View
1.363
Download
68
Category
Preview:
Citation preview
Laporan praktikum biokimia klinik
Pemeriksaan glukosa darah
Disusun Oleh : Erine Febrian (1101027)
Kelompok IV A GANJIL
Dosen Pembimbing : Dra. syilfia hasti, M , Farm Apt
Asisten : Erma Yuni Putri
Rka Nur Frahesti
SEKOLAH TINGGIL ILMU FARMASI RIAU
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
PEKANBARU
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya orang Indonesia tidak dapat meninggalkan kebiasaan makan nasi
yang merupakan makanan pokok. Bahkan, ada yang merasa belum makan kalau
belum makan nasi. Makanan yang mengandung atau terbuat dari tepung seperti nasi,
ketan, mi, bihun, singkong, ubi, kentang, roti, serta berbagai kue juga merupakan
sumber gula (glukosa). Karena itu, penderita diabetes harus waspada ketika
mengkonsumsi makanan tersebut.
Kadar gula darah yang berlebihan disebabkan oleh tidak sempurnanya proses
metabolisme zat makanan dalam sel tubuh. Zat gizi dan sari makanan diserap di usus
halus dan dibawa darah ke dalam sel. Di dalam sel, sari-sari makanan tersebut diubah
menjadi energi atau pun zat lain yang diperlukan tubuh.
Jika proses pengangkutan zat gula darah (glukosa) kedalam sel terganggu, maka
glukosa tidak dapat terserap kedalam sel dan tertinggal di dalam darah. Inilah yang
menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi. Penyerapan glukosa ke dalam sel
dibantu oleh sejenis hormon yang disebut insulin.
Untuk memelihara kadar gula darah yang normal dalam tubuh di makanan yang
dikonsumsi dengan membatasi konsumsi makanan yang manis-manis dan asupan
karbohidrat.
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol, sistem
reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan
2
yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi
menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup yang cenderung mengacu pada gaya
hidup tidak sehat. Konsumsi makanan siap saji (junk food) dan makanan instan
semakin meningkat di kalangan masyarakat Indonesia terutama pada daerah-daerah
yang mengalami akulturasi. Selain itu, karena terjadinya peningkatan kesibukan kerja
menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengurangi aktivitas fisik seperti olah
raga.
Perubahan pola hidup ini tidak hanya dapat kita jumpai pada masyarakat
perkotaan saja tetapi sudah mulai merambah ke daerah pinggiran kota yang
merupakan masyarakat semi-urban. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan
dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka dan memicu terjadinya berbagai
penyakit kronis seperti DM. Selama ini diagnosis DM hanya diperoleh dari
masyarakat/ pasien yang datang ke pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas atau
rumah sakit. Upaya deteksi dini terhadap penyakit ini seperti skrining kadar gula
darah belum pernah dilakukan. Perlunya deteksi dini dilakukan adalah untuk
pengendalian dan mencegah terjadinya komplikasi.
Menyadari hal ini, deteksi dini terhadap penyakit-penyakit kronis seperti DM
sangat perlu dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai faktor risiko baik
karena pola hidup tidak sehat dan faktor keturunan. Deteksi dini terhadap DM dapat
dilakukan melalui skrining dengan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. Selain itu,
keberhasilan dalam pencegahan timbulnya DM dan pengendalian kadar gula darah
pada penderita DM tergantung pada prilaku masyarakat. Perubahan prilaku menuju
pola hidup sehat dalam rangka pencegahan dan pengendalian DM yang benar akan
dapat diwujudkan apabila masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
DM. Oleh karena itu, selain melalui skrining untuk deteksi dini, juga dapat dilakukan
penyuluhan DM sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
DM.
B. Tujuan
3
Tujuan praktikum kali ini, adalah untuk menetapkan diagnosa, mengetahui
adanya glukosa didalam darah, mengetahui penyebab penyakit DM serta
mengetahui akibat dan gejala yang ditimbulkan apabila kadar gula darah
tinggi atau rendah.
Untuk mengetahui kadar hemoglobin didalam darah dengan menggunakan
metode sahli
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan
dalam glikoprotein dan proteoglikan ( Murray R. K. et al., 2003).
