42
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. SARAPAN 1. Pengertian Kata sarapan berasal dari kata sarap yang diberi akhiran – an, kata sarap atau menyarap adalah kata kerja yang berarti makan sesuatu pada pagi hari. Dalam bahasa Inggris disebut“Breakfast”. Kemudian setelah diberiakhiran-an menjadi kata benda, memiliki arti makanan pada pagi hari (Wojowasito, 2008). Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari sebelum beraktifitas yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Jumlah yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi. Sarapan merupakan waktu makan yang paling penting 7

BAB 2 hubungan sarapan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi

Citation preview

Page 1: BAB 2 hubungan sarapan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. SARAPAN

1. Pengertian

Kata sarapan berasal dari kata sarap yang diberi akhiran – an,

kata sarap atau menyarap adalah kata kerja yang berarti makan

sesuatu pada pagi hari. Dalam bahasa Inggris disebut“Breakfast”.

Kemudian setelah diberiakhiran-an menjadi kata benda, memiliki arti

makanan pada pagi hari (Wojowasito, 2008).

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada

pagi hari sebelum beraktifitas  yang terdiri dari makanan pokok dan

lauk pauk atau makanan kudapan. Jumlah yang dimakan kurang lebih

1/3 dari makanan sehari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi

sampai dengan pukul 10.00 pagi. Sarapan merupakan waktu makan

yang paling penting dan sangat dianjurkan untuk dipenuhi, karena

alasan kesehatan(Amrannur, 2009).

Menurut definisi yang telah dikemukakan diatas sarapan

merupakan makanan yang dikonsumsi di pagi hari. Bila dilihat dari

kebiasaan masyarakat mengatakan kalimat tersebut, sarapan memiliki

2 definisi yaitu kata benda yakni makanan yang dikonsumsi dan kata

kerja yaitu kegiatan mengkonsumsi atau memakan makan di pagi hari.

Contoh kalimat yang bisa diungkapkan masyarakat adalah “sarapan

7

Page 2: BAB 2 hubungan sarapan

8

terlebih dahulu sebelum beraktivitas”. Jadi sarapan dapat diartikan

sebagai makanan dan kegiatan atau aktivitas.

2. Fungsi dan Manfaat

a. Fungsi Sarapan

Fungsi sarapan bagi tubuh, seperti fungsi makanan pada

tubuh yakni sebagai pemberi pasokan energy dan sumber tenaga

untuk melakukan segala kegiatan, pertumbuhan dan pemeliharaan

jaringan tubuh, serta mengatur proses tubuh (Almaitser, 2005).

b. Manfaat Sarapan

Sarapan banyak sekali manfaatnya, di antaranya adalah :

1.   Mencegah Kegemukan

Fakta dari sarapan pertama, yakni bisa mencegah

kegemukan. Alasan tidak melakukan sarapan sebelum menjalani

aktivitas di pagi hari bagi sebagian orang adalah takut mengalami

kegemukan. Padahal sebaliknya, jika sarapan dilakukan secara

teratur dengan asupan gizi seimbang, kegemukan justru bisa

dicegah.

Menurut guru besar departemen gizi masyarakat, Institut

Pertanian Bogor (Hardiansyah, 2004) dalam sebuah symposium

sarapan sehat di Jakarta. Pada malam hari, tubuh seperti dalam

kondisi puasa, Karena tidak menerima asupan makanan, sehingga

kadar glukosa darah turun, akibatnya fungsi organ tubuh, terutama

Page 3: BAB 2 hubungan sarapan

9

otak menjadi terganggu. Untuk itu, saat memulai aktivitas di pagi

hari, sarapan menjadi penting, makan teratur dengan kudapan

antara waktu makan utama bermanfaat menstabilkan kadar glukosa

darah, sehingga tidak akan makan terlalu banyak di siang hari.

Sebaliknya pada mereka yang tidak sarapan, akan mengkonsumsi

makanan berlebih di siang hari, dan tentu saja resikonya

mengalami kegemukan.

