View
172
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
pengaruh sampel anemia terhadap hasil pemeriksaan glukosa darah menggunakan alat glukometer
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa
merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam
tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat,
galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein
dan proteoglikan. ( Murray R. K. et al., 2003)
Manusia normal mempertahankan kadar glukosa kira-kira 85
mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
menyebabkan masalah kesehatan yang serius. (Cameron, John R.
et.al, 2006)
Pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik lebih
spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim
glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa
dan tidak pada gula lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan
enzimatik glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi
perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari
serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada
suatu elektroda pendeteksi oksigen.
Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki kelebihan,
yaitu : presisi tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relative bebas dari
2
gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, dan
suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan
pada reagen, butuh sampel darah yang banyak, pemeliharaan alat
dan reagen memerlukan tempat yang khusus dan membutuhkan biaya
yang cukup mahal. (Suryaatmadja, 2003).
Saat ini sudah tersedia berbagai merek monitor glukosa pribadi
yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari tusukan
diujung jari. Pembacaan nilai kadar glukosa secara digital, mudah
dioperasikan dan harga yang semakin murah untuk strip yang
digunakan.
Glucometer adalah alat untuk melakukan pengukuran kadar
glukosa darah kapiler. Alat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun
1980 di Amerika Utara, dimana saat itu ada 2 jenis glukometer ( Bayer
) dan Accu-check meter ( Roche ). Alat ini menggunakan prinsip kerja
ultrasound, menggunakan kapasitas panas dan menghantar panas
sebagai sensor pengukur gula.
(http://ww.en.wikipedia.org./wiki/Glucose,meter )
Alat Glukometer mempunyai kelebihan yaitu dapat dipakai
secara mandiri oleh Pasien di rumah sehingga kadar glukosa darah
bisa dipantau dengan cepat, hal ini dapat mencegah atau
memperlambat meningkatnya komplikasi diabetes. Volume darah
yang dibutuhkan relative sedikit yaitu + 0,3 – 10 μl, waktu yang
diperlukan sekitar 15 detik sampel yang digunakan dapat berupa
3
darah kapiler, vena, arteri. Tidak boleh digunakan untuk sampel yang
serum, plasma dan pada bayi yang baru lahir. Hematokrit yang sangat
tinggi ( diatas 55%) dan sangat rendah ( dibawah 30 % ) dapat
menyebabkan hasil yang tidak akurat. ( Manual On Call, 2006 ).
Dengan demikian, pada keadaan hematokrit rendah atau
anemia, maka penggunaaan glukometer sebagai alat pendeteksi
kadar glukosa darah dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai gambaran hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah pada penderita anemia dengan hematokrit lebih rendah dari
30%.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah pada penderita anemia dengan
hematokrit lebih rendah dari 30%?
C. Tujuan penilitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah pada penderita anemia dengan kadar hematokrit lebih
rendah dari 30%.
2. Tujuan khusus
4
Untuk mengukur kadar glukosa darah pada penderita anemia
dengan kadar hematokrit lebih rendah dari 30%.
D. Manfaat Penilitian
1. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan
pengalaman dasar dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan
2. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi institusi, pihak
laboratorium kesehatan dan masyarakat dalam penggunaan alat
glukometer untuk pemeriksaan glukosa darah.
3. Dapat dijadikan sumber informasi dan bahan acuan bagi peneliti
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah
1. Pengertian darah
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan
jaringan tubuh yang lain, berada dalam konsistensi cair,
beredar dalam suatu system tertutup yang dinamakan sebagai
pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport berbagai
bahan serta fungsi homeostasis. (Sadikin M, 2001)
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi
seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan
kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas,
elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia
terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia
(karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen
dan karbon dioksida). Sedangkan benda darah terdiri atas
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (platelet) (Watson, 1997)
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup. Dalam
keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai : (a) pembawa
oxygen; (b) mekanisme pertahanan tubuh; (c) mekanisme
homeostasis. Darah terdiri atas 2 komponen utama:
6
1. Plasma darah: bagian cair darah yang sebagian besar terdiri
atas air, elektrolit dan protein darah
2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas:
a. Eritrosit: sel darah merah (SDM)-red blood cell (RBC)
b. Leukosit: sel darah putih (SDP)-white blood cell
c. Trombosit: butir pembeku-platelet
Plasma darah tanpa protein pembekuan darah disebut sebagai
serum. (Bakta I made, 2006)
Darah merupakan bagian penting dari system transport
tubuh. Darah merupakan jaringan yang unik, karena
merupakan suatu jaringan yang bersentuhan dengan hampir
seluruh jaringan tubuh. (Naim, 2003)
Darah merupakan jaringan pengikat yang terdiri atas
cairan, yang memiliki korpuskula yang tersuspensi dalam
plasma. Plasma darah adalah adalah cairan yang komplek
yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamik dengan
cairan tubuh lain. Plasma terdiri atas 90% air, 7-8% protein
yang dapat larut, 1% elektrolit, dan sisanya 1-2% berbagai zat
yang lain (Villee et al, 1988).
