12
Nama: Khansa Asikasari NPM: 1306375241 LTM 1/Kolaborasi Kesehatan/Kelompok 4/Soal Nomor 8-9 Fakultas Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kesehatan Masyarakat Kesepakatan Kerja Ontario Medical Association memberikan definisi berikut mengenai hubungan kolaboratif; Sebuah hubungan kolaboratif memerlukan tenaga medis menggunakan keterampilan yang lengkap untuk bekerja sama dalam memberikan perawatan kepada pasien berdasarkan prinsip saling percaya, menghormati, dan memahami masing- masing keterampilan dan pengetahuan orang lain. Melibatkan pembagian peran dan tanggung jawab yang disepakati bersama yang mungkin berbeda sesuai dengan karakter profesi dan keahlian dari individu-individu. Hubungan harus bermanfaat bagi tenaga medis dan pasien. 1 Pengetahuan yang berbeda maupun yang sama antar profesi yang berbeda untuk bekerja secara sinergis untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada setiap pasien dan untuk meningkatkan akses ke berbagai pelayanan kesehatan yang komprehensif, berkualitas tinggi, dan terapi yang efektif. 1 Cara membangun kolaborasi tim kesehatan yang efektif 2 : Memiliki tujuan dan sasaran yang jelas atas dasar komitmen bersama. Pembagian peran kepemimpinan.

Kolaborasi Kesehatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kolaborasi Kesehatan

Nama: Khansa Asikasari

NPM: 1306375241

LTM 1/Kolaborasi Kesehatan/Kelompok 4/Soal Nomor 8-9

Fakultas Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kesepakatan Kerja Ontario Medical Association memberikan definisi berikut mengenai

hubungan kolaboratif; Sebuah hubungan kolaboratif memerlukan tenaga medis menggunakan

keterampilan yang lengkap untuk bekerja sama dalam memberikan perawatan kepada

pasien berdasarkan prinsip saling percaya, menghormati, dan memahami masing- masing

keterampilan dan pengetahuan orang lain. Melibatkan pembagian peran dan tanggung

jawab yang disepakati bersama yang mungkin berbeda sesuai dengan karakter

profesi dan keahlian dari individu-individu. Hubungan harus bermanfaat bagi tenaga

medis dan pasien.1

Pengetahuan yang berbeda maupun yang sama antar profesi yang berbeda untuk bekerja

secara sinergis untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada setiap pasien dan untuk

meningkatkan akses ke berbagai pelayanan kesehatan yang komprehensif, berkualitas tinggi, dan

terapi yang efektif.1 Cara membangun kolaborasi tim kesehatan yang efektif2:

Memiliki tujuan dan sasaran yang jelas atas dasar komitmen bersama.

Pembagian peran kepemimpinan.

Keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota tim.

Saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing.

Anggota tim selalu mendukung keputusan, prosedur dan pengawasan yang dibuat

bersama-sama.

Konflik yang terjadi diselesaikan  dengan jalan konsensus, bersifat konstruktif

dan menerapkan pendekatan menang-menang (win-win approach).

Page 2: Kolaborasi Kesehatan

Tim dapat mengelola peningkatan penghargaan individu (individual self esteem).

Kegiatan tim tidak hanya berfokus pada hasil tetapi juga pada pada proses dan isi.

Tim memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan

dengan baik.

Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan dengan baik.

Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling ketergantungan

(interdepensasi) untuk kerjasama dan bekerjasama.3Cara mempertahankan kolaborasi tim

kesehatan yang efektif3:

Komunikasi yang dilakukan harus rutin

Saling percaya

Saling mendukung dan menghormati

Harus dilakukan evaluasi secara berkala untuk perbaikan kedepannya

Menghargai setiap pendapat & kontribusi semua anggota tim (tenaga kesehatan)

Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai faktor

kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan

kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat pada setiap saat

diutuhkan. Dalam sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input, proses, output, feedback,

impact dan lingkungan. Sistem kesehatan yang telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan

yang pasti adalah meningkatkan derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan

yang sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.

