View
190
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Definisi Pengetahuan Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan – Menurut Notoatmodjo 2007, Pengetahuan adalah merupakan hasil
dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan
termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan
prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang
terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya.
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman
baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi
masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya:
Pendidikan
Informasi/Media Massa
Sosbud dan Ekonomi
Lingkungan
Pengalaman
Usia
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN DALAM DIRI
SESEORANG
1.Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam
dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya
akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .
2.Informasi/MediaMassa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa
yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan
lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
3.Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4.Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
5.Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6.Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan
yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi
suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih
banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan
masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
· Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
· Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
Pengukuran Pengetahuan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes /
kuesioner tentang object pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian
dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah
diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang
diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase dengan
rumus yang digunakan sebagai berikut:
Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya prosentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan
sebagai berikut :
Baik : Nilai = 76-100%
Cukup : Nilai = 56-75%
Kurang : Nilai = 40-55%
Tidak baik : Nilai < 40%
REFERENSI :
Arikunto, S. 1994. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGCWidayatun, TS. 1999. Ilmu
Prilaku, Cetakan pertama. CV Sagung Seto: Jakarta.
Informasi Karya ilmiah:
Program Studi Asal: DIV KEBIDANAN-STIKES NWU
Tahun: 2011
Title/Judul: PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN PENANGANAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI 1 BERGAS
Judul Terjemahan (Title):
The Correlation of Providing Health Education by Lecture Method about Leucorrhea to Knowledge on Female Adolescents in Bergas 1 State Senior High School.
Nama: ISTIQOMAH
Pembimbing: (1).dr. Adil Zulkarnain, Sp.OG (2).M. Imron R, S.Kep,Ns
Topik/Subjek I pendidikan kesehatan, pengetahuan
Topik/Subjek II: remaja putri, keputihan
Jenis Karya Ilmiah.: Skripsi
Summary /Abstraksi: Keputihan adalah keluarnya cairan dari mulut vagina. Cairan itu bisa berwarna putih kekuningan atau hijau kekuningan bila keputihannya sudah parah. Selain menimbulkan rasa gatal. Keputihan juga menimbulkan bau tak sedap pada vagina. Kejadian ini dianggap biasa tanpa adanya penanganan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Perbedaan Pengetahuan Tentang Keputihan Terhadap Penanganan Keputihan Sebelum dan Sesudah dilakukan Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah pada Remaja Putri SMA Negeri 1 Bergas. Penelitian menggunakan metode quasy eksperimental dengan pendekatan one group pretest-posttest. Subjek penelitiannya adalah remaja putri yang mengalami masalah keputihan berjumlah 78 responden kelompok eksperimen dengan menggunakan simple random sampling Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan yaitu dari 3,8 menjadi 83,3. Hasil wilcoxon signed ranks test adalah nilai p (0,004) < α (0,05), dan perubahan perilaku penanganan keputihan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan yaitu dari 5,1 menjadi 6,4. Hasil wilcoxon signed ranks test adalah nilai p (0,000) < α (0,05). Ada perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah pada remaja putri SMA Negeri 1 Bergas . Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan variabel-veriabel lain yang dapat dijadikan eksperimen untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan terhadap perilaku penanganan keputihan pada remaja putri.
Jenjang Program Studi:
DIV KEBIDANAN
NIM.: 030110a036
Language: Indonesian
No.Registrasi: 342/15-08-2011/DIV KEBIDANAN
Jenis MediaSimpan: CD
Tgl. Awal Cantuman: 13 April 2012 10:09:42 AM
Tgl. Ubah Cantuman:
13 April 2012 10:09:42 AM
Pembagian Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom
Labels: pbm
Blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model-Model Pembelajaran kali ini akan
mengangkat bahasan yang mungkin sudah sangat dipahami oleh para pembaca yang
budiman, yaitu tentang taksonomi Bloom pada ranah (domain) kognitif. Walaupun
pembagian ranah tujuan pembelajaran dari aspek kognitif (intelektual) ini sudah dikenal
umum,pada kenyataannya guru atau calon guru masih sering mengalami kesulitan dalam
menuliskan tujuan pembelajaran dengan berbagai variasi level (tingkatan).Ranah (Domain) Kognitif Menurut Bloom (1956)
tingkatan (level) taksonomi Bloom pada ranah kognitif
Bloom pada tahun 1956, dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives. Handbook I : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New York telah
membagi ranah (domain) kognitif menjadi beberapa bagian. Berikut adalah penjelasannya.
Tujuan pembelajaran dalan ranah (domain) kognitif atau intelektual dibagi menjadi 6
tingkatan, dilambangkan dengan huruf C (cognitive). Secara umum, makin tinggi
tingkatannya semakin rumit tujuan pembelajaran itu yaitu:
1. Tingkat (Level) Pengetahuan – C1
Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat
kembali materi yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang istilah; (b)
pengetahuan tentang fakta khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan
tentang kecendrungan dan urutan; (e) pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori; (f)
pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan tentang metodologi.
