View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 Profil Perusahaan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) memulai perjalanannya sejak tahun
1990 dengan nama MBA-Bandung, yang merupakan pelopor program Master in
Business Administration (MBA) di Jawa Barat, kemudian diselenggarakan oleh
perguruan tinggi negeri di Bandung. Pada awal pendiriannya, MBA-Bandung
mengadopsi secara utuh, schooling system dari Asian Institute of Management
(AIM) Philipines, yang pada saat itu dikenal sebagai “Harvard Business School”
nya Asia.
Kemudian, fase kedua pada tahun 1994 MBA-Bandung berubah nama
menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Bandung (STMB). Untuk beradaptasi dengan
regulasi pemerintah, program MBA berubah menjadi proogram Magister
Manajemen (MM). Selain itu, STMB juga semakin meragamkan varian program
MM-nya dengan menambahkan program MM Reguler, MM Eksekutif, dan MM-
Cooperative Development (Co-op).
Fase ketiga pada tahun 1997 membuka program S1 Manajemen Bisnis
Telekomunikasi dan Informatika (MBTI). Daya tarik MBTI selalu meningkat
karena daya serap industri terhadap alumni STMB semakin tinggi. Program S1
MBTI STMB meraih akreditas A pada tahun 2002, selanjtnya dipertahankan pada
tahun 2007 dan tahun 2013.
Fase keempat pada tahun 2004, STMB berganti nama menjadi Sekolah
Tinggi Manajemen Bisnis Telkom (STMB Telkom). Perubahan nama menggiring
peningkatan kapasitas penerimaan mahasiswa baru pada program S1 MBTI untuk
memenuhi permintaan pasar. Program sarjana menambah varian program, yaitu
MM Bisnis Telekomunikasi (MM Biztel).
Seiring dengan berjalannya waktu, tahun 2008 STMB Telkom beralih
menjadi Institut Manajemen Telkom (IM Telkom) dan menambahkan lima prodi
lainnya yaitu S-1 Akuntansi, S-1 Administrasi Niaga, S-1 Ilmu Komunikasi, S-1
2
Desain Komunikasi Visual dan D-3 pemasaran. Transformasi diiringi dengan
berkembangnya fasilitas kampus, yang dimana pada mulanya hanya berlokasi di
Gegerkalong Hilir, sekarang terdapat dua kampus baru yaitu di Setiabudi dan
Dayeuh Kolot.
Pada 14 Agustus 2013 sampai dengan saat ini ditandai dengan adanya
Universitas Telkom yang menghasilkan gabungan empat institusi di bawah
Yayasan Pendidikan Telkom yaitu, Institut Teknologi Telkom (ITT atau dahulunya
STT Telkom), Institut Manajemen Telkom (IMT), Politeknik Telkom, dan Sekolah
Tinggi Seni Rupa dan Disain Indonesia.
Semua fakultas yang dimiliki oleh Telkom University mempelajari mata
kuliah kewirausahan. Tetapi, hanya Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan program
studi Manajemen Bisnis Telkomunikasi dan Informatika (MBTI) saja yang
memperdalam mata kuliah kewirausahaannya. Prodi Manajemen Bisnis
Telekomunikasi dan Informatika ini terdapat kelas khusus internasional yang
dimana Bahasa pengantarannya adalah Bahasa inggris yang disebut sebagai ICT
Business.
Logo Telkom University memiliki makna dengan bentuk dasar berupa
perisasi melambangkan institusi yang kokoh dan memiliki daya juang tinggi, inisial
huruf ‘T’ yaitu Telkom menandakan ciri atau identitas serta kebanggaan untuk
bersama mengembangkan diri. Dasar perisasi berupa huruf ‘U’ yaitu University
sebagai landasan konsep komunitas pendidikan dan riset tinggi. Berikut gambar 1.1
merupakan logo dari Universitas Telkom.
Gambar 1.1 Logo Universitas Telkom
Sumber: TelkomUniversity.ac.id
1.1.2 Visi Prodi Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika (MBTI)
Menjadi program studi yang unggul dalam bidang manajamen pada tahun
2018 berstandar internasional berdasarkan pengembangan secara kreatif terhadap
3
ilmu Manajemen dan Bisnis berbasis Teknologi Informasi dan Komunitas.