2. Volume darah
Volume darah pada orang dewasa sehat ditentukan oleh
jenis kelamin. Volume darah pada laki-laki dewasa adalah 5
7
liter, sedangkan pada perempuan dewasa agak lebih rendah,
yaitu 4,5 liter. (Sadikin M, 2001)
Darah juga merupakan medium transport tubuh, volume
darah sekitar 7- 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar
5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama
bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung dan
pembuluh darah. (Handayani W dan Hariwibowo A, 2008)
3. Sel-sel darah
Sel-sel darah terdiri atas:
a. Sel darah merah atau eritrosit
Sel darah ini merupakan sel bulat berbentuk cakram
bikonkaf, tidak berinti, berwarna merah kebiruan, bersifat
homogeny, jumlahnya sangat banyak. Sel-sel inilah yang
memberi warna merah kepada darah. (Sadikin M, 2001)
Sel darah merah merupakan cakram bikonkaf dengan
diameter sekitar 7.5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan
bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas
membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah diffusi
oksigen, karbon dioksida dan sitoplasma, tetapi tidak
mempunyai inti sel. Eritrosit dapat mencapai umur 120 hari.
Eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut
8
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. (Dep Kes RI,
1989).
b. Sel darah putih atau leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut
juga sel darah putih. Rata-rata jumlah leukosit dalam darah
manusia normal adalah 5000-9000/mm3, bila jumlahnya
lebih dari 10.000/mm3, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5000/mm3
disebut leukopenia. (Effendi, Z.,
2003)
Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu
agranular dan granular. Leukosit agranular mempunyai
sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya berbentuk
bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung
granula spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan
setengah cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti
yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya.
Terdapat 2 jenis leukosit agranular yaitu; limfosit yang
terdiri dari sel-sel kecil dengan sitoplasma sedikit, dan
monosit yang terdiri dari sel-sel yang agak besar dan
mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis
leukosit granular yaitu neutrofil, basofil, dan asidofil
(eosinofil). (Effendi, Z., 2003)
9
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan
seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan.
Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui
proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler
dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus
kedalam jaringan penyambung. (Effendi, Z., 2003)
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang
dewasa normal adalah 5000-9000/mm3, waktu lahir 15000-
25000/mm3, dan menjelang hari ke empat turun sampai
12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. (Effendi,
Z., 2003)
c. Trombosit
Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku
darah dan hemostasis ( menghentikan perdarahan ).
Jumlahnya dalam darah dalam keadaan normal sekitar
150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan mempunyai
masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari
4. Plasma darah
Plasma darah merupakan komponen cair darah yang
meliputi 55% dari seluruh volume darah, 91% terdiri atas air
yang berperan sebagai medium transport. (Silvia and Lorraine,
1995; Naim N, 2003)
10
Plasma adalah suatu larutan encer yang terdiri atas
elektrolit, zat-zat makanan, metabolit, protein, vitamin dan
hormone. (Koolman .J, et al, 2000)
Fase cair darah yang telah membeku, dikenal sebagai
serum. Serum berbeda dari plasma, karena serum tidak
mengandung fibrinogen dan protein-protein lain yang
dibutuhkan pada penggumpalan darah. (Koolman J, et al,
2000)
Serum merupakan hasil pemisahan antara komponen cair
dan seluler dari darah (whole blood). Proses pemisahan
komponen darah untuk mendapatkan serum dapat dilakukan
dengan cara. Cara pertama dengan mendiamkan darah selama
minimal 1-2 jam hingga terjadi pemisahan dengan sendirinya
(pemisahan spontan), namun dengan membiarkan darah terlalu
lama memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam
sampel oleh sel-sel darah. Kadar glukosa dalam tabung akan
menurun setelah 10 menit pengambilan darah, karena proses
glikolisis dengan kecepatan kurang lebih mg/dl per jam.
(Anonim. 2012).
Serum atau plasma terdiri dari:
a. Air : 91,0%
b. Protein : 8,0% (albumin, globulin, protrombin, fibrinogen)
c. Mineral : 0,9% (NaCl, natrium bikarbonat, garam dan
11
kalsium fosfat magnesium dan besi dan
seterusnya)
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic, yaitu glukosa,
lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino.
(Anonim, 1989)
5. Fungsi darah
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media
transportasi, pengatur suhu dan pemelihara keseimbangan
cairan, asam dan basa. Eritrosit selama hidupnya tetap berada
dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara
efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang-
cabangnya. Sebaliknya leukosit melaksanakan fungsinya di
dalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam darah hanya
melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya pada dinding
pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam
sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus. (Frances, K.
Widmann, 1995)
Fungsi utama darah adalah untuk transportasi; sel darah
merah tetap berada dalam sirkulasi dan mengandung pigmen
pengangkut oksigen. Sel darah putih bertanggung jawab
terhadap pertahanan tubuh dan diangkut oleh darah ke
berbagai jaringan tempat sel-sel tersebut menjalankan fungsi
fisiologiknya. Trombosit berperan mencegah tubuh kehilangan
12
darah akibat perdarahan dan melakukan fungsi utamanya di
dinding pembuluh darah. Protein merupakan pengangkut
utama zat gizi dan produk sampingan metabolic untuk
penyimpanan atau ekskresi. (Sacher RA, 2004)
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut:
1. Alat transport makanan, yang diserap saluran cerna dan
diedarkan ke seluruh tubuh.
2. Alat transport O2, yang diambil dari paru-paru atau insang
untuk dibawa ke seluruh tubuh.
