View
21
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
10
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Pendidikan
2.1.1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah proses yang diselenggarakan secara sadar
untuk memfasilitasi seseorang agar mampu mengenali dan menemukan
potensi yang dimilikinya. Pada dasarnya pengertian pendidikan dalam UU
SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah, “Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.
Secara definisi Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan
bahwa pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.” Jadi, berubahnya sikap dan perilaku tersebut
dilakukan secara sadar (sengaja), karena kata yang digunakan adalah
“pengubahan”, bukan “perubahan”.
Pengertian pendidikan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, hlm.16)
menjelaskan bahwa, "Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan”. Dalam hal ini pelaku pendidikan mempunyai peranan
penting dalam pendidikan, dimana pelaku pendidikan adalah komponen
utama dalam mempengaruhi orang yang terdidik.
Kita akan melihat pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
(Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) yang menjelaskan bahwa,
"Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
10
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya”.
11
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ditinjau dari pengertiannya pendidikan merupakan modal utama,
dimana manusia dapat berkembang sesuai dengan nilai, dengan akhlak dan
pengetahuan yang baik untuk bekal sepanjang hidupnya.
2.1.2. Jalur Pendidikan
Pendidikan di Indonesia memiliki 3 jalur pendidikan, yang terdiri dari
pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. (1)
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang ditempuh secara resmi pada
satuan lembaga atau organisasi yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. (2)
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang didapat tidak secara
formal melalui sekolah maupun perguruan tinggi, namun tetap memiliki
struktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan
yang bertujuan sebagai pengganti, penambah, serta pelengkap pendidikan
formal yang diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah
pusat atau daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. (3)
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan mandiri yang diperoleh dari
keluarga maupun lingkungan dengan bentuk kegiatan pembelajaran secara
mandiri. Hasil jalur pendidikan informal dapat diakui jika peserta didik dapat
lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan yang diselenggarakan
oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah.
Melalui penelitian ini penulis mengungkapkan museum sebagai
pendidikan informal. Untuk mendukung terselenggaranya pendidikan dengan
baik maka unsur pendidikan formal, nonformal dan informal haruslah saling
mendukung dan melengkapi. Pendidikan informal terbentang luas di
lingkungan kita. Dalam Julianty (2005, hlm. 32) mengemukakan:
“Pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab seluruh anggota
masyarakat. Sayangnya, sebagian besar masyarakat kita masih
memandang pendidikan secara sempit sebagai pengajaran. Tidak
mengherankan jika keluar ucapan seperti disebutkan di muka dari
seorang pejabat tinggi di instansi pemerintah. Sesungguhnya
pengajaran adalah bagian dari pendidikan dan tujuan pendidikan
adalah mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, atau karakter
seseorang”.
12
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kadeir Sarjan (1982, hlm. 21) mengungkapkan bahwa “Di negara-
negara maju dan sedang berkembang, sekarang terdapat pertumbuhan
kesadaran bahwa pendidikan formal dalam beberapa segi sudah'mencapai
batasnya, dan banyak tugas-tugas pendidikan yang tidak dapat dikerjakan
dengan baik oleh sekolah”. Pengalaman di banyak negara maju menunjukkan;
sekalipun terdapat sumber-sumber untuk meminta sekolah agar melaksanakan
sebagian besar tugas-tugas pendidikan, namun sebagian besar tugas-tugas itu
tidak dapat secara efektif dilaksanakan oleh sekolah.
Dari pemaparan Sarjan di atas mendukung terhadap adanya kerjasama
pendidikan formal, non formal dan informal. Karena sistem yang dibuat
manusia tidak akan sempurna, salah satunya karena terpengaruh oleh keadaan
zaman yang memerlukan perbaikan dari setiap unsur segi setiap saatnya.
Sistem pendidikan haruslah memuat bermacam-macam perangkat
aktivitas yang memberikan pelayanan kepada seluruh tingkatan usia populasi
dengan menyediakan kesempatan untuk belajar bermacam-macam bahan
pelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Sumber belajar
dan bahan pelajaran adalah yang mereka butuhkan berubah sepanjang
kehidupan mereka. Hal itu diperkuat lagi dengan ungkapan Kadeir Sarjan
(1982, hlm. 35) yang menyatakan bahwa;
“Tipe pendidikan non formal dan informal ini biasanya melengkapi
atau menyempurnakan pendidikan yang diberikan oleh pendidikan
formal. Sasaran didik umumnya pelajar yang juga berbarengan
terdaftar di sekolah dasar atau menengah. Komplemen, pendidikan
meliputi belajar yang oleh karena nilai dan tipe aktivitas yang
diperlukan tidak cocok dengan latar kelas/pelajaran sekolah.
Kedekatan fisik aktivitas terhadap sekolah bervariasi. Beberapa
aktivitas seperti klub olahraga, kelompok hobby, dan sejenis biasanya
berdasarkan dan disupervisi oleh sekolah. Dan aktivitas-aktivitas ini
berfungsi untuk memperlengkapi komponen-komponen bon kelas dan
kurikulum sekolah formal”.
Dalam Hooper-Greenhill (1996, hlm.140) menyatakan bahwa “Di
seluruh dunia, bidang pendidikan memang merupakan tugas utama bagi
sekolah. Namun dengan diperluasnya konsep pendidikan, maka peran
13
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
institusi informal untuk ikut menyebarluaskan pengetahuan pada abad ke 21
juga mendapat perhatian”.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 ayat (7) menyebutkan bahwa “Sistem pendidikan nasional
mengatur jalur pendidikan sebagai wahana yang dapat dilalui peserta didik
untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan”, dengan demikian jelas bahwa yang
dimaksud dengan jalur pendidikan adalah wahana yang dipergunakan dalam
proses pendidikan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat (1)
dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal,
dan informal yang dapat saling memperkaya dan melengkapi.
2.1.3. Tujuan Pendidikan
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah: “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman,
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Tujuan pendidikan nasional memiliki nilai yang tinggi untuk cita-cita
pembangunan manusia Indonesia. Falsafah Pancasila menjadi nilai luhur
dalam usaha mencapai tujuan tersebut.
1) Tujuan Institusional atau Lembaga
Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
sekolah atau lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini berbeda dengan
tujuan pendidikan nasional, karena tujuan institusional ini berasal dari
lembaga yang mengatur pendidikan dan merupakan penjabaran dari tujuan
pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan.
2) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang
studi. Tujuan ini dapat dilihat dari GBPP (Garis-garis besar Program
14
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengajaran) setiap bidang studi. Tujuan kurikuler merupakan penjabaran
dari tujuan institusional, sehingga kumulasi dari setiap tujuan kurikuler ini
akan menggambarkan tujuan institusional.
3) Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum
Tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya
masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang
lebih spesifik. Tujuan instruksional umum ini dapat dilihat dari tujuan
setiap pokok bahasan suatu bidang studi yang ada di dalam GBPP.
b. Tujuan instruksional Khusus/Tujuan Pembelajaran Khusus
Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan
instruksional umum. Tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksud
agar tujuan instruksional umum tersebut dapat lebih dispesifikan dan
mudah diukur ketercapaiannya.
2.2 Tinjauan Tentang Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Salah satu tugas dari manusia adalah belajar. Hasil belajar yang
dicapai adalah berupa perubahan-perubahan yang diperoleh dari proses
belajar yang dilakukan semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-
fakta yang terjadi dalam bentuk informasi dan materi-materi pembelajaran.
