View
332
Download
10
Category
Preview:
DESCRIPTION
Manajemen Lalu Lintas
Citation preview
4.1.2 Formulir SIG-II
Penentuan Arus Lalu Lintas
Satuan Mobil Penumpang (smp) adalah satuan dari arus lalu lintas hasil pengolahan data.
Tujuannya agar semua jenis kendaraan memiliki ‘anggapan’ ukuran yang sama. Nilai arus lalu lintas
dalam smp diperoleh dari hasil perkalian jumlah kendaraan hasil pengamatan dikali dengan nilai
ekivalensi mobil penumpang (emp).
Equivalen Mobil Penumpang (EMP) merupakan equivalensi dari masing-masing karakteristik
kendaraan menjadi Satuan Mobil Penumpang (SMP) mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI).
Dari tabel Jumlah Kendaraan pada saat peak hour yang masih berupa jumlah kendaraan ringan (LV),
kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC) dikalikan faktor EMP kemudian menjadi Jumlah
Kendaraan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP). Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan
arus lalu lintas dalam smp/jam.
4.1.3 Formulir SIG-IV
Hasil yang sudah didapatkan dari Formulir SIG-II dimasukkan kedalam Formulir SIG-IV
Arus yang Melakukan Belok Kanan (QRT)
Arus yang Melakukan Belok Kanan (QRT) merupakan jumlah total kendaraan (smp/jam) yang
melakukan belok kanan atau right turn.
Contoh :
Untuk pendekat selatan arus yang melakukan belok kanan (arah diri) = 362 smp/jam
Arus yang Melakukan Belok Kanan dari Arah yang Berlawanan (QRTO)
Merupakan jumlah total kendaraan (smp/jam) dari arah berlawanan yang melakukan belok kanan
atau right turn opposite.
Contoh :
Untuk pendekat selatan arus yang melakukan belok kanan dari arah yang berlawanan (arah lawan)
= 565 smp/jam
Nilai Arus Jenuh Dasar (SO)
Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif pendekat
(We)
So=600 ×W e
Contoh untuk pendekat Timur:
So=600 × 9.7=5820 smpjamhijau
Untuk pendekat terlawan arus jenuh dasar ditentukan dari Gambar C-3:2 (untuk pendekat tanpa
lajur belok-kanan terpisah) dan dari Gambar C-3:3 (untuk pendekat dengan jalur belok kanan
terpisah) (MKJI) sebagai fungsi dari We, QRT, dan QRTO.
Jika gerakan belok kanan lebih besar dari 250 smp/jam, fase sinyal terlindung harus
dipertimbangkan, artinya rencana fase sinyal harus diganti. Cara pendekatan dapat digunakan
untuk tujuan analisa operasional misalnya peninjauan kembali waktu sinyal suatu simpang.
Contoh untuk pendekat Selatan:
QRT=362 smpjam
QRTO=565 smpjam
Karena nilai QRTO > 250 smp/jam dan lajur belok kanan tidak terpisah, maka:
1. Tentukan Sprov pada QRTO = 250
Sprov=2900 smpjam
2. Tentukan S sesungguhnya sesuai dengan persamaan sebagai berikut:
S=S prov−{(QRTO+QRT−500 ) ×2 } smpjam¿2900− {(565+362−500 ) ×2 }=2047 smp / jam
Faktor Penyesuaian
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan dari Tabel C-4:3 sebagai fungsi dari ukuran kota yang
tercatat pada Formulir SIG-I. Kota Bandung memiliki jumlah penduduk 2.4 juta jiwa.
Tabel 4. 1 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Maka nilai FCS adalah 1.00
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FSF)
Faktor penyesuaian Hambatan Samping ditentukan dari Tabel C-4:4 sebagai fungsi dari jenis
lingkungan jalan, tingkat hambatan samping (tercatat dalam Formulir SIG-I), dan rasio kendaraan
tak bermotor (dari Formulir SIG-II Kolom 18). Jika hambatan samping tidak diketahui, dapat
dianggap sebagai tinggi agar tidak menilai kapasitas terlalu besar.
