View
48
Download
7
Category
Tags:
Preview:
DESCRIPTION
GastroIntestinal
Citation preview
GENITO URINARY SYSTEMTUTOR : dr. Citra Ayu Aprilia, M.Kes
B-3
Winna Ekaputri 101.0211.157
Febri Qurrota Aini 101.0211.132
Ega Adawiyah P 101.0211.141
Melinda Veronica 101.0211.035
Giavanny Eka Rani 101.0211.012
M. Denny A. 101.0211.145
Firman Satrio Aji 101.0211.027
Lia Trisna P 101.0211.174
Rifa Roazah 101.0211.128
Adhiatma Yudhoyono 101.0211.028
Prithania Nurindra 101.0211.073
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012/2013
EMBRIOLOGI SISTEM UROGENITAL
Pembentukan Satuan Ekskresi
Pada perkembangan minggu ke 3, mesoderm interembrional berdiferensiasi menjadi 3 bagian, yaitu :
- Bagian paraksial, yang membentuk somit-somit
- Lempeng lateral, yang pecah menjadi lapisan mesoderm parietal dan visceral yang
melapisi selom intra-embrional.
- Mesoderm intermediet, yang untuk sementara menghubungkan jaringan mesoderm
paraksial
dan lempeng lateral.
Pada daerah leher, mesoderm intermediet terputus dari somit dan membentuk kelompok-
kelompok sel yang tersusun tembereng, dikenal sebagai nefrotom. Nefrotom-nefrotom tumbuh ke
lateral dan memperoleh rongga. Saluran-saluran kecil yang baru terbentuk, saluran-saluran nefron, di
sebelah medial bermuara ke dalam selom intra-embrional, sedangkan ujung lateralnya tumbuh ke arah
kaudal, membentuk sebuah saluran yang memanjang pada sisi kanan dan kiri mudigah.
Sementara itu cabang-cabang kecil aorta dorsalis menyelinap masuk ke dalam dinding saluran
nefron dan dinding rongga selom, dengan demikian membentuk glomerulus internus dan eksternus.
Bersama-sama glomeruli dan saluran-saluran nefron membentuk kesatuan eksresi.
Sistem Ginjal
Pada manusit terdapat 3 proses pembentukan ginjal :
1. Pronefros
Dimulai pada awal minggu ke 4, proses ini digambarkan oleh 7-10 kelompok sel
padat di daerah leher. Kelompok sel ini membentuk nefrotom vestigium yang menghilang
sebelum nefrotom yang disebelah kaudal terbentuk. Pada akhir minggu ke 4 semua tanda
sistem pronefros menghilang.
2. Mesonefros
Mesonefron dan salurannya berasal dari mesoderm intermedia. Pada akhir minggu ke
4, sistem mesonefros mulai tampak. Saluran ini memanjang dengan cepat membentuk sebuah
gulungan berbentuk “S” dan terdapat glomerulus di ujung medialnya dan membentuk simpai
bowman. Pada ujung yang berlawanan saluran ini bermuara ke dalam saluran pengumpul
memanjang yang dikenal sebagai saluran mesonefros atau saluran Wolff.
Pada pertengahan bulan ke 2, mesonefros membentuk organ bulat telur yang besar
(terdapat di kiri dan kanan garis tengah). Pada sisi medial mesonefros terdapat kelenjar
kelamin yang sedang berkembang (gonad), sehingga rigi-rigi yang dibentuk ke dua organ
besar tadi disebut rigi urogenital dan mesentriumnya disebut mesentrium urogenital.
3. Metanefros
Selama menghilangnya susunan mesonefros timbullah metanefros / ginjal tetap.
Proses ini tampak pada minggu ke 5. Satuan-satuan ekskresi berkembang dari metanephric
mesoderm dan akan berfungsi pada trimester pertama.
Sistem Pengumpul
Berkembang dari tunas ureter (suatu penonjolan saluran mesonefros yang dekat dengan muara
kloaka). Tunas ini menembus jaringan metanefros yang menutupi ujung distalnya sebagai topi. Tunas
melebar membentuk piala ginjal (pelvis renalis) primitif dan terbagi menjadi kranial dan kaudal
membentuk calyces major.
Tiap-tiap calyx akan membentuk 2 tunas baru dan akan terus membelah hingga terbentuk 12
generasi saluran atau lebih. Saluran generasi ke 2 membesar dan menyerap masuk saluran generasi ke
3 dan ke 4 sehingga terbentuk calyces minor piala ginjal. Pada perkembangan selanjutnya, saluran
generasi ke 5 dan seterusnya sangat memanjang dan menyebar dari calyx minor dan membentuk
piramida ginjal. Dengan demikian, tunas ureter membentuk ureter, piala ginjal, kalises mayor dan
minor, dan kurang lebih 1-3 juta saluran pengumpul.
Sistem Ekskresi
Tiap-tiap saluran yang baru terbentuk akan ditutupi topi jaringan metanefrik diujungnya. Sel-
sel topi jaringan ini membentuk gelembung-gelembung kecil vesikel renalis, yang akan menjadi
saluran-saluran kecil, yang bersama-sama berkas kapiler dikenal sebagai glomeruli, membentuk
nefron atau satuan eksresi.
Ujung proximal masing-masing nefron membentuk simpai bowman, yang didalamnya berisi
glomerulus. Sedangkan ujung distalnya membentuk hubungan terbuka dengan salah satu saluran
pengumpul, sehingga terbentuk jalan penghubung dari glomerulus ke salah satu saluran pengumpul.
Pemanjangan salur ekskresi terus menerus mengakibatkan pembentukan tubulus kontortus proksimal,
ansa henle, dan tubulus kontortus distal.
Posisi Ginjal
Semula ginjal terletak di daerah panggul akan bergeser kedudukannya lebih ke cranial.
Naiknya ginjal disebabkan oleh kurangnya kelengkungan maupun pertumbuhan tubuh di daerah
lumbal dan sacral. . Di panggul, metanefros menerima aliran darah dari sebuah cabang panggul dari
aorta. Dalam perjalanan naik ke rongga perut, ginjal diperdarahi oleh pembuluh-pembuluh nadi yang
berasal dari aorta yang letaknya semakin meninggi. Pembuluh-pembuluh yang lebih rendah biasanya
akan berdegenerasi.
Fungsi Ginjal
Metanefros atau ginjal tetap mulai berfungsi pada akhir trimester pertama. Air kemih
mengalir ke rongga amnion dan bercampur dengan cairan amnion. Cairan ini ditelah oleh janin dan
memasuki saluran penceraan untuk diserap ke dalam aliran darah dan berjalan melewati ginjal untuk
kembali diekskresi ke dalam cairan amnion. Selama masa janin, ginjal tidak berfungsi untuk ekskresi
bahan-bahan sisa, karena plasenta menjalankan fungsi ini.
Kandungan Kemih dan Ureter
Selama perkembangan minggu ke 4-7, septum urorektal membagi kloaka menjadi saluran
anorektal dan sinus urogenitalis. Membrana cloaca terbagi menjadi membrana urogenitalis di anterior
dan membrana analis di posterior. Tiga bagian sinus urogenitalis primitive dapat dibagi menjadi :
1. Kandung kemih.
2. Sinus urogenitalis bagian panggul.
3. Sinus urogenitalis tetap (sinus urogenitalis bagian penis).
Selama pembagian kloaka, bagian kaudal duktus mesonefros berangsur-angsur diserap ke dalam
dinding kandung kemih, sehingga ureter masuk ke kandung kemih secara tersendiri. Sebagai
akibatnya, ginjal naik, muara ureter bergerak lebih ke cranial, duktus mesonefros bergerak saling
mendekat masuk ke uretra pars prostatika dan pada pria menjadi duktus ejakulatorius. Duktus
mesonefros dan ureter berasal dari mesoderm, sehingga selaput lendir kandung kemih yang di bentuk
kedua saluran itu juga berasal dari mesoderm. Lalu, lapisan mesoderm segitiga tadi diganti oleh epitel
endoderm, sehingga seluruh permukaan dalam kandung kemih dilapisi oleh epitel endoderm.
Uretra
Epitel uretra pria dan wanita berasal dari endoderm. Sedangkan jaringan penyambung dan
jaringan otot polos berasal dari mesoderm splangnik. Pada akhir bulan ke 3, epitel pars prostatika
mulai berproliferasi dan membentuk sejumlah tonjol keluar yang menembus mesenkim di sekitarnya.
Pada pria tunas-tunas ini membentuk kelenjar prostat dan pada wanita membentuk kelenjar uretra dan
kelenjar pars-uretra.
HISTOLOGI SISTEM URINARIA (PERKEMIHAN)
Sistem perkemihan terdiri dari :
1. Sepasang ginjal dan ureter
2. Satu kandung kemih
3. Urethra
Sistem ini berfungsi sebagai :
1. Mengatur kadar ion dalam darah ( Na, K, Ca, Cl dan HPO₄)
2. Mengatur volume dan tekanan darah
3. Mengatur pH darah dengan mengatur konsentrasi H⁺ dan HCO₃ di darah
4. Memproduksi hormon
5. Mengekskresi substansi yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh
Ginjal
Setiap ginjal memiliki sisi cekung, yakni hilus tempat masuknya saraf, masuk dan keluarnya
pembuluh darah dan pembuluh limfe serta keluarnya ureter dan memiliki sisi lateral yang cembung.
