View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7
Bab II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi dapat merupakan
kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa sistem informasi adalah sebuah
kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan yang
mengumpulkan (atau mengambil kembali), mengolah, menyimpan dan
mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan,
koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. (Laudon, 2004, p8)
2.1.2 Sumber Daya Sistem Informasi
Sebuah sistem informasi terdiri dari sumber daya manusia (end user dan
IS specialist), perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan
prosedur), data (data dan pengetahuan), dan jaringan (media komunikasi dan
dukungan jaringan) untuk membentuk input, pemrosesan, output, penyimpanan,
dan kegiatan pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi produk
informasi.(O’Brien,2001,p11)
8
Gambar 2.1 Sumber Daya Sistem InformasiSumber: O’Brien (2001, p8)
2.1.3 Tingkatan dalam Sistem Informasi
Sistem informasi dibagi menjadi empat tingkat (Laudon, 2004, p39),
antara lain :
1. Sistem Informasi Tingkat Operasional (Operational level System)
Sistem Informasi Tingkat Operasional mendukung manajer operasional
dengan menjaga aktivitas dan transaksi-transaksi umum dari organisasi,
seperti penjualan, pendapatan, penggajian, keputusan kredit, dan arus
material dalam perusahaan. Sistem Pemrosesan Transaksi (TPS) adalah
sistem yang terkomputerisasi yang menampilkan dan merekam transaksi
rutin sehari-hari yang diperlukan untuk mengendalikan bisnis. Contoh: sistem
reservasi hotel, penggajian.
2. Sistem Informasi Tingkat Pengetahuan (Knowledge Level System)
Sistem Informasi Tingkat Pengetahuan mendukung pengetahuan organisasi
dan data karyawan. Tujuan dari level sistem ini adalah untuk membantu
9
bisnis perusahaan yang mengintegrasi pengetahuan baru ke dalam bisnis dan
membantu pengendalian arus kertas kerja dalam organisasi.
Dalam level sistem ini terbagi dua tipe sistem yaitu KWS (Knowledge Work
System) dan OAS (Office Automation System). Sistem KWS membantu
pekerja yang berpendidikan dalam menangani penciptaan dan
pengintegrasian pengetahuan baru dalam suatu organisasi. Sistem OAS
dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan pengolahan data dalam
perusahaan seperti pengolahan data, e-mail, sistem penjadwalan.
3. Sistem Informasi Tingkat Manajemen (Management Level System)
Sistem informasi tingkat manajemen ini memantau, mengontrol, membuat
keputusan dan mengadministrasikan aktivitas manajer tingkat menengah.
Dalam tingkatan ini ada dua tipe, yaitu: Sistem Informasi Manajemen (SIM)
dan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (DSS).
Sistem Informasi Manajemen (SIM) ini menangani dan membantu para
manajer menengah untuk menjalankan fungsinya seperti perencanaan,
pengawasan, dan pengambilan keputusan dengan menyediakan ringkasan
rutin dan laporan pengecualian. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan
(DSS) dibuat untuk mendukung manajer dalam mengidentifikasikan masalah
yang terstruktur dan semi-terstruktur, pengambilan keputusan dengan
mengkombinasikan data dan analisis model.
4. Sistem Informasi Tingkat Strategi (Stategic Level System)
Sistem Informasi Tingkat Strategi ini mendukung aktivitas perencanaan
jangka panjang yang disusun oleh manajer senior. Dalam tingkatan ini, tipe
10
sistem yang digunakan dinamakan sistem pendukung bagi eksekutif (ESS)
atau seringkali disebut dengan Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu sistem
informasi yang disajikan kepada tingkat strategis di dalam suatu organisasi
yang lebih mengarah kepada pengambilan keputusan untuk masalah yang
tidak terstruktur melalui bentuk tampilan grafik, tabel, gambar dan fasilitas
untuk mengkomunikasikan keputusan yang telah diambil.
StrategicLevel
System
Management LevelSystem
Knowledge Level System
Operational Level System
EIS
DSSMIS
KWSOAS
TPS
Top Managers Executives
Middle ManagersExecutives
KnowledgeWorkers
OperationalPeople
Gambar 2.2 Tingkatan sistem informasi dengan kelompok penggunaannya pada masing-masing level.
Sumber : Laudon (2004, p39)
Dalam level perusahaan memerlukan sistem yang berbeda-beda, oleh
karena itu diperlukan sistem yang tepat untuk dapat menangani setiap level
(Laudon, 2004, p41-45) sistem tersebut antara lain :
11
a. Transaction Processing System (TPS) merupakan sistem pengolahan
transaksi yang menyajikan informasi mengenai aktivitas dan kegiatan sehari-
hari yang terjadi dalam organisasi.
b. Office Automation System (OAS) merupakan suatu sistem yang dirancang
untuk meningkatkan produktivitas dari pengolahan data dalam perusahaan,
seperti word processing, electronic mail system, dan spreadsheet.
c. Knowledge Worker System (KWS), sistem yang membantu karyawan dalam
menangani pengintegrasian pengetahuan baru dalam suatu organisasi.
d. Management Information System (MIS) merupakan sistem informasi yang
menangani dan membantu para manajer tingkat menengah untuk
menjalankan fungsi perencanaan skema kerja, pengontrolan, pengambilan
keputusan, dan menangani masalah yang terstruktur berdasarkan informasi
dan laporan sehari-hari.
e. Decision Support System (DSS), berguna untuk mendukung manajer dalam
mengidentifikasi masalah terstruktur dan semi terstruktur, pengambilan
keputusan dengan mengkombinasikan data dan analisis model.
f. Executive Information System (EIS), sistem yang digunakan untuk membantu
para manajer tingkat atas dalam proses pengambilan keputusan yang bersifat
tidak terstruktur dengan bantuan gambar (grafik).
12
2.2 Sistem Informasi Pemasaran
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang membuat
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
(Kotler & Armstrong, 2001,p7)
2.2.2 Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran adalah sebuah filosofi bisnis yang menegaskan bahwa
kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan
tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam
menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada
pasar sasaran yang terpilih. (Kotler, 2003, p19)
Konsep pemasaran telah diekspresikan dengan cara yang beraneka ragam,
yaitu : “Penuhilah kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”, “Temukan
keinginan dan penuhilah”, “Cintailah pelanggan, bukan produk”, “Lakukan
dengan cara anda” (Burger King), “Andalah sang bos” (United Airlines),
“Utamakan orang-orang” (British Airways), “Bermitra untuk mendapatkan laba”
(Miliken & Company).
Konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi
adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan minat dari pasar sasaran dan
memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien
dibandingkan pesaing dengan tetap memelihara atau meningkatkan kesejahteraan
13
masyarakat dan konsumen. (Kotler, 2003, p20)
Gambar 2.6 Perbedaan konsep penjualan dan pemasaranGambar 2.3 Konsep Pemasaran & Konsep Penjualan
Sumber : Kotler (2003, p20)
2.2.3 Perencanaan Strategi Pemasaran
Perencanaan strategi pemasaran merupakan suatu proses manajerial
dalam mengembangkan dan memelihara keseimbangan antara objektif
perusahaan, kemampuan atau keahlian serta sumber-sumber daya perusahaan dan
mengubahnya menjadi sebuah kesempatan di dalam pasar. (Kotler, 2003, 118)
Tujuan dari perencanaan strategi pemasaran adalah untuk menentukan bisnis dan
produk perusahaan sehingga mereka dapat menargetkan keuntungan dan
pertumbuhannya di dalam pasar.
Strategi pemasaran merincikan target pasar dan bauran pemasaran yang
berkaitan. Strategi pemasaran adalah “gambar besar” yang memperlihatkan hal-
hal yang akan dilakukan perusahaan dalam pasar tertentu. Ada dua bagian yang
Factory Products Selling and Profit throughpromoting sales volume
Starting Point Focus Means Ends
(a) The Selling concept
Target Customer Integrated Profits throughmarket needs marketing customer satisfaction
(b) The Marketing concept
14
diperlukan :
Target pasar yaitu sekelompok konsumen yang agak homogen (serupa) yang
akan dihimbau perusahaan.
Bauran pemasaran yaitu sejumlah variabel yang dapat dikendalikan yang
digabungkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kelompok target.
2.2.4 Bauran Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2001, p71-74), bauran pemasaran (marketing
mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Bauran
pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mempengaruhi permintaan produknya.
Gambar 2.4 Komponen Bauran PemasaranSumber : Kotler (2001, p82)
15
Bauran Pemasaran dikelompokkan ke dalam empat golongan besar (McLeod,
2001, p343), yaitu:
1. Produk (Product); Berkaitan dengan upaya mengembangkan produk yang
tepat bagi target pasar. Penawaran ini dapat mencakup barang fisik, jasa, atau
gabungan keduanya.
2. Tempat (Place); Berkenaan dengan upaya menyampaikan produk “yang
tepat” ke tempat pasar target.
3. Promosi (Promotion); Menyangkut kegiatan memberitahukan pasar target
tentang adanya produk yang tepat. Promosi mencakup penjualan
perseorangan, penjualan massal, promosi penjualan.
4. Harga (Price); Selain menetapkan produk, tempat, dan promosi yang tepat,
para manager harus memutuskan harga yang tepat. Dalam menetapkan harga
mereka harus mempertimbangkan jenis persaingan dalam pasar dan biaya
bauran pemasaran secara menyeluruh. Mereka juga harus berusaha
mengestimasi reaksi pelanggan terhadap tingkat harga yang mungkin akan
ditetapkan. Disamping itu, mereka harus mengetahui praktek yang
berlangsung sekarang mengenai imbuhan harga (markups), diskon, dan
berbagai syarat penjualan lain.
2.2.5 Pengertian Sistem Informasi Pemasaran
Suatu sistem informasi pemasaran terdiri dari orang-orang, peralatan dan
prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, mengurutkan, menganalisis,
mengevaluasi dan mendistribusikan informasi yang sesuai kebutuhan, tepat
waktu, dan akurat kepada pembuat keputusan pemasaran. (Kotler, 2003, p115)
16
Menurut McLeod (2004, p369), Pemasaran merupakan area fungsional
pertama yang menunjukkan minat pada SIM (Sistem Informasi Manajemen).
Segera setelah konsep SIM muncul, para pemasar menyesuaikannya ke area
aplikasi mereka dan menyebutnya sistem informasi pemasaran (Marketing
Information System-MKIS).
MKIS terdiri dari tiga subsistem input : sistem informasi akuntansi,
enelitian pemasaran, dan intelijen pemasaran. Subsistem output mengarahkan
ebutuhan informasi dari empat unsur bauran pemasaran (produk, tempat,
promosi, dan harga), ditambah integrasi keempatnya.
Gambar 2.5 Model Sistem Informasi PemasaranSumber : McLeod (2001, p450)
Subsistem SubsistemInput Output
Sumber Internal
Pemakai
Sumber Lingkungan
SistemInformasi Akuntansi
SubsistemPenelitianpemasaran
SubsistemIntelijen
pemasaran
Subsistemproduk
Subsistemtempat
SubsistemBauran
pemasaran
Subsistemharga
SubsistempromosiDatabas
e
Data Informasi
17
2.3 Sistem Informasi Eksekutif
2.3.1 Pengertian Eksekutif
Menurut Watson et al (1997, p40), arti dari eksekutif berbeda dari satu
organisasi dengan organisasi lain. Banyak pengertian yang memiliki beberapa
karakteristik umum yang membantu kita untuk mengerti siapa eksekutif itu, apa
yang mereka lakukan, dan apa yang membuat mereka berbeda dari manajer
lainnya. Beberapa karakteristik tersebut, adalah :
1. Eksekutif mengatur sebuah organisasi atau subunit, mereka memikirkan akan
kesejahteraan organisasi.
2. Eksekutif bertanggung jawab untuk lebih dari satu area fungsional dalam
organisasi.
3. Eksekutif merencanakan rencana strategik dari organisasi dimana rencana
tersebut akan diterapkan lima atau lebih dari 5 tahun ke depan.
4. Eksekutif menetapkan kebijakan dan merepresentasikan organisasi dalam
interaksi dengan lingkungan eksternal.
5. Eksekutif mempunyai posisi yang sangat penting di dalam organisasi dimana
tindakan dan keputusan mereka berpengaruh pada konsekuensi finansial,
manusia, dan bisnis.
6. Eksekutif peduli dengan isu yang berjangkauan luas. Misalnya, isu
penggunaan teknologi, peran komuniti, tenaga kerja.
Menurut McLeod (2001, p423), istilah eksekutif diterapkan agak bebas.
Tidak ada garis batas yang jelas yang memisahkan eksekutif dari manajer lain.
Istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi manajer pada tingkat atas dari
hierarki organisasi yang berpengaruh kuat pada perusahaan. Pengaruh ini
18
dilakukan melalui penentuan perencanaan strategi dan penetapan kebijaksanaan
perusahaan.
Jadi, eksekutif adalah pimpinan yang berfungsi sebagai pengambil
keputusan strategis dengan identifikasi masalah dan peluang yang ada, dan
memantau kinerja dari manajemen tingkat menengah sampai tingkat operasional
untuk mencapai tujuan organisasi.