1.1.3 Misi Prodi Manajemen Bisnis Telkomunikasi Informatika (MBTI)
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan Manajemen dan
Bisnis berbasis TIK yang berstandar internasional.
2. Melakukan kajian dan penelitian dalam rangka pengembangan dan
penyebaran ilmu pengetahuan bidang Manajemen dan Bisnis yang berbasis
TIK kepada masyarakat.
3. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam bidang Manajemen dan Bisnis
berbasis TIK bagi pelayanan dan pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan.
4. Mengembangkan semangat kewirausahaan dalam rangka mempersiapkan
lulusan untuk menjadi wirausaha unggul berbasis TIK.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Pengangguran selalu berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi
Indonesia. Indonesia menempati urutan kedua tingkat pengangguran terbuka
terbanyak se-Asia Tenggara dengan angka sebesar 5,01% (Adharsyah, 2019).
Lambatnya pertambahan kesempatan bekerja menjadi penyebab meningkatnya
pengangguran pada negara yang sedang berkembang (Swaramarinda, 2014). Salah
satu upaya untuk meminimalisir angka pengangguran adalah dengan membuka
lapangan pekerjaan yang baru (Djumena, 2018). Namun kenyataannya, masyarakat
Indonesia masih sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi,
sehingga akhirnya menjadi pengangguran (Gewati, 2018).
Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun
2015-2018
Tingkat Pendidikan Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Persen)
2016 2017 2018
Agustus Agustus Agustus
Tidak/belum pernah
sekolah
59.346 62.984 31.774
Tidak/belum tamat
SD
384.069 404.435 326.962
SD 1.035.731 904.561 898.145
4
Tingkat Pendidikan Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Persen)
2016 2017 2018
Agustus Agustus Agustus
SLTP 1.294.483 1.274.417 1.131.214
SLTA Umum/SMU 1.950.626 1.910.829 1.930.320
SLTA
Kejuruan/SMK
1.520.549 1.621.402 1.731.743
Akademi/Diploma 219.736 242.937 220.932
Universitas 567.235 618.758 729.601
Total 7.031.775 7.005.262 7.000.691
Sumber: www.bps.go.id, 2019
Data pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan, dari tahun
2015-2018 telah mengalami kenaikan, penurunan dan turun naik. Hal ini didukung
oleh data dari Badan Pusat Statistik. Dapat dilihat dari tabel 1.1 jumlah
pengangguran terbuka pada tingkat SLTA Kejurusan/SMK dan Universitas
mengalami kenaikan dengan jumlah terakhir di 2018 sebesar 1.930.320 dan
729.601. Jumlah pengangguran terbuka pada tingkat belum tamat SD dan SLTP
mengalami penurunan dengan jumlah terakhir di 2018 sebesar 326.962 dan
1.131.214. Jumlah pengangguran terbuka pada tingkat belum pernah sekolah,
belum tamat SD, SLTA Umum/SMU, dan Akademi/Diploma mengalami turun
naik, hal ini mengartikan bahwa jumlah pengangguran dengan tingkat pendidikan
tersebut masih belum stabil dengan jumlah terakhir 326.962, 1.930.320, dan
220.932. Jumlah tertinggi pengangguran terbuka tahun 2018 berada di tingkat
pendidikan SLTA Umum/SMU sebanyak 1.930.320 orang. Jumlah sarjana
bermental kewirausahaan perlu diperbanyak lagi, karena hingga saat ini jumlah
pengangguran bergelar semakin meningkat (Purwana dan Wibowo, 2017:VI).
Wirausahawan dapat berperan penting terhadap majunya ekonomi negara
dalam membantu menurunkan angka pengangguran pada negara tersebut. Semakin
tinggi jumlah wirausaha, semakin tinggi pula pembangunan ekonominya
(Darwanto, 2012). Richard (2019) memaparkan bahwa negara maju berdasarkan
bank dunia harus memiliki jumlah wirausaha minimal 4% dari jumlah penduduk,
sedangkan berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM, Indonesia baru
5
memiliki 3,31%. Jumlah wirausaha Indonesia masih terbilang rendah apabila kita
bandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia 5%, Singapura 7%, Thailand
5,6% (Salim, 2019).