Tabel 4. 2 Faktor Penyesuaian untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping, dan Kendaraan Tak
Bermotor (FSF)
Contoh untuk pendekat Selatan:
Lingkungan jalan merupakan kawasan komersial (COM) dengan hambatan samping sedang dan tipe
fase terlawan dan rasio kendaraan tak bermotor 0. Maka nilai FCS = 0.94
Faktor penyesuaian Kelandaian (FG)
Faktor penyesuaian kelandaian ditentukan dari Gambar C-4:1 sebagai fungsi dari kelandaian (GRAD)
yang tercatat pada Formulir SIG-I.
Simpang ini mempunyai kondisi geometri yang relative datar sehingga nilai FG = 1.
Faktor Penyesuaian Parkir (FP)
Faktor penyesuaian parkir ditentukan dari Gambar C-4:2 sebagai fungsi jarak dari garis henti sampai
kendaraan yang diparkir pertama (Kolom 7 pada Formulir SIG-I) dan lebar pendekat (WA, Kolom 9
pada Formulir SIG-IV).
Nilai FP untuk simpang Jl. Cikapayang dengan Jl. Ir. H. Djuanda = 1.
Faktor Belok Kanan FRT
Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kanan
PRT.
Untuk pendekat tipe P; Tanpa median; jalan dua arah; lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk
FRT=1.0+PRT × 0.26
pada kasus ini simpang Jl. H. Djuanda dan Jl. Sulanjana tidak termasuk syarat diatas sehingga nilai
FRT untuk semua pendekat = 1.
Faktor Belok Kiri FLT
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio belok kiri PLT seperti
tercatat pada kolom 5 pada Formulir SIG-IV.
Untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
F ¿=1.0−P¿×0.16
pada kasus ini simpang Jl. H. Djuanda dan Jl. Sulanjana tidak termasuk syarat diatas sehingga nilai
FLT untuk semua pendekat = 1.
Nilai arus jenuh yang disesuaikan
Besaran nilai arus jenuh yang disesuaikan :
S=SO× FCS × FSF ×FG ×F P× FRT × F¿ (smp/jam hijau)
Contoh untuk pendekat Selatan:
S=So× FCS × FSF ×FG × F P× FRT × F¿
S=2047× 1× 0.94 ×1×1×1×1=1924smp/jam hijau
Rasio Arus (FR)
Rasio arus merupakan pembagian antara Q (Arus Lalu lintas) dengan S (Nilai arus jenuh) pada
setiap pendekat.
FR=Q /S
Contoh pendekat Barat :
FR=17051924
=0.886
Beri tanda rasio arus kritis (FRCRIT)(=tertinggi) pada masing-masing fase.
Rasio Arus Simpang (IFR)
Rasio arus simpang merupakan jumlah dari nilai-nilai FRCRIT
IFR=∑ FRCRIT¿0.886+0.355+0.284¿1.242
Rasio Fase (PR)
Rasio Fase merupakan pembagian antara Rasio Arus Simpang (IFR) dengan IFR pada setiap fase
yang memiliki FRCRIT.
Contoh pendekat Selatan:
PR= FRIFR
=0.8861.242
=0.71 4
Waktu Hijau (detik)
Waktu hijau (g)
Siklus pertama = 105 detik
Siklus kedua= 34 detik
Siklus ketiga = 40 detik
Waktu Hilang Total (LTI) = 6 detik
Sehingga Waktu Siklus (c) = 200 detik
Kapasitas (smp/jam)
Kapasitas tiap pendekat dihitung dengan persamaan C=S× gc (smp/jam)
Contoh pendekat Selatan :
C=1924 ×(105200 )=1010smp/jam
Derajat Kejenuhan (DS)
Derajat Kejenuhan didapatkan dari pembagian antara nilai Arus Lalu lintas (Q) dengan Kapasitas (C)
atau dengan persamaan DS=QC
Contoh pendekat Selatan :
DS=QC
=17051010
=1.69smp/jam
4.1.4 Formulir SIG-V
Panjang Antrian
Dari pengaturan sinyal yang ada didapatkan rasio hijau (GR)
GR=g /c
Contoh pendekat Selatan :
GR=105200
=0.525
Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1)
Derajat kejenuhan yang didapatkan dari perhitungan pada kondisi di simpang Jl. H. Djuanda dan Jl.
