View
313
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI TANAMAN PANGAN TA 2012
DIREKTORAT PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN
DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya, Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan Tahun 2012 dapat diselesaikan dengan baik.
Pedoman Teknis ini bertujuan memberikan acuan teknis bagi pembina dan petugas dalam rangka pelaksanaan program/kegiatan TA 2012 di Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan dengan komoditas padi, jagung, ubikayu, dan kedelai.
Pedoman teknis ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengawalan, penguatan kelembagaan gapoktan, penggunaan sarana/peralatan pengolahan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, teknologi pengolahan yang disesuaikan dengan kaidah cara pengolahan yang baik (GMP). Pedoman teknis ini diharapkan dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan sesuai dengan sasaran yang diharapkan.
Disadari bahwa Pedoman teknis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaannya. Selanjutnya kami sampaikan ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
memperlancar pelaksanaan kegiatan pengembangan agroindustri tanaman pangan.
Jakarta, Januari 2012
Direktur Pengolahan Hasil Pertanian
Ir. Nazaruddin, MM
NIP. 19590504.198503.1.001
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
I. PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Pengertian
2
C. Tujuan
4
D. Sasaran
4
E. Indikator Keberhasilan
9
II. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN POKTAN/GAPOKTAN
10
A. Pengorganisasian Gapoktan
10
B. Pemilihan dan Penetapan Gapoktan
10
C. Kriteria Gapoktan Penerima Sarana Pengolahan
11
D. Mekanisme Seleksi Penerima Fasilitasi Sarana Pengolahan
12
III. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI TANAMAN PANGAN
17
A. Revitalisasi Penggilingan Padi
17
B. Pengembangan Agroindustri Tepung Berbasis Sumber Daya Lokal
20
B.1 Pengembangan Agroindustri Ubikayu
20
B.2 Pengembangan Agroindustri Ubijalar
24
C. Pengembangan Agroindustri Jagung
25
D. Pengembangan Agroindustri Kedelai
13
E. Pengembangan Agroindustri Kacang Tanah
IV. TEKNOLOGI PENGOLAHAN TANAMAN PANGAN
29
A. Teknologi Penggilingan Padi
29
B. Teknologi Pengolahan Aneka Tepung
35
B.1 Teknologi Pengolahan Mocaf
35
ii
B.2 Teknologi Pengolahan Tapioka
38
B.3 Teknologi Pengolahan Tepung Ubijalar
40
C. Teknologi Pengolahan Jagung
44
C.1 Teknologi Pengolahan Grits Jagung
44
C.2 Teknologi Pengolahan Pati Jagung (Maizena)
45
C.3 Teknologi Pengolahan Marning Jagung
48
C.4 Teknologi Pengolahan Pakan Ternak dari Limbah Pengolahan Jagung
50
C.5 Teknologi Pengolahan Bioetanol
51
C.6 Teknologi Pengolahan Tepung Instan Jagung
53
C.7 Teknologi Pengolahan Tortilla Jagung
54
D. Teknologi Pengolahan Pengolahan Tanaman Pangan
57
D.1 Teknologi Pengolahan Kedelai
57
D.1.1 Teknologi Pengolahan Bubuk Kedelai
57
D.1.2 Teknologi Pengolahan Tempe
61
D.1.3 Teknologi Pengolahan Tahu
64
D.1.4 Teknologi Pengolahan Sari Kedelai
67
D.1.5 Teknologi Pengolahan Kecap
70
D.1.6 Teknologi Pengolahan Keripik Tempe
73
D.2 Teknologi Pengolahan Selai Kacang Tanah
74
D.3 Teknologi Pengolahan Keripik Ubikayu
V. SARANA DAN PRASARANA OLAHAN TANAMAN PANGAN
77
VI. GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP)
80
VII. PENGAWALAN DAN PEMBINAAN
84
VIII. KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI
86
A. Koordinasi
86
B. Monitoring
86
C. Evaluasi
86
IX. PELAPORAN
87
X. PENUTUP
88
LAMPIRAN
89
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Alat Dan Mesin Pengolahan Tanaman Pangan
89
Lampiran 2. Format Laporan Perkembangan Dana Tugas Pembantuan Ta 2012
122
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Dana Tugas Pembantuan Ta 2012
123
Lampiran 4. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
124
Lampiran 5. Daftar Alamat Perusahaan Produsen Alat/Mesin Pengolahan Hasil
Pertanian
126
iv
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan pengolahan hasil tanaman pangan berbasis di perdesaan merupakan salah satu program/kegiatan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian yang terangkum didalam program pengembangan agroindustri terpadu dan merupakan penjabaran dari program NTDS. Pedoman teknis ini diperuntukkan kepada seluruh stakeholder yang terlibat dalam kegiatan pengembangan pengolahan hasil tanaman pangan yaitu aparat pembina dan petugas pelaksana dari Dinas Propinsi dan Kab/Kota serta pihak terkait yang membutuhkan Pedoman sebagai acuan pilihanpilihan bagi pengembangan teknologi dan sarana yang dapat meningkatkan nilai tambah dari suatu produk hasil tanaman pangan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Pedoman teknis ini mencakup kegiatan pengolahan secara teknis (alur proses) dan penggunaan peralatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, Pedoman teknis ini juga dilengkapi dengan Pedoman yang bisa dipergunakan dalam proses pengolahan disesuaikan dengan kaidah cara pengolahan yang baik (GMP).
Penanganan agroindustri tanaman pangan sampai saat ini belum optimal, sehingga perlu sentuhan dan perbaikan teknologi yang memperhatikan efektifitas, efisiensi, mutu dan pasar. Menyadari hal tersebut, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian sejak tahun 2007 s/d 2012 mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan melalui Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota untuk pengembangan agroindustri tanaman pangan dengan komoditas padi, jagung, ubikayu, ubijalar, kacang tanah, kedelai dan lain-lain.
Pada tahun 2012 Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian mengalokasikan dana anggaran tersebut dengan dua pola yaitu pola reguler dan pola two in one. Pola ini dilaksanakan dalam bentuk pengeluaran bantuan sosial kepada gapoktan. Penyaluran bantuan sosial
1
dapat dilakukan melalui transfer uang dan transfer barang. Pola insentif merupakan program inisiatif dalam rangka mempercepat laju pengembangan industri hilir pertanian dengan kemitraan yang saling menguntungkan antara petani/gapoktan dengan pelaku usaha. Insentif yang diberikan dapat berupa insentif teknologi yang akan dikelola oleh perusahaan inti dan insentif modal usaha dengan bunga subsidi bagi para plasma serta mitra usaha. Agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan, maka perlu adanya pengawalan dan pembinaan dari Pemerintah provinsi/kabupaten/kota kepada poktan/gapoktan yang bersangkutan. Selain itu pemerintah provinsi/kabupaten/kota harus memberikan dukungan terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh poktan/gapoktan baik dalam rangka pengembangan usahanya maupun dalam pembinaan terhadap masyarakat sekitarnya. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan Pedoman teknis pengembangan agroindustri tanaman pangan yang digunakan sebagai acuan serta panduan bagi petugas dinas pertanian propinsi maupun Kabupaten/Kota serta stakeholders terkait dalam pelaksanaan
pengembangan agroindustri tanaman pangan.
B. Pengertian
Dalam rangka menyamakan pengertian, definisi dan persepsi, dalam Pedoman teknis pengembangan agroindustri tanaman pangan ini, digunakan beberapa istilah antara lain:
1. Alat pengolahan adalah peralatan dan mesin yang dioperasikan dengan
motor penggerak maupun tanpa motor penggerak dalam melakukan
proses pengolahan hasil pertanian.
