23
FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU Lisa Ambalinggi 10-2012-032 Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta Jln. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat, 11470 [email protected] Abstrak Glukosa merupakan sumber energi bagi sel manusia dengan kadar normal di dalam darah < 145 mg/dL untuk gula darah sewaktu menurut alat Accu-Check Active. Adanya peningkatan terhadap kadar glukosa dalam tubuh berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus. Peningkatan kadar gula darah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal dan eksternal. Dengan faktor internal terdiri dari penyakit dan stress, obesitas, makanan/asupan makan, jumlah latihan fisik/olahraga yang dilakukan dan faktor eksternal berupa pendidikan dan pengetahuan. Diperkirakan lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes dimana hampir 80% kematian karena diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diabetes tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan dengan diet yang baik, olahraga yang teratur, dan obat-obatan. Kata kunci : kadar gula darah, faktor internal, faktor eksternal, diabetes melitus Abstract Glucose have been proved to be the main resource of energy for human cells. According to the research, normal level of blood glucose supposed to be below 145 mg/dL, often checked using Accu-Check Active. The increase of glucose level on blood flows are often associated with Diabetes Melitus. The increase of glucose level are influenced by 2 different 1

Kadar glukosa darah sewaktu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas SPSS

Citation preview

Page 1: Kadar glukosa darah sewaktu

FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU

Lisa Ambalinggi

10-2012-032

Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta

Jln. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat, 11470

[email protected]

Abstrak

Glukosa merupakan sumber energi bagi sel manusia dengan kadar normal di dalam

darah < 145 mg/dL untuk gula darah sewaktu menurut alat Accu-Check Active. Adanya

peningkatan terhadap kadar glukosa dalam tubuh berhubungan dengan penyakit Diabetes

Melitus. Peningkatan kadar gula darah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor

internal dan eksternal. Dengan faktor internal terdiri dari penyakit dan stress, obesitas,

makanan/asupan makan, jumlah latihan fisik/olahraga yang dilakukan dan faktor eksternal

berupa pendidikan dan pengetahuan. Diperkirakan lebih dari 346 juta orang di seluruh

dunia mengidap diabetes dimana hampir 80% kematian karena diabetes terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah. Diabetes tidak dapat disembuhkan tapi dapat

dikendalikan dengan diet yang baik, olahraga yang teratur, dan obat-obatan.

Kata kunci : kadar gula darah, faktor internal, faktor eksternal, diabetes melitus

Abstract

Glucose have been proved to be the main resource of energy for human cells.

According to the research, normal level of blood glucose supposed to be below 145 mg/dL,

often checked using Accu-Check Active. The increase of glucose level on blood flows are

often associated with Diabetes Melitus. The increase of glucose level are influenced by 2

different factors; internal and external factors. Internal factors inlcludes stress, diseases,

obesity, food, and exercises; while external factors includes education and awareness.

According to statistics there are 346 million people suffer from Diabetes, and 80% of the

diseases’ mortality rate came from third world countries. Diabetes cannot be cured.

However, the effect can be controlled with a well planned diet, regular exercise, and

prescribed medicines.

Keywords : blood glucose level, internal factors, external factors, diabetes melitus

1

Page 2: Kadar glukosa darah sewaktu

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel manusia. Berasal dari dalam

darah yang memiliki zat glukosa yang digunakan untuk dibakar agar mendapatkan energi

atau kalori. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Menurut

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun 2006, kadar glukosa darah puasa

yang berkisar 80-100 mg/dL dinyatakan normal. Seseorang dikatakan menderita Diabetes

Melitus (DM) jika memiliki kadar glukosa darah puasa ≥ 126mg/dL. Tingginya kadar glukosa

dalam tubuh menimbulkan terjadinya penyakit diabetes melitus yang ditandai dengan

naiknya kadar glukosa darah melebihi 200 mg/dL karena terdapatnya gangguan pada

kelenjar pankreas dan insulin yang dihasilkan baik secara kuantitas maupun kualitas.1

Berdasarkan survery WHO (World Health Organisation), jumlah penderita diabetes

menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM

khususnya DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Diperkirakan lebih dari 346 juta orang

seluruh dunia mengidap diabetes dan Associatiion of Southeast Asian Nations (ASEAN)

19,4 juta pada tahun 2010. Hampir 80 % kematian diabetes terjadi di negara berpenghasilan

rendah dan menengah.2

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Departemen Kesehatan,

menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9%.