2.1.1 Metabolisme Glukosa
Glukosa, fruktosa dan galaktosa masuk melalui dinding usus halus kedalam
aliran darah. Fruktosa dan galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa.
Glukosa merupakan hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan
sebagai karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan,
akan menjadi lebih tinggi setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak ada
makanan yang masuk selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat dengan bebas
keluar dan masuk ke dalam sel dimana glukosa dapat digunakan semata mata sebagai
sumber energi. Glukosa disimpan sebagai glikogen di dalam sel hati oleh insulin
(suatu hormon yang disekresi oleh pankreas). Glikogen akan diubah kembali menjadi
glukosa oleh aksi dari glukogen (hormon lain yang disekresi oleh pankreas) dan
adrenalin yaitu suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenalin. ( Jan
Tambayong, 2001).
2.1.2 Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau
berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus
(DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin,
akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding
sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
5
tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta
kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. (Nabyl, 2009).
2.1.3 Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang
digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita
merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat
dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok
hipoglikemia). (Nabyl, 2009).
2.1.4 Cara Mengukur Tingkat Gula Darah
Ada tiga cara untuk mengukur tingkat gula darah:
o Tes gula darah sewaktu
Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa
memperhatikan waktu makan.
o Tes gula darah puasa
Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat perut kosong, setelah kita tidak
makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya delapan jam.
o Tes toleransi glukosa
Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa. Kemudian kita diberikan minuman yang
manis yang mengandung gula dengan ukuran tertentu. Tingkat gula darah lalu diukur
dengan memakai beberapa contoh darah yang diambil pada jangka waktu yang
tertentu.
2.1.5 Penentuan Glukosa Darah
6
Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara kimiawi
maupun secara enzimatik. Secara umum metode penentuan glukosa darah dapat
ditentukan dengan berbagai cara yaitu:
a. Metode kimia
1.) Metode oksidasi-reduksi
Metode ini, protein serum dan senyawa-senyawa pereduksi non glukosa
diendapkan misalnya dengan penambahan larutan seng klorida dan barium
hidroksida. Selanjutnya glukosa dioksidasi dalam suasana basa dan dengan
pemanasan menggunakan suatu oksida, misalnya tembaga (II) hidroksida
menghasilkan tembaga (I) oksida yang sebanding dengan konsentrasi glukosa.
Tembaga (I) oksida yang dihasilkan akan mereduksi larutan asam dari arseno
molibdat menjadi arseno molibdat biru, suatu senyawa berwarna dengan intensitas
warna sebanding dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksi penentuan dengan
memakai tembaga (II) oksida adalah :
Glukosa + Cu2+ campuran asam-asam gula + Cu2O
Cu2O + asam molibdat + 4H+ 2Cu2+ + arseno molibdat biru
2.) Metode kondensasi
Pada metode kondensasi, glukosa dikondensasikan dengan orto-toluidin dengan
pemanasan dalam asam asetat glasial membentuk glukosilamin dan kemudian
membentuk basa schiff yang mempunyai warna hijau. Basa schiff yang berwarna
hijau tersebut serapannya sebanding dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksinya
adalah sebagai berikut :
D-glukosa + orto-toluidin glukosilamin basa Schiff
(-H2O warna hijau )
b. Metode enzimatis
1.) Metode glukosa oksidase
7
Pada metode glukosa oksidase, glukosa dengan adanya oksigen akan dioksidasi oleh
enzim glukosa oksidase membentuk asam glukoronat dan hidrogen peroksida.
Selanjutnya hidrogen peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi kromogen yang
dikatalisis oleh enzim peroksidase sehingga membentuk kromogen teroksidasi yang
berwarna. Jumlah produk berwarna yang terbentuk sesuai dengan kadar glukosa
darah. Prinsip reaksinya sebagai berikut :
Glukosa + O2 + H2O →asam glukoronat + H2O2
H2O2 + kromogen → kromogen yang teroksidasi + H2O
Kromogen yang sering digunakan adalah orto-toluidin yang memberikan warna biru.
