View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MENINGKATKAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA
KRAMA ALUS DENGAN MEDIA SOSIAL
BAGI SISWA KELAS X RA
DI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
Rahayu Nur Istiana,S.Pd.
NIP 198404152010012035
SMK NEGERI 2 KARANGANYAR
KARANGANYAR
2015
LAPORAN HASIL PNELITIAN ILMIAH
ii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian: MENINGKATKAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA
KRAMA ALUS DENGAN MEDIA SOSIAL BAGI
SISWA KELAS X RA DI SMK NEGERI 2
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015
2. Peneliti Utama
a. Nama Lengkap : Rahayu Nur Istiana, S.Pd.
b. NIP : 19840415 201001 2 035
c. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tingkat I/III b
d. Jabatan : Guru Pertama
e. Sekolah : SMK Negeri 2 Karanganyar
f. Jumlah Peneliti : 1 orang
g. Lama Penelitian : 4 bulan
h. Dari bulan : Januari 2015
i. Sampai bulan : April 2015
j. Sumber dana : Swadana
Karanganyar, 11 April 2015
Mengetahui, Peneliti, Kepala Sekolah SMK N 2 Karanganyar
Drs. Wahyu Widodo,M.T Rahayu Nur Istiana,S.Pd.
NIP 19601019 199412 1 001 NIP 19840415 2010 01 2 035
iii
P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K A R A N G A N Y A R
D I N A S P E N D I D I K A N P E M U D A D A N O L A H R A G A
S M K N E G E R I 2 K A R A N G A N Y A R
Alamat : Jl. Yos Sudarso, Bejen, Telp. 0271 494549, Fax. 0271 6498171,
Karanganyar 57716
Email : smkn2kra@yahoo.co.id Website www.smkn2kra.sch.id
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Nomor:
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Drs. Wahyu Widodo, M.T.
NIP : 19601019 199412 1 001
Jabatan : Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar
Memberikan pernyataan keaslian pada penelitian dan semua bukti fisik kepada:
Nama : Rahayu Nur Istiana, S.Pd.
NIP : 19840415 201001 2 035
Jabatan : Guru Madya
Dengan judul: “Meningkatkan Penggunaan Bahasa Jawa Krama Alus
dengan Media Sosial bagi Siswa Kelas XRA di SMK Negeri 2 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Demikian surat keterangan ini kami buat dan disampaikan kepada yang
bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Karanganyar, November 2015
Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar
Drs. Wahyu Widodo, M.T.
NIP. 19601019 199412 1 001
mailto:smkn2kra@yahoo.co.idhttp://www.smkn2kra.sch.id/
iv
P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K A R A N G A N Y A R
D I N A S P E N D I D I K A N P E M U D A D A N O L A H R A G A
S M K N E G E R I 2 K A R A N G A N Y A R
Alamat : Jl. Yos Sudarso, Bejen, Telp. 0271 494549, Fax. 0271 6498171,
Karanganyar 57716
Email : smkn2kra@yahoo.co.id Website www.smkn2kra.sch.id
SURAT PERNYATAAN BELUM PERNAH DINILAIKAN
Nomor:
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Drs. Wahyu Widodo, M.T.
NIP : 19601019 199412 1 001
Jabatan : Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar
Memberikan pernyataan bahwa laporan hasil penelitian ini belum pernah
dinilaikan untuk penambahan Penilaian Angka Kredit, kepada:
Nama : Rahayu Nur Istiana, S.Pd.
NIP : 19840415 201001 2 035
Jabatan : Guru Madya
Dengan judul: “Meningkatkan Penggunaan Bahasa Jawa Krama Alus
dengan Media Sosial bagi Siswa Kelas XRA di SMK Negeri 2 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Demikian surat keterangan ini kami buat dan disampaikan kepada yang
bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Karanganyar, November 2015
Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar
Drs. Wahyu Widodo, M.T.
NIP. 19601019 199412 1 001
mailto:smkn2kra@yahoo.co.idhttp://www.smkn2kra.sch.id/
v
P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K A R A N G A N Y A R
D I N A S P E N D I D I K A N P E M U D A D A N O L A H R A G A
S M K N E G E R I 2 K A R A N G A N Y A R
Alamat : Jl. Yos Sudarso, Bejen, Telp. 0271 494549, Fax. 0271 6498171,
Karanganyar 57716
Email : smkn2kra@yahoo.co.id Website www.smkn2kra.sch.id
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ima Aryani Inprasetyawati, S.Pd.
NIP : -
Pangkat/Golongan Ruang/TMT : - / -
Jabatan : Pengelola Perpustakaan
Unit Kerja : SMK Negeri 2 Karanganyar
Menyatakan bahwa:
Nama : Rahayu Nur Istiana,S.Pd.
NIP : 1984 04152010012035
Pangkat/Golongan/TMT : Penata Muda Tingkat I / III b
Jabatan : Guru Pertama
Unit Kerja : SMK Negeri 2 Karanganyar
Telah mempublikasikan makalah hasil penelitian dalam rangka Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan di Perpustakaan SMK Negeri 2 Karanganyar sebagai
arsip dan refernsi bacaan dengan judult:
No Jenis Karya Nama Judul Nomor
Katalog
1 Laporan
Penelitian
Meningkatkan Penggunaan Bahasa
Jawa Krama Alus dengan Media Sosial
Bagi Siswa Kelas X RA di SMK Negeri
2 Karanganyar Tahun Pelajaran
2014/2015
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya
Karanganyar, November 2015
Pengelola Perpustakaan
Ayu Fenny Primadani P.,S.Hum.
NIP -
mailto:smkn2kra@yahoo.co.idhttp://www.smkn2kra.sch.id/
vi
ABSTRAK
Rahayu Nur Istiana,S.Pd. NIP 198404152010012035 . MENINGKATKAN
PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA ALUS BAGI SISWA KELAS X
RA DI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN
2014/2015. Laporan hasil penelitian ilmiah. April 2015.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) bentuk penggunaan
bahasa Jawa di media sosial; dan (2) keefektifan media sosial dalam
meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus.
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Sumber data berupa dokumen, yaitu pemakaian bahasa Jawa krama alus di media
sosial dari Januari sampai April 2015. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan teknik mencatat dokumen dan kuesioner/angket. Penentuan sampel
dilakukan dengan purposive sampling. Uji validitas data menggunakan triangulasi
teori dan triangulasi metode. Teknik analisis data dengan menggunakan model
analisis mengalir.
Hasil penelitian ini adalah: (1) bentuk penggunaan bahasa Jawa di media
sosial berupa kalimat atau ukara dikelompokkan menjadi yaitu: (a) ragam krama,
seperti mung ngomong kok mas, sing paling ganteng teng kelas XRA niku Hery
Setya mas, haha, kug iso dijenengi bedol comp jar? ; (b) ragam ngoko, seperti
Ayo monggo poro sedherek. Sakniki sampun diwiwiti usaha service komputer
ingkang namine "bedol comp"; tilem wonten griyo bu. hehehe. (2) keefektifan
media sosial dalam meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus bagi siswa
kelas X RA, yaitu sangat efektif dalam hal: (a) membantu siswa dalam
meningkatkan pemakaian bahasa Jawa krama alus dengan meningkatnya
kompetensi memahami, berbicara, membaca, dan menulis bahasa Jawa pada
siswa; (b) membantu siswa untuk terbiasa menggunakan bahasa Jawa ngoko,
khususnya krama dalam berkomunikasi dengan guru atau orang yang lebih
tua/dihormati; (c) meningkatkan sikap positif remaja terhadap bahasa Jawa yang
dimasukkan ke kurikulum sekolah; (d) meningkatkan penggunaan bahasa Jawa
krama alus oleh siswa di media sosial; dan (e) meningkatkan kepedulian siswa
dalam meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus.
https://www.facebook.com/herysetya11https://www.facebook.com/herysetya11
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Banyak hambatan dan kesulitan dapat teratasi berkat bantuan dari berbagai
pihak. Atas segala bentuk bantuan tersebut, peneliti sampaikan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Drs. Wahyu Widodo, MT, selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Karanganyar
yang telah memberikan izin dan memfasilitasi karya ilmiah ini
2. Anak-anakku kelas XRA yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan
penulisan Karya ilmiah ini
3. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti
sebutkan satu per satu.
Akhirnya, peneliti berharap semoga Karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi para pembaca.
Karanganyar, April 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...................................... iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN BELUM PERNAH DINILAIKAN .. iv
HALAMAN SURAT KETERANGAN ........................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ............................. 6
A. Kajian Teori ..................................................................................... 6
1. Hakikat Bahasa Jawa ................................................................... 6
2. Melestarikan Bahasa Jawa ........................................................... 10
3. Hakikat Media Sosial................................................................... 13
4. Hakikat Facebook ........................................................................ 14
B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 18
A. Objek dan Waktu Penelitian ............................................................ 18
B. Jenis Penelitian ................................................................................ 18
C. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 18
ix
D. Populasi Dan Sample ....................................................................... 19
E. Uji Validitas Data ............................................................................ 20
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 21
A. Bentuk Penggunaan Bahasa Jawa di Media Sosial ......................... 21
B. Keefektifan Media Sosial untuk Melestarikan Bahasa Jawa ........... 23
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................... 34
A. Simpulan .......................................................................................... 34
B. Implikasi .......................................................................................... 35
C. Saran ................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37
LAMPIRAN ..................................................................................................... 39
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi Kegiatan dan Waktu Penelitian.................................................. 18
2. Kemampuan Bahasa Jawa dan Bahasa lain. (Sebelum) ............................. 23
3. Kemampuan Bahasa Jawa dan Bahasa lain. (Setelah) ............................... 24
4. Penggunaan Bahasa Jawa di Sekolah. (sebelum) ....................................... 26
5. Penggunaan Bahasa Jawa di Sekolah. (setelah) ......................................... 26
6. Mengenai Pembelajaran Bahasa Jawa di sekolahn (sebelum) ................... 27
7. Mengenai Pembelajaran Bahasa Jawa di sekolahn (setelah) ..................... 27
8. Kemampuan Memahami dan Menggunakan Bahasa Jawa. (Sebelum) ..... 29
9. Kemampuan Memahami dan Menggunakan Bahasa Jawa. (Setelah) ....... 29
10. Mengenai Penggunaan Media Sosial di Kalangan Remaja/Pelajar
(sebelum) .................................................................................................... 30
11. Mengenai Penggunaan Media Sosial di Kalangan Remaja/Pelajar
(setelah) ...................................................................................................... 30