Ginjal dibagi menjadi korteks dan medula. Pada manusia, medula nya terdiri dari 10-18 struktur
piramid (piramid medula). Dari dasar setiap piramid medula, terjulur berkas-berkas tubulus yang
paralel, yakni berkas medula, yg menyusup ke dalam korteks.
Setiap ginjal memiliki 1-4 juta nefron. Setiap nefron memiliki : korpus renalis, tubulus kontortus
proksimal, segmen tipis dan tebal ansa (lengkung) Henle, tubulus kontortus distal dan tubulus
dan duktus koligentes. Setiap korpuskel renalis berdiameter sekitar 200 µm dan terdiri dari seberkas
kapiler, yaitu glomerulus, yang dikelilingi oleh kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsula
Bowman. Kapsula Bowman terdiri dari lapisan parietal dan lapisan viseral. Diantara keduanya
terdapat ruang urinarius, yang menampung cairan yang difiltrasi melalui kapiler dan dinding viseral.
Setiap korpuskel renalis memiliki 2 kutub, yakni kutub vaskuler (tempat masuknya arteriol aferen
dan keluarnya arteriol eferen) serta kutub urinarius (tempat tubulus kontortus proksimal berasal).
Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang ditunjang lamina basalis dan
selapis tipis serat retikulin. Epitelial ini berubah pada kutub urinarius menjadi epitel selapis kuboid
atau silindris rendah (ciri tubulus proksimal). Lapisan viseral termodifikasi. Sel-sel lap viseral
dinamakan podosit dan memiliki badan sel yg menjulurkan cabang pertama (prosesus primer). Tiap
prosesus primer bercabang mnjd prosesus sekunder (pedikel) yang memeluk glomerulus.
P : Pedikel
BL : Basal Laminae
E : Endothelium
Arrowhead : fenestra
“celah filtrasi” lebarnya ± 25 nm.
Di antara sel-sel endotel kapiler glomerulus dan podosit terdapat membran basal yg tebalnya 0,1 µm.
Lapisan ini merupakan sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam kapiler dari ruang urinarius.
Membran basal ini terbentuk dari penyatuan lamina basal kapiler dan podosit. Membran basal ini
terdiri dari lapisan tengah padat-elektron (lamina densa) dan pada masing-masing sisi terdapat
lapisan elektron yang lebih lusen (lamina rara).
Partikel yang berdiameter > 10 nm tidak mudah melintasi lamina basal dan protein bermuatan negatif
dengan berat molekul (BM) yang lebih besar dari BM albumin (69.000) sangat jarang melintasi.
Filtrasi glomerulus dibentuk sebagai respon atas tekanan hidrostatik darah (45 mmHg) terhadap
tekanan osmotik koloid plasma (20 mmHg) dan tekanan hidrostatik cairan dalam rongga urinarius (10
mmHg). Komposisi filtrat sama seperti dengan plasma namun hampir tidak ada protein karena
makromolekul tidak mudah melewati saringan glomerulus.
Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial yang melekat pada
dindingnya.
Fungsi sel mesangial yakni :
1. Bersifat kontraktil dan memiliki reseptor angiotensin II, bila teraktivasi maka aliran
glomerulus akan berkurang
2. Terdapat reseptor ANP yang merupakan vasodilator dan merelaksasi sel-sel
mesangial yang menambahkan aliran darah
3. Sel-sel mesangial menambah tunjangan struktural pada glomerulus
4. Mensintesis matriks ekstrasel
5. Mengendositosis dan membuang debris yang terperangkap di membran basal
6. Penghasil mediator kimia : IL-1, PDGF dan PGE₂
Tubulus Kontortus Proksimal
Pada kutub urinarius, epitel lamina parietal kapsula Bowman berhubungan langsung dengan epitel
tubulus kontortus proksimal yakni epitel selapis kuboid atau silindris rendah. Tubulus ini lebih
panjang dari tubulus kontortus distal dan nampak lebih banyak di korpuskel ginjal dalam korteks
ginjal. Sel-sel epitel kuboid ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan oleh adanya
mitokondria panjang dalam jumlah besar. Di lumennya nampak mikrovili dengan panjang 1 µm
(“brush border”).
Sitoplasma apikal sel-sel ini memiliki banyak kanalikuli di antara pangkal mikrovili yang
meningkatkan kemampuan sel-sel tubulus proksimal untuk menyerap makromolekul (dengan vesikel
pinositotik) yang telah melalui saringan glomerulus. Vesikel ini akan menyatu dengan lisosom
sehingga makromolekul akan terdegradasi dan monomer kembali ke sirkulasi. Terdapat juga pompa
natrium. Tubulus proksimal mengabsorpsi seluruh glukosa, asam amino dan lebih kurang 85%
natrium klorida dan air dari filtrat.
Selain mengabsorpsi, tubulus proksimal mensekresi kreatinin dan substansi asing bagi organisme
seperti asam para aminohippurat dan penisilin ke dalam filtrat.
Ansa Henle
Ansa (lengkung) Henle adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas segmen tebal desendens, segmen
tipis desendens, segmen tipis asendens dan segmen tebal asendens. Segmen tebal desendens secara
histologi sama seperti tubulus proksimal. Segmen tebal asendens secara histologi sama seperti tubulus
distal. Di bagian luar medula, segmen tebal desendens (d= 60 µm) tiba-tiba menyempit (d=12µm) dan
berlanjut sebagai segmen tipis desendens. Lumennya lebih lebar karena terdiri dari epitel selapis
gepeng.
1/7 dari semua nefron adalah nefron jukstamedular (terletak di perbatasan korteks dan medula).
Nefron lainnya adalah nefron kortikal. Semua nefron berfungsi untuk filtrasi, absorpsi dan sekresi.
Namun nefron jukstamedular terutama penting untuk mempertahankan gradien hipertonik dalam
interstisium medula yaitu dasar kemampuan ginjal dalam menghasilkan urin hipertonik.
Ansa Henle menciptakan gradien hipertonik di dalam interstisium medula yang mempengaruhi
konsentrasi urin sangat mengalir ke duktus koligentes. Proses ini didasari transpor aktif natrium
klorida dari tubulus utk membentuk gradien hipertonik dlm interstisium medula yang dibutuhkan
untuk pemekatan urin.
Tubulus Kontortus Distal
Segmen tebal asendens ansa Henle menerobos korteks dan menjadi berkelok-kelok dan dinamakan
tubulus kontortus distal. Seperti segmen asendens, tubulus ini dilapisi oleh epitel selapis kuboid.
Walaupun keduanya terdapat di korteks, namun tubulus distal tidak memiliki brush border, tidak ada
kanalikuli apikal dan ukuran sel yang lebih kecil. Tubulus distal mengadakan kontak dengan kutub
vaskular di daerah korpuskel ginjal. Pada daerah ini, epitel tubulus distal termodifikasi menjadi
nampak lebih gelap karena intinya rapat dinamakan makula densa.
Sel-sel makula densa ini sensitif terhadap kandungan ion dan volume air dalam cairan tubulus dan
menghasilkan sinyal molekul yang berakibat pengeluaran renin ke dlm sirkulasi. Di dlm tubulus ini
terjadi pertukaran ion jika aldosteron dalam jlmh cukup. Natrium akan di reabsorpsi dan kalium
disekresi. Tubulus distal juga menyekresikan ion hidrogen dan ammonium ke urin tubulus.
Tubulus dan Duktus Koligentes
Urin mengalir dari tubulus distal ke tubulus koligentes yang bergabung dengan duktus koligentes,
yang berangsur-angsur melebar sewaktu mendekati puncak piramid. Tubulus koligentes yang lebih
kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid dan garis tengahnya kurang dari 40 µm lama2 membesar
menjadi 200 µm di dekat puncak piramid.
Aparat Jukstaglomerular
Dekat korpuskel ginjal, tunika media arteriol aferen memiliki sel-sel otot polos yang termodifikasi.
Sel-sel ini dinamakan sel jukstaglomerulus dan sitoplasmanya memiliki banyak granula sekretoris.
Makula densa tubulus distal dekat dengan arteriola aferen yang mengandung sel jukstaglomerulus,
keduanya membentuk aparat jukstaglomerulus. Bagian lain dari aparat jukstaglomerulus adalah sel
mesangial ekstraglomerulus atau sel lacis. Sel jukstaglomerular menghasilkan renin yang
mengkonversi angiotensinogen menjadi angiotensin I.
Sirkulasi Darah
Aorta abdominalis – arteri renalis – arteri
interlobaris - arteri arkuata – arteri
interlobularis – arteriol aferen – arteriol eferen
– kapiler peritubulus (memperdarahi tubulus p
dan d) ; vasa rekta (berjalan lurus ke medula).
Kapiler korteks bagian luar dan kapsula ginjal
berkonvergensi membentuk vena stelata yg
bermuara ke vena interlobularis – vena arkuata
– vena interlobaris – vena renalis – vena cava
inferior.
Kandung Kemih dan Saluran Kemih
Kandung kemih dan saluran kemih berfungsi menyalurkan dan menampung urin yang dibentuk di
ginjal. Kaliks, pelvis renalis, ureter dan kandung kemih memiliki struktur histologi yang sama,
dengan dinding ureter makin menebal sewaktu mendekati vesika urinaria. Mukosa organ-organ ini
terdiri dari epitel transisional dan dibawahnya terdapat lamina propria (jaringan ikat padat-longgar).