2.) Metode heksokinase
Pada metode heksokinase, glukosa dengan adanya ATP difoforilasi oleh enzim
heksokinase menghasilkan glukosa-6-fosfat dan ADP. Selanjutnya glukosa-6-fosfat
dengan NADP oleh enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase diubah menjadi 6-
fosfoglukonat dan NADPH. NADPH yang terbentuk dapat diukur serapannya dan
sebanding dengan kadar glukosa darah.
Glukosa + ATP → glukosa-6-fosfat + ADP
Glukosa-6-fosfat + NADP → 6-fosfoglukonat + NADPH
2.1.6 Tanda dan Gejala Diabetes mellitus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang penderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula darah mencapai nilai 160-180 mg/dl dan air seni penderita kencing manis
yang mengandung gula, sehingga urin sering dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita yaitu:
a. Jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b. Sering atau cepat merasa haus (Polydipsia)
8
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d. Frekuensi urin meningkat (Glycosuria)
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f. Kesemutan atau mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki
g. Cepat lelah dan lemah disetiap waktu
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i. Apabila luka atau tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat
berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan,
terutama padaseorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain
halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita
kencing manis.
Penyebab Diabetes mellitus
Penyebab DM dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu:
a. Ketidakseimbangan suhu
b. Ketidakseimbangan angin (misal faktor genetik, trauma, infeksi, tumor, kurang
olah raga, stress psikis)
c. Toksoid (misal pola hidup dan pola makan yang salah). Toksoid, menjadi penyebab
mayoritas DM di dunia. Ketiganya menyebabkan penurunan fungsi pankreas yang
berakibat rendahnya kualitas dan kuantitas insulin yang dihasilkan.
2.1.7 Klasifikasi Diabets mellitus
DM diklasifikasikan menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. DM primer adalah
penyebabnya tidak diketahui pasti, ada dua jenis:
1. DM tipe 1/ autoimun DM (ada dua jenis : DM tergantung insulin dan DM tak
tergantung insulin)
9
2. DM tipe 2/ non autoimun DM (ada tiga jenis: yang tergantung insulin, yang tak
tergantung insulin dan yang menyerang anak muda/MODY)
DM sekunder adalah DM yang disebabkan oleh berbagai gangguan seperti penyakit
pankreas, abnormalitas hormon, obat-obatan.
abnormalitas reseptor insulin, genetis. Secara sederhana DM cukup dibagi 2 yang
tergantung insulin serta yang tidak tergantung insulin dan 90% diabetes adalah tipe
yang tidak tegantung insulin. Mulai terdeteksi rata-rata diatas umur 40 tahun,
terutama pada orang-orang yang kelebihan berat badan dan memiliki pola makan
yang salah
Komplikasi Diabetes mellitus
a) Nefropati Diabetik yakni penurunan fungsi ginjal dengan tanda awal
ditemukannya protein di urin, bisa mencapai 200 mg/menit (normal 15
mg/menit).tekanan darah naik secara bertahap. Muncul gejala gagal ginjal
kronis seperti mual, muntah, nafsu makan turun, gangguan konsentrasi hingga
gangguan kesadaran hingga koma , anemia, kejang dan perdarahan selaput
lendir mulut.
b) Neuropati Diabetik, kondisi rusaknya saraf dengan gejala kesemutan di kaki
dan tangan, berkurangnya sensasi terhadap getaran dan nyeri hingga tidak
sadar kalau kakinya tertusuk paku atau terluka, rasa panas seperti terbakar
diujung tubuh misal di kantong zakar, rasa nyeri seperti disayat di ujung jari
kaki, sulit membedakan temperatur panas dan dingin, otot lengan atas dan
tungkai atas lemah, mata jereng, disfungsi ereksi sementara atau menetap.
c) Retinopati Diabetik. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan mata
menjadi sembab. Penglihatan berangsur berkurang. Lensa mata menjadi keruh
atau katarak, pandangan berkabut, retina mata rusak.
d) Hipoglikemi. Kondisi sangatrendahnya kadar gula dalam darah di bawah 50
mg/dl dengan gejala keringat dingin di wajah, gemetar, lemas, lapar, mual,
tekanan darah turun, gelisah, jantung berdebar, sakit kepala, kesemutan di jari
tangan dan bibir yang bila tak segera diatasi bisa menyebabkan kejang dan
10
koma. Penyebab hipoglikemi adalah pemakaian obat diabet dengan dosis
tinggi, puasa terlalu lama, setelah minum obat tidak atau terlambat makan,
penggunaan obat diabet jangka lama pada manula tua sedang sakit berat,
gangguan fungsi ginjal, hepatitis berat, kadar insulin tinggi pada tumor.
