View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat
populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Jahe di perkirakan
berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal
dari Republik Rakyat Cina Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai
rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga
Timur Tengah.
Di Indonesia jahe merupakan tanaman rempah-rempah yang
penyebarannya sudah merata. Hal ini terbukti setiap daerah memiliki
nama untuk tanaman ini, seperti Jae (Jawa dan Bali), halia (Aceh),
beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi
(Lampung), jahe (Sunda), jhai (Madura), melito (Gorontalo), dan geraka
(Ternate) (Harmono dan Andoko, 2005).
Dalam perkembangannya, kebutuhan komoditas jahe untuk
bahan baku industri meningkat terus. Pada tahun 1998, ekspor jahe
segar Indonesia mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $
9.286.161. Tahun 2003 turun menjadi 7.470 ton dengan nilai US $
3.930.317 karena mutu yang tidak memenuhi standar. Namun
kemudian permintaan jahe mengalami peningkatan setiap tahun.
Kondisi ini, direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman
di Indonesia dan munculnya berbagai produk jahe. Hal tersebut perlu
dipertahankan dan ditingkatkan dengan dukungan teknologi unggulan
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007).
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
2
Bisnis jahe dari dulu hingga sekarang masih menjanjikan. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari
komoditas jahe tersebut. Selain itu, pemasarannya yang mudah atau
banyaknya penampung yang mencari jahe menambah besarnya
peluang bisnis jahe (Syukur,2001).
Permintaan Pasar baik dalam maupun luar negeri cenderung
terus meningkat dengan rata-rata peningkatan 15% per tahun.
Permintaan tersebut belum dapat tercukupi walaupun pengusahaan
jahe terus berkembang. Dengan demikian, peluang bisnis dalam
penyediaan bahan baku dari produk jahe ini masih terbuka lebar.
Untuk dapat merebut pasar dalam negeri maupun pasar ekspor,
diperlukan ketersediaan produk secara kontinyu dengan jumlah yang
cukup dan kualitas yang sesuai permintaan (Syukur,2001).
Didunia perdagangan, jahe dijual dalam bentuk segar, kering,
bubuk, dan dalam bentuk awetan. Disamping itu, terdapat hasil
olahan jahe, berupa minyak atsiri dan koresin yang diperoleh dengan
cara penyulingan. Minyak atsiri dan koresin berguna sebagai bahan
pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, dan sosis (Harmono
dan Andoko, 2005).
Sementara itu, manfaatnya secara farmakologi antara lain
sebagai karminatif (peluruh kentut), antimuntah, pereda kejang, anti
pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti-flamasi, anti
mikroba dan parasit, antipiretik, antirematik, serta merangsang
pengeluaran getah lambung dan getah empedu (Harmono dan Andoko,
2005).
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
3
Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah
dan obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran
yang cukup baik untuk dikembangkan. Apalagi dewasa ini jahe telah
menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi
dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.
Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari
sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan
yang diterima. Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan
Serikar, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong.
Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah
mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari
Indonesia (Harmono dan Andoko, 2005).
Untuk meningkatkan hasil jahe ini dapat dilakukan melalui teknik
budidaya. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya jahe
memerlukan tanah berstruktur gembur dan lembab. Kemudian setelah
memasuki masa pembesaran rimpangnya diperlukan penutup tanah
(mulsa) agar rimpang tidak terkena/terpapar sinar matahari langsung.
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah eceng
gondok.
Sebenarnya enceng gondok sebagai pencemar pengairan yang
banyak kita dapatkan diperairan kita seperti di sungai-sungai dan
waduk yang dekat dengan perkotaan atau daerah pertanian, karena
adanya pengayaan hara dalam perairan maka tumbuh tanaman ini.
Walaupun tanaman ini tidak bisa menambat N, namun karena
pertumbuhan cepat dan biomasa/volumenya banyak dan bahannya Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
4
sangat lunak dan berair, maka enceng gondok potensial dimanfaatkan
sebagai pupuk organik yang berkulitas. Pupuk organik ini banyak
digunakan untuk tanaman hias, hortikultura dan bahkan perkebunan
(Wongso, S 2007).
Ditambahkan dari ahli untuk mendukung kata-kata dari atas
sebagai tambahan , menurut (Sondang, Y dan Anty, K, 2005)
berdasarkan hasil uji laboratorium, pupuk ini memiliki kandungan
unsur hara N sebesar 1,86%; P205 sebesar 1,2%; K20 sebesar 0,7%;
C/N ratio sebesar 6,18%; bahan organik seebsar 25,16% serta C
organik:19,81. Dengan kandungan seperti ini, pupuk dari eceng
gondok mampu menggantikan pupuk anorganik dan dapat mengurangi
penggunaan bahan kimia hingga 50% dari dosisnya. Sebagai bahan
perbandingan, Winarno (1993) menyebutkan, eceng gondok dalam
keadaan segar memiliki komposisi bahan organic 36,59%, C organic
21,23% N total 0,28%, P total 0,0011% dan K total 0,016%. Adapun
fungsi dari mulsa ini adalah :
a) Menahan/melindungi struktur tanah dari pukulan air hujan.
b) Mengontrol kelembapan tanah.
c) Mengontrol suhu tanah.
d) Meningkatkan daya ikat air oleh tanah.
Bertitik tolak belakang dari hal yang dikemukakan diatas, maka
penulis tertarik untuk melaksanakan proyek usaha mandiri (PUM)
mengenai “ Pemanfaatan Eceng gondok Pada Budidaya Tanaman Jahe
Gajah (Zingiber officinale Rosc.)
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
5
1.2. Tujuan Pelaksanaan
Tujuan dari pelaksanaan PUM adalah
1) Mampu merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi
Proyek Usaha Mandiri (PUM).
2) Untuk melatih jiwa kewirausahaan.
3) Mampu mengatasi kendala yang terjadi selama Proyek Usaha
Mandiri berlangsung.
4) Dapat mengetahui teknik agronomi budidaya jahe dengan
memanfaatkan mulsa enceng gondok.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Taksonomi Tanaman Jahe
Jahe termasuk tanaman tahunan, berbatang semu, berdiri tegak
dan tingginya berkisar antara 0,3 - 0,75 m. Warna batang hijau sedang
warna pangkal batang putih sampai kemerahan. Bentuk batang
silindris dan halus. Rimpang jahe tumbuh mendatar dekat permukaan
tanah dan bercabang (Natur Indonesia, 2011).
Daunnya berselang-seling teratur, dengan ukuran panjang 15 -
23 cm dan lebar 0,8 - 2,5 cm. Panjang tangkai daun 2 - 4 mm dan
berbulu. Lidah daun (ligule) memanjang 0,75 - 1 cm namun tidak
berbulu. Sedangkan warna permukaan daun bagian atas lebih tua
daripada daun bagian bawah (Natur Indonesia, 2011).
Bunga tumbuh dari rimpangnya, terpisah dari daun atau batang
semunya. Bunga itu berupa malai yang tersembul di permukaan tanah,
berbentuk tongkat atau kadang-kadang bulat telur. Ganggang bunga
hampir tidak berbulu dengan panjang 25 cm, sedang rakisnya sedikit
berbulu, sisik pada tangkai bunga berjumlah 5 - 7, berbentuk lanset,
dan letaknya berdekatan (Natur Indonesia, 2011).
Sementara itu daun pelindung bunga (bracht) berwarna hijau
cerah, berbentuk bulat telur atau sungsang dan tidak berbulu. Dalam
daun pelindung terdapat 1 - 8 bunga. Mahkota bunga berbentuk
tabung, helaiannya agak sempit, berwarna kuning kehijauan serta
bibirnya berwarna ungu gelap dan berbintik-bintik putih kekuningan.
Kepala sari berwarna ungu berukuran panjang 9 mm, sedang tangkai
putiknya berjumlah dua buah (Natur Indonesia, 2011).
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
7
II.2. Klasifikasi Tanaman
Jahe dapat dibedakan jenisnya dari aroma, bentuk dan besarnya
rimpang. Atas dasar berbagai hal tersebut maka telah dikenal tiga klon
Jahe, yaitu: Jahe putih besar, Jahe putih kecil dan Jahe merah. Namun
menurut perkembangan terakhir, di Bogor pernah dijumpai Jahe putih
kecil yang lebih kecil daripada Jahe putih kecil pada umumnya (Natur
Indonesia, 2011).
Dalam klasifikasi atau sistematika kerajaan tumbuhan, posisi
jahe sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species :Zingiber officinale
Sumber : Harmono dan Handoko (2005).