2.3.2 Pengertian Sistem Informasi Eksekutif
Menurut Mcleod (2001,p432) Sistem Informasi Eksekutif (executive
information system – EIS) ialah sistem yang menyediakan informasi untuk
eksekutif mengenai kinerja keseluruhan perusahaan. Sedangkan menurut Laudon
dan Laudon (2003, p432), Sistem Informasi Eksekutif adalah sistem informasi
yang berada pada strategik level organisasi. Untuk membantu eksekutif dalam
pengambilan keputusan dengan menggunakan bantuan tabel dan grafik.
Jadi, Sistem Informasi Eksekutif adalah sistem berbasiskan komputer
yang menyediakan kebutuhan informasi bagi eksekutif dengan mudah, cepat,
tepat waktu, dan akses langsung ke laporan manajemen.
2.3.3 Model Sistem Informasi Eksekutif
Konfigurasi sistem informasi eksekutif berbasis komputer biasanya
meliputi satu komputer personal. Dalam perusahaan besar personal komputer
(PC) tersebut dihubungkan dengan mainframe, seperti yang diperlihatkan pada
gambar berikut :
19
Gambar 2.6 Model Sistem Informasi EksekutifSumber : McLeod (2001, p433)
Komputer personal eksekutif berfungsi sebagai eksekutif workstation.
Konfigurasi perangkat kerasnya mencakup penyimpanan sekunder, dimana
kebanyakan dalam bentuk hardisk yang menyimpan database eksekutif.
Database eksekutif berisi data dan informasi yang telah diproses sebelumnya
oleh komputer sentral perusahaan. Eksekutif memilih menu untuk menghasilkan
tampilan layar yang telah disusun sebelumnya atau untuk melakukan sejumlah
kecil pemrosesan.
20
2.3.4 Karakteristik Sistem Informasi Eksekutif
SIE memiliki beberapa karakteristik (Turban, 2003, p329-331), yaitu :
1. Drill down
Kemampuan drill down menyediakan detil-detil dibalik informasi yang
diberikan. Misalnya seorang eksekutif memperhatikan adanya kemunduran
dalam penjualan perusahaan di dalam laporan mingguan. Maka untuk
menemukan penyebabnya eksekutif tersebut akan melihat penjualan pada
masing-masing wilayah. Jika salah satu region terlihat bermasalah, eksekutif
mungkin ingin melihat lebih detil lagi (penjualan berdasarkan produk atau
karyawan).
2. Critical success factor (CSF)
Faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dalam mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor seperti ini ada pada level
perusahaan seperti juga pada level divisi, pabrik dan departemen.
3. Status access
Dengan status akses, setiap saat seorang eksekutif dapat mengakses data atau
laporan yang terakhir pada status dari faktor kunci atau faktor lainnya.
4. Trend analysis
Di dalam menganalisis data, sangat penting untuk mengidentifikasi
kecenderungannya. Apakah penjualan meningkat? Apakah pangsa pasar
meningkat? Eksekutif suka memeriksa kecenderungan yang diwakili oleh
perubahan data.
21
5. Ad hoc analysis
SIE menyediakan kemampuan ad hoc analysis, yang mana eksekutif dapat
membuat permintaan spesifik untuk analisis data.
6. Exception reporting
Laporan pengecualian didasarkan pada konsep manajemen pengecualian,
yang mana seorang eksekutif memberi perhatian hanya pada selisih yang
signifikan dari standar (kinerja yang sangat baik atau sangat buruk).
7. Intelligent EIS
Pengembangan terhadap Intelligent EIS dilakukan guna menghemat waktu
eksekutif dalam menggunakan drill down, menemukan pengecualian dan
mengidentifikasi kecenderungan. Kemampuan ini juga menjamin eksekutif
tidak akan kehilangan petunjuk yang penting di dalam sejumlah besar data.
8. Integration with DSSs
SIE berguna dalam mengidentifikasi masalah dan kesempatan, yang mana
identifikasi semacam ini dapat difasilitasi oleh sebuah komponen intelijen.
Oleh karena itu, banyak vendor software menyediakan SIE/DSS yang
terintegrasi di dalam paket bisnis intelijen mereka.
9. Web-based enterprise systems
Pada saat ini, SIE telah dikembangkan dengan analisis dan presentasi yang
saling berhubungan dan multidimensi, akses data yang mudah, tampilan
gambar yang mudah, kemampuan menggambar, hypertext, akses intranet.
22
2.3.5 Faktor Penentu Keberhasilan Sistem Informasi Eksekutif
Mcleod (2001, p437-439) mengutip pendapat John Rockat dan David
DeLing mengidentifikasikan delapan faktor penentu keberhasilan Sistem
Informasi Eksekutif, yaitu :
1 Sponsor eksekutif yang mengerti dan berkomitmen
Eksekutif tingkat puncak harus berfungsi sebagai sponsor eksekutif Sistem
Informasi Eksekutif dengan mendorong penerapannya.
2 Sponsor operasi
Sponsor operasi yang bekerja sama dengan eksekutif pemakai dan
spesialisasi informasi untuk memastikan bahwa pekerjaan yang diberikan
oleh eksekutif tingkat puncak lainnya, seperti wakil presiden eksekutif telah
terlaksana.
3 Staf jasa informasi yang sesuai
Harus tersedia spesialis informasi yang tidak saja mengerti teknologi
informasi tetapi juga mengerti cara eksekutif menggunakan sistem itu.
4 Teknologi informasi yang sesuai
Sistem harus sesederhana mungkin dan harus memberikan tepat seperti yang
eksekutif inginkan, tidak lebih dan tidak kurang.
5 Manajemen data
Eksekutif harus mengakui seberapa mutakhir data yang tersedia dan mampu
mengikuti analisis dasar tersebut.
23
6 Kaitan yang jelas dengan tujuan bisnis
Sebagian besar Sistem Informasi Eksekutif yang berhasil dirancang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah spesifik atau memenuhi
kebutuhan yang dapat ditangani oleh teknologi informasi.
7 Manajemen atas penolakan organisasi
Jika seorang eksekutif menolak Sistem Informasi Eksekutif, perlu dilakukan
upaya untuk mendapat dukungan. Strategi yang baik adalah mengidentifikasi
satu masalah tunggal yang dihadapi eksekutif itu dan kemudian segera
menerapkan Sistem Informasi Eksekutif, dengan menggunakan prototyping,
untuk mengatasi masalah tersebut.
8 Manajemen atas penyebaran dan evolusi sistem
Pengalaman menunjukkan bahwa jika manajemen tingkat atas mulai
menerima output yang sama, manajer tingkat bawah ingin mampu
mengantisipasi masalah dan memecahkannya sebelum manajer tingkat atas
menganggap situasinya tidak terkendali.