Sarapan yang baik adalah mengonsumsi makanan dengan

kebutuhan gizi antara 15-25% dari kebutuhan harian. Makanan

yang dikonsumsi harus cukup serat, rendah lemak, dan

mengandung karbohidrat kompleks. Jika tidak bisa menyiapkan

makanan bergizi seimbang, alangkah lebih baik disediakan

makanan sederhana, tetap mengandung gizi tinggi, seperti seral

dilengkapi susu, atau roti gandum isi protein.

2.   Menurunkan Berat Badan

Memiliki bentuk tubuh ideal menjadi dambaan setiap orang,

terutama kaum wanita yang ukuran idealnya mayoritas merujuk

pada tubuh yang ramping. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk

membentuk tubuh menjadi lebih ramping atau ideal. Salah satunya

dengan mengatur pola makan. Dalam penelitian yang dilakukan Tel

Aviv University, terungkap bahwa menurunkan berat badan bisa

dengan cara mengonsumsi sepotong kue cokelat saat sarapan.

Page 4: BAB 2 hubungan sarapan

10

Menurut professor Daniela Jakubowicz, salah seorang

peneliti dari (Tel Aviv University, 2005) selain sepotong kue cokelat,

puding sebagai salah satu pelengkap sarapan mengandung 600

kalori seimbang, termasuk protein dan karbohidrat, bisa

mempertahankan kondisi tubuh lebih lama. Dengan kudapan

seperti itu kita bisa bekerja lebih giat tanpa perlu menambah ekstra

kalori sepanjang hari.

3.   Mencegah Kolesterol

Meskipun sudah dijelaskan betapa pentingnya sarapan,

tetapi di antara kita masih banyak yang mengabaikannya.

Alasannya, selain terburu-buru atau tidak memiliki waktu luang,

kondisi perut belum lapar. Jika dipaksakan dikhawatirkan justru

akan menjadikan kondisi tubuh menjadi tidak baik. Tentu yang

sangat ditakutkan adalah mengalami kegemukan, atau bahkan jika

salah menyantap makanan, dikhawatirkan kolesterol kambuh.

Padahal sebaliknya dengan sarapan, salah satu dampak

baiknya, yakni mencegah kolesterol. Apalagi bagi mereka yang

rutin, tetapi tidak tiap hari, menu sarapannya berupa sereal yang

biasanya diperkaya dengan vitamin dan mineral, mengurangi lemak

dan mencegah kolesterol menjadi sangat mungkin terjadi. Dan

akan menghasilkan kondisi gizi seimbang dan terhindar kolesterol 

secara maksimal, jika sarapan diakhiri dengan buah-buahan.

Page 5: BAB 2 hubungan sarapan

11

 4.   Membantu Tumbuh Kembang Otak Anak

Fakta yang sangat penting dari sarapan lainnya, yakni bisa

membantu tumbuh kembang otak anak. Jika orang dewasa butuh

sarapan agar ia bisa berpikir lebih baik sepanjang hari dalam

melaksanakan aktivitasnya, bagi anak lebih penting lagi, karena

sarapan tersebut akan sangat membantu pertumbuhan tubuh dan

perkembangan otaknya.

Ketika anak-anak melewatkan jatah sarapannya, berarti

perut mereka sudah dalam keadaan kosong kurang lebih 18 jam,

karena saat tidur perut si anak tidak mendapat asupan makanan.

Waktu sepanjang itu sudah dikategorikan semi kelaparan, yang

bisa menyebabkan banyak masalah fisik, sikap, dan tentu saja

membuat intelektualnya tidak berkembang.

Bahkan jika saja sarapan pagi tidak dilakukan si anak, dia

akan cenderung lebih pemalas, lantaran anak tersebut akan

mendapat porsi tidur lebih panjang lagi. Padahal jika sarapan

dengan nutrisi tingkat tinggi akan menghemat waktu Anda lebih

banyak lagi, selain badan lebih sehat. Sebagai salah satu solusi

agar anak tetap mau sarapan, demi perkembangan tubuh dan

otaknya, setiap ibu rumah tangga harus mau memperlihatkan

perkembangan si anak. Seandainya tidak memiliki waktu untuk

sarapan keluarga, alangkah lebih baik jika makanan untuk sarapan

dimasukkan dalam kotak makanan, sehingga saat anak memiliki

waktu luang di sekolah bisa langsung menyantapnya.