Kata Kerja Operasional Level C1
Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level
C1 (Cognitive 1 – Pengetahuan) antara lain: mengutip
menyebutkan
menjelaskan
menggambar
membilang
mengidentifikasi
mendaftar
menunjukkan
memberi label
memberi indeks
memasangkan
menamai
menandai
membaca
menyadari
menghafal
meniru
mencatat
mengulang
mereproduksi
meninjau
memilih
menyatakan
mempelajari
mentabulasi
memberi kode
menelusuri
menulis
merespon
2. Tingkat (Level) Pemahaman – C2
Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami
materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk
lain); (b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi);(c) ekstrapolasi
(memperpanjang/memperluas arti/memaknai data).
Kata Kerja Operasional Level C2
Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level
C2 (Cognitive 2 – Pemahaman) antara lain: memperkirakan
menjelaskan
mengkategorikan
mencirikan
merinci
mengasosiasikan
membandingkan
menghitung
mengkontraskan
mengubah
mempertahankan
menguraikan
menjalin
membedakan
mendiskusikan
menggali
mencontohkan
menerangkan
mengemukakan
mempolakan
memperluas
menyimpulkan
meramalkan
merangkum
menjabarkan
3. Tingkat (Level) Aplikasi – C3
Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk
menerapkan informasi dalam situasi nyata.
Kata Kerja Operasional Level C3
Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level
C3 (Cognitive 3 – Aplikasi) antara lain: menugaskan
mengurutkan
menentukan
menerapkan
menyesuaikan
mengkalkulasi
memodifikasi
mengklasifikasi
menghitung
membangun
membiasakan
mencegah
menentukan
menggambarkan
menggunakan
menilai
melatih
menggali
mengemukakan
mengadaptasi
menyelidiki
mengoperasikan
mempersoalkan
mengkonsepkan
melaksanakan
meramalkan
memproduksi
memproses
mengaitkan
menyusun
mensimulasikan
memecahkan
melakukan
mentabulasi
4. Tingkat (Level) Analisis – C4
Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain)
kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-
bagiannya. Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi
bagian-bagian materi); (b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c) analisis
pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi).
Kata Kerja Operasional Level C4
Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level
C4 (Cognitive 4 – Analisis) antara lain: menganalisis
mengaudit
memecahkan
menegaskan
mendeteksi
mendiagnosis
menyeleksi
merinci
menominasikan
mendiagramkan
mengkorelasikan
merasionalkan
menguji
mencerahkan
menjelajah
membagankan
menyimpulkan
menemukan
menelaah
memaksimalkan
memerintahkan
mengedit
mengaitkan
memilih
mengukur
melatih
mentransfer
5. Tingkat (Level) Sintesis – C5
Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi.
Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang unik; (b)
memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi
seperangkat hubungan abstrak.
Kata Kerja Operasional Level C5
Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level
C5 (Cognitive 5 – Sintesis) antara lain: mengabstraksi
mengatur
menganimasi
mengumpulkan
mengkategorikan
mengkode
mengombinasikan
menyusun
mengarang
membangun
menanggulangi
menghubungkan
menciptakan
mengkreasikan
mkengoreksi
merancang
merencanakan
mendikte
meningkatkan
memperjelas
memfasilitasi
membentuk
merumuskan
menggeneralisasi
menggabungkan
memadukan
membatas
merefarasi
menampilkan
menyiapkan
memproduksi
merangkum
merekonstruksi
6. Tingkat (Level) Evaluasi – C6
Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan
melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk
tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level)
evaluasi menurut Bloom, yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan
(2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal.
Kata Kerja Operasional Level C6
Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada level
C6 (Cognitive 6 – Evaluasi) antara lain: membandingkan
menyimpulkan
menilai
mengarahkan
mengkritik
menimbang
memutuskan
memisahkan
memprediksi
memperjelas
menugaskan
menafsirkan
mempertahankan
memerinci
mengukur
merangkum
membuktikan
memvalidasi
mengetes
mendukung
memilih
memproyeksikan
Pengertian dan Tingkat PengetahuanPengetahuan atau knowledgeadalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besarpengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari olehpengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari olehpengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). Interest, dimana orang mulai tertarik kepada Stimulus
Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulustersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial , dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru Adoption di mana subyek telah berperilaku baru sesuai denganpengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsunglama. Suatu contoh dapat dikemukakan di sini. Ibu-ibu peserta KB, yang diperintahkan oleh Lurah atau Ketua RT, tanpa ibu-ibu tersebut mengetahui makna dan tujuan KB, maka mereka akan segera keluar dari keikutsertaannya dalam KB setelah beberapa saat perintah tersebut diterima.
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
- Tuhu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: Dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori danprotein pada anak balita.
- Comprehension (Memahami)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
- Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solvingcycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
- Análisis (Analysis)
Análisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
- Síntesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
- Evaluasi GEvaluation),
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan ántara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidák mau ikut KB, dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.