2. Sarana adalah bangunan serta alat dan mesin yang digunakan dalam
melakukan kegiatan pengolahan.
3. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah organisasi gabungan
kelompok tani di suatu wilayah/daerah yang mempunyai kegiatan di bidang usahatani yang anggotanya terdiri dari petani/kelompok tani.
2
4. Kelompok tani (Poktan) adalah organisasi di suatu wilayah/ daerah yang
mempunyai kegiatan di bidang usahatani yang anggotanya terdiri dari para petani.
5. Model cluster merupakan model kemitraan terpadu yang meliputi satu
jenis komoditi atau homogen dalam sebuah wilayah, yang terdiri dari beberapa pelaku usaha.
6. Pola insentif adalah program inisiatif pengembangan industri hilir
pertanian. Insentif yang diberikan dapat berupa insentif teknologi yang akan dikelola oleh perusahaan inti dan insentif modal usaha dengan bunga subsidi bagi para plasma serta mitra usaha.
7. Bantuan Sosial adalah merupakan mata anggaran keluaran (MAK) dalam
bentuk transfer uang, barang atau jasa yang diberikan langsung kepada
masyarakat dan atau lembaga kemasyarakatan non pemerintah guna
melindungi dan mengantisipasi kemungkinan terjadi resiko sosial. 8. Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) adalah stimulan dana bagi
petani, poktan/gapoktan yang mengalami keterbatasan modal sehingga
mampu mengakses pada lembaga permodalan secara mandiri. 9. Pendampingan dan pengawalan adalah kegiatan yang melibatkan secara
aktif tenaga profesional (ahli) yang akan mengawal kegiatan
pengembangan penanganan agroindustri tepung kasava.
10. Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kapasitas, kemampuan dan ketrampilan peserta dalam
bidang penanganan agroindustri tepung kasava.
11. Unit Pengolahan Hasil (UPH) adalah suatu kelompok usaha yang
bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
12. Good Manufacturing Practices (GMP) adalah cara pengolahan yang baik
untuk memproduksi suatu produk olahan, mencakup ketentuan/Pedoman/
prosedur mengenai lokasi, bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses
pengolahan, peralatan pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk
olahan, kebersihan dan kesehatan pekerja, serta penanganan limbah dan
pengelolaan lingkungan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
3
13. Calon penerima dan calon lokasi(CP/CL) adalah calon penerima
bantuan/kegiatan.
14. Standard Operation Procedure (SOP) adalah uraian tentang tahapan
proses pekerjaan yang terdiri dari serangkaian atau beberapa kegiatan yang melibatkan beberapa fungsi.
15. Pengawalan adalah suatu kegiatan untuk memonitor kegiatan yang
sedang dan sudah berjalan, sehingga menuju kepada keberhasilan.
16. Agroindustri adalah kegiatan yang mengolah komoditas pertanian primer
menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate-product) maupun
produk akhir (end-product).
17. Tim Teknis adalah tim yang dibentuk oleh Dinas lingkup Pertanian
Propinsi atau Kabupaten/Kota untuk menyeleksi Supervisor dan
gapoktan/poktan calon penerima bantuan/kegiatan agroindusti tepung
kasava.
18. Revitalisasi penggilingan padi adalah suatu upaya untuk meningkatkan
kinerja penggilingan padi dengan cara mengganti atau menambah bagian
yang rusak sehingga dapat berfungsi dengan baik atau dengan
membangun unit penggilingan padi yang baru
19. Penggilingan padi adalah setiap usaha yang digerakkan dengan tenaga
motor penggerak dan ditujukan serta digunakan untuk mengolah
padi/gabah menjadi beras.
20. Huller adalah setiap usaha yang digerakkan dengan tenaga motor
penggerak dan ditujukan serta digunakan untuk mengolah padi/gabah
menjadi beras pecah kulit.
21. Penyosohan beras adalah setiap usaha yang digerakkan dengan tenaga
motor penggerak dan ditujukan serta digunakan untuk mengolah beras
pecah kulit menjadi beras sosoh dan atau mengolah beras sosoh
menjadi beras yang lebih berkualitas.
C. Tujuan
4
Tujuan Pedoman teknis pengembangan agroindustri tanaman pangan adalah sebagai acuan teknis bagi petugas/pelaksana/pelaku usaha dalam upaya mengembangkan/mengoperasikan UPH agroindustri tanaman pangan.
D. Sasaran
Sasaran pedoman teknis pengembangan agroindustri tanaman pangan adalah tersedianya panduan sebagai acuan pelaksanaan dalam mensukseskan, mengembangkan/ mengoperasionalkan UPH agroindustri tanaman pangan yang mencakup 5 komoditi (Padi, Aneka Umbi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah), dengan lokasi seperti pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1.a. Lokasi Revitalisasi Penggilingan Padi TA 2012
PUSAT/PROV/KAB/KOTA
NOPROVINSI
1NADKab. Aceh BesarKab. Pidie
Kab. Aceh UtaraPidie Jaya
Kab. Bireuen
2SUMUTKab. Nias SelatanKab. Batu Bara
3SUMBARKab. AgamKota Solok
Kab. PasamanKab. Dharmas Raya
Kab. Pesisir SelatanKab. Solok Selatan
Kab. Solok
4RIAUKab. Indragiri HilirKab. Rokan Hulu
Kab. KamparKab. Siak
Kab. Kuantan SingingiKota Dumai
5JAMBIKab. BungoKab. Tanjung Jabung Timur
Kab. MeranginKab. Tebo
Kab. Sarolangun
5
PUSAT/PROV/KAB/KOTA
NOPROVINSI
6SUMSELKab. Ogan Komering IlirKab. OKU Selatan
Kab. Ogan Komering UluKab. Empat Lawang
Kab. OKU Timur
7BENGKULUKab. Bengkulu SelatanKab. Kepahiang
Kab. Bengkulu UtaraKab. Bengkulu Tengah
Kab. Rejang LebongKab. Lebong
Kab. KaurKab. Muko-muko
Kab. Seluma
8LAMPUNGKab. Lampung TengahKab. Lampung Timur
Kab. Lampung UtaraKab. Tanggamus
9JabarKab. CiamisKab. Subang
Kab. IndramayuKab. Sukabumi
Kab. KarawangKota Sukabumi
10JATENGKab. KlatenKab. Tegal
Kab. PekalonganKab. Wonogiri
Kab. PurbalinggaKota Salatiga
Kab. Semarang
11D.I.YKab. Kulon Progo
Kab. Sleman
12JATIMKab. BojonegoroKab. Madiun
Kab. JemberKab. Pasuruan
Kab. LamonganKab. Ponorogo
13KALBARKab. SambasKab. Kubu Raya
14KALTENGKab. Kotawaringin TimurKab. Gunung Mas
Kab. KatinganKab. Pulang Pisau
6
PUSAT/PROV/KAB/KOTA
NOPROVINSI
Kab. SeruyanKab. Murung Raya
Kab. Sukamara
15KALSELKab. BanjarKab. Kota Baru
Kab. Hulu Sungai SelatanKab. Tapin
Kab. Hulu Sungai Utara
16SULUTKab. Minahasa Tenggara
17SULTENGKab. DonggalaKab. Parigi Moutong
Kab. Morowali
18SULSELKab. BantaengKab. Maros
Kab. BoneKab. Sidenreng Rappang
Kab. GowaKab. Soppeng
19SULTRAKab. KolakaKab. Bombana
Kota Bau-BauKab. Kolaka Utara
Kab. Konawe Selatan
