View
54
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
skripsi
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. SARAPAN
1. Pengertian
Kata sarapan berasal dari kata sarap yang diberi akhiran – an,
kata sarap atau menyarap adalah kata kerja yang berarti makan
sesuatu pada pagi hari. Dalam bahasa Inggris disebut“Breakfast”.
Kemudian setelah diberiakhiran-an menjadi kata benda, memiliki arti
makanan pada pagi hari (Wojowasito, 2008).
Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada
pagi hari sebelum beraktifitas yang terdiri dari makanan pokok dan
lauk pauk atau makanan kudapan. Jumlah yang dimakan kurang lebih
1/3 dari makanan sehari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi
sampai dengan pukul 10.00 pagi. Sarapan merupakan waktu makan
yang paling penting dan sangat dianjurkan untuk dipenuhi, karena
alasan kesehatan(Amrannur, 2009).
Menurut definisi yang telah dikemukakan diatas sarapan
merupakan makanan yang dikonsumsi di pagi hari. Bila dilihat dari
kebiasaan masyarakat mengatakan kalimat tersebut, sarapan memiliki
2 definisi yaitu kata benda yakni makanan yang dikonsumsi dan kata
kerja yaitu kegiatan mengkonsumsi atau memakan makan di pagi hari.
Contoh kalimat yang bisa diungkapkan masyarakat adalah “sarapan
7
8
terlebih dahulu sebelum beraktivitas”. Jadi sarapan dapat diartikan
sebagai makanan dan kegiatan atau aktivitas.
2. Fungsi dan Manfaat
a. Fungsi Sarapan
Fungsi sarapan bagi tubuh, seperti fungsi makanan pada
tubuh yakni sebagai pemberi pasokan energy dan sumber tenaga
untuk melakukan segala kegiatan, pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, serta mengatur proses tubuh (Almaitser, 2005).
b. Manfaat Sarapan
Sarapan banyak sekali manfaatnya, di antaranya adalah :
1. Mencegah Kegemukan
Fakta dari sarapan pertama, yakni bisa mencegah
kegemukan. Alasan tidak melakukan sarapan sebelum menjalani
aktivitas di pagi hari bagi sebagian orang adalah takut mengalami
kegemukan. Padahal sebaliknya, jika sarapan dilakukan secara
teratur dengan asupan gizi seimbang, kegemukan justru bisa
dicegah.
Menurut guru besar departemen gizi masyarakat, Institut
Pertanian Bogor (Hardiansyah, 2004) dalam sebuah symposium
sarapan sehat di Jakarta. Pada malam hari, tubuh seperti dalam
kondisi puasa, Karena tidak menerima asupan makanan, sehingga
kadar glukosa darah turun, akibatnya fungsi organ tubuh, terutama
9
otak menjadi terganggu. Untuk itu, saat memulai aktivitas di pagi
hari, sarapan menjadi penting, makan teratur dengan kudapan
antara waktu makan utama bermanfaat menstabilkan kadar glukosa
darah, sehingga tidak akan makan terlalu banyak di siang hari.
Sebaliknya pada mereka yang tidak sarapan, akan mengkonsumsi
makanan berlebih di siang hari, dan tentu saja resikonya
mengalami kegemukan.
Sarapan yang baik adalah mengonsumsi makanan dengan
kebutuhan gizi antara 15-25% dari kebutuhan harian. Makanan
yang dikonsumsi harus cukup serat, rendah lemak, dan
mengandung karbohidrat kompleks. Jika tidak bisa menyiapkan
makanan bergizi seimbang, alangkah lebih baik disediakan
makanan sederhana, tetap mengandung gizi tinggi, seperti seral
dilengkapi susu, atau roti gandum isi protein.
2. Menurunkan Berat Badan
Memiliki bentuk tubuh ideal menjadi dambaan setiap orang,
terutama kaum wanita yang ukuran idealnya mayoritas merujuk
pada tubuh yang ramping. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk
membentuk tubuh menjadi lebih ramping atau ideal. Salah satunya
dengan mengatur pola makan. Dalam penelitian yang dilakukan Tel
Aviv University, terungkap bahwa menurunkan berat badan bisa
dengan cara mengonsumsi sepotong kue cokelat saat sarapan.
