien-pasien yang akan
menjalani operasi maupun tindakan intraoral. %ibandingkan dengan pipa
orotrakeal, diameter maksimal dari pipa yang digunakan pada intubasi nasotrakeal
biasanya lebih kecil oleh karenanya tahanan jalan napas menjadi cenderung
meningkat. Intubasi nasotrakeal pada saat ini sudah jarang dilakukan untuk
intubasi jangka panjang karena peningkatan tahanan jalan napas serta risiko
terjadinya sinusitis. Teknik ini bermanfaat apabila urgensi pengelolaan airwaytidak memungkinkan foto ser2ikal. Intubasi nasotrakeal secara membuta blind
nasotrakeal intubation# memerlukan penderita yang masih bernafas spontan.
Prosedur ini merupakan kontraindikasi untuk penderita yang apnea. Makin dalam
penderita bernafas, makin mudah mengikuti aliran udara sampai ke dalam laring.
5ontraindikasi lain dari pemasangan pipa nasotrakeal antara lain fraktur basis
cranii, khususnya pada tulang ethmoid, epistaksis, polip nasal, koagulopati, dan
trombolisis.
Indikasi intubasi fiber optik yaitu kesulitan intubasi riwayat sulit
dilakukan intubasi, adanya bukti pemeriksaan fisik sulit untuk dilakukan
intubasi#, diduga adanya kelainan pada saluran napas atas, trakea stenosis dan
kompresi, menghindari ekstensi leher insufisiensi arteri 2ertebra, leher yang tidak
8
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
9/31
stabil#, resiko tinggi kerusakan gigi gigi goyang atau gigi rapuh#, dan intubasi
pada keadaan sadar.A,;
I%. Kesulitan Intu!asi
+ehubungan dengan manajemen saluran nafas, riwayat sebelum intubasi
seperti riwayat anestesi, alergi obat, dan penyakit lain yang dapat menghalangi
akses jalan napas. Pemeriksaan jalan napas melibatkan pemeriksaan keadaan gigi=
gigi terutama ompong, gigi seri atas dan juga gigi seri menonjol. Bisualisasi dari
orofaring yang paling sering diklasifikasikan oleh sistem klasifikasi Mallampati
Modifikasi. +istem ini didasarkan pada 2isualisasi orofaring. Pasien duduk
membuka mulutnya dan menjulurkan lidah.;,&C,&&
5lasifikasi Mallampati /
Mallampati & / Palatum mole, u2ula, dinding posterior oropharing, pilar tonsil
Mallampati / Palatum mole, sebagian u2ula, dinding posterior u2ula
Mallampati A / Palatum mole, dasar u2ula
Mallampati ; / Palatum durum saja%alam sistem klasifikasi, 5elas I dan II saluran nafas umumnya diperkirakan
mudah intubasi, sedangkan kelas III dan IB terkadang sulit.
9
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
10/31
+elain sistem klasifikasi Mallampati, temuan fisik lainnya telah terbukti
menjadi prediktor yang baik dari kesulitan saluran nafas. 0ilson dkk
menggunakan analisis diskriminan linier, dimasukkan lima 2ariable / $erat
badan, kepala dan gerakan leher, gerakan rahang, sudut mandibula, dan gigi ke
dalam sistem penilaian yang diperkirakan >() dari intubasi sulit pada kriteria
risiko D . 6aktor lain yang digunakan untuk memprediksi kesulitan intubasi
meliputi /
9idah besar
*erak sendi temporo-mandibular terbatas
Mandibula menonjol
Maksila atau gigi depan menonjol
Mobilitas leher terbatas
Pertumbuhan gigi tidak lengkap
9angit-langit mulut sempit
Pembukaan mulut kecil
nafilaksis saluran napas
rthritis dan ankilosis cer2ical
+indrom kongenital 5lippel-6eil leher pendek, leher menyatu#, Pierre obin
micrognathia, belahanlangit-langit, glossoptosis#,Treacher 1ollinsmandibulofacialdysostosis#
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
11/31
Massa pada mediastinum
Myopati menunjukkan myotoniaatau trismus
Earingan parut luka bakar atau radiasi
Trauma dan hematoma
Tumor dan kista
$enda asing pada jalan napas
5ebocoran di sekitar masker wajah edentulous, hidung datar, besar wajah
dan kepala, 5umis, jenggot
3asogastrik tube
5urangnya keterampilan, pengalaman, atau terburu-buru.
