View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH SINETRON TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSIONAL
SISWA KELAS V SDN NO. 73 BONTORITA 1 KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Devy Anggraeny
10540 11102 16
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang
Kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya pikiran.
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,
atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung saya
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Devy Anggraeny. 2020. Pengaruh Sinetron Terhadap Perkembangan Emosional
Siswa Kelas V SDN No. 73 Bontorita 1 Kabupaten Takalar. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Syafruddin dan
pembimbing II Sri Rahayu.
Masa kanak-kanak atau sering disebut usia dini adalah sebuah fase yang
harus dilalui oleh manusia. Perkembangan emosional anak dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain adalah tayangan sinetron. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh sinetron terhadap perkembangan emosional siswa.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode ex post facto.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 22 siswa responden kelas
V SDN No. 73 Bontorita 1. Penentuan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Adapun pengujian instrumen penelitian ini yakni uji validitas dan uji
reliabilitas. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah uji normalitas,
uji linearitas, regresi linear sederhana, uji t, uji korelasi dan uji determinasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh sinetron (X) terhadap
perkembangan emosional siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1. Hal ini
ditunjukkan dari hasil uji t bahwa nilai signifikan 0,000 < 0,05 yakni 0,000 <
0,842. Korelasi antara variabel X dengan variabel Y tergolong kuat yakni 0,967.
Hasil korelasi determinasi menunjukkan pengaruh perubahan emosional siswa
kelas V SDN No. 73 Bontorita 1 setelah menonton sinetron sebesar 0,967 atau
96,7% sedangkan sisanya 3,3% adalah pengaruh dari luar.
Kata kunci: Sinetron, perkembangan emosional, SDN No. 73 Bontorita 1.
viii
KATA PENGANTAR
Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,
yang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan
bagaikan fatamorgana yang semakin dekejar semakin menghilang dari pandangan,
bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.
Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis
kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tuaku tercinta Kasri dan Mawar yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,
membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses mencari ilmu.
Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya
memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya. Kepada Bapak
Dr. Syafruddin,M.Pd dan Ibu Sri Rahayu, S.Pd, M.Pd., pembimbing I dan
ix
pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak
awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada; Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd.,Ph,D., dan Aliem Bahri, S.Pd, M.Pd., ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan para staf pegawai
dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian
ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada
Kepala Sekolah Syamsuddin,S.Pd, guru, staf SDN No. 73 Bontorita 1, dan Bapak
Rusdianto,S.Pd., selaku guru kelas V di sekolah tersebut yang telah memberikan
izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada sahabat-sahabatku Nia, Mj, Tika, Rida, Eni yang selalu
mendukung dan selalu ada dalam hal apapun, serta rekan mahasiswa Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2016 khususnya juga kelas 16C atas
segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah
memberi pelangi dalam hidupku.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
x
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, September 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................... v
MOTO ............................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 10
A. Penelitian yang Relevan......................................................... 10
B. Kajian Teori .......................................................................... 11
1. Sinetron ............................................................................... 11
a. Pengertian Sinetron ........................................................ 11
b. Aspek-aspek Sinetron..................................................... 12
2. Perkembangan Emosional Siswa ........................................ 13
a. Pengertian Perkembangan .............................................. 13
b. Ciri-ciri Perkembangan .................................................. 16
c. Aspek-aspek Perkembangan .......................................... 18
xii
d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan .................. 23
e. Pengertian Emosional..................................................... 29
f. Karakteristik Emosi Anak .............................................. 30
g. Perilaku Emosional ........................................................ 32
h. Pengertian Perkembangan Emosional Siswa ................. 32
C. Kerangka Pikir ....................................................................... 35
D. Hipotesis Penelitian ............................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 38
A. Rancangan Penelitian ............................................................. 38
B. Populasi dan Sampel .............................................................. 39
C. Defenisi Operasional Variabel ............................................... 41
D. Instrumen Penelitian .............................................................. 42
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 43
F. Teknik Analisis Data ............................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 51
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 51
B. Pembahasan ........................................................................... 74
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 81
A. Simpulan ................................................................................ 81
B. Saran ...................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83
LAMPIRAN ...................................................................................................... 85
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Bobot Skor Responden ................................................................................. 45
3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi................... 49
4.1 Intensitas Menonton Sinetron ..................................................................... 52
4.2 Siswa Menghafal Isi Cerita Sinetron........................................................... 52
4.3 Meniru Gaya Bahasa ................................................................................... 53
4.4 Keinginan Memiliki Pacar Seperti Pada Sinetron ....................................... 54
4.5 Penasaran Dengan Kelanjutan Cerita Sinetron ........................................... 54
4.6 Tidak Suka Terhadap Tokoh Pengganggu Hubungan ................................ 55
4.7 Menyukai Konflik Percintaan ..................................................................... 56
4.8 Ingin Diperhatikan Seperti Pacar Pada Sinetron ......................................... 56
4.9 Menonton Sinetron Dari Awal Sampai Akhir Episode ............................... 57
4.10 Anak Langsung Menonton Tv Saat Pulang Sekolah ................................ 58
4.11 Anak Menghabiskan Waktu Di depan Tv Sehingga Waktu Belajar
Kurang ...................................................................................................... 59
4.12 Anak Lebih Sering Menonton Sinetron Percintaan Daripada Acara
Tv Lain ...................................................................................................... 60
4.13 Anak Rela Tidak Makan Demi Menonton Sinetron Kesukaannya ........... 61
4.14 Antusias Menceritakan Alur Sinetron Keesokan Harinya ........................ 61
4.15 Anak Sering Senyum-Senyum Sendiri Saat Menonton Sinetron .............. 62
4.16 Anak Ikut Menangis Saat Menonton Sinetron Sedih ................................ 63
4.17 Anak Marah Saat Tayangan Sinetron Kesukaannya Diganti Dengan
Chanel Lain .......................................................................................... 63
4.18 Anak Lebih Mudah Cemburu Saat Perhatian Terbagi dengan
Saudaranya................................................................................................. 64
4.19 Uji Validitas Variabel Sinetron ................................................................. 66
4.20 Uji Validitas Variabel Perkembangan Emosional.................................... 67
xiv
4.21 Uji Reliabilitas Sinetron dan Perkembangan Emosional .......................... 69
4.22 Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 70
4.23 Hasil Uji Linearitas ................................................................................... 71
4.24 Hasil Regresi Sederhana ........................................................................... 72
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pikir ............................................................................................. 36
3.1 Paradigma Ganda dengan Dua Varibel Dependen ....................................... 39
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian ....................................................................................... 86
2. Berita Acara Ujian Proposal........................................................................... 88
3. Kontrol Pelaksanaan Penelitian...................................................................... 89
4. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi .................................................................. 90
5. Nama Siswa Kelas V ...................................................................................... 92
6. Data Responden Siswa .................................................................................. 93
7. Data Responden Orang Tua ........................................................................ 104
8. Hasil Responden Siswa ............................................................................... 115
9. Hasil Responden Orang Tua Siswa ............................................................. 116
10. Uji Validitas Sinetron ................................................................................ 117
11. Uji Validitas Perkembangan Emosional ................................................... 118
12. Uji Reliabilitas .......................................................................................... 119
13. Uji Asumsi Normalitas .............................................................................. 120
14. Uji Asumsi Linearitas ............................................................................... 120
15. Regresi Sederhana ..................................................................................... 121
16. Dokumentasi ............................................................................................. 122
17. Riwayat Hidup .......................................................................................... 125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi informasi sekarang ini, Indonesia diramaikan oleh
hadirnya beberapa stasiun televisi swasta. Semua televisi swasta tersebut
berusaha menarik perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya agar dapat
menempati porsi tertinggi. Hal ini berarti masuknya dana meliputi iklan yang
menopang dari televisi tersebut. Dalam situasi demikian sudah tentu televisi
harus menyiarkan hal-hal atau film-film import, meskipun porsinya mulai
dikurangi, tetapi tidak mungkin atau belum berhasil seluruhnya.
Perkembangan pertelevisian di Indonesia dirasa cukup pesat. Dapat
dilihat dari banyaknya sistem televisi swasta yang berkembang hingga
sekarang. Begitu banyak tayangan televisi dengan fungsi menghibur.
Menghibur disini bisa dijabarkan sebagai penghilang stress, pengundang tawa,
pengisi waktu ketika santai, dan lain sebagainya. Namun fungsi ini hanya
berhenti pada titik “menghibur” saja, tidak sampai fungsi mendidik.
Banyak tayangan menghibur yang justru menjauhi nilai dan norma
yang ada dalam masyarakat. Tayangan televisi yang ada justru dianggap tidak
rasional, karena tidak sesuai dengan kehidupan nyata. Bagi anak-anak di
bawah umur, tayangan ini bisa menjadi contoh dan teladan (yang buruk).
Karena anak-anak yang masih pada masa pertumbuhan akan cenderung
2
melakukan hal-hal yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari (dalam hal
ini adalah sinetron yang mengandung unsur percintaan).
Tanggap terhadap lingkungan Menurut Effendy (Rusman, 2012:185)
yang dimaksud televisi adalah “televisi siaran yang merupakan media dari
jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki media massa, yang
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum
sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya bersifat
heterogen”.
Banyaknya peminat program acara sinetron, membuat stasiun televisi
yang ada di Indonesia berlomba-lomba membuat sinetron yang menarik untuk
merebut perhatian pemirsa. Hingga, terkadang cerita yang disajikan dalam
sinetron tidak relevan dengan dunia nyata. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)
menetapkan standar kualitas program siaran televisi adalah 3.00
menggunakan skala satu hingga empat. Program siaran disebut baik atau
berkualitas jika skor indeksnya minimal 3.00. “Survei periode pertama pada
2018, memperlihatkan nilai indeks kualitas program siaran TV secara
keseluruhan hanya mencapai skor 2,84, masih di bawah standar KPI,” kata
Ketua KPI Pusat Yuliandre Darwis.
Dalam penelitian ini peniliti memfokuskan acara televisi yang akan
dijadikan bahan dalam penelitian adalah tayangan televisi sinetron yang
mengandung unsur percintaan. Latief (2015:27) “Sinetron (Sinema
Elektronik) merupakan program televisi yang merupakan program drama, kata
3
drama berasal dari bahasa yunani dran, artinya bertindak atau berbuat”.
Menurut Suryo (Latief, 2015:27) bahwa “drama berasal dari bahasa Yunani
kuno sekitar 6000 tahun sebelum Masehi, yaitu asal kata dari draomai yang
artinya adalah perbuatan meniru suatu kejadian yang ditiru”.
Tayangan televisi berpengaruh negatif terhadap perkembangan
emosional anak tergantung dari penyesuaian anak, (Hurlock, 1978: 344),
“Anak yang penyesuaiannya baik kurang kemungkinannya terpengaruh secara
negatif, apakah permanen atau temporer dibandingkan dengan anak yang
buruk penyesuaiannya, dan anak yang sehat dibanding anak yang tidak sehat.”
Pengaruh yang diingat seseorang melalui membaca tenyata hanya
sekitar 15% saja, namun pengaruh terlihat semakin meningkat kalau disertai
suara bahkan adegan visual yang ternyata berpengaruh 50% bagi yang
menontonnya. Karena itulah televisi sangat besar pengaruhnya dalam
perkembangan emosional positif maupun negatif anak, dimana emosi positif
anak seperti senang, suka, gembira, dan cinta sedangkan emosi negatif seperti
marah, sedih, kecewa, dan takut. Imitasi adalah tingkat pertama pengaruh
yang kelihatan jelas, dimana pemirsa melihat secara berulang-ulang perilaku
tokoh idolanya dan cenderung meniru perilaku tersebut. Ini bisa dimaklumi
karena salah satu perkembangan seseorang dihasilkan dari contoh mereka
yang lebih dewasa, orang tua, keluarga, guru, bahkan orang lain yang menjadi
idola.
4
Para ilmuwan di Skotlandia menemukan bahwa seseorang yang
menghabiskan waktu di depan televisi dua jam sampai empat jam sehari, akan
meningkatkan risiko serangan penyakit jantung dan kematian dini. Para
peneliti juga mengambil foto pembuluh darah mata anak-anak. Mereka juga
mengkalkulasi ukurannya dan menganalisis tinggi, berat badan, dan tekanan
darah. Hasilnya, rata-rata anak menghabiskan 1,9 jam per hari menonton
televisi dan 36 menit melakukan aktivitas fisik di luar ruangan.
Masa anak-anak adalah masa yang paling penting bagi perkembangan
hidup. Sehingga apapun yang diberikan dan diterima pada masa itu sebaiknya
merupakan hal yang terbaik. Dampaknya mungkin tidak akan terasa sekarang,
akan tetapi beberapa tahun kemudian anak-anak yang sering nongkrong di
depan televisi akan mengalami kesulitan konsentrasi. Banyak sebenarnya
dampak yang akan muncul, seperti masalah kesahatan dan perkembangan
emosional.