Epitel transisional vesika urinaria dalam keadaan tidak terenggang, memiliki tebal 5-6 sel; sel
superfisial membulat dan menonjol ke dlm lumen. Bila terenggang, maka epitel akan menjadi lebih
pipih dengan susunannya menjadi setebal 3-4 sel.
Ureter
a. Mukosa : epitel transisional; terdiri dari beberapa lapis sel, kebanyakan kuboid atau bulat
menonjol
b. Lamina propria : jaringan ikat fibroelastik
c. Muskularis :
1. Lapisan longitudinal interna
2. Lapisan sirkular
3. Lapisan longitudinal eksterna
d. Adventisia : terdiri dari jaringan ikat fibroelastik dan jaringan adiposa (fascia subserosa)
AT : adipose tissue
BV : Blood Vessels
Adv : adventitia
Muc : mucosa
Mus : muscular
Ser : Serous
SM (l) : longitudinale smooth muscle
SM(c) : circular smooth muscle
CT : connective tissue
Ep : epithelial
Vesika Urinaria
1. Mukosa : epitel transisional
2. Lamina propria : jar ikat fibroelastika
3. Muskularis : lap ini tebal, tersusun berlapis-lapis dg arah yg berlawanan
4. Adventisia
U : ureter
SM(l) : longitudinale smooth muscle
M : muscularis
A : artery
V : vein
BV : Blood vessels
CT : connective tissue
Ep : epithelial
Ep : epitel transisional
CT : connective tissue
V : vein
Jika vesika urinaria penuh, maka epitel akan
lebih nampak gepeng (terdistensi).
Uretra (pria)
a. Terdiri dari atas 4 bagian : pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa dan pars
pendulosa.
b. Pars prostatika à bagian awal urethra melalui prostat yang terletak sangat dekat dengan
kandung kemih dan duktus (ejakulatorius) yang mengangkut sekret prostat bermuara ke dalam
urethra pars prostatika. Dilapisi epitel transisional.
c. Pars membranosa à panjangnya hanya 1 cm dan dilapisi oleh epitel berlapis atau bertingkat
silindris. Di sekeliling urethra bagian ini terdapat sfingter otot rangka, yakni sfingter urethra
eksterna. Sfingter ini menambah tekanan penutupan oleh sfingter urethra involunter
(dibentuk oleh lanjutan muskular longitudinalis interna di kandung kemih).
d. Pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosum penis. Lumen urethra akan terus
melebar ke arah distal, membentuk fossa navikulare. Epitel di daerah ini adalah epitel
bertingkat dan silindris.
e. Terdapat kelenjar Littre yang merupakan kelenjar mukosa yang dapat dijumpai di sepanjang
urethra namun kebanyakan berada di pars pendulosa. Bagian sekresi dari beberapa kelenjar ini
langsung terhubung dengan lapisan epitel urethra; sebagian kelenjar lainnya memiliki duktus
ekskretorius.
Urethra (wanita)
1. Merupakan suatu tabung dengan panjang 4-5 cm, yang dilapisi dengan epitel gepeng berlapis
dan memiliki area dengan epitel silindris bertingkat. Bagian tengah urethra dikelilingi sfingter
lurik volunter eksterna.
FISIOLOGI PEMBENTUKAN URIN
Fungsi Ginjal yaitu:
a Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing.
b Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit.
c Pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit.
d Pengaturan tekanan arteri.
e Pengaturan keseimbangan asam – basa.
f Sekresi, metabolisme, dan ekskresi hormon.
g Glukoneogenesis.
Berkemih/mikturisi :
a Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
b Dua tahap :
1. Kandung kemih terisi secara progresif (tegangan dindingnya meningkat).
2. Refleks saraf (refleks mikturisi) akan mengosongkan kandung kemih, atau jika gagal,
akan menyebabkan keinginan berkemih.
Persarafan Kandung Kemih
Saraf utama à saraf – saraf pelvis (S2 – S3)
a Serabut sensorik : mendeteksi derajat regangan dinding kandung kemih
b Serabut motorik (parasimpatis) : mempersarafi otot detrusor
c Saraf lain :
d Serabut motorik skeletal, melalui saraf pudendus : otot rangka volunter pada sfingter
eksterna
e Saraf simpatis (L2) : merangsang pembuluh darah & memberi sedikit efek terhadap
kontraksi kandung kemih
Transpor urin menuju kandung kemih
a Urin meregangkan kaliks à meningkatkan aktivitas pacemaker, lalu akan memicu kontraksi
peristaltik yang menyebar ke pelvis ginjal dan ureter.
b Kontraksi peristaltik ureter diperkuat oleh parasimpatis & dihambat oleh simpatis.
c Tonus otot detrusor cenderung menekan ureter à mencegah aliran balik urin.
Fasilitasi proses mikturisi oleh otak
Pusat :
a. Pusat fasilitasi & inhibisi yang kuat di batang otak (pons).
b. Pusat di korteks serebri.
Kendali pusat otak :
a Menjaga agar refleks mikturisi tetap terhambat sebagian, kecuali bila diinginkan.
b Mencegah mikturisi dengan cara sfingter eksterna kontraksi terus – menerus hingga saat yang
tepat.
c Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sakral untuk
membantu memulai refleks mikturisi & menghambat sfingter eksterna.
Pembentukan urin :
Proses :
a Filtrasi (glomerulus)
b Reabsorpsi (tubulus)
c Sekresi (tubulus)
àKecepatan ekskresi urin : laju filtrasi – laju reabsorpsi + laju sekresi
Perlakuan ginjal terhadap berbagai zat :
a Difiltrasi bebas, tapi tidak direabsorpsi dan disekresi à kreatinin.
b Difiltrasi bebas, sebagian direabsorpsi à berbagai elektrolit.
c Difiltrasi bebas, direabsorpsi seluruhnya à asam amino, glukosa.
d Difiltrasi bebas, tidak direabsorpsi, tetapi ada tambahan jumlah zat dengan sekresi à asam &
basa organik.
Membran kapiler glomerulus :
Endotelium kapiler (memiliki fenestra).
Membran basal/dasar (serabut kolagen & proteoglikan).
Sel epitelial (podosit).
à Bersama – sama membentuk sawar filtrasi dan kaya akan muatan negatif (menghambat aliran
protein plasma).
Filtrasi glomerulus :
a Melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman.
b Filtrat glomerulus pada dasarnya bebas protein & tidak mengandung elemen selular (termasuk sel
darah merah).
c GFR/LFG ditentukan oleh :
Koefisien filtrasi kapiler.
Keseimbangan antara daya osmotik koloid & hidrostatik membran kapiler.
GFR (Glomerular Filtration Rate) :
a GFR : Kf x tekanan filtrasi akhir
b Tekanan filtrasi akhir à merupakan jumlah daya osmotik koloid dan hidrostatik yang mendorong
atau melawan filtrasi
c Daya yang mendorong filtrasi (mmHg) :
1. Tekanan hidrostatik glomerulus (60)
2. Tekanan osmotik koloid kapsula bowman (0)
d Daya yang melawan filtrasi (mmHg) :
1. Tekanan hidrostatik kapsula bowman (18)
2. Tekanan osmotik koloid kapiler glomerulus (32)
GFR : Kf x (PG – PB - ∏G + ∏B)
GFR : Kf x (60 – 18 – 32)
GFR : Kf x 10 mmHg
a Pada orang dewasa normal, GFR : 125 ml/menit atau 180 liter/hari.
b Fraksi filtrasi : GFR/Aliran plasma ginjal.
à Rata – rata 0,2; menandakan bahwa kira – kira 20 % plasma yang melalui ginjal akan difiltrasi
oleh kapiler glomerulus.
Aliran darah ginjal
a Pada laki – laki BB rata – rata 70 kg à 1100 ml/menit (22 % curah jantung).
b Aliran yang tinggi menuju ginjal sangat melebihi kebutuhan ginjal.
c Tujuan aliran banyak à menyuplai cukup plasma untuk laju filtrasi glomerulus yang tinggi.
d Ginjal mempunyai mekanisme untuk mempertahankan aliran darah ginjal dan GFR agar relatif
konstan pada kisaran tekanan arteri 80 – 170 mmHg à autoregulasi.
Kontrol ginjal
a. Kontrol fisiologis terhadap filtrasi glomerulus & aliran darah ginjal :
1. Aktivasi saraf simpatis.
2. Kontrol hormonal & autakoid.
b. Autoregulasi
1. Umpan balik tubuloglomerulus.
2. Autoregulasi miogenik.
Aktivasi saraf simpatis
a Semua pembuluh darah ginjal kaya akan persarafan simpatis.
b Aktivasi simpatis yang kuat à konstriksi arteriol ginjal dan menurunkan aliran darah ginjal serta
GFR.
Kontrol hormonal & autakoid terhadap GFR
a Norepinefrin à meningkatkan tahanan vaskular ginjal.
b Epinefrin à meningkatkan tahanan vaskular ginjal.
c Endotelin à meningkatkan tahanan vaskular ginjal.
d Angiotensin II à konstriksi arteriol eferen.
e Nitrat oksida yang berasal dari endotel à menurunkan tahanan vaskular ginjal.
f Prostaglandin à vasodilatasi.
Umpan balik tubuloglomerulus
a Menghubungkan perubahan konsentrasi natrium klorida di makula densa dengan pengaturan
tahanan arteriol ginjal.
b Mekanisme :
1. Penurunan tahanan arteriol aferen.
2. Meningkatkan pelepasan renin dari sel – sel jukstaglomerulus à peningkatan tahanan
arteriol eferen.