%. Persiapan intu!asi
Persiapan untuk intubasi termasuk mempersiapkan alatalat dan
memposisikan pasien.
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
12/31
STATI&S
S'ope
Fang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop. +testoskop
untuk mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop untuk melihat
laring secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake dengan baik dan
benar. +ecara garis besar, dikenal dua macam laringoskop/
a. $ilah?daun?blade lurus Miller, Magill# untuk bayi-anak-dewasa.
b. $ilah lengkung Macintosh# untuk anak besar-dewasa.
Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Fang perlu diperhatikan lagi adalah lampu
pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring jelas terlihat.
12
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
13/31
Tu!e
Fang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa
trakea mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari
bahan standar poli2inil klorida. kuran diameter pipa trakea dalam ukuran
milimeter. $entuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan dewasa
berbeda. ntuk bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk penampang
melintang trakea hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti huruf %. !leh
13
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
14/31
karena itu pada bayi dan anak di bawah lima tahun tidak menggunakan kaf
cuff)sedangkan untuk anak besar-dewasa menggunakan kaf supaya tidak
bocor.lasan lain adalah penggunaan kaf pada bayi-anak kecil dapat membuat
trauma selaput lendir trakea danpostintubation croup.
Pipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut orotracheal tube# atau
melalui hidung nasotracheal tube#.Nasotracheal tube umumnya digunakan bila
penggunaan orotracheal tubetidak memungkinkan, mislanya karena terbatasnya
pembukaan mulut atau dapat menghalangi akses bedah. 3amun
penggunaan nasotracheal tube dikontraindikasikan pada pasien dengan farktur
basis kranii.
kuran pipa trakea yang tampak pada tabel di bawah ini.
Usia Diameter (mm) S$ala *ren' Jara$ Sampai
Bi!ir
Prematur ,C-,( &C &C cm
3eonatus ,(-A,( & &&cm
&-' bulan A,C-;,C &; && cmG-& tahun A,C-A,( &' & cm
&-; tahun ;,C-;,( &H &A cm
;-' tahun ;,(-,(C C &; cm'-H tahun (,C-(,( &(-&' cm
H-&C tahun (,(-',C ; &'-&> cm
&C-& tahun ',C-',( ' &>-&H cm&-&; tahun ',(->,C H-AC &H- cm
%ewasa wanita ',(-H,( H-AC C-; cm
%ewasa pria >,(-&C A-A; C-; cm
Pipa endotrakea adalah suatu alat yang dapat mengisolasi jalan nafas,
mempertahankan patensi, mencegah aspirasi serta mempermudah 2entilasi,
oksigenasi dan pengisapan. Pipa endotrakea terbuat dari material silicon PB1
Poly2inyl 1hloride# yang bebas lateks, dilengkapi dengan &(mm konektor standar.
Termosensitif untuk melindungi jaringan mukosa dan memungkinkan pertukaran gas,
serta struktur radioopak yang memungkinkan perkiraan lokasi pipa secara tepat. Pada
14
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
15/31
tabung didapatkan ukuran dengan jarak setiap &cm untuk memastikan kedalaman
pipa.
natomi laring dan rima glotis harus dikenal lebih dulu. $esar pipa trakea
disesuaikan dengan besarnya trakea. $esar trakea tergantung pada umur. Pipa
endotrakea yang baik untuk seorang pasien adalah yang terbesar yang masih dapat
melalui rima glotis tanpa trauma. Pada anak dibawah umur H tahun trakea berbentuk
corong, karena ada penyempitan di daerah subglotis makin kecil makin sempit#.
!leh karena itu pipa endaotrakeal yang dipakai pada anak, terutama adalah pipa tanpa
balon cuff#. $ila dipakai pipa tanpa balon hendaknya dipasang kasa yang
ditempatkan di faring di sekeliling pipa tersebut untuk mencegah aspirasi untuk
fiksasi dan agar tidak terjadi kebocoran udara inspirasi. $ila intubasi secara langsung
memakai laringoskop dan melihat rima glotis# tidak berhasil, intubasi dilakukan
secara tidak langsung tanpa melihat trakea# yang juga disebut intubasi tanpa lihat
blind#. 1ara lain adalah dengan menggunakan laringoskop serat optic.
ntuk orang dewasa dan anak diatas ' tahun dianjurkan untuk memakai pipa
dengan balon lunak 2olume besar tekanan rendah, untuk anak kecil dan bayi pipa
tanpa balon lebih baik. $alon sempit 2olume kecil tekanan tinggi hendaknya tidakdipakai karena dapat menyebabkan nekrosis mukosa trakea. Pengembangan balon
yang terlalu besar dapat dihindari dengan memonitor tekanan dalam balon yang pada
balon lunak besar sama dengan tekanan dinding trakea dan jalan nafas# atau dengan
memakai balon tekanan terbatas. Pipa hendaknya dibuat dari plastik yang tidak
iritasif.