Prevalensi DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013).

Prevalensi tertinggi DM yang telah didiagnosis oleh dokter terdapat di DI Yosyakarta (2,6%),

DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,3%). Hal ini menunjukkan bahwa Sulawesi Utara

merupakan salah satu provinsi dengan angka prevalensi DM Tertinggi.3

DM tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan melalui diet,

olahraga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan

pengendalian DM yang baik yang mempunyai sasaran dengan kriteria nilai baik. Namun

demikian pada kenyataannya hingga saat ini harapan tersebut belum dapat tercapai karena

terbukti angka kejadian diabetes melitus masih tetap tinggi. Beberapa faktor di anggap

berhubungan dengan kadar glukosa darah, di mana faktor tersebut terbagi atas fakto

rinternal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa penyakit dan stress, obesitas,

makanan/asupan makan, jumlah latihan fisik/olahraga yang dilakukan dan faktor eksternal

berupa pendidikan dan pengetahuan.

2

Page 3: Kadar glukosa darah sewaktu

Pada penderita diabetes yang mengalami stress dapat merubah pola makan, latihan,

penggunaan obat yang biasanya dipatuhi, dan hal tersebut bisa menyebabkan

hiperglikemia. Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan stress ditandai dengan peningkatan

kadar gula darah yang secara umum sebanding dengan beratnya stress. Selain itu, stress

memicu terjadinya reaksi biokimia dalam tubuh melalui 2 jalur yaitu neural dan

neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stres adalah terjadinya sekresi sistem saraf

simpatis yang menyebabkan ujung saraf mengeluarkan neuroepinefrin untuk meningkatkan

frekuensi jantung. Bila stress menetap, respon stress akan melibatkan hipotalamus pitutari

dimana hipotalamus mensekresi corticotropin releasing factor yang menstimulasi pitutari

anterior untuk memproduksi adenocorticotropic hormone (ACTH).

Obesitas artinya berat badan berlebih minimal sebanyak 20% dari berat badan

idaman. Individu dengan diabetes melitus tipe 2 diketahui 80% di antaranya adalah obesitas.

Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target sel di seluruh tubuh kurang sensitif dan

jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan. Penelitian

menurut Sunjaya (2009) menemukan bahwa individu yang mengalami obesitas mempunyai

risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes melitus. Obesitas merupakan salah satu

faktor risiki diabetes melitus karena disebabkan meningkatnya Asam Lemak atau Free Fatty

Acid (FFA) dalam sel sehingga menurunkan translokasi transporter glukosa ke membran

plasma dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin.4

Hiperglikemia yang terjadi setelah makan akan meningkatkan konsentrasi malonil

koA di dalam sel β. Melonil koA menghambat karnitin palmitoil transferase-1 dan

mengganggu transport asil koA lemak ke dalam mitokondria di mana ia akan dioksidasi

melalui siklus Krebs. Di dalam makanan yang dikonsumsi terkandung karbohidrat, lemak,

dan protein. Mempertahankan kadar gula darah agar mendekati nilai normal dapat dilakukan

dengan asupan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan karena makan yang berbeda

dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kadar gula darah. 5

Sementara untuk faktor eksternal seperti pendidikan, mempunyai kaitan yang tinggi

terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan

berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan pengendalian terhadap kadar

glukosa darah agar tetap stabil. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan

memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang

tersebut. Dengan adanya pengetahuan yang cukup, orang akan memiliki kesadaran untuk

menjaga kesehatannya. Pada pasien Diabetes melitus misalnya, dengan pengetahuan yang