Dalam hal belajar tentunya bisa memanfaatkan berbagai macam sumber
belajar yang ada, tanpa terbatas ruang kelas dan waktu.
Menurut Thorndike yang dalam Hamzah (2007, hlm.11) menyatakan
bahwa “Belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran,
perasaan dan gerakan)”. Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku
dapat berupa sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret
(tidak bisa diamati).
Dalam proses belajar tentunya dibutuhkan sebuah orientasi. Sejauh ini
tentunya ada pengembangan mengenai pentingnya orientasi, hal ini
dibuktikan dengan adanya teori orientasi. Teori orientasi belajar diciptakan
15
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
oleh para ahli psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan (Pintrich &
Garcia, Bandura & Dweck, Ames & Archer, Elliot, dalam Midgley, 2001)
untuk menjelaskan proses belajar dan performa siswa pada tugas-tugas
akademik. Teori ini dapat diaplikasikan untuk memahami dan memperbaiki
proses serta pemberian instruksi dalam belajar. Ames (1998) mengemukakan
definisi orientasi belajar yaitu “Suatu orientasi dimana belajar sebagai sarana
untuk mencapai suatu tujuan lain dan pembelajaran itu sendiri”. Dengan kata
lain belajar merupakan suatu sarana yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Disisi lain, belajar dapat dipersepsikan sebagai tujuan akhir
(yaitu belajar dan menguasai pelajaran). Teori orientasi tujuan diungkapkan
Ames &Archer (1998) dan Dweck & Legget (1988) dalam dua dimensi, yaitu
learning goal dan performance goal. Berbeda dengan Pintrich & Schunk
(2002) mereka membedakan orientasi tujuan dalam Mastery Learning dan
Performance Goal, dan kedua orientasi ini paralel dengan motivasi instrinsik
dan ekstrinsik. Hal yang membedakan orientasi tujuan dengan motivasi
menurut tokoh ini adalah pada orientasi tujuan, lebih bersifat kognitif-
spesifik, situasional dan tergantung konteks, sedangkan motivasi ekstrinsik
lebih bersifat seperti karakteristik kepribadian umum, lebih organismik dan
tidak kontekstual.
Dari beberapa pengertian yang diuraikan sebelumnya, bisa
disimpulkan bahwa orientasi belajar merupakan strategi penting yang
digunakan dalam melakukan aktivitas belajar, misalnya bagaimana cara
belajar dan suasana seperti apa yang mendukung dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana yang dikemukakan Ruhimat dkk (2012, hlm. 124) yang
menyampaikan bahwa
“Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh
individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar
manusia yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi
mampu melakukan sesuatu, atau manusia yang tidak terampil menjadi
terampil”.
Menurut pandangan Ruhimat di atas dapat dikatakan bahwa proses
belajar yang baik dapat merubah sikap, merubah kemampuan yang arahnya
bersifat positif untuk pengembangan diri seseorang.
16
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Thomas dalam Hamalik (1985, hlm. 45) mengemukakan 3 tingkat
pengalaman belajar yaitu:
1. Pengalaman melalui benda-benda sebenarnya
2. Pengalaman melalui benda-benda pengganti
3. Pengalaman melalui bahasa
Adapun menurut Cronbach dalam Surya (1979, hlm. 28) menyatakan,
“Learning may be defided as the process by which a reatively enduring
change in behavior occurs as result of experience of practice” pernyataan
tersebut menegaskan bahwa indikator belajar ditunjukan dengan perubahan
dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Artinya disini pengalaman
yang berkesan bagi seorang manusia dapat meningkatkan hasil dari proses dia
belajar dan hal tersebut akan bersifat permanen. Morgan dalam Suprijono
(2009, hlm. 3) mengemukakan “learning is any relatively permanent change
in behavior that is a result of past experience” yang dapat diartikan bahwa
belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman.
Menurut Gagne dalam Purwanto (1990, hlm. 84), “Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari
waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi
tersebut”.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan aktivitas manusia yang
berproses dan berkesinambungan sifatnya dapat merubah perilaku, pola pikir,
keterampilan.
2.2.2 Tujuan Belajar
Seseorang dalam menjalani proses belajar pasti memiliki tujuan,
diantaranya dengan belajar mereka menambah wawasan dalam dirinya, baik
itu wawasan dalam pengetahuan, wawasan dalam keterampilan, maupun
wawasan dalam perubahan tingkah laku. Gagne dalam (Hasibun dan
17
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Moedjiono, 2004, hlm.5) mengemukakan delapan macam tujuan belajar yang
kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan hasil belajar,
yaitu sebagai berikut:
1) Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting
dari sistem lingkungan skolastik)
2) Strategi kognitif mengatur “cara kerja” dan berpikir seseorang di
dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah
3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta
4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain
keterampilan menulis, meneatik, menggunakan jangka dan
sebagainya
5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas
emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat
disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah-laku terhadap
orang, barang, atau kejadian.
Dari kelima tujuan belajar tersebut proses belajar mempengaruhi
manusia dalam kebutuhan hidupnya. Manusia yang sedikit belajar tentunya
tidak bisa bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup secara maksimal.
2.2.3 Prinsip Belajar
Seperti yang telah dikemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
dalam mencapai tujuan belajar, maka dari itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, dimana proses belajar ini penting karena berlaku seumur hidup
dan mengakibatkan perubahan perilaku. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar
yang dikemukakan oleh Suprijono (2009. hlm.4), yang mengemukakan
pandangannya mengenai prinsip belajar sebagai berikut:
a) Pertama, adanya perubahan perilaku, perubahan perilaku sebagai
hasil belajar memiliki ciri-ciri: (1) sebagai hasil tindakan rasional
instrumental yaitu perubahan yang disadari, (2) kontinu atau
berkesinambungan dengan perilaku lainnya, (3) fungsional atau
bermanfaat sebagai bekal hidup, (4) positif atau berakumulasi, (5)
18
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, (6)
permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar
sebagai any relatively permanent change in an oganism’s
behavioral repertoire that occurs as a result of experience, (7)
bertujuan atau terarah, (8) mencakup keseluruhan potensi
kemanusiaan
b) Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai
c) Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
2.2.4 Lingkungan Belajar
Terdapat unsur yang sangat mempengaruhi terhadap jalannya
pembelajaran yaitu lingkungan belajar. Lingkungan merupakan segala situasi
yang ada disekitar kita. Suciati, dkk (2007, hlm. 5) menjelaskan bahwa
“Lingkungan belajar adalah situasi yang ada disekitar siswa pada saat
belajar. Situasi ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Jika
lingkungan ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi sarana yang
bernilai positif dalam membangun dan mempertahankan sifat positif.
Lingkungan terdiri dari lingkungan luar dan lingkungan dalam”.
Lingkungan luar diartikan sebagai gabungan faktor-faktor geografi
dan sosial ekonomi yang mempengaruhi hubungan sekolah dengan
masyarakatnya. Sedangkan lingkungan dalam adalah bahan pokok bangunan
dan ketersediaan peralatan untuk menunaikan tugas pengajaran dan belajar.
Dahyono (2007, hlm. 129) juga menegaskan bahwa “lingkungan itu
sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar
individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural”.
Proses belajar tentunya tidak hanya ada di dalam kelas, menurut
Sumaatmadja (1984, hlm.113-114) “tujuan pembelajaran di luar kelas adalah
menumbuhkan minat dan perhatian siswa terhadap apa yang sedang
dipelajarinya (sense of interest), dorongan untuk melihat kenyataan (sense of
reality), dan dorongan untuk menemukan hal-hal yang menarik perhatiannya
(sense of discovery)”.
