Upload
rika-hasnita
View
135
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1. Mengapa kita harus memahami betul makna yang sebenarnya dari
“pembangunan”?
Jawaban;
Karena pembangunan mempunyai makna atau arti yang berbeda-beda bagi
setiap orang, oleh sebab itu hakikat dan karakter dasar atas konsep
pembangunan dan maknanya yang akan disampaikan harus ditelaah terlebih
dahulu secara teliti.
Bebarapa Makna “Pembangunan” :
a. Menurut pengertian akademis ilmu ekonomi yang ketat, istilah
pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai
kapasitas dari sebuah perkonomian nasional yang kondisi ekonomi
awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama
untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional
bruto (Gross National Income) tahunan, atau untuk mengukur tingkat
kemajuan pembangunan adalah dengan melihat tingkat pendapatan
perkapita (income per Capita) atau GNI per kapita.
b. Pembangunan pada dasarnya bukan hanya sebuah fenomena ekonomi.
Karena pada akhirnya proses pembangunan harus mampu membawa
umat manusia melampaui pengutamaan materi dan aspek – aspek
keuangan dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembangunan
harus dipahami sebagai suatu proses multidimensional, yang melibatkan
reorganisasi dan reorientasi atas sistem-sistem ekonomi dan sosial secara
keseluruhan. Selain peningkatan pendapatan dan output, proses
pembangunan juga berkenaan dengan serangkaian perubahan yang
bersifat radikal atas struktur-struktur kelembanggaan, sosial dan
administrasi serta sikap-sikap masyarakat dan dalam banyak kasus
bahkan merambah adat istiadat, kebiasaan dan sistem kepercayaan yang
hidup dalam masyarakat bersangkutan.
c. Meskipun konsep pembangunan biasa diartikan dalam konteks nasional
tetapi jangkauannya yang sangat luas telah memaksa dilakukannya
serangkaian modifikasi ataupun penyesuaian yang bersifat mendasar atas
sistem-sistem ekonomi dan sosial internasional.
Jadi memahami makna pembangunan merupakan langkah awal untuk
melakukan pembangunan disegala bidang, karena pembangunan itu mempunyai
tiga nilai inti yaitu :
- Kecukupan (substenance), kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan
papan.
- Harga diri, mendajadi manusia seutuhnya yaitu adanya dorongan dari
dalam diri sendiri untuk menghargai diri sendiri, merasa diri pantas pantas
dan layak melakukan atau mengejar sesuatu.
- Kebebasan dari sifat menghamba, kemampuan untuk memilih. Nilai ketiga
yang terkandung dalam makna pembangunan adalah konsep
kemerdekaan atau kebebasan manusia dalam arti mampu berdiri tegak
sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materi dalam
kehidupannya.
Dengan mengetahui dan memahami nilai inti dari makna pembangunan,
maka tujuan pembangunan dapat dicapai dengan baik. Tujuan pembangunan
tersebut adalah :
- Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan hidup yang pokok
- Peningkatan standar hidup, yang tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja,
perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan perhatian terhadap nilai-
nilai kultur dan kemanusiaan
- Perluasan piliha-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan, yakni membebaskan mereka dari belitan
sikap menghamba dan ketergantungan bukan hanya terhadap orang atau
Negara-negara lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang
berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
2. Jelaskan pendapat Dudley Seers tentang makna dari pembangunan??
Jelaskan pula pendekatan “capabilities” dari Sen.
Jawaban ;
Pendapat Dudley Seers tentang makna pembangunan adalah :
Untuk mendefenisikan makna Pembangunan Dudley mengajukan serangkaian
pertanyaan mendasar tentang makna pembangunan, sebagai berikut : apa
yang telah terjadi dengan kemiskinan penduduk di Negara itu ? bagaimana
dengan tingkat penganggurannya? Adakah perubahan-perubahan yang
berarti atas penanggulangan masalah ketimpangan pendapatan? Jika ketiga
permasalah tersebut selam periode tertentu sedikit banyak telah teratasi,
maka tidak diragukan lagi bahwa periode tersebut memang merupakan
periode pembangunan bagi Negara yang bersangkutan, akan tetapi jika satu,
dua, atau bahkan semua dari ketiga persoalan mendasar teresebut menjadi
semakin buruk, maka Negara itu tidak bisa dikatakan telah mengalami proses
pembangunan yang positif meskipun barangkali selama kurun waktu
tersebut, pendapatan perkapitanya mengalami peningkatan hingga dua kali
lipat.