Pemakaian pipa endotrakea sesudah > sampai &C hari hendaknya
dipertimbangkan trakeostomi, bahkan pada beberapa kasus lebih dini. Pada hari ke-;
timbul kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan kondritis bahkan stenosis
subglotis.
5erusakan pada laringotrakea telah jauh berkurang dengan adanya perbaikan
balon dan pipa. Eadi trakeostomi pada pasien koma dapat ditunda jika ekstubasi
diperkirakan dapat dilakukan dalam waktu &- minggu. kan tetapi pasien sadar
15
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
16/31
tertentu memerlukan 2entilasi intratrakea jangka panjang mungkin merasa lebih
nyaman dan diberi kemungkinan untuk mampu berbicara jika trakeotomi dilakukan
lebih dini.
Airwa+
irway yang dimaksud adalah alat untuk menjaga terbukanya jalan napas yaitu
pipa mulut-faring *uedel, orotracheal airway# atau pipa hidung-faring naso-
tracheal airway#. Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar
lidah tidak menyumbat jalan napas.
Tape
Tapeyang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak
terdorong atau tercabut.
16
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
17/31
Intro#u'er
Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang
dibungkus plastik kabel# yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa
trakea mudah dimasukkan.
&onne'tor
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag
2al2e mask ataupun peralatan anesthesia.
Su'tion
Suctionyang dimaksud adalah penyedot lender, ludah dan cairan lainnya.
&. &ara Intu!asi
Intubasi
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
18/31
+ebelum dilakukan intubasi terlebih dahulu dilakukan oksigenasi dengan
menggunakan orotracheal tube atau nasotracheal tube dan bag 2al2e kurang lebih
selama AC detik.
Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop
dipegang dengan tangan kiri. %aun laringoskop dimasukkan dari sudut kanan dan
lapangan pandang akan terbuka. %aun laringoskop didorong ke dalam rongga
mulut. *agang diangkat ke atas dengan lengan kiri dan akan terlihat u2ula, faring
serta epiglotis.
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
19/31
sehingga pita suara akan dapat tampak dengan jelas. $ila mengganggu, stylet
dapat dicabut. Bentilasi atau oksigenasi diberikan dengan tangan kanan
memompa balon dan tangan kiri memfiksasi. $alon pipa dikembangkan dan daun
laringoskop dikeluarkan selanjutnya pipa difiksasi dengan plester.
%ada dipastikan mengembang saat diberikan 2entilasi. +ewaktu 2entilasi,
dilakukan auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan suara nafas kanan dan
kiri sama. $ila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa endotrakeal. $ila
terjadi intubasi endotrakeal yang terlalu dalam akan terdapat tandatanda berupa
suara nafas kanan berbeda dengan suara nafas kiri, kadangkadang timbul suara
whee@ing, sekret lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Eika ada
2entilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai 2entilasi kedua paru
sama. +edangkan bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah
epigastrium atau gaster akan mengembang, terdengar suara saat 2entilasi dengan
stetoskop#, kadangkadang keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan
nampak semakin membiru. ntuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan
kembali setelah diberikan oksigenasi yang cukup.'
19
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
20/31
Intubasi yang gagal tidak harus dilakukan berulang-ulang dengan cara
yang sama. Perubahan harus dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan
keberhasilan, seperti reposisi pasien, mengurangi ukuran tabung, menambahkan
stylet, memilih pisau yang berbeda, mencoba jalur lewat hidung, atau meminta
bantuan dari ahli anestesi lain. Eika pasien juga sulit untuk 2entilasi dengan
masker, bentuk alternatif manajemen saluran napas lain misalnya, 9M,
1ombitube, cricothyrotomy dengan jet 2entilasi, trakeostomi# harus segera
dilakukan.(,'
Intubasi 3asotrakeal
20
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
21/31
Intubasi nasal mirip dengan intubasi oral kecuali bahwa 3TT masuk lewat
hidung dan nasofaring menuju orofaring sebelum dilakukan laringoskopi. 9ubang
hidung yang dipilih dan digunakan adalah lubang hidung yang pasien bernafas
lebih gampang. Tetes hidung phenylephrine C,( J C,()# menyebabkan
pembuluh 2asokonstriksi dan menyusutkan membran mukosa. Eika pasien sadar,
lokal anestesi secara tetes dan blok saraf dapat digunakan.