II.2.1. Morfologi Jahe Gajah
1. Rimpang dan Akar
Jahe gajah mempunyai rimpang lebih besar, bila ripang diiris
melintang berwarna putih-kekuningan, panjang akar 12,93 - 21,52 cm,
diameter akar 4,53 -6,30 mm, seratnya sedikit lembut, aromanya
kurang tajam, rasanya kurang pedas, panjang rimpang 15,83 - 32,75
cm, tinggi rimpang 6,20 - 12,24 cm dan berat rimpang 0,18 - 1,04 kg
(Natur Indonesia, 2011).Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
8
2. Batang
Jahe gajah mempunyai batang yang agak keras, berbentuk
bulat, berwarna hijau muda, diselubungi oleh pelepah daun dan tinggi
tanaman ±12,75 - 68,63 cm (Natur Indonesia, 2011).
3. Daun
Jahe gajah mempunyai daun berselang-seling teratur,
permukaan daun atas berwarna hijau muda jika dibanding dengan
bagian bawah, luas daun 24,87 - 27,52 cm, panjang daun 17,42 - 21,99
cm, lebar daun 2,00 - 2,45 cm, panjang daun ±6,38 - 28,00 (Natur
Indonesia, 2011).
Januwati dan Soedirto (1990) menyatakan, bahwa fenotip jahe
gajah dapat dibedakan dari kulit rimpang, yaitu: kulit putih kurang
serat, kulit putih banyak serat, dan kulit kehitam-hitaman. Syarat
tumbuh tanaman dipengaruhi oleh lingkungan, terutama sifat-sifat
fenotipik, seperti warna (antosianin) yang berubah-ubah tergantung pH
tanah.
Akan tetapi, ekspresi gen yang membawa karakter tertentu
tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam keadaan
bagaimanapun sifat-sifat tersebut akan tetap muncul. Untuk
memastikan sifat-sifat tersebut di atas sebagai karakteristik yang
berbeda merupakan sumber keanekaragaman didalam jenis Zingiber
officinale, perlu dilakukan pengujian lebih lanjut (Natur Indonesia,
2011).
Disamping perbedaan ketiga klon jahe tersebut secara
deskriptif, sebenarnya masih terdapat perbedaan lainnya terutama Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
9
kandungan dan sifat kimianya dan perbedaan tersebut akan
memberikan fungsi penggunaan jahe yang berbeda pula. Misalnya,
jahe kecil dan jahe merah masing-masing mempunyai kandungan
minyak atsiri sekitar 1,5% - 3,5% dan 2,58% - 3,90%. Jahe ini banyak
digunakan sebagai rempah-rempah, penyedap makanan, minuman
dan bahan baku obat-obatan sedangkan jahe gajah yang mempunyai
kandungan minyak atsiri sekitar 0,82% - 1,66%. Jahe ini banyak
digunakan untuk masakan, minuman, permen dan asinan jahe (Natur
Indonesia, 2011).
II.3. Syarat Tumbuh Jahe
Hal-hal yang dikehendaki tanaman untuk dapat hidup, tumbuh
dan berproduksi maksimal disebut syarat tumbuh tanaman. Umumnya
syarat tumbuh ini meliputi ketinggian tempat, curah hujan dan jenis
tanah. Syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk mendapatkan
hasil yang diharapkan dari budidaya tanaman tersebut. Syarat tumbuh
tanaman jahe sebagai berikut.
a. Ketinggian Tempat
Tanaman jahe sebenarnya dapat tumbuh di dataran rendah
sampai wilayah pegunungan, dari ketinggian 0 - 1.500 meter dari
permukaan laut (dpl). Namun, khusus untuk jahe gajah, tempat yang
dikehendaki untuk tumbuh dan berproduksi optimal adalah pada
ketinggian 500 - 950 meter dpl. Sehubungan dengan itu, umumnya
sentra produksi jahe gajah adalah lereng-lereng pegunungan atau
tempat lain dengan ketinggian tersebut (Harmono dan Andoko, 2005).
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
10
Jika ditanam ditempat yang lebih rendah dari 500 m dpl, pada
suhu udara lebih dari 32 ᴏC, biasanya jahe gajah menunjukkan gejala-
gejala daun terbakar. Sementara itu, jika ditanam di atas ketinggian
1.000 m dpl dan suhu udara kurang dari 20 ᴏC, pertumbuhan
vegetatifnya terlalu subur, sehingga lambat membentuk anakan dan
rimpang (Harmono dan Andoko, 2005).
b. Curah Hujan dan Kelembaban
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu
2.500 - 3.000 mm per tahun, terutama saat rumpunnya berada pada
stadium mengering (senescence). Berkaitan dengan curah hujan yang
relatif tinggi tersebut, tanaman jahe membutuhkan kelembapan tinggi
untuk pertumbuhan optimalnya, yaitu sekitar 80%. Karenanya jahe
cenderung menghendaki tempat-tempat yang bercurah hujan tinggi
sampai tanaman berumur 5 - 6 bulan. Setelah itu, saat memasuki
stadium mengering, tanaman jahe tidak lagi menghendaki hujan
(Harmono dan Andoko, 2005).
c. Jenis Tanah
Tanaman jahe dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Namun,
untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini menghendaki
tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Tanah subur berarti
memiliki kandungan hara yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Tanah gembur memudahkan perakaran menembus dan
menyerap hara yang dibutuhkannya. Selain itu pembentukkan rimpang
juga menjadi leluasa. Sementara itu, tanah berdrainase baik bisa
mencegah lahan menjadi becek dan tergenang air, sehingga akar jahe
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
11
yang tidak tahan genangan bisa tumbuh dengan baik. (Harmono dan
Handoko, 2005).
Agar drainase baik, para petani jahe biasanya memilih lahan
berkontur miring atau membuat bedengan dengan parit di sebelah
kanan dan kirinya. Selain secara fisik tanah harus gembur, secara
kimiawi tanah yang baik untuk budidaya jahe gajah memiliki derajat
keasaman atau pH 5,5 - 7. Meskipun demikian, pH untuk produksi
maksimum 6,8 - 7,0 (Harmono dan Andoko, 2005).
Agar pertumbuhan jahe optimal, maka diperlukan tempat
terbuka yang mendapat sinar matahari sepanjang hari, dari pagi
hingga sore hari. Pada tempat seperti ini daun-daun akan memperoleh
sinar matahari yang diperlukan untuk proses fotosintesis, terutama
pada fase pembentukan rimpang (Harmono dan Andoko, 2005).
Tempat yang berada di bawah naungan pepohonan kurang baik
untuk budidaya jahe. Selain daun tidak memperoleh sinar matahari
secara maksimal, tempat terlindung menciptakan kelembapan sangat
tinggi dan bisa memacu serangan layu bakteri yang merupakan
penyakit jahe paling berbahaya (Harmono dan Andoko, 2005).
II.4. Mulsa Enceng Gondok
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang
dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan
pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dibedakan menjadi dua macam
dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik
(Wikipedia, 2012).Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
12
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah
terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa
organik diberikan setelah tanam. Keuntungan mulsa organik adalah
lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan dan dapat terurai sehingga
menambah kandungan bahan organik dalam tanah.
Contoh mulsa organik adalah alang-alang/ jerami, eceng gondok,
serbuk gergaji ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis
rumput-rumputan lainnya (Wikipedia, 2012).
Hasil penelitian Sondang dan Anty (2005) menunjukkan bahwa
eceng gondok mengandung 1,46% N, 0,84% P dan 13,6% K.
Disamping itu, Hasil penelitian Hasanuddin et al ( 1997)
memperlihatkan bahwa pemberian mulsa enceng gondok segar
sebanyak 20 ton ha dapat meningkatkan efisiensi pengendalian gulma.
Menurut Anonim (2010) limbah atau sisa dari pohon eceng
gondok (Eichhornia crassipes) yang sudah tidak terpakai, jika diolah
dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk. Ditambahkan oleh,
Rachman (2002) eceng gondok mengandung nitrogen (N), fosfat (P),
kalium (K), kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), natrium (Na),
sulfur (S), mangan, (Mn), tembaga (Cu) dan seng (Zn) kurang lebih
sama seperti tanaman yang hidup di daratan.
Walaupun kandungan unsur haranya tidak tinggi, namun eceng
gondok dapat digunakan sebagai pupuk untuk mempertahankan
kesuburan tanah dengan mengurangi efek residu pupuk anorganik
yang diberikan ke tanah dan memperkecil dampak negatif terhadap
lingkungan, sekaligus menghemat pemakaian pupuk anorganik yang
relatif mahal.Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
13
Eceng gondok baik dipergunakan sebagai mulsa karena
mengandung air yang sangat tinggi yang mencapai sekitar 85 - 90%.