Jadi menurut Dudley makna pembangunan itu adalah jika pada suatu Negara
sudah bisa mengatasi masalah kemiskinan penduduknya, tingkat
penganggurannya serta berhasil melakukan perubahan – perubahan dalam
mengatasi masalah tersebut dalam periode tertentu, maka Negara tersebut
sudah melakukan pembangunan dan sebaliknya jika Negara tersebut tidak
bisa mengatasi masalah-masalah mendasar tersebut berarti Negara belum
mengalami pembangunan.
Pendekatan “capabilitas” Amartya Sen
Bahwa “kapabilitas untuk berfungsi (capabilities to function)” adalah yang
paling menentukan status miskin-tidaknya seseorang. Sen berkata ,
“pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya tidak dapat dianggap sebagai
tujuan akhir. Pembangunan haruslah lebih memperhatikan peningkatan
kualitas kehidupan yang kita jalani dan kebebasan yang kita nikmati.”
Menurut Sen, bahwa tingkat kemiskinan tidak dapat diukur dari tingkat
pendapatan atau bahkan dari utilitas seperti pemahaman konvensional,
yang paling penting bukanlah apa yang dimiliki seseorang ataupun
kepuasan yang ditimbulkan dari barang-barang tersebut melainkan
apakah yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan barang-barang
tersebut.
Yang berpengaruh terhadap kesejahteraan bukan hanya karakteristik
komoditi yang dikonsumsi seperti dalam pendekatan utilitas, tetapi
mamfaat apa yang dapat diambil oleh konsumen dari komoditi-komoditi
tersebut.
Contoh; banyak hal yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan
komputer pribadi tetapi belum tentu dapat dimengerti atau bahkan tidak
diketahui sama sekali, apalagi digunakan oleh orang awam terhadap
komputer yang begitu banyak fitur-fiturnya maka komputer dengan
fungsi-fungsi yang tidak terpakai adalah sama saja dengan komputer yang
tidak memiliki fungsi-fungsi tersebut.
Penilaian seseorang tentang seperti apa hidup yang dianggap berharga
tidak sama dengan apa saya yang dapat memberikan kesenangan
terhadap orang tersebut. Apabila kita menyamakan utilitas dengan tingkat
kesenangan, maka akan sangat mungkin seseorang yang sangat miskin
untuk memilih tingkat utilitas yang sangat tinggi karena mereka sangat
bahagia dan puas, serta belajar menghargai sekecil apapun kenayamanan
yang mereka alami.
Sen mendefenisikan “kapabilitas sebagai kebebasan yang dimiliki
seseorang dalam arti pilihan Functioning, dengan fitur-fitur personal yang
dimilikinya (perubahan karakteristik menjadi functioning) dan kontrol yang
dimilikinya terhadap komoditi “
Menurut Sen, kapabilitas seseorang dapat saja ditunjukkan oleh
penghasilan atau pendapatannya yang memiliki utilitas. Banyak Negara
berkembang yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi tetapi
memiliki standar kesehatan dan pendidikan yang rendah sebagai kasus
“pertumbuhan tanpa pembangunan namun untuk mengkonversikan
karakteristik komoditi menjadi fungsi yang sesuai, dalam banyak hal yang
penting, jelas membutuhkan kesehatan dan pendidikan selain
pendapatan.
Pentingnya pengembangan potensi manusia . bagi Sen ekonomi
seharusnya lebih mengembangkan kemampuan yang melekat dalam diri
manusia dan memperbanyak opsi yang terbuka untuk mereka ketimbang
berusaha memproduksi lebih banyak barang atau bagaimana memahami
cara untukmemaksimalkan kepuasan. Konsekuensinya dia sangat kritis
terhadap Ekonomi kesejahteraan tradisional yang menganggap bahwa
pedagangan bebas dapat memaksimalkan kesejahteraan individu yang
rasional.