3

Page 4: Kadar glukosa darah sewaktu

baik, pasien akan mampu melakukan pengendalian kadar glukosa darah dengan baik jika

didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Melitus baik tanda dan gejala

maupun penanganannya.6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, di rumuskan masalah dari

penelitian yang dilakukan, yaitu :

a. Adakah hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kadar gula darah

sewaktu ?

b. Adakah hubungan antara tinggi badan dan berat badan dengan kadar gula

darah sewaktu ?

c. Adakah hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula darah sewaktu ?

d. Bagaimana cara membuktikan bahwa ada hubungan antara usia, jenis

kelamin, tinggi badan, berat badan, dan aktifitas fisik dengan kadar gula darah

sewaktu ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah usia, jenis kelamin, tinggi

badan, berat badan, dan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap kadar gula darah

sewaktu.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui adanya hubungan antara usia dengan kadar gula darah

sewaktu

b. Untuk mengetahui adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kadar gula

darah sewaktu

c. Untuk mengetahui adanya hubungan antara tinggi badan dengan kadar gula

darah sewaktu

d. Untuk mengetahui adanya hubungan antara berat badan dengan kadar gula

darah sewaktu

e. Untuk mengetahui adanya hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula

darah sewaktu.

4

Page 5: Kadar glukosa darah sewaktu

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yaitu melalui penelitian ini kita dapat menambah

pengetahuan dengan mengetahui adanya hubungan antara usia, jenis kelamin, tinggi

badan, berat badan, dan aktifitas fisik dengan kadara gula darah sewaktu. Dengan

mengetahui pengaruh dari faktor-faktor tersebut, bisa digunakan untuk menjaga kesehatan

dan menjaga kadar gula darah agar tetap normal.

5

Page 6: Kadar glukosa darah sewaktu

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Kadar Gula Darah

Glukosa merupakan senyawa organik yang mempunyai banyak manfaat terutama

sebagai sumber energi. Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon.

Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan

sekresi insulin dan pengurangan glukagon, begitu pun sebaliknya.

Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat dilakukan

oleh tubuh dengan mempertahankan homeostatis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu bila

glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan memecah

glikogen hati. Dan sebaliknya, bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan

di bawa hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi glukogen

otot. Adanya kadar glukosa yang tidak terkendali akan lebih mudah untuk menjadi tempat

tumbuh dan berkembangnya bakteri dibanding penderita dengan kadar glukosa darah yang

terkendali dan pada orang yang tidak menderita DM. tingginya kadar glukosa darah pada

luka kaki akan sangat menyulitkan penyembuhan.7

2.1.2 Jenis Kelamin/ Sex

Prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita

lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang pengingkatan

indeks massa tubuh yang lebih besar. Sindroma sikslus bulanan (premenstrual syndrome).

Pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah teakumulasi akibat

proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes melitus tipe 2.

2.1.3 Umur

Studi yang dilakukan Sunjaya (2009) menemukan, bahwa kelompok umur paling

banyak menderita diabetes melitus adalah kelompok umur 45-52 tahun. Prevalensi DM akan

meningkat seiring dengan makin meningkatnya umu, hingga kelompok usia lanjut. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian Wild, dkk (2004) tentang prevalensi DM secara global

yang menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, semakin tinggi pula prevalensi DM

yang ada. Peningkatan risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari

6

Page 7: Kadar glukosa darah sewaktu

40 tahun disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi

glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas

dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat

penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35 %. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30 % dan memicu terjadinya resistensi insulin.

Selain itu usia juga mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Kemampuan pasien untuk

berpikir kritis pun semakin meningkat secara teratur selama usia dewasa.8

2.1.4 Tinggi Badan dan Berat Badan

Tinggi badan dan berat badan erat kaitannya dengan Indek Massa Tubuh (IMT).

Dimana untuk mnghitung IMT menggunakan rumus Berat Badan/ Tinggi Badan2 (m).

Menurut penilitian Rosalina tahun 2008 didapatkan bahwa IMT memiliki hubungan signifikan

yang bernilai positif dengan kadar glukosa darah sewaktu. Hal ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan di Goyang, Korea, didapatkan bahwa terjadinya peningkatan

kadar glukosa darah seiring dengn peningkatan indeks massa tubuh.