Page 6: BAB 2 hubungan sarapan

12

5.   Membantu Daya Tahan Tubuh

Terakhir fakta penting dari sarapan, yakni membantu daya

tahan tubuh. Bukan hanya menjalankan aktivitas menjadi lebih

bersemangat dari sarapan, tetapi juga memperkuat daya tahan

tubuh dari serangan penyakit. Makanan yang kita santap di pagi

hari, bisa menambah kebal sistem imun tubuh. Salah satu penyakit

yang bisa ditangkal saat kita sudah melakukan sarapan,yakni

flu.Virus flu akan dengan mudah menyebar dan menjangkiti orang-

orang yang perutnya dalam kondisi kosong, karena tidak memiliki

sistem imun alami, virus akan dengan mudah terus masuk ke

dalam tubuh dan merusak sistem kekebalan. Akibatnya sakit tidak

bisa dihindari lagi.

Jadi manfaat sarapan bagi tubuh di anataranya adalah

mencegah kegemukan, menurunkan berat badan, mencegah

kolesterol, membantu tumbuh kembang otak, dan membantu daya

tahan tubuh.

3. Zat Gizi yang dibutuhkan pada menu sarapan (Amrannur, 2009)

Sebagian besar dari kita memiliki kebiasaan sarapan, tapi

berapa banyak orang yang sadar bahwa kita perlu memilih bahan

sarapan yang baik dan bergizi lengkap. Sebab hnya dengan

komposisi makanan yang tepat dan lengkap, sarapan bisa menjadi

aktifitas yang benar” bermanfaat.

Page 7: BAB 2 hubungan sarapan

13

Idealnya sarapan pagi harus dapat memenuhi sepertiga bagian

dari konsumsi makanan per orang setiap harinya atau 20- 25 persen

kebutuhan kalori setiap harinya. Sarapan yang baik bukan hanya

ditujukan untuk mengenyangkan tapi terlebih harus bergizi lengkap

dan seimbang. Ilmu gisi memberikan formula yang baik untuk menu

makanan (dalam penyajian) yaitu : karbohidrat 55-77% yang terdapat

dalam nasi, roti, jagung, dan kentang ; protein 12- 15% yang

terkandung dalam telur, tempe, tahu, ikan, dan daging ; lemak 20-25

% yang bisa kita peroleh dari lauk pauk dan susu ; vitamin dan mineral

juga serat yang terkandung dalam sayuran dan buah sebanyak 10-15

gram.

Karbohidrat berkadar tinggi dalam menu srapan dibutuhkan

untuk memberikan energi yang cukup bagi tubuh dan otak hingga

makan siang. Sebuah survei yang dilakukan pada anak-anak dan

remaja menyebutkan anak yang sarapan dengan makanan yang kaya

karbohidrat komplek lebih bisa mencurahkan perhatian terhadap

pelajaran, perilaku lebih positif, ceria, dan kooperatif, sedangkan yang

tidak sarapan tidak dapat berfikir dengan baik dan selalu terlihat

malas.

Sarapan dengan makanan yang mengandung karbohidrat

komplek dan serat, akan memenuhi kebutuhan glukosa dalam tubuh

untuk meningkatkan konsentrasi dan daya ingat. Salah satunya

gandum utuh memiliki karbohidrat komplek, serat dan protein sebagai

Page 8: BAB 2 hubungan sarapan

14

bahan bakar tubuh sehingga akan memberikan cukup energi bagi

yang mengkonsumsinya.

B. KONSENTRASI BELAJAR

1. Pengertian

Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada

suatu hal (Maulana 2011). Sedangkan belajar adalah suatu proses

perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau

pengalaman tertentu (Sagala 2011). Sementara itu, Hariyanto (2011)

menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Daud (2010) menjelaskan bahwa konsentrasi belajar adalah

pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang

dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian

terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang

terdapat dalam berbagai bidang studi.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi

belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah

laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan

penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan

dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi.