12. Mengenai Pendapat Penggunaan dan Pelestarian Bahasa Jawa.
(Sebelum) ................................................................................................... 31
13. Mengenai Pendapat Penggunaan dan Pelestarian Bahasa Jawa. (Setelah) 32
14. Deskripsi Data ............................................................................................ 39
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 17
2. Gambar Wawancara dengan Orang Tua .................................................... 63
3. Gambar Wawancara Responde .................................................................. 64
4. Gambar Wawancara dengan Pakar IT........................................................ 66
5. Dokumentasi saat Pengisian Angket .......................................................... 67
6. Screen Shot Postingan Anggota Grup XRA Jawa Banget ......................... 68
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Deskripsi Data ............................................................................................ 39
2. Angket Angket/Kuesioner (Sebelum Bergabung Di Grup Xra Jawa
Banget ......................................................................................................... 44
3. Angket Angket/Kuesioner (Sebelum Bergabung Di Grup Xra Jawa
Banget ......................................................................................................... 47
4. Daftar Pertanyaan dan Wawancara dengan Orang Tua .............................. 50
5. Transkrip Wawancara dengan Orang Tua 1 ............................................... 51
6. Transkrip Wawancara dengan Orang Tua 2 ............................................... 53
7. Daftar Pertanyaan dan Wawancara dengan Siswa ..................................... 55
8. Transkrip Wawancara dengan Siswa 1....................................................... 56
9. Transkrip Wawancara dengan Siswa 2....................................................... 58
10. Daftar Pertanyaan dan Wawancara dengan Pakar IT ................................. 60
11. Transkrip Wawancara dengan Pakar IT ..................................................... 61
12. Gambar Wawancara dengan Orang Tua..................................................... 63
13. Gambar Wawancara dengan Responden .................................................... 64
14. Gambar Wawancara dengan Pakar IT ........................................................ 66
15. Dokumentasi Saat Pengisian Angket.......................................................... 67
16. Screen Shoot Postingan Anggota Grup XRA Jawa Banget ....................... 68
xiii
DAFTAR SINGKATAN
D…/D1 : Data…/Data 1
P…/P1 : Pengirim 1
K…/K1 : Komentar 1
Feb : Februari
Mar : Maret
Apr : April
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berawal dari ketidaktertarikan siswa dalam belajar bahasa Jawa, khususnya
mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah. Apalagi ketika bertemu dengan
kompetensi unggah ungguh bahasa Jawa khususnya bahasa Jawa Krama. Banyak
kaum remaja dalam hal ini pelajar yang mengeluhkan sulit belajar bahasa Jawa.
Sebagaimana diungkapkan Mulyana (2006: 1) bahwasanya pelajaran bahasa Jawa
di sekolah tampaknya kian menjadi momok bagi siswa. Ada berbagai macam
alasan di antaranya: tidak tahu sama sekali tentang unggah ungguh basa terutama
basa Jawa krama, takut kalau salah apabila ingin menggunakan bahasa Jawa
krama dalam komunikasi sehari-hari, tidak ada motivasi dari keluarga untuk
menggunakan bahasa Jawa krama dalam berkomunikasi, adanya tendensi merasa
lebih percaya diri dan lebih keren apabila menggunakan bahasa Indonesia terlebih
menggunakan bahasa asing. Contohlah bahasa internasional, bahasa Inggris dan
bahasa korea.yang sedang populer di kalangan remaja.
Hal tersebut di atas diperkuat oleh Louise Baird dalam Kumala (2010:1)
menyebutkan sejumlah anggapan negatif masyarakat terhadap bahasa daerah
yaitu: (1) bahasa daerah adalah sesuatu yang kuno, berasal dari masa lampau; (2)
bahasa daerah tidak berguna di luar daerahnya; (3) bahasa daerah merupakan
bahasa orang miskin dan tidak berpendidikan; (4) bahasa daerah menghalangi
proses belajar dan menjadi orang pintar; (5) bahasa daerah menghalangi
kemajuan; (6) bahasa daerah lambing keterbelakangan; (7) bahasa daerah tidak
bergengsi.
Sebagaimana kita ketahui bahasa Jawa merupakan bahasa ibu pada
penduduk Jawa dan sekitarnya. Hal ini dinyatakan dalan Wikipedia (2015) bahasa
Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk bersuku bangsa Jawa di Jawa
Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan
oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten (terutama
Serang, Cilegon, dan Tangerang) serta Jawa Barat (terutama kawasan pantai utara
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bantenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Seranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Cilegonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tangeranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat
2
yang meliputi Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon). Senada dengan
pernyataan di atas, Wijaya (2013: 1) mengatakan bahwa:
“Bahasa Jawa hampir mendominasi bahasa daerah yang ada di Indonesia
setelah bahasa Indonesia sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan menyebarnya suku
Jawa di seluruh pelosok negeri. Suku Jawa bisa dibilang sebagai satu suku yang
dominan di Indonesia. Jumlah penduduk suku Jawa memang lebih banyak
daripada suku bangsa yang lain. Suku bangsa Jawa yang dimaksud adalah mereka
yang memiliki asal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Oglobin dalam Kumala (2010: 2) juga menyatakan bahwa bahasa Jawa
merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur yang paling banyak.
Menurut catatan, jumlah penutur bahasa 80 juta orang, kira-kira 40% dari jumlah
penduduk Indonesia.
Namun demikian, bahasa Jawa menghadapi penurunan pemakaian, terutama di
kalangan muda. Mereka memilih untuk tidak menggunakan dengan alasan
kepraktisan. Selain itu, maraknya penggunaan bahasa gaul yang dianggap lebih
”modern” membuat bahasa Jawa semakin terpinggirkan, bahkan di lingkungan
masyarakat Jawa sendiri. Penurunan pemakaian bahasa daerah juga dipicu oleh
adanya anggapan negatif masyarakat terhadap bahasa daerah.
Bahasa Jawa yang dulu merupakan bahasa yang besar, dengan ber-tambahnya
waktu, penggunaannya semakin berkurang. Saat ini para kaum muda di Pulau
Jawa, khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian besar tidak menguasai
bahasa Jawa. Hal ini bisa disebabkan oleh gencarnya serbuan beragam budaya
asing dan arus informasi yang masuk melalui bermacam sarana seperti televisi dan
lain-lain. Pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, dan bahasa seenaknya sendiri
(campuran Jawa-Indonesia Inggris) juga ikut memperparah kondisi bahasa Jawa
yang semakin lama semakinn surut. Meminjam istilah Istiana dalam artikel
(Solopos: 2009) ada gejala “Demam Bahasa Campur-campur. Dicontohkan dalam
lirik lagu berikut: 1) “...I am sorry ku tak akan love you lagi...”.; 2) “...sumpah I
love you, I need you, I miss you; 3) “You say aku seperti barbie...”.
Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan. Begitu juga dengan bahasa
Jawa juga memiliki peran penting. Gorys Keraf (2001:3-8) menyatakan bahwa
ada empat fungsi bahasa, yaitu: 1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri, 2. Alat
http://id.wikipedia.org/wiki/Karawanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Subanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Indramayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cirebon
3
komunikasi, 3. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, 4. Alat
mengadakan kontrol sosial.
Oleh karena itu, kaum remaja khususnya pelajar yang merupakan salah satu
civitas akademika sebagai generasi penerus bangsa harus ditanamkan rasa cinta
dan rasa memliki yang tinggi terhadap budaya lokal dalam hal ini bahasa Jawa.
Sebagaimana diamanahkan dalam pasal 32 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional. Kalau bukan generasi muda siapa yang akan mencintai dan melestarikan
budayanya sendiri.. Jikalau remaja yang notabene adalah generasi penerus tetapi
tidak terbiasa bahkan tidak pernah menggunakan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi niscaya bahasa Jawa akan hilang dengan sendirinya. Alih alih
nanti budaya kita diklaim Negara tetangga.
Hal yang harus kita lakukan adalah melestarikan budaya Jawa, pertama kita
harus terbiasa menggunakan atau mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.
Komunitas yang kita bidik adalah remaja pada umumnya dan pelajar pada
khususnya. Hal yang paling dekat denngan kaum remaja adalah media sosial.
Sosial media sudah menjadi santapan setiap hari bagi setiap netizen yang
didominasi kaum remaja. Hal ini juga diperkuat dengan hasil survei yang
dilakukan oleh Frontier Consulting Group Indonesia mengenai perilaku digital
remaja. Di tahun 2011 Hasil survei menunjukkan bahwa 91,2% remaja memiliki
akun media sosial. Fakta lain berdasarkan data Kominfo pada April 2012, jumlah
pengguna jejaring sosial di Indonesia juga besar. Setidaknya tercatat sebanyak
44,6 juta pengguna Facebook. Oleh karena itu, facebook sebagai salah satu jenis
media sosial dimungkinkan menjadi media yang tepat sebagai sarana melestarikan
bahasa Jawa.
Alangkah baiknya jika bahasa pengantar yang digunakan di dalamnya
mengutamakan bahasa ibu (bahasa daerah) masing-masing dalam hal ini bahasa
Jawa. Dengan begitu remaja akan terbiasa menggunakan dan muncul rasa bangga
dan rasa percaya diri untuk menggunakannya. Pada akhirnya, bahasa jawa dengan
sendirinya akan tetap terjada dan lestari seriring dengan perkembangan zaman.
4
Banyak memang akun akuan yang sarat dengan budaya Jawa telah dibuat oleh
pecinta budaya Jawa. Akan tetapi, bagi kaum remaja yang awam dan bahkan acuh
dengan budaya Jawa, tidak akan melirik akun tersebut. Pertama yang harus kita
lakukan adalah menanamkan daya tarik dengan melibatkan emosional. Dalam hal
ini peneliti mencoba membuat grup yang beranggotakan teman yang sudah kenal
di dunia nyata. Dengan begitu ada rasa emosi yang kuat untuk meramaikan dan
sharing bersama di grup tersebut. Anggota merasa nyaman untuk berdiskusi hal
apapun dan tidak takut salah karena dilakukan dengan teman yang sudah dikenal.