10
Menurut professor Daniela Jakubowicz, salah seorang
peneliti dari (Tel Aviv University, 2005) selain sepotong kue cokelat,
puding sebagai salah satu pelengkap sarapan mengandung 600
kalori seimbang, termasuk protein dan karbohidrat, bisa
mempertahankan kondisi tubuh lebih lama. Dengan kudapan
seperti itu kita bisa bekerja lebih giat tanpa perlu menambah ekstra
kalori sepanjang hari.
3. Mencegah Kolesterol
Meskipun sudah dijelaskan betapa pentingnya sarapan,
tetapi di antara kita masih banyak yang mengabaikannya.
Alasannya, selain terburu-buru atau tidak memiliki waktu luang,
kondisi perut belum lapar. Jika dipaksakan dikhawatirkan justru
akan menjadikan kondisi tubuh menjadi tidak baik. Tentu yang
sangat ditakutkan adalah mengalami kegemukan, atau bahkan jika
salah menyantap makanan, dikhawatirkan kolesterol kambuh.
Padahal sebaliknya dengan sarapan, salah satu dampak
baiknya, yakni mencegah kolesterol. Apalagi bagi mereka yang
rutin, tetapi tidak tiap hari, menu sarapannya berupa sereal yang
biasanya diperkaya dengan vitamin dan mineral, mengurangi lemak
dan mencegah kolesterol menjadi sangat mungkin terjadi. Dan
akan menghasilkan kondisi gizi seimbang dan terhindar kolesterol
secara maksimal, jika sarapan diakhiri dengan buah-buahan.
11
4. Membantu Tumbuh Kembang Otak Anak
Fakta yang sangat penting dari sarapan lainnya, yakni bisa
membantu tumbuh kembang otak anak. Jika orang dewasa butuh
sarapan agar ia bisa berpikir lebih baik sepanjang hari dalam
melaksanakan aktivitasnya, bagi anak lebih penting lagi, karena
sarapan tersebut akan sangat membantu pertumbuhan tubuh dan
perkembangan otaknya.
Ketika anak-anak melewatkan jatah sarapannya, berarti
perut mereka sudah dalam keadaan kosong kurang lebih 18 jam,
karena saat tidur perut si anak tidak mendapat asupan makanan.
Waktu sepanjang itu sudah dikategorikan semi kelaparan, yang
bisa menyebabkan banyak masalah fisik, sikap, dan tentu saja
membuat intelektualnya tidak berkembang.
Bahkan jika saja sarapan pagi tidak dilakukan si anak, dia
akan cenderung lebih pemalas, lantaran anak tersebut akan
mendapat porsi tidur lebih panjang lagi. Padahal jika sarapan
dengan nutrisi tingkat tinggi akan menghemat waktu Anda lebih
banyak lagi, selain badan lebih sehat. Sebagai salah satu solusi
agar anak tetap mau sarapan, demi perkembangan tubuh dan
otaknya, setiap ibu rumah tangga harus mau memperlihatkan
perkembangan si anak. Seandainya tidak memiliki waktu untuk
sarapan keluarga, alangkah lebih baik jika makanan untuk sarapan
dimasukkan dalam kotak makanan, sehingga saat anak memiliki
waktu luang di sekolah bisa langsung menyantapnya.
12
5. Membantu Daya Tahan Tubuh
Terakhir fakta penting dari sarapan, yakni membantu daya
tahan tubuh. Bukan hanya menjalankan aktivitas menjadi lebih
bersemangat dari sarapan, tetapi juga memperkuat daya tahan
tubuh dari serangan penyakit. Makanan yang kita santap di pagi
hari, bisa menambah kebal sistem imun tubuh. Salah satu penyakit
yang bisa ditangkal saat kita sudah melakukan sarapan,yakni
flu.Virus flu akan dengan mudah menyebar dan menjangkiti orang-
orang yang perutnya dalam kondisi kosong, karena tidak memiliki
sistem imun alami, virus akan dengan mudah terus masuk ke
dalam tubuh dan merusak sistem kekebalan. Akibatnya sakit tidak
bisa dihindari lagi.
Jadi manfaat sarapan bagi tubuh di anataranya adalah
mencegah kegemukan, menurunkan berat badan, mencegah
kolesterol, membantu tumbuh kembang otak, dan membantu daya
tahan tubuh.