19
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan penjabaran di atas keadaan lingkungan tentunya sangat
berpengaruh terhadap jalannya proses pembelajaran. Setiap siswa
menginginkan lingkungan yang nyaman, sehingga kenyamanan itu akan
mendukung respon positif dalam proses pembelajaran.
Dalam usaha menyiapkan situasi belajar yang efisien, sebenarnya
terlalu banyak faktor yang dapat diketahui yang mempengaruhi proses
belajar. Suryadibrata yang dikutip oleh Sukardi (1983, hlm.30-35)
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, diantaranya:
a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, diantaranya:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas.
2. Adanya sikap kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
selalu maju.
3. Adanya kemajuan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru baik dengan kooperasi maupun dengan
kompetensi.
4. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman dengan cara
menguasai bahan pelajaran.
5. Adanya ganjaran/hukuman sebagai akibat dari pelajaran.
b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang digolongkan menjadi
dua golongan dengan catatan bahwa overlapping tetap ada, yaitu:
1. Faktor-faktor non sosial seperti udara, cuaca, waktu, tempat, alat-
alat untuk belajar dan lain-lain.
2. Faktor-faktor sosial dalam belajar seperti faktor manusia atau
sesama manusia.
2.2.5 Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran merupakan komponen yang harus disiapkan
dengan baik dalam pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada
dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang
studi dengan topik atau sub topik dan rinciannya.
20
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2.6 Media Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan siswa dan guru
dengan menggunakan berbagai sumber belajar, baik dalam situasi kelas
maupun luar kelas. Dalam arti media yang digunakan untuk pembelajaran
tidak terlalu identik dengan situasi kelas dalam pola pengajaran konvensional
namun proses belajar tanpa kehadiran guru dan lebih mengandalkan media
termasuk dalam kegiatan pembelajaran. Rudi Susilana (2007, hlm.179)
mengklasifikasikan penggunaan media berdasarkan tempat penggunaannya,
yaitu:
1) Penggunaan media di kelas
Pada teknik ini media dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya
tujuan tertentu dan penggunaaannya dipadukan dengan proses
blajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam merencanakan
pemanfaatan media tersebut guru harus melihat tujuan yang akan
dicapai, materi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan
tersebut, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk
mencapai tujuan tersebut.
2) Penggunaan media di luar kelas
Media tidak secara langsung dikendalikan oleh guru, namun
digunakan oleh siswa sendiri tanpa instruksi guru atau melalui
pengontrolan oleh orang tua siswa. Penggunaan media di luar
kelas dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu
penggunan media tidak terprogram dan penggunaan media secara
terprogram.
a) Penggunaan media tidak terprogram
Penggunaan media dapat terjadi dimasyarakat luas. Hal ini ada
kaitannya dengan keberadaan media masa yang ada
dimasyarakat. Penggunaan media ini bersifat bebas yaitu
bahwa media itu digunakan tanpa dikontrol atau diawasi dan
tidak terprogram sesuai tuntutan kurikulum yang digunakan
oleh guru atau sekolah.
b) Penggunaan media secara terprogram
21
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Media digunakan dalam suatu rangkaian yang diatur secara
sistematik untuk mencapai tujuan tertentu yang disesuaikan
dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Peserta didik
sebagai sasaran diorganisasikannya dengan baik sehingga
mereka dapat menggunakan media secara teratur,
berkesinambungan dan mengikuti pola belajar mengajar
tertentu. Penggunaan media belajar harus disesuaikan dengan
tujaun pembelajaran yang akan dicapai. Media belajar sendiri
bermacam-macam, dengan itu pendidik bisa lebih
memanfaatkan media dalam hal meningkatkan variasi belajar.
Mengacu pada teori Edgar Dale (dalam Latuheru, 1988, hlm. 16) yang
terkenal dengan Kerucut Pengalaman (Cone of experience) bahwa
pengalaman belajar seseorang, 75% diperoleh melalui indera lihat (mata),
13% melalui indera dengar (telinga), dan selebihnya melalui indera lain.
Dengan penggunaan media pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam kondisi individu siswa yang berbeda dalam
kemampuan mengolah pesan secara verbal,visual dan teks.
2.3 Tinjauan Tentang Sumber Belajar
2.3.1 Pengertian Sumber Belajar
Kegiatan belajar mengajar baik dan ideal adalah apabila dalam
kegiatan belajar tersebut memanfaatkan sumber belajar, apalagi dalam
pembelajaran IPS, sumber belajar memiliki peranan yang amat penting.
Dalam pengertian sederhana, sumber belajar (Learning Resources)
merupakan guru dan bahan-bahan pelajaran/bahan pengajaran baik buku-
buku bacaan atau semacamnya. Namun pengertian sumber belajar tidak
sesempit atau sesederhana itu. Sumber belajar memiliki cakupan yang amat
luas bisa dalam bentuk benda, orang atau lingkungan. Menurut Rohani, A
(2004, hlm. 161) bahwa “sumber belajar adalah segala daya yang dapat
dipergunakan untuk kepentingan proses/aktivitas pengajaran baik secara
langsung maupuntidak langsung, diluar diri peserta didik (lingkungan) yang
22
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung. Jadi pengertian
sumber belajar itu luas.”
Menurut Poerwodarminto (1993, hlm. 784). Sumber belajar adalah
benda, orang atau lingkungan yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
memperjelas pemahaman siswa dalam kegiatan belajar – mengajar. Tidak
hanya itu, sumber belajar dalam pengertian luas seperti yang dikemukakan
pula oleh Mudhofir dan Edgar (2008, hlm. 37) yang menjelaskan bahwa
sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional
dan pengalaman yang menimbulkan peristiwa belajar serta mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Pengertian sumber belajar menurut Association for Educational
Communication and Technology (AECT, 1986) adalah “segala sesuatu atau
daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun
gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dan tujuan untuk
meningkatkan efektifitas dan efesiensi tujuan pembelajaran”. Sumber
pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources
by design), yakni semua sumber yang khusus telah dikembangkan
sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas
belajar yang terarah dan bersifat formal.
b. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources
by utilization), yakni sumber belajar yang secara khusus didesain
untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan,
diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar salah
satunya adalah media.
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu.
23
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seperti yang telah disebutkan bahwa sumber belajar sangatlah banyak
dan dapat berupa data, orang atau barang yang bisa dimanfaatkan oleh guru
untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi tujuan pembelajaran.
Berikut ini adalah komponen-komponen sumber belajar menurut
AECT , (dalam Komalasari, 2010 .hlm108) yang meliputi:
a. Pesan, adalah ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh
komponen belajar lain yang berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data.
b. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan,
pengolah dan penyaji pesan. Contohnya:Guru. Dosen, pustakawan dan
lain-lain.
c. Bahan merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung
pesan-pesan belajar, yang biasa disajikan menggunakan peralatan
tertentu. Contohnya: Buku teks, modul, dan transparansi (OHT)
d. Alat, adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk
menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya: OHP, tape
recorder, dan video player.
e. Teknik, yaitu prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan
dalam menggunakan bahan, alat. Lingkungan dan orang untuk
menyampaikan pesan.
f. Latar/lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses mengajar
dimana pembelajar menerima pesan.