3TT yang telah dilubrikasi dengan jellyyang larut dalam air, dimasukkanke dasar hidung, dibawah turbin inferior. $e2el 3TT berada disisi lateral jauh dari
turbin. ntuk memastikan pipa lewat di dasar rongga hidung, ujung proksimal
dari 3TT harus ditarik ke arah kepala. Pipa secara berangsur-angsur dimasukan
hingga ujungnya terlihat di orofaring. mumnya ujung distal dari 3TT dapat
dimasukan pada trachea tanpa kesulitan. Eika ditemukan kesulitan dapat
diguankan forcep Magil. Penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati agar
tidak merusakkan balon. Memasukkan 3TT melalaui hidung berbahaya pada
pasien dengan trauma wajah yang berat disebabkan adanya resiko masuk ke
intrakranial.>
D. E$stu!asi Perioperatif
21
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
22/31
+etelah operasi berakhir, pasien memasuki prosedur pemulihan yaitu
pengembalian fungsi respirasi pasien dari nafas kendali menjadi nafas spontan.
+esaat setelah obat bius dihentikan segeralah berikan oksigen &CC) disertai
penilaian apakan pemulihan nafas spontan telah terjadi dan apakah ada hambatan
nafas yang mungkin menjadi komplikasi. $ila dijumpai hambatan nafas,
tentukaan apakah hambatan pada central atau perifer. Teknik ekstubasi pasien
dengan membuat pasien sadar betul atau pilihan lainnya pasien tidak sadar tidur
dalam#, jangan lakukan dalam keadaan setengah sadar ditakutkan adanya 2agal
refleks. $ila ekstubasi pasien sadar, segera hentikan obat-obat anastesi hipnotik
maka pasien berangsu-angsur akan sadar.
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
23/31
Tatalaksana jalan napas merupakan aspek yang fundamental pada praktik
anestesi dan perawatan emergensi. Intubasi endotrakeal termasuk tatalaksana
yang cepat, sederhana, aman dan teknik nonbedah yang dapat mencapai semua
tujuan dari tatalaksana jalan napas yang diinginkan, misalnya menjaga jalan napas
tetap paten, menjaga paru-paru dari aspirasi, membuat 2entilasi yang cukup
selama dilakukan 2entilasi mekanik, dan sebagainya.
6aktor-faktor predisposisi terjadinya komplikasi pada intubasi endotrakeal
dapat dibagi menjadi /
6aktor pasien
&. 5omplikasi sering terjadi pada bayi, anak dan wanita dewasa karena memiliki
laring dan trakea yang kecil serta cenderung terjadinya edema pada jalan
napas.
. Pasien yang memiliki jalan napas yang sulit cenderung mengalami trauma.
A. Pasien dengan 2ariasi kongenital seperti penyakit kronik yang didapat
menimbulkan kesulitan saat dilakukan intubasi atau cenderung mendapatkan
trauma fisik atau fisiologis selama intubasi.
;. 5omplikasi sering terjadi saat situasi emergensi.6aktor yang berhubungan dengan anestesia
&. Ilmu pengetahuan, teknik keterampilan dan kemampuan menangani situasi
krisis yang dimiliki anestesiologis memiliki peranan penting terjadinya
komplikasi selama tatalaksana jalan napas.
. Intubasi yang terburu-buru tanpa e2aluasi jalan napas atau persiapan pasien
dan peralatan yang adekuat dapat menimbulkan kegagalan dalam intubasi.K,&C
6aktor yang berhubungan dengan peralatan
&. $entuk standar dari endotracheal tube
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
24/31
. Pemakaian stilet dan bougie merupakan faktor predisposisi terjadinya trauma.