2.4 Alat Bantu Analisis Strategi Pemasaran
2.4.1 Analisis CSF (Critical Success Factor)
Turban dan Arronsin (2005, p543), mengemukakan, ”Faktor yang harus
dipertimbangkan dalam mencapai keberhasilan organisasi disebut critical
success factor (CSFs)”. Lebih lanjut dalam penulisannya CSFs akan ditulis CSF.
Menurut McLeod (2004, p116) CSF adalah salah satu kegiatan
perusahaan yang berpengaruh kuat pada kemampuan perusahaan mencapai
tujuannya.
24
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam CSF, yaitu :
1. Informasi yang bersifat kritis (Critical Information)
Adalah informasi yang berhubungan dengan CSF. Informasi ini dapat
diperoleh dari data internal, eksternal, database, dan dikembangkan
sendiri secara khusus atau dapat dibeli dari penyedia informasi publik.
2. Asumsi kritis (Critical Asumtion Set)
Adalah anggapan yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
dan faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan tercapai.
3. Keputusan kritis (Critical Decision)
Adalah sekumpulan keputusan yang bersifat kritis, digunakan sebagai
dasar membangun sistem pengendali keputusan (DSS).
2.4.2 Lima Kekuatan Saing Porter
David (2006, p130-135) mengutip Professor Harvard Michael E.Porter,
hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima
kekuatan, yaitu :
1. Persaingan di antara perusahaan sejenis
Kekuatan ini paling berpengaruh dibandingkan dengan empat kekuatan
lainnya. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya
jika strategi itu memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan
strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan strategi di
sebuah perusahaan dapat diimbangi serangan balasan, seperti menurunkan
harga, meningkatkan kualitas, menambah feature, menyediakan jasa,
memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan.
25
2. Kemungkinan masuknya pesaing baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke industri tertentu,
intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi, hambatan untuk
masuk, dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan
cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus,
kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi
merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang
memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan
mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan
balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar.
Walaupun banyak hambatan, perusahaan baru kadang-kadang masuk ke
dalam industri dengan produk yang lebih tinggi mutunya, harga yang lebih
rendah, dan tenaga pemasaran yang banyak. Oleh karena itu, tugas perencana
strategi adalah mengidentifikasi perusahaan baru yang potensial masuk pasar,
memonitor strategi perusahaan baru yang menjadi pesaing, dan
memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
3. Potensi pengembangan produk substitusi
Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan produsen produk
pengganti. contohnya, produsen tempat dari plastik bersaing dengan
produsen tempat dari gelas, karton, dan aluminium. Adanya produk
pengganti membuat batasan harga maksimal, sebelum konsumen pindah ke
produk pengganti tersebut.
Tekanan persaingan akibat adanya produk pengganti semakin bertambah
ketika harga produk pengganti relatif murah dan biaya konsumen untuk
26
beralih ke produk pun rendah. Kekuatan kompetitif produk pengganti paling
mudah diukur dari seberapa besar pangsa pasar yang direbutnya dan rencana
perusahaan produk pengganti tersebut untuk meningkatkan kapasitas serta
penetrasi pasar.
4. Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok
Kekuatan tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu
industi, terutama ketika jumlah pemasok banyak, ketika hanya ada sedikit
bahan baku pengganti yang baik, atau ketika biaya mengganti bahan baku
amat tinggi. Seringkali demi kepentingan bersama, pemasok dan produsen
saling membantu dengan memberikan harga yang terjangkau, mutu yang
lebih baik, pengembangan palayanan baru, penyerahan barang tepat waktu,
dan mengurangi biaya inventarisasi, sehingga meningkatkan kemampuan
maraih laba jangka panjang bagi semua pihak yang terkait.
5. Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen
Ketika pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam
jumlah banyak, kekuatan tawarnya merupakan kekuatan utama yang
mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan
pesaing mungkin menawarkan garansi yang lebih panjang atau pelayanan
khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan ketika kekuatan tawar dari
konsumen luar biasa. Kekuatan tawar konsumen juga lebih besar ketika
produk yang dibeli bersifat standar atau tidak berbeda. Ketika demikian
halnya, konsumen sering dapat melakukan negosiasi atau menekan harga
jual, jaminan, dan paket aksesori sampai tingkat tertentu.
27
Gambar 2.7 Model Lima Kekuatan PorterSumber : David (2006,p131)
2.4.3 Analisis SWOT
Menurut Kotler (2003,p102) analisis SWOT merupakan evaluasi
terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini
dibagi ke dalam dua bagian yaitu analisis lingkungan eksternal (peluang dan
ancaman) dan analisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan).
Menurut Pearce dan Robinson (2000, p202-204), analisis SWOT adalah
analisis yang berdasarkan pada anggapan bahwa suatu strategi yang efektif
berasal dari sumber daya internal suatu perusahaan (Strengths and Weaknesses),
dan sumber daya eksternal suatu perusahaan (Opportunities and Threats)
- Strength (kekuatan)
Suatu keunggulan sumber daya yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari
pasar yang dilayani atau hendak dilayani oleh perusahaan kekuasaan yang
Potensi pengembangan produk subtitusi
Kemungkinan masuknya pesaing baru
Kekuatan tawar-menawar
penjual/ pemasok
PersainganAntar perusahaan
sejenis
Kekuatan tawar-menawar
pembeli / konsumen
28
dimiliki oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan pesaing.
- Weakness (kelemahan)
Keterbatasan atau kekurangana dalam sumber daya, ketrampilan dan kemampuan
yang secara serius menghalangi kinerja efektif perusahaan. Keterbatasan dalam
fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen, ketrampilan
pemasaran merupakan sumber dari kelemahan.
- Opportunity (peluang)
Adalah suatu daerah kebutuhan pemebeli dimana perusahaan dapat beroperasi
secara menguntungkan dan untuk merebut lebih banyak konsumen dibandingkan
dengan para pesaing.
- Threat (Ancaman)
Tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan dari para pesaing
dalam merebut konsumen.
Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk
meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering
digunakan adalah sebagai kerangka/paduan sistematis dalam diskusi untuk
membahas kondisi alternatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan
perusahaan.
2.4.3.1 Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
Menurut Rangkuti (2006, p24), setelah faktor-faktor strategis internal
suatu perusahaan di identifikasi suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors
Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal
tersebut dalam kerangka Strength dan Weakness perusahaan. Tahapnya adalah
29
sebagai berikut :
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam Kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala dari 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)
c. Hitung rating (dalam kolom 3) Untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)
dengan membandingkan rata-rata industri atau dengan pesaing utama.
Sedangkan variable yang bersifat negatif, kebalikannya.
Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan
rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di
bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
factor pembobotan dalam pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari
4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-
faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
30
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang
sama.
2.4.3.2 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Menurut Rangkuti (2006, p22), sebelum membuat matriks faktor strategi
eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal EFAS
(External Factors Analysis Summary). Berikut ini adalah cara-cara penentuan
Faktor Strategis Eksternal (EFAS)
a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman).