2.1.5 Aktifitas fisik

Aktivitas fisik merupakan intervensi yang baik untuk mengontrol kadar gula darah

melalui peningkatan aksi insulin. Latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan mutu

pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasuk meningkatkan

kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa. Glukosa akan diubah menjadi energi

pada saat beraktivitas fisik dimana saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan

pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menyebabkan

penurunan glukosa darah. Selain itu dengan latihan fisik dapat menurunkan berat badan,

meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan respirasi, menurunkan LDL dan meningkatkan HDL

sehingga mencegah penyakit jantung koroner apabila latihan fisik dilakukan secara teratur.

Sementara pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh

tidak dibakar tetapi ditumbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. 9,10

2.2 Kerangka Konsep

7

Page 8: Kadar glukosa darah sewaktu

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Adanya hubungan antara jenis kelamin/ sex dengan kadar gula darah sewaktu

b. Adanya hubungan antara usia dengan kadar gula darah sewaktu

c. Adanya hubungan antara tinggi badan dan berat badan dengan kadar gula

darah sewaktu

d. Adanya hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula darah.

BAB 3

8

Kadar Gula Darah Sewaktu

Jenis Kelamin

Usia

Tinggi BadanBerat Badan

Aktifitas fisik

Page 9: Kadar glukosa darah sewaktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Data yang telah

didapatkan, kemudian dikumpulakan lalu diolah dengan cara Chi Square dan Kolmogorov-

Smirnov Dua Sampel dengan menggunakan sistem komputerisasi. Dengan variabel

dependen adalah kadar glukosa darah dan variabel independennya adalah jenis

kelamin/sex, umur, tinggi badan, berat badan, dan akitifitas fisik.

3.2 HASIL PENELITIAN

3.2.1 Analisis Univariat

a. Usia

Tabel 1. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Usia

Frequency PercentValid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

<45 59 53,6 53,6 53,6

>45 51 46,4 46,4 100,0

Total 110 100,0 100,0

Tabel 1 menunjukkan dari 110 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian, yang

berusia < 45 tahun sebanyak 59 pasien (53,6%) dan yang berusia >45 sebanyak 51 pasien

(46,4%).

b. Jenis Kelamin

Tabel 2. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid perempuan 65 59,1 59,1 59,1

laki-laki 45 40,9 40,9 100,0

Total 110 100,0 100,0

9

Page 10: Kadar glukosa darah sewaktu

Tabel 2 menunjukkan dari 110 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian, yang

berjenis kelamin perempun terdiri dari 65 pasien (59,1%) dan yang berjenis kelamin laki-laki

terdiri dari 45 pasien (40,9%).

c. Tinggi Badan

Tabel 3. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Tinggi Badan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid

<158 64 58,2 58,2 58,2

>158 46 41,8 41,8 100,0

Total 110 100,0 100,0

Tabel 3 menunjukkan dari 110 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian, yang

memiliki tinggi badan <158 cm sebanyak 64 pasien (58,2%) dan yang memiliki tinggi badan

>158 cm sebanyak 46 pasien (41,8%).

d. Berat Badan

Tabel 4. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Berat Badan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid

<65 70 63,6 63,6 63,6

>65 40 36,4 36,4 100,0

Total 110 100,0 100,0

Tabel 4 menunjukkan dari 110 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian, yang

memiliki berat badan <65 kg sebanyak 70 pasien (63,6%) dan yang memiliki berat badan

>65 kg sebanyak 40 pasien (36,4%).

e. Gula Darah Sewaktu

10

Page 11: Kadar glukosa darah sewaktu

Tabel 5. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Kadar Gula

Darah

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid

<145 95 86,4 86,4 86,4

>145 15 13,6 13,6 100,0

Total 110 100,0 100,0

Tabel 5 menunjukkan dari 110 pasien yang ikut berpartisipasi dalam penelitian,

pasien yang memiliki kadar gula darah <145 mg/dL sebanyak 95 pasien (86,4%) dan yang

memiliki kadar gula darah >145 mg/dL sebanyak 15 pasien (15%).