Begitu banyak yang ada disekitar kita yang dapat dijadikan sumber
belajar. Sumber belajar bukan hanya terpaku pada sumber belajar yang telah
dirancang seperti buku pelajaran, modul dan lain-lain tetapi kita bisa
memanfatkan sumber belajar berupa lingkungan, baik lingkungan sekolah
maupun lingkungan lain yang bisa menunjang pada proses belajar mengajar.
Winataputra (2007, hlm.20) menjelaskan bahwa “sumber belajar atau
learning resources secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan
pembelajaran”, jadi jika dikelompokan sumber belajar dapat berupa sumber
belajar tertulis/cetakan, terekam, tersiar, jaringan, dan lingkungan (alami,
sosial, budaya, spiritual). Pada intinya sumber belajar itu bisa berupa apapun
24
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik.
Dalam proses belajar mengajar, pemanfaatan sumber belajar sangatlah
berpengaruh terhadap pembelajaran.
2.3.2 Macam-macam Sumber Belajar
Ada beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalam proses
belajar mengajar guna mempermudah peserta didik maupun pendidik dalam
menerapkan proses belajar mengajar, diantaranya menurut Jarolimek (dalam
Komalasari, 2010, hlm. 116) mengatakan
“sumber belajar dapat dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu: (1)
reading materials and resources (materi dan sumber bacaan) meliputi
buku teks, ensiklopedia, buku referensi, internet, majalah, pamphlet,
surat kabar, kliping, brosur perjalanan, dan beberapa materi yang
dicetak atau diprint, (2) non reading materials and resources (materi
dan sumber bukan bacaan) meliputi gambar, film, rekaman,
darmawisata dan sumber masyarakat”.
2.3.3 Fungsi dan Penggunaan Sumber Belajar
Menurut Jerolimek (Komalasari, 2010, hlm. 113) guru perlu
menggunakan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran dengan alasan-
alasan sebagai berikut:
a. Tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama, media berbeda
bisa disesuaikan dengan gaya belajar dari siswa yang berbeda.
b. Membaca cakupan antar siswa-siswa yang berbeda, memerlukan
sumber belajar yang berbeda.
c. Masing-masing media memiliki kekuatan dan keterbatasan dalm
cara menyampaikan pesan.
Berikut ini adalah beberapa manfaat sumber belajar menurut
Depdiknas (1983, hlm. 7) yaitu:
1. Sumber belajar dapat memberikan perjalanan belajar yang konkrit
dan langsung kepada pelajarnya.
2. Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan
atau dikunjungi dan dilihat secara langsung oleh siswa.
3. Sumber belajar dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian
yang ada di dalam kelas.
25
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Sumber belajar dapat memberikan informasi yang akurat dan
terbaru.
5. Sumber belajar dapat memecahkan masalah pendidikan atau
pengajaran.
6. Sumber belajar dapat memberikan motivasi yang positif.
7. Sumber belajar dapat meranggsang untuk berfikir, bersikap dan
berkembang lebih lanjut.
Kriteria umum dalam pemilihan sumber belajar yang berkualitas ini
meliputi:
1. Ekonomis
Sumber belajar tidak harus mahal. Sumber belajar perlu
disesuaikan dengan alokasi dana dan kebutuhan sumber belajar
yang akan digunakan. Seperti layaknya prinsip ekonomi, perlu
diusahakan agar mampu mendapatkan sumber belajar berkualitas
yang sesuai kebutuhan dengan alokasi dana yang seminimal
mungkin.
2. Praktis dan sederhana
Sumber belajar harus mudah digunakan dan tidak membingungkan.
Tidak memerlukan lagi tambahan pelayanan atau alat lain yang
sulit diadakan.
3. Mudah diperoleh
Sumber belajar mudah dicari dan didapatkan. Jika perlu dapat
memanfaatkan lingkungan sekitar yang tersedia sehingga peserta
didik juga dapat dengan mudah memanfaatkan.
4. Fleksibel atau compatible
Sumber belajar tidak harus mengikat pada satu tujuan atau materi
pembelajaran tertentu. Akan lebih baik jika dapat dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan pembelajaran bahkan juga keperluan yang
lain.
Kriteria khusus yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sumber
belajar yang berkualitas adalah sebagai berikut:
26
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Sumber belajar dapat memotivasi peserta didik dalam belajar
2) Sumber belajar untuk tujuan pengajaran. Maksudnya sumber
belajar yang dipilih sebaiknya mendukung kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan.
3) Sumber belajar untuk penelitian. Maksudnya sumber belajar yang
dipilih hendaknya dapat diobservasi, dianalisis, dicatat secara
teliti, dan sebagainya.
4) Sumber belajar untuk memecahkan masalah. Maksudnya
sumberbelajar yang dipilih hendaknya dapat mengatasi problem
belajar peserta didik yang dihadapi dalam kegiatan belajar
mengajar.
5) Sumber belajar untuk presentasi. Maksudnya sumber belajar yang
dipilih hendaknya bisa berfungsi sebagai alat, metode, atau strategi
penyampaian pesan.
Dalam menerapkan kriteria tersebut, maka pemilihan sumber belajar
dapat dilakukan lebih mudah, karena sudah ada batasan kriteria dimana
sumber belajar yang tidak masuk dalam kriteria, dapat langsung disisihkan.
Sumber belajar yang terpilih juga menjadi tepat dan efektif digunakan untuk
pembelajaran.
Adapun fungsi sumber belajar adalah:
a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:
1. Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk
menggunakan waktu secara efektif.
2. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi,
sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan
gairah.
b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual, dengan cara:
1. Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional.
2. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai
dengan kemampuannya.
27
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
dengan cara:
1. Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis.
2. Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh
penelitian.
d. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:
1. Meningkatkan kemampuan sumber belajar.
2. Penyajian informasi dan bahan secara lebih konkrit
e. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:
1. Mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat
verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit.
2. Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
2.4 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
2.4.1 Pengertian dan hakikat Pendidikan IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam sistem pendidikan di Indonesia
baru di kenal sejak lahirnya kurikulum tahun 1975 sebelumnya pembelajaran
ilmu – ilmu sosial untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah yang
berubah – ubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Misalnya
kurikulum 1964 menggunakan istilah pendidikan kemasyarakatan. Ada dua
kelompok mata pelajaran ialah kelompok dasar yang terdiri atas sejarah
indonesia dan geografi indonesia, bahasa indonesia dan civics dan kelompok
cipta yang terdiri atas Sejarah Dunia dan Geografi Dunia. (Sapriya, 2009,
hlm. 77)
Pada dasarnya setiap perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat
lepas dari sejarah masa lalunya yang dihitung dari awal terbentuknya sampai
dengan awal perkembangannya, hal tersebut dipengaruhi oleh zaman, dimana
ilmu pengetahuan akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
28
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mata pelajaran IPS di SMP/MTs memiliki beberapa karakteristik
antara lain sebagai berikut:
a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
Geografi, Sejarah, Ekonomi, Hukum, Politik, Kewarganegaraan,
Sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan Geografi, Sejarah, Ekonomi dan Sosiologi yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik
tertentu.
c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip
sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,
struktur, proses dan masalah sosial serta upaya – upaya perjuangan
hidup agar survive, seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,
keadilan dan jaminan keamanan.
e. Standar kompentensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan. (Trianto, hlm. 126)
2.4.2 Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPS
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai
bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya
dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya
tujuan tersebut.