3. Zat Gizi yang dibutuhkan pada menu sarapan (Amrannur, 2009)
Sebagian besar dari kita memiliki kebiasaan sarapan, tapi
berapa banyak orang yang sadar bahwa kita perlu memilih bahan
sarapan yang baik dan bergizi lengkap. Sebab hnya dengan
komposisi makanan yang tepat dan lengkap, sarapan bisa menjadi
aktifitas yang benar” bermanfaat.
13
Idealnya sarapan pagi harus dapat memenuhi sepertiga bagian
dari konsumsi makanan per orang setiap harinya atau 20- 25 persen
kebutuhan kalori setiap harinya. Sarapan yang baik bukan hanya
ditujukan untuk mengenyangkan tapi terlebih harus bergizi lengkap
dan seimbang. Ilmu gisi memberikan formula yang baik untuk menu
makanan (dalam penyajian) yaitu : karbohidrat 55-77% yang terdapat
dalam nasi, roti, jagung, dan kentang ; protein 12- 15% yang
terkandung dalam telur, tempe, tahu, ikan, dan daging ; lemak 20-25
% yang bisa kita peroleh dari lauk pauk dan susu ; vitamin dan mineral
juga serat yang terkandung dalam sayuran dan buah sebanyak 10-15
gram.
Karbohidrat berkadar tinggi dalam menu srapan dibutuhkan
untuk memberikan energi yang cukup bagi tubuh dan otak hingga
makan siang. Sebuah survei yang dilakukan pada anak-anak dan
remaja menyebutkan anak yang sarapan dengan makanan yang kaya
karbohidrat komplek lebih bisa mencurahkan perhatian terhadap
pelajaran, perilaku lebih positif, ceria, dan kooperatif, sedangkan yang
tidak sarapan tidak dapat berfikir dengan baik dan selalu terlihat
malas.
Sarapan dengan makanan yang mengandung karbohidrat
komplek dan serat, akan memenuhi kebutuhan glukosa dalam tubuh
untuk meningkatkan konsentrasi dan daya ingat. Salah satunya
gandum utuh memiliki karbohidrat komplek, serat dan protein sebagai
14
bahan bakar tubuh sehingga akan memberikan cukup energi bagi
yang mengkonsumsinya.
B. KONSENTRASI BELAJAR
1. Pengertian
Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada
suatu hal (Maulana 2011). Sedangkan belajar adalah suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau
pengalaman tertentu (Sagala 2011). Sementara itu, Hariyanto (2011)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Daud (2010) menjelaskan bahwa konsentrasi belajar adalah
pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian
terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai bidang studi.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah
laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan
dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi.
15
2. Tipe Belajar
Setiap orang memiliki cara dan metode belajarnya sendiri. Ada
yang lebih senang belajar sendiri, belajar berkelompok, belajar
dengan melihat, mendengar atau mengerjakan sesuatu agar sesuatu
yang ia pelajari dapat diingat dan dipahaminya dengan baik. Untuk
memaksimalkan potensi yang ada dalam diri anak, tentu ada baiknya
jika terlebih dulu mengerti dan mengetahui bagaimana sebenarnya
tipe belajar anak.
Menurut Gagne (2005) belajar mempunyai 8 tipe. Kedelapan tipe
ini bertingkat- ada hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe
belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe belajar
dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupakan prinsip umum
baik dalam belajar maupan mengajar. Artinya, dalam mengajar atau
membimbing siswa belajarpun terdapat tindakan sebagaimana
tingkatan belajar tersebut di atas. Kedelapan tipe belajar itu adalah :
a. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon
bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil
sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat.
Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam
dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan
dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu
bersifat umum, kabur dan emosional.
16
b. Belajar Stimulus – respons (Stimulus Respons Learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur
dan emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6
adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap,
keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama
dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat
dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus
respons.
c. Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam
rangkaian antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam
rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan,
minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.
d. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi
verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas
kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau
kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya
terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
17
e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian.
Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau
tumbuh-tumbuhan.
f. Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil
membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan
binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti
kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat pula
digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan,
suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk
konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
g. Belajar Aturan (Rule Learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini
banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda
memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan
180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining
(rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya.
Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami
artinya.
18
h. Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini
merupakan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan
menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu.
Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat
adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah,
seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya
dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan
pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba
(insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan
apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan
sendiri- lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem
lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan
untuk memecahkan masalah-masalah lain.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar. Menurut
Nase (2007) Konsentrasi belajar siswa, dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti di bawah ini:
a. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam
berkonsentrasi, kita akan dapat memaksimalkan kemampuan
konsentrasi. Jika kita dapat mengetahui faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap konsentrasi, kita mampu menggunakan
19
kemampuan kita pada saat dan suasana yang tepat. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara,
pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.
1. Suara
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara,
ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar
ditempat ramai, dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat
belajar ditempat yang tenang tanpa suara, atau ada juga yang
dapat belajar ditempat dalam keadaan apapun.
2. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh
suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat
terang, atau senang belajar ditempat yang gelap, tetapi
kenyamanan visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan
maupun bangunan.
3. Temperatur
Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan
faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan
pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang
belajar ditempat dingin, atau senang belajar ditempat yang hangat,
dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat.
20
4. Desain Belajar
Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki
pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar,
seperti halnya terdapat seseorang yang senang belajar ditempat
santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet.
Cara tersebut merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita
lebih dapat berkonsentrasi
b. Modalitas Belajar
Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses
setiap informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan
kreativitas guru dalam mengembangkan strategi dan metode
pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar siswa
sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat pula.
Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh siswa,
maka kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus
dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Banyak cara yang
ditawarkan oleh para ahli dalam meningkatkan konsentrasi belajar
siswa, misalnya dengan cara meningkatkan gelombang alfa agar
setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan baik (Depoter, 2005),
kemudian dengan mengatur posisi tubuh pada saat belajar, dan
mempelajari materi (informasi) sesuai dengan karakteristik siswa itu
sendiri.
21
c. Pergaulan
Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima
pelajaran, perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi
konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor,
seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi,
internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan prilaku siswa.
d. Psikologi
Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan
perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya
masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga, hal ini tentunya akan
mempengaruhi psikologi siswa, karena siswa akan kehilangan
semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh
juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun.
e. Sarapan
Sarapan juga dapat mempengaruhi konsentrasi belajar. Banyak
orang yang meremehkan arti penting sarapan (breakfast). Padahal
sarapan pagi sangat penting untuk meningkatkan konsentrasi dan
menjaga stamina dalam belajar. Karena dengang sarapan tubuh
seperti mengisi ulang energi,sehingga daya kerja otak dan tubuh
dapat maksimal sehingga seseorang dapat berkonsentrasi dalam
segala hal baik pekerjaan, saat belajar bagi anak-anak.
22
C. PRESTASI BELAJAR
1.Pengertian
Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda
yaitu prestatie, kemudian dalam menjadi bahasa Indonesia prestasi
yang berarti hasil usaha. Prestasi adalah hasil yang dicapai. Prestasi
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes
(Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Cronbach dalam Sardiman
A.M (2005) mengemukakan bahwa Learning is shown by a change
in behavior as a result of experience, belajar adalah memperlihatkan
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Suryabrata (2007) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar
adalah nilai yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan
oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar selama masa
tertentu”. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Chaplin (2005)
bahwa “Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai
atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru atau
dosen, lewat tes-tes yang dilakukan atau lewat kombinasi kedua hal
tersebut”. Hal ini misalnya prestasi belajar mahasiswa
selama satu semester yang diukur dengan nilai beberapa mata
kuliah yang harus ditempuh selama satu semester tersebut,
jika mahasiswa bisa mengumpulkan nilai yang tinggi dalam
masing-masing mata kuliah dan mengumpulkan jumlah yang tinggi
23
atau lebih dari yang lain berarti mahasiswa tersebut mempunyai
prestasi belajar yang tinggi.
Winkel (2004) mengemukakan bahwa Prestasi belajar adalah su
atu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapai.
Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana (2006) mengemukakan
bahwa Prestasi belajar merupakan hasil-hasil belajar yang dicapai
oleh siswa dengan kriteria-kriteria tertentu”. Sementara Harjati
(2008), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang
dilakukan dam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam
bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam
hasil kerja dalam waktu tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan
bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki
siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
setelah mengala mi proses belajar. Prestasi dapat diketahui apabila
seseorang telah melalui tahap evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut
dapat memperlihatkan tentang tinggi rendahnya prestasi yang
diperoleh oleh seseorang.