f. Aktifitas Fisik

Tabel 6. Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Aktifitas Fisik

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid

rendah 12 10,9 10,9 10,9

sedang 43 39,1 39,1 50,0

tinggi 55 50,0 50,0 100,0

Total 110 100,0 100,0

Tabel 6 menunjukkan dari 110 pasien yang ikut berpartisipasi dalam penilitian,

pasien yang memiliki aktivitas fisik rendah sebanyak 12 pasien (10,9%), aktifitas fisik sedang

43 pasien (39,1%), aktifitas fisik tinggi 55 pasien (50,0 %).

3.2.2 Analisis Bivariat

11

Page 12: Kadar glukosa darah sewaktu

a. Hubungan Antara Usia dan Kadar Glukosa Darah

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11,345a 1 ,001

Continuity Correctionb 9,546 1 ,002

Likelihood Ratio 12,258 1 ,000

Fisher's Exact Test ,001 ,001

Linear-by-Linear

Association11,242 1 ,001

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,95.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan : Karena nilai EC yang < 5 = 0% maka syarat uji Chi square terpenuhi.

Didapat p =0,001 interpretasinya karena p < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan

antara umur dan kadar gula darah sewaktu.

b. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Kadara Gula Darah

Crosstabulation

12

Crosstabulation

Count

indeksgds Total

<145 >145

IndeksUmur <45 57 2 59

>45 38 13 51

Total 95 15 110

Page 13: Kadar glukosa darah sewaktu

Count

indeksgds

Total<145 >145

sex perempuan 56 9 65

laki-laki 39 6 45

Total 95 15 110

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,006a 1 ,939

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,006 1 ,939

Fisher's Exact Test 1,000 ,586

Linear-by-Linear

Association,006 1 ,939

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,14.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan : Karena nilai EC < 5 = 0% maka syarat uji Chi square terpenuhi.

Didapat p = 0,939, interpretasinya, karena p > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dan kadar gula darah sewaktu.

c. Hubungan Antara Tinggi Badan dan Kadar Gula Darah Sewaktu

Crosstabulation

13

Page 14: Kadar glukosa darah sewaktu

Count

indeksgds

Total<145 >145

IndeksTB <158 54 10 64

>158 41 5 46

Total 95 15 110

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,514a 1 ,473

Continuity Correctionb ,189 1 ,663

Likelihood Ratio ,525 1 ,469

Fisher's Exact Test ,579 ,336

Linear-by-Linear

Association,509 1 ,475

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,27.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan : karena nilai EC <5 = 0%, maka syarat uji Chi-Square terpenuhi.

Didapat p = 0,473, interpretasiny, karena p > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan

antara tinggi badan dan kadar gula darah sewaktu.

d. Hubungan Antara Berar Badan dan Kadar Gula Darah Sewaktu

14

Page 15: Kadar glukosa darah sewaktu

Crosstabulation

Count

indeksgds

Total<145 >145

IndeksBB <65 61 9 70

>65 34 6 40

Total 95 15 110

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,099a 1 ,753

Continuity Correctionb ,001 1 ,979

Likelihood Ratio ,098 1 ,754

Fisher's Exact Test ,778 ,482

Linear-by-Linear

Association,098 1 ,754

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,45.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan : karena nilai EC < 5 = 0% maka syarat uji Chi-Square terpenuhi.

Didapat p = 0,753, interpretasinya, karena p > 0,05 maka tidak ada hubungan yang

siginfikan antara berat badan dan kadar gula darah sewaktu.

e. Hubungan Antara Aktifitas Fisik dan Kadar Gula Darah Sewaktu

15

Page 16: Kadar glukosa darah sewaktu

Crosstabulation

Count

indeksgds

Total<145 >145

Aktivitas

fisik

rendah 2 10 12

sedang 39 4 43

tinggi 54 1 55

Total 95 15 110

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 56,706a 2 ,000

Likelihood Ratio 40,203 2 ,000

Linear-by-Linear

Association37,036 1 ,000

N of Valid Cases 110

a.1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,64.