Page 9: BAB 2 hubungan sarapan

15

2. Tipe Belajar

Setiap orang memiliki cara dan metode belajarnya sendiri. Ada

yang lebih senang belajar sendiri, belajar berkelompok, belajar

dengan melihat, mendengar atau mengerjakan sesuatu agar sesuatu

yang ia pelajari dapat diingat dan dipahaminya dengan baik. Untuk

memaksimalkan potensi yang ada dalam diri anak, tentu ada baiknya

jika terlebih dulu mengerti dan mengetahui bagaimana sebenarnya

tipe belajar anak.

Menurut Gagne (2005) belajar mempunyai 8 tipe. Kedelapan tipe

ini bertingkat- ada hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe

belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe belajar

dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupakan prinsip umum

baik dalam belajar maupan mengajar. Artinya, dalam mengajar atau

membimbing siswa belajarpun terdapat tindakan sebagaimana

tingkatan belajar tersebut di atas. Kedelapan tipe belajar itu adalah :

a. Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon

bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil

sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat.

Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam

dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan

dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu

bersifat umum, kabur dan emosional.

Page 10: BAB 2 hubungan sarapan

16

b. Belajar Stimulus – respons (Stimulus Respons Learning)

Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur

dan emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6

adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap,

keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama

dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat

dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus

respons.

c. Belajar Rangkaian (Chaining)

Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam

rangkaian antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam

rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan,

minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.

d. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)

Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi

verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas

kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau

kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya

terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.

Page 11: BAB 2 hubungan sarapan

17

e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)

Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian.

Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau

tumbuh-tumbuhan. 

f. Belajar Konsep (Concept Learning)

Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil

membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan

binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti

kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat pula

digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan,

suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk

konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi. 

g. Belajar Aturan (Rule Learning)

Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini

banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda

memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan

180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining

(rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya.

Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami

artinya.

Page 12: BAB 2 hubungan sarapan

18

h. Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning)

Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini

merupakan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan

menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu.

Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat

adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah,

seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya

dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan

pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba

(insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan

apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan

sendiri- lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem

lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan

untuk memecahkan masalah-masalah lain.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar. Menurut

Nase (2007) Konsentrasi belajar siswa, dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti di bawah ini:

a. Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam

berkonsentrasi, kita akan dapat memaksimalkan kemampuan

konsentrasi. Jika kita dapat mengetahui faktor apa saja yang

berpengaruh terhadap konsentrasi, kita mampu menggunakan

Page 13: BAB 2 hubungan sarapan

19

kemampuan kita pada saat dan suasana yang tepat. Faktor

lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara,

pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.

1. Suara

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara,

ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar

ditempat ramai, dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat

belajar ditempat yang tenang tanpa suara, atau ada juga yang

dapat belajar ditempat dalam keadaan apapun. 

2. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang

pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh

suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat

terang, atau senang belajar ditempat yang gelap, tetapi

kenyamanan visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan

maupun bangunan. 

3. Temperatur

Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan

faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan

pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang

belajar ditempat dingin, atau senang belajar ditempat yang hangat,

dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat. 

Page 14: BAB 2 hubungan sarapan

20

4. Desain Belajar

Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki

pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar,

seperti halnya terdapat seseorang yang senang belajar ditempat

santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet.

Cara tersebut merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita

lebih dapat berkonsentrasi

b. Modalitas Belajar

Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses

setiap informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan

kreativitas guru dalam mengembangkan strategi dan metode

pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar siswa

sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat pula.

Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh siswa,

maka kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus

dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Banyak cara yang

ditawarkan oleh para ahli dalam meningkatkan konsentrasi belajar

siswa, misalnya dengan cara meningkatkan gelombang alfa agar

setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan baik (Depoter, 2005),

kemudian dengan mengatur posisi tubuh pada saat belajar, dan

mempelajari materi (informasi) sesuai dengan karakteristik siswa itu

sendiri.