Rasa sungkan dan tidak percaya diri akan hilang dengan sendirinya.Tentunya
bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Jawa. Dengan demikian, semakin
sering bahasa jawa digunakan di dunia maya maka akan tetap menjaga kelestarian
bahasa Jawa. Selain itu, juga sebagai sarana diskusi permasalahan sekitar bahasa
Jawa.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian difokuskan pada keefektifan penggunaan
media sosial dalam hal ini facebook sebagai sarana melestarikan dan
meningkatkan penggunaan bahasa Jawa pada kaum remaja pada umumnya dan
pelajar pada khususnya. Dengan mengangkat judul “Meningkatkan Penggunaan
Bahasa Jawa Krama Alus bagi Siswa Kelas X RA di SMK Negeri 2 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/2015”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial?
2. Seberapa efektif peran media sosial untuk meningkatkan penggunaan
bahasa Jawa krama alus bagi siswa kelas X RA Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial.
2. Mendeskripsikan keefektifan penggunaan media sosial sebagai sarana
untuk meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus bagi siswa kelas
X RA di SMK Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015.
5
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Menambah wawasan pembaca pada umumnya dan remaja/siswa pada khususnya
mengenai peningkatan penggunaan bahasa Jawa krama alus.
2. Manfaat praktis
a. Membantu para pelajar yang mengalami kesulitan belajar bahasa Jawa
pada umumnya dan krama alus pada khususnya
b. Meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus
c. Memberikan pengalaman bagi peneliti dan hasilnya dapat digunakan
dalam usaha pelestarian bahasa Jawa.
d. Memberikan langkah awal atau dasar bagi penelitian selanjutnya.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. HAKIKAT BAHASA JAWA
Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan penduduk Jawa di Jawa
Tengah,Yogyakarta & Jawa Timur. Selain itu, Bahasa Jawa juga digunakan oleh
penduduk yang tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota
Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat
khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir
utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon.
(Wikipedia, 2015)
Diperkuat oleh Hermadi (2010), bahasa Jawa merupakan bahasa yang
digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah Jawa, khususnya Jawa
Tengah. Hal ini tidak mengherankan karena kejayaan kehidupan keraton di masa
lampau banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dibanding di daerah Jawa yang
lain. Dengan demikian, bahasa Jawa merupakan bahasa asli masyarakat Jawa di
Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan
daerah di sekitarnya. Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang menjadi bahasa
pergaulan sehari-hari masyarakat Jawa.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa (1991:5), tingkat tutur bahasa Jawa
dibagi menjadi dua ragam yang pada hakekatnya meliputi empat ragam. Dua
ragam yang dimaksud adalah tingkat tutur ngoko dan krama, kemudian kedua
ragam itu menjadi empat ragam yang terdiri dari ngoko dan ngoko alus, krama
dan krama alus. Sebagaimana juga diungkapkan Sry Satriya Tjatur Wisnu
Sasangka (2009: 101-127) unggah-ungguh bahasa Jawa secara emik dapat
dibedakan menjadi dua yaitu bentuk ngoko (ragam ngoko) dan krama (ragam
krama). Kedua bentuk tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Ragam Ngoko
Yang dimaksud dengan ragam ngoko adalah bentuk unggah-ungguh bahasa
Jawa yang berintikan leksikon ngoko, atau yang menjadi unsur inti di dalam
ragam ngoko adalah leksikon ngoko, bukan leksikon lain. Afiks yang muncul
7
dalam ragam semuanya menggunakan ragam ngoko yaitu afiks di-, -e, dan –ake.
ragam ngoko dapat dibedakan menjadi dua yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.
1) Ngoko Lugu
Yang dimaksud dengan ngoko lugu adalah bentuk unggah-ungguh
bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko atau netral (leksikon
ngoko lan netral) tanpa terselip krama, krama inggil, atau krama andhap.
Afiks yang digunakan dalam raga mini adalah afiks di-, -e, dan –ake bukan afiks
dipun-, -ipun, dan –aken. Berikut ini disajikan conth ngoko lugu:
Akeh wit aren kang ditegor seperlu dijupuk pathin.
‘banyak pohon enau yang ditebang untuk diambil sarinya’
Bengi iku uga Ayunda mlebu rumah sakit diterake bapak lan ibune.
‘malam itu juga Ayunda dibawa ke rumah sakit diantar bapak dan ibunya’
2) Ngoko Alus
Yang dimaksud dengan ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh yang
didalamnya bukan hanya terdiri atas leksikon ngoko dan netral saja,
melainkan juga terdiri atas leksikon krama inggil, krama andhap, dan krama.
Afiks yang dipakai dalam ngoko alus ini yaitu di-, -e, dan –ne. Berikut ini
disajikan contoh ngoko alus:
Dhuwite mau wis diasta apa durung, Mas?
‘Uangnya tadi sudah dibawa atau belum, Kak?’
Sing ireng manis kae garwane Bu Mulyani.
‘Yang hitam manis itu suami Bu Mulyani’
b. Ragam Krama
Yang dimaksud dengan ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh
bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur inti di
dalam ragam krama, bukan leksikon lain. Afiks yang digunakan dalam ragam
krama yaitu afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Ragam krama mempunyai dua
bentuk varian yaitu krama lugu dan krama alus
1) Krama lugu
Ragam krama lugu dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
ragam krama yang kadar kehalusannya rendah. Meskipun begitu, jika
8
dibandingkan dengan ngoko alus, ragam krama lugu tetap menunjukkan kadar
kehalusannya. Masyarakat awam menyebut ragam ini dengan sebutan krama
madya. Ragam krama lugu sering muncul afiks ngoko di-, -e, dan –ake daripada
afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Selain afiks ngoko, afiks madya mang- juga
sering muncul dalam ragam ini. Berikut ini disajikan beberapa contoh krama
lugu:
Mbak, njenengan wau dipadosi bapak.
‘Mbak, Anda tadi dicari bapak.’
Griya tipe 21 niku sitine wiyare pinten meter?
‘Rumah tipe 21 itu luas tanahnya berapa meter?’
2) Krama alus
Yang dimaksud dengan krama alus adalah bentuk unggah-ungguh
bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama dan dapat
ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap. Meskipun begitu,
yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berbentuk
krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul di dalam
tingkat tutur ini. Leksikon krama inggil dan andhap selalu digunakan untuk
penghormatan terhadap mitra wicara. Dalam tingkat tutur ini afiks dipun-, -
ipun, dan –aken cenderung lebih sering muncul daripada afiks di-, -e, dan –ake.
Berikut ini disajikan contoh krama alus:
Sapunika ngaten kemawon Mbak, Dhik Handoko punika
dipunsuwuni bantuan pinten?
‘Sekarang begini saja Mbak, Dik Handoko dimintai bantuan berapa?
Ing wekdal semanten kathah tiyang sami risak watak lan budi
pakartinipun.
‘Saat itu banyak orang yang rusak perangai dan budi pekertinya’
Pakar bahasa lain, Poedjosoedarma (1979:3) berpendapat tingkat tutur
adalah variasi-variasi bahasa yang membedakan antara satu dengan yang lainnya
oleh perbedaan sikap santun yang ada pada diri pembicara terhadap lawan bicara.
Tingkat tutur bahasa Jawa adalah tingkatan dalam penggunakan bahasa Jawa
9
sesuai pemakai atau penutur dengan petutur atau lawan bicara, situasi
komunikasinya (resmi atau tisak resmi).
Harjawiyana (2001:18) juga mengelompokkan undha usuk bahasa Jawa
secara lebih terperinci, yaitu sebagai berikut:
1. Basa ngoko terdiri dari ngoko lugu dan ngoko andhap. Ngoko andhap dibagi
lagi menjadi antya basa dan basa antya.
2. Basa madya terdiri dari madya ngoko, madyantara, dan madya krama.
3. Basa krama desa
4. Basa krama terdiri dari mudha krama, kramantara, dan wredha krama
5. Basa krama inggil
6. Basa kedhaton
Di zaman modern ini undha usuk basa dikelompokkan secara lebih ringkas
(Harjawiyana, 2001: 19), yaitu:
1. Basa ngoko terdiri ngoko lugu dan ngoko alus
Contoh: Pak Ali mau lunga menyang apotik (ngoko lugu)
Pak Ali mau tindak menyang apotik. (ngoko alus)
2. Basa krama terdiri dari krama dan krama alus
Contoh: Pak Ali wau kesah ten apotik. (krama)
Pak Ali kalawau tindah dhateng apotik. (krama alus)
Adapula yang dimaksud ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemakaian yang berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan dan menurut
medium pembicaraan (Kridalaksana, 2001:184). Sedangkan pengertian ragam
bahasa Jawa oleh Chaer dan Agustina (2010:63) dikatakan sebagai dialek yaitu
variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif yang berada pada
satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Keanekaragaman bahasa Jawa antara lain
dialek Surakarta, dialek Yogyakarta Banyumasan, Surabaya dan lain sebagainya.
Setiap dialek bahasa Jawa tersebut mempunyai ciri khas masing-masing.
Perbedaan dialek merupakan ragam dari bahasa Jawa, walaupun berdialek beda
namun mereka pengguna bahasa Jawa pada umumnya bisa menerima bahasa satu
dan lainnya.
10
B. MELESTARIKAN BAHASA JAWA
Melestarikan berasal dari kata dasar lestari yang berarti tetap seperti
keadaannya semula, tidak berubah, bertahan, kekal. Sedangkan kata melestarikan
sendiri merupakan kelompok kata kerja yang berarti menjadikan (membiarkan)
tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti keadaan semula, mempertahankan
kelangsungan (hidup dsb). Dicontohkan dalam kalimat seperti berikut: Kita perlu
melestarikan peningggalan sejarah. (KBBI Online: 2012)
Bahasa Jawa juga merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang
harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak bahasa Jawa dapat terkikis dan
semakin hilang dari Pulau Jawa. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah,
bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai berikut: (1) lambang kebanggaan daerah, (2)
lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan
masyarakat daerah (Khalim dalam Tubiyono, 2008). Bahasa Jawa memiliki hak
hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahasa (daerah) Jawa akan
dihormati dan dipelihara oleh negara, termasuk pemerintah pusat atau pun daerah
(Alwi, 2000). Oleh karena itu, generasi muda suku Jawa sudah sepantasnya
melestarikan bahasa Jawa demi kelangsungan dan tetap terjaganya bahasa Jawa di
Pulau Jawa. Apalagi, bahasa Jawa merupakan bahasa budi yang menyiratkan budi
pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari tata krama dan tata krama berbahasa
menunjukkan budi pekerti pemakainya.