20BALIKab. BadungKab. Tabanan
Kab. Buleleng
21NTBKab. BimaKab. Lombok Barat
22NTTKab. BeluKota Kupang
Kab. Flores TimurKab. Manggarai Barat
Kab. Sumba Timur
23MALUKUKab. Maluku Tengah
24PAPUAKab. Waropen
25MALUTKab. Halmahera TengahKab. Kepulauan Sula
26BANTENKab. LebakKab. Serang
Kab. Pandeglang
7
PUSAT/PROV/KAB/KOTA
NOPROVINSI
27BABELKab. Bangka
28GORONTALOKab. BoalemoKab. Bone Bolango
Kab. Gorontalo
29PAPUA BARATKab. SorongKab. Kaimana
Kab. Teluk WondamaKab. Maybrat
30SULBARKab. Mamuju Utara
Tabel 1.b. Lokasi Pengembangan Agroindustri Perdesaan Berbasis Aneka
Umbi TA 2012
NOPROVINSIPUSAT/PROV/ KAB/KOTA
UBIKAYU
1NAD1Kab. Aceh Timur
2Kab. Aceh Tamiang
2SUMBAR3Kab. Lima Puluh Kota
3JABAR4Kab. Bandung
5Kab. Garut
6Kota Bogor
7Kota Tasikmalaya
4JATENG8Kab. Kebumen
5D.I.Y9Kab. Bantul
10Kab. Gunung Kidul
6JATIM11Kab. Trenggalek
7KALBAR12Kota Singkawang
8KALTENG13Kab. Kapuas
14Kab. Kotawaringin Barat
9SULUT15Kab. Sangihe
10NTT16Kab. Timor Tengah Selatan
11MALUKU17Kab. Maluku Tenggara
12BABEL18Kab. Belitung
UBIJALAR
1PAPUA1Kab. Jayapura
2Kab. Mimika
3Kab. Puncak Jaya
4Kota Jayapura
5Kab. Asmat
8
NOPROVINSIPUSAT/PROV/ KAB/KOTA
2GORONTALO6Kab. Boalemo
Tabel 1.c. Lokasi Pengembangan Agroindustri Perdesaan Berbasis
Komoditas Jagung TA 2012
NOPROVINSIPUSAT / PROV / KAB/KOTA
1SUMUT1Kab. Tanah Karo
2NTB2Kab. Lombok Timur
3Kab. Sumbawa
4Kab. Lombok Utara
3GORONTALO5Kab. Gorontalo Utara
Tabel 1.d. Lokasi Pengembangan Agroindustri Perdesaan Berbasis
Komoditas Kedelai TA 2012
NOPROVINSINOPUSAT/PROV/ KAB/KOTA
1SUMBAR1Kota Bukit Tinggi
2JATENG2Kab. Purworejo
3NTB3Kota Mataram
4PAPUA BARAT4Kab. Tambraw
Tabel 1.e. Lokasi Pengembangan Agroindustri Perdesaan Berbasis
Komoditas Kacang Tanah TA 2012
NOPROVINSINOPUSAT/PROV/ KAB/KOTA
1PAPUA BARAT1Kab. Tambraw
E. Indikator Keberhasilan
9 Indikator keberhasilan kegiatan agroindustri tanaman pangan ini adalah :
1.Tersusunnya Pedoman teknis pengembangan agroindustri tanaman pangan.
2.Tersalurkannya Dana Bantuan Sosial melalui alokasi Tugas Pembantuan
kegiatan agroindustri tanaman pangan.
3.Terlaksananya pengadaan sarana dan peralatan pengembangan
agroindustri tanaman pangan
4.Terlaksananya pendampingan pengembangan agroindustri tanaman
pangan.
5.Tumbuh kembangnya poktan/gapoktan di daerah Kabupaten/Kota dalam
bidang agroindustri tanaman pangan.
6.Terbangun dan oprasionalnya UPH agroindustri tanaman pangan.
7.Meningkatnya nilai tambah produk hasil tanaman pangan di tingkat petani.
10
II. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN POKTAN/GAPOKTAN
A. Pengorganisasian Gapoktan
Pada dasarnya organisasi Gapoktan adalah organisasi yang berorientasi bisnis, bukan organisasi yang bersifat sosial. Dalam pengembangan Gapoktan diarahkan untuk memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Gapoktan harus mempunyai struktur organisasi yang dilengkapi dengan
uraian tugas dan fungsi secara jelas dan disepakati semua anggota.
2. Pengurus dipilih secara demokratis oleh anggota, bertanggung jawab
kepada anggota, dan pertanggungjawabannya disampaikan dalam rapat anggota gapoktan yang dilakukan secara periodik.
3.Mekanisme dan tata hubungan kerja antar anggota gapoktan disusun
secara partisipatif.
4. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dan
dituangkan dalam berita acara atau risalah rapat yang ditandatangani
oleh pengurus dan diketahui oleh unsur pembina atau instansi terkait. 5. Anggota melakukan pengawasan terhadap pengembangan usaha
Gapoktan.
6. Gapoktan membangun kerjasama kemitraan dengan pihak terkait.
7. Pengembangan Gapoktan diarahkan menuju terbangunnya lembaga
ekonomi seperti koperasi atau unit usaha berbadan hukum lainnya.
8. Kepemilikan alat dan sarana pengolahan adalah milik gapoktan (bukan
milik perorangan) dan dioperasionalkan oleh gapoktan.
B. Pemilihan dan Penetapan Gapoktan
Penerima bantuan sosial adalah masyarakat dan atau kelompok masyarakat/petani (poktan/gapoktan) yang ditetapkan melalui Keputusan
Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam pemilihan penerima bantuan sosial perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tim teknis melakukan verifikasi (CP/CL) dan menetapkan gapoktan yang
akan diusulkan sebagai calon penerima dana bansos TP TA 2012
11
2. Sedangkan bila lokasi terpilih terdapat beberapa Gapoktan, maka dipilih
satu atau dua Gapoktan yang terbaik.
3. Bantuan sosial dalam bentuk transfer dana langsung ke rekening
Gapoktan/Poktan. Rekening ditanda tangani oleh Ketua bersama 1 orang
Gapoktan/Poktan.
4. Bantuan sosial dalam bentuk transfer barang ke Gapoktan/Poktan,
pengadaanya dilaksanakan oleh Dinas terkait dengan berpedoman pada
Perpres No 54 tahun 2010.
5. Barang yang diadakan baik oleh Dinas maupun Gapoktan
memperhatikan skala ekonomis UPH, peralatan yang diberikan bisa
merupakan tambahan/pelengkap/penyempurnaan terhadap UPH yang
sudah ada.
C. Kriteria Gapoktan Penerima Sarana Pengolahan
Kriteria penerima sarana agroindustri tanaman pangan adalah:
1. Telah atau akan berusaha di bidang agroindustri tanaman pangan.
2. Mempunyai aturan organisasi yang disepakati oleh seluruh anggota.
3. Mempunyai dana operasional dan manajemen usaha yang baik.
4. Mempunyai sumberdaya manusia yang memadai dan terampil.
5. Mempunyai pengurus aktif minimal Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
6. Mempunyai potensi dan prospek pasar yang jelas.
7. Mempunyai proposalkegiatandan rencana penggunaan
anggaran/rencana usaha kelompok (RUK) yang disyahkan oleh petugas pendamping dan diketahui oleh Kepala dinas lingkup pertanian kabupaten/kota untuk mengembangkan agroindustri Tepung
8. Lolos seleksi CPCL dan disetujui oleh tim teknis Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
9. Bersedia mengikuti Pedoman/pembinaan dari Dinas Pertanian.
12
Poktan/Gapoktan terpilih, wajib:
a. Mempunyai rekening tersendiri atas nama lembaga untuk pengelolaan dana
bantuan sosial dan ditanda tangani oleh Ketua dan 1 orang pengurus
lainnya.
b. Melakukan kontrak perjanjian kerja sama pemanfaatan dana dan
pelaksanaan kegiatan antara Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bersangkutan dengan Ketua
Kelompok Penerima Bantuan Sosial.