Menurut AAP (American Academy of Pediatrics) (2011:1)
mengatakan bahwa:
“Telah dilakukan penelitian mengenai efek dari menonton
televisi berlebihan terhadap emosional anak usia sekolah.
Dalam jangka pendek, anak di bawah usia 12th yang
menonton televisi secara berlebihan dan tanpa pengawasan
kemungkinan lebih tinggi akan berefek negatif dibandingkan
berefek positif terhadap perkembangan emosional anak.
Menurut hasil penelitian, 90% orang tua melaporkan bahwa
anak-anak mereka yang duduk dibangku SD suka menonton
televisi khususnya sinetron, 43% dari semua anak di bawah
usia 12th menonton sinetron setiap hari dan 26% anak
memiliki TV dikamar tidur. Di Indonesia pun banyak anak-
anak usia sekolah yang suka menonton film khususnya
drama sinetron”.
5
Oetomo (Iswanyuni, 2015:1) mengatakan bahwa:
“Dari acara sinetron, reality show, dan kartun. Sekitar 60-70
persen orang tua melaporkan bahwa anak-anak mereka
meniru kebiasaan dan perilaku idola mereka ditelevisi,
seperti ucapan, perilaku, dan gaya idola mereka. Yang
menyedihkan kebanyakan yang ditiru itu bukanlah hal yang
positif tetapi yang negatif”.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dibeberapa sekolah
dasar di Kecamatan Galesong menempatkan SDN No. 73 Bontorita 1
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar sebagai salah satu sekolah dasar
terbesar dengan jumlah siswa sebanyak 175 orang, dimana tiap kelas masing-
masing terdiri dari 25 hingga 30 siswa. Ini menjadi landasan peneliti untuk
memilih SDN No. 73 Bontorita 1 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
sebagai lokasi penelitian dan peneliti hanya meneliti siswa/siswi kelas V
karena siswa/siswi kelas 1-3 belum terlalu mengerti mengisi kuesioner yang
akan dibagikan dan pada usia kelas V ini perkembangan emosional siswa juga
mulai terlihat serta adanya beberapa laporan dari orang tua kelas V
bahwasanya anak mereka sering menonton tv hingga lupa waktu dan
berdampak pada perkembangan emosional siswa tersebut.
Peneliti menemukan bahwa murid kelas V memiliki potensi yang
sangat banyak menggunakan media televisi untuk mengisi waktunya
dibandingkan dengan belajar. Anak kelas V lebih tertarik dengan acara yang
imajinatif. Murid kelas V sebagian sering mengalami masalah terlambat
datang ke sekolah dengan alasan menonton film sinetron kesukaannya saat
malam hari yang mengganggu waktu tidurnya. Adanya masalah terlambat ke
sekolah bagi sebagian murid ini membuktikan bahwa murid tidak memiliki
6
disiplin dalam waktu. Adapun masalah lainnya yang terjadi pada murid kelas
V yaitu guru sering mendapatkan laporan dari orang tua murid jika anaknya
mengalami tindak pembullyan. Ini membuktikan bahwa murid kelas V
memilki masalah yang cukup berbahaya dalam kasus anak-anak dan jika
dibiarkan maka akan berdampak terhadap perkembangan emosionalnya kelak
di masa yang akan datang.
Menurut Darwis (Febbiyani, 2017:31) mendefinisikan emosi sebagai
suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan
tingkah laku, serta mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi
dirasakan secara psikofisik karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik.
Ketika emosi bahagia meledak-ledak, ia secara psikis member kepuasan, tapi
secara fisiologis membuat jantung berdebar-debar atau langkah kaki terasa
ringan, juga tak terasa ketika kita berteriak puas kegirangan. Namun hal-hal
yang disebutkan ini tidak spesifik terjadi pada semua orang dalam seluruh
kesempatan. Kadangkala orang bahagia tapi justru meneteskan air mata atau
kesedihan yang sama tidak membawa kepedihan yang serupa.
Dari permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa tayangan televisi
dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosional anak. Untuk itu peneliti
ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sinetron Terhadap
Perkembangan Emosional Siswa Kelas V SDN No. 73 Bontorita 1
Kabupaten Takalar”
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh sinetron yang mengandung unsur percintaan
terhadap perkembangan emosional psikologis siswa kelas V SDN No. 73
Bontorita 1 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?
2. Apakah ada pengaruh sinetron yang mengandung unsur percintaan
terhadap perkembangan emosional psikis siswa kelas V SDN No. 73
Bontorita 1 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh sinetron yang mengandung unsur percintaan
terhadap perkembangan emosional psikologis siswa kelas V SDN No. 73
Bontorita 1 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
2. Untuk mengetahui pengaruh sinetron yang mengandung unsur percintaan
terhadap perkembangan emosional psikis siswa kelas V SDN No. 73
Bontorita 1 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi khasanah
ilmu, terutama bagi jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam
memberikan gambaran jelas tentang pengaruh atau intervensi tayangan
televisi terhadap perkembangan emosional anak. Serta dapat memberikan
informasi dan masukan pada teori yang telah ada, terutama berkaitan
dengan pengaruh tayangan televisi dengan perkembangan emosional anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
1) Sebagai bahan pengembangan sekolah untuk meningkatkan
pengawasan terhadap siswa mengenai acara ditelevisi yang baik
untuk ditonton.
2) Sebagai usaha untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap peraturan
sekolah terutama mengenai batasan siswa dalam menonton acara di
televisi
b. Bagi Guru
Guru sebagai seorang pendidik seyogyanya mampu memberikan
arahan agar siswanya lebih banyak belajar daripada menonton TV,
dengan lebih banyak memberi berbagai tugas belajar di rumah.
9
c. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada orang tua berkaitan dengan tayangan televisi, dan bila
memungkinkan agar orang tua berkenan untuk selalu mendampingi
anaknya dalam menyaksikan acara atau tayangan televisi.
d. Bagi siswa
Sebagai masukan bagi siswa untuk mengetahui tayangan yang
layak untuk ditonton.
e. Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi antara teori yang diperoleh dari bangku kuliah
dengan pengalaman kongkrit di lapangan, dengan demikian penelitian
akan memperoleh fakta kesesuaian atau ketidaksesuaian antara teori
dan praktek.
f. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara
tertulis maupun sebagai referensi mengenai pengaruh sinetron terhadap
siswa.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Etty Iswahyuni yang berjudul “Pengaruh
Kebiasaan Menonton Sinetron Terhadap Perkembangan Perilaku Anak
Usia Sekolah di SDN Pao-Pao Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
Tahun 2015”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan
menonton sinetron pada usia anak sekolah dapat mempengaruhi
perkembangan perilaku anak.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah
terletak pada tayangan televisi yaitu sinetron. Perbedaannya yaitu
penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui perubahan
perilaku anak sedangkan peneliti sendiri ingin mengetahui perkembangan
emosional siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Malikhah yang berjudul “Korelasi
Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku Negatif
Anak Usia Dini Tahun 2011/2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tayangan televisi memiliki pengaruh terhadap perkembangan
perilaku negatif anak.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah
terletak pada tayangan televisi. Perbedaannya yaitu penelitian yang
dilakukan sebelumnya untuk mengetahui perubahan perilaku negatif anak
11
sedangkan peneliti sendiri ingin mengetahui perkembangan emosional
siswa.
B. Kajian Teori
1. Sinetron
a. Pengertian Sinetron
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Sinetron
adalah film yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik,
seperti televisi. Sinetron merupakan kepanjangan dari Sinema
Elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media
komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi
yang direkam pada pita video melalui proses elektronik lalu
ditayangkan melalui stasiun televisi. Pengertian Sinetron jika ditilik
dari konsep yang sederhana bisa didefinisikan sebagai sandiwara
bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. I wan Awaludin
Yusuf (Abraham, 2012:99) menyebutkan di Indonesia, istilah ini
pertama kali disebutkan oleh pengarang dan penulis skenario
Arswnado Atmiwiloyo. Jadi, penyebutan "Sinetron" sesungguhnya
khas istilah Indonesia karena dalam bahasa Inggris, Sinetron disebut
opera sabun (soap opera), sedang dalam bahasa Spayol disebut
telenovela. Penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa "tayangan
Sinetron kurang menerapkan norma-norma karena tergerus oleh
perkembangan zaman yang kemudian terjadi perubahan sosial budaya.
Implikasinya anak yang tidak terlalu sering menonton Sinetron
12
belajarnya lebih rajin dan nilai rapornya lebih baik dari pada anak
yang sering menonton Sinetron. (Abraham, 2012:99)
Menurut Guntarto (Iswahyuni, 2015:12) “sinetron telah
menjadi bagian dari wacana publik dalam ruang sosial masyarakat.
Pada bulan Maret 2014, sebanyak 35% dari sinetron yang ditayangkan
di televisi adalah sinetron yang bertemakan dewasa”.
b. Aspek-aspek Sinetron
Aspek-aspek dalam sinetron yang mempunyai potensi
menyimpang dengan ajaran agama :
1) Aspek moralitas misalnya, yang menyangkut nilai-nilai baik,
buruk, benar, salah. Perilaku yang benar tetapi di masyarakat
dianggap salah, di sinetron ditampilkan begitu saja tanpa ada
penekanan bahwa perilaku itu salah. Salah satu contohnya adalah
menghormati orang tua dan guru.
2) Aspek seksualitas terlihat dari cara berbusana pemain yang
menonjolkan daya tarik seksualnya hingga ekspresi cinta diantara
mereka yang cenderung vulgar. Dari sekedar bergandengan tangan,
berciuman, hingga berpelukan mesra layaknya pasangan suami-
istri.
3) Aspek kekerasan, Para aktor/aktris diarahkan untuk menyelesaikan
masalah dengan cara kekerasan misalnya memukul, menendang
dan mencekik.
13
4) Aspek perilaku, terlihat dari perilaku siswa yang diperankan juga
cenderung permissif dan bebas dari aturan sekolah. Siswanya
berani memamerkan tatto, rambutnya dicat dengan warna
mencolok, dan berperilaku layaknya preman. Kancing baju bagian
atas di buka dan kemeja lengan pendek digulung.
5) Aspek bahasa, banyak ragam bahasa yang ada dalam setiap
tayangan sinetron Indonesia. Hampir disetiap tayangan sinetron
masih saja mendengar kalimat-kalimat kasar dengan nada cacian
mereka ucapkan sebagai bentuk kebencian, iri hati, dan kedengkian
kepada lawan mainnya.
2. Perkembangan Emosional Siswa
a. Pengertian Perkembangan
E. B. Hurlock (Munir, 2018:1) mengemukakan bahwa
perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif (maju)
baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang terjadi sebagai akibat
dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti, Perubahan
kuantitatif disebut juga “pertumbuhan” merupakan buah dari
perubahan aspek fisik seperti penambahan tinggi, berat, dan proporsi
badan seseorang. Perubahan kualitatif meliputi perubahan aspek
psikofisik, seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa,
perubahan emosi, sikap, dan lain-lain.
14
Menurut Supriyadi (Febbiyani, 2020:78) Perkembangan adalah
perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi
psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan
dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan
dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak
menuju dewasa. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ
dan sistem-sistem, prolehan keterampilan, kemampuan yang lebih siap
untuk beradaptasi terhadap stres dan kemampuan untuk memikul
tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan dalam
mengekperesikan kreativitas.
1) Perkembangan psikologis anak
Perkembangan Psikologis pada manusia terjadi ketika
manusia lahir sampai meninggal. Perkembangan Psikologis ini
manusia tidak dapat merasakan perkembangan dalam dirinya,
seperti perkembangan berfikir sehingga anak dapat melakukan
sesuatu, emosi, fisik, dan lainnya. Pada masa usia dini anak harus
mendapatkan perhatian yang lebih atau pengawasan orang tua
dalam perkembangan pikiran, fisik, emosi dan lainnya.
Perkembangan psikologis merupakan perubahan anak secara
bertahap mulai dari perkembangan fisik, kognitif, dan
sosioemosional.
15
Psikologi perkembangan mempelajari tentang bagaimana
alam dan pengasuhan yang memengaruhi perkembangan
seseorang, dan bagaimana proses perkembangan itu di dalam
konteks dan seiring berjalannya waktu. Pada awal
perkembangannya cabang ilmu ini lebih berfokus pada
perkembangan bayi dan anak-anak, dan barulah kemudian
diperluas kepada remaja, perkembangan menjadi dewasa, proses
penuaan, dan akhirnya mencakup seluruh masa hidup manusia.
2) Perkembangan psikis anak
Pikiran dan perilaku anak merupakan aspek lain dari
perkembangan seorang anak. Kedua aspek ini membentuk segi
psikis anak, yang juga meliputi perkembangan mental, kepribadian,
emosi dan sosial. Ada banyak teori tentang perkembangan psikis
anak, dan setiap teori memiliki sudut pandang yang berbeda. Salah
satu teori menyebutkan bahwa pada pada usia prasekolah, anak
mulai membangun memori dan imajinasinya, dan pikirannya
didominasi oleh pikiran egosentris.