Autoregulasi miogenik
a Pembuluh berespons terhadap terhadap peningkatan tegangan dinding atau regangan dinding
dengan cara mengkontraksikan otot polos vaskular.
b Kontraksi tersebut mencegah distensi pembuluh yang berlebihan.
Reabsorpsi tubulus
a Merupakan proses penyerapan zat – zat yang dibutuhkan tubuh dari lumen tubulus ke kapiler
peritubulus.
b Semua konstituen plasma kecuali protein difiltrasi bersama melalui kapiler glomerulus.
c Bahan – bahan esensial yang terfiltrasi dikembalikan ke tubuh.
d Secara umum, tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi yang besar untuk bahan – bahan yang
dibutuhkan tubuh dan kecil untuk bahan – bahan yang tidak berguna.
e Bahan yang berpotensi merugikan sama sekali tidak direabsorpsi.
f Dari 125 ml/menit yang terfiltrasi, biasanya 124 ml/menit direabsorpsi.
Transpor transepitel tubulus
Reabsorpsi natrium
a Dari energi total yang dikeluarkan ginjal, 80 % digunakan untuk transpor natrium.
b Reabsorpsi di tubulus :
1. T proksimal à 67 %.
2. Ansa Henle pars ascendens à 25 %.
3. Tubulus distal & koligen à 8 % (di bawah kontrol hormon).
Peran aldosteron terhadap reabsorpsi natrium
a Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na.
b Terjadi di tubulus distal & koligen dan bersifat fakultatif.
c Jika Na terlalu banyak maka hanya sedikit Na akan direabsorpsi.
d Kelebihan Na à aktivitas osmotik CES meningkat à “menahan” tambahan air.
Peran Peptida Natriuretik Atrium
Reabsorpsi glukosa dan asam amino
a Dipindahkan oleh transpor aktif sekunder.
b Pembawa kotranspor di tubulus proksimal secara simultan memindahkan Na dan molekul organik
spesifik dari lumen ke dalam sel tubulus.
c Gradien konsentrasi Na lumen sel menjalankan sistem kotranspor tsb & menarik molekul –
molekul organik melawan gradien.
Maksimum transpor tubulus
a Pembawa kotranspor memiliki kapasitas maksimum untuk glukosa, asam amino, dll.
b Maksimum transpor (Tm) glukosa adalah jumlah maksimumyang dapat direansorpsi per menit,
yaitu sekitar 200 mg/100 ml plasma.
Reabsorpsi klorida
Direabsorpsi secara pasif menuruni gradien listrik yang tercipta oleh reabsorpsi aktif ion natrium
(bermuatan positif).
Reabsorpsi air
a Direabsorpsi secara pasif di seluruh panjang tubulus karena air secara osmosis mengikuti Na yang
direabsorpsi secara aktif.
b Presentase reabsorpsi :
1. 65 % à tubulus proksimal.
2. 15 % à ansa Henle.
3. 20 %/dalam jumlah bervariasi à tubulus distal (di bawah kontrol ADH).
Reabsorpsi urea
a Urea adalah produk sisa pemecahan protein.
b Reabsorpsi air yang berlangsung secara osmosis di tubulus proksimal sekunder terhadap
reabsorpsi aktif Na menghasilkan gradien konsentrasi untuk urea yang mendorong reabsorpsi
pasif bahan sisa ini.
Produk sisa lainnya
Produk sisa lainnya, seperti fenol dan kreatinin juga terkonsentrasi di cairan tubulus sewaktu air
meninggalkan filtrat tetapi bahan – bahan ini tidak direabsorpsi seperti urea (tidak dapat menembus
dinding tubulus).
Sekresi tubulus
a Juga melibatkan transpor transepitel tetapi urutannya terbalik.
b Bahan penting yang disekresi :
1. Ion hidrogen.
2. Ion kalium.
3. Anion dan kation organik.
4. Senyawa asing bagi tubuh.
Sekresi hidrogen
Ion hidrogen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes dengan tingkat
sekresi bergantung pada keasaman cairan tubuh.
Sekresi kalium
Di awal tubulus ion kalium direabsorpsi secara konstan dan tanpa dikendalikan, sementara sekresi
kalium di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol.
Peningkatan konsentrasi kalium plasma secara langsung merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal à meningkatkan sekresi kalium.
KESEIMBANGAN CAIRAN
Air merupakan penyusun 60% berat tubuh, kandungan air rata-rata dalam rentang konstan selama
suatu periode waktu, namun kandungan H20 tiap orang dapat berbeda-beda tergantung:
1. Jaringan adipose (lemak)
2. Jenis kelamin
3. Usia
Air terdistribusi diantara 2 kompartemen yaitu
a. CIS (Cairan Intrasel)
Kompartemen CIS membentuk sekitar 2/3 dari H20 tubuh total
b. CES (Cairan Ekstrasel)
Kompartemen CES membentuk 1/3 dari H20 tubuh total
CES dibagi lagi menjadi
1. Plasma yang membentuk 1/5 volume CES.
2. Cairan interstiaial yang membentuk 4/5 volume CES, cairan interstisial adalah cairan yang
terdapat di ruang antar sel.
2 kategori minor CES adalah limfe dan cairan lintas sel
a Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstisium ke plasma melalui sistem limfe.
b Cairan lintas sel adalah cairan yang disekresikan oleh sel-sel spesifik kedalam rongga tubuh
tertentu untuk melakukan fungsinya. Contohnya cairan serbrospinal, cairan intraocular, cairan
synovial, getah pencernaan.
Plasma dan cairan interstisial dipisahkan oleh dinding kapiler, sehingga H20 dipertukarkan
dengan bebas melewati dinding kapiler sehingga jika salah satu kompartemen ada perubahan dapat
tercermin di kompartemen yang lain.
CIS dan CES dipisahkan oleh membrane plasma yang sifat perpindahannya berlangsung pasif
dan aktif dan secara selektif, contohnya distribusi tidak merata Na dan K pada kerja pompa Na K
ATPase, Na akan lebih didorong keluar, dan K ke dalam, distribusi ini tidak merata sehingga daoat
terjadi sifat-sifat listrik potensial aksi.
Keseimbangan cairan dipengaruhi oleh volume CES dan osmolaritas CES
a Volume CES diatur untuk mempertahankan tekanan darah.
b Osmolaritas CES diatur untuk mencegah pembengkakan atau penciutan sel.
Keseimbangan volume CES dipengaruhi oleh
1. Keseimbangan garam
2. Control system rennin angiotensin aldosteron
Osmolaritas adalah ukuran konsentrasi partikel yang larut di dalamnya. Ada keadaan:
1. Hipertonisitas CES adalah kondisi dimana konsentrasi zat terlarut CES berlebihan, pada kondisi:
- Insufisiensi asupan H20
- Pengeluaran H20 secara berlebihan
- Diabetes insipidus (defisiensi vasopresin)
Kondisi ini menyebabkan sel menjadi menciut karena sel banyak kehilangan air. Contohnya pada
kondisi penciutan neuron-neuron otak sehingga menyebabkan kebingungan mental
2. Hipotonisitas CES dapat disebabkan karena overdehidrasi, pada keadaan:
- Pasien gagal ginjal yang tidak dapat mensekresikan urinnya
- Pasien yang meminum air terlalu banyak dalam waktu singkat namun ginjal belum sempat
mengeluarkan H20 tambahan tersebut.
- Sekresi vasopresin yang tidak sesuai
Kondisi ini menyebabkan retensi H20 sehingga sel menjadi bengkak, contohnya pada keadaan
pembengkakan sel otak dapat menyebabkan disfungsi sel otak. Control keseimbangan osmolaritas
CES terhadap vasopresin dan rasa haus
PENGATURAN GINJAL TERHADAP KALIUM,KALSIUM,FOSFAT DAN
MAGNESIUM
A. Pengaturan Ginjal Terhadap Kalium
Faktor yang mengubah distribusi kalium cairan intrasel dan ekstrasel :
a Insulin merangsang ambilan kalium ke dalam sel.
b Aldosteron meningkatkan ambilan kalium ke dalam sel.
c -adrenergik (epinefrin) meningkatkan perpindahan kalium ekstrasel ke intrasel.
d Abnormalitas asam basa: perubahan distribusi kalium.
e Lisis sel: meningkatkan konsentrasi kalium ekstrasel.
f Kerja berat: pelepasan kalium dari otot rangka.
g Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel: distribusi ulang kalium ke ekstrasel.
Ekskresi kalium ditentukan oleh:
a. Laju filtrasi kalium.
b. Laju reabsorpsi kalium.
c. Laju sekresi kalium oleh tubulus.
Sekresi kalium oleh sel principalis di tubulus distal bagian akhir dan tubulus koligentes kortikalis.
Prosesnya meliputi pengambilan dari interstisium ke dalam sel oleh pompa Na/K ATPase selanjutnya
natrium keluar sedangkan kalium ke dalam lalu terjadi difusi kalium dari dalam sel ke tubulus.
Sekresi kalium diatur oleh:
a. Aktivitas pompa Na/K ATPase.
b. Gradien elektrokimia untuk sekresi kalium dari darah ke tubulus.
c. Permeabilitas membrane luminal terhadap kalium.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi kalium:
1. Konsentrasi kalium plasma
Peningkatan konsentrasi kalium plasma merangsang sekresi kalium. Mekanisme:
a. Peningkatan konsentrasi kaliumàrangsangan terhadap Na/K ATPase àpeningkatan ambilan
kaliumàdifusi ke tubulus.
b. Peningkatan konsentrasi kalium ekstraselàpeningkatan kalium gradient intrestisial ke dalam sel
epitelàmengurangi kebocoran ion kalium dari dalam sel melalui membrane basolateral.
c. Peningkatan konsentrasi kaliumàrangsangan aldosteron.