Ada tiga ranah wilayah yang sangat berpengaruh terhadap kelestarian
bahasa Jawa. Anonim (2014) menyatakan tiga ranah tersebut, yaitu: 1) lingkungan
sekolah, merupakan lingkungan yang tepat sebagai prasarana untuk
mempertahankan budaya berbahasa Jawa, karena siswa dapat belajar serta dapat
mempraktikkan dengan guru maupun teman-temannya. Penggunaan bahasa Jawa
dalam pembelajaran untuk waktu tertentu juga dapat meningkatkan ketrampilan
berbahasa Jawa, jadi semua warga sekolah ikut berpartisipasi dalam melestarikan
penggunaan bahasa Jawa; 2) lingkungan keluarga, sebaiknya para orang tua juga
mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anaknya sehingga anak-anak akan terbiasa
dengan bahasa Jawa. Bisa tidaknya seseorang mempelajari bahasa bukan dari
11
mudah atau sulitnya bahasa itu, melainkan dari pembiasaan. Namun,
kenyataannya orang tua cenderung mengajarkan anak-anaknya dengan pengantar
bahasa Indonesia; 3) melalui media-media yang telah ada di sekitar, seperti
televise, internet, radio, dan Koran.
Senada dengan di atas Rahardjo (2001) menyatakan beberapa cara atau
langkah supaya bahasa Jawa tidak hilang. Adapun caranya sebagai berikut:
1. Menanamkan sejak dini bahasa dan kebudayaan Jawa kepada anak-anak.
Supaya mereka tidak menganggap bahasa Jawa adalah bahasa yang kuno, dan
supaya mereka terbiasa menggunakan bahasa Jawa.
2. Membiasakan diri menggunakan bahasa Jawa, di dalam kehidupan sehari-hari
dalam berbicara dibiasakan menggunakan bahasa Jawa yang benar, baik dari
segi bahasanya maupun unggah-ungguhnya. Supaya dapat ditiru oleh anak-
anak, jadi bahasa Jawa akan tetep lestari dengan baik.
3. Mengajarkan bahasa Jawa, yaitu mengajarkan bahasa Jawa baik secara formal
(sekolah) maupun informal (masyarakat). Secara formal bahasa Jawa dan
kebudayaan Jawa diajarkan di sekolah-sekolah di dalam pembelajaran,
sehingga anak didik mengenal dan mengetahui bahasa dan kebudayaan Jawa
dengan baik. Secara informal bahasa Jawa bisa diajarkan kepada anak-anak di
lingkungan keluarga atau masyarakat, mereka akan belajar secara langsung
mengenai kebudayaan Jawa yang ada di masyarakat, sebagai bentuk praktik
dari teori yang ada di sekolah tadi
Menguatkan pendapat di atas, Haikal menyatakan teknologi bisa memainkan
perannya dalam pelestarian budaya dan nilai luhur bangsa indonesia, berikut
contoh peran teknologi dalam melestarikan budaya dan nilai luhur bangsa
Indonesia:
1. Televisi
Televisi merupakan salah satu media penyampaian informasi, misalnya
informasi tentang kebudayaan. Maka dari itu, industri pertelevisian perlu
menambah acara–acara tentang kebudayaan Indonesia. Selain memberikan
informasi tentang kebudayaan Indonesia kepada masyarakat umum, tayangan
tersebut juga dapat dijadikan ajang promosi kepada dunia tentang kebudayaan
12
Indonesia. Sehingga menarik para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke
Indonesia. Serta menghindari pengklaiman kebudayaan Indonesia oleh negara lain
seperti yang banyak terjadi akhir-akhir ini.
2. Internet Merupakan media penyampaian informasi yang dapat digunakan dalam
pelestarian budaya dan nilai luhur bangsa Indonesia. Contoh dari media internet
yang sekarang ini lagi populernya di masyarakat kita maupun masyarakat dunia,
yaitu:
Bagi Pengguna Blog
Misalnya dengan banyak menuliskan (posting) seputar budaya Indonesia atau
destinasi wisata yang menarik di Indonesia, kuliner khas Indonesia, cinderamata,
dan lain-lain. Tentu saja dihiasi dengan gambar-gambar yang menarik dan berbau
unsur budaya Indonesia.
Bagi Penikmat Youtube
Caranya, dengan banyak mengunggah (upload) video-video tentang
perjuangan para pahlawan ke youtube. Selain itu, dapat diwujudkan dengan
mengunggah video atau tutorial mengenai pembuatan batik, atau masakan-
masakan khas daerah di Indonesia.
Bagi Pengguna Twitter
Misalnya kita membuat hastag #WeLoveBatikIndonesia dengan maksud kita
bangga dan cinta terhadap hasil karya anak bangsa Indonesia dengan wujud cinta
batik atau dengan hastag #AyoIndonesiaBisa yang berarti tiupan semangat dari
masyarakat Indonesia untuk mendukung para atlet yang berlaga di Sea Games.
Lalu, kita juga dapat update status atau nge-tweet dengan menggunakan bahasa
daerah seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain-lain
Bagi Pengguna Blackberry
Misalnya dengan sharefoto atau video mengenai keeksotikan suatu pulau
seperti Pulau Dewata Bali, Pulau Komodo, Pulau Karimun Jawa, dan banyak lagi
destinasi wisata yang tak kalah menarik dan tersebar di seluruh wilayah negara
kita tercinta, Indonesia.
13
Bagi Pengguna Facebook
Misalnya dengan cara memakai foto profil saat kita sedang mengenakan
pakaian adat, membuat fanspage atau group misalnya fanspage
Dari pernyataan di atas, kita dapat menarik suatu simpulan bahwasanya
internet pada umumnya dan media sosial pada khususnya dapat kita maksimalkan
guna melestarikan budaya nasional dalam hal ini adalah pemakain bahasa Jawa.
para pencinta bahasa Jawa misalnya dengan menuliskan #Jawa Banget.
C. HAKIKAT MEDIA SOSIAL
Media sosial (Wikipedia) adalah sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, forum dan dunia virtual. Pakar IT lainnya, Andreas
Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah
kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan
teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-
generated content.
Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah,
forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau
gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set teori-
teori dalam bidang media penelitian (kehadiran sosial, media kekayaan) dan
proses sosial (self-presentasi, self-disclosure) Kaplan dan Haenlein menciptakan
skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial. Menurut Kaplan dan
Haenlein ada enam jenis media sosial, yaitu sebagai berikut:
1) Proyek Kolaborasi
Website mengijinkan usernya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun
me-remove konten – konten yang ada di website ini. contohnya wikipedia
2) Blog dan microblog
User lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat
ataupun mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya twitter.
3) Konten
14
Para user dari pengguna website ini saling meng-share konten-konten media,
baik seperti video, ebook, gambar, dan lain-lain. Contohnya youtube.
4) Situs jejaring sosial
Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat terhubung dengan cara membuat
informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Informasi
pribadi itu bisa seperti foto – foto. contoh facebook.
5) Virtual game world
Dunia virtual, dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa
muncul dalam bentuk avatar – avatar yang diinginkan serta berinteraksi
dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. contohnya game online.
6) Virtual social world
Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama
seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual
Social World lebih bebas, dan lebih ke arah kehidupan, contohnya second
life.
Adapun media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut:
Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa
keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet
Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper
Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya
Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi
D. HAKIKAT FACEBOOK
Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang diluncurkan pada
bulan Februari 2004, dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc. Pada
September 2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif, lebih
dari separuhnya menggunakan telepon genggam. Pengguna harus mendaftar
sebelum dapat menggunakan situs ini. Setelah itu, pengguna dapat membuat profil
pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan,
termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain
itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna dengan ketertarikan yang
15
sama, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri
khas lainnya, dan mengelompokkan teman-teman mereka ke dalam daftar seperti
"Rekan Kerja" atau "Teman Dekat".
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan
sesama mahasiswa Universitas Harvard, Eduardo Saverin, Andrew
McCollum, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Keanggotaan situs web ini
awalnya terbatas untuk mahasiswa Harvard saja, kemudian diperluas ke perguruan
lain di Boston, Ivy League, dan Universitas Stanford. Situs ini secara perlahan
membuka diri kepada mahasiswa di universitas lain sebelum dibuka untuk siswa
sekolah menengah atas, dan akhirnya untuk setiap orang yang berusia minimal 13
tahun. Meski begitu, menurut survei Consumer Reports bulan Mei 2011, ada 7,5
juta anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun Facebook dan 5 juta lainnya
di bawah 10 tahun, sehingga melanggar persyaratan layanan situs ini.
Studi Compete.comhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Compete.com&ac
tion=edit&redlink=1 bulan Januari 2009 menempatkan Facebook sebagai layanan
jejaring sosial yang paling banyak digunakan menurut jumlah pengguna aktif
bulanan di seluruh dunia. Entertainment Weekly menempatkannya di daftar
"terbaik" akhir dasawarsa dengan komentar, "Bagaimana caranya kita menguntit
mantan kekasih kita, mengingat ulang tahun rekan kerja kita, mengganggu teman
kita, dan bermain Scrabulous sebelum Facebook diciptakan.
Quantcast memperkirakan Facebook memiliki 138,9 juta pengunjung
bulanan di AS pada Mei 2011. Menurut Social Media Today pada April 2010,
sekitar 41,6% penduduk Amerika Serikat memiliki akun Facebook. Meski begitu,
pertumbuhan pasar Facebook mulai turun di sejumlah wilayah dengan hilangnya 7
juta pengguna aktif di Amerika Serikat dan Kanada pada Mei 2011.
Nama layanan ini berasal dari nama buku yang diberikan kepada mahasiswa
pada tahun akademik pertama oleh beberapa pihak administrasi universitas
di AmerikaSerikat dengan tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain.
Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal 13 tahun menjadi
pengguna terdaftar di situs ini.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Compete.com&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Compete.com&action=edit&redlink=1
16
E. KERANGKA BERPIKIR
Bahasa Jawa sudah dimasukkan sebagai muatan lokal wajib di sekolah.
Banyak pelajar yang di sini adalah kaum remaja mengalami kesulitan belajar
bahasa Jawa dan cenderung malas untuk memakainya. Akibatnya tidak ada rasa
cinta dan memiliki terhadap bahasanya sendiri.