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa angka pengangguran di
Indonesia dapat diturunkan dengan adanya peranan wirausaha, karena kehadiran
wirausaha dapat membuka lapangan pekerjaan bagi para pengangguran. Jumlah
wirausaha di Indonesia baru memiliki 3,31% sedangkan berdasarkan bank dunia,
negara maju perlu memiliki minimal 4% wirausaha dari penduduknya. Maka dari
itu, jumlah wirausaha di Indonesia perlu diperbanyak lagi.
Gambar 1.2 Presentase Populasi yang saat ini Menjadi Pemilik-Pengelola
Bisnis yang Mapan 2013-2017
Sumber: Global Entrepreneurship Monitor, 2019
Data yang dikeluarkan oleh Global Entrepreneurship Monitor tahun 2013-
2017 mengenai Presentase Populasi Umur 18-64 yang saat ini Menjadi Pemilik
Pengelola Bisnis yang Mapan, yang dimana pengusaha sudah mengelola bisnisnya
lebih dari 42 bulan serta mampu memberi gaji dan pembayaran lainnya. Negara
Indonesia tahun 2013-2017 secara berturut-turut menempati angka 21,20%,
11,90%, 17,15%, 15,30% dan 10,38% (Global Entrepreneurship Monitor, 2018).
Grafik pada gambar 1.2 memperlihatkan bahwa jumlah Pemilik-Pengelola Bisnis
yang Mapan dari Negara Indonesia belum stabil (naik turun).
Fenomena rendahnya minat dan motivasi pemuda Indonesia dalam
berwirausaha menjadi pemikiran yang serius bagi beberapa pihak, baik pemerintah,
dunia pendidikan, dunia industri, maupun masyarakat (Lestari dan Wijaya, 2012).
6
Jika melihat dukungan terkait program pendidikan kewirausahaan, mahasiswa akan
semakin melebarkan sayapnya di bidang kewirausahaan (Ramadani, 2013). Menteri
Koperasi dan UKM (Menkop) AAGN Puspayoga mengatakan bahwa perguruan
tinggi atau kampus dapat menjadi sumber utama dalam pencetakkan wirausaha
yang baru (Julianto, 2017). Solusi agar mahasiswa dapat terjun langsung ke dalam
dunia wirausaha adalah dengan diasah pada perguruan tinggi (Putra, 2018).
Melihat kondisi tersebut, peranan pendidikan kewirausahaan sangat
diperlukan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan terhadap masyarakat
Indonesia (Lestari dan Wijaya, 2012). Kunci dalam menghasilkan sumber daya
masyarakat yang berkualitas adalah pendidikan (Djumena, 2018). Pola pikir, sikap,
serta perilaku mahasiswa dapat diasah dalam pembentukan seorang wirausaha
(entrepreneur) sejati pada pendidikan kewirausahaan sehingga dapat mengarahkan
mereka memilih untuk berwirausaha sebagai pilihan karir (Lestari dan Wijaya,
2012). Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan jumlah
wirausahawan di Indonesia, salah satunya dengan memasukki mata kuliah
kewirausahaan ke dalam kurikulum pendidikan (Mulyani, 2011). Para mahasiswa
dibekali ilmu kewirausahaan baik secara teori maupun praktik oleh para dosen,
dimana pembelajaran kewirausahaan secara teori diberi arahan untuk membuat
perencanaan bisnis bersama kelompok serta pembelajaran kewirausahaan secara
praktik yang mendorong mahasiswa agar dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
sebelumnya sudah dirancang pada perencanaan bisnis secara teori (Setiawan dan
Dwijayanti, 2018).