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2,mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil
diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1.
Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
31
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-
faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang
sama.
2.4.3.3 Model Matriks Internal Eksternal (IE)
Menurut Rangkuti (2006, p42), Matriks internal eksternal ini
dikembangkan dari model General Electrik (GE Model). Parameter yang
digunakan meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh
eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh
strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail.
32
KEKUATAN INTERNAL BISNIS
Tinggi Rata-rata Lemah(3,00-4,00) (2,00-2,99) (1,00-1,99)
Tinggi(3,00-4,00)
Sedang(2,00-2,99)
Rendah(1,00-1,99)
Gambar 2.8 Matriks Internal EksternalSumber : Rangkuti (2006, p42)
Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi
pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi umum,
yaitu:
a. Growth strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1,2,
dan 50 atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).
b. Stability strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi
yang telah ditetapkan.
c. Retrenchment strategy (sel 3, 6 dan 9) adalah usaha memperkecil atau
mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
1GROWTH
Konsentrasi melalui integrasi vertikal
2GROWTH
Konsentrasi melalui integrasi horisontal
3RETRENCHMENT
Turnaround
4
STABILITY
Hati-hati
5GROWTH
Konsentrasi melalui integrasi horizontal
STABILITYTak ada perubahan
Profit Strategi
6
RETRENCHMENT
Captive Companyatau
Divestment
7GROWTH
Difersifikasi Konsentrik
8GROWTH
Difersifikasi Konglomerat
9RETRENCHMENT
Bangkrut atau Likuidasi
DA
YA
TAR
IKIN
DU
STR
I
33
BERBAGAI PELUANG
BERBAGAI ANCAMAN
KEKUATAN INTERNAL
KELEMAHANINTERNAL
1. Mendukung
Strategi Agresif
2.Mendukung
Strategi Diversifikasi
3.Mendukung
Strategi Defensif
4.Mendukung
Strategi Turnaround
2.4.3.4 Diagram SWOT
Setelah didapat hasil tabel bobot skor dari masing-masing IFAS dan
EFAS, langkah selanjutnya adalah memasukkan angka total bobot skor tersebut
ke dalam diagram analisis SWOT berikut ini :
Gambar 2.9 Diagram SWOTSumber: Rangkuti (2006, p19)
Keterangan :
Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan, perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada, strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy)
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan segi internal, strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
cara strategi diversifikasi (produk/pasar)
34
Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di
lain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategy
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.4.3.5 Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2006, p31), Matriks SWOT dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini
dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi.
Gambar 2.10 Matriks SWOTSumber : Rangkuti (2006, p31)
IFAS
EFAS
Strengths (S) Weaknesses (W)
Opportunities (O) Strategi SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
Treaths (T) Strategi ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
35
Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas.
- Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
- Strategi ST
Strategi ini dibuat berdasarkan pemanfaatan kekuatan yang ada untuk
menghindari ancaman yang ada.
- Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
- Strategi WT
Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.5 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.5.1 Pengertian Analisis Sistem Informasi
Menurut Whitten (2001, p165) analisis sistem informasi adalah tahapan-
tahapan dalam suatu proyek pengembangan sistem informasi yang secara pokok
terpusatkan pada masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan bisnis, yang bebas
dari teknologi apapun yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan suatu
masalah.
36
Menurut McLeod (2001, p190) analisis sistem informasi adalah
penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang
baru atau diperbaharui.
Di dalam tahap analisis sistem informasi terdapat beberapa langkah dasar
yang harus dilakukan oleh sistem analis adalah sebagai berikut (McLeod,
2001,p192) :
a. Mempelajari sistem yang sedang berjalan.
b. Membentuk tim-tim untuk mengerjakan proyek.
c. Mendefinisikan informasi yang dibutuhkan.
d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem.
e. Menyiapkan rancangan sistem yang baru.
f. Menerima atau menolak rancangan sistem yang baru.
2.5.2 Pengertian Perancangan Sistem Informasi
Menurut Mcleod (2001, p192) perancangan sistem informasi adalah
penentuan proses data yang diperlukan oleh sistem baru. Perancangan sistem
informasi memiliki dua tujuan utama, yaitu :
Memenuhi kebutuhan pemakai
Memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap dari
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Menurut Whitten (2001, p166) perancangan sistem informasi merupakan
pelengkap dalam teknik pemecahan masalah kembali komponen-komponen
menjadi sebuah sistem yang utuh. Beberapa komponen tersebut memiliki
37
kemungkinan untuk ditambah, dihapus atau diganti agar kinerja sistem
meningkat.
Jadi, perancangan sistem informasi adalah suatu sistem yang dirancang
untuk memproses suatu data sehingga sistem tersebut dapat memenuhi
kebutuhan pemakai.
2.5.3 Konsep Object Oriented Analysis dan Design ( OOA&D )
2.5.3.1 Object – Oriented
Dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1970-an, perusahaan–perusahaan
menekankan proses saat mengembangkan sistem informasi dan menggunakan
alat – alat pembuatan model proses seperti bagan arus ( flowchart ) dan diagram
arus data ( Data Flow Diagram ). Selama tahun 1970–an dan 1980–an,
penekanan bergeser ke data, dengan menggunakan diagram hubungan entitas (
Entity Relationship Diagram – ERD ) dan kamus data. Selama tahun 1990-an
kecenderungan berubah ke mengkombinasikan proses dan data menjadi object (
McLeod, 2001, p330 ).
Keuntungan Object-Oriented menurut Mathiassen et al ( 2000, p5-6 )
adalah :
1. Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir
semua fenomena yang ada di dunia dengan menggunakan bahasa alami.
Noun menjadi object atau class
Verb menjadi behavior
Adjective menjadi attributes
38
2. Menyediakan informasi yang jelas mengenai context dari sistem
3. Mengurangi biaya maintenance atau development
2.5.3.2 Pengertian Object Oriented Analysis dan Design ( OOA&D )
Object-Oriented Analisys and Design (OOA&D) berusaha untuk
menggabungkan data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal yang disebut
objects. OOA&D memperkenalkan object diagram.yang mendokumentasikan
sistem dipandang dari segi objects dan interaksinya ( Whitten et al, 2001, p97 ).
Menurut Mathiassen et al ( 2000, pp14-15 ) terdapat 4 aktivitas utama
dalam OOA&D, yaitu Problem Domain Analysis, Application Domain Analysis,
Architectural Design, dan Component Design.