Sapriya (2011, hlm. 201), menjelaskan tujuan mata pelajaran IPS
sebagai berikut :
29
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
2.5 Tinjauan tentang Museum Geologi
2.5.1 Pengertian Museum
Kata museum berasal dari kata Yunani kuno “Muse” kata muse
sesungguhnya nama salah satu dewi diantara kesembilan dewi yang
melambangkan cabang kegiatan atau ungkapan ilmu dan kesenian itu sendiri
disebut “museion”. Dengan demikian museum artinya tempat kerja ahli-ahli
pikir/ilmuwan pada zaman itu. Mereka merasakan sungguh-sungguh bahwa
gedung tempat bekerja itu merupakan laboratorium pendidikan serta tempat
pembaktian diri kepada kesembilan dewi tersebut. Segala peralatan yang
mereka pergunakan untuk praktek dalam ruang laboratorium itu mereka
simpan digedung tempat mereka bekerjanya. Lama kelamaan gedung tersebut
merupakan tempat penyimpanan dan pengumpulan benda-benda yang akan
diselidiki ataupun yang dijadikan objek untuk dipelajari.
Pengertian kata muse atau museion kemudian mengalami
perkembangan arti dan berubah menjadi museum dengan pengertian
sekarang. Jadi dalam hal ini hanyalah dapat dikemukakan bahwa istilah
museum telah lama dipakai orang. Pada hakekatnya berarti sebagai tempat
penyimpanan hasil kebudayaan Indonesia (Buku Panduan, 1996, hlm. 3).
Menurut ICOM (Internasional Council Of Museum), museum
merupakan suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,
melayani masyarakat, terbuka untuk umum, merawat dan menghubungkan
serta memamerkan benda-benda peninggalan sejarah untuk tujuan studi,
penelitian dan rekreasi. (Museum Negeri Jawa Tengah, 1992, hlm. 2).
30
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam Sutaarga (2000 hlm. 107) ICOM juga mengakui lembaga-
lembaga berikut ini sebagai museum yaitu:
a. Lembaga-lembaga konservasi dan ruangan-ruangan pameran
secara tetap diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat-pusat
kearsipan;
b. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis dan
ethnografia, peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang
mempunyai corak museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam
hal pengadaan, perawatan dan komunikasinya dengan masyarakat;
c. Lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk-makhluk hidup
seperti kebun-kebun tanaman dan binatang, akuarium, makhluk
dan tetumbuhan lainnya dan sebagainya;
d. Suaka alam;
e. Pusat-pusat pengetahuan dan planetarium.
Pemanfaatan museum sebagai Sumber Belajar, sebagai bagian dari
pembelajaran dengan pendekatan warisan budaya, diharapkan pengunjung
dapat tumbuh menjadi generasi yang pintar dengan tidak melupakan akar
budaya bangsanya. Menurut Hunter (1988), “The heritage education
approach is intended to strengthen student’s understanding of concepts and
the artistic achievements, technological genius, and social economic
contribution of men and women from diverse group” (Tujuan pendidikan
dengan pendekatan warisan budaya adalah untuk memperkuat pengertian
siswa tentang konsep dan hasil seni, kecerdasan dalam bidang teknologi, serta
kontribusi perbedaan kelompok sosial ekonomi pria dan wanita).
Dalam Ensiklopedi Nasional jilid 10 (1990, hlm. 78) museum
merupakan suatu bangunan tempat orang-orang memelihara dan
memamerkan barang-barang yang mempunyai nilai-nilai lestari. Misalnya
peninggalan-peninggalan benda-benda kuno (Asih, 1999, hlm. 140).
Pameran barang-barang koleksi museum tersebut adalah suatu cara
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada rakyat, kepada publik. Cara
penyaluran ilmu pengetahuan dengan cara pameran ini adalah khas bagi
pekerjaan setiap museum. Namun pekerjaan seperti ini tidak mudah, sebab
31
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
museum itu nyatanya hanya memamerkan kebudayaan yang bersifat materiil
saja.
Museum secara tipologis menunjukan kesamaan penjenisan cabang-
cabang seni dan ilmu yang dapat dibagi menjadi: (a) museum ilmu hayat, (b)
museum ilmu dan teknologi, (c) museum arkeologi dan sejarah, (d) museum
antropologi dan etnografi, (e) museum kesenian (Sutaarga, 1991, hlm. 9)
2.5.2 Fungsi Museum
Museum dewasa ini ialah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak
mencari keuntungan, melayani masyarakat dan mengembangkannya, terbuka
untuk umum, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan studi,
museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk
memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan pengetahuan tentang benda
yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan. Untuk memperjelas
kegunaan dari museum tersebut, kita harus mengetahui fungsi dari museum
itu sendiri. Bila mengacu kepada hasil musyawarah umum ke-11 (11th
General Assembley) International Council of Museum (ICOM) pada tanggal
14 Juni 1974 di Denmark, dapat dikemukakan 9 fungsi museum (dalam
http://icom.museum/ethics_2001_engl.html) sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pengawasan warisan alam dan budaya.
b. Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
c. Konservasi dan preservasi.
d. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum.
e. Pengenalan dan penghayatan kesenian.
f. Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa.
g. Visualisai warisan alam dan budaya.
h. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
i. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Jadi museum memiliki peranan penting dalam pendidikan terutama
bagi kajian IPS, karena didalamnya terdapat peninggalan warisan budaya
yang mempunyai fungsi tertentu dalam memahami proses pertumbuhan dan
perkembangan budaya bangsa.
32
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fungsi museum merupakan media komunikasi dalam rangka usaha
pendidikan bangsa, yaitu ikut serta membina dan mengembangkan seni, ilmu,
dan teknologi dalam rangka peningkatan penghayatan nilai budaya dan
kecerdasan kehidupan bangsa. Dengan demikian museum mempunyai
keterkaitan dengan dunia pendidikan, diantaranya; lewat museum siswa dapat
belajar lebih jauh bidang studinya, karena museum bagi siswa merupakan
sumber informasi ilmu pengetahuan.
Seperti apa yang disampaikan oleh Paul Marshall Rea (1994, hlm. 2)
“few methods of juvenile museum education have become universal.
There seems to be more interest in devising new small experiments
than in the more prosaic work of extending to the whole field such
methods as have been found most generally effective.”
Sebagai lembaga yang menyimpan, memelihara serta memamerkan
hasil karya, cipta dan karsa manusia sepanjang zaman, museum merupakan
tempat yang tepat sebagai sumber belajar dalam ranah pendidikan, karena
melalui benda yang dipamerkannya pengunjung dapat belajar tentang
berbagai hal berkenaan dengan nilai, perhatian serta peri kehidupan manusia.
Dengan kata lain, museum tidak hanya melengkapi informasi tetapi juga
mendorong minat dan menjadi sarana penting bagi siswa dalam mencari
kebenaran-kebenaran teori dibangku pendidikan.
2.5.3 Tugas Museum
Museum selain memiliki fungsi, juga memiliki tugas yang dijalanan
oleh sebuah museum, yakni:
a. Pengumpulan atau penggandaan
Tidak semua benda dapat dimasukan ke dalam koleksi museum,
hanyalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni:
1) Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.
2) Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan
sebagainya.
3) Harus dapat dianggap sebagai dokumen.
b. Pemeliharaan
Tugas museum lainnya yaitu tugas pemeliharaan. Adapun tugas
pemeliharaan dibagi menjadi 2 aspek, yakni:
33
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Aspek Teknis, Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan
diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari
kemungkinan kerusakan.