Pendidikan kewirausahaan harus berjalan secara berkesinambungan dan
menjadi bagian yang melekat dari seluruh proses pendidikan di perguruan tinggi
(Galus, 2013). Saat ini, semua perguruan tinggi di Indonesia sudah memasuki mata
kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum mereka sebagai salah satu mata kuliah
pokok yang wajib ditempuh oleh mahasiswa di semua jurusan bidang studi
(Setiawan dan Dwijayanti, 2018). Pemerintah memiliki peran dalam menumbuhkan
semangat kewirausahaan melalui Instruksi Presiden R.I. Nomor 4, tahun 1995
tentang “Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan”. Tahun 2008 pemerintah melalui Departemen Koperasi dan UKM
7
telah mencanangkan program GETUKNAS (Gerakan Tunas Kewirausahaan
Nasional) untuk pelajar SMA dan mahasiswa (Kasih, 2013). Kurikulum pendidikan
kewirausahaan pada perguruan tinggi diharapkan dapat membangun kompetensi
kewirausahaan bagi para lulusan agar dapat menghasilkan wirausaha yang
berkompetensi tinggi (Wiranto, 2012).
Pendidikan entrepreneurship di Amerika Serikat yang sudah berhasil yaitu
Massachusette Institute Technology (MIT) yang merubah arah kebijakan perguruan
tingginya dari High Learning Institute and Research University menjadi
Entrepreneurial University dimana proses selama 16 tahun menghasilkan 4 ribu
perusahaan dari para alumni nya, menarik 1,1 juta tenaga kerja dan menghasilkan
omset sebesar 232 miliar dollar pertahun. Universitas terbaik di dunia pada program
studi bisnis dan manajemen tahun 2018 diraih oleh Harvard University menganut
kebijakan Entrepreneurial University. Beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang
membangun arahnya kepada Entrepreneurial University yaitu Institut Teknologi
Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas
Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Parahyangan, President University,
dan Sekolah Tinggi Manajemen Bandung Telkom (Sekarang menjadi Universitas
Telkom) dan lainnya (Kuswara, 2012).
Penjabaran diatas dapat ditarik benang merah, bahwa pendidikan
kewirausahaan di perguruan tinggi dapat menjadi sumber utama dalam
menghasilkan wirausaha yang baru. Hal ini didukung oleh pemerintah dalam
menumbuhkan semangat kewirausahaan melalui Instruksi Presiden R.I. Nomor 4
tahun 1995 tentang “Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan”, dimana pemerintah menaruh harapan terhadap perguruan tinggi
untuk mencetak wirausaha dengan berbekal kompetensi tinggi. Universitas terbaik
di dunia pada prodi bisnis dan manajemen tahun 2018 dimenangkan oleh Harvard
University yang menganut kebijakan Entrepreneurial University. Kini, terdapat
beberapa universitas yang membangun arahnya kepada Entrepreneurial University.
Tidak sedikit mahasiswa yang sudah melaksanakan kewajibannya dalam
menempuh mata kuliah kewirausahaan, namun pada akhirnya masih berorientasi
untuk mencari pekerjaan (Handriani et. al., 2011 dalam Kasih, 2013). Peneliti
8
merasa topik ini perlu diangkat agar dapat meninjau kembali tentang sejauh mana
proses pembelajaran mata kuliah proyek kewirausahaan sudah efektif, dan untuk
mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan
kegiatan program.
Peneliti terdahulu belum banyak melaksanakan analisis terhadap evaluasi
kurikulum pendidikan atau rencana pembelajaran dengan melihat kesenjangan
antara harapan mahasiswa dan persepsi mahasiswa mengenai rencana pembelajaran
kewirausahaan yang memiliki pengaruh terhadap tingkat kompetensi pembelajaran
mahasiswa berwirausaha setelah menyelesaikan mata kuliahnya. Iacobucci &
Micozzi (2012:673) melakukan analisis di Italia mengenai evaluasi terhadap
program pembelajaran kewirausahaan dengan membuat analisis mata kuliah
(courses) sesuai dengan kompetensi kewirausahaan.
Sehubung dengan adanya latar belakang permasalahan yang sudah
dijabarkan diatas, membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk
melakukan evaluasi rencana pembelajaran semester (RPS) dengan meneliti
kesenjangan antara harapan mahasiswa dengan persepsi mahasiswa terhadap
pelaksanaan rencana pembelajaran semester (RPS) mata kuliah proyek
kewirausahaan pada program studi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan
Informatika (MBTI) Universitas Telkom dengan judul “Evaluasi Rencana
Pembelajaran Semester Mata Kuliah Proyek Kewirausahaan Di Universitas Telkom
(Studi Pada Program Mahasiswa Program Studi MBTI Tahun Ajaran 2016)”.