Gambar 2.11 Aktivitas Utama dalam OOA& DSumber : Mathiassen et al (2000, p15 & p332)
Requirements for use
Model
Specifications of components
Specifications ofarchitecture
Component design
Architectural design
Application-domainanalysis
Problem-domain analysis
39
2.5.3.3 Problem Domain Analysis
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi – informasi yang
harus ada pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem. Problem
Domain merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur, dipantau, dan
dikontrol oleh sistem (Mathiassen et al, 2000, p6). Sumber dari aktivitas ini
adalah system definition, yaitu deskripsi singkat dan jelas dari sistem
terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa alami ( Mathiassen et al, 2000,
p24 ).
Terdapat tiga subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system
definition, yaitu usaha untuk mendapatkan pandangan menyeluruh dari situasi,
membuat, dan mengevaluasi ide – ide untuk pendesainan sistem, dan diakhiri
dengan memformulasi dan mengevaluasi system definition sesuai dengan situasi
yang ada ( Mathiassen et al, 2000, p25 ).
Rich Picture dapat memperjelas pandangan user mengenai situasi,
permasalahan, dan mendapatkan pandangan keseluruhan situasi dengan cepat,
Rich Picture adalah gambar informal yang mempresentasikan pemahaman
ilustrator mengenai situasi ( Mathiassen et al, 2000, p26 ).
Mathiassen ( 2000, pp39-40 ) menulis bahwa di dalam system definition
terdapat enam elemen kriteria FACTOR, yaitu :
1. Functionality : fungsi – fungsi sistem yang mendukung tugas – tugas
Application Domain.
2. Application Domain : bagian dari organisasi yang mengatur, memonitor atau
mengontrol suatu Problem Domain.
3. Conditions : kondisi dimana suatu sistem dikembangkan dan digunakan.
40
4. Technology : teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan
teknologi saat sistem dijalankan.
5. Objects : object – object utama di dalam Problem Domain
6. Responsibility : tanggung jawab seluruh sistem dalam hubungannya dengan
konteks.
Mathiassen ( 2000, pp46-47 ) di dalam bukunya menulis bahwa terdapat
tiga subaktivitas dalam Problem Domain Analysis, yaitu :
Gambar 2.12 Aktivitas dalam Problem Domain AnalysisSumber : Mathiassen et al (2000,p46)
1. Classes
Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari system
definitions untuk menghasilkan event table. Class adalah deskripsi dari
kumpulan object yang mempunyai structure, berhavioral pattern dan attibutes
41
yang sama. Object adalah suatu entitas yang memiliki identity, state, dan
behavior ( Mathiassen et al, 2000, p4 ). Pada tahap analisis, biasanya sebuah
class cukup dideskripsikan dengan namanya saja, tetapi juga dapat ditambahkan
detail attributes dan operation. Event adalah kejadian bersifat instan yang
melibatkan satu atau lebih object ( Mathiassen et al, 2000, p51 ).
Gambar 2.13 Notasi dasar dari classSumber : Mathiassen et al (p337-339)
Menurut Mathiassen et al (2000, pp53-55 ) untuk menjalankan aktivitas
classes dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat / calon yang
mungkin untuk classes dan events dalam model Problem Domain. Setelah itu,
evaluasi dan pilih secara kritis classes dan events yang benar - benar relevan
dengan konteks sistem.
2. Structure
Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara
class dan object. Sumber dari tahap ini adalah Class Diagram, yaitu diagram
yang menyediakan gambar ikhtisar Problem Domain yang bertalian secara logis
dengan menggambarkan seluruh hubungan stuktural antara classes dan objects di
dalam model ( Mathiassen et al, 2000, pp69-70 ).
42
Menurut Mathiassen et al ( 2000, pp72-77 ) terdapat dua tipe structure
dalam Object-Oriented, yaitu :
Gambar 2.14 Class DiagramSumber : Mathiassen et al (p337-339)
1. Class structure, mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class.
Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan pada
deskripsinya. Class structure dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Generalization Structure, merupakan hubungan antara dua atau lebih
subclass dengan satu atau lebih superclass ( Mathiassen et al, 2000, p72 ).
Sebuah class yang umum ( superclass ) mendeskripsikan properti umum
kepada group dari special class ( subclass ). Atau dengan kata lain, terjadi
penurunan attributes dan behavior dari superclass, tetapi subclass juga
43
diperkenankan untuk memiliki attributes dan behavior tambahan. Secara
ilmu bahasa, generalization structure diekspresikan dengan formula “is a”.
Gambar 2.15 Generalization StructureSumber : Mathiassen et al (2000, p73)
b. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang berhubungan ( Mathiassen et
al, 2000, p74 ). Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang
melingkupi class – class yang saling berhubungan di dalamnya. Class – class
dalam satu cluster biasanya memiliki hubungan berupa generalization atau
aggregation. Sedangkan hubungan class dengan cluster yang berbeda
biasanya berupa association structure.
Gambar 2.16 Notasi Class StructureSumber : Mathiassen et al (2000, p337)
44
Gambar 2.17 Cluster StructureSumber : Mathiassen et al (2000,p75)
2. Object structure, mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar object.
Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan
pada deskripsinya. Biasanya terdapat multiplicity yang menspesifkasikan jumlah
dari object yang berealisasi. Multiplicity dapat berupa string of numbers dan
penyebaran internal dengan koma, seperti “0,3,7,9..,13,19..*”, “*” disebut many;
dan 0..*. Ada 2 macam object structure yaitu :
a. Aggregation Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih
object. Sebuah superior object ( whole ) memiliki beberapa object ( parts ) (
Mathiassen et al, 2000, p72). Secara ilmu bahasa, aggregation structure
dieskpresikan dengan formulasi “has a”, “a-part-of”, atau “is-owned-by”.
Terdapat tiga tipe aggregation structure ( Mathiassen et al, 2000, p79 ) yaitu:
Whole part, dimana whole merupakan jumlah dari parts, sehingga jika
salah satu parts dihilangkan maka secara tidak langsung telah mengubah
whole.
45
Container-content, dimana whole adalah kontainer ( tempat tampung )
dari parts-nya, sehingga bila terdapat penambahan atau pengurangan
terhadap isinya ( parts ), tidak akan mengubah pengertian whole-nya.
Union-member, dimana whole merupakan union / gabungan yang
terorganisir dari anggotanya (parts), sehingga jika terdapat penambahan
atau pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-nya. Terdapat
batasan jumlah anggota terendah, karena tidak mungkin sebuah union
tanpa anggota.
b. Association Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih
object, tetapi berbeda dengan aggregation ( Mathiassen et al, 2000, p76 ).