2. Aldosteron
Merangsang reabsorpsi aktif sel natrium oleh sel prinsipalisàmempengaruhi pompa Na/K
ATPaseàmeningkatkan permeabilitas membrane luminal untuk kalium.
3. Laju aliran tubulus
Peningkatan laju aliran tubulus distalà meningkatkan sekresi kalium ke tubulusàpeningkatan
konsentrasi kalium luminalàkalium terus menerus di sekresiàpeningkatan konsetrasi kalium
tubulus minimal.
4. Konsentrasi ion hydrogen
Asidosis adalah penurunan sekresi kalium melalui hambatan pompa Na/K ATPase.
Alkalosis akan meningkatkan sekresi kalium.
B. Pengaturan Ekskresi Kalsium Oleh Ginjal
a. Nilai normal: 2,4mEq/L.
b. Ekskresi kalsium ginjal=filtrasi-reabsorpsi.
c. Dari 99% kalsium yang difiltrasi akan direabsorpsi oleh tubulus dan hanya 1% diekskresikan.
d. 65% direabsospsi tubulus proksimal.
e. 25-30% direabsorpsi ansa Henle.
f. 4-9% direabsorpsi tubulus distal dan koligentes.
g. Salah satu yang mengatur reabsorpsi kalsium adalah paratiroid hormone.Peningkatan PTH
dapat meningkatkan reabsorpsi kalsium di segmen ascenden ansa Henle dan tubulus distal,
sehingga menurunkan ekskresi kalsium urin.
C. Pengaturan Ekskresi Fosfat Ginjal
Tubulus ginjal memiliki transport maksimum normal untuk reabsorpsi fosfat kurang lebih 0,1
mm/menit. Jika ditemukan <0,1 di tubulus,semua fosfat di reabsorpsi,tapi jika >0,1 maka
kelebihannya akan dibuang. Yang mempengaruhi adalah Parathyroid Hormone (PTH) dan fungsi dari
PTH :
Meningkatkan resorpsi tulang, membuang sejumlah besar fosfat ke cairan ekstrasel.
Menurunkan transport ,maksimal untuk fosfat oleh tubulus ginjal sehingga sejumlah besar fosfat
terbuang oleh urin.
D. Pengaturan sekresi magnesium oleh ginjal
a. Asupan normal 250-300 mg/hari,50% diabsorpsi GIS,50% sekresi oleh ginjal.
b. Penagaturan ekskresi magnesium di capai melalui perubahan reabsorpsi tubulus.
c. Tubulus proksimal mereabsorpsi 25% magnesium.
d. Ansa Henle mereabsorpsi 65% magnesium.
e. Tubulus distal dan koligentes mereabsorpsi<5% magnesium.
KESEIMBANGAN ASAM-BASA
Asam kuat adalah asam yang dapat terurai cepat dan melepaskan banyak H+ dari larutan,
misalnya HCl.
Asam lemah adalah asam yang mempunyai lebih sedikit kecenderungan melepaskan H+,misalnya
H2CO3.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi dengan cepat dan kuat dengan H+,misalnya OH-.
Basa lemah adalah basa yang berikatan lebih lemah dengan H+,misalnya H2CO3.
Biasanya konsentrasi H+ menggunakan satuan yang dinyatakan dalam pH.
pH= -log 1/(H+) = -log (H+).
Pertahanan terhadap perubahan konsentrasi ion H+:
1. Dapar
2. Paru
3. Ginjal
1. Dapar
zat apapun yang reversible dapa mengikat H+,bentuk umum : dapar H+ dapar H
Sistem dapar terbagi 2:
a. Dapar bikarbonat
Dapar bikarbonat terdiri dari air yang mengandung 2 unsur:
Asam lemah H2CO3
Garam bikarbonat NaHCO3
CO2+H2O <=karbonik anhydrase=> H2CO3
H2CO3 beionisasi lemah membentuk Na dan CO3
NaHCO3Na+ +HCO3
Jika semua system dimasukkan bersama: CO2+H2O H2CO3 H+ + HCO3(Na)
Bila ditambahkan asam kuat seperti HCl, peningkatan H+ yang dilepaskan dari asam (HCl H+ +
Cl) akan didapar oleh HCO3- , sehingga peningkatan H+ + HCO3- àH2CO3à CO2+H2O
Bila ditambahkan basa kuat: NaOH+H2CO3 àNaHCO3+H2O
CO2+H2O àH2CO3(NaOH) àpeningkatan HCO3(Na)+ H+ àpenurunan CO2 dalam darah.
Dinamika kuantitatif system dapar bikarbonat
Konsentrasi H+ dan HCO3 sebanding dengan H2CO3
H2CO3 H+ + HCO3-
Untuk asam apapun,konsentrasi asam yang berhubungan dengan ion-ion disosiasi ditentukan oleh
konstanta K.
K’= (H+ x HCO3-)/H2CO3
Maka H+ sama dengan H+ = (K’ x H2CO3)/HCO3-, dapat juga ditulis ulang menjadi H+ = K x
(CO2/HCO3-)
Dalam keadaan fisiologis, koefisien CO2 adalah 0,03mmol/mm
H+ = K x (0,03x PCO2)/HCO3-
Persamaan Henderson-Hasselbach
pH=-log H, makapK=-log K
Masukkan persamaan sebelumnya–log H=-log pK-log (0,03 x pCO2)/HCO3
pH=pK-log (0,03 x pCO2)/HCO3 àpH=pK + log HCO3/(0,03 x pCO2)
b. Sistem dapar fosfat.
Dapar ini berperan penting dalam tubulus ginjal dan cairan intrasil. Elemen utamanya adalah HPO 4-
dan H2PO4-. Bila ditambahkan asam kuat seperti HCL àHCl+Na2HPO4 àNaH2PO4+NaCl àpH
menurun sedikit. Sebaliknya,bila ditambahkan basa kuat NaOH+NaH2PO4àNa2HPO4+H2OàpH
meningkat sedikit.
2. Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam-basa.
a. Ekspirasi CO2 oleh paru mengimbangi pembentukan CO2 metabolik.
b. CO2 dibentuk melalui metabolism àCO2 difus dari sel ke cairan intertisial darahàdarah.
mengangkut CO2 ke paruàCO2 difusi ke alveoliàventilasi.
c. Peningkatan ventilasi alveolus,menurunkan konsentrasi H+ ekstrasel dan meningkatkan pH.
d. Peningkatan H+ merangsang ventilasi alveolus.
3. Pengaturan asam basa oleh ginjal
Setiap hari ginjal memfiltrasi sekitar 4320 mili ekuivalen bikarbonat dan dalam kondisi normal
hamper semuanya direabsorpsi oleh tubulus,sehingga mempertahankan system dapar utama.
Ginjal mengatur konsentrasi H+ melalui 3 mekanisme:
a. Sekresi ion H+
b. Reabsorpsi HCO3- yang difiltrasi
c. Produksi HCO3 baru
a. Sekresi ion H+
Sekresi ion H+ dan reabsorpsi bikarabonat terjadi hampir di seluruh tubulus kecuali segmen tipis
desenden dan asenden ansa Henle
Sekresi ion H+ terjadi melalui transport aktif sekunder dari tubulus proksimal yang terjadi
bersamaan dengan transport Na+ ke dalamsel pada membrane luminal oleh protein penukar natrium-
hidrogen.
b. Reabsorpsi bikarbonat
Ion bikarbonat diawali oleh reaksi dalam tubulus antara HCO30 yang difiltrasi pada glomerulus dan
yang disekresi oleh tubulus.H2CO3 yang terbentuk berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O.CO2 dapat
bergerak mudah melewati membrane tubulus ,karena itu CO2 berdifusi masuk dalam sel
tubulus,tempat CO2 bergabung kembali dengan H2O dibawah pengaruh karbonat anhydrase untuk
menghasilkan H2CO3 baru.H2CO3 berdisosiasi membentuk H+,HCO3- berdifusi membentuk
membrane basolateral masuk ke cairan interstisial dan di bawa ke darah kapiler peritubulus.
c.Pembentukan bikarbonat baru
Sistem dapar fosfat terdiri dari HPO4 dan H2PO4
Selama terdapat kelebihan HCO3 dalam cairan tubulus ,kebanyakan H+ yang disekresikan bergabung
dengan HCO3- ;tapi setelah semua HCO3 direabsorpsi dan tak ada yang tersisa, tiap kelebihan H+
bergabung dengan HPO43- membentuk H2PO4,H+ dapat diekskresikan sebagai garam natrium dengan
membawa kelebihan H+ kapanpun H+ yang disekresikan ke lumen tubulus bergabung dengan dapar
selain HCO3- hasil akhirnya adalah penambahan HCO3
- baru ke dalam darah.
MEKANISME ASIDOSIS
Asidosis respiratorik dan metabolic menyebabkan penurunan rasio HCO3- terhadap H+ dalam
cairan tubulus ginjal. Akibatnya, terdapat kelebihan H+ di dalam tubulus ginjal,menyebabkan reabsorpsi
HCO3- yang menyeluruh dan masih menyisakan ion H+ tambahan yang tersedia untuk bergabung dengan
dapar urin,NH4+ dan HPO4-. Jadi,pada asidosis ginjal mereabsorpsi semua HCO3 yang difiltrasi dan
menyumbangkan HCO3 baru.