D.Mekanisme Seleksi Penerima Fasilitasi Sarana Pengolahan
1.Pembentukan Tim Teknis (Februari)
Tim teknis adalah petugas/staf teknis yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Propinsi yang melibatkan petugas propinsi dan kabupaten kota dengan tugas melakukan pengawalan dan memberikan arahan baik teknis maupun adminstrasi kepada kelompok sasaran bantuan dana Tugas Pembantuan dan berkompetensi di bidang pengolahan
Tugas Tim Teknis : melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan teknis, memberikan petunjuk dan arahan terhadap permasalahan,
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, bertanggung jawab sepebuhnya terhadap pelaksanaan kegiatan, melakukan koordinasi secara terpadu dengan SKPD terkait dalam rangka kelancaran teknis pelayanan, melakukan pemeriksaan lapangan terhadap lokasi, membuat berita acara pemeriksaan lokasi, memberikan pertimbangan teknis.
Masa tugas Tim Teknis adalah sejak ditanda tangani SK s/d 31
Desember 2012. Setelah pengesahan SK maka Tim Teknis dapat menerima honor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Persyaratan Anggota yang dapat direkrut menjadi tim teknis:
a.Pejabat Pembina Pengolahan Hasil di tingkat Propinsi dan Kabupaten
b.Perekayasa Alat dan Mesin Pengolahan
c.Dapat melibatkan Lembaga Penelitian
d.Dapat bekerja secara optimal
13
2.Penentuan Calon Penerima/Calon Lokasi (CP/Cl) (Maret)
Penentuan CP/CL dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan menilai potensi dan usulan/proposal rencana usahanya. Proposal rencana usaha minimal memuat diskripsi usaha saat ini, sumberdaya sarana yang dimiliki, potensi yang dapat dikembangkan, rencana usaha yang akan dilakukan dan kelayakan usahanya. Agar usulan ini dapat diterima, maka pendampingan perlu dilakukan oleh LSM, PT dan lainnya. Hasil seleksi dari Tim Teknis dituangkan dalam berita acara. Mekanisme pelaksanaan dana bantuan sosial tugas pembantuan dapat dilihat pada Gambar 1.
Dinas Propinsi dan atau Dinas
Kabupaten/Kota
1
TIM TEKNISKPA SETUJU
1. Petugas Teknis Propinsi
22. Petugas Teknis KabupatenPENCAIRAN
RUKKDANA
45
PENDAMPINGAN3
GAPOKTAN
Gambar 1. Mekanisme Pelaksanaan Dana Bansos Tugas Pembantuan Keterangan :
1. Dinas Provinsi membentuk tim teknis yang terdiri dari unsur Provinsi dan
atau Kabupaten/Kota.
2. Tim Teknis melakukan pendampingan gapoktan dalam pelaksanaan
dana bansos Tugas Pembantuan TA 2012
3. Tim teknis melakukan verifikasi (CP/CL) dan menetapkan gapoktan
yang akan diusulkan sebagai calon penerima dana bansos TP TA 2012
4. Gapoktan mengusulkan RUKK (Rencana Usulan Kegiatan Kelompok) ke
Tim Teknis untuk dinilai kelayakannya.
5. Tim Teknis menyetujui RUKK yang diusulkan gapoktan untuk diproses
pencairan dana TP setelah disetujui oleh KPA.
14 3. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) (Maret)
Rencana usaha kelompok (RUK) merupakan daftar kebutuhan sarana pengolahan hasil yang disesuaikan dengan kebutuhan gapoktan atas dasar persetujuan anggota yang didasarkan pada proposal yang telah diajukan ke Kabupaten/ Kota. RUK perlu disusun secara bersama-sama melalui musyawarah anggota kelompok dengan bimbingan Dinas Kabupaten/kota atau Tim Teknis. RUK disusun oleh Gapoktan dan ditanda tangani oleh Ketua Gapoktan dan Pembina Teknis bidang pengolahan hasil di Kabupaten/Kota.
Secara garis besar RUK berisi :
-Rincian jenis alat /bahan/material atau jenis pekerjaan yang akan
diasdakan/dibutuhkan dalam rangka bantuan sosial.
-Satuan dan volume alat/bahan/material atau jenis pekerjaan bantuan
sosial.
-Harga satuan dan jumlah harga alat/bahan/material atau pekerjaan
komponen bantuan sosial.
4. Pembelian Alat Bansos (April-Juni)
Merujuk kepada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Tahun 2012 Ditjen PPHP
5. Bimbingan/Pelatihan (Juli-September)
Bimbingan Teknis adalah kegiatan di tingkat Gapoktan yang dilakukan oleh Tim Teknis untuk meningkatkan pemahaman terhadap teknis pengelolaan pengolahan hasil di tingkat Gapoktan. Materi Pelatihan dan Bimbingan Teknis Pemanfaatan Alat dan Mesin Pengolahan meliputi :
1)Kelompok Teknis :
a. Standar operasional prosedur(SOP) pengoperasiann alat dan
mesin pengolahan
b. Cara-cara perawatan dan perbaikan alat dan mesin pengolahan
c. Manajemen perbengkelan
15
2)Kelompok Usaha
a. Analisis kebutuhan alat dan mesin pengolahan di suatu
wilayah/daerah
b. Perhitungan/analisis kelayakan ekonomi(financial penggunaan
alat dan mesin pengolahan)
c. Pembukuan dan pencatatan usaha jasa, alatdan mesin
pengolahan
d. Akses sumber-sumber permodalan seperti skim, pelayanan,
pembiayaan pertanian (SP3), kredit perbankan, dll yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan alat dan mesin pengolahan serta prosedur pemanfaatannya
e. Manajemen pemasaran
Demonstrasi dan promosi penggunaan jasa alat dan mesin
pengolahan serta praktek lapangan
3)Kelompok Manajemen Usaha
a. Perencanaan usaha jasa alat dan mesin pengolahan
b. Pengorganisasi usaha alat dan mesin pengolahan
c. Manajemen pemasaran
d. Kerjasama/kemitraan usaha
e. Peningkatan kemampuan manajerial kelompok usaha
f.Kewirausahaan
4)Pengorganisasi alat dan mesin pengolahan secara bisnis
Dalam pelaksanaan usaha jasa alat dan mesin pengolahan kepada petani/kelompok tani dan gapoktan di suatu wilayah/daerah perlu dilakukan penerapan standar operasional prosedur (SOP) yang baik dan benar. Setiap gapoktan berupaya untuk mencapai kapasitas kerja alat dan mesin pengolahan yang optimal dengan cara bekerja sama/bermitra dengan petani/kelompok tani/dealer/perusahaan alat dan mesin pengolahan, dan lembaga keuangan/perbankan, industri dan pasar di daerah.
16
6. Operasional Alat (September-Oktober)
a. Operasional Alat sepenuhnya merupakan tanggung jawab Gapoktan.
Sebagai penerima alat dan mesin Gapoktan perlu diberikan
pendampingan/ pengawalan. Penyuluhan, peltihan bimbingan teknis
agar dapat melakukan usahanya secar optimal mandiri dan profesional.
b. Perjanjian pendayagunaan alat
Perjanjian pendayagunaan alsin pengolahan dilakukan langsung antara Kepala Dinas pertanian propinsi dengan Gapoktan.