Page 15: BAB 2 hubungan sarapan

21

c. Pergaulan

Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima

pelajaran, perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi

konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor,

seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi,

internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan prilaku siswa.

d. Psikologi

Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan

perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya

masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga, hal ini tentunya akan

mempengaruhi psikologi siswa, karena siswa akan kehilangan

semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh

juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun.

e. Sarapan

Sarapan juga dapat mempengaruhi konsentrasi belajar. Banyak

orang yang meremehkan arti penting sarapan (breakfast). Padahal

sarapan pagi sangat penting untuk meningkatkan konsentrasi dan

menjaga stamina dalam belajar. Karena dengang sarapan tubuh

seperti mengisi ulang energi,sehingga daya kerja otak dan tubuh

dapat maksimal sehingga seseorang dapat berkonsentrasi dalam

segala hal baik pekerjaan, saat belajar bagi anak-anak.

Page 16: BAB 2 hubungan sarapan

22

C. PRESTASI BELAJAR

1.Pengertian

Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda

yaitu prestatie, kemudian dalam  menjadi bahasa Indonesia prestasi

yang berarti hasil usaha. Prestasi adalah hasil yang dicapai. Prestasi

adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes

(Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Cronbach dalam Sardiman

A.M (2005) mengemukakan bahwa Learning is shown by a change

in  behavior as a result of experience, belajar adalah memperlihatkan

perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Suryabrata (2007) mengemukakan  bahwa “Prestasi belajar

adalah nilai yang merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan

oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar selama  masa

tertentu”. Pendapat senada juga diungkapkan oleh   Chaplin (2005)

bahwa “Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai

atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru atau

dosen, lewat tes-tes yang dilakukan atau lewat  kombinasi  kedua  hal 

tersebut”.  Hal  ini  misalnya  prestasi  belajar  mahasiswa

selama  satu semester yang diukur dengan nilai beberapa  mata

kuliah yang harus ditempuh selama satu semester tersebut,

jika  mahasiswa  bisa  mengumpulkan  nilai  yang  tinggi  dalam 

masing-masing mata kuliah dan mengumpulkan jumlah yang tinggi

Page 17: BAB 2 hubungan sarapan

23

atau lebih  dari yang lain berarti mahasiswa tersebut mempunyai

prestasi belajar  yang tinggi.

Winkel (2004) mengemukakan bahwa  Prestasi belajar adalah su

atu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa

dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapai.

Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana (2006)  mengemukakan 

bahwa Prestasi  belajar  merupakan  hasil-hasil belajar  yang  dicapai 

oleh  siswa  dengan  kriteria-kriteria  tertentu”.  Sementara  Harjati

(2008), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang

dilakukan dam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam

bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan pencapaian dalam

hasil kerja dalam waktu tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan

bahwa  prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki

siswa  dalam menerima, menolak, dan menilai  informasi-informasi

yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi

belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

mempelajari materi  pelajaran  yang dinyatakan dalam bentuk nilai

setelah mengala mi  proses belajar. Prestasi dapat diketahui apabila

seseorang telah melalui  tahap evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut

dapat memperlihatkan  tentang tinggi rendahnya prestasi yang

diperoleh oleh seseorang.

Page 18: BAB 2 hubungan sarapan

24

Syah (2010) berpendapat bahwa prestasi belajar pada  dasarnya 

merupakan  hasil  belajar  atau  hasil  penilaian  yang menyeluruh,

dengan meliputi:

1)      Prestasi belajar dalam bentuk kemampuan pengetahuan

dan  pengertian. Hal  ini  juga  meliputi :  ingatan, 

pemahaman,  penegasan, sintesis, analisis dan evaluasi.

2)      Prestasi belajar dalam bentuk keterampilan intelektual

dan keterampilan sosial.

3)      Prestasi belajar dalam bentuk sikap atau nilai.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang pelajar

atau siswa yang mencakup aspek ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Prestasi ditunjukkan dengan  nilai yang diberikan

dosen setelah  melalui kegiatan belajar selama periode tertentu.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam

pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan

dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang

diberikan oleh guru (Asmara, 2009). Faktor intern terdiri dari

kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi,

kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern

terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat.

Page 19: BAB 2 hubungan sarapan

25

Mudzakir dan Sutrisno (2006) mengemukakan  faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri manusia)

Faktor ini meliputi:

1)     Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:

a)     Karena sakit

b)     Karena kurang sehat

c)      Karena cacat tubuh

2)     Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)logi meliputi:

a)     Intelegensi

Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda.