Keterangan : karena nilai EC < 5 = 16,7% maka syarat uji Chi-Square terpenuhi. Pada

hasil perhitungan, p = 0,000, interpretasinya karena p < 0,05 maka terdapat hubungan yang

signifikan antara aktifitas fisik dan kadar gula darah sewaktu.

BAB 4

16

Page 17: Kadar glukosa darah sewaktu

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas, di peroleh kesimpulan :

a. Terdapat hubungan antara usia dengan kadar gula darah sewaktu. Yang berarti

hipotesis diterima

b. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kadar gula darah sewaktu.

Yang berarti hipotesis ditolak.

c. Tidak terdapat hubungan antara tinggi badan dengan kadar gula darah sewaktu.

Yang berarti hipotesis ditolak.

d. Tidak terdapat hubungan antara berat badan dengan kadar gula darah sewaktu.

Yang berarti hipotesis ditolak.

e. Terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan kadar gula darah sewaktu. Yang

berarti hipotesis diterima.

4.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian tentang beberapa faktor yang anggap berhubungan

dengan kadar gula darah sewaktu, maka disarankan kepada para pasien yang memiliki

kadar gula darah yang normal agar tetap berusaha mempertahankan kadar gula darahnya

sementara bagi pasien dengan kadar gula darah di atas normal sebaiknya memperhatikan

nutrisi dan rajin berolahraga. Tidak lupa untuk tetap meminum obat dengan teratur sesuai

dengan saran dokter.

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: Kadar glukosa darah sewaktu

1. Lestari DD, Purwanto DS, Kaligis SHM. Gambaran kadar glukosa darah puasa pada

mahasiswa angkatan 2011 fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan

indeks massa tubuh 18,5-22,9 kg/m2. Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 1; 2013.p. 991

2. Mihardja L. Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada

penderita diabetes melitus di perkotaan Indonesia. Maj. Kedokteran Indonesia. Vol

59; 2009. p.419

3. Amir SMJ, Wunguouw H, Pangemanan D. Kadar glukosa darah sewaktu pada

pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal e-Biomedik.

Vol.3; 2015.p.33

4. Trisnawati SK, Soedijono Setyorogo. Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe II

Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah

Kesehatan. Ed.5; 2013.p.9

5. Dewi M. Resistensi insulin terkait obesitas: mekanisme endokrin dan intrinsik sel.

Jurnal Gizi dan Pangan. Ed.2; 2007.p.50

6. Maidina TS, Djallalluddin, Yasmina A. Hubungan kadar HbA1c dengan kejadian kaki

diabetika pada pasien diabetes melitus di RSUD Ulin Banjarmasin april-september

2012. Berkala Kedokteran.vol.9; 2013.p.213

7. Kekenusa JS. Ratag BT. Wuwungan G. Analisis hubungan antara umur dan riwayat

keluarga menderita dm dengan kejadian penyakit dm tipe 2 pada pasien rawat jalan

di poliklinik penyakit dalam RSUP Prof. Dr. R.d Kondou Manado. Jurnal Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. 2013.p.4

8. Habibi, Hendra, Hidayah MN. Pengaruh pemberian edukasi terhadap tingkat

pengetahuan perawat dalam aplikasi modern dressing pada luka diabetes melitus di

RSUD Pemangkat pada luka diabetes melitus di RSUD Pemangkat Kabupaten

Sambas Kelimantan Barat. Naskah Publikasi Program Studi Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak; 2015

9. Indriyani P, Supriyatno H, Santoso A. Pengaruh latihan fisik; senam aerobik terhadap

penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Wilayah

Puskesmas Bukateja Purbalingga. Media Ners. Vol.1; 2007.p90

10. Awad N. Langi YA. Pandelaki K. Gambaran faktor resiko pasien diabetes melitus tipe

II di Poliklinik Endokrin Bagian/Smf Fk-Unsrat RSU Prof. Dr. R.d Kondou Manado

Periode mei 2011- oktober 2011. Jurnal e-biomedik (eBM) vol. 1; 2013.p.46

18