Diharapkan dari hasil terlihatnya kesenjangan tersebut dapat dijadikan bahan
evaluasi program pembelajaran mata kuliah proyek kewirausahaan yang telah
dilaksanakan oleh program studi MBTI serta dapat membantu dalam melahirkan
entrepreneur yang berkualitas tinggi.
1.3 Perumusan Masalah
Wirausahawan berperan penting terhadap majunya ekonomi suatu negara
dalam menurunkan angka pengangguran pada negara tersebut. Kehadiran
wirausaha di Indonesia dapat membuka lapangan kerja yang baru. Universitas
Telkom mengadakan mata kuliah kewirausahaan pada ketujuh fakultas yang ada.
Namun, hanya Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan program studi Manajemen
9
Bisnis Telkomunikasi dan Informatika (MBTI) saja yang memperdalam mata
kuliah kewirausahaannya.
Universitas Telkom dalam Rencana Induk Pengembangan (RENIP) Telkom
University yang mengadakan Grand Strategy Telkom University di tahun 2038
dengan perumusan visi jangka panjangnya yaitu “Menjadi Sebuah Universitas
Entrepreneur Global (Global Entrepreneurial University)”. Visi ini menjadi salah
satu bentuk kontribusi visi Indonesia menjadi negara maju 2025.
Tabel 1. 2 Jumlah Alumni yang Bekerja dan Wirausaha
No Tahun
Lulus
Jumlah
Lulusan
Jumlah
Bekerja
Jumlah
Wirausaha
Persentase
Wirausaha
1 2012 518 101 11 2,12%
2 2013 390 96 15 3,84%
3 2014 291 99 18 6,06%
4 2015 349 148 15 4,29%
5 2016 313 24 40 12,77%
Sumber: Career Development Center Telkom University, 2019
Career Development Center Telkom University melakukan survey karir
terhadap alumni yang sudah lulus. Tabel 1.2 merupakan hasil survey karir alumni
program studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika (MBTI) tahun
2012-2016, meskipun tidak semua lulusan mengisi survey. Menurut data yang
tersedia, jumlah mahasiswa MBTI pada tahun 2012 sampai 2016 sebanyak 1861
orang. Jumlah lulusan tahun 2012 menempati angka 518 orang, yang dimana 101
orang bekerja, 11 orang wirausaha. Jumlah lulusan tahun 2013 terdiri dari 390
orang, yang dimana 96 orang bekerja dan 15 orang wirausaha. Jumlah lulusan tahun
2014 menempati angka 291 orang, yang dimana 99 orang bekerja dan 18 orang
wirausaha. Jumlah lulusan tahun 2015 menempati angka 349 orang, yang dimana
148 orang bekerja dan 15 orang wirausaha. Jumlah lulusan tahun 2016 menempati
angka 313 orang, yang dimana 24 orang bekerja dan 40 orang wirausaha. Dapat
disimpulkan bahwa minat lulusan mahasiswa MBTI untuk menjadi seorang
wirausaha masih kurang, mereka lebih cenderung memilih untuk bekerja.
Penelitian ini akan melakukan evaluasi rencana pembelajaran semester pada
mata kuliah proyek kewirausahaan dengan tujuan melihat kesenjangan antara
harapan mahasiswa dengan persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan rencana
pembelajaran semester (RPS) kewirausahaan yang berdampak kepada tinggi
10
rendahnya kompetensi berwirausaha mahasiswa MBTI tahun ajaran 2016 yang
sudah menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah proyek kewirausahaan.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis,
berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka penjaminan kualitas beberapa
komponen pembelajaran dalam bentuk pertanggungjawaban pengajar dalam
melakukan pembelajaran (Setiawan & Dwijayanti, 2018). Untuk mengetahui
kesenjangan dalam pelaksanaan rencana pembelajaran semseter (RPS) mata kuliah
wajib proyek kewirausahaan pada Universitas Telkom Program Studi Manajemen
Bisnis Telekomunikasi Informatika (MBTI) tahun ajaran 2016 berdasarkan harapan
mahasiswa dengan persepsi mahasiswa, dan diukur kompetensi berwirauaha yang
dimiliki oleh mahasiswa setelah menyelesaikan proses pembelajaran tersebut, perlu
dilakukan evaluasi agar dapat memberikan gambaran mengenai sejauh mana proses
pembelajaran mata kuliah proyek kewirausahaan sudah terlaksana dengan efektif.