Perjanjian pendayagunaan alsin tersebut dilaksanakan segera setelah penyerahan alat dan mesin pengolahan dilakukan dan diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten. (Contoh surat perjanjian terlampir)
7. Evaluasi Dan Pelaporan (Desember)
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kegiatan dapat dinilai dan diplajari untuk perbaikan pelaksanaan dimasa yang akan datang.
Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output), hasil
(outcome), dampak (impact) pelaksanaan kegiatan. Untuk kegiatan
pengolahan hasil pertanaian maka evaluasi dan pelaporan dilakukan dalam kurun waktu triwulanan ditujukan kepada Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Ditjen Pengolahan dan Pemasaraan Hasil Pertanian Kementrian Pertanian.
17
III.PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI TANAMAN PANGAN
A.Revitalisasi Penggilingan Padi
Revitalisasi penggilingan padi diartikan sebagai upaya meningkatkan kinerja penggilingan padi melalui peningkatan kemampuan untuk menekan susut hasil (losses), peningkatan rendemen dan kualitas gabah/beras serta mengembangkan usaha secara mandiri dan berkelanjutan. Revitalisasi penggilingan padi dilakukan dengan mengganti atau menambah bagian yang rusak sehingga dapat berfungsi dengan baik atau dengan membangun unit penggilingan padi yang baru. Penambahan atau pergantian satu atau beberapa alsin penggilingan padi seperti mesin pembersih (cleaner), mesin pemecah kulit gabah (husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (separator), mesin penyosoh (polisher), mesin pemisah beras kepala, beras patah dan menir (shifter), dan atau mesin pengkristal/pencuci beras
(shinning). Dengan penambahan satu atau beberapa mesin tersebut diharapkan dapat meningkatkan rendemen giling dan kualitas beras, menekan susut hasil dan meningkatkan nilai tambah serta daya saing sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani/gapoktan padi. Kondisi ini pada gilirannya akan lebih memberdayakan usaha penggilingan padi, huller dan penyosohan beras serta petani sebagai subyek serta akan lebih memacu kemampuan dalam usaha agribisnis terutama dalam menghadapi era globalisasi.
Revitalisasi penggilingan padi juga harus diiringi dengan penataan, pembinaan dan pengembangan usaha penggilingan padi dalam rangkaian upaya mendorong ketahanan pangan melalui kecukupan ketersediaan pangan khususnya beras dengan kualitas yang baik dan aman untuk dikonsumsi. Hal ini diperlukan mengingat tingkat kinerja penggilingan padi di Indonesia masih rendah dan dapat dilihat dari kenyataan di lapangan dimana masih banyak penggilingan padi yang bekerja di bawah kapasitas giling dengan kuantitas dan kualitas hasil giling yang rendah dan beroperasi tanpa memiliki izin.
18
Dalam rangka mendukung program revitalisasi penggilingan padi ini, maka Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian pada tahun 2012 mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk Dana Tugas Pembantuan kepada 119 Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota
Revitalisasi terhadap Penggilingan Padi harus dilakukan secara terpadu meliputi 3 aspek yaitu teknologi, kelembagaan dan pembiayaan. (Gambar 2)
Revitalisasi Teknologi
REVITALISASI PENGGILINGAN
PADI
Revitalisasi Kelembagaan
Revitalisasi Pembiayaan
Gambar 2. Ruang Lingkup Revitalisasi Penggilingan Padi.
A.1 Revitalisasi Teknologi
Revitalisasi Teknologi dilakukan dengan menambah peralatan, mengganti peralatan yang rusak agar dapat berfungsi kembali atau memfasilitasi unit penggilingan padi yang baru serta meningkatkan kegiatan penelitian atau pengkajian khususnya dalam rangka penciptaan inovasi teknologi alsintan dan produk olahan. Revitalisasi teknologi akan meningkatkan rendemen, meningkatkan mutu/kualitas beras sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing yang pada akhirnya dapat meningkatkan
19
pendapatan dan kesejahteraan petani/gapoktan serta pengelola penggilingan padi.
A.2 Revitalisasi Kelembagaan
Revitalisasi kelembagaan akan menjadikan kelembagaan gapoktan yang sehat, mandiri dan professional serta mempunyai legalitas secara hukum. Revitalisasi kelembagaan dilakukan dengan upaya:
1. Penguatan kelembagaan dilakukan melalui peningkatan keterampilan di
bidang teknis, kewirausahaan kemitraan usaha.
2. Gapoktan atau usaha penggilingan padi harus memiliki legalitas hukum
yang disyahkan melalui akta notaris.
3. Menjadikan usaha penggilingan padi sebagai usaha yang dikelola oleh
Gapoktan atau menjadi mitra Gapoktan sehingga mampu menjadi
wahana peningkatan kesejahteraan petani.
4. Gapoktan/Perusahaan Penggilingan padi melakukan kerjasama
kemitraan dengan lembaga profitable lain dengan asas saling
menguntungkan.
A.3 Revitalisasi Pembiayaan
Revitalisasi dilakukan dengan memudahkan akses gapoktan atau usaha penggilingan padi kepada sumber-sumber pembiayaan serta mempunyai avails (penjamin) yang diharapkan akan menjadi sumber
pembiayaan. Saat ini Ditjen PPHP mempunyai program insentif teknologi dan pembiayaan yang dikenal dengan pola two in one dimana kelompok tani/gapoktan sebagai plasma bekerjasama perusahaan inti sebagai mitra usaha dan avalis. Revitalisasi Pembiayaan dilakukan melalui :
1. Penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi
di lembaga perbankan atau lembaga pembiayaan lainnya.
2. Memperluas skim baru yang lebih mudah.
3. Menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan.
4. Melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk
mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi
termasuk skim pembiayaan yang sudah ada.
20
5. Menumbuhkan kembali koperasi khusus di bidang pertanian
6. Mendorong kemitraan usaha dengan jaminan pembiayaan.
7. Melakukan akses dengan sumber sumber modal/pembiayaan lainnya.
B. Pengembangan Agroindustri Tepung Berbasis Sumber Daya Lokal
Pengembangan agroindustri aneka tepung merupakan suatu sistem yang terintegrasi mulai dari aspek budidaya (on farm), pascapanen hingga pengolahan (off farm) dan pemasaran. Dalam hal ini aspek budidaya, pascapanen, pengolahan, pembinaan, penyuluhan, pemasaran dan
kemitraan dilakukan dalam suatu aktifitas yang saling terkait. Dalam aplikasinya seluruh instansi yang terkait harus saling mendukung dan mengambil peran. Secara skematis dapat digambarkan pada Gambar 3.
SISTIM PENGEMBANGAN AGOINDUSTRI ANEKA TEPUNG
- Alsintan
- Saprodi
- Pembiayaan/
Modal
Poktan/Gapoktan (on farm
anekaumbi)
PEMBINAAN,
PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN
Agroindustri Tanaman Pangan
UPH
PASAR :
1. Industri/
pabrik
2. Konsumen
Gambar 3. Skema Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung
Pengembangan agroindustri tepung perlu melibatkan berbagai instansi melalui pembinaan dan pengawalan sesuai bidang tugasnya. Berbagai instansi yang terkait antara lain Ditjen Tanaman Pangan, Litbang/Perguruan Tinggi (PT) dan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian serta Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota dan pelaku usaha.
Pengembangan agroindustri tepung dilaksanakan dalam bentuk cluster inti
21
dan plasma. Secara skematis pengembangan cluster mocaf dan tapioka terdapat pada Gambar 4.