Eceng gondok yang masih segar, ditempatkan disekitar tanman dan
apabila tiba waktunya akan berubah menjadi kompos secara alami
(Balai pengkajian teknologi pertanian, 2008). Hasil data
menggambarkan bahwa pemberian mulsa eceng gondok segar mampu
menekan pertumbuhan gulma 22 - 35 pada umur 30 dan 45 HST dan
takaran 30 ton/ha (Lamid dan Zanal, 1990). Data yang didapatkan
bahwa, eceng gondok mengandung kadar air sebesar 90% berat
dengan tingkat reduksi berat dari 10 kg basah menjadi 1 kg kering.
Dalam keadaan kering eceng gondok mengandung protein kasar
13,03%, serat kasar 20,6 %, lemak 1,1 %, abu 23,8 %, dan sisanya
berupa vortex yang mengandung polisakarida dan mineral-mineral
(Google User Content, 2008).
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
14
II.5. Budidaya Tanaman Jahe
II.5.1. Pembibitan
II.5.1.1. Persyaratan Bibit Jahe
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu
genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi) dan mutu
fisik.
Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas
hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi
antara lain:
a) Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b) Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9 - 10
bulan).
c) Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet (Natur Indonesia, 2011).
II.5.1.2. Teknik Penyemaian Bibit Jahe
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
15
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit
jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.
Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan bedengan atau dengan
penyemaian pada peti kayu (Natur Indonesia, 2011).
a) Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak
sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1 - 5 bulan. Patahkan
rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3 -
5 mata tunas dan dijemur ulang 0,5 - 1 hari.
Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam
karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida
dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah
itu dimasukkan kedalam peti kayu.
Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut:
pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di
atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya
sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut.
Setelah 2 - 4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai (Natur
Indonesia, 2011).
b) Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk
menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam
rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami
setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu
ditutup jerami dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
16
demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang
dengan bagian atas berupa jerami (Natur Indonesia, 2011).
Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida.
Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit
bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil
seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan
memiliki 3 - 5 mata tunas dan beratnya 40 - 60 gram (Natur Indonesia,
2011).
II.5.1.3. Penyiapan Bibit Jahe
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit
dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit
dijemur 2 - 4 jam, barulah ditanam (Natur Indonesia, 2011).
II.5.2. Pengolahan Tanah
II.5.2.1. Pembukaan Lahan
Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari
gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan
mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting
dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk (Natur Indonesia, 2011).
Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya
harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
17
dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga tercampur antara
lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, hal ini dapat mengakibatkan
tanaman kurang subur tumbuhnya. Setelah itu tanah dibiarkan 2 - 4
minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama
akan mati terkena sinar matahari (Natur Indonesia, 2011).
Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga
gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2
- 3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang
dengan dosis 1.500-2.500 kg (Natur Indonesia, 2011).
II.5.2.2. Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan
sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah
diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20 - 30 cm,
lebar 80 - 100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi
lahan (Natur Indonesia, 2011).
II.5.2.3. Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara
didalamnya, terutama fosfor (P) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak
tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat
menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit
fusarium sp dan pythium sp.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang
sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
18
berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal
dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Tanah yang
memiliki derajat keasaman < 4 (paling asam) dibutuhkan dolomit
minimal sebanyak 10 ton/ha. Sedangkan tanah yang memiliki derajat
keasaman 5 (asam) dibutuhkan dolomit 5,5 ton/ha; serta yang memiliki
derajat keasaman 6 (agak asam) dibutuhkan dolomit 0,8 ton/ha (Natur
Indonesia, 2011).
II.5.3. Penanaman Jahe
Pada bedengan dibuat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 5 -
7 cm. Bibit jahe ditanam pada lubang-lubang tersebut dengan tunas
menghadap ke atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat
pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe
putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40
cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm. Penanaman jahe
sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan(Natur Indonesia, 2011).
Waktu penanaman yang baik untuk tanaman jahe tergantung
pada ketersediaan air tanah, Karena jahe menghendaki 7 - 9 bulan
basah. Ketersediaan air sangat penting sehingga bila jahe hendak
ditanam di tegalan, sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan
(Natur Indonesia, 2011).
Jarak tanam optimum untuk tanaman jahe dipengaruhi oleh
faktor kesuburan tanah, iklim, dan umur tanaman yang di panen.
Untuk jahe yang dipanen muda ( 4 bulan ), maka jarak tanam
dirapatkan 30 cm x 40 cm dengan diameter lubang tanam 10 - 15 cm,
kedalaman 7,5 - 10 cm. Penanaman ini dilakukan pada pagi atau sore Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
19
hari, penanaman rimpang diletakkan dalam lubang tanam dengan
posisi rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang telah disiapkan.
Bibit ditanam dengan arah tunas menghadap ke atas agar rimpang
jahe leluasa untuk tumbuh menjadi besar kemudian ditutup dengan
tanah kembali (Natur Indonesia, 2011).
II.5.4. Pemberian Mulsa
Perlakuan pascatanam disini terutama adalah pemberian mulsa
dipermukaan bedengan. Tujuannya untuk melindungi tunas jahe yang
baru muncul ke permukaan tanah karena tunas ini masih peka
terhadap sinar matahari. Beberapa manfaat lain pemberian mulsa di
permukaan bedengan setelah bibit ditanam sebagai berikut.
1. Menjaga kelembaban tanah dan membuat suhu tanah stabil karena
menahan panas, baik dari luar maupun dari dalam tanah.
2. Menekan pertumbuhan gulma yang ada dipermukaan bedengan
karena tidak
mendapat sinar matahari.
3. Mencegah erosi, terutama saat hujan turun.
4. Meningkatkan produktivitas jahe hingga 35 - 44 %.
Mulsa untuk menutup permukaan bedengan bisa berupa jerami,
baik yang masih segar maupun kering, gulma yang telah dicabut dari
tanah, alang-alang, daun kelapa, daun pisang, daun gamal, dan
lembaran plastik . Untuk mulsa yang berasal dari bahan organik dapat
diberikan 10 kg mulsa organik/ 4 meter dibedengan (Harmono dan
Andoko, 2005).
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
20
II.6. Pemeliharaan Tanaman
II.6.1. Penyiangan gulma
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2 -
4 minggu kemudian dilanjutkan 3 - 6 minggu sekali. Tergantung pada
kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe
berumur 6 - 7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi,
sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar (Natur Indonesia,
2011).
II.6.2. Penyulaman
Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 –
1,5 bulan setelah tanam dengan memakai benih cadangan yang sudah
diseleksi dan disemaikan (Natur Indonesia, 2011).
II.6.3. Pengairan
Setiap tanaman membutuhkan air, demikian pula dengan jahe.
Namun, kerena ditanam pada awal musim hujan dan terletak didaerah
bercurah hujan tinggi, kebutuhan tersebut sudah tercukupi oleh air
hujan. Umumnya, petani jahe tidak melakukan penyiraman tambahan
lagi bagi tanamannya, terlebih jika permukaan bedengan diberi mulsa
yang bisa mempertahankan kelembaban tanah (Harmono dan Andoko,
2005).
II.6.4. Pembumbunan
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
21
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air
dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan.
Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang
kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman
jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun
dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat
diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk
guludan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi
untuk menyalurkan kelebihan air (Natur Indonesia, 2011).
Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe
berbentuk rumpun yang terdiri atas 3 - 4 batang semu, umumnya
pembubunan dilakukan 2 - 3 kali selama umur tanaman jahe. Namun
tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan (Natur
Indonesia, 2011).
II.6.5. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan
keperluan. Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang
disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum).
Sampai saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai,
kecuali dengan menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah
masuknya benih penyakit, seperti penggunaan lahan sehat,
penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik),
menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman,
pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
22
supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui petak
sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin (Natur Indonesia, 2011).
Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan
dibakar untuk menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang
cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons
(Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu
perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari
pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta
bercak daun yang disebabkan `oleh cendawan (Phyllosticta sp) (Natur
Indonesia, 2011).
Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda
(sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup
signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan
menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan
(diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit dan inspeksi
secara rutin (Natur Indonesia, 2011).
II.6.6. Pemupukan
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu
diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2 - 4 bulan).
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15 - 20 ton/ha.
Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan
(urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon),
serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan.
Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50
kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
23
N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis)
diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk
diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau
dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman (Natur Indonesia,
2011).
II.7. Panen
Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu
sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka
tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan
dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan
sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah
cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10 -
12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi
kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan
mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari
atau lebih (Natur Indonesia, 2011).
Pemanenan jahe dilakukan dengan cara tanah dibongkar dengan
hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan
sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya
yang menempel pada rimpang dibersihkan kemudian bila perlu dicuci.
Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira
selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab
dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar
(Natur Indonesia, 2011).
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
24
Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan.
Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan
menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan
aktif karena lebih banyak kadar airnya (Natur Indonesia, 2011).
Dengan menggunakan varietas unggul jahe putih besar
(Cimanggu-1) dihasilkan rata-rata 27 ton/ha rimpang segar , calon
varietas unggul jahe putih kecil (JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya
yang direkomendasikan, dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar
dengan kadar minyak atsiri 1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%.
Sedangkan jahe merah 22 ton/ha dengan kadar minyak atsiri 3,2 –
3,6%, kadar oleoresin 5,86 – 6,36% (Natur Indonesia, 2011).
III. METODE PELAKSANAAN
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
25
3.1. Ruang lingkup proyek
3.1.1.Tempat dan waktu
Kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dilaksanakan di kebun
percobaan Politeknik Pertanian Universitas Andalas Tanjung Pati
Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota Payakumbuh, Sumatera
Barat. Waktu pelaksanaan selama 5 bulan dimulai bulan September
2012 - Januari 2013. Lahan yang digunakan dalam proyek ini adalah
dengan luas 124 m2 (10 m x 12,4 m).
3.1.2.Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam proyek ini adalah bibit jahe, pupuk
kandang, mulsa eceng gondok, pupuk NPK, tali rafia, decis 2,5 EC dan
Dithane M-45. Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, knapsack
sprayer, kored, meteran, gembor, ember dan garu.
3.1.3.Jenis kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini adalah
peninjauan, pengukuran dan pembersihan lahan, persiapan bahan
tanam, seleksi dan penunasan, pengolahan tanah I , pengolahan tanah
II, pembuatan lubang tanam dan penanaman, pemupukan, pemberian
mulsa, penyiraman, penyulaman, penyiangan dan pembumbunan,
pengendalian hama dan penyakit, panen dan pengamatan.
3.2. Pelaksanaan proyek
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
26
3.2.1.Peninjauan, pengukuran dan pembersihan lahan
Sebelum melakukan proyek terlebih dahulu dilakukan
peninjauan lahan. Peninjauan dilakukan dengan melihat topografi, jenis
vegetasi dan ketersediaan air yang terdapat pada lahan tersebut.
Setelah itu lakukan pengukuran lahan yang dibutuhkan. Luas
lahan yang digunakan dalam proyek ini adalah 124 m2 dengan panjang
10 meter dan lebar 12,4 meter. Berikut ini ditampilkan denah lokasi
pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (Gambar 1).
Keterangan : Luas lahan : 124 m2
a. Lebar lahan budidaya : 12,4 mb. Panjang lahan budidaya : 10 mc. Jarak antar bedengan : 0,5 md. Lebar bedengan : 1,2 me. Panjang bedengan : 10 mf. Barisan tanam jahe dan jarak tanam jahe : 30 x 40 cmg. Jarak bedengan ke drainase : 0,5 mh. Populasi Keseluruhan Jahe : 455 Populasi i. Luas lahan efektif : 75,6 m2
Gambar 1. Denah lokasi pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri.
Setelah dilakukan pengukuran lahan, kemudian lahan
dibersihkan dari rumput- rumputan dan kotoran yang mengganggu
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
27
areal pertanaman dengan cara manual dan mekanis dengan
menggunakan kored dan cangkul.
3.2.2.Persiapan bahan tanam, seleksi dan penunasan
Siapkan rimpang jahe yang ingin dijadikan bahan tanam
sebanyak 24 kg. Budidaya tanaman jahe yang berhasil sangat
dipengaruhi oleh bibit yang akan ditanam. Untuk itu dilakukan
penyeleksian yaitu dengan memilih rimpang yang baik dan sehat serta
tidak terserang hama dan penyakit, dan telah berumur 10 -12 bulan.
Setelah dilakukan tahap penyeleksian selanjutnya masuk ke tahap
penunasan yaitu rimpang yang sudah dipilih kemudian dipotong
sepanjang 3 –
5 cm atau minimal mempunyai 2 - 3 mata tunas dengan berat 1
rimpang ± 20 – 50 gr. Selesai pemotongan rimpang, buat larutan
Dithane M-45 dengan konsentrasi larutan 2 gram Dithane M-45 dan 1 L
air. Masukkan potongan rimpang ke dalam larutan tersebut dan
biarkan selama ± 15 menit. Rimpang dibawa ke tempat penyemaian/
pendederan, kemudian ditutup pasir. Tunas akan tumbuh menjadi
bibit setelah berumur sekitar 1-2 minggu, dalam penunasan ini bisa
ditambhakan pelepah kelapa atau alang-alang yang akan diletakkan di
atas permukaan persemaian sebagai penutup areal persemaian.
3.2.3.Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dua kali dengan tujuan untuk
menyediakan media tumbuh yang cocok bagi tanaman jahe. Tahapan
dari kegiatan pengolahan tanah tersebut adalah sebagai berikut :
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
28
a. Pengolahan tanah I
Terlebih dahulu lahan dibersihkan dari vegetasi atau gulma-gulma
dari sisa-sisa tanaman yang telah mati. Kemudian dilakukan
pengolahan tanah dengan mencangkul tanah sedalam 30 cm,
selanjutnya dilakukan pembuatan saluran drainase dengan ukuran 50
cm.
b. Pengolahan tanah II
Tanah yang sudah diolah pada pengolahan 1 digemburkan kembali
agar strukturnya lebih gembur dan aerase tanah lebih baik.
Selanjutnya dilakukan penggaruan agar tanah yang masih berbentuk
bongkahan dapat hancur dan selanjutnya tanah diratakan.
c. Pembuatan bedengan
Setelah tanah diratakan, bedengan dibuat dengan ukuran 1,2 x 9
meter sebanyak 7 bedengan dengan jarak antar bedengan adalah 0,5
m, dan tebal bedengan 25 - 30 cm.
d. Pemberian pupuk kandang
Tujuan dari pemberian pupuk kandang ini adalah memperbaiki
tekstur dan struktur tanah serta menambah unsur hara pada tanah
tersebut. Pupuk kandang diberikan sebanyak 34,28 kg pada setiap
lubang alur yang sudah disediakan. Pupuk kandang diberikan hanya 1
kali pada waktu pengolahan tanah II dilakukan. Setelah selesai
pemberian pupuk kandang, biarkan selama 1 minggu agar pupuk
kandang yang belum terlalu matang bisa tercapai kematangannya. Bila
pupuk kandang belum matang, maka jahe yang ditanam akan mati.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
29
3.2.4.Pembuatan lubang tanam dan penanaman
Jarak tanam yang dugunakan untuk jahe gajah panen muda
lebih rapat yaitu 30 x 40 cm. Pada kegiatan penanaman ini digunakan
sistem alur bukan sistem lubang tanam.
Cara penanaman adalah dengan meletakkan rimpang sedalam 2
– 3 cm di bawah permukaan tanah pada alur yang sudah disediakan,
posisi rimpang dalam lubang tanam dengan mata tunas berada di atas
kemudian ditutup lagi dengan tanah setebal 5 – 7 cm. Pada saat
penanaman bibit perlu menanam cadangan sebagai antisipasi apabila
bibit yang kita tanam tidak tumbuh.
3.2.5.Pemupukan
Tujuan dari pemupukan adalah untuk mencukupi kekurangan
unsur-unsur hara yang diperlukan oleh jahe agar pertumbuhan serta
perkembangannya dapat optimal.
Pemupukan pertama dilakukan 3 - 7 hari setelah tanam dengan
cara membuat lubang untuk meletakkan pupuk dengan jarak 5 cm dari
tanaman sedalam 5 – 10 cm. Pupuk yang diberikan pada awal
penanaman adalah pupuk NPK dengan dosis 2,5 gr/tanaman, setelah
pupuk diberikan lalu lubang ditutup dengan tanah.
Pemupukan susulan sama halnya dengan pemupukan pertama
dilakukan saat umur tanaman 10 minggu setelah tanam dengan cara
yang sama seperti pemupukan pertama dan pupuk yang digunakan
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
30
adalah pupuk NPK dengan dosis 2,5 gr/tanaman, setelah pupuk
diberikan lalu lubang ditutup dengan tanah.
3.2.6.Pemberian mulsa
Mulsa yang digunakan pada usaha budidaya tanaman jahe ini
adalah eceng gondok. Pemberian mulsa eceng gondok ini diberikan
dalam kondisi segar. Mulsa eceng gondok yang dibutuhkan adalah 240
kg dan dosis per bedengannya adalah 34,28 kg/bedengan. Berikut cara
pembuatan mulsa :
a) Pertama eceng gondok diambil dari kolam atau empang lalu
dipotong/dicacah dengan ukuran ± 5 – 7 cm.
b) Setelah dipotong-potong maka diamkan potongan eceng
gondok itu selama ± 15-20 menit.
c) Kemudian masukkan ke dalam karung goni untuk dibawa ke
lapangan.
d) Taburkan eceng gondok diatas bedengan yang telah
disediakan.
e) Penebaran dari eceng gondok haruslah merata diatas
permukaan bedengan.