Penyebab asidosis respiratorik adalah penurunan ventilasi dan peningkatan pCO2
Asidosis respiratorik dapat terjadi akibat kondisi patologis yang merusak pusat pernapasan atau
menurunkan kemampuan paru untuk mengeluarkan CO2
Pada asidosis respiratorik,respon kompensasi yang tersedia adalah:
a. Dapar cairan tubuh.
b. Ginjal.
Penyebab asidosis metabolic adalah penurunan konsentrasi bikarbonat cairan ekstrasel
Asidosis metabolic dapat disebabkan oleh:
a. Kegagalan ginjal mengekskresikan asam metabolic yang normalnya dibentuk dalam
tubuh.
b. Pembentukan asam metabolic berlebihan dalam tubuh.
c. Penambahan asam metabolic ke dalam tubuh melalui makanan/infus.
d. Kehilangan basa dari cairan tubuh.
Asidosis tubulus ginjal
Kelainan ini mencakup 2 tipe:
a. Gangguan reabsorpsi HCO3 oleh tubulus ginjalàhilangnya HCO3 dalam urin.
b. Ketidakmampuan sekresi H+ oleh tubulus ginjalàekskresi urin alkali.
Diare
Penyebab asidosis ini adalah hilangnya sejumlah besar natrium bikarbonat ke dalam feses.
Muntah
Jika memuntahkan sebagian besar isi traktus gastrointestinal bawah, menyebabkan hilangnya
bikarbonat.
Diabetes mellitus
Keadaan dengan insulin tidakcukup , menghalangi penggunaan glukosa dalam metabolism secara
normal. Sebaliknya, beberapa lemak dipecah menjadi asam asetoasetat.
PEMERIKSAAN UROLOGI
Untuk menegakkan diagnosis kelainan-kelainan urologi, seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dasar urologi dengan seksama dan sistematik mulai dari:
1. Pemeriksaan subyektif untuk mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien yang
digali melalui anamnesis yang sistematik,
2. Pemeriksaan obyektif yaitu melakukan pemeriksaan fisis terhadap pasien untuk mencari
data-data objektif mengenai keadaan pasien,
3. Pemeriksaan penunjuang yaitu melalui pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium, radiologi
atau imaging, uroflometri atau urodinamika, elektromiografi, endourologi, dan laparoskopi.
ANAMNESIS DAN RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis yang sistematik mencakup (1) keluhan utama pasien, (2) riwayat penyakit lain yang pernah
dideritanya maupun pernah diderita keluarganya, dan (3) riwayat penyakit yang diderita saat ini. Pasien
datang ke dokter mungkin dengan keluhan (1) sistemik yang merupakan penyulit dari kelainan urologi,
seperti malaise, pucat, uremia yang merupakan gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi, dan (2)
lokal, seperti nyeri, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas.
Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia dirasakan sebagai nyeri lokal
(nyeri yang dirasakan di sekitar organ tersebut) atau berupa referred pain (nyari yang dirasakan jauh dari
tempat organ yang sakit). Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia seringkali dirasakan sangat
nyeri, hal ini disebabkan karena regangan kapsul yang melingkupi organ tersebut. Maka dari itu,
pielonefritis, prostatitis, maupun epididimitis akut dirasakan sangat nyeri, berbeda dengan organ berongga
sperti buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai kurang nyaman/discomfort.
Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat terjadi pada pielonefritis
akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi saluran kemih yang menjadi penyebab hidronefritis, atau
pada tumor ginjal.
Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltik yang terhambat oleh batu,
bekuan darah atau corpus alienum lain. Nyeri ini sangat sakit, namun hilang timbul bergantung dari
gerakan perilstaltik ureter. Nyeri tersebut dapat dirasakan pertama tama di daerah sudut kosto-vertebra,
kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal hingga ke daerah kemalian. Sering nyeri
ini diikuti keluhan pada sistem pencernaan, seperti mual dan muntah.
Nyeri Vesika
Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat overdistensi vesika urinaria yang
mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi pada buli buli. Nyeri muncul apabila buli-buli terisi
penuh dan nyeri akan berkurang pada saat selesai miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien
merasakan nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang disertai hematuria.
Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar postat dan distensi kapsul
prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan, namun umunya diaraskan pada abdomen bawah, inguinal, perineal,
lumbosakral atau nyeri rektum. Nyeri prostat ini sering diikuti keluhan miksi seperti frekuensi, disuria
dan bahkan retensi urine.
Nyeri testis/epididimis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni berasal dari kelainan organ di
kantong skrotum) atau refered pain (berasal dari organ di luar skrotum). Nyeri akut primer dapat
disebabkan oleh toriso testis atau torsio apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis.
Inflamasi akut pada testis atau epididimis menyebabkan pergangan pada kapsulnya dan sangat nyeri.
Nyeri testis sering dirasakan pada daerah abdomen, sehingga sering dianggap disebabkan kelainan organ
abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat disebabkan varikokel, hidrokel, maupun tumor testis.
Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya merupakan refered pain dari
inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra, terutama pada meatus uretra eksternum. Nyeri pada ujung
penis dapat disebabkan parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glans penis. Sedangkan nyeri
yang terasa pada saat ereksi mungkin disebabkan oleh penyakit Peyronie atau priapismus (ereksi terus
menerus tanpa diikuti ereksi glans).
Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan iritasi, obstruksi, inkontinensia dan
enuresis. Keluhan iritasi meliputi urgensi, poakisuria atau drekuensi, nokturia dan disuria; sedangkan
keluhan obstruksi meluiputi hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine melemah, intermitensi
dan menentes serta masih terasa ada sisa urine sehabis miksi. Keluhan iritasi dan obstruksi dikenal
sebagai lower urinary tract syndrome.
Gejala iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, merupakan akibat hiperiritabilitas dan
hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat benda asing di dalam buli-buli, adanya obstruksi
intravesika atau karena kelainan buli-buli nerogen. Frekuensi, atau polaksuria, adalah frekuensi berkemih
yang lebih dari normal (keluhan ini paling sering ditemukan pada pasien urologi). Hal ini dapat
disebabkan karena produksi urine yang berlebihan atau karena kapasitas buli buli yang menurun.
Nokturia adalah polaksuria yang terjadi pada malam hari. Pada malam hari, produksi urin meningkat pada
pasien-pasien gagal jantung kongestif dan odem perifer karena berada pada posisi supinasi. Pada pasien
usia tua juga dapat ditemukan produksi urine pada malam hari meningkat karena kegagalan ginjal
melakukan konsenstrasi urine.
Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksternum akan diikuti pengeluaran urin. Apabila terdapat obstruksi
infravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering pasien harus mengejan untuk memulai
miksi. Setelah urine keluar, seringkali pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh dekat kaki
pasien. Di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti dan kemudian memancar lagi (disebut dengan
intermiten), dan miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di dalam buli buli dengan
masih keluar tetesan urine (terminal dribbling). Apabila buli-buli tidak mampu lagi mengosongkan isinya,
akan terasa nyeri pada daerah suprapubik dan diikuti dengan keinginan miksi yang sakit (urgensi). Lama
kelamaan, buli-buli isinya makin penuh hingga keluar urin yang menetes tanpa disadari yang dikenal
sebagai inkontinensia paradoksa. Obstruksi uretra karena striktura uretra anterior biasanya ditandai
dengan pancaran kecil, deras, bercabang dan kadang berputar putar.
Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine yang keluar dari buli buli,
baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat beberapa macam inkontinensia urine, yaitu inkontinensia
true atau continuous (urine selalu keluar), inkontinensia stress (Tekanan abdomen meningkat),
inkontinensia urge (ada keinginan untuk kencing) dan inkontinensia paradoksa (Buli-buli penuh).
Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu dibedakan
dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya perdarahan per uretram yang keluar tanpa proses miksi.
Porsi hematuria perlu diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses
miksi (hematuria total) atau akhir miksi (hematuria terminal). Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan pada saluran kemih, mulai dari infeksi hingga keganasan.
Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi karena adanya fistula antara
buli-buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa menjadi gas karbondioksida di dalam
urine, seperti pada pasien diabetes mellitus.
Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adlah adanya darah di dalam ejakulat, biasa ditemukan pada pasien
usia ubertas dan paling banyak pada usia 30-40 tahun. Kurang lebih 85-90% mengeluhkan
hematospermia berulang. Hematospermia paling sering disebabkan oleh kelainan pada prostat dan
vesikula seminalis. Paling banyak hematospermia tidak diketahui penyebabnya dan dapat sembuh sendiri.
Hematospermia sekunder dapat disebabkan oleh paska biopsi prostat, adanya ingeksi vesikula seminalis
atau prostat, atau oleh karsinoma prostat.
Cloudy urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya infeksi saluran kemih.
Keluhan pada skrotum dan isinya
Keluhan pada daerah ini yang menyebabkan pasien datang berobat ke dokter adalah, pembesaran buah
akar, varikokel, atau kriptorkismus. Pembesaran skrotum dapat disebabkan tumor testis, hidrokel,
spermatokel, hematokel atau hernia skrotalis.