Keterangan:
Bahan Baku
Pembuat chip ; tepung kristal
PASAR
Penggilingan
Produsen roti/kue makanan
Distributor (outlet)
Gambar 4. Cluster Agroindustri Tepung
Inti adalah industri pengolahan/pasca panen/eksportir (swasta, BUMD, PT, BHMN, dan lain-lain), yang mempunyai tugas : menjadi penjamin (avalis) bagi plasma, membeli produk plasma untuk dipasarkan langsung atau diolah dan kemudian dipasarkan dengan harga yang telah disepakati (berkeadilan), menetapkan kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas produk yang harus dihasilkan oleh plasma, membina plasma dalam sistem produksi. Inti merupakan lembaga ekonomi yang punya kemampuan usaha yang lebih baik dari plasma. Inti harus bankable, punya pasar, modal dan bersedia jadi avalis, inti menjalankan usaha dan menjalankan/mengoperasionalkan bantuan peralatan. Plasma adalah kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang diutamakan sudah berbadan hukum atau yang sudah tercatat di kantor Dinas Pertanian serta feasible untuk mendapat pinjaman skim kredit. Plasma mempunyai tugas : memasok produk kepada inti sesuai dengan kuantitas, kualitas, kontinuitas dan harga yang telah disepakati, mengembangkan kegiatan usaha (on-farm, pasca panen, pengolahan,
perbaikan mutu) untuk memasok produk ke inti, melakukan kerjasama dengan plasma lain. Plasma merupakan poktan-poktan, gapoktan yang
22
mempunyai usaha/rencana usaha bidang pengolahan (UPH) tepung yang merupakan lokasi gapoktan yang dipilih.
B.1. Pengembangan Agroindustri Tepung Ubikayu
Konsep pengembangan agroindustri ubikayu mencakup areal pertanaman ubikayu dengan luas pertanaman sekitar 50-200 Ha. Konsep ini mencakup pada proses pembuatan mocaf dan tapioka. Pada proses ini diasumsikan produktivitas ubi kayu sebesar 10 - 15 ton/ha per musim, UPH beroperasi 25 hari per bulan. Kapasitas 1 - 2 ton mocaf/tapioka perhari akan menghasilkan 25 - 50 ton mocaf/tapioka per bulan atau 150 - 300 ton mocaf/tapioka per tahun. Untuk itu dibutuhkan bahan baku sebanyak 750 -1500 ton per musim diperoleh dari bahan sekitar UPH inti.
Pada proses pembuatan mocaf, inti menghasilkan 2 ton tepung/hari, operasional 5 bulan dan dengan 25 hari/kerja/bulan. Dibutuhkan bahan baku sebanyak 250 ton tepung/tahun. Rendemen tepung 30%, sehingga
dibutuhkan bahan baku ubikayu segar 750 ton Cassava/plasma/tahun.
Sedangkan pada pengembangan agroindustri tapioka, plasma memiliki kapasitas 0.5 - 1 ton tapioka kasar (tepung kristal) per hari. Dalam 1 bulan, plasma beroperasi selama 25 hari sehingga menghasilkan tapioka kasar
12.5 -25 ton per bulan atau 75-150 ton/tahun (6 bulan). Untuk itu
dibutuhkan bahan baku sebanyak 375 - 750 ton, sehingga dibutuhkan lahan pertanian seluas 37.5-75 ha.
Setiap UPH inti dan plasma akan difasilitasi oleh pemerintah melalui insentif dengan pola Two In One dan pola reguler. Insentif yang diberikan berupa insentif alat/mesin pengolahan skala industri, pendampingan dan supervisi oleh tenaga ahli spesialis, pembinaan oleh Dinas Provinsi dan Kabupaten, fasilitasi promosi oleh Ditjen PPHP serta difasilitasi untuk bermitra dengan inti (pasar, industri besar) serta sumber-sumber
pembiayaan yang mudah dan murah. Pemberian insentif diberikan pihak yang memenuhi persyaratan antara lain usaha pengolahan dan atau pemasaran hasil pertanian yang dilakukan oleh suatu unit usaha bersama antara gapoktan dan swasta, pihak swasta sebagai penyandang dana modal kerja usaha bersama, adanya pembagian hak dan tanggung jawab secara
23
adil dan merata antara gapoktan dan pihak swasta yang bermitra serta mengajukan proposal kepada Dirjen PPHP oleh Dinas Kabupaten/Kota melalui Dinas Provinsi.
Insentif teknologi yang diberikan kepada inti pada pengembangan agroindustri mocaf antara lain berupa bak pencucian/perendaman dan bak fermentasi, alat pemarut dan penggeraknya, alat penyaring
bergoyang/gebegan, bak pengendapan, unit penggiling/penepung, rak penjemur, alat/rumah pengering dan alat pengemas. Sedangkan plasma mendapatkan pengiris/slicer, bak fermentasi dan rak penjemur. Pemberian peralatan disesuaikan dengan kemajuan teknologi sehingga akan lebih efektif dan efisien. Sedangkan pada pengembangan agroindustri tapioka insentif teknologi yang diberikan berupa bak pencucian/perendaman, alat pemarut dan penggeraknya, alat penyaring bergoyang/gebegan, bak pengendapan, unit penggiling/penepung, rak penjemur, alat/rumah pengering dan alat pengemas. Sedangkan plasma mendapatkan seluruh peralatan tersebut kecuali alat penepung dan alat rumah pengering karena plasma hanya berproduksi sampai tepung kristal yang kemudian ditampung atau dikirim ke Inti.
Kemitraan antara inti dan plasma diperkuat dengan pembagian kepemilikan saham dan keuntungan, kepemilikan saham berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak dengan nilai saham masing-masing pihak adalah penyertaan modal (investasi + modal kerja) selama 2 atau 3 bulan pertama dalam usaha pengolahan. Sedangkan pembagian keuntungan berdasarkan besarnya pembagian keuntungan antara pihak pertama dan pihak kedua yang dihitung berdasarkan nilai sharing investasi dan modal kerja dari masing-masing pihak. Dengan pembagian ini diharapkan ada tanggung jawab dan keterikatan dari masing-masing pihak untuk melaksanakan hak serta kewajiban, sehingga kemitraan dapat terus berlanjut.
Agar kemitraan terus berlanjut maka kemitraan antara inti dan plasma dikukuhkan dalam suatu kepengurusan yang melibatkan instansi terkait seperti Ditjen PPHP, Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota.
24
B.2 Pengembangan Agroindustri Tepung Ubijalar
Pengembangan agroindustri tepung ubijalar secara skematis dapat dilihat pada Gambar 5.
P
P
50
UPH
TEPUNGPASAR UTAMA
K
P
P
P
POKTAN/GAPOKTAN
1 Ton
Pengusaha besar
PASAR ALTERNATIF
Pengrajin
O N S U M E N
Ket : UPH = Unit Pengolahan Hasil
P = Petani menghasilkan 10 ton ubijalar/musim
Gambar 5. Bagan Pengembangan Agroindustri Tepung Ubijalar
Satu kelompok tani (poktan) terdiri dari 20 - 25 petani dan diharapkan memiliki UPH. Konsep ini mencakup 50 ha areal tanaman ubijalar.
Diasumsikan produktivitas ubijalar sebesar 10 ton/ha, sehingga dukungan
25
bahan baku tersedia sebanyak 500 ton per musim panen. Diharapkan dalam perkembangan selanjutnya budidaya ubijalar dapat dilakukan sepanjang tahun.