3.2.7.Penyulaman
Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman jahe yang
abnormal, yang terserang hama dan penyakit serta tanaman yang
mati. Penyulaman dilakukan 2 – 3 minggu setelah tanam dengan
menggunakan tanaman yang sama umurnya.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
31
3.2.8.Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari sampai bibit berumur 3 minggu
kecuali hari hujan. Setelah kegiatan itu penyiraman dilakukan
tergantung dari cuaca dan kelembapan tanah.
3.2.9.Penyiangan dan pembumbunan
a. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang ada di sekitar
tanaman apabila penyiangan dilakukan diantara bedengan maka bisa
digunakan dengan cangkul di areal pertanaman jahe. Penyiangan
dilakukan setelah umur tanaman 3 – 4 minggu. Penyiangan dilakukan
harus hati-hati agar tidak terkena tunas baru dan rimpang tanaman
jahe.
b. Pembumbunan
Pembumbunan merupakan bagian dari pemeliharaan tanaman
jahe. Pembumbunan dilakukan agar rimpang yang mulai terbentuk
dapat tumbuh dengan baik dan tidak muncul di permukaan tanah
untuk mencegah sinar matahari langsung pada rimpang jahe. Karena
bila rimpang terkena sinar matahari langsung rimpang akan mengering
dan mati. Pembumbunan dilakukan dengan mengangkat tanah
bagian tengah ke atas permukaan tanah yang dibuat untuk
pertanaman jahe.
3.2.10. Pengendalian hama dan penyakit
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
32
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi yaitu
dengan memakai pestisida jika terjadi serangan hama dan penyakit
yang mengakibatkan kerugian atau diatas ambang ekonomi.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penyemprotan
pestisida dan insektisida diantaranya adalah Dithane M-45 dan decis
2,5 EC.
3.2.11. Panen
Pada proyek ini panen dilakukan dengan panen muda yang
dilakukan pada waktu tanaman jahe berumur 5 bulan. Cara
pemanenan yaitu dengan cara mencabut tanaman secara hati-hati
dengan menggunakan cangkul atau tangan secara langsung. Rimpang
jahe yang dipanen kemudian dibersihkan dari tanah yang menempel
lalu dikering anginkan.
3.2.12. Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan bertujuan untuk melihat pengaruh
eceng gondok terhadap pertumbuhan jahe dan juga melihat apakah
ada hal lain yang terjadi terhadap jahe. Adapun pengamatan
pertumbuhan tanaman yang dilakukan adalah :
1. Persentase tumbuh dengan membandingkan antara jumlah tanaman jahe yang tumbuh dengan populasi tanaman jahe seluruhnya.
2. Tinggi tanaman3. Jumlah Anakan
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
33
3.3. Jadwal pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jadwal kegiatan proyek budidaya tanaman jahe gajah selama 5 bulan
dengan luas lahan 124 m2.
No Jenis Kegiatan
BULAN
Sept Okt Nov Des Jan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Peninjauan, Pengukuran dan pembersihan lahan
2 Persiapan bahan tanam
3 Seleksi bibit dan penunasan
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
34
4 Pengolahan Tanah I
5 Pengolahan Tanah II dan Pemberian Pupuk Kandang
6 Penanaman
7 Pemupukan Pertama
8 Pemberian Mulsa
9 Penyiraman*
10
Penyulaman
11
Penyiangan**
12
Pembumbunan
13
Pemupukan Susulan
14
PHP***
15
Panen
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
35
16
Pengamatan
IV. HASIL
IV.1. Laporan finansial
IV.1.1. Biaya alat
Tabel 2. Kebutuhan biaya alat dalam pemanfaatan mulsa serbuk gergaji pada
budidaya jahe gajah dengan luasan 124 m2 selama 5 bulan.
NO JENIS ALAT SATUANJUMLAH TERPAKAI
HARGABIAYA
UERENCANA REALISASI RENCANA REALISASI
1 Cangkul* Unit 0,05 0,05 45.000,00 2.250,00 2.325,00 12
2 Kored* Unit 0,05 0,05 15.000,00 750,00 775,00 12
3 Gembor* Unit 0,12 0,05 10.000,00 1.200,00 516,67 12
4 Meteran Unit 0,05 0,12 45.000,00 2.250,00 5.580,00 5
5 Ember Unit 0,12 0,12 10.000,00 1.200,00 1.240,00 5
6 Parang* Unit 0,05 0,05 25.000,00 1.250,00 1.291,67 12
7Knapsack Sprayer*** Unit 0,01 0,02 300.000,00 3.000,00 5.166,67 36
8 Garu* Unit 0,05 0,05 20.000,00 1.000,00 1.033,33 12
Jumlah 12.900,00 17.928,33
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
36
Rumus kebutuhan alat : ( Luas Lah an1000 ) x ( LamaUsa ha
Usia Ekonomis) x Jumlah alat ) Rumus biaya alat : (Kebutuhan alat x Harga satuan)
IV.1.2. Biaya Bahan
Tabel 3. Kebutuhan bahan tanaman dalam budidaya jahe gajah pada luasan 124 m2 selama 5 bulan.
NO JENIS ALAT SATUAN JUMLAH TERPAKAI HARGA BIAYA
RENCANA REALISASI RENCANA REALISASI
1 Bibit Jahe Kg 28,00 24,00 10.000,00 280.000,00 240.000,00
2Pupuk Kandang Kg 180,00 240,00 100,00 18.000,00 24.000,00
3 Pupuk Urea Kg 2,00 0,00 3.000,00 6.000,00 0,00
4 Pupuk KCL Kg 1,80 0,00 5.000,00 9.000,00 0,00
5 Pupuk NPK Kg 0,00 5,00 8.000,00 0,00 40.000,00
6 Pupuk SP36 Kg 2,40 0,00 4.000,00 9.600,00 0,00
7 Dithane M45 Kg 0,07 0,05 65.000,00 4.680,00 3.250,00
8 Eceng gondok Kg 240,00 240,00 100,00 24.000,00 24.000,00
9 Decis Liter 0,00 0,05 30.000,00 0,00 1.500,00
10 Ajir Batang 20,00 0,00 100,00 2.000,00 0,00
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
37
11 Tali Rafia Gulung 1,00 1,00 1.000,00 1.000,00 1.000,00
Jumlah 354.280,00 333.750,00
Rumus kebutuhan bahan : (Jumlah dosis x Banyak populasi)
Rumus biaya bahan : Jumlah kebutuhan bahan x Harga satuan
IV.1.3. Biaya Tenaga Kerja
Tabel 4. Biaya tenaga kerja dalam budidaya tanaman jahe ajah pada luasan
124 m2 selama 5 bulan.
NO JENIS KEGIATAN SATUAN JUMLAH HARGA BIAYA
RENCANA REALISASI RENCANA REALISASI1 Peninjauan,
pengukuran dan pembersihan Lahan
HKO 0,58 0,57 40.000,00 23.200,00 22.857,14
2 Persiapan Bahan Tanam dan Seleksi bibit dan penunasan
HKO 0,28 0,57 40.000,00 11.200,00 22.857,14
3Pengolahan Tanah I HKO 0,83 0,57 40.000,00 33.200,00 22.857,14
4Pengolahan Tanah II HKO 0,83 0,57 40.000,00 33.200,00 22.857,14
5 Penanaman HKO 0,25 0,29 40.000,00 10.000,00 11.428,57
6 Pemupukan Awal HKO 0,49 0,14 40.000,00 19.600,00 5.714,29
7 Pemberian Mulsa HKO 0,16 0,29 40.000,00 6.400,00 11.428,57
8 Penyiraman HKO 0,48 0,86 40.000,00 19.200,00 34.285,71
9 Penyulaman HKO 0,25 0,07 40.000,00 10.000,00 2.857,14
10 Penyiangan HKO 0,49 0,14 40.000,00 19.600,00 5.714,29
11 Pembumbunan HKO 0,49 0,29 40.000,00 19.600,00 11.428,57
12 Pemupukan HKO 0,67 0,07 40.000,00 26.800,00 2.857,14
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
38
Susulan
13 PHP HKO 0,05 0,14 40.000,00 2.000,00 5.714,29
14 Panen HKO 0,32 0,57 40.000,00 12.800,00 22.857,14
15 Pengamatan HKO 0,08 0,07 40.000,00 3.200,00 2.857,14
Jumlah 250.000,00 208.571,43
Rumus kebutuhan tenaga kerja :
Luas lahan PUMLuasanl ahan sumber x Kebutuhan tenaga kerja sumber
Rumus biaya tenaga kerja :
(Kebutuhan tenaga kerja x Upah satuan)
4.1.3.Biaya Lain-lain
Tabel 5. Biaya lain-lain dalam budidaya tanaman jahe gajah pada luasan 124 m2
selama 5 bulan.