Media sosial dalam hal ini khususnya facebook, merupakan jejaring sosial
yang paling digandrungi kaum remaja sebagaimana diuraikan di latar belakang
masalah dan kajian teori. Maka dari itu, penulis memilih sebagai media untuk
melestarikan bahasa Jawa. caranya dengandiskusi ataupun sharing antar teman
tentang semua tetek bengek yang berkaitan dengan bahasa Jawa dan harus
menggunakan bahasa Jawa. Penulis membuat suatu grup yang beranggotakan
teman-teman yang sudah dikenal di dunia nyata dengan harapan tidak adanya rasa
sungkan dan tidak percaya diri ketika mengungkapkan uneg-uneg di grup
menggunakan bahasa Jawa.
Sumber data menggunakan angket yang disebarkan pada anggota grup
untuk kemudian dianalisis guna mendeskripsikan peran media sosial dalam
melestarikan bahasa Jawa. Salah satunya adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk
pemakaian bahasa Jawa di media sosial. Selain itu juga mendeskripsikan
keefektifan penggunaan media sosial dalam melestarikan bahasa Jawa. Berikut
penulis sajikan kerangka berpikir penelitian yang berjudul “Melestarikan
Pemakaian Bahasa Jawa Menggunakan Media Sosial.”
17
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Semakin sedikit remaja yang
menggunakan bahasa Jawa
Analisis
Sosial media (facebbok) dianggap sebagai media yang tepat
untuk meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus.
dengan membuat Grup XRa Jawa Banget
Angket sebelum
menjadi anggota
grup Xra Jawa
Banget
Mendeskripsikan keefektifan
penggunaan media sosial dalam
meningkatkan penggunaan
bahasa Jawa krama alus
Mendeskripsikan bentuk-bentuk
penggunaan bahasa Jawa di
media sosial
Angket Setelah
menjadi anggota
grup Xra Jawa
Banget
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. OBJEK DAN WAKTU PENELTIAN
Objek penelitian berupa pemakaian bahasa Jawa di sosial media dalam hal
ini Grup XRA Jawa Banget dan Grup XRA Jawa Banget sebagai media
meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus. Penelitian dilaksanakan
selama empat bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan April 2015. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Deskripsi Kegiatan dan Waktu Penelitian
No Kegiatan 2015
Januari Februari Maret April
1 Observasi xx--
2 Pengumpulan data --xx xxxx xxxx x---
3 Analisis data xxxx x---
4 Penulisan Laporan xx--
B. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk
mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa Jawa krama alus di media sosial
(Grup XRA Jawa Banget). Analisis juga dilakukan dengan deskriptif kuantitatif
untuk mendeskripsikan keefektifan penggunaan media sosial dalam usaha
meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang pertama adalah dengan teknik dokumen atau
pengambilan data berupa bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial (Grup
19
XRA Jawa Banget. Untuk mempermudah pengambilan data pada grup dilakukan
screen shoot dan copy paste. Untuk kemudian dilakukan pengkodean dan di
analisis. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan tanggal
empat bulan April 2015.
Teknik yang kedua adalah angket atau kuesionr. Angket dibuat dalam bentuk
angket tertutup dan terbuka yang berisi pertanyaan sekitar pengunaan dan persepsi
tentang penggunaan bahasa Jawa dikalangan siswa X RA. Untuk penghematan
biaya angket dibuat dalam dua jenis yaitu soft file dan hard copy. Soft file
diperuntukan bagi responden yang menggunakan lap top dalam mengisi angket.
Hal ini dilakukan karena responden sudah terbiasa dan merasa lebih yaman
berhadapan dengan lap top. Sedangkan yang berupa hard copy diperuntukan bagi
yang tidak membawa lap top saat mengisi angket. Pengisian angket dilakukan
secara bersama-sama dan dipandu oleh peneliti supaya ada kesaam persepsi
sehingga di dapatkan data yang valid.
D. POPULASI DAN SAMPLE
Populasi dari penelitian ini adalah remaja pada umumnya dan pelajar pada
khususnya. Pengambilan sample deilakukan dengan purposive sampling, yaitu
semua anggota di Grup XRA Jawa Banget dijadikan sample. Jadi, Sample dari
peneletian ini adalah kelas XRA SMK N 2 Karanganyar yang juga merupakan
anggota Grup XRA Jawa Banget sebanyak 34 anggota. Dengan rincian 2 orang
sebagai peneliti dan pada saat pengisisan 1 anggota tidak masuk. Sehingga jumlah
responden sebanyak 31 siswa/remaja. Usia anggota grup ini adalah usia remaja
berkisar antara 16 sampai 17 tahun. Sample dianggap tepat karena mewakili siswa
yang aktif di dunia media sosial dan tergabung dalam grup di media sosial yang
bahasa pengantar adalah bahasa Jawa. Dengan kata lain grup ini bertujuan untuk
meningkatkan penggunaan bahasa Jawa bagi siswa kelas X RA.
Grup XRA jawa banget dibuat dalam rangka meningkatkan penggunaan
bahasa Jawa krama alus dengan cara diskusi di media sosial. Alasan mengapa
dibuat grup ini adalah terlebih dahulu sudah mengenal di dunia nyata sehingga
ketika berkomunikasi dengan bahasa Jawa ngoko maupun krama tidak ada rasa
20
sungkan dan malu ataupun takut salah. Banyak grup di media sosial yang
memperhatikan bahasa Jawa, tapi karena tidak mengenal dengan anggota sering
timbul rasa takut atau malu jika akan menggunakan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi.
E. UJI VALIDITAS DATA
Uji validitas data yang digunakan adalah dengan triangulasi teori, yaitu
menggunakan berbagai teori mengenai bahasa Jawa untuk mendeskripsikan
bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial. Berbagai teori mengenai bentuk
bahasa Jawa yang berupa kalimat atau ukara baik ragam ngoko dan krama
sebagaimana dalam Bab II oleh Harimukti Kridalaksana, Abdul Chaer dan
Agustina, Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, juga oleh Haryana Harjawiyana.
Ujivaliditas data yang kedua adalah dengan triangulasi metode, yaitu
angket/kuesioner dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan beberapa orang
tua wali murid untuk mengkroscekkan data kuesioner/angket yang diperoleh dari
siswa. Misalnya untuk pengisian angket mengenai penggunaan bahasa
komunikasi di rumah. Selain itu, wawancara dilakukan kepada ahli IT tentang
pendapatnya mengenai peningkatan pemakaian bahasa Jawa di media sosial.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang dilakukan dengan teknik analisis mengalir.
Maksudnya dengan analisis mengalir adalah proses pengambilan data/dokumen
sudah bisa dilakukan sebelum tahap pengumpulan data. Selain itu juga dilakukan
penyajian dan penarikan kesimpulan sementara sebelum data dianalisis secara
mendalam. Dengan kata lain, komponen-komponen penelitian tersebut masih
menjalin dan tetap dilakukan sampai waktu pengumpulan data selesai dan
berakhir pada proses penulisan laporan penelitian.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil penelitian yang terbagi dalam dua
sub bab, yaitu, mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial
dan mendeskripsikan keefektifan penggunaan media sosial untuk meningkatkan
penggunaan bahasa Jawa.
A. Bentuk Penggunaan Bahasa Jawa di Media Sosial
Bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial (Grup XRA Jawa Banget)
berupa kalimat atau ukara=bahasa Jawa. Ukara tersebut berdasarkan unggah
ungguh basa terbagi dalam dua tataran, yaitu tataran ngoko dan krama.
Sebagaimana yang diungkapkan dalam bab II kajian teori oleh Sry Satriya Tjatur
Wisnu Sasangka, dalam bahasa Jawa mengenal adanya unggah-ungguh basa yang terdiri
dari ragam ngoko dan krama.
Bentuk penggunaan bahasa Jawa dalam ragam ngoko di media sosial Grup XRA
Jawa Banget sebagai berikut:
1. mung ngomong kok mas, sing paling ganteng teng kelas XRA niku Hery
Setya mas (D35/K15/25 Mar 2015)
2. mlah rebutan ganteng (D36/K16/25 Mar 2015)
3. haha, kug iso dijenengi bedol comp jar? (D21/K1/25 Mar 2015)
4. msalahe aku dereng adus ug jar. Hahaha (D51/K31/26 Mar 2015)
5. Cemeng Kurniaone hhhe kok mudeng to mas (D75/K15/31 Mar 2015)
6. kantin'e dereng tutup.. nek pengen jajan ngejak aku wae.. (D76/K16/31 Mar
2015)
7. sek pnting ora padudon (D82/K22/31 Mar 2015)
8. Luthfi Amry aku tresno sliramu mas . (D87/K27/31 Mar 2015)
Bentuk Penggunaan bahasa Jawa dalam ragam krama di media sosial Grup
XRA Jawa Banget sebagai berikut:
1. Cecongkrahan antarane KPK lan POLRI samsaya mambahi reribet
perpolitikan nagari kita. Mangga sinten badhe asung panemu dipun
sumanggakaken. Nuwun (D1/P1/23 Jan 2015)
https://www.facebook.com/herysetya11https://www.facebook.com/herysetya11https://www.facebook.com/armickz.solozsejatiz
22
2. Kok namung ditengok thok mangga sami asung panemu/ kasih pendapat.
(D2/K1/23 Jan 2015)
3. asung panemu dumteng admin grup niki di damel grup terbuka kemawon dos
pundi? Nuwun (D4/P1/13 Feb 2015)
4. nggeh mboten npo2 bu. nggeh msalahe kathah senk mboten sering mbikak fb
(D5/K1/13 Feb 2015)
5. bu, naming misale niki trbuka mboten enten ingkang ngirim sami mawon niku
bu. pripun saene bu? (D6/K2/14 Feb 2015)
6. Preinan ngantos setunggal minggu dipun isi kegiyatan napa kemawon?
Mangga sami dipun share dateng kanca kanca lewat grup
niki...sumanggakaken. Sip ok (D8/P1/3 Mar 2015)
7. tilem wonten griyo bu. hehehe. panjenengan pripun bu? Hehehe (D9/K1/9
Mar 2015)
8. saksampunipun sinau piyambak wonten griya mangga benjang sami ke
sekolah kagem persiapan UTS dinten kemis...sumangga...nuwun (D10/P1/10
Mar 2015)
9. pensi dinten kamis yen mboten salah bu. njenengan nampilke mboten bu?