Sulanjana bernilai diatas 0,5 (DS > 0.5). Sesuai dengan MKJI 1997, maka NQ1 didapatkan untuk
setiap pendekat adalah :
NQ1=0.25 ×C ×[ ( DS−1 )+√ ( DS−1 )2+ 8×(DS−0.5)C ]
Contoh nilai NQ1 untuk pendekat Selatan :
NQ1=0.25×1010 ×[(1.69−1 )+√ (1.69−1 )2+ 8×(1.69−0.5)1010 ]
NQ1=349.2
Bila terdapat nilai DS < 0.5 maka nilai NQ1=0
Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2)
Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2) untuk setiap pendekat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut
NQ2=c× 1−GR1−GR×DS
× Q3600
Contoh nilai NQ2 untuk pendekat Barat :
NQ2=200 × 1−0.5251−0.525 ×1.69
× 17053600
NQ2=395.4
Jumlah kendaraan antri (NQ)
NQ=NQ1+NQ2
Jumlah kendaraan antri merupakan penjumlahan Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya (NQ1) dengan jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2)
Contoh nilai NQ untuk pendekat Barat :
NQ=349.2+395.4=744.6
Menentukan NQmax
Nilai NQmax ditentuakan menggunakan Gambar E-2:2 MKJI 1997 berdasarkan nilai peluang
pembebanan lebih POL (%). Nilai POL (%) yang digunakan sebesar 5% dikarenakan merupakan
keperluan untuk operasi (bukan perancangan atau perencanaan).
Gambar 1. 1 Perhitungan jumlah antrian NQmax dalam smp
Contoh nilai NQmax untuk pendekat Selatan = 58
Panjang Antrian (QL)
Panjang antrian kendaraan (smp) merupakan perkalian antara NQmax dengan luas rata-rata yang
dipergunakan per smp (20m2) kemudian dibagi dengan lebar masuknya.
QL=NQmax ×20
W masuk
Contoh nilai QL untuk pendekat Selatan :
QL=58× 207
=166 m
Kendaraan Terhenti
Angka Henti
Nilai angka henti (NS) masing-masing pendekat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata berhenti per
smp (termasuk berhenti berulang dalam antrian).
NS=0.9× NQQ × c
×3600
Contoh nilai angka henti untuk pendekat Selatan :
NS=0.9× NQQ × c
×3600
NS=0.9× 744.61705 ×200
×3600
NS=7.07 stop /smp
Jumlah Kendaraan Henti
N sv=Q ×NS
Contoh nilai angka henti untuk pendekat Selatan :
N sv=Q ×NS
N sv=1705 ×7.07
N sv=12062 smp / jam
Tundaan
Tundaan Rata-rata pada masing-masing Pendekat
Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (DT) akibat pengaruh timbal balik dengan gerakan-
gerakan lainnya pada simpang
DT=c× A+NQ1× 3600
C
A=0.5× (1−GR )2
(1−GR×DS )
Contoh nilai tundaan untuk pendekat Selatan :
DT=247× A+ 349.2× 36001010
A= 0.5× (1−0.525 )2
(1−0.525 ×1.69 )
DT=1443 det / smp
Tundaan Geometrik
Tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG) akibat perlambatan dan percepatan
ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan/atau ketika dihentikan oleh lampu merah.
DG=(1−P sv ) ×PT × 6+( P sv × 4 )Contoh nilai tundaan geometrik untuk pendekat Selatan :
DG=(1−1 ) ×0.304 × 6+(1× 4 )
DG=4 det /smp
Tundaan Rata-rata
Tundaan Rata-rata merupakan penjumlahan dari Tundaan pada masing-masing pendekat dengan
Tundaan Geometrik.