No Jenis Pembiayaan Perhitungan
Total (Rp)Rencana Realisasi
1 Sewa Tanah L. Lahan x harga sewa x lama usaha/thn 4.000,00 5.166,67
2 PBB 0,5% x 20%(L. Lahan x harga tanah- Rp 8.000.000) x lama usaha/thn 333,30 0,00
3 Biaya Tak Terduga
10% x (Biaya Bahan + Biaya Alat + Biaya T. Kerja ) 61.718,00 0,00
4 Bunga Modal
18 %x(B. Alat + B. Bahan + B. TK + Sewa Lahan + PBB ) x Lama
Usaha/thn51.242,35 101.774,96
Jumlah 117.293,65 106.941,62
4.1.4.Rekapitulasi Biaya
Tabel 6. Rekapitulasi biaya dalam budidaya tanaman jahe Gajah pada luasan 124 m2 selama 5 bulan.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
39
No Keterangan Total (Rp)Rencana Realisasi
A Biaya Tetap*Biaya Alat 12.900,00 17.928,33*Biaya Sewa 4.000,00 5.166,67Jumlah Biaya Tetap 16.900,00 23.095,00
B Biaya Produksi (Biaya Variabel)*Biaya Bahan 354.280,00 333.750,00*Biaya Tenaga Kerja 250.000,00 208.571,43Jumlah Biaya Produksi 604.280,00 542.321,43
C Total Biaya Proyek 621.180,00 565.416,43
4.2. Produksi dan Pendapatan
Tabel 7. Produksi dan pendapatan tanaman jahe gajah pada luasan 124 m2 selama 5 bulan.
No Jenis Produksi SatuanPopulasi Jumlah
Harga (Rp) Jumlah (Rp)
1. Rimpang Jahe Gajah Kg
440
132
6.000,00 792.000,00
Jumlah 792.000,00
Keterangan : Berat Rimpang 0,3 kg.
4.3. Analisa Biaya dan Pendapatan
4.3.3.Pendapatan Pengelola
Pendapatan (TR) = Rp 792.000
Total Biaya (TC) = Rp 565.416,43
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
40
Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya
= Rp 792.000
= Rp 565.416,43
= Rp 226.583,57
4.3.4.B/C Ratio
B/C Ratio = TR(Pendapatan)TC (TotalBiaya)
= R p .792 .000Rp565.416,43
¿1,40
4.3.5.Analisa Titik Impas ( Break Event Point )
a. BEP Produksi
BEP Produksi ¿BiayaTotal (Rp)
HargapasarProduk(Rp /Kg)
¿ Rp565.416,43Rp6.000/kg
¿94,24 Kg
b.BEP Harga (Harga Pokok Produk)
BEP Harga ¿BiayaTotal(Rp)
JumlahProduksi( Kg)
= Rp565.413,43129 kg
¿ Rp 4.283,46/ kg
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
41
IV.2. Hasil Pengamatan pertumbuhan jahe ( agronomis/
produksi)
IV.2.1. Persentase tumbuh
Dalam budidaya jahe gajah ini jumlah tanaman jahe yang
tumbuh sekitar 440 populasi sedangkan populasi tanaman seluruhnya
adalah 455 tanaman. Sehingga dari perbandingan antara jumlah
tanaman jahe yang tumbuh dengan populasi tanaman seluruhnya,
maka akan diperoleh persentase tumbuh tanaman jahe.
Perhitungannya :
Persentase Tumbuh = Jumlah Tanaman yang tumbuhP opulasi Seluruhnya
x100%
=440Tanaman455Tanaman
x100%
= 96,70 %
IV.2.2. Pertumbuhan tanaman jahe
Rata- rata tinggi tanaman, jumlah anakan dan berat rimpang,
dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 8. Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman jahe umur 5 bulan.
No Parameter Pengamatan Hasil Pengamatan
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
42
1 Tinggi Tanaman (cm) 43
2 Jumlah Anakan (rumpun) 6
3 Berat Rimpang (kg) 0,3
IV.3. Kendala di lapangan
Kendala yang ditemukan di lapangan pada pelaksanaan Proyek
Usaha Mandiri (PUM) yaitu tingginya curah hujan pada awal
penanaman dan adanya kemarau di pertengahan kegiatan pertanaman
jahe menyebabkan tanaman mengalami kekeringan dan mati dan
kurang penyesuaian terhadap lingkungannya. Musim kemarau
menyebabkan kekeringan pada tanaman jahe sehingga dibutuhkan air.
Sumber air dari areal lahan cukup jauh dan harus diangkut dengan
ember sedangkan musin hujan meyebabkan beberapa daerah diareal
bedengan tergenang. Disamping itu cepatnya perkembangan gulma
teki-tekian menyebabkan berkembangnya banyak hama seperti
belalang dan kepik.
V. PEMBAHASAN
5.1. Aspek teknis pelaksanaan
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
43
Pada pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini, dari segi
teknis pada realisasi tidak sesuai dengan perencanaan. Beberapa hal
yang menyebabkan ketidak sesuaian tersebut yaitu kondisi lahan dan
bahan yang digunakan.
Dari segi lahan, pada perencanaan, lahan untuk penanaman
jahe seluas 120 m2 dengan panjang 12 m dan lebar adalah 10 m2
serta memiliki 5 bedengan. Namun, dalam kenyataannya panjang
lahan penanaman jahe adalah panjang 10 m2 dan lebar 12,4 m2 serta
ada 7 bedengan. Hal ini disebabkan oleh karena kesalahan dalam
pengukuran saat penenjuan lahan dilakukan di samping pabrik kakao.
Alasan lainnya adalah mengubah arah bedengan dari Utara – Selatan,
agar tanaman mendapatkan penyinaran dari matahari lebih merata .
Hal itu yang menyebabkan, ukuran lahan tidak sesuai dengan apa
yang ada dalam perencanaan.
Kemudian secara teknis, dari segi bahan yang digunakan untuk
budidaya tanaman jahe adalah penggunaan pupuk. Pupuk yang
digunakan dalam budidaya tanaman jahe adalah pupuk Urea, SP36 dan
KCl. Namun, dalam kenyataannya pupuk yang digunakan adalah pupuk
NPK lengkap .
Hal yang selanjutnya adalah penggunaan insektisida decis 2,5
EC untuk mengendalikan hama belalang, kutu perisai, lalat rimpang
dan kepik.
5.2. Kendala di lapangan
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
44
Beberapa kendala yang terjadi pada pelaksanaan Proyek Usaha
Mandiri (PUM) ini yaitu banyaknya dari hama belalang, lalat rimpang
dan bekicot. Hama ini menyebabkan tanaman menjadi berlubang-
lubang dan daun menguning bahkan tanaman akan layu, sedangkan
dari gulma sendiri yaitu banyaknya rumput teki yang tumbuh secara
cepat .
Disamping itu iklim yang kurang baik yakni musim hujan yang
terus menerus serta terkadang musim kering juga melanda sehingga
tanaman kurang beradaptasi .
Adapun hama pengganggu lainnya adalah hewan peliharaan
warga sekitar yaitu anjing yang sering juga tidur dan berkeliaran
dilapangan sehingga merusak tanaman tanpa disengaja. Kematian
pada tanaman jahe diawal penanaman dapat diatasi dengan
melakukan penyulaman , untuk OPT (gulma) dapat dilakukan
penyiangan dalam 2 minggu sekali. Intensitas penyiangan yang tinggi
dilakukan agar gulma teki dapat dikendalikan. Belalang yang banyak
dapat dikendalikan dengan lahan yang bersih dari penyiangan yang
sering dilakukan dan juga penyemprotan dengan insektisida Decis 2,5
EC, sedangkan kekeringan dapat diatasi dengan melakukan
penyiraman pada tanaman jahe tersebut dengan mengambil air dari
sumber air yang cukup dari areal penanaman.
5.3. Aspek agronomis
Pada Proyek Usaha Mandiri (PUM) budidaya jahe gajah yang
telah dilaksanakan pemberian eceng gondok mempengaruhi
pertumbuhan tanaman jahe dimana hasil pengamatan persentase
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
45
tumbuh 96,70% , tinggi tanaman 43 cm dan berat rimpang 0,3 kg
per rumpun.