Anak-anak rentan dan mudah terpengaruh oleh berbagai
kejadian di lingkungannya. Suatu kejadian yang dianggap sepele
oleh orang dewasa bisa meninggalkan bekas yang mendalam dalam
pikiran anak. Kejadian yang menurut orang dewasa sangat tidak
penting, bisa sangat mempengaruhi kehidupan anak di kemudian
16
hari. Pikiran anak juga mudah terpengaruh dan mudah berubah.
Pengalaman belajar akan membentuk kemampuan berpikir anak,
sedangkan pengalaman emosional akan membentuk kematangan
emosi di kemudian hari. Pengalaman yang tidak menyenangkan –
kekerasan, pelecehan seksual – pada masa kanak-kanak dapat
mempengaruhi perkembangan seksual anak. Perceraian atau
perpisahan bisa berdampak negatif terhadap perkembangan moral
anak.
Memori dan kejadian pada masa kecil merupakan faktor
utama yang menentukan pola kepribadian pada masa dewasa nanti.
Jadi sebagai orangtua, sudah semestinya kita menciptakan memori
yang indah dan kejadian yang menyenangkan agar si Kecil tumbuh
menjadi dewasa yang berkepribadian menarik dan menyenangkan.
b. Ciri-ciri Perkembangan
Adapun ciri-ciri perkembangan menurut Yusuf L. N. dan Nani
M. Sugandhi (2016:3) sebagai berikut:
1) Terjadinya perubahan ukuran dalam (a) aspek fisik: perubahan
tinggi dan berat badan serta organ-organ tubuh lainnya, dan (b)
aspek psikis: semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan
matangnya kemampuan berpikir, mengingat, serta menggunakan
imajinasi kreatif.
17
2) Terjadinya perubahan proporsi dalam (a) aspek fisik: proporsi
tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya, dan
pada usia remaja proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh
usia dewasa; dan (b) aspek psikis: perubahan imajinasi dari yang
fantasi ke realitas, dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju
kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada orang lain
(khusunya teman sebaya).
3) Lenyapnya tanda-tanda lama dalam (a) aspek fisik: lenyapnya
kelenjar thymus (kelenjar kanak-kanak) yang terletak pada bagian
dada, rambut halus, dan gigi susu; dan (b) aspek psikis: lenyapnya
masa mengoceh (meraban), bentuk gerak-gerik kanak-kanak
(seperti merangkak) dan perilaku implusif (melakukan sesuatu
sebelum berpikir).
4) Munculnya tanda-tanda baru dalam (a) aspek fisik: tumbuh dan
pergantian gigi dan matangnya organ-organ seksual pada usia
remaja, baik primer (menstruasi pada wanita dan mimpi basah pada
pria) maupun sekunder (membesarnya pinggul dan buah dada pada
wanita, dan tumbuhnya kumis serta perubahan suara pada pria);
dan (b) aspek psikis: berkembangnya rasa ingin tahu, terutama
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, lingkungan alam,
nilai-nilai moral, dan agama.
18
c. Aspek-aspek Perkembangan
Perkembangan individu merupakan integrasi dari beberapa
proses, yakni biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga proses ini
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Dengan demikian,
obyek psikologi perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi
dalam diri individu meliputi beberapa aspek sebagai implikasinya,
yakni:
1) Aspek perkembangan fisik dan motorik
Menurut Hurlock (Latifa, 2017:187) Berkaitan dengan
perkembangan fisik dan motorik, Kuhlendan Thompson
menyatakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat
aspek, yakni:
a) Struktur fisik, yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan
proporsi tubuh.
b) Sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan aspek
lainnya, yakni intelektual dan emosi.
c) Kekuatan otot, yan akan mempengaruhi perkembangan
motorik.
d) Kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola
perilaku baru.
Aspek perkembangan ini sangat mempengaruhi seluruh
aspek perkembangan lainnya, sebagai contoh, struktur fisik yang
kurang normal (terlalu pendek/tinggi, terlalu kurus atau obesitas)
19
akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang. Faktor
kepercyaan ini berkaitan dengan aspek perkembangan emosi,
kepribadian, dan sosial.
2) Aspek kognitif atau intelektual,
Perkembangan kognitif berkaitan dengan potensi
intelektual yang dimiliki individu, yakni kemampuan untuk berfikir
dan memecahkan masalah. Aspek kognitif juga dipengaruhi oleh
perkembangan sel-sel syaraf pusat di otak.
Ahli psikologi yang memberikan kontribusi teori penting
mengenai perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (Latifa,
2017:188). Menurutnya, tahap perkembangan kognitif menurut
periode usia adalah sensori-motori, usia 0-2 tahun, ra-operational,
usia 2-7 tahun, operational konkrit, usia 7-12 tahun, dan
operational formal, usia di atas 12 tahun. Selain berhubungan erat
dengan aspek perkembangan fisik dan motorik, perkembangan
kognitif juga dipengaruhi dan memengaruhi aspek perkembangan
lainnya, seperti moral, dan penghayatan agama, aspek bahasa,
sosial, emosional. Sebagai contoh, peserta didik yang memiliki
perkembangan kognitif yang baik, diharapkan mampu memahami
nilai dan aturan sosial, memiliki penalaran moral yang baik dan
mampu menggunakan bahasa secara tepat dan efisien.
20
3) Aspek perkembangan sosial.
Menurut Retno Pangestuti (Latifa, 2017:189)
Perkembangan sosial individu ditandai dengan pencapaian
kematangan dalam interaksi sosialnya, bagaimana ia mampu
bergaul, beradaptasi dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok. Robinson A (Latifa, 2017:189)
mengartikan sosialisasi sebagai proses yang membimbing anak
kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga mampu menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Perkembangan sosial
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia
berada, baik keluarga, teman sebaya, guru, dan masyarakat
sekitarnya.
4) Aspek perkembangan bahasa
Lenneeberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang
sangat terkenal (Latifa, 2017:189) mengatakan bahwa
perkembangan bahasa tergantung pada pematangan otak secara
biologis. Sementara itu, Tarigan (Latifa, 2017:189) menjabarkan
perkembangan bahasa menjadi beberapa tahapan, yaitu tahap
meraban (pralinguistik) pertama dan tahap meramban
(pralinguistik) kedua. Pada tahap meraban pertama, selama
berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menagis, mendekut,
mendenguk, menjerit, dan tertawa. Mereka seolah-olah
menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat. Pada
21
tahap meramban kedua, tahap ini disebut juga tahap omong kosong
atau tahap kata tanpa makna. Awal tahap meraban kedua ini
biasanya dimulai pada permulaan kedua tahun pertama kehidupan.
Anak-anak menghasilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi
mereka berbuat seolaholah mengatur ucapan mereka sesuai dengan
pola suku kata.
5) Aspek perkembangan emosi.
Menurut Retno (Latifa, 2017:189), emosi adalah perasaan
intens yang ditujukan kepada seseorang atau suatu kejadian.
Ragam emosi dapat terdiri dari perasaan senang mengenai sesuatu,
marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada
suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar,
manusia akan merasa marah. Berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik, sejumlah
penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan
emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor
belajar, Hurlock (Latifa, 2017:190).
6) Aspek kepribadian dan seni
Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata
personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang
berarti topeng atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah
topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh
22
lain dalam drama. Suadianto (Latifa, 2017:190) menjelaskan
bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah
ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya,
terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan
relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus
terhadap diri seseorang.
7) Aspek pekembangan moral dan penghayatan agama
Istilah moral berasal dari bahasa latin mos/moris yang dapat
diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan dan
tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas lebih mengarah pada
sikap untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai dan prinsip
moral. Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam
interaksinya dengan orang lain. Menurut kacamata teori
psikoanalisa, perkembangan moral adalah proses internalisasi
norma-norma masyarakat dan dipengaruhi oleh kematangan
biologis individu. Sedangkan dari sudut pandang Teori
behavioristik, perkembangan moral dipandang sebagai hasil
rangkaian stimulus-respons yang dipelajari oleh anak, antara lain
berupa hukuman dan pujian yang sering dialami oleh anak.
23
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Yusuf L. N. dan Nani M. Sugandhi (2016:21) faktor-faktor
yang memengaruhi perkembangan yaitu:
1) Faktor Genetika (Hereditas)
Hereditas merupakan totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik
maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai
pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak
secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung
adalah: (a) kualitas sistem syaraf, (b) keseimbangan biokimia
tubuh, dan (c) struktur tubuh.
Catel dkk (Yusuf L. N. dan Nani M. Sugandhi, 2016:22)
mengemukakan bahwa “kemampuan belajar dan penyesuaian diri
individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme
individu itu sendiri”. Misalnya kapasitas fisik (perawakan, energi,
kekuatan, dan kemenarikannya), dan kapasitas intelektual (cerdas,
normal, atau terbelakang). Meskipun begitu, batas-batas
perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih besar dipengaruhi
oleh faktor lingkungan.
Contoh untuk pernyataan terakhir di atas: seorang anak
yang tubuhnya kecil (kerdil atau kurus) mungkin akan
mengembangkan “self-concept” yang negatif, apabila dia
24
berkembang dalam lingkungan sosial yang sangat menghargai
ukuran tubuh yang atletis. Sama halnya dengan seorang wanita
yang ukuran tubuhnya gendut dan wajahnya tidak cantik, dia akan
merasa inferior (rendah diri), apabila berada dalam lingkungan
yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikannya. Menurut
C.S. Hall (Yusuf L. N. dan Nani M. Sugandhi, 2016:23) “dimensi-
dimensi temperamen: emosionalitas, aktivitas, agresivitas, dan
reaktivitas bersumber dari plasma benih (gen), demikian juga
halnya dengan intelegensi”.
2) Faktor Lingkungan
Menurut Yusuf L. N. dan Nani M. Sugandhi (2016:23)
Lingkungan adalah “keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau
kondisi) fisik/alam atau sosial yang memengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu”. Faktor lingkungan yang dibahas pada
paparan berikut adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman
sebaya, dan media massa.
a) Lingkungan Keluarga
Aliah B. Purwakania Hasan (Yusuf L. N. dan Nani M.
Sugandhi, 2016:23) mengatakan bahwa lingkungan keluarga
dipandang sebagai faktor penentu utama terhadap
perkembangan anak. Dalam salah satu hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah Saw. bersabda:
25
Tiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (suci). Orang
tuanyalah yang membuat ia menjadi Yahudi (jika
mereka Yahudi), Nasrani (jika mereka Nasrani),
atau Majusi (jika mereka Majusi). Seperti binatang
yang lahir sempurna, adakah engkau melihat
mereka terluka pada saat lahir.
Alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi
perkembangan anak, adalah: (a) keluarga merupakan kelompok
sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak; (b)
keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan
nilai-nilai kehidupan kepada anak; (c) orang tua dan anggota
keluarga lainnya merupakan “significant people” bagi
perkembangan kepribadian anak; (d) keluarga sebagai institusi
yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik
yang bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis; dan (e)
anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Menurut Hammer & Turner (Yusuf L. N. dan Nani
M. Sugandhi, 2016:24) peranan orang tua yang sesuai dengan
fase perkembangan anak adalah: (1) pada masa bayi berperan
sebagai perawat (caregiver); (2) pada masa kanak-kanak
sebagai pelindung (protector); (3) pada usia prasekolah sebagai
pengasuh (nurturer); (4) pada masa sekolah dasar sebagai
pendorong (encourager); (5) pada masa praremaja dan remaja
berperan sebagai konselor (counselor).
26
b) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
secara sistematis melaksanakan program bimbingan,
pengajaran, dan pelatihan dalam rangka membantu para siswa
agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik
yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional,
sosial, maupun fisik-motoriknya.
Hurlock (Yusuf L. N. dan Nani M. Sugandhi,
2016:30) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor
penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara
berpikir, bersikap, maupun berperilaku. Sekolah berperan
sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai substitusi orang
tua.
c) Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial
bagi anak mempunyai peranan yang cukup penting bagi
perkembangan dirinya. Melalui kelompok sebagaya, anak dapat
memenuhi kebutuhannya untuk belajar berinteraksi sosial
(berkomunikasi dan bekerja sama), belajar menyatakan
pendapat dan perasaan, belajar merespons atau menerima
pendapat dan perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma
kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerimaan sosial.
27
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap anak bisa
positif atau negatif. Berpengaruh positif, apabila para anggota
kelompok itu memiliki sikap dan perilakunya positif, atau
berakhlak mulia. Sementara yang negatif, apabila para anggota
kelompoknya berperilaku menyimpang, kurang memiliki
tatakrama, atau berakhlak buruk.