Mengatasinya mudah, cukup minum manis, minum madu atau 2 sendok
makan glukosa murni.
e) Kelainan kulit. Indra perasa menjadi tumpul, tidak bisa merasakan merasakan
sesuatu, pasokan darah dan oksigen menurun sehingga luka mudah meluas
dan sulit sembuh. Muncul bentol kecil dimata kaki, kaki, lengan atas, timbul
gelembung di punggung atau telapak kaki. Muncul jaringan granulasi merah
di dada dan lengan atas.
2.1.8 Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Tes toleransi glukosa oral dilakukan pada kasus hiperglikemia yang tidak
jelas, glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126 mg/dl atau
bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada
penderita yang gemuk dengan riwayat keluarga DM, pada penderita penyakit
vaskular, atau neurologik atau infeksi yang tidak jelas sebabnya. TTGO juga dapat
diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan. Banyak diantara ibu-ibu yang sebelum
hamil menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada
waktu hamil. Penting untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme glukosa pada
waktu hamil.
2.2 Pengertian Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin
terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan
satu atom besi (Wikipedia, 2007).
11
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-
paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan
sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi.
Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul
hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat
rantai globin (Brooker, 2001).
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan
conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin
(tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini.
Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan
warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung
karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).
Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat
yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang
berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang
mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Shinta, 2005).
2.2.1 Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran
darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira
15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn,
2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar
hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan
12
batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam
Arisman, 2002).
Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl) Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0 Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0 Pria dewasa 13,0 Ibu hamil 11,0 Wanita dewasa 12,0 Sumber : WHO dalam arisman 2002
Batas Normal Kadar Hb Setiap Kelompok Umur
kelompok Umur Hb (gr/ 100ml)Anak 6 bulan sampai 6 tahun 11
6 – 14 tahun 12Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12Wanita hamil 11
Sumer : Depkes RI. 1999 (Zarianis,2006)
2.2.2 Guna Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru
untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen :
menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang
lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan
tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan
tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
2.2.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
13
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia
gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan
kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil
dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan
komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan
peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan
mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat
dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di
dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).
2. Metabolisme Besi dalam Tubuh
Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat
berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau
hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati,
limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu
bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang
merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan
nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat
badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis
dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi
cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme
besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,
penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).
14
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan bahan
Alat
-tes tube
-blood lancet
-kapas alcohol 70 %
-penangas air
-tabung reaksi
-alat glukotest (nesco)
-haemometer
Bahan
-zink sulfat 0,45 %
-NaOH 0,1 N
-k3Fe (CN)6 0,005 N
-KI
-asetil acid
-amilum
-Na2S2O3 0,005 N
-tricloroacetat
-serum sampel
-serum standar glukosa
-darah kapiler
-reagen ortotoluidin
15
3.2 Cara kerja
Pembuatan Larutan Standar Glukosa
1. Timbang 50 mg glukosa dan masukkan kedalam labu ukur 50 ml
2. Adkan dengan aquadest sampai tanda batas
Pemeriksaan gula darah (Metode orthotoluidin)
Zat Sampel Standar Blanko
Larutan tricloroasetat 1,0 ml 1,0 ml -
Serum sampel 0,1 ml - -
Standar glukosa - 0,1 ml -
Campurlah baik-baik dan sentrifuge 10 menit /500 rpm filtratnya pipetkan kedalam
tabung sebagai berikut :
Zat Sampel Standar Blanko
Filtrat serum sampel 0,5 ml - -
Filtrat standar glukosa - 0,5 ml -
Larutan tricloroasetat - - 0,5 ml
Pereaksi warna
ortotoluidin
3,0 ml 3,0 ml 3,0 ml
Campurkan baik – baik dan panaskan dalam air mendidih, kemudian segera
dinginkan , setelah dingin baca absorban dari sampel dan standar terhadap blanko.
absorbance maxsimun 630 nm dan filter 578 nm.