Menurut BPEN, Deperindag. 1993, karakteristik berat rimpang
yang baik adalah sebagai berikut:
Sumber : BPEN, Deperindag. 1993
No Karakteristik Syarat
Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3
1 Ukuran berat (gram
per rimpang)
> 250 150 -
250
Dicantumkan
sesuai hasil
analisis
5.4. Aspek finansial
5.4.1. Kebutuhan alat
Terjadinya perubahan kebutuhan alat yaitu terjadinya kenaikan
jumlah kebutuhan alat yang sebesar Rp.12.900,- menjadi Rp
17.928,33. Hal ini disebabkan naiknya jumlah pemakaian alat pada
cangkul, kored, garu dan knapsack sprayer yang disebabkan karena
kegiatan penyiangan yang dilakukan.
5.4.2. Kebutuhan bahan Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
46
Terjadinya perubahan kebutuhan bahan, yaitu terjadi penurunan
jumlah kebutuhan bahan yang semula sebesar Rp.354.280 menjadi
Rp.333.750 ,-. Penurunan ini disebabkan karena adanya bahan yang
tidak digunakan seperti ajir, pupuk Urea, pupuk KCl serta SP36 tidak
digunakan dalam proyek ini, dikarenakan penggunaan pupuk Urea,
pupuk KCl serta SP36 diganti dengan pupuk NPK.
5.4.3. Kebutuhan tenaga kerja
Terjadinya perubahan kebutuhan tenaga kerja yaitu terjadi
penurunan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang semula sebesar
Rp.250.000 menjadi Rp.208.571,43, disebabkan turunnya jumlah
penggunaan tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan secara
keseluruhan.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
47
1. RENCANA BISNIS
Dalam pelaksanaan PUM Budidaya Tanaman Jahe Gajah seperti
yang telah dibuat Laporan Finansialnya diatas, maka langkah pertama
yang dilakukan agar pelaksana PUM memperoleh pendapatan minimal
Rp. 12.000.000,- adalah dengan memperluas areal usahanya. Adapun
cara menghitung berapa luas areal yang dibutuhkan untuk Rencana
Bisnis adalah sebagai berikut :
Dengan luas areal PUM : 124 m2 , dihasilkan keuntungan sebesar
Rp. 226.583,57,- selama 5 bulan, atau Rp.453.167,14,- setahun, agar
pengelola mampu hidup dengan layak ( pendapatan minimum Rp.
12.000.000), maka dibuat Rencana Bisnis dengan komoditi yang sama
dengan luas areal :
Luas Areal = Rp .12 .000.000Rp .453.167,14
xm2
= 26,48 x 75,6 m2
= 2001,91 m2
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
48
6.1. Aspek pembiayaan
6.1.1. Biaya alat
Tabel 10. Kebutuhan biaya alat dalam Budidaya Jahe Gajah untuk luasan
2001,91 m2
No Jenis Alat Satuan Jumlah Harga Biaya1 Cangkul* Buah 5 45.000,00 222.300,002 Kored* Buah 1 15.000,00 13.650,003 Gembor Buah 3 10.000,00 31.942,864 Meteran Buah 5 45.000,00 222.300,005 Ember Buah 2 10.000,00 18.850,006 Parang Buah 2 25.000,00 61.750,007 Knapsack Spayer*** Buah 1 300.000,00 364.000,008 Garu* Buah 1 20.000,00 18.200,00
Jumlah 952.992,86
6.1.2. Biaya bahan
Tabel 11. Kebutuhan biaya bahan selama 1 tahun dalam Budidaya Jahe Gajah
untuk luasan 2001,91m2
NO JENIS BAHAN SATUAN JUMLAH HARGA BIAYA1 Bibit Jahe Kg 1.248,00 10.000,00 12.480.000,002 Pupuk Kandang Kg 12.480,00 100,00 1.248.000,003 Pupuk NPK Kg 260,00 8.000,00 2.080.000,004 Dithane M45 Kg 2,60 65.000,00 169.000,005 Eceng gondok Kg 12.480,00 100,00 1.248.000,006 Decis Liter 2,60 30.000,00 78.000,008 Tali Rafia Gulung 1.248,00 1.000,00 1.248.000,00
Jumlah 18.551.000,00
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
49
6.1.3. Biaya tenaga kerja per tahun
Tabel 12. Kebutuhan biaya tenaga kerja selama 1 tahun dalam Budidaya Jahe
Gajah untuk luasan 2001,91 m2
NO JENIS KEGIATAN SATUAN JUMLAH HARGA BIAYA1 Peninjauan,
pengukuran dan pembersihan Lahan
HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,00
2 Persiapan Bahan Tanamn dan Seleksi bibit dan penunasan
HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,00
3 Pengolahan Tanah I HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,004 Pengolahan Tanah II HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,005 Penanaman HKO 15,08 40.000,00 603.200,006 Pemupukan Awal HKO 7,28 40.000,00 291.200,007 Pemberian Mulsa HKO 15,08 40.000,00 603.200,008 Penyiraman HKO 44,72 40.000,00 1.788.800,009 Penyulaman HKO 3,64 40.000,00 145.600,00
10 Penyiangan HKO 7,28 40.000,00 291.200,0011 Pembumbunan HKO 15,08 40.000,00 603.200,0012 Pemupukan Susulan HKO 3,64 40.000,00 145.600,0013 PHP HKO 7,28 40.000,00 291.200,0014 Panen HKO 29,64 40.000,00 1.185.600,0015 Pengamatan HKO 3,64 40.000,00 145.600,00
Jumlah 10.836.800,00
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
50
6.1.4. Biaya lain-lain per tahun
Tabel 13. Kebutuhan biaya lain-lain selama 1 tahun dalam Budidaya Jahe Gajah untuk luasan 2001,91 m2
No Jenis Biaya Perhitungan Total (Rp)1 Sewa Lahan 0,20 Ha x Rp 1.000.000 200.000,00
2 PBB0,5%x20% (2.001,91x 75.000)-
8.000.000 142.143,283 Transportasi 12 x 10.000 120.000,00
4Bunga Modal milik sendiri 12% x Rp. 10.517.904,76 1.262.148,57
5Bunga Modal Pinjaman 15% x Rp. 20.571.460 3.085.719,00
6 Biaya Pemasaran 12 x 10.000 120.000,007 Provisi Bank (adm) 1,5% x Rp. 20.571.460 308.571,90
Jumlah 5.238.582,75
6.1.5. Rekapitulasi biaya sampai periode pertama (Tahun 0)
Tabel 14. Kebutuhan biaya sampai periode pertama (5 bulan) dalam Budidaya
Jahe Gajah untuk luasan 2001,91 m2
No Keterangan Total Modal Sendiri KreditA Biaya Tetap
Biaya Alat 952.992,86 952.992,86 0,00Biaya Sewa Tanah 200.000,00 200.000,00 0,00Jumlah Biaya Tetap 1.152.992,86 1.152.992,86 0,00
BBiaya Produksi (Biaya Variabel)
Biaya Bahan18.551.000,0
0 5.565.300,0012.985.700,0
0
Biaya Tenaga Kerja10.836.800,0
0 3.251.040,00 7.585.760,00Transportasi 120.000,00 120.000,00 0,00
Jumlah Biaya Produksi29.507.800,0
0 8.936.340,0020.571.460,0
0Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
51
C Biaya Non ProduksiBiaya Pemasaran 120.000,00 120.000,00 0,00Provisi Bank (adm) 308.571,90 308.571,90 0,00Jumlah Biaya Non Produksi 428.571,90 428.571,90 0,00
D Total Biaya Proyek31.089.364,7
610.517.904,7
620.571.460,0
0
6.1.6. Produksi dan pendapatan dalam 1 tahun
Tabel 15. Produksi dan Pendapatan per tahun dalam Budidaya Jahe Gajah untuk
luasan 2001,91 m2
No Jenis Produksi Satuan JumlahHarga (Rp) Jumlah (Rp)
1 Rimpang Jahe Gajah Kg 14.196,00 6.000,00 85.176.000,00
Jumlah 85.176.000,00
Keterangan : Jumlah populasi jahe gajah 23.660,00 Berat Jahe per rimpang rata-rata 0,3 kg.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
52
6.2. Aspek finansial
6.2.1. Analisa rugi laba (dalam satu tahun)
Tabel 16. Analisa rugi laba dalam satu tahun Budidaya Jahe Gajah untuk luasan
2001,91m2
No Keterangan Total
A RENCANA PRODUKSI (dalam Kg) 14.196,00
B Harga Produk per Kg 6.000,00
C PENJUALAN 85.176.000,00
D BIAYA PRODUKSI (Biaya Variabel)
Biaya Bahan 18.551.000,00
Biaya Tenaga Kerja 10.836.800,00
Transportasi 120.000,00