Kita sering mendengar di media massa atau melihat
sendiri tentang perilaku anarkis atau tindak kriminal dari
kelompok remaja, seperti geng motor. Kelompok remaja ini
terbentuk, karena ada kesamaan nasib, dan sikap konformitas di
antara mereka, seperti sama-sama mengalami masalah dalam
keluarga (broken home), minat atau keinginan untuk tampil
sama, bergaya bahasa yang sama, gaya berpakaian yang relatif
sama, dan sikap solidaritas yang kuat.
d) Media massa
Salah satu media massa yang saat ini sangat menarik
perhatian warga masyarakat, khususnya anak-anak adalah
televisi. Televisi sebagai media massa elektronik mempunyai
misi untuk memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan
kepada para pemirsanya. Dilihat dari sisi ini televisi bisa
memberikan dampak positif bagi warga masyarakat (termasuk
anak-anak), karena melalui berbagai tayangan yang
disajikannya mereka memperoleh (a) berbagai informasi yang
28
dapat memperluas wawasan pengetahuan tentang berbagai
aspek kehidupan; (b) hiburan, baik yang berupa film maupun
musik; dan (c) pendidikan, baik yang bersifat umum maupun
agama.
Tayangan-tayangan televisi itu di samping
memberikan dampak positif, juga telah memberikan dampak
negatif terhadap gaya hidup warga masyarakat, terutama anak-
anak. Tayangan televisi yang berupa hiburan, baik film maupun
musik banyak yang tidak cocok ditonton oleh anak-anak.
Jika kita perhatikan tayangan-tayangan film dan
musik (terutama dangdut) di televisi dewasa ini semakin
banyak yang tidak memedulikan norma agama atau akhlak
mulia. Tidak sedikit aktor-aktris, atau para biduan yang dalam
penampilannya senang berpakaian dan bergaya tidak senonoh
(berbau porno, buka-buka aurat), atau adegan-adegan film
(dalam dan luar negeri) yang mempertontonkan kekerasan
(sadis dan agresif), pornoaksi, tahayul, khurafat, mistik, atau
kemusyrikan.
Dalam menyikapi tayangan televisi ini, Conny R.
Semiawan (Yusuf L. N. dan Nani M. Sugandhi, 2016:44)
mengemukakan bahwa “Sayangnya tidak semua tayangan-
tayangan tontonan itu cocok di tonton oleh anak. Beberapa
diantaranya bahkan ada yang bisa berpengaruh negatif terhadap
29
perkembangan anak. Bukan hanya mengganggu terhadap jam
belajarnya yang berkurang, tetapi lebih parah lagi dapat
merangsang berkembangnya perilaku-perilaku negatif pada
anak.
Sigelman dan Shaffer (Yusuf L. N. dan Nani M.
Sugandhi, 2016:23) mengemukakan bahwa televisi itu
memiliki pengaruh yang negatif dan positif. Pengaruh yang
negatif ditunjukkan dari hasil penelitian, bahwa anak-anak
yang menonton tayangan kekerasan dalam televisi perilakunya
cenderung agresif. Sementara itu, televisi juga dapat
memberikan pengaruh yang positif kepada anak, yaitu apabila
tayangan yang ditonton anak adalah program yang baik, seperti
tayangan prosocial behavior (tingkah laku sosial yang positif,
seperti membantu orang lain dan kerja sama/kooperasi), maka
anak cenderung berperilaku prososial.
e. Pengertian Emosional
Sukmadinata (Susanto, 2011:135) mengatakan bahwa emosi
sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas
yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin.
Seperti halnya perasaan, emosi juga membentuk suatu kontinum,
bergerak dari emosi positif hingga yang bersifat negatif. Emosi adalah
perasaan batin seseorang baik berupa pergolakan pikiran, nafsu,
keadaan mental dan fisik yang dapat muncul atau termanifestasi ke
30
dalam bentuk-bentuk atau gejala-gejala seperti takut, cemas, marah,
murung, kesal, iri, cemburu, senang, kasih sayang, dan ingin tahu.
Emosi dapat muncul sebagai akibat dari adanya hubungan atau
interaksi sosial antara individu, kelompok, dan masyarakat. Emosi
dapat muncul sebagai reaksi fisiologis, perasaan, dan perubahan
perilaku yang tampak.
Secara umum emosi mempunyai fungsi untuk menyampaikan
suatu perasaan atau perlindungan diri bahkan kesejahteraan pribadi
pada saat anak melakukan sosialisasi dengan lingkungannya. Emosi
bisa menjadi alat dalam mewujudkan sebuah perasaan yang kuat yang
ada di dalam diri. Kualitas perkembangan emosi anak didasari oleh
kualitas hubungan anak dengan keluarga dan kualitas bermain dengan
teman sebaya (Hasdiana, 2015 : 6). Kecerdasan emosi anak merupakan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, kemampuan anak
dalam bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
f. Karakteristik Emosi Anak
Perkembangan emosi diwarnai oleh kematangan dan
lingkungan sekitar seperti kemampuan berpikir. Kecemasan anak
akibat dari perceraian orangtuanya akan sama reaksinya pada semua
anak usia dini, sama seperti saat anak-anak seusia tersebut ditinggalkan
ibunya saat awal masuk sekolah.
31
Emosi dapat memberikan dampak terhadap perilaku anak
seperti yang dikemukakan Willis (Susanto, 2011:136) yaitu:
1) Emosi menambah kesenangan hidup anak, semua emosi dapat
merangsang dan membangkitkan gairah anak.
2) Emosi dapat terlihat pada ekspresi anak seperti emosi yang
menyenangkan akan membuat anak bahagia atau sebaliknya.
3) Emosi dapat mengganggu kualitas intelektual anak, di mana emosi
yang kuat menyebabkan anak sulit belajar dan sulit mengingat.
4) Emosi dapat menurunkan keterampilan anak, misalnya anak yang
emosinya kuat akan menjadi gugup dan grogi saat berbicara.
5) Emosi akan mencerminkan keadaan perasaan anak dari air
mukanya, perubahan gerak tubuh.
6) Warna emosi akan tampak dalam kehidupan anak, hal ini dapat
terlihat saat emosi sedang hadir, menandakan kehidupan anak di
keluarganya baik, dan sebaliknya warna emosi tidak
menyenangkan merupakan pertanda kehidupan di keluarganya
tidak bahagia.
7) Emosi dapat merangsang dan membangkitkan gairah anak,
misalnya menimbulkan kesenangan, cemburu, marah, takut, dan
benci.
8) Kehidupan keluarga memengaruhi gejolak emosi anak, di mana
keluarga yang bahagia akan memberikan pengaruh pada kehidupan
dan perilaku anak.
32
g. Perilaku Emosional
Adapun yang dimaksud perilaku emosional adalah reaksi
yang terorganisasi dan muncul terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan kebutuhan, tujuan, ketertarikan, dan minat individu. Perilaku
emosional ini tampak sebagai akibat dari emosi seseorang. Emosi oleh
Juntika (Susanto, 2011:141) didefenisikan sebagai suatu suasana yang
kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul
sebelum/sesudah terjadinya perilaku. Lebih lengkap Daniel Goleman
(Susanto, 2011:141), menambahkan bahwa emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran khasnya suatu keadaan biologis dan
psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Dengan demikian, emosi terlihat dari reaksi fisiologis,
perasaan dan perubahan perilaku yang tampak. Aspek emosional dari
suatu perilaku pada umumnya selalu melibatkan tiga aspek ini. Di
mana dari ketiga aspek emosional (reaksi fisiologis, perasaan, dan
perubahan perilaku yang tampak), tidak mungkin dapat diubah atau
dipengaruhi atau diperbaiki oleh aspek fisiologis, karena proses
fisiologis yang terjadi pada organism secara mekanis.
h. Pengertian Perkembangan Emosional Siswa
Pada usia sekolah (khususnya di kelas-kelas tinggi, kelas 4, 5,
dan 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara
kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh
karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol
33
ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya
melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
Hanita (2017:31) Perkembangan anak diperoleh melalui
kematangan dan belajar. Perkembangan karena faktor belajar dapat
terjadi dalam berbagai situasi lingkungan di mana terjadi interaksi anak
dengan manusia lain dan lingkungan alam sekitar. Belajar pada
dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku yang bersifat
permanen sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan.
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru
dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak
dikembangkan di lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya
stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat.
Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan
emosinya kurang stabil atau kurang kontrol (seperti marah-marah,
mudah mengeluh, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah),
maka perkembangan emosi anak, cenderung kurang stabil atau tidak
sehat.
Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi
tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar
(learning). Emosi positif seperti perasaan senang, bergairah,
bersemangat atau rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi akan
memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap
aktivitas belajar, seperti memerhatikan penjelasan guru, membaca
34
buku, aktif berdiskusi, mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, dan
disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi
yang negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah,
maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti
individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga
kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Perkembangan emosional berhubungan dengan seluruh aspek
perkembangan anak. Perkembangan emosi dan sosial merupakan dasar
perkembangan kepribadian di masa datang. Setiap orang akan
mempunyai emosi rasa senang, marah, kesal dalam menghadapi
lingkungannya sehari-hari. Pada tahap ini emosi anak lebih terperinci,
bernuansa atau disebut terdiferensiasi. Patmonodewo (Susanto,
2011:157) masing-masing anak menunjukkan ekspresi yang berbeda
sepanjang perkembangannya. Pada awal perkembangan anak, mereka
telah menjalin hubungan timbal balik dengan orang-orang yang
mengasuhnya. Kepribadian orang yang terdekat akan memengaruhi
perkembangan baik sosial maupun emosional. Kerja sama dan
hubungan dengan teman berkembang sesuai dengan cara pandang anak
terhadap persahabatan.
Ada beberapa emosi yang umum pada anak usia dini, seperti
yang dikemukakan oleh Beaty (Susanto, 2011:158), sebagai berikut:
(a) kemarahan, terjadi saat keinginan tidak terpenuhi; (b) kasih sayang,
35
sesuatu yang sangat dibutuhkan anak setiap saat; (c) cemburu apabila
ada hal yang dilakukan anak lain melebihi apa yang dia lakukan; (d)
takut akan sesuatu yang baru; (e) sdih, yang disebabkan hilangnya
anggota keluarga, mainan, atau teman; dan (f) senang dan malu.
Patmonodewo (Susanto, 2011:162) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan perkembangan emosi anak
adalah sebagai berikut: (1) kesadaran kognitifnya yang telah
meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda
dari tahap semula; (2) imajinasi atau daya khayalnya lebih
berkembang; dan (3) berkembangnya wawasan sosial anak. Umumnya
mereka telah memasuki lingkungan tempat teman sebaya mulai
berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Tidak mengherankan
orang berpendapat bahwa perkembangan umumnya hidup dalam latar
belakang kehidupan keluarga, sekolah, dan teman sebaya.
C. Kerangka Pikir
Untuk menjelaskan pelaksanaan penelitian dan sekaligus untuk
mempermudah dalam pemahaman maka perlu dijelaskan suatu kerangka
konsep sebagai landasan dalam pemahaman, adapun kerangka konsep dapat
digunakan sebagai berikut:
36
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gambar di atas menunjukkan tentang bagaimana tayangan televisi
dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak, yaitu anak usia sekolah
yang menonton sinetron yang mengandung unsur percintaan akan
mempengaruhi perkembangan kesehatan dan perkembangan emosional.
Anak kelas V
SDN No. 73 Bontorita 1
Sinetron yang
mengandung
unsur percintaan
Perkembangan Emosional
Analisis
Hasil
Perkembangan Kesehatan
Psikis Psikologi
Pengaruh Positif Pengaruh Negatif
37
Peneliti akan menganalisis perkembangan emosional psikis dan psikologi,
setelah menganalisis peneliti akan mendapat hasil pengaruh sinetron
berpengaruh positif (tidak ada pengaruh) atau negatif (ada pengaruh) terhadap
perkembangan emosional siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai bukti melalui yang terkumpul. Dari rumusan
masalah yang dipaparkan di atas maka peneliti memberikan suatu jawaban
yang bersifat sementara. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan,
hipotesis yang dapat diambil adalah:
Ha = ada pengaruh sinetron yang mengandung unsur percintaan terhadap
perkembangan emosional anak kelas V SDN No. 73 Bontorita 1
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
Ho = tidak ada pengaruh sinetron yang mengandung unsur percintaan terhadap
perkembangan emosional anak kelas V SDN No. 73 Bontorita 1
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2018:6) “Metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,
dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.
“Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh treatmen tertentu (perlakuan) dalam kondisi yang
terkontrol (laboratorium)”.
Jenis penelitian yang penetili gunakan adalah penelitian ex post
facto yaitu penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang
memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang
disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyababkan
perubahan pada variabel bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi.
Menurut A. Maolani dan Ucu Cahyana (2016:88) “Ex Post Facto
berasal dari kata latin yang berarti from after the fact, menunjukkan bahwa
penelitian yang dilakukan dengan variasi dalam kejadian alamiah atau
faktanya telah terjadi tanpa adanya perlakuan dan eksperimen”.