D=DT + DG
Contoh nilai tundaan geometrik untuk pendekat Selatan :
D=1443+4=1447 det /smp
Tundaan Simpang Rata-rata
Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (Di) dengan membagi jumlah nilai tundaan dengan arus
total (QTOT) dalam smp/jam
Di=∑ (QxD )
Qtot
Di=6794467
5840=1163.416 detik /smp
4.2 Simpang Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana
4.2.1 Formulir SIG-I
Kondisi Simpang Jl. H. Djuanda – Jl. Sulanjana
g = 144 g = 60 g = 40 Waktu siklus:c =
247
LTI = IG = IG = 3 IG = 0 IG = 0 3
7 7 U
7.075
7.075
5.5 5.5
Pendekat WA
Masuk W MASUK
Belok kiri langsung WLTOR
Keluar W KELUAR
U COM R Y T 7 7 5.5S COM R Y T 5.5 5.5 7T COM R T T 7.075 7.075 4B COM S T T 4 4 7
Lampiran 1. Data Kondisi Lapangan Tanggal : 3 Desember 2015 Ditangani oleh :
SIMPANG BERSINYAL Kota : BandungFormulir SIG-I Simpang : Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana
GEOMETRI Ukuran kota : 2.4 JutaPENGATURAN LALU LINTAS Perihal : 3 FASELINGKUNGAN Periode : Jam Puncak Pagi
FASE SINYAL YANG ADA
Waktu hilang
total :
4
4
KONDISI LAPANGAN
Kode pendekat Ti
pe
lingk
unga
n
jala
n Median Ya/T idak
Kel
anda
ian
+/- %
Belok kiri langsung Ya/T idak
Jarak ke kendaraan
parkir (m)
Lebar pendekat (m)
4.2.2 Formulir SIG-II
terlindung terlawan terlindung terlawan terlindung terlawan terlindung terlawan
U LT/LTOR 445 445 445 0 0 0 453 91 181 898 536 626 0.317ST 807 807 807 0 0 0 1642 328 657 2449 1135 1464RT 16 16 16 0 0 0 23 5 9 39 20 25 0.012
Total 1268 1268 1268 0 0 0 2117 423 847 3385 1691 2114 24 0.014S LT/LTOR 47 47 47 0 0 0 131 26 52 178 73 99 0.04
ST 1147 1147 1147 0 0 0 2138 428 855 3285 1575 2002RT 98 98 98 0 0 0 125 25 50 223 123 148 0.07
Total 1292 1292 1292 0 0 0 2394 479 958 3686 1771 2250B LT/LTOR 40 40 40 0 0 0 168 34 67 208 74 107 0.19
ST 140 140 140 0 0 0 344 69 138 484 209 278RT 156 156 156 0 0 0 60 12 24 216 168 180 0.32
Total 336 336 336 0 0 0 572 114 229 908 450 565 0 0.000T LT/LTOR 43 43 43 0 0 0 221 44 88 264 87 131 0.0966
ST 238 238 238 0 0 0 371 74 148 609 312 386RT 383 383 383 0 0 0 602 120 241 985 503 624 0.5464
Total 664 664 664 0 0 0 1194 239 478 1858 903 1142
kend / jam
KEND. TAK
Rasio (QUM ) (QMV )
kend/jamsmp / jam
Rasio Berbelok
PLTOR PRT
Kode Pendekat Arah
Kendaraan Berat (HV)
kend/jamsmp / jamsmp / jam
ARUS LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR (MV)Kendaraan Ringan (LV) Sepeda Motor (MC)
Kendaraan Bermotor Total (QMV )
kend/jamsmp / jam
Arus (QUM )
emp terlindung = 1,0emp terlawan = 1,0
emp terlindung = 1,3emp terlawan = 1,3
emp terlindung = 0,2emp terlawan = 0,4
kend/jam
SIMPANG BERSINYALFormulir SIG-II
ARUS LALU LINTAS
Ditangani oleh : Perihal : 3 FASEPeriode : Jam Puncak PagiSimpang : Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana
Kota : BandungTanggal : 3 Desember 2015
Penentuan Arus Lalu Lintas
Satuan Mobil Penumpang (smp) adalah satuan dari arus lalu lintas hasil pengolahan data.