2) Aspek Administrasi, Benda-benda materi koleksi harus
mempunyai keterangan tertulis yang menjadikan benda-benda
koleksi tersebut bersifat monumental.
c. Konservasi
Tugas konservasi merupakan usaha pemeliharaan, perawatan,
perbaikan, pencegahan dan penjagaan benda-benda koleksi dari
penyebab kerusakan.
d. Penelitian
Dalam tugas penelitian ini museum dibagi menjadi dua bentuk
penelitian, yaitu di antaranya:
1) Penelitian Intern
Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan.
2) Penelitian Ekstern
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti
mahasiswa, pelajar, umum dan laian-lain untuk kepentingan
karya ilmiah, skripsi, dan lain-lain.
e. Pendidikan
Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi
koleksi yang dipamerkan:
1) Pendidikan Formal Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah
dan sebagainya.
2) Pendidikan Non formal Berupa kegiatan pameran, pemutaran
film, slide, dan lain-lain.
f. Rekreasi
Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati,
yang mana merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan
konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.
2.5.4 Struktur Organisasi Museum
34
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada dasarnya museum terbagi atas 2 kepemilikan, yakni pemeritah
dan swasta. Dari setiap itu masing-masing mempunyai struktur dan cara
kerjanya masing-masing. Biasanya pada museum swasta, struktur organisasi
tidak serumit museum milik pemerintah. Tetapi memang untuk struktur
organisasi pemeritah sudah memiliki jobdesk masing-masing setiap divisi,
sehingga ruang lingkup pekerjaannya sudah sangat jelas. Adapun beberapa
contoh struktur bagisan sebuah museum, yakni:
a. Bagan A
Walaupun museum ini dikelola dan dimiliki oleh swasta tetapi
penyelenggaraan museum ini harus berstatus badan hukum, agar museum ini
dapat penanganan atau pengelolaan yang mantap dan tidak terombang-
ambing. Dalam akte pendiriannya perlu dicantumkan satu pasal peralihan,
yang menyebutkan suatu tindakan hukum akan diambil dalam hal berakhirnya
masa berdirinya yayasan atau perkumpulan tersebut, kepada siapa miliknya
(museum) itu akan diserahkan demi kesinambungan penyelenggaraan,
pengelolaan dan pemanfaatan.
(Bagan 2.1. Struktur Bagan A)
b. Bagan B
Untuk museum-museum resmi, bagan B memperlihatkan bagaimana
kaitannya penyelenggaraan dan pengelolaan museum-museum tersebut.
35
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Badan pemerintah (Departemen atau Lembaga non-Departemen) disebut
penyelenggara museum, yang bertanggung jawab atas tersedianya dana,
sarana dan tenaga museum-museum resmi tersebut. Yang mengelola museum
adalah kepala museum yang diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah,
Menteri atau Ketua Lembaga non-Departemen yang bersangkutan.Unit
Pembina Teknis bertanggung jawabatas perencanaan, pengaturan,
pengawasan, pengendalian program-program kegiatan pelaksanaan dan
museum-museum itu sebagai obyek pembinaan merupakan unit-unit
pelaksanaan teknis di bidang kegiatan museum sebagai saran ilmiah, pusat
studi dan kegiatan edukatif-kultural.
(Bagan 2.2. Struktur Bagan B)
c. Bagan C
36
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk museum yang lebih besar atau yang lebih kecil tentu diperlukan
struktur organisasi yang disesuaikan dengan kenyataan yang
diperlukan.Untuk museum yang lebih kecil, biasanya kepala museum
merangkap tugas kurator yang bertanggung jawab atas penangan koleksi. Ia
dapat dibantu oleh petugas ketata-usahaan. Demikian, seorang kurator
museum kecil, diperlukan Manager yang berpendidikan ilmiah dan pandai
mengelola museum, oleh karena itu sebenarnya museum kecil diperlukan
kurator-kurator paripurna.
(Bagan 2.3. Struktur Bagan C)
Bagan C menggambarkan suatu struktur organisasi medium. Semua
unit yang merupakan :
a) Unsur pimpinan
b) Unsur penunjang ketata-usahaan
c) Unsur penunjang perpustakaan
d) Unsur kegiatan pokok pengadaan dan penelitian koleksi
e) Unsur kegiatan pokok perawatan dan pemeliharaan
f) Unsur kegiatan pokok pameran koleksi
g) Unsur kegiatan pokok bimbingan kegiatan edukatif-kultural sudah
termasuk dalam bagan struktur organisasi museum madya
tersebut.
2.5.5 Museum sebagai Sarana Edukasi
37
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagi bangsa Indonesia, berdasarkan kepada azas dan tujuan negara
kita, seperti yang tercantum di dalam UUD 1945 dan falsafah Pancasila jelas
bahwa setiap museum yang ada di Indonesia, terlepas apakah museum itu
berstatus swasta atau berstatus resmi pemerintah, apakah museum itu
merupakan museum umum, atau museum khusus hendaknya diberi fungsi
dan kegiatan yang dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin untuk
usaha-usaha peningkatan dan pemerataan kecerdasan rakyat dan
mempercepat proses penghayatan ilmu dan kebudayaan.
Menurut (Harrison,1973,hlm.2-3) “Pengaruh museum terhadap segi
perkembangan manusia sangat besar. Segi ini secara definitif merupakan
pembatasan kualitas dan hanya melihat pada keindahan”. Dalam pengertian
sebenarnya, pendidikan meliputi seluruh maksud dan tujuan tersebut. Tujuan
pendidikan adalah perkembangan sempurna dari umat manusia. Dari
sumbernya yang banyak, pendidikan tidak boleh mengabaikan bukti faktual
atas hal-hal yang rill dan dapat dilihat ataupun kaitan yang saling
berhubungan, untuk itulah pendidikan tidak boleh melupakan museum.
Menurut Sutaarga (2000, hlm.49)
“Apabila kita sudah sepakat, bahwa salah satu kebijakan
penyelenggaraan museum itu adalah berorientasi kepada kepentingan
publik museum yakni masyarakat maka ada baiknya kita mengenal
publik itu sendiri dan perlu juga kita menjajaki motivasi kunjungan
publik museum sehingga program kerja edukatif museum mendapat
respon yang positif dan kegiatan edukatif itu mencapai sasaranya”.
Dalam (Hein, 1998, hlm.4) menyatakan
“Museum sebagai institusi yang melakukan preservasi, penelitian dan
komunikasi mempunyai peran penting di dalam pendidikan. Museum
dipandang sebagai salah satu tipe institusi di antara beberapa institusi
yang dapat memberikan pendidikan secara massal. Oleh karena itu,
pendidikan menjadi peran utama bagi museum”.
Amir Sutaarga (2000, hlm.54) mengemukakan bahwa,
“Sesungguhnya kegiatan-kegiatan edukatif di museum khususnya di
Indonesia belum dituangkan dalam satu sistem peraturan yang dapat
diterapkan di seluruh Indonesia, beberapa museum misalnya museum
pusat di Jakarta museum bali di Denpasar percobaan-percobaan
pelaksanaan pelbagai metode bimbingan diarahkan menuju suatu
sistem dan pedoman”.
38
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Studi dan pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan mengenai
pelbagai macam motivasi publik museum di Indonesia juga masih perlu di
introduksikan, dengan tersedianya fasilitas di museum-museum masa
mendatang dan setelah dilaksanakanya beberapa studi mengenai motivasi
kunjungan museum dan pelaksanaan eksperimen-eksperimen beberapa
metode bimbingan barulah kita dapat menyimpulkan sistem dan pedoman
yang sebaiknya perlu kita miliki agar museum-museum di Indonesia benar-
benar dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pendidikan.