Pengetahuan
2.1.1.1 Pengertian
Menurut Meliono (2007),Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Menurut Hidayat (2007), Pengetahuan adalah merupakan proses belajar
dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu untuk dapat menghasilkan informasi dan keterampilan.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan initerjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap
suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap objek. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin
luas pulapengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat
bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan non
formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang di ketahui, maka
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World
Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek
kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
sendiri.
2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuk nya tindakan seseorang (oventbehavior). Dari pengalaman dan penelitian
ternyata prilau yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : ( Notoatmodjo, 2003 )
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah, kata kerja untuk mengukurnya antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendifinisikan dan menyatakan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untukmenjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar..
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dalam konteks atau
situasi lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, (2003) adalah
sebagai berikut :
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat
baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip
orang lain yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya
baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-
1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara
untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita dengan penelitian ilmiah.
Menurut Meliono (2007),Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Menurut Hidayat (2007), Pengetahuan adalah merupakan proses belajar
dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu untuk dapat menghasilkan informasi dan keterampilan.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya .
Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan:
a. Cara tradisional.
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis.
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
1) Cara coba salah ( trial and error )
2) Cara kekuasaan atau otoritas
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
4) Melalui jalan pikiran
b. Cara modern.
Cara memperoleh pengetahuan yang sistematis, logis, dan ilmiah.
2.1.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a) Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan ynag diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut
YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi.
2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut
Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
b) Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan
merupakanseluruh kondisi yang adadisekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
Faktor pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor penyebab sebagian besar
ibu kurang mengetahui dam memahami tentang cara perawatan payudara. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan payudara akan sangat membantu
yang bersangkutan untuk melakukan perawatan payudara dengan baik dan benar
demi keberhasilan proses menyusui.
2.1.1.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1. Baik : Hasil presentase 76%-100%
2. Cukup : Hasil presentase 56%-75%
3. Kurang : Hasil presentase > 56%
2.1.2 Sikap
2.1.2.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap juga diartikan sebagai
penggambaran suka atau tidak suka seseorang terhadap objek, yang diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang lain yang membuat seseorang mendekati atau
menjauh objek lain.
2.1.2.2 Komponen sikap
Komponen Sikap Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk
sikap yang utuh (total attitude) yaitu : (Notoatmodjo, 2007).
a) Kognitif (cognitive). Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau
apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia
akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek
tertentu.
b) Afektif (affective) Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap
suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimiliki obyek tertentu.
c). Konatif (conative) Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi
(Notoatmodjo ,1997).
2.1.2.3 Tingkatan
Seperti halnya dengan pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2007). Sikap terdiri
dari berbagai tingkatan :
1). Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2). Merespon (responding)
Diartikan bahwa sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3). Menghargai (vauling)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4). Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.1.2.4 Pembentukan sikap
Menurut Azwar (2007) fakto-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
antara lain :
a). Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terdapat stimulus sosial. Middllebrook (1974) mengatakan bahwa
tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung
akan akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
b). Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan
sikap orang yang dianggap penting. Keinginan ini antara lain di motivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut. Diantara orang yang diasanya dianggap penting
oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman
sebaya, teman dekat, istri suami dll.
c). Pengaruh budaya
Kebudayaan menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai
masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
d). Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,media massa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila
cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.
e). Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap.
f). Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Peranan gender sangat mempengaruhi keadaan emosional,
perempuan menekankan pada tanggung jawab dalam emosinya. Perempuan
merasa bertanggung jawab terhadap emosi orang lain. Mereka sangat
memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih mampu untuk memahami
perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan biasanya jauh lebih memiliki
empati terhadap penderita orang lain ketimbang laki-laki. Masyarakat memiliki
stereotip bahwa laki-laki kurang mampu menghayati perasaan emosionalnya.
Adapun perempuan sangat menghayati emosinya. Laki-laki mudah
menyembunyikan emosi yang dialaminya, sedangkan perempuan sulit
menyembunyikannya. Oleh sebab itu maka perempuan cenderung menganggap
bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas dan sedih dari pada sedih
dari pada laki-laki. Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah
(smartpsikologi, 2007).
2.1.2.5 Determinan Perilaku Manusia
Menurut Sunaryo (2004), prilaku seseorang ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor :
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
Terwujudnya dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung (enable factor)
Terwujudnya dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana kesehatan.
3) Faktor-faktor pendorong (reineforcing factor)
Terwujudnya dalam sikap dalam prilaku petugas kesehatan atau petugas
yang lain, yang merupakan kelompok referensi dan prilaku masyarakat.
2.1.2.6 Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert
mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan
dengan skala thurstone. Skala thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan
menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorabel. Sedangkan
aitem yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, likert
menggunakan teknik kontruksi test yang lain. Masing – masing responden diminta
melakukan egreement atau disegreemennya untuk masing – masing aitem dalam
skala yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju). Semua aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam
angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak
setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorabel nilai skala sangat setuju
nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala likert disusun dan diberi skor sesuai
dengan skala interval sama (equal interval scale).
Recommended