3. Alat transport bahan buangan dari jaringa ke alat-alat
ekskresi seperti paru-paru (gas), ginjal dan kulit (bahan
terlarut dalam air) dan hati yang diteruskan ke empedu dan
saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut
dalam air).
4. Alat transport antar jaringan dari bahan-bahan yang
diperlukan oleh suatu jaringan dibuat oleh jaringan lain. Hal
ini tampak jelas, misalnya dalm transport lipoprotein seperti
lipoprotein densitas tinggi atau High Density Lipoprotein
(HDL), lipoprotein densitas rendah atau Low Density
Lipoprotein (LDL) dan hormone.
5. Mempertahankan keseimbangan dinamis (homeostasis)
dalam tubuh, termasuk didalamnya ialah mempertahankan
suhu tubuh, mengatur keseimbangan distribusi air dan
13
mempertahankan keseimbangan asam-basa sehingga pH
darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan seharusnya.
6. Mempertahankan tubuh dari agresi benda atau senyawa
asing yang umumnya selalu dianggap punya potensi
menimbulkan ancaman.
Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan, bahwa
fungsi darah ialah sebagai sarana transport, alat homeostasis
dan alat pertahanan. Ketiga fungsi tersebut dijalankan dalam
berbagai bentuk dan cara. (Sadikin M, 2001)
B. Glukosa darah
1. Glukosa darah
Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting
yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh.
Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua
karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu,
dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan (
Murray R. K. et al., 2003).
Didalam darah terdapat zat glukosa, glukosa ini gunanya
untuk dibakar agar mendapatkan kalori atau energi. Sebagian
glukosa yang ada dalam darah adalah hasil penyerapan dari
usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi
dalam jaringan. Glukosa yang ada di usus bisa berasal dari
14
glukosa yang kita makan atau bisa juga hasil pemecahan zat
tepung yang kita makan dari nasi, ubi, jagung, kentang, roti
atau dari yang lain. (Djojodibroto,2003).
Manusia normal mempertahankan kadar glukosa kira-kira
85 mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Saat
makan, glukosa darah akan meningkat dalam waktu kira-kira 30
menit. Pankreas mendeteksi peningkatan kadar ini dan
membebaskan insulin ke dalam darah untuk mempercepat
pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa
dipertahankan dalam batas normal. (Cameron, John R. et.al,
2006)
Sebaliknya, saat seseorang yang normal dan sehat tidak
makan, glukosa menurun oleh metabolisme normal. Kadarnya
dapat turun di bawah normal. Sensor di pankreas memicu
control umpan balik untuk mengekskresikan hormone lain,
glucagon, yang merangsang hati untuk melepaskan glukosa ke
dalam sirkulasi. (Cameron, John R. et.al, 2006)
2. Metabolisme glukosa darah
Glukosa,fruktosa dan galaktosa masuk melalui dinding
usus halus kedalam aliran darah. Fruktosa dan galaktosa akan
diubah dalam tubuh menjadi glukosa. Glukosa merupakan hasil
akhir dari pencernaan dan di absorbsi secara keseluruhan
15
sebagai karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi
dengan daya penyerapan, dan akan menjadi lebih tinggi
setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak ada makanan
yang masuk selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat
sangat bebas keluar dan masuk ke dalam sel dimana glukosa
dapat digunakan semata-mata sebagai sumber energi. Glukosa
disimpan sebagai glikogen didalam sel hati oleh insulin.(suatu
hormon yang disekresi oleh pankreas) dan adrenalin yaitu
suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenalin. (Jan
Tambayong,2001).
Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam
dua bagian yaitu yang menggunakan oksigen atau aerob dan
yang tidak menggunakan oksigen yaitu reaksi anaerob.
(Anonim, 2011).
a. Glikolisis
Glikolisis terjadi didalam sel. Proses glikolisis dimulai
dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya
asam laktat pada tahap glikolisis, terjadi dua langkah reaksi,
yaitu langkah memerlukan energi dan langkah melepaskan
energi. Saat langkah memerlukan energi, 2 molekul ATP
diperlukan untuk menstransfer gugus fosfat ke glukosa
sehingga glukosa memiliki simpan energi yang lebih tinggi.
16
Energi ini diperlukan untuk reaksi selanjutnya, yaitu reaksi
pelepasan energi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa glikolisis darah adalah
reaksi pelepasan energi yang memecah satu molekul
glukosa (terdiri dari 6 atom karbon) atau monosakarida yang
lain menjadi dua molekul asam piruvat (terdiri dari 3 atom
karbon), 2 NADH (nicotinamide Adenin Dinucleotide H), 2
ATP.
b. Glikogenesis
Glukosa merupakan sumber bahan bagi proses
glikolisis, karena glukosa terdapat dalam jumlah banyak bila
dibandingkan dengan monosakarida yang lain, oleh karena
itu bila jumlah glukosa yang diperoleh dari makanan terlalu
berlebih, maka glukosa akan disimpan dengan jalan diubah
menjadi glikogen dalam hati dan jaringan otot. Proses
sintesis glikogen dari glukosa ini disebut glikogenesis.
c. Glikogenolisis
Proses reaksi pemecahan molekul glikogen menjadi
molekul – molekul glukosa disebut glikogenolisis, proses ini
kebalikan dari reaksi glikogenesis. Glikogen dalam hati atau
otot dapat dipecah menjadi molekul fosfat melalui proses
fosfolisis, reaksi dengan asam amino.
d. Glikoneogenesis
17
Glikoneogenesis merupakan istilah yang digunakan
untuk mencakup semua mekanisme dan lintasan yang
bertanggung jawab untuk mengubah senyawa non
karbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Substrat utama
bagi glukoneogenesis adalah asam amino glikogenik, laktat,
gliserol, dan propionat. Hati dan ginjal merupakan jaringan
utama yang terlibat, karena kedua organ tersebut
mengandung komplemen lengkap enzim-enzim yang
diperlukan.