39
2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian
paradigma ganda dengan dua variabel dependen yang terdiri atas satu
variabel independen dan dua dependen. Desain penelitian ini merujuk pada
Sugiyono (2018:70) sebagai berikut:
Gambar 3.1 Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Keterangan:
X = Sinetron
Y1 = Perkembangan Emosional Psikologis
Y2 = Perkembangan Emosional Psikis
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2018:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan sekadar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari tetapi meliputi karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek/obyek itu.
Y1
X
Y2
40
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN No. 73
Bontorita 1 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar tahun ajaran
2020/2021. Adapun jumlah siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1
sebanyak 22 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah
antara 20 sampai dengan 500. Jika dalam penelitian melakukan analisis
dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda) maka jumlah anggota
sampel minimal 10 kali lipat dari jumlah variabel yang diteliti.
Sampel menurut Sugiyono (2018:118) adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penarikan sampel
yang dilakukan dengan cara purposive (purposive sample). Siswa yang
dijadikan sampel adalah seluruh siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yang berjumlah 22 siswa yang
terdiri dari 8 orang perempuan dan 14 laki-laki. Adapun alasan
pengambilan sampel ini karena pada usia anak kelas V perkembangan
emosionalnya mulai terlihat.
41
C. Defenisi Operasional Variabel
Adapun variabel dalam penelitian ini yakni:
1. Variabel Independent (Variabel Bebas) yaitu Sinetron yang Mengandung
Unsur Percintaan (X)
Sinetron yang mengandung unsur percintaan merupakan sinetron
yang dalam tayangannya atau alur ceritanya menampilkan adegan
percintaan. Percintaan dalam hal ini adalah tingkah laku seperti pacaran,
gandengan tangan, pelukan, bersentuhan dengan lawan jenis, dan bentuk
tingkah laku lain yang sengaja dilakukan dengan tujuan meningkatkan
emosional bagi para penonton.
2. Variabel Dependent (Variabel Terikat) yaitu Perkembangan Emosional
(Y)
Perkembangan emosional adalah suatu perubahan kualitas pada
perasaan hati seorang anak berupa senang, suka, gembira, sedih, marah,
cemburu, takut, kecewa, rasa ingin dicintai, dan kasih sayang.
a. Perkembangan emosional secara psikologis
Menurut teori James Lange mengatakan bahwa emosi adalah
persepsi tentang perubahan tubuh. James menyatakan bahwa emosi
adalah ketika kita merasa sedih, ketika menangis, marah, ketakutan.
James dan carl mengusulkan gagasan mengenai rangkaian kejadian
pada emosi. Individu menerima situasi dan menghasilkan emosi.
Individu bereaksi pada situasi dan memperhatikannya. Persepsi
terhadap reaksi menjadi dasar untuk emosi yang dirasakan.
42
Pengalaman emosi dirasa terjadi setelah perubahan tubuh yang
dilakukan oleh sistem saraf otonom.
b. Perkembangan emosional secara psikis
Lailatul Fitriyah dan Mohammad Jauhar (2014:64)
mengemukakan bahwa emosi adalah perasaan intens yang ditujukan
kepada seseorang ada sesuatu, dan reaksi terhadap seseorang atau
kejadian, dan dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, cemas ataupun takut terhadap
sesuatu. Emosi menunjukkan perasaan dan reaksi terhadap sesuatu
kejadian atas apa yang dirasakan.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2018:148) Karena pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel
penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Alat ukur ini sangat penting untuk mencari data dengan cara
membatasi kebenaran dan ketepatan indikator variabel yang sudah ditetapkan
43
dari data di lapangan, sehingga data yang terkumpul adalah sesuai dengan
masalah dan tidak meluas.
Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk menyusun proposal
ini, peneliti membuat suatu instrumen penelitian yang di dalamnya terdapat
pernyataan-pernyataan tentang variabel-variabel yang ingin diteliti dan
diketahui datanya. Instrumen yang akan digunakan adalah angket atau
kuesioner. Ada dua instrumen yang perlu dibuat, yaitu:
1. Instrumen untuk mengukur kebiasaan menonton sinetron (emosional
secara psikologis)
2. Instrumen untuk mengukur perkembangan emosional siswa terhadap
sinetron (emosional secara psikis)
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti
untuk mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai
lingkup penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung,
tanpa mediator untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek
tersebut. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti.
Observasi yang dilakukan peneliti yakni mengumpulkan data langsung
dari lapangan dengan melihat keadaan yang terjadi di sekolah dan
44
lingkungannya. Observasi ini dilakukan di SDN No. 73 Bontorita 1
Kabupaten Takalar pada seluruh siswa kelas V.
2. Kuesioner atau angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada para responden untuk dijawab. Kuesioner ini diberikan kepada
siswa dan orang tua siswa. Data diolah dengan menginterprestasikan data
dalam bentuk angka-angka dilakukan dengan bantuan SPSS 16 sehingga
memudahkan peneliti dalam menafsirkan data mentah yang diperoleh.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur
sehingga alat tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif.
Skala likert merupakan pembobotan untuk setiap jawaban dari
pertanyaan yang dijawab oleh responden dengan bobot score.
Tabel 3.1 Bobot Skor Responden
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
45
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sujarweni (2014:103) analisis data diartikan sebagai upaya
data yang sudah tersedia kemudian diolah dengan statistik dan dapat
digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Dengan
demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan
analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut untuk
menjawab rumusan masalah. Sebelum melakukan analisis terhadap data
peneliti terlebih dahulu melakukan analisis frekuensi agar memudahkan
dalam memaknai data yang ditabulasikan.
1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2012:267) Uji validitas adalah suatu langkah
pengujian yang dilakukan terhadap isi atau content dari suatu instrumen,
dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan
dalam suatu penelitian. Uji validitas bertujuan untuk mengujiketepatan
dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi
ukurnya, agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan pengukuran
tersebut. Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur
apa yang ingin diukur.
46
2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2005:42) Reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Untuk mengukur variabel jawaban responden dikatakan reliabel
jika masing-masing jawaban pernyataan dijawab secara konsisten. SPSS
memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik
Cronbach Alpha (α). Suatu variabeldikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0,60. Alpha Cronbach dapat diinterpretasikan
sebagai korelasi dari skala yang diamati (observed scale) dengan semua
kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan
menggunakan jumlah butir pertanyaan yang sama.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
melakukan analisis regresi untuk menjawab pertanyaan penelitian. Uji
Asumsi Klasik terdiri dari uji normalitas, dan uji Linearitas.
a. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan uji
normal Shapiro-Wilk. Dengan menggunakan nilai signifikan 5%, Sig
47
(2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual
berdistribusi normal (Sujarweni, 2014:52).
b. Uji Linearitas untuk melihat spesifikasi model yang digunakan benar
atau tidak. Dengan uji ini akan diperoleh informasi model emperis
sebaiknya linier, kuadrat, atau kubik (Sujarweni, 2014:181).
4. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana yaitu analisis terhadap satu
variabel independen (pengaruh sinetron) dan satu variabel dependen
(perkembangan emosional siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1). Jadi,
analisis regresi digunakan untuk mengetahui perubahan variabel terikat
(dependen variable) akibat perubahan variabel bebas (independen
variable). Persamaan regresi linear sederhana :
Y = a + bX + e
Dimana :
Y = variabel terikat
a = konstanta (besarnya Y jika X=0)
b = koefesien regresi (besarnya perubahan Y akibat perubahan X)
X = variabel bebas
e = kesalahan (error)
48
5. Uji Parsial (Uji t)
Pembuktian hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Parsial (Uji t) untuk pengujian hipotesis. Uji ini
adalah untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat, bermakna atau tidak. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan antara nilai thitung masing- masing variabel bebas
dengan nilai ttabel dengan derajat kesalahan 5% dalam arti (α= 0.05).
Apabila nilai Sig > 0,05 maka variabel bebasnya tidak memberikan
pengaruh bermakna terhadap variabel terikat atau Ho diterima dan Ha
ditolak, tetapi jika Sig < 0,05 maka variabel bebasnya memberikan
pengaruh bermakna terhadap variabel terikat atau Ho ditolak dan Ha
diterima.
6. Koefisien Korelasi
Uji korelasi person bertujuan untuk menguji hubungan antara dua
variabel yang berdata rasio ataupun data kuantitatif yaitu data yang berisi
angka sesungguhnya. Koefisien korelasi person digunakan untuk
mengetahui kuat tidaknya pengaruh sinetron (X) terhadap perkembangan
Emosional Siswa (Y). Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap
koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
berpedoman pada ketentuan dalam Tabel 3.2.
49
Tabel 3.2
Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat pengaruh
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 –0,599 Cukup Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (Batirahmah Uji, 2017:43)
Untuk menguji signifikansi pengaruh, yaitu apakah pengaruh yang
ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi, maka perlu diuji
signifikansinya. Rumus uji signifikansi korelasi product moment di
tunjukkan pada rumus sebagai berikut :
Dimana :
R = Koefisien korelasi
X = Skor tiap butir pertanyaan
Y = Skor total
N = Jumlah sampel
50
7. Uji koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah suatu nilai yang menggambarkan
seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel terikat dijelaskan oleh
perubahan atau variasi dari variable bebas. Dengan mengetahui nilai
koefisien determinasi, peneliti dapat menjelaskan kebaikan dari model
regresi dalam memprediksi variable terikat. Semakin besar nilai R2, maka
semakin baik model tersebut.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN No. 73 Bontorita 1 Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar. Penelitian dilakukan pada tanggal 3 Agustus –
18 Agustus 2020 dalam meneliti pengaruh sinetron terhadap perkembangan
emosional siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1. Peneliti telah
mengumpulkan data dengan menggunakan lembar kuesioner yang diberikan
kepada siswa dan orang tua siswa serta observasi langsung ke lapangan
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh sinetron terhadap perkembangan
emosional siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1 Kabupaten Takalar.
1. Analisis Penelitian
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan SPSS for windows
versi 16. Data yang digunakan dalam analisis ini disajikan dalam lampiran
dengan rangkuman sebagai berikut:
a. Deskripsi Emosional Secara Psikologis
1) Deskripsi secara psikologis adalah emosi dapat muncul akibat dari
adanya hubungan dan interaksi sosial serta hal yang anak dapat lihat
seperti menonton sinetron yang mengandung unsur percintaan yakni
variabel independen (X). variabel (X) adalah variabel yang menjadi
sebab timbulnya perubahan pada variabel dependen (Y).
52
Tabel 4.1 Intensitas Menonton Sinetron
Intensitas Menonton
Sinetron
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 12 54
Setuju 5 23
Ragu-ragu 3 13
Tidak Setuju 2 9
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan terdapat 12 orang
responden dengan persentasi 54% sangat setuju sering menonton
sinetron. menyatakan setuju 5 orang dengan persentasi 23%. Ragu-
ragu 3 orang dengan persentasi 13% dan tidak setuju terdapat 2
orang dengan persentasi 9%.
Tabel 4.2 Siswa menghafal isi cerita sinetron
Hafal isi cerita
sinetron
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 12 55
Setuju 4 18
Ragu-ragu 1 4
Tidak Setuju 5 23
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
53
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukkan terdapat 12
orang responden dengan persentasi 55% sangat setuju menghafal isi
cerita dari sinetron yang ditonton. Menyatakan setuju 4 orang
dengan persentasi 18%. Ragu-ragu 1 orang dengan persentasi 4%
dan tidak setuju terdapat 5 orang dengan persentasi 23%.
Tabel 4.3 Meniru Gaya Bahasa
Meniru Gaya Bahasa
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 7 32
Setuju 3 14
Ragu-ragu 2 9
Tidak Setuju 10 45
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas menunjukkan terdapat 7 orang
responden dengan persentasi 32% sangat setuju meniru gaya bahasa
pemain sinetron. Menyatakan setuju 3 orang dengan persentasi 14%.
Ragu-ragu 2 orang dengan persentasi 9% dan 10 orang tidak setuju
dengan persentasi 45%.
54
Tabel 4.4 Keinginan memiliki pacar seperti pada sinetron
Keinginan memiliki
pacar
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 6 27
Setuju 6 27
Ragu-ragu 5 23
Tidak Setuju 5 23
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas menunjukkan terdapat 6 orang
responden dengan persentasi 27% sangat setuju ingin memiliki pacar
seperti pemain sinetron yang di tonton. Menyatakan setuju 6 orang
dengan persentasi 27%. Ragu-ragu 5 orang dengan persentasi 23%.
Menyatakan tidak setuju 5 orang dengan persentasi 23%.
Tabel 4.5 Penasaran dengan kelanjutan cerita sinetron
Penasaran dengan
kelanjutan cerita
sinetron
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 2 10
Setuju 10 45
Ragu-ragu 10 45
Tidak Setuju 0 0
55
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas menunjukkan terdapat 2 orang
responden dengan persentasi 10% sangat setuju bahwa mereka
penasaran dengan kelanjutan cerita dari sinetron yang ditonton.