Uji glukosa darah metode enzimatis ( dengan alat glukotest nesco)
16
1. Jari tangan yang akan ditusuk ( jari 2,3,4) dipilih salah satu dan bersihkan
dengan alkohol 70 %, biarkan kering
2. Tusuk ujung jari dengan blood lancet, darah yang keluar pertama dihapus
dengan tissue dan darah selanjutnya dipakai untuk pemeriksaan dengan
memasukkan darah pada strip glukotes nesco, biarkan beberapa menit dan alat
akan terbaca secara otomatis.
Pemeriksaan Hemoglobin (Metode Sahli)
1. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N kedalam tabung pengencer hemometer
2. Isaplah darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 µl
3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet
4. Masukkan darah kedalam tabung pengencer homogenkan dengan cara
mengangkat pipet itu sedikit, lalu isap HCL yang jernih kedalam pipet 2 atau
3 kali untuk membersihkan darah yang masih tertinggal didalam pipet
5. Tambahkan setetes demi tetes aquadest , tiap kali diaduk dengan batang
pengaduk yang tersedia. dan warna yang terbentuk disamakan dengan standar
warna yang ada
6. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram / 100 ml darah.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
KEL Hb Ast As Cs Glukotest
112,3 g/dl
0,195 1,215 623,07122 mg/dl
14 g/dl 118 mg/dl
29,2 g/dl
0,268 1,017 379,4887 mg/dl
10,2 g/dl 90 mg/dl
39 g/dl
0,228 0,997 437,28137 mg/dl
8,2 g/dl 74 mg/dl
49,8 g/dl
0,198 1,039 524,7492 mg/dl
10,4 g/dl 118 mg/dl
512,6 g/dl
0,105 0,,785 747,61112 mg/dl
9,6 g/dl 155 mg/dl
Kadar gula darah metode enzimatis dengan glukotest :
kelompok IV:
Riyan Sulaiman ( 92 g/dl)
Andi Halim ( 118 g/dl)
Maulida Rahmi ( 118 g/dl)
Aldillah Nasriana Putri (92 g/dl)
Deswita Anggraini (91 g/dl)
Erine Febrian (91 g/dl)
4.2 Perhitungan
Cs = As/ Ast x (st) mg %
18
St =
50 ml/50 ml
100 ml/100ml
100 mg%
Kelompok I =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 1,215/ 0,195 x 100 mg % = 623,07 mg %
Kelompok II =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 1,017 / 0,268 x 100 mg % = 379,47 mg %
Kelompok III =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 0,997/ 0,228 x 100 mg % = 524 ,74 mg %
Kelompok IV =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 1,039 / 0,198 x 100 mg % = 524,74 mg %
Kelompok V =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 0,785 / 0,105 x 100 mg % = 747,61 mg %
4.3 Pembahasan
Gula darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan
monosakarida yang paling dominan dan digunakan sebagai bahan bakar. Kadar gula
darah bergantung pada waktu pengukuran (sebelum atau sesudah makan), jenis
makanan dan metode yang digunakan dalam pemeriksaanya.
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol, sistem
19
reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi
menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup yang cenderung mengacu pada gaya
hidup tidak sehat.
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang
bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi
mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila
levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk
waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan
masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan
diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Peningkatan rasio gula
darah disebabkan karena terjadi percepatan laju metabolisme glikogenolisis dan
glukoneogenesis yang terjadi pada hati.
Pada praktikum dilakukan pemeriksaan glukosa darah dengan menggunakan sampel
darah kapiler dan serum sampel darah yang telah ditambahkan dengan reagen kit
glukosa. Kadar glukosa serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan
terakhir) sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai >
126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200
mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit
yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)
akibat tubuh kekurangan insulin.
Pada praktikum ini , kami menggunakan gula darah sewaktu sebagai
pemeriksaan glukosa. Glukosa darah sewaktu adalah gula darah yang diambil pada
waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode non
enzimatis dan metode enzimatis. Metode non enzimatis salah satunya adalah dengan
metode ortotoluidin dan metode enzimatis dengan menggunakan glukotest (nesco).