(Anonim, 2011).
C. Pemeriksaan Glukosa darah
Ada beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap glukosa
darah antara lain yaitu pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (
GDP ), glukosa darah sewaktu ( GDS ) dan glukosa 2 jam setelah
makan. ( Darwis, et al., 2005 ).
Nilai rujukan :
GDS :
1) Darah vena : <110 mg/dl
2) Serum atau plasma : < 140 mg/dl
GDP :
1) Darah vena : 60-110 mg/dl
2) Serum atau plasma : 70-110 mg/dl
G2JPP :
18
1) Darah vena : 120 mg/dl
Serum atau plasma : < 140 mg/dl
Tabel 1.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis DM (mg/dl )
*metode enzimatik ( Perkeni, 2006 )
Persiapan pasien pada pemeriksaan Glukosa Darah Puasa
yaitu pasien dipuasakan 8-12 jam sebelum tes, semua obat
dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis pada
formulir permintaan tes.
Pada pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan, tes tes
dilakukan 2 jam setelah tes GDP, pasien dianjurkan makan makanan
yang mengandung 100 gram karbohidrat sebelum tes dilakukan.
Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan bertujuan untuk
melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa
pertimbangan waktu setelah makan.
19
Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan
plasma vena atau serum dan darah kapiler.( Hardjoeno, et al., 2003 )
Sampel serum didapatkan apabila sejumlah volume darah
dimasukkan dalam sebuah tabung dan dibiarkan membeku lalu
dicentrifugasi dengan kecepatan dan dalam waktu tertentu maka
akan dihasilkan suatu cairan pada lapisan atas berwarna kuning
muda yang disebut serum. Jika dengan penambahan antikoagulan
dalam jumlah tertentu ke dalam sejumlah volume darah kemudian
dicentrifugasi dengan kecepatan dan dalam waktu tertentu, maka
akan didapatkan cairan pada lapisan atas berwarna kuning dan
disebut plasma. (Santosa,1989 ).
Serum atau plasma dipisahkan dari sel-sel darah merah untuk
mencegah hemolisis ( Hardjoeno, 2003 ).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
laboratorium, diantaranya yaitu; obat kortison dan tiazid dapat
menyebabkan peningkatan kadar gula darah, trauma dan stres dapat
menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Penundaan
pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula
darah, Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum,
Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat
menurunkan kadar gula darah (Lemon, P, & Burke,K., 2002).
Sekarang, pengukuran glukosa menggunakan metode
enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya
20
menggunakan enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang
bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan
pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk
dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai
reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan
konsumsi oksigen pada suatu elektroda pendeteksi oksigen.
Metode GOD dan heksokinase banyak digunakan karena
mempunyai akurasi dan presisi yang baik dan merupakan metode
referensi, karena enzim yang digunakan spesifik untuk glukosa.
(www.tempo.co.id.2011)
1. Metode Glukosa Oksidasi
Metode glukosa oksidase merupakan metode yang paling
banyak digunakan di laboratorium yang ada di indonesia.
Sekitar 85% dari peserta program nasional pemantapan mutu
eksternal di bidang kimia klinik. Memeriksa glukosa serum
kontrol dengan menggunakan metode ini.
Prinsip pemeriksaan:
Glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatis dengan
adanya oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi
dengan adanya peroksidase. Dengan phenol serta 4-
amiophenazon menjadi zat warna quinoneimine berwarna
merah violet.
Reaksi :
21
Glukosa + . O2 + H2O glucose oksidase Gluconate + H2O2
2H2O2 + 4 – Aminoantypirine + Phenol peroxidase Quinoneimine
+ 4H2O
Digunakan enzim glukosa oksidasi pada reaksi pertama
menyebabkan sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa
khususnya pada glukosa. Sedangkan reaksi kedua tidak
spesifik karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan
hasil pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat,
bilirubin dan glutation menghambat reaksi karena zat-zat ini
akan berkompetensi dengan kromogen beraksi dengan
hidrogen peroksida sehingga hasil pemeriksaan akan lebih
rendah. Keunggulan dari metode GOD adalah karena
murahnya reagen dan hasil yang cukup memadai. Namun hasil
pemeriksaan juga dapat dipengaruhi oleh serum yang lisis mutu
reagen, alat yang tidak dan cara kerja analisis itu sendiri.
2. Metode Hexokinase
Metode hexokinase merupakan metode untuk
pemeriksaan glukosa darah dianjurkan (reference method) oleh
WHO dan IFCC. Namun baru sekitar 10% laboratorium yang
menggunakan metode ini untuk pemeriksaan glukosa darah.