Pengembangan sistem kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1982 ketika

Departemen Kesehatan menyusun dokumen sistem kesehatan di Indonesia. Kemudian

Departemen Kesehatan RI pada tahun 2004 ini telah melakukan suatu “penyesuaian” terhadap

SKN 1982. Didalam dokumen dikatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN ) didefinisikan

sebagai  suatu tatanan yang menghimpun upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling

mendukung , guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan

Page 3: Kolaborasi Kesehatan

kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.  (Depkes RI; 2004).4

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan

kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna

menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan

kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.

Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan

secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan

sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber

daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan mengatasi masalah tersebut.

Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan

kesehatan dasar yang meliputi:

1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,

2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,

3. Kebijakan pembangunan kesehatan, dan

4. Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem

rujukan.

Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi

Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem

SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem

atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu

berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.

Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh

semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil

guna dan berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi:

1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila.

2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan ayat (3),

serta Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat (1),

3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan

dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.

Page 4: Kolaborasi Kesehatan

Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan kesehatan

dewasa ini serta pendekatan manajemen kesehatan tersebut diatas, maka subsistem yang

mempengaruhi pencapaian dan kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia meliputi:

a. Upaya Kesehatan : Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang

bersifat peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), dan pemulihan (rehabilitasi)

masih dirasakan kurang. Memang jika kita pikirkan bahwa masalah Indonesia tidak

hanya masalah kesehatan bahkan lebih dari sekedar yang kita bayangkan, tapi jika tahu

bahwa dalam hal ini kita masih dalam proses dimana bagai sebuah ayunan yang mana

pasti akan menemukan titik temu dan kita dapat menunggu, tapi kapankah hal ini...kita

tunggu yang lebih baik. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun

seluruh potensi bangsa Indonesia.

b. Pembiayaan Kesehatan : Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu

hanya rata-rata 2,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata antara USD 12-18

per kapita per tahun. Persentase ini masih jauh dari anjuran Organisasi Kesehatan

Sedunia yakni paling sedikit 5% dari PDB per tahun. Sementara itu anggaran

pembangunan berbagai sektor lain belum sepenuhnya mendukung pembangunan

kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan

memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

c. SDM Kesehatan : Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya

manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta

terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tututan kebutuhan pembangunan kesehatan.

Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam pemerataannya masih belum merata, bahkan ada

beberapa puskesmas yang belum ada dokter, terutama di daerah terpencil. Bisa kita lihat,

rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah. Produksi dokter setiap

tahun sekitar 2.500 dokter baru, sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk

1:5000. Produksi perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru, dengan rasio terhadap

jumlah penduduk 1:2.850. Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru,

dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan

Page 5: Kolaborasi Kesehatan

oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas. Hal ini bisa menjadi refleksi bagi

Pemerintah dan tenaga medis, agar terciptanya pemerataan tenaga medis yang memadai.

d. Sumberdaya Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Makanan : Meliputi berbagai

kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan

obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan

penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang

kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Industri farmasi di

Indonesia saat ini cukup berkembang seiring waktu. Hanya dalam hal ini pengawasan

dalam produk dan obat yang ada. Perlunya ada tindakan yang tegas, ketat dalam hal ini.

e. Pemberdayaan Masyarakat : Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal

apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Ini penting, agar masyarakat termasuk

swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari partisipasi aktif

masyarakat. Dalam hal ini agar tercapainya Indonesia Sehat 2010 juga dibutuhkan.

Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti mengembangkan kesempatan yang

lebih luas bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan

tentang kesehatan masih dilaksanakan secara terbatas. Kecuali itu lingkup pemberdayaan

masyarakat masih dalam bentuk mobilisasi masyarakat. Sedangkan pemberdayaan

masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam

program pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan.

f. Manajemen Kesehatan : Meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,

hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan

kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan.