Pada pemeriksaan glukosa darah non enzimatis ( metode ortotoluidin) pada
kelompok 4 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 524, 74 mg %. Sedangkan metode
20
enzimatis didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler yaitu 92 mg/dl
dan 118 mg/dl. Berdasarkan pada literature, metode non enzimatis kurang efektif
untuk menentukan kadar gula darah dikarenakan selain glukosa, zat-zat lain selain
glukosa ikut terbaca seperti fruktosa, laktosa, galaktosa dan vitamin C. Sedangkan
metode enzimatis spesifik untuk glukosa dan lebih teliti . Pada praktikum ini, metode
enzimatis didapatkan kadar yang normal pada glukosa darah sewaktu dan adanya
glukosa yang normal .Hal ini menunjukkan bahwa praktikan tersebut tidak ditemukan
indikasi penyakit diabetes mellitus, karena kadar glukosa darah sewaktu tidak ≥ 200
mg/dl.
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan at as pembentukan hematin asam
setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan
aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel
dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%,
sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.
Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi
yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual
cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara
Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin
asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin . Selain itu
alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga
ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.
Pada praktikum ini, kami memeriksa hb dengan metode sahli, dan didapatkan
kadar Hb yaitu Aldillah nasriana putri yaitu 9,8 g/dl dan erine febrian yaitu 10,4
g/dl. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan kadar Hb yang kurang normal. (pada
wanita normal 12 -14 g/dl). Hal ini belum tentu bahwa kedua praktikan kekurangan
hb. Faktor yang mempengaruhi adalah metode pemeriksaan yang digunakan bahwa
metode sahli membuktikan bahwa ketelitian hanya ±10%. Cara sianmethemoglobin
adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium
karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada
21
cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini
ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil
sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin
tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih
tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl. Kemudian kadar
hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 -
12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas
kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada
pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita
dewasa antara 12 - 14 d/dl, Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk
batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl, Pada keadaan fisiologik kadar
hemoglobin dapat bervariasi.
Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar hemoglobin kira-
kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat setinggi permukaan laut.
Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini tergantung dari lamanya anoksia, juga
tergantung dari respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat
menaikkan kadar hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah
eritrosit yang tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena
hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar
hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar hemoglobin lebih
tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah dilaporkan oleh beberapa
peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah pada sore hari.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol;
sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan.
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme dengan kadar gula darah yang tinggi.
Dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan
tubuh.
Pada pemeriksaan glukosa darah non enzimatis ( metode ortotoluidin) pada
kelompok 4 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 524, 74 mg %. Sedangkan
metode enzimatis didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler
yaitu 92 mg/dl dan 118 mg/dl dan kadar yang normal pada glukosa darah
sewaktu dan adanya glukosa yang normal .Hal ini menunjukkan bahwa
praktikan tersebut tidak ditemukan indikasi penyakit diabetes mellitus, karena
kadar glukosa darah sewaktu tidak ≥ 200 mg/dl.
Cara sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metode ini berdasarkan
kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hemati asam itu
bukanlah merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat
distandarkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua macam hb diubah
menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan
sulfahemoglobin.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Buku Penuntun Praktikum Patologi Klinik. UHAMKA Press.
Ganong w. 2003. Fisiologi kedokteran edisi 14. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.
Girindra a. 1993. Biokimia. Jakarta: pt. Gramedia pustaka utama.
K. Murray dan robert, dkk. 2003. Biokimia harper. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.
Lehninger al. 1982. Dasar-dasar biokimia jilid 1. Suhartono mt, penerjemah. Jakarta: erlangga.
Ophart c.e. 2003 .virtual chembook. Jakarta: elmhurst college.
Poedjiadi a. 1994. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: penerbit ui-press.
Sloane e. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Penerbit buku. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.
Sudarmaji, s, dkk. 1989. Analisa bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta: penerbit liberty.
Winarno. 2002. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: pt. Gramedia pustaka utama.
24
LAMPIRAN
25
Alat Hb metode sahli
Pemeriksaan Glukosa Metode Ortotoluidin
26
Alat Glukotest (Nesco)
Recommended