Keluhan disfungsi seksual
Termasuk disfungsi seksual adalah penurunan libido, kekuatan ereksi menurun, disfungsi ereksi, ejakulasi
retrograd (air mani tidak keluar pada saat ejakulasi ), tidak pernah merasakan orgasmus atau ejakulasi
dini.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum pasien dan pemeriksaan
urologi. Kalainan-kelainan pada sistem urogenitalia dapat memberikan manifestasi sistemik, atau tidak
jarang pasien-pasien dengan kelainan di bidang urogenitalia kebetulan menderita penyakit lain.
Hipertensi, edema tungkai, dan ginekomasti dapat merupakan tanda dari kelainan sistem urogenitalia.
Pemeriksaan Ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomean sebelah atas harus diperhatikan saat
melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh hidronefrosis atau tumor pada
daerah retroperitonial. Palpasi dilakukan secara bimanual (dengan dua tangan). Tangan kiri diletakkan di
sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan.
Perkusi, yaitu dengan pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut
kostovertebra.
Pemeriksaan Buli-buli
Pemeriksaan buli buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut bekas irisan/operasi di
suprasiimfisis. Mass di daerah tersebut dapat merupakan tumor ganas buli buli atau adanya buli buli yang
terisi penuh oleh adanya retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan batas atas buli buli.
Pemeriksaan genetalia eksterna
Pada inspeksi genetalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti mikropenis, makropensi,
hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis, fistel uretro kutan, dan tumor
penis. Striktura uretra anterior yang berat dapat menyebabkan fibrosis korpus spongiosum yang teraba
pada palpasi di sebelah ventral penis, berupa jaringan keras yang dikenal sebagai spongiofibrosis.
Pemeriksaan skrotum dan isinya
Perhatikan adanya pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri saat diraba, atau adanya hipoplasia pada
kulit skrotum yang sering dijumpai pada kriptokismus. Untuk membedakan antara massa padat dengan
massa kistus pada isi skrotum dapat dilakukan pemeriksaan transiluminasi pada isi skrotum.
Colok dubur (Rectal Toucher)
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk (yang sudah diberikan pelicin) ke dalam
lubang dubur. Pada pemeriksaan ini, dinilai (1) tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernous (BCR), (2)
adanya massa di lumen rektum, dan (3) menilai keadaan prostat. Penilaian refleks bulbo-kavernosus
dinilai dengan merasakan adanya reflek jepitan ani pada jari akibat rangsangan sakit yang diberikan pada
glans penis. Pada wanita yang sudah berkeluarga dapat dilakukan pula colok vagina untuk menilai
kemungkinan adanya kelainan pada alat kelamin wanita, seperti massa di serviks, darah di vagina, dan
massa di buli-buli.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik yang berakibat
kelainan pada sistem urogenitalia, seperti lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan
penyebab dari buli buli neurogen.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Urinalisis
Jenis Sampel Urin
a Urin Sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan
khusus.
b Urin Pagi adalah Urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.
c Urin Postprandial adalah Urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5 – 3 jam setelah makan.
d Urin 24 jam, urin 12 jam, urin 2 jam, dll adalah Urin yang dikumpulkan selama rentang waktu
tertentu.
e Urin 3 gelas dan urin 2 gelas untuk laki-laki adalah pengumpulan urin dibagi menjadi 3 gelas atau
2 gelas.
Pengawet Urin
Urin harus diperiksa saat msih segar, tetapi jika urin harus disimpan atau menempuh perjalanan jauh, urin
harus diberikan pengawet.
Pengawet Kelebihan Kekurangan
Thymol Baik untuk glukosa & sedimen Mempengaruhi :
Tes protein dengan presipitasi asam
Tes glukosa dengan o-toluidin
Formalin Terbaik untuk sedimen Mempengaruhi tes glukosa dg reduksi copper
Toluene Tidak mempengaruhi tes rutin Mengapung pd permukaan sampel & melekat pada pipet
Chloroform - Mengendap di dasar sampel & mempengaruhi tes
sedimen
pengawet Kelebihan Kekurangan
NaF mencegah glikolisis Menghambat reaksi pd tes glukosa, darah, leukosit
dg carik celup
Asam Baik untuk protein, tidak Bila berlebihan menyebabkan presipitasi kristal
borat mempe-ngaruhi tes rutin, kecuali
pH
Tablet
pengawet
komersial
Mudah digunakan, kadar diatur,
pengaruh terhadap tes minimal
Mengandung satu atau lebih zat pengawet, harus
diperhatikan komposisi tablet
Wadah Penampungan Urin
Wadah penampungan urin untuk pemeriksaan harus memenuhi kriteria dibawah ini:
• Wadah plastik
• Bermulut lebar, kering, bersih, bertutup
• Wadah steril untuk kultur bakteri.
• Wadah penambung urin bayi : polyethylene bag dengan perekat
• Wadah urin sebaiknya disposable
Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin adalah jenis pemeriksaan yang paling sering dilakukan. Jenis pemeriksaannya adalah:
• Jumlah Urin
• Makroskopis: warna dan jernihnya urin
• Berat jenis
• Protein
• Glukosa
• Pemeriksaan Sedimen
1. Jumlah Urin
• Berguna untuk ikut menentukan adanya
– gangguan faal ginjal,
– kelainan dalam keseimbangan cairan badan
– menafsirkan px kuantitatif dan semi-kuantitatif
• Mengukur jumlah urin dapat dilakkan dengan
– Urin 24 jam
– Urin siang 12 jam dan urin malam 12 jam
– Timed specimen pada percobaan tertentu
– Urin Sewaktu
2. Warna Urin
• Warna diuji pada tebal lapusan 7 – 10 cm dengan cahaya tembus untuk menentukan kepekatan
urin
• Terdapat beberapa warna urin yang dapat ditemukan:
Warna Zat warna
normal dalam
jumlah besar
Zat warna
abnormal
Obat-obat dan
diagnostika
Kuman
Kuning Urobilin,
urochrom
Urobilin Santonin, PSP,
riboflavin, pada
makanan (ex:
kembang gula)
Hijau Indikan Methylene blue,
Evan’s blue
Ps aeruginosa
(B. pyocyaneus)
Merah uroeryhtrin Hemoglobin,
porfirinm
porfobilin
Santonin, PSP,
amidopyrin,
Congored, BSP,
makanan
B. prodigiosus
Coklat Urobilin Bilirubin, hematin,
porfobilin
Coklat tua
atau
hitam
Indikan Darahtua, alkapton,
melanin
Derivat-derivat
fenol, argyrol
Serupa
susu
Fosfat, urat Pus, getah prostat,
chylus, zat-zat
lemak, bakteri,
protein yg
membeku
3. Kejernihan
Penilaian tingkat kejernihan adalah: agak keruh, keruh atau sangat keruh. Terdapat dua jenis
penyebab keruhnya urin:
Sebab-sebab urin keruh dari awal
1. Fosfat amorf dan karbonat
2. Bakteri
3. Unsur-unsur sedimen (eritrosit, leukosit, sel-sel epitel)
4. Chylus dan lemak
5. Benda-benda koloid
• Sebab-sebab urin menjadi keruh setelah dibiarkan
1. Nubecula
2. Urat-urat amorf
3. Fosfat amorf dan karbonat
4. bakteri
4. Berat Jenis
• Berat jenis berhubungan dengan diuresis, makin besar diuresis, makin rendah berat jenis dan
sebaliknya.
• Berat jenis urin normal 24 jam: 1,016 – 1,022. Karena terpengaruh faktor diuresis, batas normal
boleh 1,003 – 1,030.
• Berat jenis normal urin sewaktu: 1,003 – 1,030.
5. Bau Urin
Bau normal adalah bau khas urin, ammonia. Sedangkan bau yang berlainan dari normal dapat
disebabkan oleh:
1. Makanan: Jengkol, petai, durian, dll
2. Obat: terpentin, menthol, dll
3. Bau ammoniak oleh perombakan bakteri dan ureum. Biasanya akibat urin dibiarkan tanpa
pengawet atau dalam vesika urinaria terinfeksi bakteri tertentu
4. Ketonuria:
5. Busuk
Pemeriksaan Kimiawi
1. Derajat Keasaman
Untuk mengukur keasaman urin dapat menggunakan kertas lakmus atau kertas nitrazin. Kertas
nitrazin: menentukan pH antara 4,5 – 7,5. pada pH 4,5 warna nitrazin kuning, warna akan menjadi biru
pada pH yang lebih tinggi.
2. Carik Celup
Pemeriksaan yang sangat cepat, mudah dan spesifik. Cukup hanya dengan mencelupkan carik
secara cepat kedalam urin.