Tujuannya agar semua jenis kendaraan memiliki ‘anggapan’ ukuran yang sama. Nilai arus lalu lintas
dalam smp diperoleh dari hasil perkalian jumlah kendaraan hasil pengamatan dikali dengan nilai
ekivalensi mobil penumpang (emp).
Equivalen Mobil Penumpang (EMP) merupakan equivalensi dari masing-masing karakteristik
kendaraan menjadi Satuan Mobil Penumpang (SMP) mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI).
Dari tabel Jumlah Kendaraan pada saat peak hour yang masih berupa jumlah kendaraan ringan (LV),
kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC) dikalikan faktor EMP kemudian menjadi Jumlah
Kendaraan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP). Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan
arus lalu lintas dalam smp/jam.
Rasio Berbelok
Rasio berbelok merupakan perbandingan jumlah kendaraan yang berbelok kanan atau kiri dengan
total jumlah kendaraan yang berangkat dari pendekat tersebut (masing-masing dalam smp/jam).
Besaran rasio belok menggunakan Pendekat Terlindung (P) dan Pendekat Terlawan (O) adalah
sama.
Contoh perhitungan rasio berbelok untuk pendekan Utara
P¿=¿(smp/ jam)
Total (smp/ jam)
pLT=536808
=0.317
4.2.3 Formulir SIG-IV
Penentuan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Dengan Kelas Hambatan Samping Untuk Simpang Bersinyal
So Fcs FSF FG Fp FRT FLT S Q Q/SFrcrit IFR
g S x g/c Q / C
T 2 p 0.097 0.55 7.075 4245 1 0.94 1 1 1 1 3990 903 0.226 0.176 60T 3 O 0.097 0 180 7.075 3394 1 0.94 1 1 1 1 3190 1142 0.358 0.278 40T 2/3 P /O 3670 998 0.272 100 1486 0.67
B 3 O 0.19 0.32 180 0 4 2080 1 0.94 1 1 1 1 1955 565 0.289 40 317 1.78
S 1 O 0.04 0.07 148 25 5.5 3555 1 0.94 1 1 1 1 3341 2250 0.673 144 1948 1.15
U 1 O 0.317 0.012 25 148 7 3200 1 0.94 1 1 1 1 3008 2114 0.703 0.546 144 1754 1.21
IFR =247 SFRcrit
Nilai disesuaikan smp/jam
hijau
Arus lalu
lintas smp/ja
m
Rasio Arus (FR)
Rasio fase (PR)
1.287Waktu hilang total LTI (det) 3
Waktu siklus pra penyesuaian cua (det)
Waktu siklus disesuaikan c (det)
Semua tipe pendekat
Ukuran kota
Hambatan samping
Kelan- daian P arkir
Hanya t ipe P
Belok kanan
Belok kiri
KAPASITAS
Nilai dasar smp/jam
hijau
PLTOR PLT PRT QRT QRTO
Arah diri
Arah lawan
Lebar efektif
(m)
Distribusi arus lalu lintas (smp/jam) U
Fase 3
Kode Pendekat
Hijau dalam fase no.
Tipe
pen
deka
t
Rasio kendaraan berbelok
We
Faktor-faktor penyesuaian
Ditangani oleh :
Periode : Jam Puncak Pagi PENENTUAN WAKTU SINYAL
Tanggal : 3 Desember 2015Kota : BandungSimpang : Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana
SIMPANG BERSINYALFormulir SIG-IV
Arus RT (smp/jam)
Arus jenuh (smp/jam hijau)
Fase 4 Fase 5
Waktu hijau (det)
Kapasitas smp/jam
(C)
Der
ajat
kej
enuh
an
(DS)
Perihal : 3 FASE
Hasil yang sudah didapatkan dari Formulir SIG-II dimasukkan kedalam Formulir SIG-IV
Arus yang Melakukan Belok Kanan (QRT)
Arus yang Melakukan Belok Kanan (QRT) merupakan jumlah total kendaraan (smp/jam) yang
melakukan belok kanan atau right turn.
Contoh :
Untuk pendekat utara arus yang melakukan belok kanan (arah diri) = 25 smp/jam
Arus yang Melakukan Belok Kanan dari Arah yang Berlawanan (QRTO)
Merupakan jumlah total kendaraan (smp/jam) dari arah berlawanan yang melakukan belok kanan
atau right turn opposite.