Menurut Sutaarga (2000, hlm.111) kebijakan permuseuman tidak
datang dengan sendirinya. Ada dua dasar dan tujuan yang menjadi pedoman
untuk menetapkannya.
Pertama, kebijakan pemuseuman sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kebijakan kebudayaan, berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dan GBHN, serta kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudyaan.Demikian, maka dasar dan tujuan kebijakan permuseuman
itu bersifat normatif. Yang kedua ialah hasil observasi dari kenyataan-
kenyataan sejarah mengenai masyarakat dan kebudayaan kita sendiri.
Demikian akan terdapat suatu garis rentang yang jelas antara
kenyataan sekarang produk sejarah dari masa lampau, dengan cita-cita
dan harapan masa depan.
Berhubungan dengan proses pembelajaran di dalam museum
(Hamalik, 1985:40-41) menyatakan pandangan modern tentang belajar yakni,
“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan
lingkungan. Seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar setelah
ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, seperti
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan
sebagainya”.
Dalam belajar menurut Thomas dalam Hamalik (1985, hlm. 45)
terdapat 3 tingkatan pengalaman belajar, yaitu : (1) Pengalaman melalui
benda sebenarnya; (2) Pengalaman melalui benda-benda pengganti; (3)
Pengalaman melalui bahasa.
Dari penjelasan tersebut menunjukkan, proses pembelajaran tidak
hanya berlangsung dalam ruangan kelas di sekolah tetapi dapat juga
berlangsung di lingkungan masyarakat, sehingga Museum sebagai bagian dari
39
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat merupakan salah satu tempat yang dapat dipilih untuk kegiatan
pembelajaran di luar kelas, karena koleksi pameran dan diorama Museum
dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
yang diajarkan di dalam kelas, terutama materi yang berkaitan dengan sejarah
perkembangan manusia dan lingkungan. Menurut Boyer (1996), “Museum as
educational institution teach us about the objects of lasting human interest
and value” senada dengan itu, Sunal dan Haas (1993, hlm. 294)
mengungkapkan, “A trip a museum or restoration is often reported as a
positive memory of the study of History”.
Kunjungan ke Museum akan sangat bermanfaat bagi tumbuhnya
pemikiran kritis siswa, jika dilaksanakan secara terencana dan terprogram
dengan baik. Selama mereka berada di museum dan mengamati objek
pameran, diharapkan pikiran mereka bekerja dan objek pameran yang
diamatinya dapat menjadi alat bantu belajar, karena ketika kegiatan ini
dilakukan, siswa dirangsang untuk menggunakan kemampuan dalam berfikir
kritis.
Menurut Takai and Connor (1998) kemampuan berfikir kritis siswa
meliputi :
(1) Comparing and Contrasting (kemampuan mengenal persamaan
dan perbedaan pada objek yang diamati); (2) Identifying and
Classifying (kemampuan mengidentifikasi dan mengelompokkan
objek yang diamati pada kelompok seharusnya); (3) Describing
(kemampuan menyampaikan deskripsi secara lisan dan tulisan
berkenaan dengan objek yang diamati; (4) Predicting (kemampuan
untuk memprakirakan apa yang terjadi berkenaan dengan objek yang
diamati); (5) Summarizing (kemampuan membuat kesimpulan dari
informasi yang diperoleh di Museum dalam sebuah laporan secara
singkat dan padat).
2.5.6 Museum Geologi
Museum Geologi ini letaknya sangat strategis berada tak jauh dari pusat
pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Gedung Sate. Museum Geologi Bandung
beralamat di Jl. Diponegoro no. 57, Bandung. Lokasi museum ini sangat
mudah dicapai karena berada di tengah kota dan banyak dilewati kendaraan
umum.
40
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Museum Geologi pada saat ini telah dibuka untuk umum antara 08.00 –
16.00 (Senin – Kamis) ; 08.00 – 14.00 (Sabtu & Minggu) ; Jumat & Hari
Libur Nasional tutup. Ada puluhan ribu koleksi fosil dan batuan yang
dilengkapi dengan keterangan nama tempat ditemukan dan para kolektornya.
Bangunan bergaya Art Deco yang dirancang oleh Ir. H. Menalda van
Schouwenburg itu terbagi menjadi dua ruangan pada lantai satu. Ruang sayap
barat bertema geologi Indonesia, sedangkan ruangan sayap timur berisi
informasi seputar sejarah kehidupan manusia. Sementara itu, lantai dua
adalah ruang geologi untuk kehidupan manusia.
Museum Geologi khusus dibangun sebagai pusat informasi ilmu
kebumian untuk menggambarkan kondisi geologi bumi lewat peragaan
koleksi yang sangat luar biasa. Penelitian geologi di Nusantara sudah
dilakukan sejak tahun 1850. Dalam proses penyelidikan di berbagai daerah,
para ahli menemukan berbagai jenis batuan, mineral, dan fosil. Ketiganya
secara rutin diteliti di laboratorium geologi yang berlokasi di Rembrandt
Straat yang sekarang dikenal dengan nama Jalan Diponegoro, Bandung.
Dengan terus bertambahnya benda yang diteliti, muncul gagasan untuk
membangun sebuah museum yang bisa menampung semua itu. Tujuan
lainnya adalah agar bisa diakses oleh masyarakat luas.
Maka pada tanggal 16 Mei 1929 diresmikanlah Museum Geologi, yang
memberi informasi tentang bumi dan kehidupannya. Waktu peresmian ini
bertepatan dengan diselenggarakannya Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-
4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung.
2.6 Strategi Pemanfaatan Museum sebagai Sumber Belajar IPS
2.6.1 Pengertian Strategi Pembelajaran
Setiap guru memiliki gaya mengajar yang bervariasi dan dilakukan
dengan khas oleh masing-masing guru di kelasnya dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Diawali dari perpaduan metode yang dilaksanakan,
teknik dan taktik yang dilakukan berbeda-beda tetapi tetap memiliki tujuan
yang sama yaitu untuk mencapai tujuan belajar. Manakala hal tersebut
41
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilaksanakan oleh guru dalam kelasnya, pada saat itu pula seorang guru
sedang mengaplikasikan sebuah strategi pembelajaran.
Seyogyanya kegiatan pembelajaran haruslah dilaksanakan
menggunakan strategi pembelajaran, karena strategi pembelajaran merupakan
salah satu perangkat pembelajaran yang perannya sangat penting.
Sebagaimana dijelaskan oleh Majid (2013. Hlm. 7) bahwa strategi
pembelajaran pada dasarnya adalah rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu
yakni tujuan pembelajaran. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Uno
(2011, hlm. 2) strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih
dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran sehingga akan memudahkan siswa menerima dan memahami
materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai.
Selain itu, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Hermawan, dkk, 2007, hlm. 112). Dengan demikian
penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya
dapat membantu memudahkan siswa dalam menerima dan memahami
sehingga tujuan pembelajaran yang telah disepakati bersama dapat tercapai,
dan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional , seorang guru
dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai strategi pembelajaran yang efektif, kreatif serta
menyenangkan di kelasnya.