Menyatakan setuju 10 orang dengan persentasi 45%. Tidak setuju 10
orang dengan persentasi 45%.
Tabel 4.6 Tidak suka terhadap tokoh pengganggu hubungan
Tidak suka tokoh
pengganggu hubungan
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 12 54
Setuju 5 23
Ragu-ragu 0 0
Tidak Setuju 5 23
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukkan terdapat 12
orang responden dengan persentasi 54% sangat setuju tidak
menyukai tokoh yang mengganggu hubungan tokoh utama pada
sinetron. Menyatakan setuju 5 orang dengan persentasi 23%. Tidak
setuju 5 orang dengan persentasi 23%.
56
Tabel 4.7 Menyukai konflik percintaan
Intensitas Menonton
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 7 31
Setuju 3 14
Ragu-ragu 3 14
Tidak Setuju 9 41
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas menunjukkan terdapat 7 orang
responden dengan persentasi 31% sangat setuju menyukai konflik
percintaan pada sinetron. Menyatakan setuju 3 orang dengan
persentasi 14%. Ragu-ragu terdapat 3 orang dengan persentasi 14%.
Tidak setuju 9 orang dengan persentasi 41%.
Tabel 4.8 Ingin diperhatikan seperti pacar pada tokoh sinetron
Ingin diperhatikan
seperti pacar pada
tokoh sinetron
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 6 28
Setuju 0 0
Ragu-ragu 4 18
Tidak Setuju 8 36
Sangat Tidak Setuju 4 18
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
57
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas menunjukkan terdapat 6 orang
responden dengan persentasi 28% sangat setuju ingin diperhatikan
seperti pacar pada tokoh sinetron yang mereka tonton. Menyatakan
ragu-ragu 4 orang dengan persentasi 18%. Tidak setuju 8 orang
dengan persentasi 36% dan sangat tidak setuju 4 orang dengan
persentasi 18%.
Tabel 4.9 Menonton sinetron dari awal sampai akhir episode
Menonton sinetron
dari awal sampai
akhir episode
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 10 46
Setuju 8 36
Ragu-ragu 2 9
Tidak Setuju 2 9
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas menunjukkan terdapat 10
orang responden dengan persentasi 46% sangat setuju bahwa
mereka menonton sinetron dari awal sampai akhir episode.
Menyatakan setuju 8 orang dengan persentasi 36%. Ragu-ragu
terdapat 2 orang dengan persentasi 9%. Menyatakan tidak setuju
2 orang dengan persentasi 9%.
58
b. Deskripsi Emosional Secara Psikis
1) Deskripsi perkembangan emosional dari segi perilaku adalah
perkembangan emosional siswa terhadap segi perilaku setelah
menonton sinetron yang mengandung unsur percintaan yakni
variabel dependen (Y). variabel (Y) adalah variabel yang menjadi
akibat dari sinetron pada variabel X. pernyataan pada variabel (Y)
menggunakan pilihan jawaban dengan skala likert 1-5.
Tabel 4.10 Anak langsung menonton tv saat pulang sekolah
Anak menonton tv
saat pulang sekolah Frequensi Persentasi%
Sangat Setuju 12 54
Setuju 5 23
Ragu-ragu 3 14
Tidak Setuju 2 9
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas menunjukkan terdapat 12
orang responden dengan persentasi 54% sangat setuju anaknya
langsung menonton tv saat pulang sekolah. Menyatakan setuju 5
orang dengan persentasi 23%. Ragu-ragu 3 orang dengan persentasi
14% dan tidak setuju terdapat 2 orang dengan persentasi 9%.
59
Tabel 4.11 Anak menghabiskan waktu di depan tv sehingga
waktu belajarnya kurang
Anak menghabiskan
waktu di depan tv
sehingga waktu
belajar kurang
Frequensi Persentasi%
Sangat Setuju 10 45
Setuju 5 23
Ragu-ragu 4 18
Tidak Setuju 3 14
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas menunjukkan terdapat 10
orang responden dengan persentasi 45% sangat setuju anak mereka
menghabiskan waktu di depan tv sehingga waktu belajar kurang.
Menyatakan setuju 5 orang dengan persentasi 23%. Ragu-ragu 4
orang dengan persentasi 18%. Tidak setuju 3 orang dengan
persentasi 14%.
60
Tabel 4.12 Anak lebih sering menonton sinetron percintaan
daripada acara tv lain
Anak lebih sering
menonton sinetron
percintaan daripada
acara tv lain
Frequensi Persentasi%
Sangat Setuju 4 18
Setuju 3 14
Ragu-ragu 6 27
Tidak Setuju 9 41
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas menunjukkan terdapat 4
orang responden dengan persentasi 18% sangat setuju anaknya lebih
sering menonton sinetron percintaan daripada acara tv lain.
Menyatakan setuju 3 orang dengan persentasi 14%. Ragu-ragu
terdapat 6 orang dengan persentasi 27%. Tidak setuju terdapat 9
orang dengan persentasi 41%.
61
Tabel 4.13 Anak rela tidak makan demi menonton sinetron
kesukaannya
Anak rela tidak
makan demi
menonton sinetron
kesukaannya
Frequensi Persentasi%
Sangat Setuju 5 23
Setuju 7 31
Ragu-ragu 5 23
Tidak Setuju 5 23
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas menunjukkan terdapat 5
orang responden dengan persentasi 23% sangat setuju anaknya rela
tidak makan demi menonton sinetron kesukaannya. Menyatakan
setuju 7 orang dengan persentasi 31%. Ragu-ragu 5 orang dengan
persentasi 23% dan tidak setuju 5 orang dengan persentasi 23%.
Tabel 4.14 Antusias menceritakan alur sinetron keesokan harinya
Antusias
menceritakan alur
sinetron pada
keesokan harinya
Frequensi Persentasi%
Sangat Setuju 1 5
Setuju 11 50
Ragu-ragu 10 45
62
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas menunjukkan terdapat 1
orang responden dengan persentasi 5% sangat setuju bahwa anaknya
antusias menceritakan alur sinetron pada keesokan harinya.
Menyatakan setuju terdapat 11 orang dengan persentasi 50%. Ragu-
ragu 10 orang dengan persentasi 45%.
Tabel 4.15 Anak sering senyum-senyum sendiri saat menonton
sinetron
Anak sering
senyum-senyum
sendiri saat
menonton sinetron
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 12 54
Setuju 5 23
Ragu-ragu 0 0
Tidak Setuju 5 23
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas menunjukkan terdapat 12
orang responden dengan persentasi 54% sangat setuju anaknya
sering senyum-senyum sendiri saat menonton sinetron. Menyatakan
63
setuju 5 orang dengan persentasi 23%. Menyatakan tidak setuju 5
orang dengan persentasi 23%
Tabel 4.16 Anak ikut menangis saat menonton sinetron sedih
Anak ikut menangis
saat menonton
sinetron sedih
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 2 10
Setuju 10 45
Ragu-ragu 10 45
Tidak Setuju 0 0
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas menunjukkan terdapat 2
orang responden dengan persentasi 10% sangat setuju anaknya ikut
menangis saat menonton sinetron sedih yang mengandung unsur
percintaan. Menyatakan setuju terdapat 10 orang dengan persentasi
45%. Ragu-ragu 10 orang dengan persentasi 45%.
Tabel 4.17 Anak marah saat tayangan sinetron kesukaannya
diganti dengan chanel lain
Anak marah saat
tayangan sinetron
kesukaannya diganti
chanel lain
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 6 27
Setuju 0 0
64
Ragu-ragu 5 23
Tidak Setuju 7 32
Sangat Tidak Setuju 4 18
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas menunjukkan terdapat 6
orang responden dengan persentasi 27% sangat setuju anaknya
marah saat tayangan sinetron kesukaannya diganti chanel lain.
Menyatakan ragu-ragu 5 orang dengan persentasi 23%. Tidak
setuju 7 orang dengan persentasi 32% dan sangat tidak setuju 4
orang dengan persentasi 18%.
Tabel 4.18 Anak lebih mudah cemburu saat perhatian terbagi
dengan saudaranya
Anak lebih mudah
cemburu saat
perhatian terbagi
dengan saudaranya
Frequensi
Persentasi%
Sangat Setuju 9 41
Setuju 9 41
Ragu-ragu 2 9
Tidak Setuju 2 9
Sangat Tidak Setuju 0 0
Jumlah 22 100
Sumber: Data Primer, 2020
65
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas menunjukkan terdapat 9
orang responden dengan persentasi 41% sangat setuju anaknya
cemburu saat perhatian terbagi dengan saudaranya. Menyatakan
setuju 9 orang dengan persentasi 41%. Ragu-ragu 2 orang
dengan persentasi 9%. Tidak setuju terdapat 2 orang dengan
persentasi 9%.
2. Validasi dan Reliabilitas Instrumen
a. Uji validitas
Uji Validitas adalah untuk mengetahui tingkat kesahihan tiap
pernyataan dalam angket (kuesioner). Uji validitas dilakukan terhadap
seluruh butir pernyataan dalam instrumen, yaitu dengan cara
mengkorelasi skor tiap butir dengan skor totalnya pada masing-
masing konstruk. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi
product moment pearson dan perhitungan uji validitas dengan
bantuan SPSS 16. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas
yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki
validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan.
66
Adapun hasil dari pengelolahan uji validitas menggunakan
SPPS 16 maka diperoleh nilai sebagai berikut :
Tabel 4.19 Uji Validitas Variabel Sinetron
Item pertayaan N r hitung r tabel
5%
Keterangan
Sinetron 1 22 0,693 0,432 Valid
Sinetron 2 22 0,666 0,432 Valid
Sinetron 3 22 0,642 0,432 Valid
Sinetron 4 22 0,514 0,432 Valid
Sinetron 5 22 0,483 0,432 Valid
Sinetron 6 22 0,613 0,432 Valid
Sinetron 7 22 0,575 0,432 Valid
Sinetron 8 22 0,858 0,432 Valid
Sinetron 9 22 0,682 0,432 Valid
Sumbe: data primer, 2020
Hasil uji validitas pada Tabel 4.19 di atas menunjukan
bahwa semua item pertanyaan telah valid. Semua harga rhitung > rtabel
pada nilai signifikansi 5% sehingga item pertanyaan di atas telah
pantas dijadikan sebagai alat ukur variabel sinetron yang
mengandung unsur percintaan.
67
Tabel 4.20 Uji Validitas Variabel Perkembangan Emosional
Item pertayaan N r
hitung
r tabel
5%
Keterangan
Perkembangan Emosional 1 22 0,705 0,432 Valid
Perkembangan Emosional 2 22 0,508 0,432 Valid
Perkembangan Emosional 3 22 0,509 0,432 Valid
Perkembangan Emosional 4 22 0,512 0,432 Valid
Perkembangan Emosional 5 22 0,555 0,432 Valid
Perkembangan Emosional 6 22 0,693 0,432 Valid
Perkembangan Emosional 7 22 0,521 0,432 Valid
Perkembangan Emosional 8 22 0,854 0,432 Valid
Perkembangan Emosional 9 22 0,716 0,432 Valid
Sumber: data primer, 2020
Hasil uji validitas yang dilakukan pada Tabel 4.20 di atas,
menunjukan bahwa semua item pertanyaan telah valid sehingga
item pertanyaan tersebut telah pantas dijadikan sebagai alat ukur
variabel perkembangan emosional siswa kelas V SDN No. 73
Bontorita 1.
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan tetap
konsisten jika dilakukan dua kali pengukuran atau lebih pada
68
kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama. Pengujian
Cronbach Alpha digunakan untuk menguji tingkat kehandalan
(reliability) dari masing-masing angket variabel. Apabila nilai
Cronbach Alpha semakin mendekati angka 1 mengidentifikasikan
bahwa semakin tinggi pula konsistensi internal reliabilitasnya.
Istrumen dikatakan relialibel apabila kofesien reliabilitas (T1) > 0,60.
Rumus menentukan reliabilitas instrumen.
Dimana :
Berikut hasil pengujian uji reliabilitas dari tayangan sinetron
yang mengandung unsur percintaan dan perkembangan emosional
dari segi perilaku.
69
Tabel 4.21 Uji Reliabilitas Sinetron dan Perkembangan Emosional
Variabel N Cronbach’s
Alpha
Ketentuan
nilai Alpa
Status
Sinetron 22 0,815 0,60 Reliabel
Perkembangan
Emosional
22 0,795 0,60 Reliabel
Sumber: data primer, 2020
Berdasarkan data pada Tabel 4.21 maka dapat dikatakan
bahwa semua variabel di atas reliabel, karena nilai Cronbach’s
Alpha memiliki nilai lebih besar dari 0,60. Berdasarkan hal tersebut
sehingga variabel tersebut bisa digunakan untuk mengukur sesuatu.
3. Uji Asumsi Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.
Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan uji normal Shapiro-
Wilk. Dengan menggunakan nilai signifikan 5%, Sig (2-tailed) di atas nilai
signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal.