Contoh :
Untuk pendekat utara arus yang melakukan belok kanan dari arah yang berlawanan (arah lawan) =
148 smp/jam
Nilai Arus Jenuh Dasar (SO)
Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif pendekat
(We)
So=600 ×W e
Contoh untuk pendekat Timur:
So=600 × 7.075=4245 smpjamhijau
Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan dari Gambar C-3:2(untuk pendekat tanpa
lajur belok-kanan terpisah) dan dari Gambar C-3:3(untuk pendekat dengan jalur belok kanan
terpisah) (MKJI) sebagai fungsi dari We, QRT, dan QRTO.
Contoh untuk pendekat Barat:
QRT=130 smpjam
QRTO=0
maka didapatkan dari gambar C-3:2 nilai So = 2080 smp/jam hijau
Faktor Penyesuaian
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan dari Tabel C-4:3 sebagai fungsi dari ukuran kota yang
tercatat pada Formulir SIG-I. Kota Bandung memiliki jumlah penduduk 2.4 juta jiwa.
Tabel 4. 3 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Maka nilai FCS adalah 1.00
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FSF)
Faktor penyesuaian Hambatan Samping ditentukan dari Tabel C-4:4 sebagai fungsi dari jenis
lingkungan jalan, tingkat hambatan samping (tercatat dalam Formulir SIG-I), dan rasio kendaraan
tak bermotor (dari Formulir SIG-II Kolom 18). Jika hambatan samping tidak diketahui, dapat
dianggap sebagai tinggi agar tidak menilai kapasitas terlalu besar.
Tabel 4. 4 Faktor Penyesuaian untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping, dan Kendaraan Tak
Bermotor (FSF)
Contoh untuk pendekat Barat:
Lingkungan jalan merupakan kawasan komersial (COM) dengan hambatan samping sedang dan tipe
fase terlawan dan rasio kendaraan tak bermotor 0. Maka nilai FCS = 0.94
Faktor penyesuaian Kelandaian (FG)
Faktor penyesuaian kelandaian ditentukan dari Gambar C-4:1 sebagai fungsi dari kelandaian (GRAD)
yang tercatat pada Formulir SIG-I.
Simpang ini mempunyai kondisi geometri yang relative datar sehingga nilai FG = 1.
Faktor Penyesuaian Parkir (FP)
Faktor penyesuaian parkir ditentukan dari Gambar C-4:2 sebagai fungsi jarak dari garis henti sampai
kendaraan yang diparkir pertama (Kolom 7 pada Formulir SIG-I) dan lebar pendekat (WA, Kolom 9
pada Formulir SIG-IV).
Nilai FP untuk simpang Jl. H. Djuanda dengan Jl. Sulanjana = 1.
Faktor Belok Kanan FRT
Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kanan
PRT.
Untuk pendekat tipe P; Tanpa median; jalan dua arah; lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk
FRT=1.0+PRT × 0.26
pada kasus ini simpang Jl. H. Djuanda dan Jl. Sulanjana tidak termasuk syarat diatas sehingga nilai
FRT untuk semua pendekat = 1.
Faktor Belok Kiri FLT
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio belok kiri PLT seperti
tercatat pada kolom 5 pada Formulir SIG-IV.
Untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
F ¿=1.0−P¿×0.16
pada kasus ini simpang Jl. H. Djuanda dan Jl. Sulanjana tidak termasuk syarat diatas sehingga nilai
FLT untuk semua pendekat = 1.
Nilai arus jenuh yang disesuaikan
Besaran nilai arus jenuh yang disesuaikan :
S=SO× FCS × FSF ×FG ×F P× FRT × F¿ (smp/jam hijau)
Contoh untuk pendekat Barat:
S=So× FCS × FSF ×FG × F P× FRT × F¿
S=2080× 1× 0.94 ×1×1×1×1=1955smp/jam hijau
Jika suatu pendekat bersinyal hijau pada kedua fase 1 dan 2 dengan waktu hijau g 1 dan g2 dan arus
jenuh S1 dan S2, nilai kombinasi S1+2 dihitung sebagai berikut:
S1+ 2=S1 × g1+S2 × g2
g1+g2
Contoh untuk pendekat Timur:
S1+ 2=S1 × g1+S2 × g2
g1+g2
S1+ 2=3990 × 60+3190× 40
60+40=3670smp/jam hijau
Rasio Arus (FR)
Rasio arus merupakan pembagian antara Q (Arus Lalu lintas) dengan S (Nilai arus jenuh) pada
setiap pendekat.