Manajemen kesehatan sangatlah berpengaruh juga, karena dalam hal ini yang memanage

proses, tetapi keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh

tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Jika tidak

tersedianya hal ini maka bisa jadi proses manajemen akan terhambat/ bahkan tidak

berjalan. Sebenarnya, jika kita menengok sebentar bagaimana proses pemerintah bekerja,

selalu berusaha dan berupaya yang terbaik, baik juga tenaga medis. Hanya saja dalam

Page 6: Kolaborasi Kesehatan

prosesnya terdapat sebuah kendala baik dalam SDM pribadi ataupun sebuah

pemerintahan itu. Bisa jadikan renungan bagaimana kita bisa membuat sebuah sistem

yang lebih baik dengan input-proses-dan output yang bisa menghasilkan sebuah

kebanggaan dan sebuah tujuan bersama.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan

bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).7 SJSN ini diselenggarakan melalui

mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU No. 40

tahun 2004 tentang SJSN.7 Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam

sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang

layak.7

Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas).6 Tiga fungsi utama Puskesmas6:

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Pusat pemberdayaan masayarakat di bidang kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan di tingkat dasar

Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan

oleh Puskesmas6:

Promosi kesehatan

Kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana

Perbaikan gizi

Kesehatan lingkungan

Pemberantasan penyakit menular

Pengobatan dasar

Mengacu pada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan oleh

Puskesmas, maka tentu akan terdapat kolaborasi tim kesehatan pada unit kesehatan masyarakat

(UKM) strata pertama tersebut.

Page 7: Kolaborasi Kesehatan

Data UNDP 2003 menunjukkan bahwa Human Development Indeks (HDI) Indonesia

pada Posisi: 124 dari 187 Negara, Umur Harapan Hidup: 69.4 Tahun, Income Percapita: US$

3716, Jumlah Penduduk yang dihitung: 242.3 Juta orang.8 Masalah kesehatan di Indonesia;

derajat kesehatan manusia Indonesia masih rendah, kesehatan dipandang secara tradisional

sebagai konsumsi semata, upaya kesehatan tidak optimal, adanya jurang pemisah antara si kaya

dan si miskin dalam domain pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak

sebanding dengan mahalnya biaya yang dikeluarkan.

Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi pelajaran bagi

semua pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Harus ada perubahan pandangan dalam

upaya untuk hidup sehat. Semua elemen tenaga kesehatan (nakes) harus lebih peduli terhadap

kesehatan masyarakat.

Page 8: Kolaborasi Kesehatan

Daftar Pustaka

1. Lingard, L., et al. 2004. “Communication failures in the operating room: an observational

classification of recurrent types and effects”. Journal of Qual Saf Health Care. 1-2.

2. Scott., Kenneth., Walker, Alen. 1995. Teams, Teamwork & Teambuilding: The Manager’s

Complete Guide to Teams in Organisations. Prentice Hall Intl.,Inc. Singapore.

3. Katzenbach, Jon R. dan Douglas K. Smith. 1993. The Wisdow of Teams: Creating the High-

Performance Organization. Harvard Business School Press & Mc Graw-Hill Inc. Boston, USA.

4. Trisnantoro, Laksono. 2011. Memahami Sistem Kesehatan. Online.

http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/597-memahami-sistem-

kesehatan.html. (16 Februari 2014 pada pukul 20.45 WIB)

5. Depkes RI Jakarta. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Unduh.

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-2009_TTG_SKN-2009.pdf. (16

Februari 2014 pada pukul 20.30 WIB)

6. Menkes RI. Tidak ada. Bab IV: Subsistem Upaya Kesehatan. Unduh.

http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/799/8/FSKN-BAB4-

SUBSISUPYAKES.pdf. (16 Februari 2014 pada pukul 20.18 WIB)

7. Tim Penyusun Bahan Sosialisasi dan Advokasi JKN. Tidak ada. Buku Pegangan Sosialisasi

Jaminan Kesehatan dan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Unduh.

http://www.depkes.go.id/pdf.php?pg=JKN-SOSIALISASI-ISI_FA_REV. (17 Februari 2014

pada pukul 05.51 WIB)

8. Menkokesra RI. 2011. Human Development Index 2011. Unduh.

http://datakesra.menkokesra.go.id/sites/default/files/pendidikan_file/

human_developement_index_2011.pdf. (17 Februari pada pukul 06.01 WIB)