Hubungan antar class-class pada aggregation mempunyai pertalian yang
kuat sedangkan pada association tidak kuat. Secara ilmu bahasa, association
structure diekspresikan dengan formulasi “knows” atau “associated-with”
Ket : a-d adalah multiplicity
Gambar 2.18 Notasi Object StructureSumber : Mathiassen et al (2000, p337)
Gambar 2.19 Association StructureSumber : Mathiassen et al (2000, p77)
46
3. Behavior, tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan problem
domain yang dinamis dengan memperluas definisi class, yang terdapat dalam
class diagram, yaitu dengan menambahkan behavioral pattern dan attributes
untuk setiap class. Sumber dari tahap ini adalah event table dan class diagram
yang telah dihasilkan dari tahap – tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya
adalah behavioral pattern yang diekspresikan secara grafis dalam statechart
diagram ( Mathiassen et al, 2000, p80-p90 ).
Dalam class activity, behavior dipandang sebagai kumpulan events yang
tidak berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan dalam behavior activity,
behavior secara lebih tepat dideskripsikan dengan menambah waktu terjadinya
events.
Object behavior diidentifikasikan dengan event trace, yaitu serangkaian
events yang berurutan yang meliputi suatu object. Event trace antara satu object
mungkin berbeda dengan object lain meskipun kedua object tersebut berada
dalam class yang sama. Hal ini disebabkan karena sifat event trace yang unik
untuk object tertentu. Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh
object dalam sebuah class disebut behavioral pattern ( Mathiassen et al, 2000,
p90 ).
Dalam memodelkan Problem Domain, dilakukan pengidentifikasian
requirements untuk data – data yang akan disimpan oleh sistem. Untuk
menspesifikasikan data tersebut digunakan attributes, yaitu deskripsi properti
dari class atau events ( Mathiassen et al, 2000, p92 ).
47
Menurut Mathiassen et al ( 2000, p93 ) behavioral pattern memiliki
struktur kontrol sebagai berikut :
Sequence adalah suatu set events yang akan terjadi satu per satu ( secara
berurutan ). Notasinya : “+”.
Selection adalah satu event yang terjadi dari suatu set events. Notasinya : “|”.
Iteration adalah satu event yang terjadi berulang – ulang kali. Notasinya :
“*”.
Jika menghadapi situasi behavior patterns yang kompleks, akan sulit
sekali untuk mengekspresikannya dalam notasi – notasi umum sehingga untuk
pengekspresiannya lebih cenderung menggunakan Statechart Diagram.
Gambar 2.20 Notasi Dasar Statechart DiagramSumber : Mathiassen et al (2000, p341)
48
Gambar 2.21 Struktur Kontrol Statechart DiagramSumber : Mathiassen et al (2000, p95)
2.5.3.4 Application Domain Analysis
Tahap ini mendefinisikan requirements dari suatu sistem. Application
Domain merupakan bagian yang mengatur, memantau, atau mengontrol Problem
Domain (Mathiassen et al, 2000, p6). Atau dengan kata lain, berhubungan
dengan aktivitas yang dikerjakan / dijalankan oleh sistem. Prinsip dari
Application Domain Analysis adalah bekerja sama dengan user untuk
menentukan usage, function, dan interface. Sumber dari aktivitas ini adalah
system definition dan model dari tahap sebelumnya.
49
Gambar 2.22 Aktivitas dalam Application Domain AnalysisSumber : Mathiassen et al (2000, p117)
Menurut Mathiassen et al ( 2000, p117 ) terdapat tiga subjektivitas dalam
Application Domain Analysis, yaitu :
1. Usage
Hasil akhir dari aktivitas ini adalah membuat deskripsi dari actors dan use
cases, dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan actor table atau
Use Case Diagram. Actor merupakan abstraksi dari user atau sistem lain
yang berinteraksi dengan sistem ( Mathiassen et al, 2000, p119 ). Sedangkan
use case adalah pola interaksi antara sistem dengan actors dalam application
domain ( Mathiassen et al, 2000, p120 ). Hubungan antara actor dan use case
adalah association
2. Function
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan
dari suatu sistem sehingga menghasilkan suatu function list beserta
spesifikasi untuk function yang kompleks. Function memfokuskan pada apa
50
yang bisa dilakukan oleh sistem untuk membantu actor. Dengan kata lain,
function merupakan fasilitas untuk membuat sebuah model berguna bagi
actor ( Mathiassen et al, 2000, p138 ).
Menurut Mathiassen et al ( 2000, p138 ) terdapat empat tipe utama dari
function, dimana masing – masing tipe mengekspresikan hubungan antara
model dan konteks sistem. Keempat tipe tersebut antara lain update function,
signal function, read function, dan compute function.
3. Interface
Tujuan dari aktivitas ini adalah menentukan antar muka (interface) dari
sistem yang sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat
model sistem dan function tersedia bagi actor (Mathiassen et al, 2000, p151).
Adanya interface memungkinkan actor untuk berinteraksi dengan sistem.
Sumber aktivitas berasal dari Class Diagram, Use Case, dan Function List.
Menurut Mathiassen et al ( 2000, p152 ) terdapat dua macam interface :
1. User Interface, menghubungkan human actor (manusia) dengan sistem.
Dalam merancang user interface dibutuhkan feedback dari user. Terdapat
empat User Interface Pattern, yaitu : menu selection (diekspresikan sebagai
daftar pilihan pada user interface), form filling (pola klasik untuk entri data),
command language ( dibutuhkan daya ingat user untuk mengoperasikan
sistem ), dan direct manipulation ( memungkinkan manipulasi langsung
dengan representasi objects ) ( Mathiassen et al, 2000, p154-p155 ).
2. System Interface, menghubungkan system actor ( sistem lain ) dengan sistem
yang sedang di-develop. Sistem lain bisa berupa : external device ( misal :
51
sensor, switch, dll ) dan sistem komputer yang kompleks sehingga
dibutuhkan suatu protokol komunikasi. Biasanya interface ini tidak dipakai
untuk sistem administratif tetapi lebih sering untuk monitoring and
controlling system ( Mathiassen et al, 2000, p163-p164 )
2.5.3.5 Architectural Design
Pada tahap ini, akan dilakukan penstrukturan sistem berdasarkan bagian –
bagiannya dan pemenuhan beberapa criteria desain. Tahap ini juga merupakan
suatu framework bagi aktivitas pengembangan selanjutnya. Aktivitas
architectural design bertujuan untuk menstrukturkan suatu sistem yang
terkomputerisasi. Hasil yang diperoleh berupa struktur dari komponen –
komponen dan proses – proses sistem. Tahap Architectural Design memiliki tiga
sub aktivitas yaitu ( Mathiassen et al, 2000, p173 ) :
Gambar 2.23 Aktivitas dalam Architectural DesignSumber : Mathiassen et al (2000, p176)
52
1. Criteria
Criteria adalah suatu prioritas dan arsitektur ( Mathiassen et al, 2000,
p176 ). Tujuan aktivitas criteria adalah untuk menentukan prioritas desain. Hasil
yang diperoleh dari tahap ini adalah kumpulan criteria untuk desain yang telah
diprioritaskan.