Prinsip pemeriksaan:
Hexokinase akan mengkatalisis reaksi fosforilasi glukosa
dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim
22
kedua yaitu 6-fosfat dehidrogennase akan mengkatalisis
oksidasi glukosa-6-fosfat dan ADP dengan nicotinamid
adeninedenucleotide phosphate (NADP).
Pada metode ini digunakan dua macam enzim yang
spesifik sehingga hasil yang diperoleh sangat baik. Belum ada
laporan penelitian yang mengatakan adanya reaksi senyawa
lain. Kekurangan dari metode ini adalah biaya yang relatif
mahal untuk pemeriksaan tersebut (Anonim, 2005).
D. Glukometer
Glukometer adalah alat untuk melakukan pengukuran kadar
glukosa darah kapiler. Alat ini pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1980 di Amerika Utara, dimana saat itu ada 2 jenis
glukometer ( Bayer ) dan Accu-check meter ( Roche ).
(http://ww.en.wikipedia.org./wiki/Glucose,meter ).
Alat ini menggunakan prinsip kerja ultrasound, menggunakan
kapasitas panas dan menghantar panas sebagai sensor pengukur
gula. Hasil pengukuran cukup cepat dalam hitungan detik.
Kemudian seiring perkembangan teknologi, ditemukan berbagai
alat yang semakin kecil, pembacaan nilai kadar glukosa secara
digital dan harga yang semakin murah untuk strip yang digunakan
(http://ww.en.wikipedia.org./wiki/Glucose,meter ).
23
Saat ini ada dua macam glukometer yang paling sering
digunakan di rumah sakit, klinik maupun penggunaan mandiri oleh
pasien di rumah, glukometer tersebut antara lain:
a. Alat Glukometer 1 ( Accu-Check )
Alat Glukometer I ( Accu-Check ) dirancang untuk mengukur
secara kuantitatif kadar glukosa darah, bisa dipakai secara
mandiri oleh Pasien di rumah maupun di fasilitas kesehatan.
Glukometer I terdiri dari Meter, Code Chip dan Strip. Untuk
memastikan akurasi kerja alat Meter Glukosa Darah, maka setiap
kali menggunakan strip test dari tabung kemasan yang baru Code
Chip harus diganti. Karena setiap kemasan Code Chip bisa
berbeda nomor serinya. Prinsip pengujian Glukometer I adalah
Amperometri yaitu Enzim glukosa dehidrogenase dalam koenzim
pada strip uji mengkonversi glukosa didalam sampel darah ke
lakton glukono. Reaksi ini menciptakan arus listrik yang tidak
berbahaya untuk Glukosa yang diperiksa ( Manual Accu-Check,
2007 ).
Alat Glukometer I mempunyai kelebihan yaitu dapat dipakai
secara mandiri oleh Pasien di rumah sehingga kadar glukosa
darah bisa dipantau dengan cepat, hal ini dapat mencegah atau
memperlambat meningkatnya komplikasi diabetes. Volume darah
yang dibutuhkan relative sedikit yaitu + 0,3 – 10 μl, sampel yang
digunakan dapat berupa darah kapiler, vena, arteri dan
24
neonatusdarah serta waktu yang diperlukan juga relative singkat
yaitu sekitar 30 detik ( Manual Accu-Check, 2007 ).
Sistem ( Strip Uji ) dikalibrasi dengan cara metode
heksokinase dan dibandingkan dengan alat analiser. Keakuratan
alat Glukometer I dengan metode perbandingan hasilnya adalah
sebagai berikut; dalam studi eksternal berkisar antara 0,96 dan
1,03. Ketidak akuratan < 4% dalam serangkaian tes, diperoleh
variasi koefisien 3,4% ( Manual Accu-Check, 2007 ).
Alat Glukometer I menunjukkan hasil glukosa darah antara
10 – 600 mg/dl. Pada Pasien yang menderita dialysis peritoneal
yang menggunakan terapi yang mengandung Icodextrin ( misal
Extranal ) disarankan tidak menggunakan strip uji Glukometer I.
( Manual Accu-Check, 2007 )
Dalam situasi penurunan aliran darah perifer misalnya pada
dehidrasi berat, hipotensi, shock, dekompensasi gagal jantung
atau penyakit oklusi arteri perifer maka pemakaian Glukometer I
tidak mencerminkan keadaan fisiologis yang benar ( Manual Accu-
Check, 2007).
Gambar 01. Glukometer I dikutip dari Manual Kit Accu Check
25
b. Alat Glukometer 2 ( On Call)
Glukometer II bermerk On Call, terdiri dari Meter, Code Chip
dan Strip.
Setiap strip uji berisi bahan bahan kimia glukosa oksidase
dan mediator. Untuk memastikan akurasi kerja alat Meter Glukosa
Darah, maka setiap kali menggunakan strip test dari tabung
kemasan yang baru Code Chip harus diganti. Karena setiap
kemasan Code Chip bisa berbeda nomor serinya. ( Manual On
Call, 2006 ).
Pada pengujian dengan Glukometer II, diaplikasikan pada
ujung akhir strip uji secara otomatis darah diserap kedalam sel
reaksi yang ada pada strip uji. Sebuah arus listrik transien
terbentuk selama reaksi dan konsentrasi glukosa darah dihitung
berbasis di arus listrik yang terdeteksi oleh meter, hasil terlihat
pada layar meter ( Manual On Call, 2006 ).