2.6.2 Jenis-jenis Strategi Pemanfaatan Museum sebagai Sumber Belajar
IPS
Memanfaatkan lingkungan Museum sebagai sumber belajar
hendaknya memperhatikan komponen-komponen dan rancangan dalam
pembelajaran demi terciptanya tujuan pembelajaran. Dengan demikian
hendaknya memperhatikan strategi dalam pemanfaatan lingkungan Museum
sebagai sumber belajarnya.
42
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun jenis strategi yang dapat dikembangkan dalam memanfaatkan
lingkungan museum sebagai sumber belajar menurut Mulyasa (2006, hlm.
101-102) adalah sebagai berikut :
a. Membawa peserta didik ke lingkungan
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar kelas menunjukan
adanya upaya guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
dengan cara membawa kelas ke lingkungan. Nasution (1995, hlm. 134)
menjelaskan bahwa pembelajaran yang membawa siswa ke dalam lingkungan
dapat menggunakan metode karya wisata, mengadakan survey, atau
melakukan pengabdian masyarakat, mengadakan wawancara dan melakukan
perkemahan. Berikut metode yang dapat digunakan dalam memanfaatkan
Museum sebagai sumber belajar:
1. Metode Karya Wisata
Karya wisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari
objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah.
Sebelum karya wisata dilakukan, sebaiknya direncanakan terlebih dahulu
objek apa yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan
sebaiknya dipelajari. Objek karya wisata harus relevan dengan bahan
pembelajaran. Misalnya museum untuk mempelajari kebudayaan dan lain
sebagainya.
2. Metode Survey
Mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk
mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain.
Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui observasi, wawancara dengan
beberapa pihak yang dipandang perlu, mempelajari data atau dokumen yang
ada, dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dibahas
bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi bahan
pengajaran.
3. Metode Pengabdian Masyarakat
Cara ini dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa secara bersama-
sama melakukan kegiatan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat
seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasi dalam kegiatan masyarakat, dan
43
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan lain yang diperlukan). Proyek pelayanan pada masyarakat memberi
manfaat yang baik bagi para siswa maupun bagi masyarakat.
4. Metode Praktek Lapangan
Melalui metode praktek lapangan (dapat berupa Praktek Kerja
Lapangan atau Praktek Pengalaman Lapangan), siswa dapat memperoleh
suatu keterampilan-keterampilan atau kecakapan-kecakapan khusus agar
nantinya dapat terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian atau
minatnya.
5. Perkemahan
Metode berkemah sebenarnya hampir sama tujuannya dengan karya
wisata. Hanya saja metode berkemah membutuhkan waktu yang lebih lama
dan mengharuskan siswa menginap di lingkungan tempat ia belajar. Metode
berkemah sangat cocok untuk pembelajaran ilmu alam dan sosial. Siswa
dapat mempelajari aneka ragam makhluk hidup beserta aspek-aspek
lingkungan yang ada di dalamnya, atau mempelajari bagaimana suatu struktur
sosial, kesenian, budaya, dan adat istiadat masyarakat atau suku-suku tertentu.
b. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas)
1. Presentasi Narasumber
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak selalu berarti
siswa dan guru keluar kelas. Bisa juga lingkungan dibawa ke dalam kelas.
Misalnya, kelas dapat mengundang narasumber dari lingkungan sekitar untuk
memberikan presentasi di depan kelas. Siswa dapat berinteraksi dengan
narasumber ini untuk mengetahui detil-detil yang mereka perlukan tentang
suatu topik pembelajaran. Biasanya narasumber dapat berupa seorang yang
profesional di bidang tertentu, misal dokter, bidan, pengacara, polisi, dan
sebagainya. Narasumber dapat didapat dari orang tua yang kebetulan berada
pada profesi tersebut atau sukarelawan yang mau diajak bekerjasama untuk
pembelajaran di sekolah.
Guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih lingkungan dan
menentukan cara-cara yang tepat untuk memanfaatkannya dalam kegiatan
44
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran. Pemilihan tema dan lingkungan yang akan dimanfaatkan
hendaklah didiskusikan dengan peserta didik.
2.6.3 Langkah-langkah Strategi Pemanfaatan Museum sebagai Sumber
Belajar IPS
Sebelum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, guru
harus mempersiapkan dan menentukan beberapa hal sehingga pemanfaatan
lingkungan akan optimal dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya.
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai
berikut:
1. Menentukan Tujuan Belajar
Belajar menggunakan sumber apapun, termasuk lingkungan harus
memperhatikan tujuan pembelajaran. Ketika guru memilih menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar untuk pokok bahasan atau topik tertentu,
maka ia harus menentukan tujuan pembelajaran apa yang akan dapat dicapai
oleh siswa. Selain itu, dengan menentukan tujuan pembelajaran yang tepat
kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.
2. Menentukan Lingkungan yang akan Dijadikan Sumber Belajar
Setelah guru menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
siswa, maka langkah selanjutnya yang lebih penting untuk diperhatikan
adalah pemilihan lingkungan itu sendiri sebagai sumber belajar. Dalam tahap
ini, guru mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap alternatif
sumber belajar. Lingkungan yang bagaimana sekiranya dapat membantu
siswa lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan, maka lingkungan
itulah yang paling baik untuk dijadikan sebagai sumber belajar.
3. Memilih Metode Pembelajaran
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar kadang-kadang
memerlukan pemilihan metode mengajar yang tepat. Pemilihan metode
mengajar tidak dapat dilakukan secara asal-asalan karena dapat
mengakibatkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang seharusnya
dikuasai siswa tidak tercapai. Beberapa metode yang sekiranya dapat
dipertimbangkan untuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar telah
45
Fakhri Ismail, 2017
PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diuraikan pada tulisan ini sebelumnya, seperti metode survey, karyawisata,
praktek lapangan dan pengabdian masyarakat.
4. Mempersiapkan Perizinan
Mengajak siswa untuk belajar dari lingkungan seringkali harus
menyertakan perizinan. Siswa yang diajak keluar kelas atau keluar
lingkungan sekolah, bahkan seringkali di luar jam belajar dan melibatkan
instansi lain. Perizinan akan menjamin pemanfaatan waktu yang lebih efisien
karena ketika siswa telah tiba di lokasi sumber belajar mereka akan langsung
diterima oleh pihak yang berwenang disana. Selain itu, jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan, misalnya kecelakaan dan sebagainya, akan lebih
mudah dimaklumi oleh pihak orang tua siswa/wali dan sekolah.
5. Mempersiapkan Teknis Pelaksanaan
Apabila pemanfaatan lingkungan yang lokasinya cukup jauh dari
sekolah dan menggunakan alokasi waktu di luar jam belajar sekolah, tentu
teknis pelaksanaan perlu dipikirkan secara matang. Bahkan, jika
menggunakan lingkungan pada lokasi yang dekat dengan sekolah dan masih
dalam jam belajar sekolah, persiapan teknis tetap sangat penting. Guru perlu
mempersiapkan alat-alat bantu apa saja yang mungkin diperlukan dalam
pembelajaran, misalnya megaphone, transportasi dari sekolah ke lokasi,
bagaimana pengaturan siswa saat tiba di lokasi dan sebagainya.
6. Menentukan Tindak Lanjut
Setelah siswa selesai belajar memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajarnya, maka tindak lanjut yang dilakukan selanjutnya adalah
membuat laporan perjalanan atau hasil observasi mereka. Bagaimana
penilaian terhadap hasil belajar siswa diberikan, dan hal-hal lainnya perlu
ditentukan sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Recommended