Setiap petani dalam kelompok mengelola luasan areal 1 - 3 ha
tanaman ubijalar. Petani mengusahakan ubijalar dari budidaya kemudian dikumpulkan ke UPH untuk diproses menjadi tepung ubijalar. Tepung ubijalar yang dihasilkan oleh UPH dapat dipasarkan melalui 2 jenis pasar, yaitu pasar utama yang meliputi pengusaha/industri makanan dan pasar alternatif yang terdiri dari pengrajin makanan dan masyarakat umum.
C. Sistem Pengembangan Agroindustri Jagung
Pengembangan agroindustri jagung merupakan suatu sistem yang terintegrasi dalam aplikasinya seluruh instansi yang terkait harus saling mendukung dan mengambil peran. Pengembangan pengolahan jagung secara skematis terdapat pada gambar 6.
PASAR
Keterangan:
Bahan Baku(petani)
Jagung pipilan(kelompok tani) Silo jagung (gapoktan)
Industri berbahan baku
jagung(pangan, non pangan)
Distributor (outlet)
Gambar 6. Cluster Agroindustri Jagung.
Berdasarkan gambar 6 dengan asumsi satu kelompok tani (poktan) terdiri dari 15 s/d 20 petani, bersama mitra kelompok mengelola sebuah unit processing jagung (pengeringan dan silo). Apabila setiap petani mengelola luasan areal 1 s/d 2 Ha maka setiap kelompok memiliki areal 15 s/d 40 Ha,
26
dengan rata-rata produksi 4 ton/Ha, maka setiap musim tanam tersedia 60-160 ton jagung/poktan.
Bahan baku jagung untuk diproses dapat berasal dari petani anggota dan bukan anggota gapoktan berupa jagung bertongkol. Bahan baku jagung bertongkol kemudian dipipil menjadi jagung pipilan. Setelah dipipil, jagung diserahkan pada gapoktan sebagai pengelola unit pengolahan jagung untuk dikeringkan dan disimpan. Jagung yang telah dikeringkan selanjutnya didistribusikan kepada industri-industri pengolahan yang menggunakan jagung sebagai bahan baku.
D. Sistem Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan
D.1 Sistem Pengembangan Agroindustri Kedelai
Pengembangan produk olahan kedelai merupakan suatu sistem yang terintegrasi mulai dari aspek budidaya (on farm), pasca panen sampai
pengolahan (off farm). Meliputi aspek budidaya, pascapanen, pengolahan, pembinaan, penyuluhan, dan aspek pemasaran yang dilakukan dalam suatu aktifitas yang saling berkait. Aplikasinya seluruh instansi yang terkait harus saling mendukung dan mengambil peran. Pengembangan pengolahan kedelai secara skematis terdapat pada gambar 7.
Keterangan:
Bahan Baku(petani)
PASAR
Kedelai kupasan (kelompok tani)
Pengolahan (gapoktan)
Distributor (outlet)
Gambar 7. Cluster Agroindustri Kedelai.
Berdasarkan gambar 7, dengan asumsi satu kelompok tani (poktan) terdiri dari 15 s/d 20 petani, bersama mitra kelompok mengelola sebuah unit
27
pengelohan kedelai. Apabila setiap petani mengelola luasan areal 1 s/d 2 Ha maka setiap kelompok memiliki areal 15 s/d 40 Ha, dengan rata-rata produksi 1.3 ton/Ha, maka setiap musim tanam tersedia 19.5-28.6 kedelai kupas/poktan.
Bahan baku kedelai untuk diproses dapat berasal dari petani anggota dan bukan anggota gapoktan berupa kedelai yang masih menyatu dengan polongnya. Polong kedelai tersebut kemudian dikupas menjadi jagung kupasan. Setelah dikupas, kedelai diserahkan pada gapoktan sebagai pengelola unit pengolahan kedelai untuk diolah. Produk olahan kedelai selanjutnya didistribusikan langsung ke pasar tradisional atau supermarket. Namun bisa melalui distributor untuk membantu pemasarannya.
D.2 Sistem Pengembangan Agroindustri Kacang Tanah
Agrondustri kacang tanah dikembangan dalam bentuk cluster inti dan plasma, secara skematis terdapat pada Gambar 8. Konsep pengembangan cluster mencakup areal pertanaman kacang tanah dengan luas sekitar 25-50Ha. Pada areal ini diharapkan poktan yang terdiri dari 25-65 petani sebagai plasma dan mempunyai unit UPH sebagai inti cluster dengan menghasilkan 356,25 kg-712,5 kg selai kacang/hari dari 375 kg -750 kg kacang tanah/hari (rendemen 95%). Diasumsikan produktivitas lahan
kacang tanah sebesar 1,5 - 2 ton/ha per musim, UPH beroperasi 25 hari per bulan. Kapasitas 375-750 kg kacang tanah perhari akan menghasilkan 9,375-18,75 ton selai per bulan. Bahan baku kacang tanah segar untuk UPH bersumber dari UPH itu sendiri dan dari anggota, dengan rincian sebagai berikut :
a.Bahan baku dari UPH
UPH sebagai inti selain mempunyai peralatan yang lengkap juga harus mempunyai lahan kacang tanah sebesar 60 % dari kapasitas produksi, oleh karena itu penempatan lokasi UPH harus memperhatikan dukungan bahan baku sebagai inti cluster.
b. Bahan baku dari anggota Poktan
28
UPH menerima kacang kering dari dari plasma cluster sebanyak 40 % dari kapasitas produksi. Oleh karena itu setiap anggota harus memiliki peralatan penyangrai.
Keterangan:
Bahan Baku
Penyangraian kacang
PASARPenggilingan
Produsen
Distributor (outlet)
Gambar 8. Cluster Agroindustri Kacang Tanah
Setiap UPH kacang tanah memiliki peralatan produksi selai kacang tanah antara lain berupa 1 unit bak pencucian/perendaman, 1 unit alat pemisah kulit dan 1 set alat penyangrai, 2 unit penggiling, 1 set mixer dan 1 unit alat pengemas.
D.3 Pengembangan Agroindustri Keripik Ubikayu
Konsep pengembangan agroindustri keripik ubikayu mencakup areal pertanaman Ubikayu dengan luas sekitar 50 Ha. Pada areal ini diharapkan poktan yang terdiri dari 10-25 petani mempunyai unit UPH dengan
menghasilkan 30 - 50 kg keripik perhari dari bahan baku 60-100 kg
Ubikayu segar (rendemen + 50 %).
Diasumsikan produktivitas lahan Ubikayu sebesar 10 - 15 ton / ha per musim, UPH bekerja 25 hari per bulan. Kapasitas 30 - 50 kg keripik perhari akan menghasilkan 750 - 1250 kg keripik per bulan atau 9 - 15 ton keripik per tahun. Untuk itu dibutuhkan Ubikayu segar sebanyak 18 - 30 ton per musim. Pengembangan agroindustri keripik ubikayu secara skematis terdapat pada Gambar 9.
Bahan baku Ubikayu segar untuk UPH bersumber dari anggota, sehingga diharapkan pada anggota terdapat paket peralatan pengolahan
29
keripik Ubikayu yang terdiri dari slicer, penggorengan stainless steel, kompor, spiner dan alat pengemas. Sedangkan UPH menerima keripik Ubikayu dari anggota untuk dikemas dan dipasarkan, karena tugas utama UPH untuk mengemas dan memasarkan.