FR=Q /S
Contoh pendekat Barat :
FR=565
1955=0.289
Beri tanda rasio arus kritis (FRCRIT)(=tertinggi) pada masing-masing fase.
Rasio Arus Simpang (IFR)
Rasio arus simpang merupakan jumlah dari nilai-nilai FRCRIT
IFR=∑ FRCRIT
Rasio Fase (PR)
Rasio Fase merupakan pembagian antara Rasio Arus Simpang (IFR) dengan IFR pada setiap fase
yang memiliki FRCRIT.
Contoh pendekat Utara:
PR= FRIFR
=0.546
Waktu Hijau (detik)
Waktu hijau (g)
Siklus pertama = 144 detik
Siklus kedua= 60 detik
Siklus ketiga = 40 detik
Waktu Hilang Total (LTI) = 3 detik
Sehingga Waktu Siklus (c) = 247 detik
Kapasitas (smp/jam)
Kapasitas tiap pendekat dihitung dengan persamaan C=S× gc (smp/jam)
Contoh pendekat Barat :
C=1955 ×( 40247 )=317smp/jam
Derajat Kejenuhan (DS)
Derajat Kejenuhan didapatkan dari pembagian antara nilai Arus Lalu lintas (Q) dengan Kapasitas (C)
atau dengan persamaan DS=QC
Contoh pendekat Barat :
DS=QC
=565317
=1.78smp/jam
4.2.4 Formulir SIG-V
Penentuan Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan
Tundaan lalu lintas rata-rata
det/smp
Tundaan geometri rata-rata det/smp
Tundaan rata-rata det/smp
Tundaan total
det.smp
Q C Q/C g/c QL NS NSV DT DG D=DT+DG D x Q
T 998 1486 0.672 0.405 0.5 56.0 56.5 70.0 198 0.743 741 61.4 4 65.3 65207B 565 317 1.784 0.162 125.7 45.7 171.4 58.0 290 4 2248 1551.2 4 1555.2 878351S 2250 1948 1.155 0.583 154.9 197.0 351.9 58.0 211 2 4616 352.0 4 356.0 800960U 2114 1754 1.206 0.583 183.7 203.6 387.3 70.0 200 2 5080 449.4 4 453.4 958575
LTOR (semua) 770 0 6 6 4617
Arus kor. Q kor TOTAL 12686 TOTAL 2707711
Arus total Qtot 6697 1.894 404.346
Tundaan simpang rata-rata : (det/smp)
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp :
TOTAL
Rasio kendaraan stop/smp
Jumlah kendaraan terhenti
Tundaan
Waktu siklus : 247 detik
SIMPANG BERSINYALFormulir SIG V
PANJANG ANTRIAN
Ditangani oleh : Perihal : 3 FASEPerode : Jam Puncak Pagi
Tanggal : 3 Desember 2015Kota : BandungSimpang : Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana
Total NQ1+NQ2
= NQNQ MAX
Jumlah kendaraan antri
Rasio hijau GR
NQ 1 NQ 2
Panjang antrian
(m)Kode
Pendekat
Arus lalu lintas
smp/jam
Kapasitas smp/jam
Derajat kejenuhan
DS
JUMLAH KENDARAAN TERHENTITUNDAAN
Panjang Antrian
Dari pengaturan sinyal yang ada didapatkan rasio hijau (GR)
GR=g /c
Contoh pendekat Timur
G R=100247
=0.405
Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1)
Derajat kejenuhan yang didapatkan dari perhitungan pada kondisi di simpang Jl. H. Djuanda dan Jl.