Hehehe (D1/K1/18 Maret 2015)
10. Ayo monggo poro sedherek. Sakniki sampun diwiwiti usaha service komputer
ingkang namine "bedol comp" . Poro sderek sing laptop utawi pc nipun
rusak. Saget di dandani. Suwun. (D20/P1/25 Mar 2015)
11. bubar mawon nggeh (D40/K20/25 Mar 2015)
12. Jos gandos ....lha geten niki kekarepane ibu gayeng tenan...sip mas mbk
mangga lajeng nggih nuwun (D44/K24/25 Mar 2015)
13. Haha. Sampun dalu. Monggo tilem sesarengan. (D45/K25/25 Mar 2015)
14. Tebeh bu griyane (D54/K1/29 Mar 2015)
15. kramaipun "Galau" niku napa nggih? (D60/P1/31 Mar 2015)
16. Dateng kanca kanca keng badhe ningali the last naruto menika daftar
tiketipun sawetara wekdal...nuwun (D99/K1/2 Apr 2015)
17. Hehe. Buk, niki wau dinten nopo nggeh. (D103/K5/3 Apr 2015)
23
Pada lampiran. 1 berupa tabel deskripsi bentuk penggunaan bahasa Jawa di
media sosial sudah sekaligus kami beri keterangan masuk dalam tataran ngoko
atau krama. Hal ini untuk memudahkan pembaca dalam membaca data sekaligus
sebagai analisis awal dalam menganalisis data.
Dengan demikian dapat ditarik sebuah simpulan bahwa penngunaan bahasa
Jawa di Grup XRA Jawa banget menggunakan bahasa Jawa dalam tataran ngoko
dan krama. Antara pemakaian ragam ngoko dan krama, anggota grup lebih sering
menggunakan ragam krama. Mengingat Grup ini juga sebagai salah satu media
untuk belajar dalam pemakaian ragam Krama. Diharapkan dengan terbiasa
menggunakan ragam krama di Grup atau media sosial, siswa juga bisa
mengaplikasikan di dunia nyata untuk berkomunikasi dengan orang tua, orang
yang lebih tua dan dihormati. Salah satunya ketika berkomunikasi dengan guru
saat berasa di lingkungan sekolah.
B. Keefektifan Media Sosial untuk Meningkatkan Penggunaan Bahasa
Jawa Krama Alus
Penting untuk diketahui bagaimana kemampuan berbahasa di kelas XRA,
karena kemampuan berbahasa inilah yang menentukan bahasa apa yang kemudian
akan digunakan untuk berkomunikasi. Kemampuan bahasa yang disorot dalam
penelitian ini adalah kemampuan berbahasa Jawa ngoko, Jawa krama alus
kemampuan berbahasa Indonesia, kemampuan berbahasa Inggris,dan kemampuan
berbahasa lainnya.
Tabel 1. Kemampuan berbahasa Jawa dan bahasa lain. (Sebelum)
N
o.
Pertanyaan/Kete
rangan
Memahami Berbicara
Tidak
Bisa
Agak
Bisa Bisa
Juml
ah
Tidak
Bisa
Agak
Bisa Bisa
Juml
ah
1
Kemampuan
berbahasa Jawa
ngoko
0 0% 1 3,2
%
3
0
96,8
% 31 0 0% 2
6,5
%
2
9
93,5
% 31
2
Kemampuan
berbahasa Jawa
krama
5 16
%
2
3
74,2
% 3 9,7% 31 8
26
%
1
9
61,3
% 4
12,9
% 31
3
Kemampuan
berbahasa
Indonesia
0 0% 0 0,0
%
3
1
100,0
% 31 0 0% 0
0,0
%
3
1
100,0
% 31
24
4
Kemampuan
berbahasa
Inggris
3 10
%
2
6
83,9
% 2 6,5% 31 1 3%
2
4
77,4
% 6
19,4
% 31
Tabel 1.1. Kemampuan berbahasa Jawa dan bahasa lain. (Setelah)
Membaca Menulis Jumlah
Tidak Bisa Agak Bisa Bisa Jumlah Tidak Bisa Agak Bisa Bisa
0 0% 1 3.2% 30 96.8% 31 0 0% 3 9.7% 28 90.3% 31
0 0.0% 3 9.7% 28 90.3% 31 0 0.0% 5 16.1% 26 83.9% 31
Dari tabel 1(sebelum bergabung dengan Grup XRA Jawa Banget) dan
tabel 1.1 (Setelah bergabung dengan Grup XRA Jawa Banget) untuk kemampuan
berbahasa Jawa ngoko kompetensi memahami pada kemampuan bisa mengalami
kenaikan 3,2% dari yang menyatakan bisa sebanyak 30 responden (96,8%)
meningkat menjadi 31 responden (100%). Kemudian untuk kompetensi berbicara
mengalami kenaikan 6,5% dari yang menyatakan bisa sebanyak 29 responden
(93,5%) meningkat menjadi 31 responden (100%). Selanjutnya untuk kompetensi
membaca pada kemampuan bisa mengalami kenaikan 45,2% dari yang
menyatakan bisa 16 responden (51,6%) meningkat menjadi 30 responden
(96,8%). Pada kompetensi menulis juga mengalami peningkatan pada kemampuan
bisa sebesar 29 % dari yang menyatakan bisa sebanyak 19 responden (61,3%)
meningkat menjadi 28 responden (90,3%)
Selanjutnya pada kemampuan berbahasa Jawa krama alus untuk
kompetensi memahami pada kemampuan bisa mengalami peningkatan sebesar
Membaca Menulis Jumlah
Tidak Bisa Agak Bisa Bisa Jumlah Tidak Bisa Agak Bisa Bisa
0 0% 15 48.4% 16 51.6% 31 0 0% 12 38.7% 19 61.3% 31
9 29.0% 16 51.6% 6 19.4% 31 10 32.3% 19 61.3% 2 6.5% 31
0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31 0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31
0 0% 20 64.5% 11 35.5% 31 0 0% 25 80.6% 6 19.4% 31
No. Pertanyaan/Keterangan
Memahami Berbicara
Tidak
Bisa Agak Bisa Bisa Jumlah
Tidak
Bisa Agak Bisa Bisa Jumlah
1 Kemampuan
berbahasa Jawa ngoko 0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31 0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31
2
Kemampuan
berbahasa Jawa krama
alus
1 3% 8 25.8% 22 71.0% 31 0 0% 4 12.9% 27 87.1% 31
25
61,3% dari yang menyatakan bisa 3 responden (9,7%) meningkat menjadi 22
responden (71%). Terjadi kenaikan yang sangat signifikan. Pada kompetensi
berbicara untuk yang menjawab bisa juga terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu
sebesar 74,2% dengan rincian yang dulunya hanya 4 responden (12,9%) yang
menjawab bisa meningkat menjadi 27 responden (87,1%). Pada ranah membaca
terjadi peningkatan sebesar 70,9%, yaitu yang semula menjawab bisa hanya 6
responden (19,4%) meningkat menjadi 28 responden (90,3%). Hal yang sama juga
terjadi pada ranah menulis meningkat 77,4% dari yang semula menjawab bisa 2
responden (6,5%) menjadi 26 responden (83,9%).
Salah satu cara untuk melestarikan pemakaian bahasa Jawa adalah dengan
memasukkan bahasa Jawa di kurikulum sekolah. Sebagaimana diungkapkan oleh
Rahardjo (2001) yang menyatakan bahwa pelestarian bahasa Jawa melalui
pendidikan formal (sekolah). Kompetensi bahasa Jawa yang diajarkan di sekolah
mencakup ranah memahami, berbicara, membaca, dan menulis. Dari tabel di atas
terjadi peningkatan yang signifikan pada kemampuan siswa yang meliputi
keempat kompetensi setelah bergabung di Grup XRA Jawa Banget. Dengam
demikian, media sosial sangat efektif dalam upaya ikut melestarikan dan
meningkatkan penggunaan bahasa Jawa di kalangan siswa.
Dari hasil wawancara dengan orangtua responden, kita dapatkan informasi
yang menguatkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Adapaun hasil
wawancara yaitu remaja dalam berkomunikasi kebanyakan menggunakan bahasa
Jawa ngoko. Memang terkadang juga menggunakan bahasa Jawa krama ataupun
ngoko ngalus yang berupa kalimat-kalimat pendek. Contohnya Sampun dahar,
Pak? = Sudah makan, Pak?.
Dari hasil wawancara juga diketahui fakta baru tentang peran orang tua
dalam meningkatkan penggunaan bahasa Jawa khususnya bahasa Jawa krama
alus, yaitu dengan mengajarkan pada anak-anak mereka bahasa Jawa krama
sebagai bahasa ibu (native language). Akan tetapi, karena pengaruh globalisasi
seperti adanya bahasa gaul pemakaian bahasa Jawa di kalangan remaja/siswa
semakin terkikis. Banyak remaja/siswa sekarang yang lebih senang berkomunikasi
dengan orang tua menggunakan bahasa gaul. Dicontohkan: “Sik Mak, aku lagi
26
galau”. Begitu juga dengan pakar IT yang kami wawancara menyatakan kalau
anak sekarang cenderung menggunakan bahasa yang dicampur campur antara
bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia.
Tabel 2 Penggunaan bahasa Jawa di sekolah. (Sebelum)
Tabel 2.1 Penggunaan bahasa Jawa di sekolah. (Setelah)
Dari Tabel 2 dan Tabel 2.1 tentang penggunaan bahasa Jawa ngoko dan
krama alus di sekolah. pada pernyataan mengenai penggunaan bahasa Jawa
ngoko dengan teman sekolah untuk jawaban sering terjadi peningkatan sebesar
9,7% dengan rincian yang yang mejawab sering dari 3 responden (9,7%)
meningkat menjadi 6 responden (19,4%).
Pernyataan nomer 2 dari tabel 2 dan 2.1 mengenai penggunaan bahasa Jawa
krama dengan guru untuk jawaban selalu mengalami peningkatan 74,1% yaitu
No Pertanyaan/Keterangan Selalu Sering Jarang
Tidak
Pernah Jumlah
1
Apakah anda menggunakan bahasa
Jawa ngoko dalam berkomunikasi
dengan teman sekolah?
25 80.6% 6 19.4% 0 0% 0 0% 31
2
Apakah anda menggunakan bahasa
Jawa krama dalam berkomunikasi
dengan guru?
25 80.6% 6 19.4% 0 0.0% 0 0% 31
3
Apakah anda menggunakan bahasa
krama alus dalam berkomunikasi
dengan karyawan dan Tu?