Diharapkan, dengan adanya hasil penelitian ini dapat membantu visi Universitas
Telkom dalam mewujudkan Global Entrepreneurial University tahun 2038.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijabarkan, dapat diambil
rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Seberapa besar kesenjangan antara harapan mahasiswa dengan persepsi
mahasiswa terhadap pelaksanaan mata kuliah proyek kewirausahaan pada
program studi MBTI tahun ajaran 2016?
2. Seberapa besar tingkat kompetensi berwirausaha dari mahasiswa pada
program studi MBTI tahun ajaran 2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang sudah dijabarkan di atas,
didapatkan tujuan penelitan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar kesenjangan antara harapan mahasiswa
dengan persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan mata kuliah proyek
kewirausahaan di program studi MBTI tahun ajaran 2016.
11
2. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kompetensi berwirausaha dari
mahasiswa program studi MBTI tahun ajaran 2016 yang telah
menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah proyek kewirausahaan.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Aspek Teoritis
a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini menggunakan alat ukur kompetensi kewirausahaan secara
kuantitatif yang akan menentukan kompetensi mahasiswa. Evaluasi ini sangat
penting untuk menyimpulkan tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang
diberikan, sehingga dapat mencari solusi atas kekurangan proses pembelajaran
yang dirasakan oleh mahasiswa.
b. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian lanjut saat mengevaluasi keefektifan pembelajaran mata
kuliah proyek kewirausahaan di Universitas Telkom secara longitudinal.
1.6.2 Aspek Praktis
a. Kurikulum
Hasil penelitian evaluasi mata kuliah proyek kewirausahaan diharapkan
dapat bermanfaat untuk memperbaiki proses pembelajaran kewirausahaan yang
mencakup penyusunan rencana pembelajaran semester (RPS), bahan ajar, cara
mengumpulkan materi dan cara mengevaluasinya.
b. Dosen
Dengan adanya kesenjangan di antara persepsi dan harapan mahasiswa,
diharapkan adanya peningkatan peran dosen dalam mengimplementasikan
pembelajaran mata kuliah proyek kewirausahaan agar setelah menyelesaikan proses
pembelajaran, mahasiswa dapat menghasilkan kompetensi kewirausahaan yang
sudah dirancang dalam rencana pembelajaran semester (RPS).
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif pada Program Studi
Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika (MBTI) tahun ajaran 2016
12
Universitas Telkom Bandung, yang telah menyelesaikan mata kuliah Proyek
Kewirausahaan pada semester 6.
1.7.2 Waktu dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian diselenggarakan di bulan Desember 2019 sampai dengan Januari
2020.
1.8 Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan disusun untuk memberi gambaran umum tentang
penelitian dan hasil penelitian yang dilakukan, berikut adalah urutan penulisannya:
a. BAB I PENDAHULUAN
BAB I menyajikan gambaran umum penelitian, objek penelitian, latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
BAB II menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
penelitian dan mendukung pemecahan masalah dan kerangka pemikiran
yang dipaparkan dengan jelas.
c. BAB III METODE PENELITIAN
BAB III menjelaskan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab dan
menjelaskan masalah penelitian.
d. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV akan menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil
analisis penelitian yang didapatkan dari data yang digunakan dalam
penelitian. Hasil penelitian dideskripsikan serta dianalisis sesuai dengan
metode penelitian.
e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V sebagai penutup memberikan kesimpulan hasil penelitian yang telah
diperoleh dari analisis yang dilakukan serta menjelaskan mengenai hasil
penelitian dan saran yang diberikan bagi penelitian selanjutnya.
Recommended