Jumlah Biaya Produksi 29.507.800,00
E BIAYA NON PRODUKSI
Biaya Pra Operasional -
Biaya Pemasaran 120.000,00
Administrasi 308.571,90
Biaya Overhead -
PBB 142.143,28
Total Biaya Non Produksi Sebelum Penyusutan 570.715,18
Biaya Penyusutan Atas Investasi 545.952,38
Bunga Milik Modal Sendiri 1.262.148,57
Bunga Modal Pinjaman 3.085.719,00
JUMLAH BIAYA NON PRODUKSI 4.893.819,95
F JUMLAH BIAYA 34.972.335,13
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
53
G LABA 50.203.664,87
H B/C ratio 2,44
I BEP Produksi (Dalam Kg) 5.828,72
J BEP Harga 2.463,53
6.2.2. Penyusutan atas investasi
Tabel 17. Penyusutan atas investasi produksi dalam Budidaya Jahe Gajah untuk
luasan 2001,91 m2
No Nama Alat Nilai Alat
Usia Ekonomis (thn)
Penyusutan per Thn
1 Sewa Tanah 200.000,00 1,00 200.000,002 Cangkul* 45.000,00 1,00 45.000,003 Kored* 15.000,00 1,00 15.000,004 Gembor* 10.000,00 1,00 10.000,005 Meteran 45.000,00 0,42 107.142,866 Ember 10.000,00 0,42 23.809,527 Parang* 25.000,00 1,00 25.000,00
8Knapsack Sprayer*** 300.000,00 3,00 100.000,00
9 Garu* 20.000,00 1,00 20.000,00Jumlah 545.952,38
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
54
No Uraian Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4A KAS AWAL 0,00 0,00 63.090.984,39 95.092.604,02 127.094.223,65B CASH INFLOW
Penjualan Tunai 0,00 85.176.000,00 85.176.000,00 85.176.000,00 85.176.000,00Penerimaan Piutang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Modal Sendiri 10.517.904,76 0,00 0,00 0,00 0,00Penerimaan Kredit 20.571.460,00 0,00 0,00 0,00 0,00Penerimaan Kas Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 150.000,00TOTAL CASH INFLOW 31.089.364,76 85.176.000,00 148.266.984,39 180.268.604,02 212.420.223,65
C CASH OUTFLOWInvestasi (Alat+ Sewa Tanah) 1.152.992,86 0,00 1.152.992,86 1.152.992,86 0,00Biaya Produksi (Bahan + TK + Trans) 29.507.800,00 0,00 29.507.800,00 29.507.800,00 0,00Biaya Non Produksi Sebelum Penyusutan 428.571,90 142.143,28 570.715,18 570.715,18 0,00TOTAL CASH OUTFLOW 31.089.364,76 142.143,28 31.231.508,03 31.231.508,03 0,00
D KAS NETTO 0,00 85.033.856,72 117.035.476,35 149.037.095,99 212.420.223,65
E KEWAJIBAN BANKAngsuran Pokok Kredit 0,00 6.857.153,33 6.857.153,33 6.857.153,33 0,00Angsuran Bunga Kredit 0,00 3.085.719,00 3.085.719,00 3.085.719,00 0,00TOTAL KEWAJIBAN BANK 0,00 9.942.872,33 9.942.872,33 9.942.872,33 0,00
F SALDO 0,00 75.090.984,39 107.092.604,02 139.094.223,65 212.420.223,65G Biaya Pengelola 0,00 12.000.000,00 12.000.000,00 12.000.000,00 0,00
H SALDO AKHIR 0,00 63.090.984,39 95.092.604,02 127.094.223,65 212.420.223,65
I SISA POKOK KREDIT 20.571.460,00 13.714.306,67 6.857.153,33 0,00 0,00
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
55
6.4. Analisa proyek`
Tabel 19. Analisa proyek dalam budidaya jahe gajah untuk luasan 2001,91 m2
Tahun Cost Benefit Net Benefit
DF NPV DF NPV
10% 10% 15% 15%
031.089.364,7
6 0
-31.089.364,7
6 1,00 -31.089.364,761,0
0 -31.089.364,76
1 142.143,28 85.176.00085.033.856,7
2 0,91 77.303.506,110,8
7 73.942.484,11
231.231.508,0
3 85.176.00053.944.491,9
7 0,83 44.582.224,760,7
6 40.789.785,99
331.231.508,0
3 85.176.00053.944.491,9
7 0,75 40.529.295,240,6
6 35.469.379,12131.325.661,3
6119.112.284,4
5
Kriteria investasi :
a. NPV 10 % = Rp 131.325.661,37NPV 15% = Rp 119.112.284,45
b. Net B/C 10% =Rp .131.325 .661,37Rp .31.089 .364,76
= 5,22
Net B/C 15 % = Rp .119.112.284,45Rp.31.089 .364,76
= 4,83
c. IRR = i1 + NPV 1NPV 1−NPV 2 × ( i1 – i2 )
= 10 % + Rp .131 .325.661,37Rp .12.213376,9
×(15%−10%)
= 63,76
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
56
2. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari kegiatan Proyek Usaha Mandiri ini dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri
(PUM) dapat berjalan dengan baik dan
lancar serta kendala– kendala dapat diatasi dengan baik.
2. Pemberian mulsa eceng gondok
mempengaruhi pertumbuhan tanaman jahe gajah dengan persentase
tumbuh 96,70 %, tinggi tanaman 43 cm dan berat rimpang rata-rata
0,3 kg/rumpun.
7.2. Saran
Dari kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini dapat disarankan
yaitu:
1. Untuk mengurangi kematian tanaman jahe di lapangan
sebaiknya dilakukan pemeliharaan (penyiraman) yang intensif
terutama pada tahap awal penanaman.
2. Untuk melakukan pemilihan lokasi lahan budidaya tanaman jahe
sebaiknya memperhatikan ketersediaan sumber air.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
57
3. Karena lokasi pertanaman jahe masih daerah baru perlu
identifikasi apa sajakah vegetasi yang tumbuh di permukaan lahan
tersebut karna berpengaruh pada kegiatan penyiangan.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Eceng gondok (Eichornia crassipes) Pemanfaatannya sehingga bernilai ekonomis. http://ahmadfauzibratasena.wordpress.com./2010/06/12/eceng-gondok-eichornia-crassipes-pemanfaatannya-sehingga-bernilai-ekonomis/. Diakses 26 Januari 2014.
Atmojo W.S. 2007. MencariSumber Pupuk Organik. http:// www.google.com/m?q=mencari %20sumber520pupuk%20organik%20oleh%20prof%20suntoro%20wongso&client=ms-opera-mobile&channel=new. Diakses pada 26 Januari 2014.
Balai Pengkajian Teknologi pertanian. 2008. Pemanfatan Eceng Gondok. Sumatera Utara.
BPEN, Kajian pasar jahe (Kawasan Timur Tengah) (Jakarta : Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Departement Perdagangan RI,
1992.
Google User Content. 2008. Kadar Air Pada Eceng Gondok. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:wXoY9VqG-lgJ:eprints.undip.ac.id/22794/1/LAPORAN_SKRIPSI_BAB_I.pdf+kadar+air+pada+eceng+gondok&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses 7 Mei 2013
Harmono & A. Andoko.2005.Budidaya dan peluang bisnis jahe.Penerbit: PT
AgroMediaPustaka. Jakarta Selatan.
Lamid dan zaenal. 1990. Pengaruh Mulsa Eceng Gondok Segar Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Jagung. http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index/php/searchkatalog/byid/214095. Diakses 26 Januari 2014.
Natur Indonesia. 2011. Jahe. http://www.naturindonesia.com/jahe/lagi-tentang-budidaya
jahe.html.Diakses pada tanggal 9 Juni 2012.
Rachman. 2002. Penerapan pertanian organik, pemasyarakatan dan pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 219 hal.
Syukur,C. 2001. Agar jahe berproduksi tinggi. Penerbit: PT. Penebar Swadaya.Depok.
Wikipedia. 2012. Mulsa. http://id.m.wikipedia.org/wiki/mulsa. Diakses 26 Januari 2014.
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
59
Winarmo. 1993. Agar Eceng Gondok Tidak Bikin Gondok. http://kata bermakna.blogspot.in/2008/05/agar-eceng-gondok-tidak-buat-gondok-.html?m=1. Diakses 26 Januari 2014.
LAMPIRAN
Laporan Proyek Usaha Mandiri Budidaya Tanaman Perkebunan
Recommended