Seseorang yang memiliki IQ 110 - 140 dapat digolongkan cerdas,

dan yang memiliki IQ 140 ke atas tergolong jenius. Golongan ini

mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di

Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90

tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami

kesulitan belajar.

b)     Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa

sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda.

Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai

dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu

yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah

putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada

Page 20: BAB 2 hubungan sarapan

26

anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran

sehingga nialinya rendah.

c)      Minat

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran

akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya

mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan

kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan

menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap

suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran,

lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses

pembelajaran.

d)     Motivasi

Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi

menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar.

Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan,

sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar

kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat

berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca

buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka

yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,

perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas

dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak

mengalami kesulitan belajar.

Page 21: BAB 2 hubungan sarapan

27

e)     Faktor kesehatan mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi

juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan

kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan

mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang

baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga

diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya

kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai

kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti: memperoleh

penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan

lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa

masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan

belajar.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

seseorang, faktor ini meliputi :

1)     Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.

Yang termasuk faktor ini antara lain :

a)     Perhatian orang tua

Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa

memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi

belajarnya, karena perhatian orang tua ini akan menentukan

seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Page 22: BAB 2 hubungan sarapan

28

Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi

nasihat-nasihat dan sebagainya.

b)     Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi

belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan

keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga siswa yang

keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah

atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah

mendapat prestasi belajar yang tinggi.

c)      Hubungan antara anggota keluarga

Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar

personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara

anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan

ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik,

sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.

2)     Lingkungan sekolah

Yang dimaksud sekolah, antara lain :

a)     Guru

b)     Faktor alat

c)      Kondisi gedung

3)     Faktor mass media dan lingkungan sosial (masyarakat)

a)    Faktor mass media meliputi ; bioskop, tv, surat kabar, majalah,

buku-buku komik yang ada di sekeliling kita. Hal-hal itu yang

Page 23: BAB 2 hubungan sarapan

29

akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang

dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.

b)    Lingkungan sosial

        Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak.

Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi

pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan

dampak negatif bagi anak tersebut.

        Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak

untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter.

Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah

orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat

berpengaruh bagi anak.

        Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam

belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan

pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat

diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.

D. KONSEP PENGETAHUAN

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah

orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rsa dan raba. Sebagaian

Page 24: BAB 2 hubungan sarapan

30

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo 2007).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui;

kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2005).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman

penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat,yakni (Notoatmodjo, 2007):

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajarisebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari ataurangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkatpengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahutentang apa yang

dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secarabenar. Orang yang telah

Page 25: BAB 2 hubungan sarapan

31

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objekyang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telahdipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

di sini dapat diartikanaplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainyadalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objekke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut,dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis dapat dilihat daripenggunaan kata-kata kerja:

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,mengelompokkan,

dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

ataumenghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengankata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dariformulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi ataupenilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

Page 26: BAB 2 hubungan sarapan

32

penilaian itu berdasarkan suatukriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada(Notoatmodjo, 2007).

Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo,

(2007) bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai

faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik,

prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lainnya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek

penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan

dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud

angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan

cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan

diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan kedalam

kalimat yang bersifat kualitatif.

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%–100% dari yang

diharapkan

b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%–75% dari yang

diharapkan

c. Kategori kurang yaitu menjawab benar dibawah 56% dari yang

diharapkan

Page 27: BAB 2 hubungan sarapan

33

2. Faktor Yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, menurut

Notoadmojo (2007), antara lain :

a.Faktor Internal.

1.Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan.

2.Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

Page 28: BAB 2 hubungan sarapan

34

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam bidang kerjanya.

3.Intelegensia

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental

dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang

merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai

informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai

lingkungan.

b. Faktor Eksternal

1.Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran

untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu

sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan

turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula

pengetahuanya.

2.Sosial Budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui   penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya

Page 29: BAB 2 hubungan sarapan

35

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

3. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

4.Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat  mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru.  Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-

lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang.