MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Preview:

Citation preview

MAKALAH KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL

OLEH: KELOMPOK 4 y y y y SRI WAHYUNI SAHIR IIN ANDRIANI SABRIADI SYAMSIAH ST. RAMLAH TIKA W. RAHAYAAN SUKMA SUCIANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini. Makalah ini disusun untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mahasiswa akan materi kewarganegaraan. Selain itu makalah ini juga ditujukan sebagai salah satu penilaian dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Didalamnya terdapat pemahaman tentang materimateri dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, serta implementasinya dalam bidang yang sedang ditekuni. Dalam hal ini membahas ketahanan nasional di Indonesia. Laporan ini memang jauh dari sempurna sehingga penulis berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran tentang laporan ini. Kami juga berharap agar laporan ini dapat berguna bagi para pembaca. Agar mengerti bahwa Pendidikan Kewarganegaraan yang dulu disebut Pendidikan Kewiraan bukan hanya dijadikan sebagai materi tetapi juga sebagai suatu pandangan dalam kehidupan kita.

Makassar, 22 Desember 2011

Kelompok 4

DAFTAR ISI

BAB1 PENDAHULUANSetiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin diwujudkan dalam hidup dan kehidupan nyata. Cita-cita itu merupakan arahan dan atau tujuan yang sebenar-benarnya dan mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan nasionalnya. Namun demikian, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu bukan sesuatu yang mudah diwujudkan karena dalam perjalanannya kearah itu akan muncul energi baik yang positif maupun negatif yang memaksa suatu bangsa untuk mencari solusi terbaik, terarah, konsisten, efektif, dan efisien. Energi positif bisa muncul dari dua situasi kondisi yaitu dalam negeri dan luar negeri. Kedua situasi kondisi itu akan menjadi motor dan stimulan untuk membangkitkan kesadaran pada bangsa untuk membangun ketahanan nasional yang holistik dan komprehensif. Di sisi lain, energi negatif juga akan muncul dari dua situasi kondisi tadi, yang biasanya menjadi penghambat dan rintangan untuk membangun ketahanan nasional. Energi negatif biasanya muncul secara parsial tetapi tidak bisa dipungkiri dalam banyak hal merupakan suatu produk yang tersistem dan terstruktur dengan rapi dalam sistem operasional yang memakan waktu lama. Energi positif tersebut diatas dalam banyak wacana biasanya disebut dengan daya dan upaya penguatan pembangunan suatu bangsa dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Sementara itu, energi negatif cenderung untuk menghambat dengan tujuan akhir melemahkan bahkan menghancurkan suatu bangsa. Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah bangsa melemahkan dan atau menghancurkan setiap tantangan, ancaman, rintangan dan gangguan itulah yang yang 2 disebut dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena itu, ketahanan nasional mutlak senantiasa untuk dibina dan dibangun serta ditumbuhkembangkan secara terus-menerus dengan simultan dalam upaya mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa. Lebih jauh dari itu adalah makin tinggi tingkat ketahanan nasional suatu bangsa maka makin kuat pula posisi bangsa itu dalam pergaulan dunia. Kondisi kehidupan nasional itu menjadi salah satu kekuatan ketahanan nasional karena adanya jaminan kekuasaan hukum bagi semua pihak yang ada di Indonesia dan lebih jauh daripada itu adalah menjadi cermin bagaimana rakyat Indonesia mampu untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah yang menempatkan hukum 3 sebagai asas berbangsa dan bernegara dengan menyandarkan pada kepentingan dan aspirasi rakyat.

BAB 2 PEMBAHASANA. PENGERTIAN DAN HAKIKAT 1. Pengertian :Menurut Lemhanas : Ketahanan nasional (Tannas) adalah kondisi dinamikbangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kehidupan nasional untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya. Srijanti (2009:155) menyamakan pengertian ketahanan nasional dengan geostrategi, yaitu strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan, dan saranasarana untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia, serta memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman, dan sejahtera. Sementara itu Chaidir Basri (2002), melihat Tannas dari perspektif/sudut pandang terhadap konsepsinya berupa wujud dan wajah, yaitu : a. Tannas sebagai Kondisi; b. Tannas sebagai Metode; c. Tannas sebagai Doktrin. Sebagai Kondisi, Tannas adalah suatu penggambaran atas keadaan yang seharusnya dipenuhi, yaitu kondisi ideal yang memungkinkan suatu negara memiliki kemampuan mengembangkan kekuatan nasionalnya sehingga dapat menghadapi segala macam ancaman dan gangguan bagi kelangsungan hidup bangsa. Sebagai Metode, adalah pendekatan dan cara dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara, yaitu dengan menggunakan pemikiran kesisteman (system thinking). Sebagai Doktrin, berupa pengaturan dan penyelenggaraan negara, yaitu dituangkan dalam

peraturan perundang-undangan, agar setiap orang, masyarakat, dan penyelenggara negara menerima dan menjalankannya.

2. Hakikat :Hakikat Tannas adalah kondisi kemampuan dan kekuatan bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan nasional bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional, sedangkan hakikat konsepsi Tannas Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi, dan selaras dalam kehidupan nasional.

B. PERKEMBANGAN KONSEP KETAHANAN NASIONAL INDONESIA Gagasan tannas bermula pada awal tahun 1960-an dari kalangan militer khususnyaAD di SSKAD atau sekarang SESKOAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat). Pada masa itu pengaruh komunisme dari Uni Soviet dan Cina sedang menjalar, meluas sampai kawasan Indocina sehingga negara-negara Laos, Vietnam, dan Kamboja menjadi negara komunis. Infiltrasi komunis bahkan sudah masuk di Thailand (Muangthai), Malaysia, Singapura dan bahkan Indonesia. Sejarah pemberontakan G-30-S/PKI adalah bukti yang tidak dapat dibantah. Setelah berakhirnya G-30-S/PKI, pengembangan pemikiran Tannas semakin menguat, dan pada tahun 1968 dilanjutkan oleh Lemhanas. Ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan terhadap bangsa dan negara harus diwujudkan dalam ketahanan bangsa yang dimanifestasikan dalam bentuk tameng. Tameng dimaksud adalah sublimasi dari konsep kekuatan sebagai menifestasi pemikiran SSKAD/ SESKOAD. Dalam pemikiran Lemhanas ditemukan unsur-unsur dari tata kehidupan nasional berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Pada tahun 1969 lahirlah istilah ketahanan nasional. Konsepsi Tannas waktu itu dirumuskan sebagai Keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional yang ditujukan untuk menghadapi segala ancaman dan kekuatan yang membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia. Kata segala menunjukkan kesadaran akan spektrum ancaman yang lebih dari sekedar ancaman komunis dan/atau pemberontakan. Kesadaran akan spektrum ini

pada tahun 1972 diperluas menjadi Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG). Adapun pengertian ATHG dimaksud adalah : y Ancaman : Suatu hal atau upaya yang bersifat dan bertujuan mengubah dan merombak kebijakan yang dilaksanakan secara konsepsional. y Tantangan : Suatu hal atau upaya yang bersifat atau bertujuan menggugah kemampuan. y Hambatan : Suatu hal yang bersifat melemahkan atau menghalangi tetapi tidak secara konsepsional, dan berasal dari dalam. y Gangguan : Suatu hal atau upaya yang mengusik kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara. Konsep Tannas untuk pertama kali masuk dalam GBHN melalui Tap MPR No. IV/MPR/1973 yang rumusannya sama dengan konsep dari Lemhanas. Hal ini berlanjut pada GBHN tahun 1978, 1983, dan 1988. Namun dalam GBHN 1993 ada perubahan rumusan, yaitu : Ketahanan nasional sebagai kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi setiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara. Pada tahun 1982, ATHG dimasukkan dalam UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pokokpokok Pertahanan Keamanan Negara, tetapi dalam penggantinya yaitu UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, hanya dikenal satu istilah saja, yaitu ancaman, yang pengertiannya adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

C. KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL 1. Umum : Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan suatu bentuk masyarakat dalam wadah NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (kira-kira sama dengan Masyarakat Madani). Cita-cita dimaksud merupakan arah dan pedoman bagi pelaksanaan pembangunan nasional dalam upaya mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-IV Pembukaan UUD 1945, yang mencakup aspek : a. Keamanan : Pemerintah negara RI harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. b. Kesejahteraan : Pemerintah negara RI harus memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. c. Ketertiban dunia : Pemerintah negara RI harus ikutserta dalam upaya melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial 2. a. b. c. d. e. 3. Landasan Ketahanan Nasional : Landasan Ideal : Pancasila; Landasan Konstitusional : UUD 1945; Landasan Visional : Wawasan Nusantara; Landasan Konsepsional : Ketahanan Nasional; Landasan Operasional : Dokumen Rencana Pembangunan (RPJMN/RPJMD).