Sulanjana bernilai diatas 0,5 (DS > 0.5). Sesuai dengan MKJI 1997, maka NQ1 didapatkan untuk
setiap pendekat adalah :
NQ1=0.25 ×C ×[ ( DS−1 )+√ ( DS−1 )2+ 8×(DS−0.5)C ]
Contoh nilai NQ1 untuk pendekat Barat :
NQ1=0.25 ×317 ×[ (1.784−1 )+√(1.784−1 )2+ 8×(1.784−0.5)317 ]
NQ1=125.7
Bila terdapat nilai DS < 0.5 maka nilai NQ1=0
Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2)
Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2) untuk setiap pendekat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut
NQ2=c× 1−GR1−GR×DS
× Q3600
Contoh nilai NQ2 untuk pendekat Barat :
NQ2=247× 1−0.1621−0.162 ×1.784
× 5653600
NQ2=45.7
Jumlah kendaraan antri (NQ)
NQ=NQ1+NQ2
Jumlah kendaraan antri merupakan penjumlahan Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya (NQ1) dengan jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2)
Contoh nilai NQ untuk pendekat Barat :
NQ=125.7+45.7=171.4
Menentukan NQmax
Nilai NQmax ditentuakan menggunakan Gambar E-2:2 MKJI 1997 berdasarkan nilai peluang
pembebanan lebih POL (%). Nilai POL (%) yang digunakan sebesar 5% dikarenakan merupakan
keperluan untuk operasi (bukan perancangan atau perencanaan).
Gambar 1. 2 Perhitungan jumlah antrian NQmax dalam smp
Contoh nilai NQmax untuk pendekat Timur = 70
Panjang Antrian (QL)
Panjang antrian kendaraan (smp) merupakan perkalian antara NQmax dengan luas rata-rata yang
dipergunakan per smp (20m2) kemudian dibagi dengan lebar masuknya.
QL=NQmax ×20
W masuk
Contoh nilai QL untuk pendekat Timur :
QL=70× 204
=198 m
Kendaraan Terhenti
Angka Henti
Nilai angka henti (NS) masing-masing pendekat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata berhenti per
smp (termasuk berhenti berulang dalam antrian).
NS=0.9× NQQ × c
×3600
Contoh nilai angka henti untuk pendekat Timur :
NS=0.9× NQQ × c
×3600
NS=0.9× 70998× 247
× 3600
NS=0.743 stop /smp
Jumlah Kendaraan Henti
N sv=Q ×NS
Contoh nilai angka henti untuk pendekat Timur :
N sv=Q ×NS
N sv=998× 0.743
N sv=741 smp / jam
Total NSV, yaitu :
NSTOT=∑ NSV
QTOT
NSTOT=1.894 stop /smp
Tundaan
Tundaan Rata-rata pada masing-masing Pendekat
Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (DT) akibat pengaruh timbal balik dengan gerakan-
gerakan lainnya pada simpang
DT=c× A+NQ1× 3600
C
A=0.5× (1−GR )2
(1−GR×DS )
Contoh nilai tundaan untuk pendekat Timur :
DT=247× A+ 0.5×36001486
A= 0.5× (1−0.405 )2
(1−0.405× 0.672 )
DT=61.4 det /smp
Tundaan Geometrik
Tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG) akibat perlambatan dan percepatan
ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan/atau ketika dihentikan oleh lampu merah.
DG=(1−P sv ) ×PT × 6+( P sv × 4 )
Contoh nilai tundaan geometrik untuk pendekat Timur :
DG=(1−0.743 )× 0.643× 6+ (0.743 × 4 )
DG=4 det /smp
Tundaan Rata-rata
Tundaan Rata-rata merupakan penjumlahan dari Tundaan pada masing-masing pendekat dengan
Tundaan Geometrik.
D=DT + DG
Contoh nilai tundaan geometrik untuk pendekat Timur :
D=61.4+4=65.3 det / smp
Tundaan Simpang Rata-rata
Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (Di) dengan membagi jumlah nilai tundaan dengan arus
total (QTOT) dalam smp/jam
Di=∑ (QxD )
Qtot
Di=2707711
6697=404.346 detik /smp
Recommended