Untuk mengetahui apakah variabel penelitian normal atau tidak
dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika sig > 0,05 maka data berditribusi normal
Jika sig < 0,05 maka tidak berdistribusi normal
70
Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas
Sinetron Perkembangan Emosional
N 22 22
P.Value 0,098 0,175
Sumber Data: Primer, 2020
Variabel sinetron pada Tabel 4.22 memiliki nilai sig 0,098 hal ini
menunjukan bahwa 0,098 > 0,05. Berdasarkan hasil pada tabel tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa data variabel sinetron berdistribusi normal.
Variabel perkembangan emosional siswa pada tabel 4.22 menunjukan nilai
sig lebih besar dari 0,05 yakni 0,175 > 0,05. Hal ini juga menunjukan
bahwa data variabel berdistribusi normal. Jadi secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa semua data variabel memiliki distrbusi normal.
4. Uji Asumsi Linearitas
Uji ini untuk melihat spesifikasi model yang digunakan benar atau
tidak. Dengan uji ini akan diperoleh informasi model emperis sebaiknya
linier, kuadrat, atau kubik. Dikatakan linearnya jika angka P. Value lebih
besar dari taraf signifikan 5% atau 0,05 tapi jika P. Value lebih kecil dari
0,05 maka tidak dikatakan linear. Hasil dari penelitian uji linearitas dapat
dilihat dari pengelolahan di bawah ini yaitu:
71
Tabel 4.23 Hasil Uji Linearitas
Variabel P. Value
Sig
Sinetron
*Perilaku siswa 0,089
Sumber: Data Primer, 2020
Tabel 4.23 menunjukan variabel sinetron dan perilaku siswa
memiliki nilai P. Value sig 0,089. Maka dapat disimpulkan 0,089 > 0,05
hal ini menunjukan bahwa antara variabel berhubungan linear, yakni
variabel sinetron dan perkembangan emosional siswa linear.
5. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi linear sederhana yaitu analisis terhadap satu
variabel independen (pengaruh sinetron) dan satu variabel dependen
(perkembangan emosional siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1). Jadi,
analisis regresi digunakan untuk mengetahui perubahan variabel terikat
(dependen variable) akibat perubahan variabel bebas (independen
variable). Persamaan regresi linear sederhana :
Y = a + bX + e
Dimana:
Y = variabel terikat
a = konstanta (besarnya Y jika X=0)
b = koefesien regresi (besarnya perubahan Y akibat perubahan X)
X = variabel bebas
e = kesalahan (error)
72
Tabel 4.24 Hasil Regresi Sederhana
Variabel R R
Square
B Sig
Model Summary 0,967 0,935
Sinetron 0,842 0,000
Constant 5,169
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan pada Tabel 4.24 di atas, maka diperoleh model
persamaan regresinya dapat ditulis perkembangan emosional = 5,169 +
0,842 + e.
Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa variabel sinetron (X)
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan emosional siswa SDN No.
73 Bontorita 1. Dengan koefisien sebesar 0,842 yang artinya faktor
sinetron memiliki kecendrungan pengaruh terhadap perkembangan
emosional sebesar 0,842.
6. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen.
Berdasarkan Tabel 4.24 maka dapat diketahui besarnya pengaruh
variabel independen secara parsial atau individual terhadap variabel
dependen. Adapun hipotesis yang akan diuji akan dirumuskan sebagai
berikut:
73
Ha : diduga terdapat pengaruh sinetron terhadap perkembangan emosional
siswa SDN No. 73 Bontorita 1.
Ho : diduga tidak terdapat pengaruh sinetron terhadap perkembangan
emosional siswa SDN No. 73 Bontorita 1.
pengujian adalah sebagai berikut:
sig < 0,05 = Ho ditolak berarti Ha diterima artinya Proses signifikan
sig > 0,05 = Ho diterima berarti Ha ditolak artinya tidak signifikan
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.24 maka dapat diketahui
bahwa variabel sinetron memiliki nilai sig 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai sig 0,000 < 0,05. Maka, sesuai dengan rumus jika nilai
signifikan lebih kecil dari 5% (sig < 0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Ini berarti sinetron positif berpengaruh terhadap
perkembangan emosional siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1. Dengan
demikian hipotesis diterima.
7. Koefisien Korelasi (R)
Koefisien korelasi person digunakan untuk mengetahui kuat
tidaknya pengaruh antara sinetron (X) terhadap perkembangan emosional
siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1 (Y).
Pada Tabel 4.24 Model Summary menjelaskan besarnya nilai
korelasi (R) yaitu 0,967. Nilai ini dapat diiterprestasikan bahwa hubungan
antara sinetron (X) dengan perkembangan emosional siswa kelas V SDN
No. 73 Bontorita 1.
74
8. Uji Koefisien Determinasi ( R2 )
Pada Tabel 4.24 Model Summary menunjukan nilai R Square
sebesar 0,935. Varian dari variabel perkembangan emosional siswa kelas
V SDN No. 73 Bontorita 1 dijelaskan oleh variabel tayangan sinetron
sebesar 93,5% sedangkan sisanya dijelaskan atau disebabkan oleh variabel
lain.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh sinetron terhadap perkembangan
emosional siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1. Peneliti membagikan
angket kepada 22 responden yaitu siswa kelas V dan orang tua siswa kelas V.
Angket tersebut mengkaji 2 lingkup yaitu angket perkembangan secara
psikologis (kebiasaan menonton sinetron) dan angket perkembangan secara
psikis (perkembangan emosional dari segi perilaku siswa). Untuk memperoleh
data perkembangan psikologis, siswa diminta untuk mengisi sendiri angket
yang telah dibagikan, dimana angket tersebut terdiri dari :
1. Intensitas menonton sinetron menunjukkan terdapat 12 orang responden
dengan persentasi 54% sangat setuju sering menonton sinetron.
menyatakan setuju 5 orang dengan persentasi 23%. Ragu-ragu 3 orang
dengan persentasi 13% dan tidak setuju terdapat 2 orang dengan persentasi
9%.
75
2. Siswa menghafal isi cerita sinetron menunjukkan terdapat 12 orang
responden dengan persentasi 55% sangat setuju menghafal isi cerita dari
sinetron yang ditonton. Menyatakan setuju 4 orang dengan persentasi
18%. Ragu-ragu 1 orang dengan persentasi 4% dan tidak setuju terdapat 5
orang dengan persentasi 23%.
3. Siswa meniru gaya bahasa menunjukkan terdapat 7 orang responden
dengan persentasi 32% sangat setuju meniru gaya bahasa pemain sinetron.
Menyatakan setuju 3 orang dengan persentasi 14%. Ragu-ragu 2 orang
dengan persentasi 9% dan 10 orang tidak setuju dengan persentasi 45%.
4. Keinginan memiliki pacar seperti pada sinetron menunjukkan terdapat 6
orang responden dengan persentasi 27% sangat setuju ingin memiliki
pacar seperti pemain sinetron yang di tonton. Menyatakan setuju 6 orang
dengan persentasi 27%. Ragu-ragu 5 orang dengan persentasi 23%.
Menyatakan tidak setuju 5 orang dengan persentasi 23%.
5. Penasaran dengan kelanjutan cerita sinetron menunjukkan terdapat 2 orang
responden dengan persentasi 10% sangat setuju bahwa mereka penasaran
dengan kelanjutan cerita dari sinetron yang ditonton. Menyatakan setuju
10 orang dengan persentasi 45%. Tidak setuju 10 orang dengan persentasi
45%.
6. Tidak suka terhadap tokoh pengganggu hubungan menunjukkan terdapat
12 orang responden dengan persentasi 54% sangat setuju tidak menyukai
tokoh yang mengganggu hubungan tokoh utama pada sinetron.
76
Menyatakan setuju 5 orang dengan persentasi 23%. Tidak setuju 5 orang
dengan persentasi 23%.
7. Menyukai konflik percintaan menunjukkan terdapat 7 orang responden
dengan persentasi 31% sangat setuju menyukai konflik percintaan pada
sinetron. Menyatakan setuju 3 orang dengan persentasi 14%. Ragu-ragu
terdapat 3 orang dengan persentasi 14%. Tidak setuju 9 orang dengan
persentasi 41%.
8. Ingin diperhatikan seperti pacar pada sinetron menunjukkan terdapat 6
orang responden dengan persentasi 28% sangat setuju ingin diperhatikan
seperti pacar pada tokoh sinetron yang mereka tonton. Menyatakan ragu-
ragu 4 orang dengan persentasi 18%. Tidak setuju 8 orang dengan
persentasi 36% dan sangat tidak setuju 4 orang dengan persentasi 18%.
9. Menonton sinetron dari awal sampai akhir episode menunjukkan terdapat
10 orang responden dengan persentasi 46% sangat setuju bahwa mereka
menonton sinetron dari awal sampai akhir episode. Menyatakan setuju 8
orang dengan persentasi 36%. Ragu-ragu terdapat 2 orang dengan
persentasi 9%. Menyatakan tidak setuju 2 orang dengan persentasi 9%.
Sedangkan untuk data psikis (perkembangan emosional dari segi
perilaku siswa) dibagikan pada orang tua siswa yang dimana terdiri dari :
1. Anak langsung menonton tv saat pulang sekolah menunjukkan terdapat 12
orang responden dengan persentasi 54% sangat setuju anaknya langsung
menonton tv saat pulang sekolah. Menyatakan setuju 5 orang dengan
77
persentasi 23%. Ragu-ragu 3 orang dengan persentasi 14% dan tidak
setuju terdapat 2 orang dengan persentasi 9%.
2. Anak menghabiskan waktu di depan tv sehingga waktu belajarnya kurang
menunjukkan terdapat 10 orang responden dengan persentasi 45% sangat
setuju anak mereka menghabiskan waktu di depan tv sehingga waktu
belajar kurang. Menyatakan setuju 5 orang dengan persentasi 23%. Ragu-
ragu 4 orang dengan persentasi 18%. Tidak setuju 3 orang dengan
persentasi 14%.
3. Anak lebih sering menonton sinetron percintaan daripada acara tv lain
menunjukkan terdapat 4 orang responden dengan persentasi 18% sangat
setuju anaknya lebih sering menonton sinetron percintaan daripada acara
tv lain. Menyatakan setuju 3 orang dengan persentasi 14%. Ragu-ragu
terdapat 6 orang dengan persentasi 27%. Tidak setuju terdapat 9 orang
dengan persentasi 41%.
4. Anak rela tidak makan demi menonton sinetron kesukaannya
menunjukkan terdapat 5 orang responden dengan persentasi 23% sangat
setuju anaknya rela tidak makan demi menonton sinetron kesukaannya.
Menyatakan setuju 7 orang dengan persentasi 31%. Ragu-ragu 5 orang
dengan persentasi 23% dan tidak setuju 5 orang dengan persentasi 23%.
5. Antusias menceritakan alur sinetron keesokan harinya menunjukkan
terdapat 1 orang responden dengan persentasi 5% sangat setuju bahwa
anaknya antusias menceritakan alur sinetron pada keesokan harinya.
78
Menyatakan setuju terdapat 11 orang dengan persentasi 50%. Ragu-ragu
10 orang dengan persentasi 45%.
6. Anak sering senyum-senyum sendiri saat menonton sinetron menunjukkan
terdapat 12 orang responden dengan persentasi 54% sangat setuju anaknya
sering senyum-senyum sendiri saat menonton sinetron. Menyatakan setuju
5 orang dengan persentasi 23%. Menyatakan tidak setuju 5 orang dengan
persentasi 23%.
7. Anak ikut menangis saat menonton sinetron sedih menunjukkan terdapat 2
orang responden dengan persentasi 10% sangat setuju anaknya ikut
menangis saat menonton sinetron sedih yang mengandung unsur
percintaan. Menyatakan setuju terdapat 10 orang dengan persentasi 45%.
Ragu-ragu 10 orang dengan persentasi 45%.
8. Anak marah saat tayangan sinetron kesukaannya diganti dengan chanel
lain menunjukkan terdapat 6 orang responden dengan persentasi 27%
sangat setuju anaknya marah saat tayangan sinetron kesukaannya diganti
chanel lain. Menyatakan ragu-ragu 5 orang dengan persentasi 23%. Tidak
setuju 7 orang dengan persentasi 32% dan sangat tidak setuju 4 orang
dengan persentasi 18%.
9. Anak lebih mudah cemburu saat perhatian terbagi dengan saudaranya
menunjukkan terdapat 9 orang responden dengan persentasi 41% sangat
setuju anaknya cemburu saat perhatian terbagi dengan saudaranya.
Menyatakan setuju 9 orang dengan persentasi 41%. Ragu-ragu 2 orang
79
dengan persentasi 9%. Tidak setuju terdapat 2 orang dengan persentasi
9%.