21 58.3% 10 27.8% 5 13.9% 0 0% 36
No Pertanyaan/Keterangan Selalu Sering Jarang
Tidak
Pernah Jumlah
1
Apakah anda menggunakan bahasa
Jawa ngoko dalam berkomunikasi
dengan teman sekolah?
28 90.3% 3 9.7% 0 0% 0 0% 31
2
Apakah anda menggunakan bahasa
Jawa krama alus dalam
berkomunikasi dengan guru?
2 6.5% 28 90.3% 1 3.2% 0 0% 31
3
Apakah anda menggunakan bahasa
krama alus dalam berkomunikasi
dengan karyawan dan Tu?
1 3.2% 25 80.6% 5 16.1% 0 0% 31
27
dari semula hanya 2 responden (6,5%) menjadi 25 responden (80,6%). untuk
jawaban sering menglami penurunan dari 28 responden (90,3%) menjadi 6
responden (19,4%). Dengan demikian, terjadi peningkatkan penggunaan bahasa
Jawa krama alus sebagai bahasa komunikasi antara siswa/remaja dengan bapak
ibu guru. Siswa sudah merasa percaya diri dalam menggunakan bahasa Jawa
Krama dalam komunikasi sehari-hari di lingkungan sekolah dengan guru.
Pernyataan ketiga dari tabel 2 dan 2.1 tentang penggunaan bahasa Jawa
krama alus dengan karyawan dan TU sekolah mengalami peningkatan yang
signifikan untuk jawaban selalu dari 1 responden (3,2%) menjadi 21 responden
(58,3%). Terjadi peningkatan sebanyak 55,1%.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak siswa yang
memggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan teman, guru, dan staf
TU di sekolah. Peningkatan juga terjadi pada tataran krama alus. Dengan
demikian semakin, banyak siswa yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa
komunikasi maka akan semakin lestari bahasa Jawa di kalangan remaja/siswa
pada khususnya pada masyarakat luas pada umumnya.
Tabel 3 Mengenai pembelajaran bahasa Jawa di sekolah (Sebelum)
No. Petanyaan / Keterangan Ya Tidak Ragu-ragu Jumlah
1
Apakah anda setuju bahasa Jawa dimasukkan
dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal
wajib?
20 64.5% 0 0% 11 35.5% 31
2 Apakah anda menyukai pelajaran bahasa
Jawa? 10 32.3% 0 0% 21 67.7% 31
3 Apakah anda mengalami kesulitan dalam
belajar bahasa Jawa? 23 74.2% 0 0% 8 25.8% 31
Tabel 3.1 Mengenai pembelajaran bahasa Jawa di sekolah (Setelah)
N
o. Petanyaan / Keterangan Ya Tidak
Ragu-
ragu Jumlah
1
Apakah anda setuju bahasa Jawa dimasukkan
dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal
wajib?
2
8
90.3
% 0 0% 3 9.7% 31
2 Apakah anda menyukai pelajaran bahasa Jawa? 2
4
77.4
% 1 3% 6
19.4
% 31
3 Apakah anda mengalami kesulitan dalam belajar
bahasa Jawa? 3 9.7% 20
65
% 8
25.8
% 31
28
Tabel 3 dan 3.1 mengenai pernyataan pembelejaran bahasa Jawa di sekolah
dapat diuraiakan sebagai berikut. Pernyataan nomer 1 mengenai sikap responden
apabila bahasa Jawa dimasukkan dalam kurikulum di sekolah untuk jawaban “
Ya” mengalami kenaikan 25,8% yaitu dari sebelumnya yang menjawab hanya 20
responden (64,5%) meningkat mnejadi 28 responden (90,3%). Untuk yang
menjawab ragu-ragu berkurang dari yang menjaab 11 responden (53,5%)
berkurang hanya tinggal 3 responden (9,7%).
Selanjutnya pernyataan mengenai apakah menyukai pelajaran bahasa Jawa.
dari jawaban “ya” terjadi kenaikan sangat signifikan yaitu 45,1%. Dengan rincian
sebelumnya hanya 10 responden (32,3%) yang menyukai bahasa Jawa meningkat
menjadi 24 responden (77,4%).
Pernyataan terakhir dari tabel 3 dan 3.1 adalah tentang kesulitan dalam
belajar bahasa Jawa. pada ranah jawaban “iya” mencapai 23 responden (74,2%)
kemudian mengalami penurunan yang signifikan yaitu tinggal 3 responden
(9,7%). Dan selebihnya setelah bergabung dalan Grup XRA Jawa Banget tidak
mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Jawa 20 responden tidak mengalami
kesulitan (65%).
Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa setelah bergabung dengan
Grup XRA Jawa Banget, siswa lebih menyetujui apabila bahasa Jawa dimasukkan
dalam kurikulum sekolah, lebih menyukai pelajaran bahasa Jawa, dan kesulitan-
kesulitan dalam belajar bahasa Jawa lebih diminimalisir. Hal ini diperkuat dengan
angket terbuka yang diberikan pada responden bahwa kesulitan dalam belajar
bahasa Jawa dialami oleh 17 responden (54,8%) dalam belajar unggah-ungguh
basa. Dengan demikian adanya Grup XRA Jawa Banget dapat membantu siswa
dalam menyelesaikan kesulitan tersebut dengan cara pemakaian bahasa Jawa di
Grup dan berdiskusi di sana.
29
Tabel 4 Kemampuan memahami dan menggunakan bahasa Jawa. (Sebelum)
No Pertanyaan/Keterangan Tidak
bisa Agak bisa Bisa Jumlah
1 Bagaimana kemampuan anda memahami
bahasa Jawa ngoko? 0 0% 1 3.2% 30 96.8% 31
2 Bagaimana kemampuan anda
menggunakan tata bahasa ngoko? 2 6.5% 21 67.7% 8 25.8% 31
3 Bagaimana kemampuan anda memahami
bahasa Jawa krama alus? 0 0% 29 93.5% 2 6.5% 31
4
Bagaimana kemampuan anda
menggunakan tata bahasa Jawa krama
alus?
3 9.7% 28 90.3% 0 0.0% 31
Tabel 4.1. Kemampuan memahami dan menggunakan bahasa Jawa. (Setelah)
No Pertanyaan/Keterangan Tidak
bisa Agak bisa Bisa Jumlah
1 Bagaimana kemampuan anda memahami
bahasa Jawa ngoko? 0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31
2 Bagaimana kemampuan anda
menggunakan tata bahasa ngoko? 0 0.0% 4 12.9% 27 87.1% 31
3 Bagaimana kemampuan anda memahami
bahasa Jawa krama alus? 0 0% 6 19.4% 25 80.6% 31
4
Bagaimana kemampuan anda
menggunakan tata bahasa Jawa krama alus
?
0 0.0% 18 58.1% 13 41.9% 31
Tabel 4 dan 4.1 mengenai kemampuan memahami dan menggunakan tata
bahasa Jawa baik ngoko maupun krama alus. Rata-rata kemampuan memahami
dan menggunakan tata bahasa Jawa ngoko semua responden menyatakan bisa atau
31 responden (100%) bisa. Sedangkan untuk kemampuan memahami bahasa Jawa
krama dari yang mejawab bisa sebelumnya 2 responden (6,5%) meningkat
menjadi 25 responden (80,6%). Pada ranah menggunakan tata bahasa Jawa krama
dari yang menjawab bisa 0% atau tidak ada sama sekali meningkat menjadi 13
responden (41,9%). Sedangkan sisanya menjawab agak bisa 18 responden
(58,1%).
Dengan demikian dapat ditarik sebuah simpulan bahwa dengan bergabung di
grup dapat meningkatkan kemampuan memahami dan menggunakan tata bahasa
30
Jawa krama dengan lebih baik. Dengan begitu, siswa merasa semakin percaya diri
untuk memakai bahasa Jawa krama alus sehingga dapat menjaga kelestarian
bahasa Jawa.
Tabel 5 Mengenai penggunaan media sosial di kalangan remaja /pelajar. (Sebelum)
No. Keterangan/pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah Jumlah
1 Apakah anda aktif di akun
media sosial (facebook)?
1
0
32,3
%
1
8
58,1
% 3 9,7% 0 0,0% 31
2
Apakah anda sering
menggunakan bahasa Jawa
ngoko di akun media sosial
anda?
7 22,6
%
1
8
58,1
% 5
16,1
% 1 3,2% 31
3
Apakah anda sering
menggunakan bahasa Jawa
krama alus di akun media
sosial anda?
0 0,0% 0 0,0% 1
8
58,1
% 13 41,9% 31
4
Apakah dalam memposting
atau memberi komentar di
media sosial, anda sering
menggunakan bahasa Jawa
ngoko/krama alus?
0 0,0% 7 22,6
%
2
1
67,7
% 3 9,7% 31
Tabel 5.1 Mengenai penggunaan media sosial di kalangan remaja /pelajar. (Setelah)
No. Keterangan/pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah Jumlah
1
Apakah anda sering
menggunakan bahasa Jawa
ngoko di akun media sosial
anda?
20 64,5% 10 32,3% 1 3,2% 0 0,0% 31
2
Apakah anda sering
menggunakan bahasa Jawa
krama alus di akun media
sosial anda?
3 9,7% 21 67,7% 7 22,6% 0 0,0% 31
3
Apakah dalam memposting
atau memberi komentar di
media sosial, anda sering
menggunakan bahasa Jawa
ngoko/krama alus?
8 25,8% 19 61,3% 4 12,9% 0 0,0% 31
Dari tabel 5 dan 5.1 dapat diketahui 20 responden (64,5%) responden selalu
aktif di facebook menggunakan bahasa Jawa ngoko. 10 responden (32,3%) selalu
dan 1 responden (3,2%) menjawab jarang. Dari angket ini dapat diketahui bahwa
31
hampir sebagaian besar remaja aktif di facebook menggunakan bahasa Jawa
ngoko. Dengan demikian, media ini sangat efektif untuk meningkatkan
penggunaan bahasa Jawa dalam rangka pelestarian bahasa Jawa.
Agak berbeda kondisinya dengan pemakaian bahasa Jawa krama alus. Ada
juga responden yang menjawab selalu walaupun persenannya kecil yaitu 3
responden (9,7%) yang sebelumnya tidak ada atau 0%. Yang menjawab sering 21
responden (67,7%), dan yang menjawab jarang 7 responden (22,6%).