Colour Chart Standard
Pemeriksaan Sedimen
Terdapat dua jenis pemeriksaan sedimen, yaitu
1. Makroskopik: diperhatikan dengan melihat langsung tanpa menggunakan alat
2. Mikroskopik: memperhatikan sampel dengan menggunakan alat
Jenis sedimen dapat dibagi menjadi dua:
• Unsur-unsur Sedimen
1. Unsur organik
– Sel epitel
– Eritrosit
– Leukosit
– Silinder
– Oval fat bodies
– Benang lendir
– Silindroid
– Spermatozoa
– Parasit
– bakteri
2. Unsur anorganik
– Bahan amorf: urat-urat dalam urin asam dan fosfat-fosfat
– Kristal normal (natriumurat, asam urat)
– Kristal abnormal (cystine, lucine. Tyrosine, dll)
– Kristal dari obat-obatan (obat sulfonamida)
– Bahan lemak
Pemeriksaan Bakteriologi
Untuk pemeriksaan bakteriologi, sangat penting teknik pengambilan sampel, dikarenakan bakteri
dari luar dapat menganggu hasil pemeriksaan
Teknik pengambilan sampel
• Tidak diperlukan kateter untuk pengambilan sampel
• Laki-laki: gland penis dan OUE dibersihkan dan urin langung dimasukkan ke dalam wadah
• Perempuan: Rinna pudendi dan mulut uretra dibersihkan, urin langsung dimasukkan ke wadah
• Sampel yang diambil adalah midstream, yaitu urin pada pertengahan miksi yang diambil. Untuk
menghindari adanya benda asing yang terdapat pada urin
• Cara lain: pungsi suprapubis
Teknik penghitungan
• Penghitungan dilakukan dengan cara kuantitatif (jumlah kuman/ml urin)
• Jumlah kuman
– < 10.000/ml urin: tidak ada infeksi
– 10.000 – 100.000/ ml urin: mungkin ada infeksi
– > 100.000/ ml urin: terdapat infeksi
Pemeriksaan Faal Ginjal
1. Percobaan Pemekatan
Untuk menguji daya resabsorbsi tubuli ginjal.
2. Percobaan Pengenceran
Menguji faal tubuli dalam menjaga homeostatis dengan mengeluarkan air yang sengaja diberikan
dalam jumlah berlebihan.
3. Percobaan PSP (phenolsulfonphthalein)
Sejumlah PSP disuntikkan secara IV atau IM. Untuk mengetahui kadar PSP yang diekskresikan
sehingga dapat diketahui fungsi ginjal seseorang.
4. Urea Clearance
Untuk mengukur fungsi glomerelus, karena ureum difiltasi oleh glomeruli itu. Nilai urea
clearance tidak sama dengan GFR karena sebagian ureum di tubuli berdifusi kembali ke dalam
darah. Banyaknya ureum yang berdifusi ditentukan oleh besarnya dieresis.
5. Creatinine Clearance
Sama seperti urea clearance, untuk menilai faal glomerulus. Bedanya dengan ureum, kreatinin
tidak berdifusi ke dalam darah. Nilai creatinine clearance mendekatai GFR.
PEMERIKSAAN PENUNJANG UROLOGI
1. Foto polos abdomen (KUB/kidney ureter bladder)
Foto untuk px kelainan urologi. Pembacaan foto harus memperhatikan “4 S”
1. Side : posisi ginjal
2. Skeleton : bentuk tulang, densitas tulang
3. soft tissues : keadaan jaringan sekitar
4. Stone : bayangan opak pada sistem urinaria
2. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pencitraan yang dapat mengambarkan keadaan sistem urinaria dengan bahan kontras, untuk
mengetahui kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal. Bahan kontras yang digunakan adalah yodium
300 mg/kgBB atau 1 ml/kg BB
Mekanisme pemeriksaan
1. Fase Nefrogram
Menit – menit pertama kontras mengisi glomerulus dan tubulus ginjal sehingga terlihat pencitraan
dari parenkim (nefrogram) ginjal
2. Fase pielogram
Kontras mengisi sistem pelvikalikes
Menit Uraian
0 Foto polos perut
5 Melihat fungsi eksresi ginjal. Pada ginjal mormal sistem pelvikaliseal sudah tampak
15 Kontras sudah mengisi ureter dan buli-buli
30 Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk menilai kemungkinan terdapat perubahan posisi ginjal
(ren mobilis)
60 Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih, antara lain: filling defect, hidronefrosis, doublesystem,
atau kelainan lain
Pada buli-buli diperhatikan adanya identisi prostat, trabekulasi, penebalan oto detrusoe, dan sakulasi
buli-buli
Pasca miksi Menilai sisa kontras (residu urine) dan divertikel pada buli-buli
3. Sistografi
Pencitraan buli-buli dengan memakai kontras. Dapat dikerjakan dengan (1) Foto PIV, (2)
memasukkan kontras dengan kateter ke buli-buli, (3) memasukkan kontras dengan kateter sistostomi ata
melalui pungis suprapubik. Pemeriksaan yang dapat ditemukan adalah:
– Tumor atau bekuan darah.
– Robekan buli-buli.
– Divertikal buli-buli.
– Buli-buli neurogenik.
– Dan lain-lain.
4. Uretrografi
Pencitraan uretra dengan bahan kontras. Bahan dimasukkan ke meatus uretra ekstrena dengan
klem Broadny yang dijepit di gland penis. Gambaran yang dapat diteumkan adalah:
1. Penyempitan atau hambatan kontras pada uretra jika terdapat striktura uretra.
2. Ekstravasasi kontras ke luar dinding uretra à trauma uretra.
3. Filling defect à tumor uretra atau batu non opak.
5. Retrograd Pyelography (RPG)
Pencitraan sistem urinaria dari atas (ginjal hingga ureter). bahan kontras radio-opak dimasukkan
langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan transuretra. Indikasi pemeriksaan ini adalah:
– Jika ada kontraindikasi foto PIV.
– Foto PIV belum bisa menjelaskan kelainan ginjal (ec: ginjal non visualized).
6. Pielografi Antegrad
Pencitraan sistem urinaria bagian atas dengan mamasukkan kontras melalui sistem saluran
(kaliks) ginjal. Bahan kontras dimasukkan melalui kateter nefrotomi yang sebelumnya sudah terpasang
ataau melalui pungsi pada kaliks ginjal.
7. USG (Ultrasonografi)
Untuk pemeriksaan ginjal, buli-buli, prostat, testis dan kasus keganasan.
– Pada pemerikasan ginjal berguna untuk:
1. mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (massa, kista, pengerutan).
2. Penuntun melakukan pungsi ginjal atau nefrostomi perkutan.
3. Px penyaring pada dugaan trauma ginjal derajat ringan.
– Pada pemeriksaan buli-buli:
1. Menghitung urin pasca miksi dan mendeteksi batu ginjal atau tumor.
2. Mencari nodul keganasan pada kelenjar prostat dan menentukan volume/besar
prostat.
– Pada pemeriksaan testis:
1. Membedakan tumor testis dan hidrokel testis.
2. Mendeteksi letak kriptorkid yang sulit diraba dengan palpasi.
– Pada pemeriksaan Keganasan:
1. Mengetahui massa padat dan untuk mendeteksi metastasis pada hepar dan
kelenjar pada aorta.
8. USG Color Doppler
Menghasilkan pencitraan suatu organ dan menghasilkan/mengukur laju aliran darah.
1. Membedakan aliran darah testis yang mengalami torsio atau infeksi epididimis (orkitis).
2. Mengetahui adanya penyempitan (stenosis) karena aterosklerosis yang menyebabkan
aliran darah ginjal menurun.
9. CT Scan
Merupakan teknik pencitraan non-invasif, lebih superior dibandingkan USG. Indikasi
pemeriksaan ini adalah:
• Kecurigaan adanya massa di ginjal.
• Penderajatan (staging) Keganasan urologi.
• Abses, urinoma, dan infeksi urogenitalia.
• Kolik ureter/ginjal.
• Cedera Urogenitalia.
• Kecurigaan kelainan di retroperitoneum/kelenjar adrenal.
10. MRI - MR urografi (MRU)
Merupakan teknik pencitraan yang ridak berbasis radiasi, namun berbasis medan magnet.
pencitraan lebih superior dibandingkan CT Scan. Tidak menggunakan media kontras yodium, sehingga
aman diberikan pada pasien insufisiensi ginjal.
Kontraindikasi pemeriksaan ini adalah:
• Pasien memakai implan yang dapat mempengaruhi medan magnet (pacemakes jantung,
klip aneurisma, prostesis dari bahan logam).
11. Sintigrafi
Menyuntikkan bahan isotop (radioaktif) yang telah diikat oleh bahan radiofarmaka tertentu,
keberadaan isotop di dalam organ dideteksi dengan alat kamera gama. Berguna untuk mengetahui
keadaan anatomi dan fungsi suatu organ.
– Pemeriksaan Urologi
• Faal ginjal.
• Pielonefritis kronis.
• Diagnosis: varikokel, torsio testis.
– Pemeriksaan Onkologi
• Bone scan: karsinoma prostat pada tulang.
12. Angiografi
Untuk mengetahui keadaan pembuluh darah. Pemeriksaan dengan cara memasukkan kateter
melalui pungsi secara perkutan pada arteri femoralis komunis kemudian disuntikkan kontras.
Macam-macam angiografi:
1. Venacavografi (vena cava).
2. Arteriografi (arteri).
3. Venagrafi (vena).
Indikasi pemeriksaan ini adalah:
1. Dugaan stenosis arteria renalis (hipertensi renovaskuler).
2. Malformasi vaskuler sebagai persiapam donor transplantasi ginjal.
3. Embolisasi tumor untuk mengurangi perdarahan saat pembedahan atau menghentikan
perdarahan pada tumor.
4. Trauma ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo, Basuki B.2012. Dasar-Dasar Urologi Ed 3. Jakarta: sagung Seto
2. Lauralee Sherwood, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2,Jakarta : EGC, 2001
3. Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC
4. Sadler T.W. Langman : Embriologi kedokteran. Ed.10. Jakarta : EGC, 2009
5. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
6. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks & Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007
7. Introduction To Human Body ed 8, Gerard J Tortora
8. Histology, a text and atlas ed 6, Michael H Ross
9. Atlas of Human Histology ed 4, Di fiore
10. Color Atlas of Histology ed 4, Leslie P Gartner
11. Histologi Trisakti
Recommended