Ket: UPH = Unit Pengolahan Hasil
P= Petani menghasilkan 10-15 kg Ubikayu/ha/musim
Gambar 9. Bagan Pengembangan Agroindustri Keripik Ubikayu
30
IV. TEKNOLOGI PENGOLAHAN TANAMAN PANGAN
A.Teknologi Penggilingan Padi
Penggilingan padi kecil umumnya hanya terdiri dari mesin pecah kulit (husker) dan mesin penyosoh beras (polisher) sehingga mempunyai
rendemen rendah dan kualitas beras yang dihasilkan kurang baik. Dengan penambahan mesin separator (pemisah beras pecah kulit dengan gabah yang belum terkupas) pada konfigurasi penggilingan sederhana akan meningkatkan rendemen sebesar 0.94 % dan dengan penambahan mesin cleaner (pembersih gabah) akan meningkatkan rendemen sebesar 0.95 % sehingga bila ditambah dengan cleaner dan separator sekaligus akan meningkatkan rendemen sebesar 1,89% dan menekan susut hasil sebesar 1,06%, maka total beras yang dapat diselamatkan adalah sebesar 2,95%. Nilai 2.95 % yang dibulatkan menjadi 3 % menjadi nilai asumsi dari
peningkatan rendemen beras.
Sebagai gambaran umum, penggilingan padi secara mekanis dikatakan lengkap dan memadai, harus tersedia rangkaian dari mesin-mesin yang disusun seperti gambar 10 dibawah ini :
31
MESIN PEMBERSIH KOTORAN GABAH (CLEANER)
MESIN PENGUPAS KULIT GABAH (HUSKER)
SEPARATOR
MESIN PEMISAH BATU (DE-STONER)
MESIN PEMUTIH ABRASSIVE (BATU)
MESIN PEMUTIH FRICTION (BESI)
MESIN PENGKILAP (RICE REFINER/SHINNING)
MESIN PEMISAH MENIR (RICE SHIFTER)
MESIN PEMISAH ANTARA BERAS KEPALA DAN PATAH (RICE GRADER)
TIMBANGAN
PENGARUNGAN (PACKING)
PELABELAN
Gambar 10. Rangkaian Unit Penggilingan padi Lengkap
32 1.Mesin Pembersih Kotoran Gabah (Cleaner)
Berfungsi untuk memisahkan kotoran/benda asing yang bercampur di dalam gabah. Setelah melalui mesin ini akan terjadi penyusutan berat yang besarnya sangat tergantung pada jumlah kotorannya.
2. Mesin Pecah Kulit (Paddy Husker)
Berfungsi untuk mengupas kulit gabah (sekam). Pada mesin pecah kulit yang berkualitas baik, ratio pengupasan antara 85-90 % gabah
sudahterkelupas dan 10 - 15% gabah belum terkelupas. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ratio pengupasan adalah kualitas roll karet yang dipakai.
3.Separator
Berfungsi untuk memisahkan beras pecah kulit dengan gabah yang masih terbawa dalam beras pecah kulit maka diayak dua kali menggunakan dua ayakan kawat. Dengan pengayakan ulang dua kali akan menghasilkan
beras pecah kulit murni, dimana gabah yang terbawa beras pecah kulit sangat rendah (mendekati 0 persen). Dengan adanya separator maka daya tahan komponen utama pada mesin pemutih menjadi awet, karena
proses pengelupasan kulit ari selama masih di dalam ruang pemutihan, murni hanya berdasarkan pergesakan antar beras pecah kulit.
4. Mesin Pemisah Batu
Berfungsi untuk memisahkan batu yang bercampur dengan beras pecah kulit.
5. Mesin Pemutih Tipe Batu (Abrassive)
Berfungsi sebagai pra poles atau untuk mengawali proses pengelupasan lapisan kulit ari beras yang menutupi biji beras dari sistem pemutihan yang lebih dari satu pass. Dengan memakai mesin pemutih batu, disamping tingkat butir patah dapat ditekan pada presentase yang terkecil juga tingkat derajat sosoh diatur sejak dari fasa ini. Segingga untuk fase selanjutny beban gaya gesek beras menjadi berkurang.
33
6.Mesin Pemutih Tipe Besi (Friction)
Berfungsi sebagai pemutih lanjutan dari rangkaian proses pemutihan beras 2 atau 3 kali proses /pass pemutihan/penyosohan.
7. Mesin Pengkilap (Rice Refiner/Shinning)
Berfungsi untuk mencuci permukaan biji beras, dimana umumnya masih terdapat katul yang menempel. Beras yang dihasilkan oleh mesin ini selain secara visual tampak kilap dan bila disimpan dapat bertahan lama. Mesin pengkilap ini biasa disebut dengan water polish untuk menghasilkan beras prima ataupun beras kristal
8. Mesin Pemisah Menir (Rice Sifter)
Berfungsi untuk memisahkan kandungan menir yang bercampur di dalam beras kepala maupun beras patah.
9. Mesin Pemisah Antara Beras Kepala dan Beras Patah (Rice Grader)
Berfungsi untuk memisahkan beras kepala (Head Rice) dari percampuran beras patah. Keberadaan mesin ini terutama diperuntukkan untuk membuat beras berkualitas eksport/super.
10. Timbangan
Berfungsi untuk menentukan berat
11. Packing dan Pelabelan
Berfungsi untuk mengemas beras. Proses pemberian label pada kemasan yang berisi tentang (a) nama produk, (b) komposisi varietas beras, baik satu macam varietas maupun beberapa varietas yang ditulis dengan jelas prosentasi kandungan dari masing masing varietas tersebut (c) komposisi kandungan gizi, (d) berat bersih, (e) tanggal dan bulan kadaluwarsa, (f) nama dan alamat perusahaan serta (g) no Register MD/ML dari BPOM.
34
Berdasarkan data PERPADI 2011, konfigurasi Penggilingan Padi akan
mempengaruhi rendemen dan tingkat kehilangan hasil dari proses penggilngan padi yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1.PPK 1 phase dilengkapi 1 husker dan 1 polisher dalam 1 paket (1
kesatuan yang tidak terpisahkan).
PPK type ini pada umumnya menghasilkan rendemen berkisar antara
50% - 60%, broken berkisar antara 30% - 40%
2.PPK 1 phase dilengkapi dilengkapi 1 husker dan 1 polisher terlepas
(husker terpisah dari polisher)
PPK type ini pada umumnya menghasilkan rendemen berkisar antara 55% - 60%, broken berkisar antara 25% - 40%. Sebagian besar PPK pada umumnya menggunakan milling, spiral, dan screen terbuat dari besi baja. Screen yang digunakan pada umumnya mempunyai gigi tajam yang berfungsi untuk mengelupas sekam dalam proses husking untuk menghasilkan beras pecah kulit (PK). Penggunaan screen dengan gigi tajam mengakibatkan kadar rendemen beras menjadi rendah dan kadar pecah (broken) tinggi.
3.PPK 2 phase dilengkapi 2 husker dan 2 polisher
PPK type ini pada umumnya menghasilkan rendemen berkisar antara
58% - 62%, broken berkisar antara 20% - 30%, tergantung kualitas awal
dari gabah yang diproses.
4.PPK 2 phase dilengkapi 2 husker dan 2 polisher serta 1 buah ayakan
kawat
PPK type ini dalam memproses gabah menjadi beras pecah kulit (PK) menggunakan dua husker yang dimaksudkan untuk memperkecil jumlah gabah yang masih bercampur dengan PK. Selanjutnya untuk mengurangi volume gabah yang masih bercampur dengan beras PK dilakukan pengayakan satu kali. Beras yang dihasilkan yaitu rendemen 65% dan kadar broken 25%.
35
Gambar 11. Model PPK One Phase
Gambar 12. Model PPK Two Phase Dengan Rendemen > 65% Dan Broken
Recommended