Alat Glukometer II mempunyai kelebihan yaitu dapat dipakai
secara mandiri oleh Pasien di rumah sehingga kadar glukosa
darah bisa dipantau dengan cepat, hal ini dapat mencegah atau
memperlambat meningkatnya komplikasi diabetes. Volume darah
yang dibutuhkan relative sedikit yaitu + 0,3 – 10 μl, waktu yang
diperlukan sekitar 15 detik sampel yang digunakan dapat berupa
darah kapiler, vena, arteri. Tidak boleh digunakan untuk sampel
yang serum, plasma dan pada bayi yang baru lahir. Hematokrit
26
yang sangat tinggi ( diatas 55%) dan sangat rendah ( dibawah 30
% ) dapat menyebabkan hasil yang tidak akurat. ( Manual On Call,
2006 ).
Abnormal vitamin C tinggi dan kekurangan zat lain akan
menghasilkan pengukuran glukosa darah pada tingkat kesalahan
yang tinggi ( Manual On Call, 2006 ).
Sistem ini diuji secara akurat dalam membaca glukosa dalam
kisaran 20 – 600 mg/dl, zat lemak ( Trigliserida sampai 3.000
mg/dl atau Cholesterol sampai 500 mgdl ) tidak berpengaruh
besar terhadap hasil uji glukosa, system monitoring glukosa
dengan Glukometer II telah teruji dan terbukti dengan baik sampai
pada ketinggian 10.000 kaki ( Manual On Call, 2006 ).
Sepuluh replikasi tes ditarik dari 3 lot strip dan dijalankan
pada 10 Glukometer II setiap hari untuk total 10 hari. Larutan
kontrol dalam 3 konsentrasi digunakan dalam pengujian ini. Hasil
menunjukkan estimasi presisi menengah sebagai berikut.
Tabel 1.
Presisi Menengah
Strip uji Mean Standar Deviasi atau Coefisien Variasi
47 mg/dl 6,5 mg/dl
Strip 1 125 mg/dl 5,1% ( CV )
353 mg/dl 2,9 % ( CV )
52 mg/dl 6,8 mg/dl
27
Strip 2 144 mg/dl 6,0 % ( CV )
385 mg/dl 3,8 % ( CV )
57 mg/dl 6,3 mg/dl
Strip 3 156 mg/dl 5,9 % ( CV )
387 mg/dl 2,9 % ( CV )
Sebuah studi konsumen telah dilakukan dengan
menggunakan 3 Lot strip uji. Peserta dan Teknisi terlatih
menggunakan sistem monitoring glukosa dengan Glukometer II.
Studi ini menunjukkan bahwa Peserta dapat melakukan pengujian
sama baik dengan Teknisi terlatih ( Manual On Call, 2006 ).
Gambar 02. Glukometer II dikutip dari Manual Kit On Call
E. Anemia
1. Defenisi anemia
Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan atau massa
hemoglobin yang beredar tidak dapat memnuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratorik
28
dijabarkan sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin,
hitung eritrosit dan hematokrit (packed red cell). ( Bakta I Made,
2006)
2. Kriteria klinik anemia
Alasan praktis kriteria anemia di rumah sakit atau praktek klinik
untuk Indonesia pada umumnya adalah:
1. Hemoglobin < 10 g/dl
2. Hematokrit < 30%
3. Eritrosit < 2,8 juta/mm3
( Bakta I Made, 2006)
3. Klasifikasi anemia
Anemia dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Klasifikasi
yang paling sering dipakai adalah:
a. Klasifikasi morfologik: yang berdasarkan morfologi eritrosit
pada pemeriksaan apusan darah tepi atau denga melihat
indeks eritrosit. Dengan melihat morfologi anemia maka dapat
diduga penyebab anemia tersebut.
b. Klasifikasi eritropatogenesis: yang berdasarkan etiologi dan
pathogenesis terjadinya anemia.
( Bakta I Made, 2006)
4. Gejala anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada umumnya dapat
dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu:
29
a. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia.
Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada semua
jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik tertentu. gejala ini timbul karena
anoreksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut
apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah
sebagai berikut:
1. System kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi
sesak waktu kerja, angina pectoris dan gagal jantung.
2. System saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging,
mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabel, lesu,
perasaan dingin pada ekstremitas.
3. System urogenital: gangguan haid dan libido menurun;
4. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, rambut tipis dan halus.
b. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia,
seperti:
1. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitits
angularis;
2. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue);
30
3. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali;
4. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-
tanda infeksi.
c. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala
ini timbula karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia
tersebut. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan
oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulakan gejala
seperti: pembesaran parotis dan telap[ak tangan berwarna
kuning seperti jerami. Kanker kolon dapat menimbulkan gejala
berupa perubahan sifat defekasi, feses bercampur darah atau
lendir.
( Bakta I Made, 2006)
F. Hematokrit
1. Defenisi Hematokrit
Hematokrit (Hct) adalah persentase seluruh volume
eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya
didalam tabung khusus dengan waktu dan kecepatan tertentu
dimana nilainya dinyatakan dalam persen (%). Untuk tujuan ini,
darah diambil dalam semprit dengan volume yang telah
ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus
berskala hematokrit (tabung wintrobe). Untuk pemeriksaan
hematokrit darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga
31
harus diberi antikoagulan. Setelah tabung tersebut diputar
dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka eritrosit akan
mengendap (Sadikin, M. 2002).
Hematokrit adalah nilai yang menunjukan persentase zat
padat dalam darah terhadap cairan darah. Dengan demikian,
bila terjadi perembesan cairan darah keluar dan pembuluh
darah, sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh
darah, akan membuat persentase zat padat darah terhadap
cairannya naik sehingga kadar hematokritnya juga meningkat
(Hardjoeno, H. 2007).
Nilai normal hematokrit disebut dengan %, nilai untuk pria
40-48 vol % dan untuk wanita 37-43 vol %. Penetapan
hematokrit cara manual (metode mikro) dapat dilakukan sangat
teliti, kesalahan metodik rata-rata ± 2 %. (Gandasoebrata,
2007).
Nilai hematokrit yang rendah sering ditemukan pada
kasus anemia leukemia, sedangkan peningkatan nilai
hematokrit ditemukan pada dehidrasi (suatu peningkatan
relatif). Hematokrit dapat menjadi indikator keadaan dehidrasi.
Hematokrit dapat mengindikasikan hemokonsentrasi, akibat
penurunan volume cairan dan peningkatan eritrosit.
((http://id.wikipedia.org/wiki/Darah).).
32
Hematokrit dapat diukur pada darah vena atau kapiler
berdasarkan perbandingan persentase volume eritrosit / volume
darah dengan metode wintrobe atau metode mikro. Hematokrit
juga dapat ditentukan dengan menggunakan instrumen
elektronik automatik. Walaupun cara automatik lebih unggul
dan cara manual, namun mempunyai keterbatasan seperti:
harga yang cukup mahal, penggunaannya terbatas, khususnya
di daerah apabila reagen habis biasanya pengiriman terlambat
sehingga cara manual masih merupakan tes pilihan pada
laboratorium, juga terkadang masih perlu dikonfirmasikan bila
ada hasil diluar kemampuan alat.
2. Pemeriksaan hematokrit
a. Pemeriksaan Hematokrit Secara Manual
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara
makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung
wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan pipet
kapiler (Wirawan, dkk, 1996).
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada
darah yang dengan antikoagulan dicentrifuge dalam
jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah
dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat.
Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap
33
volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan
hematokrit (Gandasoebrata, 2008).
Alat yang dipakai untuk pemeriksaan hematokrit
sendiri adalah tabung mikrokapiler, tabung tersebut dibuat
khusus untuk mikro hematokrit dengan panjangnya 75 mm
dan diameter dalamnya 1,2 sampai 1,5 mm. Ada pula
tabung yang sudah dilapisi heparin, tabung tersebut dapat
dipakai untuk darah kapiler dan terdapat juga tabung
kapiler tanpa heparin yang dipergunakan untuk darah
oxalat atau darah EDTA dari vena. (Gandasoebrata,
2007).
Cara mikro ini cepat dan mudah tetapi daya
sentrifugal harus dikontrol dan posisi tabung saat
membaca dengan skala harus tepat. Metode tersebut
memungkinkan untuk memperkirakan volume lekosit dan
trombosit yang menyusun buffy coat diantara eritrosit dan
plasma, plasma harus pula diamati terhadap adanya
ikterus atau hemolisis. (Frances K. Widmann, 1989).
Keuntungan pengukuran hematokrit dengan metoda
mikro antara lain volume sampel darah yang digunakan
sedikit, waktu pemusingan untuk mendapatkan endapan
sel darah merah singkat sehingga sesuai untuk
34
kepentingan rutin, serta dapat digunakan sampel darah
kapiler yang lebih mudah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
hematokrit :
a. Jumlah eritrosit
Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak
(polisitemia) maka nilai hematokrit akan meningkat dan
jika eritrosit sedikit (dalam keadaan anemia) maka nilai
hematokrit akan menurun. (Dep Kes RI, 1989).
b. Bentuk eritrosit
Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka
akan terjadi trapped plasma (plasma yang
terperangkap) sehingga nilai hematokrit akan
meningkat. (Maxwell M. Wintrobe, 1974).
c. Ukuran eritrosit
Faktor terpenting pada pengukuran hematokrit adalah
ukuran sel darah merah dimana dapat mempengaruhi
viskositas darah. Viskositas yang tinggi maka nilai
hematokrit juga akan tinggi. (Frances K, Widmann,
1989).
d. Diameter tabung
Diameter tabung yang bervariasi dapat menyebabkan
kesalahan pembacaan sehingga tabung untuk
35
pengukuran hematokrit distandarkan dari Inggris
dengan diameter tabung 2,5 mm. Semakin besar
diameter tabung, maka hasil nilai hematokrit akan
rendah. (Sir John V. D,1991).
e. Sentrifuge
Pemusingan yang kurang kuat akan mendapatkan
endapan sel darah merah yang tidak maksimal.
Pemusingan yang terlalu cepat juga dapat
menyebabkan berkurangnya sel darah merah. (Maxwell
M. Wintrobe, 1974).
Faktor-faktor lainnya :
1. Perbandingan antikoagulan dengan darah
Jika antikoagulan yang dipakai berlebihan akan
mengakibatkan eritrosit mengerut, sehingga nilai
hematokrit menjadi lebih rendah dari yang
sebenarnya. (Gandasoebrata, 2007).