Tabel 2.1 Beberapa Criteria dalam PerancanganCRITERIA PENGUKURAN DARI
Usable Kemampuan adapatasi sistem terhadap konteks organisasi, hubungan kerja dan teknikal
Secure Suatu pencegahan melawan akses yang tidak terotorisasi terhadap fasilitas-fasilitas yang ada
Efficient Penggunaan yang ekonomis terhadap fasilitas technical platform
Correct Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan
Reliable Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan
Maintanable Besarnya usaha untuk melokasikan dan memperbaiki kecacatan sistem
Testable Besarnya usaha untuk memastikan bahwa sistem menampilkan fungsi-fungsi yang telah ditentukan
Flexible Besarnya usaha untuk memodifikasi sistem
Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengertian yang masuk akal terhadap sistem
Reusable Potensi penggunaan bagian-bagian sistem dalam sistem lain yang terhubung
Portable Besarnya usaha untuk memindahkan sistem ke technical platform
Interoperable Besarnya usaha untuk menggabungkan suatu sistem ke sistem lain
Sumber : Mathiassen et al (2000, p178)
53
2. Components
Components Architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari
komponen – komponen yang saling terhubung. Component adalah kumpulan dari
bagian – bagian program yang membentuk system dan memiliki tanggung jawab
yang telah terdefinisikan dengan jelas ( Mathiassen et al, 2000, p190 ).
Menurut Mathiassen et al ( 2000, pp193-198), terdapat beberapa pola umum
yang dapat digunakan untuk mendesain suatu component architecture yaitu :
The Layered Architecture Pattern
Arsitektur ini terdiri dari beberapa component yang didesain sebagai
layers. Desain dari setiap component menggambarkan tanggung jawabnya
masing-masing serta interface bagian atas maupun bagian bawah. Interface
bagian atas akan menggambarkan operasi yang tersedia untuk layer
dibawahnya.
The Generic Architecture Pattern
Model komponen mengandung model dari sistem object, yang dapat
berupa layer yang paling bawah, kemudian diikuti dengan layer sistem
function, dan yang paling atas merupakan component interface. Layer
interface dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu user interface dan system
interface.
54
Gambar 2.24 The Generic Architecture PatternSumber : Mathiassen et al (2000, p196)
The Client Server Architecture Pattern
Komponen dari arsitektur sebuah server dan beberapa clients. Server
memiliki kumpulan operasi yang tersedia bagi client. Server bertanggung
jawab untuk menyediakan hal-hal yang umum bagi client-nya, seperti
database atau sumber daya lain yang bisa digunakan bersama. Server
menyediakan operasinya bagi client melalui suatu jaringan. Client
bertanggung jawab untuk menyediakan interface lokal bagi para user
(Mathiassen et al, 2000, p197).
Gambar 2.25 The Client-Server Architecture PatternSumber : Mathiassen et al (2000, p197)
55
3. Process
Tahap ini menentukan bagaimana suatu proses system didistribusi dan
dikoordinasikan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendefinisikan struktur
fisikal dari suatu sistem. Hasil yang akan diperoleh berupa sebuah deployment
diagram. Processor adalah suatu bagian peralatan yang dapat mengeksekusi
sebuah program ( Mathiassen et al, 2000, pp211-212 ).
2.5.3.6 Component Design
Tujuannya adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan di
dalam kerangka arsitektur. Yang menjadi titik awal dari tahap ini adalah
architectural specification dan system requirement yang akan menghasilkan
connected component specification. Menurut Mathiassen et al ( 2000, p232 ),
terdapat dua subaktivitas dalam component design, yaitu :
Gambar 2.26 Subaktivitas dalam Component DesignSumber : Mathiassen et al (2000, p232)
56
1. Design of Components
Merupakan tahapan untuk merancang komponen sistem, yaitu :
Model Component
Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan
model problem domain ( Mathiassen et al, 2000, p236 ). Tujuan dari
model component design adalah untuk menggambarkan model dari
problem domain. Model tersebut merupakan hasil dari kegiatan ini yang
digambarkan oleh class diagram yang telah direvisi dari hasil kegiatan
analisis
Function Component
Function component adalah bagian sistem yang mengimplementasikan
kebutuhan fungsional ( Mathiassen et al, 2000, p252 ). Tujuannya adalah
agar user interface dan komponen – komponen sistem lainnya dapat
mengakses model. Sedangkan tujuan dari function component design
adalah menentukan implementasi functions. Hasil dari kegiatan ini adalah
class diagram dengan operations dan spesifikasi dari operations
kompleks.
2. Connecting Components
Tujuan dari aktivitas ini adalah menghubungkan komponen – komponen
sistem yang akan menghasilkan class diagram dari komponen – komponen
tersebut. Jadi pada aktivitas ini, hubungan antara komponen – komponen
dirancang untuk mendapatkan desain yang fleksibel dan comprehensible.
Untuk itu dibutuhkan evaluasi dari coupling dan cohesion.
57
Coupling adalah ukuran tentang seberapa dekat dua classes dan components
dihubungkan (Mathiassen et al, 2000, p272). Cohesion adalah ukuran tentang
seberapa baik sebuah class atau component terikat bersama (Mathiassen et al,
2000, p273 ). Prinsipnya adalah : ”highly cohesive classes dan loosely
coupled components ”.
2.5.3.7 Diagram Dalam Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Menurut Mathiassen ( 2000, p334 ), ada delapan diagram yang digunakan
untuk menggambarkan empat tahap atau aktifitas utama dalam analisis dan
perancangan berorientasi objek adalah sebagai berikut :
1. Rich picture menggambarkan sebuah pandangan menyeluruh dari people,
object, process, sructure, dan problem domain, system problem dan
application domain.
2. Class diagram menggambarkan kumpulan dari class dan hubungan struktural
yang saling timbal balik.
3. Statechart diagram menggambarkan behavioral yang digunakan pada semua
object dalam sebuah class khusus dan diuraikan oleh state dan transisi
lainnya.
4. Use case diagram, menggambarkan hubungan antara actor dengan use case.
Setiap use case menunjukkan beberapa sequence yang memungkinkan dalam
interaksi diantara actor dan system.
5. Sequence diagram memperlihatkan interaksi diantara object yang diatur
dalam rangkaian waktu.
58
6. Navigation diagram adalah sebuah statechart diagram khusus yang
memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Navigation
diagram menggambarkan semua windows user interface dan hubungan
dinamisnya.
7. Deployment diagram menguraikan sebuah konfigurasi sistem dalam bentuk
processor dan object yang dihubungkan ke processor. Deployment diagram
menggambarkan komponen sistem program, external device, dan hubungan
struktural timbal balik.
8. Window diagram adalah sebuah konstruksi dari sebuah window tunggal dan
deskripsi dari kegunaannya.
Recommended