Data yang diperoleh melalui angket yang diberikan kepada siswa
menunjukkan bahwa frekuensi responden yang sangat setuju 37,4%, setuju
22,22%, ragu-ragu 15,15%, tidak setuju 23,23% dan sangat tidak setuju 2%.
Data yang diperoleh melalui angket yang diberikan kepada orang tua
siswa menunjukkan bahwa frekuensi responden yang sangat setuju 30,8%,
setuju 27,7%, ragu-ragu 22,7%, tidak setuju 16,6% dan sangat tidak setuju
2,02%.
Untuk lebih mengefektifkan hasil data penelitian maka dilakukan
perhitungan regresi linear sederhana dengan menggunakan program SPSS
Versi 16 diperoleh koefisien variabel sinetron X adalah 0,842. sedangkan
konstanta sebesar 5,169 dengan demikian dapat diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = 5,169 + 0,842 + e.
Nilai regresi sinetron 0,842. Hal ini menunjukan bahwa sinetron yang
mengandung unsur percitaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku siswa sebesar 0,842. Sebagaimana diketahui pada Tabel 4.24 hasil
regresi sederhana menunjukkan nilai signifikan adalah 0,000 dimana nilai
signifikan harus lebih kecil dari t hitung variabel sinetron (0,000 < 0,842).
Hasil korelasi menunjukkan sinetron yang mengandung unsur percintaan
mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap perkembangan emosional siswa
80
sebesar 96,7% sedangkan sisanya 3,3% adalah pengaruh dari luar seperti
lingkungan.
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,967. Ini
berarti hubungan variabel sinetron (X) dengan variabel perkembangan
emosional (Y) tergolong kuat. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0.935 ini berarti 93,5% perkembangan emosional siswa dipengaruhi
sinetron yang mengandung unsure percintaan sedangkan sisanya dipengaruhi
variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Hasil tersebut menunjukan sinetron yang mengandung unsur
percintaan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhi
perkembangan emosional, semakin sering anak menonton sinetron yang
mengandung unsur percintaan semakain besar pula kemungkinan
perkembangan emosional anak dari segi perilaku.
81
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil pengolahan data penelitian yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan bahwa:
1. Secara psikologis, sinetron yang mengandung unsur percintaan
berpengaruh negatif terhadap perkembangan emosional sesuai dengan
hasil jawaban 22 responden, dimana responden lebih banyak mengatakan
sangat setuju dan setuju.
2. Secara psikis, sinetron yang mengandung unsur percintaan berpengaruh
negatif terhadap perkembangan emosional dikarenakan banyaknya
responden yang memberikan jawaban sangat setuju dan setuju.
Dari hasil 2 rumusan masalah yang sudah disimpulkan bahwa
berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan untuk pengaruh sinetron
yang mengandung unsur percintaan berdampak negatif terhadap
perkembangan emosional siswa kelas V SDN No. 73 Bontorita 1. Ini dapat
dilihat dari hasil uji t bahwa taraf signifikan lebih kecil dari 5% yakni 0,000 <
0,05. Berdasakan hasil tersebut sehingga menunjukkan hasil hipotesis diterima
yakni terdapat pengaruh terhadap perkembangan emosional siswa sebesar
96,7% sedangkan selebihnya faktor dari luar.
82
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa
saran yaitu:
1. Guru harus mendidik siswanya mana yang baik untuk ditonton dan mana
yang tidak layak untuk ditonton serta menanamkan nilai-nilai moral pada
siswanya.
2. Guru sebaiknya memberi pengarahan kepada siswa tentang perilaku mana
yang bisa ditiru dan mana yang tidak saat menonton televisi.
3. Sebaiknya guru bisa memberikan informasi yang lengkap kepada siswa
mengenai sinetron serta pengaruhnya terhadap anak agar siswa tidak
mendapatkan informasi yang salah dari luar maupun media masa.
Sebaiknya pihak sekolah mengadakan pertemuan berkala dengan orang
tua/wali murid untuk membahas peningkatan mutu sekolah, termasuk
mutu warga sekolah khususnya murid
4. Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk
mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat
aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar
menjadi terganggu dan beralih ke televisi.
5. Orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi.
Tujuannya adalah agar acara televisi oleh anak dapat terkontrol dan orang
tua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak dinonton atau tidak.
83
DAFTAR PUSTAKA
(2016) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Luar Jaringan (offline), Pusat
Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional
A. Maolani, Rukaesih dan Ucu Cahyana.2016.Metodologi Penelitian
Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers
Abraham, Firda.2012.Efek Tayangan Sinetron Televisi Swasta Terhadap Sikap
dan Perilaku Anak, (Online), Vol. 3, No. 2,
(https://mti.kominfo.go.id/index.php/mti/article/view/41, diakses pada 6
Februari 2020)
Ardiansyah, A. (2011). EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Surabaya: Pustaka
Agung Harapan.
Astarini, Novita, dkk.2017.Studi Dampak Tayangan Televisi Terhadap
Perkembangan Perilaku Sosial Anak, (Online), Vol. 8, No. 1,
(https://ejournal.upi.edu/index.php/cakrawaladini/article/view/10554U,
diakses 29 Januari 2020)
Batirahmah Uji.2017.Pengaruh Sinetron Anak Jalanan Terhadap Perilaku Siswa
SMKN 1 Sarudu.Skripsi tidak diterbitkan.Makassar: UIN Alauddin
Makassar
Eka Sari Zendrato, Vusvi, dkk.2016.Hubungan Antara Perilaku Menonton
Sinetron Percintaan dengan Perilaku Pacaran Pada Siswa Siswi Yayasan
Islamiyah di SMA Ethika Palembang, (Online), Vol. 2, No. 2,
(http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/view/1188/1006,
diakses pada 6 Februari 2020)
Febbiyani, Fitri Nia.2017.Kematangan Emosi Remaja dalam Pengentasan
Masalah (Online),
Vol.2,No.2,(C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/225-474-1-SM.pdf,
diakses 27 Agustus 2020)
Ghozali, Imam.2005.Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS.Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.
Hanita.2017.Identifikasi Perkembangan Sosial dan Emosi di Sekolah Berdasarkan
Pola Asuh Pada Anak Usia 4-6 Tahun, (Online), Vol 2, No. 2,
(http://journal.umpo.ac.id/index.php/indria/index, diakses 6 Februari 2020)
Hasdiana.2015.Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini.Jakarta:Luxima
Iswahyuni, Etty.2015.Pengaruh Kebiasaan Menonton Sinetron Terhadap
Perkembangan Perilaku Anak Usia Sekolah di SDN Pao-pao Kecamatan
84
Somba Opu Kabupaten Gowa.Skripsi tidak diterbitkan.Makassar:UIN
Alauddin Makassar
Lailatul Fitriyah dan Mohammad Jauhar.2014.Pengantar Psikologi
Umum.Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Latief, Rusman dan Yustiati Utud.2017.Menjadi Produser
Televisi.Malang:Prenada Media Group
Latifa, Umi.2017.Aspek Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar, (Online),
Vol.1,No.2,(http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/academica/article/
view/1052, diakses 6 Februari 2020)
Malikhah.2013.Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan
Perilaku Negatif Anak Usia Dini.Semarang:Universitas Negeri Semarang
Munir, Abdul.2017.Perkembangan Peserta Didik.Makassar:Universitas
Muhammadiyah Makassar
Rahmi, Fauzia.2017.Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan
Perilaku Anak Pada Murid Kelas IV SD Negeri 47 Tompotikka Kecamatan
Wara Kota Palopo.Skripsi tidak diterbitkan.Makassar:UIN Alauddin
Makassar
Rusman, dkk.2012.Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Setiawaty, Imma.2016.Pengaruh Menonton Tayangan Sinetron Remaja di
Televisi Terhadap Moralitas Remaja.Skripsi tidak
diterbitkan.Bandung:Universitas Pasundan Bandung
Sugiyono.2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B.Bandung:
Alfabeta
Sugiyono.2018.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta
Sujarweni, Wiratna.2014.Metodologi Penelitian.Yogyakarta:Pustakabarupress
Sujarweni, V. Wiratna.2014.SPSS Untuk Penelitian.Kota Yogyakarta:Pustaka
Baru Press, 2014.
Susanto, Ahmad.2011.Perkembangan Anak Usia Dini.Jakarta:Kencana
Yusuf L.N., Syamsu dan Nani M. Sugandhi.2016.Perkembangan Peserta
Didik.Depok:PT Raja Grafindo Persada
86
87
88
89
90
91
92
NAMA SISWA KELAS V
No. Nama Siswa Jenis Kelamin
1 AFRIANSYAH L
2 AHMAD JALAL AINUDDIN L
3 ANUGRAH SAPUTRA L
4 CAHYA ISTIANA HASAN P
5 GALANG SINDU SETIADJIE L
6 MUH. DARIAN ASLAM L
7 MUH. HAIDIR AL FAJRI L
8 MUHAMMAD ANIS L
9 MUHAMMAD ARFAH L
10 MUHAMMAD ASRIL L
11 MUHAMMAD FATIR ARKAM L
12 MUHAMMAD RIDWAN L
13 NUR ANDINI P
14 NUR HIKMAH P
15 NUR IKHSAN BASIR L
16 PRI AGUNG MAPPASOMBA L
17 RAFLI L
18 SITI MUFIDAH MALIK P
19 SUCI RAMADHANI P
20 TIFANI NURFADILAH P
21 WARDAH AINI P
22 ZHAFIRA AFIFAH RIFAI P
93
Data Responden (Siswa)
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
Data Responden
(Orang Tua)
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
Hasil Responden (Siswa)
Responden Sinetron (X)
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 5 5 5 4 3 5 5 3 4 39
2 5 5 2 4 3 5 2 1 5 32
3 5 2 5 2 4 2 5 2 5 32
4 4 4 2 2 4 4 2 2 4 28
5 5 5 3 5 4 5 3 5 5 40
6 2 2 2 3 3 2 3 1 2 20
7 5 5 4 4 5 5 4 5 5 42
8 3 4 2 5 3 5 2 2 3 29
9 4 5 5 5 4 5 5 5 4 42
10 4 5 4 4 3 5 5 3 4 37
11 5 3 2 4 3 5 2 2 5 31
12 5 2 5 2 4 2 5 2 5 32
13 3 4 2 3 4 4 2 2 4 28
14 5 5 3 5 4 5 3 5 5 40
15 2 2 2 3 3 2 2 1 2 19
16 5 5 4 5 5 5 4 5 5 43
17 3 5 2 5 3 4 2 3 3 30
18 4 5 5 3 4 4 5 5 4 39
19 5 5 5 4 3 5 4 3 5 39
20 5 5 2 3 3 5 2 1 4 30
21 5 2 5 2 4 2 5 2 5 32
22 4 4 2 2 4 4 2 2 4 28
116
Hasil Responden (Orang Tua)
Responden Perkembangan Emosional (Y)
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 5 5 4 4 4 5 3 3 4 37
2 5 5 3 4 3 5 3 1 4 33
3 5 2 3 2 4 2 4 2 5 29
4 4 5 2 2 4 4 4 2 4 31
5 5 5 3 4 4 5 4 5 5 40
6 2 3 2 3 3 2 3 1 2 21
7 5 3 4 4 5 5 5 5 5 41
8 3 4 2 5 3 5 3 2 3 30
9 4 5 3 5 4 5 4 5 4 39
10 4 5 2 4 3 5 3 3 4 33
11 5 3 2 4 3 5 3 3 5 33
12 5 3 5 2 4 2 4 2 5 32
13 3 4 2 3 4 4 4 2 4 30
14 5 4 3 5 4 5 4 5 5 40
15 2 2 2 3 3 2 3 1 2 20
16 5 5 4 5 4 5 5 5 5 43
17 3 5 2 5 3 4 3 3 3 31
18 4 5 5 3 4 4 4 5 4 38
19 5 4 5 4 3 5 3 3 5 37
20 5 5 3 3 3 5 3 1 4 32
21 5 2 5 2 4 2 4 2 5 31
22 4 4 2 2 3 4 4 2 4 29
117
Uji Validitas Sinetron (X)
118
Uji Validitas Perkembangan Emosional (Y)
119
Uji Reliabilitas Sinetron (X)
Uji Reliabilitas Perkembangan Emosional (Y)
120
Uji Asumsi Normalitas
Uji Asumsi Linearitas
121
Regresi Sederhana
122
Dokumentasi
Pembagian dan pengisian angket
123
124
125
RIWAYAT HIDUP
Devy Anggraeny. Dilahirkan di Takalar pada
tanggal 8 Agustus 1998, dari pasangan
Ayahanda Kasri dan Ibunda Mawar. Penulis
masuk sekolah dasar pada tahun 2004 di SDN
No. 73 Bontorita 1 Kabupaten Takalar dan
tamat tahun 2010, tamat SMP Negeri 1
Galesong tahun 2013, dan tamat SMA Negeri 3 Takalar tahun 2016.
Pada tahun yang sama (2016), penulis melanjutkan pendidikan pada
program strata satu Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar dan selesai tahun 2020.
Recommended