2. Adanya gelembung udara
Adanya gelembung udara akan mengakibatkan
kesalahan pada pembacaaan nilai hematokrit. (Sir
John V.D, S.m, Lewis, 1991).
b. Pemeriksaan Hematokrit Secara Automatik
Pemeriksaan hematokrit secara automatik menggunakan
alat analisis sel darah automatik. BC-2600 Auto
36
Hematology Analyzer merupakan suatu penganalisis
hematologi multi parameter untuk pemeriksaan
kuantitatif maksimum 19 parameter dan 3 histogram
yang meliputi WBC (White Blood Cell), Lymphocyte, Mid
sized cell, Granulocyte, Limphocyte persentage, Mid-
sized cell persentage, granulocyte persentage, RBC
(Red Blood Cell), HGB (Hemoglobin), MCV (Mean
Cospuscular Volume), MCH (Mean Cospuscular
Hemoglobin), MCHC (Mean Cospuscular Hemoglobin
Concentration), RDW-CV (Red Blood Cell Distribution
Width Coefficient of Variation), RDW-SD (Red Blood Cell
Distribution Width Standard Deviation), HCT
(Hematocrit), PLT (Platelet), MPV (Mean Platelet
Volume), PDW (Platelet Distribution Width), PCT
(Plateletcrit), WBC Histogram (White Blood Cell
Histogram), RBC Histogram (Red Blood Cell Histogram),
PLT Histogram (Platelet Histogram). (Mindray, 2006).
3. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Nilai Hematokrit
Hematokrit biasanya tiga kali nilai Hb, kecuali bila ada
bentuk dan besar eritrosit abnormal. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi nilai hematokrit ialah jumlah lekosit yang cukup
tinggi, nilai glukosa dan natrium darah yang tinggi, hemolisis,
37
dan kesalahan tehnik misalnya penggunaan antikoagulan yang
tidak tepat (Hardjoeno, H. 2007).
G. Kerangka konseptual
Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa juga
merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam
tubuh.
Manusia normal mempertahankan kadar glukosa kira-kira 85
mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Oleh karena itu,
kesadaran akan pentingnya memantau kadar glukosa mulai
berkembang di masyarakat.
Glucometer adalah alat untuk melakukan pengukuran kadar
glukosa darah kapiler. Glukometer memiliki kelebihan yaitu dapat
dipakai secara mandiri oleh Pasien di rumah sehingga kadar glukosa
darah bisa dipantau dengan cepat, hal ini dapat mencegah atau
memperlambat meningkatnya komplikasi diabetes. Volume darah
yang dibutuhkan relative sedikit yaitu + 0,3 – 10 μl, waktu yang
diperlukan sekitar 15 detik sampel yang digunakan dapat berupa
darah kapiler, vena, arteri. Tidak boleh digunakan untuk sampel yang
serum, plasma dan pada bayi yang baru lahir. Hematokrit yang sangat
tinggi ( diatas 55%) dan sangat rendah ( dibawah 30 % ) dapat
menyebabkan hasil yang tidak akurat.
38
Anemia ialah keadaan dimana eritrosit mengalami penurunan,
baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Adapun kriteria klinik anemia antara lain : hemoglobin < 10 g/dl,
hematokrit < 30% dan eritrosit < 2,8 juta/mm3.
Glukosa darah
Anemia
Pemeriksaan Glukosa darah
Glukometer
Analyzer / Fotometer
Hematokrit < 30%)
Hemoglobin < 10 g/dl
Eritrosit < 2,8 juta/mm3
Glukosa darah
39
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yang mencakup study
observasional tentang hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
menggunakan alat glukometer pada penderita anemia dengan
hematokrit lebih rendah dari 30%.
B. Kerangka operasional / Alur penelitian
Penderita anemia denganHematokrit < 30%
Pemeriksaan glukosadarah
Glukometer
Hasil
Analisa hasil
Kesimpulan
40
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang
memeriksakan diri di Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan.
2. Sampel
a. Besar sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 sampel.
b. Kriteria sampel
c. tehnik sampling
D. Variabel penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar hematokrit
lebih rendah dari 30%.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah menggunakan glukometer.
E. Defenisi operasional
1. Darah : adalah jaringan tubuh yang berada dalam konsistensi
cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan
sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport
berbagai bahan serta fungsi homeostasis.
41
2. Glukosa darah adalah suatu gula monosakarida, karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama
dalam tubuh.
3. Glukometer adalah alat untuk melakukan pengukuran kadar
glukosa darah kapiler.
4. Anemia ialah keadaan dimana eritrosit yang beredar mengalami
penurunan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. Secara laboratorik dijabarkan sebagai
penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit
dan hematokrit (packed red cell).
5. Hematokrit adalah persentase seluruh volume eritrosit yang
dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya didalam
tabung khusus dengan waktu dan kecepatan tertentu dimana
nilainya dinyatakan dalam persen (%).
F. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
G. Pengumpulan data / Prosedur pelaksanaan penelitian
1. Instrument dan bahan
2. Prosedur kerja
H. Analisa data
Recommended