Dari analisis di atas setelah bergabung di grup, semakin banyak siswa yang
memakai bahasa Jawa baik ngoko maupun krama alus. Terlihat dari data tabel di
atas terjadi peningkatan pemakaian bahasa Jawa ngoko dan krama alus di media
sosial (facebook).
Tabel 6 Mengenai pendapat penggunaan dan pelestarian bahasa Jawa (Sebelum)
No. Pernyataan/Keterangan Sangat Setuju
Setuju Tidak Tahu Tidak Setuju
Sangat
Tidak Setuju
Jumlah
1 Bahasa Jawa adalah bahasa
yang mudah dipahami 0 0,0% 27
87,1
% 3 9,7% 1 3,2% 0 0,0% 31
2
Bahasa Jawa sering
menimbulkan
kesalahpahaman
0 0,0% 4 12,9
% 14 45,2% 10 32,3% 3 9,7% 31
3 Bahasa Jawa mudah untuk
dipelajari 1 3,2% 22
71,0
% 7 22,6% 1 3,2% 0 0,0% 31
4
Bahasa Jawa merupakan
bahasa yang penting sebagai alat komunikasi
2 6,5% 20 64,5%
7 22,6% 2 6,5% 0 0,0% 31
5
Setiap remaja harus bisa
berbahasa Jawa ngoko
maupun karma
8 25,8
% 23
74,2
% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31
6 Setiap remaja harus ikut
melestarikan bahasa Jawa 11
35,5
% 20
64,5
% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31
7
Setiap remaja harus bangga
menggunakan bahasa Jawa
sebagai alat komunikasi sehari-hari
6 19,4
% 24
77,4
% 1 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 31
8
Setiap remaja bisa menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa pengantar di
akun media sosial.
2 6,5% 15 48,4
% 14 45,2% 0 0,0% 0 0,0% 31
9
Penggunaan bahasa Jawa di
media sosial sebagai salah
satu cara pelestarian bahasa Jawa
6 19,4
% 24
77,4
% 1 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 31
32
Tabel 6.1 Mengenai pendapat penggunaan dan pelestarian bahasa Jawa (Setelah)
No.
Pernyataan/Keterangan Sangat Setuju
Setuju Tidak Tahu Tidak Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Jumlah
1 Bahasa Jawa adalah bahasa yang mudah dipahami
22 71,0% 9 29,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31
2 Bahasa Jawa sering menimbulkan
kesalahpahaman
1 3,2% 1 3,2% 11 35,5% 7 22,6% 11 35,5% 31
3 Bahasa Jawa mudah untuk
dipelajari 16 51,6% 15 48,4% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31
4
Bahasa Jawa merupakan
bahasa yang penting sebagai
alat komunikasi
19 61,3% 11 35,5% 1 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 31
5
Setiap remaja harus bisa
berbahasa Jawa ngoko
maupun karma
20 64,5% 11 35,5% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31
6 Setiap remaja harus ikut
melestarikan bahasa Jawa 22 71,0% 9 29,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31
7
Setiap remaja harus bangga
menggunakan bahasa Jawa
sebagai alat komunikasi
sehari-hari
20 64,5% 10 32,3% 1 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 31
8
Setiap remaja bisa menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa pengantar di
akun media sosial.
14 45,2% 15 48,4% 2 6,5% 0 0,0% 0 0,0% 31
9
Penggunaan bahasa Jawa di
media sosial sebagai salah
satu cara pelestarian bahasa Jawa
25 80,6% 6 19,4% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31
Tabel 6 dan 6.1 berisi pernyataan mengenai pelestarian dan pemakaian bahasa
Jawa. dari hasil angket secara keseluruan ada 9 pernyataan dijawab positif.
Pertama, bahasa jawa mudah dipahami ada 22 (71,0%) responden yang menjawab
sangat setuju. Kedua, bahasa jawa sering menimbulkan kesalahpahaman,
sebanyak 11 (35,5%) menjawab sangat tidak setuju. Pernyataan bahasa Jawa
mudah untuk dipelajari dengan jawaban paling tinggi sangat setuju oleh 16
responden (51,6%). Pernyataan bahasa Jawa penting untuk komunikasi mendapat
jawaban sangat setuju paling tinggi sebanyak 19 ( 61,3%) responden.
Kemudian yang berkaitan langsung dengan sikap remaja terhadap bahasa
Jawa itu sendiri. Pernyataan nomer 5 setiap remaja harus bisa berbahasa Jawa
ngoko maupun krama, sebagian besar responden menjawab sangat setuju yaitu 20
responden (64,5%). Pernyataan nomer 6 setiap remaja harus ikut melestarikan
bahasa Jawa dijawab sangat setuju oleh responden paling banyak yaitu 22
33
responden (71,0%). Pernyataan nomer 7 setiap remaja harus bangga menggunakan
bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sehari-hari. Responden yang menjawab
sangat setuju paling banyak yaitu 20 responden (64,5%). Sedangkan untuk
pernyataan nomer 8 mengenai pemakaian bahasa di media sosial responden paling
banyak bahwa penggunaan bahasa di media sosial sebagai salah satu cara
pelestarian bahasa Jawa dengan jawaban paling banyak adalah sangat setuju yaitu
25 responden (80,6%).
Dari analisi di atas, dapat ditarik suatu simpulan bahawasanya remaja sangat
mendukung dalam hal pelestarian bahasa Jawa dengan cara penggunaan bahasa
Jawa di berbagai ranah kehidupan. Salah satunya adalah penggunaan di media
sosial (facebook) dengan cara membuat grup tersendiri dalam peneleitian ini di
beri nama Grup XRA Jawa Banget. Dengan meyakini bahwa adanya penggunaan
bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar di Grup dapat ikut meningkatkan
penggunaan dan melestarikan bahasa Jawa pada umumnya dan krama alus pada
khususnya.
34
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang dilakukan ditemukan bentuk pemakaian
bahasa Jawa di media sosia, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial dapat dikelopokkan menjadi
dua berdasarkan unggah ungguh basa, yaitu: 1) ragam ngoko, seperti mung
ngomong kok mas, sing paling ganteng teng kelas XRA niku Hery Setya mas
mlah rebutan ganteng , haha, kug iso dijenengi bedol comp jar?, msalahe aku
dereng adus ug jar. Hahaha, dan 2) ragam krama alus, seperti: nggeh
mboten napo2 bu. nggeh msalahe kathah senk mboten sering mbikak fb, tilem
wonten griyo bu. hehehe. panjenengan pripun bu? Hehehe, pensi dinten
kamis yen mboten salah bu. njenengan nampilke mboten bu? Hehehe, Haha.
Sampun dalu. Monggo tilem sesarengan., Dateng kanca kanca keng badhe
ningali the last naruto menika daftar tiketipun sawetara wekdal...nuwun
2. Media sosial sangat efektif dalam upaya meningkatkan penggunaan bahasa
Jawa krama alus bagi siswa kelas X RA berdasarkan simpulan dari analisis,
sebagai berikut: 1) siswa kelas X RA sangat terbantu dengan penggunaan
bahasa Jawa krama alus di media sosial, baik untuk ranah memahami,
berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan siswa kelas X RA dalam
keempat ranah tersebut mengalami peningkatan setelah bergabung di Grup
XRA Jawa Banget; 2) siswa kelas X RA sering memakai bahasa Jawa ngoko
dalam berkomunikasi dengan teman dan bahasa Jawa krama alus dengan
bapak atau ibu guru dan staf TU ketika di sekolah setelah bergabung dengan
Grup XRA Jawa Banget; 3) siswa kelas X RA mengalami perubahan sikap
sangat setuju dan senang apabila bahasa Jawa dimasukkan dalam kurikulum
sekolah. Sebagaimana kita tahu bahawa salah satu cara melestarikan bahasa
Jawa adalah dengan memasukkan di sekolah (pendidiakn formal); 4)
meningkatnya kemampuan siswa kelas X RA dalam memahami dan
menggunakan tata bahasa Jawa krama alus sehingga remaja tidak takut salah
https://www.facebook.com/herysetya11
35
apabila akan memakai bahasa Jawa krama alus untuk berkomunikasi. Dengan
demikian, bahasa Jawa akan tetap lestari di kalangan siswa pada khususnya
dan masyarkat pada umumnya; 5) meningkatnya penggunaan bahasa Jawa di
media sosial oleh siswa setelah bergabung di Grup XRA Jawa Banget
sehingga tetap menjaga kelestarian penggunaan bahasa Jawa; 6) siswa kelas
X RA semakin menunjukkan sikap setuju dan mendukung untuk penggunaan
bahasa Jawa dengan media sosial.
B. IMPLIKASI
Simpulan dari penelitian ini berimplikasi pada dunia keilmuan dan
pendidikan. Implikasi pada bidang keilmuan khususnya bidang bahasa,
memberikan deskripsi atau gambaran mengenai pengunaan bahasa Jawa di media
sosial khususnya dan siswa kelas X RA pada umumnya. Penggunaan bahasa
tersebut dalam ragam ngoko dan krama alus. Dengan demikian, sebagian dari
siswa kelas X RA masih menggunakan bahasa Jawa baik ngoko maupun krama
alus.
Selain itu, simpulan juga berimplikasi pada dunia teknologi komunikasi
dalam hal ini media sosial. Media sosial sangat efektif sebagai media untuk
melestarikan budaya, khususnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan siswa kelas
X RA. Media sosial sangat dekat dengan kehidupan siswa sehingga efektif untuk
meningkatkan penggunaan bahasa Jawa sebagai salah satu cara efektif
melestarikan budaya.
Simpulan penelitian ini juga berimplikasi pada dunia pendidikan. Bentuk
penggunaan bahasa Jawa di media sosial dapat dijadikan pembelajaran bahasa
Jawa, khususnya mengenai unggah-ungguh basa Jawa. Siswa dapat berlatih
memperbaiki penggunaan tembung ketika membuat ukara dalam ragam krama
dan krama alus/inggil. Selanjutnya, Guru dapat menjelaskan letak kekurangan
dalam pemakaian bahasa Jawa ragam krama alus.
36
C. SARAN
Berdasarkan simpulkan dapat disampaikan beberapa saran atau usulan kepada
berbagai pihak, sebagai berikut:
1. Bagi remaja pada umumnya dan siswa pada khususnya
Penggunaan bahasa Jawa di media sosial merupakan salah satu upaya
melestarikan bahasa Jawa. Oleh karena itu, sebaiknya remaja sekarang harus
bangga dan sering menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dalam
berbagai bid
Recommended