A. $ahan tambahan berupa plastik dapat menimbulkan iritasi jaringan.
;. +terilisasi tube plastik dengan etilen oksida dapat menghasilkan bahan toksik
berupa etilen glikol jika waktu pengeringan inadekuat.
(. Tekanan yang tinggi pada kaf dapat menimbulkan cedera atau kaf dengan
tekanan yang rendah dapat pula menimbulkan cedera jika ditempatkan di
bagian yang tidak tepat.
5esulitan menjaga jalan napas dan kegagalan intubasi mencakup kesulitan
2entilasi dengan sungkup, kesulitan saat menggunakan laringoskopi, kesulitan
melakukan intubasi dan kegagalan intubasi. +ituasi yang paling ditakuti adalah
tidak dapat dilakukannya 2entilasi maupun intubasi pada pasien apnoe karena
proses anestesi. 5egagalan dalam oksigenasi dapat menyebabkan kematian atau
hipoksia otak.
5rikotirotomi bukan trakeostomi# merupakan metode yang dipilih ketika
dalam keadaan emergensi seperti pada kasus cannot-ventilation-cannot-
intubation1B1I#. &C,&&
Tabel 5omplikasi pada
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
25/31
laringeal, trakea, esofageal dan bronkus
Intubasi esophageal
Intubasi bronchial
Selama E$stu!asi Setela Intu!asi
5esulitan ekstubasi +uara mendengkur
5esulitan melepas kaf
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
26/31
Airway merupakan komponen terpenting dalam menjaga keadaan 2ital
pasien, sehingga dalam keadaaan gawat darurat komponen inilah yang pertama
kali dipertahankan. +alah satu cara menjaga patensi saluran napas airway#
tersebut adalah dengan intubasi. +ehingga teknik intubasi harus dikuasai dengan
benar dari mulai indikasi sampai dengan komplikasi-komplikasinya.
DA*TA, PUSTAKA
&. %esai,rjun M.C&C. nesthesiology . +tanford ni2ersity +chool of
Medicine. %iakses dari/http/??emedicine.medcape.com. ccessed on pril &th
C&;
. dams 9 *eorge, boies 9, dkk. oies u!u Ajar "enya!it T#T edisi $ .
Penerbit $uku5edokteran
26
http://emedicine.medcape.com/http://emedicine.medcape.com/http://emedicine.medcape.com/5/27/2018 REFERAT INTUBASI
27/31
A. 9atief, +aid , 5artini . +uryadi dan M. uswan %achlan. CC&. Petunjuk
Praktis nestesiologi. $agian nestesiologi dan Terapi Intensif 65-I/
Eakarta. ni2ersitas Indonesia. CC>= .p/A-;(.
4. Morgan *
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
28/31
&&. *amawati, %ian 3atalia dan +ri 4erawati. CC. Trauma å A!ibat
'ntubasi ndotra!eal. 2ailable at http/??ojs.lib.unair.ac.id.ccessed on pril
&thC&;.
KATA PEN-ANTA,
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Fang Maha
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
29/31
+aya ingin mengucapkan terimakasih kepada/ dr. Triseno, +pn selaku
pembimbing dan seluruh dokter anestesi +9 Mintoharjo dalam penyusunan
makalah ini dan teman-teman serta semua pihak yang ikut membantu dan
menyelesaikan laporan ini sehingga dapat selesai dan dikumpulkan tepat pada
waktunya.
+aya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun supaya makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Eakarta, & pril C&;
Penulis
LEBA, PEN-ESAHAN
Nama / melya 9esmana
NI / CAC.CK.C&&
Bagian / 5epaniteraan 5linik $agian nestesi, +9 Mintoharjo, Eakarta
29
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
30/31
Instansi / 6akultas 5edokteran ni2ersitas Trisakti
Perio#e / ; maret C&; J ' pril C&;
Ju#ul / Intubasi
Pem!im!ing / dr. Triseno, +p.n
Eakarta, & pril C&;
Pembimbing
dr. Triseno, +p.n
,E*E,AT
INTUBASI
30
5/27/2018 REFERAT INTUBASI
31/31
NAA / AEL0A LESANA
NI / 121.13.144
D5KTE, PEBIBIN- / #r. T,ISEN56 Sp.An
KEPANITE,AAN KLINIK BA-IAN ILU ANESTESI
,SAL INT5HA,DJ5
*AKULTAS KED5KTE,AN
UNI%E,SITAS T,ISAKTI
JAKA,TA 7148
31
Recommended