24
Syah (2010) berpendapat bahwa prestasi belajar pada dasarnya
merupakan hasil belajar atau hasil penilaian yang menyeluruh,
dengan meliputi:
1) Prestasi belajar dalam bentuk kemampuan pengetahuan
dan pengertian. Hal ini juga meliputi : ingatan,
pemahaman, penegasan, sintesis, analisis dan evaluasi.
2) Prestasi belajar dalam bentuk keterampilan intelektual
dan keterampilan sosial.
3) Prestasi belajar dalam bentuk sikap atau nilai.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang pelajar
atau siswa yang mencakup aspek ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Prestasi ditunjukkan dengan nilai yang diberikan
dosen setelah melalui kegiatan belajar selama periode tertentu.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam
pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan
dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang
diberikan oleh guru (Asmara, 2009). Faktor intern terdiri dari
kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi,
kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
25
Mudzakir dan Sutrisno (2006) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci, yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri manusia)
Faktor ini meliputi:
1) Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
a) Karena sakit
b) Karena kurang sehat
c) Karena cacat tubuh
2) Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)logi meliputi:
a) Intelegensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda.
Seseorang yang memiliki IQ 110 - 140 dapat digolongkan cerdas,
dan yang memiliki IQ 140 ke atas tergolong jenius. Golongan ini
mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di
Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90
tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami
kesulitan belajar.
b) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa
sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda.
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai
dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu
yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah
putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada
26
anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran
sehingga nialinya rendah.
c) Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran
akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya
mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan
kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan
menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap
suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran,
lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses
pembelajaran.
d) Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi
menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan,
sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat
berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca
buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka
yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,
perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas
dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak
mengalami kesulitan belajar.
27
e) Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi
juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan
kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan
mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang
baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga
diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya
kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai
kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti: memperoleh
penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan
lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa
masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan
belajar.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
seseorang, faktor ini meliputi :
1) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.
Yang termasuk faktor ini antara lain :
a) Perhatian orang tua
Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa
memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi
belajarnya, karena perhatian orang tua ini akan menentukan
seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
28
Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi
nasihat-nasihat dan sebagainya.
b) Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi
belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan
keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga siswa yang
keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah
atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah
mendapat prestasi belajar yang tinggi.
c) Hubungan antara anggota keluarga
Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar
personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara
anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan
ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik,
sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.
2) Lingkungan sekolah
Yang dimaksud sekolah, antara lain :
a) Guru
b) Faktor alat
c) Kondisi gedung
3) Faktor mass media dan lingkungan sosial (masyarakat)
a) Faktor mass media meliputi ; bioskop, tv, surat kabar, majalah,
buku-buku komik yang ada di sekeliling kita. Hal-hal itu yang
29
akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang
dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.
b) Lingkungan sosial
Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak.
Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi
pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan
dampak negatif bagi anak tersebut.
Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak
untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter.
Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah
orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat
berpengaruh bagi anak.
Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam
belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan
pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat
diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.
D. KONSEP PENGETAHUAN
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah
orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rsa dan raba. Sebagaian
30
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo 2007).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui;
kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2005).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman
penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat,yakni (Notoatmodjo, 2007):
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajarisebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari ataurangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkatpengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahutentang apa yang
dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secarabenar. Orang yang telah
31
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objekyang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telahdipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
di sini dapat diartikanaplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainyadalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objekke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut,dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat daripenggunaan kata-kata kerja:
dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,mengelompokkan,
dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
ataumenghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengankata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dariformulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi ataupenilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
32
penilaian itu berdasarkan suatukriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada(Notoatmodjo, 2007).
Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo,
(2007) bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai
faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik,
prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek
penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan
dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud
angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan
cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan
diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan kedalam
kalimat yang bersifat kualitatif.
a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%–100% dari yang
diharapkan
b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%–75% dari yang
diharapkan
c. Kategori kurang yaitu menjawab benar dibawah 56% dari yang
diharapkan
33
2. Faktor Yang mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, menurut
Notoadmojo (2007), antara lain :
a.Faktor Internal.
1.Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan.
2.Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
34
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya.
3.Intelegensia
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental
dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang
merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai
informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai
lingkungan.
b. Faktor Eksternal
1.Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran
untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu
sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan
turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula
pengetahuanya.
2.Sosial Budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
35
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
4.Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-
lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang.
Recommended