Jadi pembangunan menurut Sen adalah sebuah “kebebasan”
(Development is a freedom), hidup yang bebas dari parasit/penyakit,
bebas dari kemiskinan, bebas dari kebodohan dan bebas melakukan
segala sesuatu dengan menggunakan komoditi dan karakteristik yang
dimiliki olehnya dan memiliki utilitas dalam bentuk kesenangan yang
ditimbulkan oleh functioning tersebut.
3. Jelaskan teori atau model pertumbuhan Harrod-Domar. Berikan Contoh
Jawaban ;
Asumsi-asumsi dalam teori atau model Pertumbuhan Harrod-Domar adalah :
Teori dengan menggunakan mekanisme perekonomian yang
mengandalkan peningkatan investasi demi mempercepat pertumbuhan
ekonomi.
Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal
yang diproduksi masyarakat digunakan secara penuh.
Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga konsumen
dan sektor rumah tangga produsen
Besarnya tabungan masyarakat proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional. Berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol (S= s
Y).
Investasi didefenisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan
∆K, sehingga I=∆K. tetapi karena stok modal (K) mempunyai hubungan
langsung dengan output total (Y). seperti yang ditunjukkan oleh COR=K/Y
= k atau ICOR= ∆K/∆Y=k, atau ∆K=k. ∆Y
Bahwa pertumbuhan GDP (∆Y/Y) ditentukan secara bersama-sama oleh
rasio tabungan (s) serta rasio modal-output nasional (k). persamaan
tersebut menyatakan bahwa tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat
pertumbuhan pendapatan Nasional akan secara langsung atau secara
positif berbanding lurus dengan rasio tabungan (yakni semakin banyak
bagian GDP yang ditabung dan di investasikan, maka akan lebih besar
rasio modal-output nasional atau k, maka tingkat pertumbuhan GDP akan
semakin rendah.
Dalam kondisi keseimbangan model dua sektor S=I, karena S = s Y, dan
I=∆K=k. ∆Y maka s Y = k. ∆Y atau bentuk Persamaan teori Harrod-
Domar :
s= Rasio Tabungan Nasional
k= Rasio Modal–Output Nasional
Agar bisa tumbuh dengan pesat, tingkat perekonomian harus menabung
dan menginvestasikan sebanyak mungkin bagian GDP-nya. Semakin
banyak yang dapat ditabung dan kemudian diinvestasikan, maka laju
pertumbuhan perekonomian akan semakin cepat.
Kelemahan Teori Harrod – Domar :
Dalam jangka panjang nilai MPS dan ICOR tidaklah konstans seperti
yang diasumsikan oleh Harrod-Domar. Hal ini berarti perlu adanya
modifikasi-modifikasi persyaratan pertumbuhan yang mantap (Steady
growth) yang diinginkan.
Asumsi bahwa tenaga kerja dan modal digunakan dalam proporsi yang
tetap tidaklah dapat dipertahankan. Pada umumnya tenaga kerja
menggantikan modal dan perekonomian dapat bergerak mulus kea rah
lintasan pertumbuhan yang mantap. Dalam kenyataan. Lintasan ini
tidaklah begitu stabil sehingga perekonomian harus mengalami inflasi
kronis, atau pengangguran kronis.
Teori Harrod-Domar mengabaikan perubahan-perubahan harga.
Padahal perubahan harga selalu terjadi setiap saat dan sebaliknya
dapat menstabilkan situasi yang tidak stabil.
Asumsi suku bunga tidak berubah tidaklah relevan, suku bunga dapat
berubah yang akhirnya akan mempengaruhi investasi.
Contoh ;
Jika diketahui bahwa rasio modal-output nasional dari suatu Negara
berkembang adalah 4, dan rasio total tabungannya mencapai 7 persen
dari GD, maka dengan menggunakan persamaan Harrod-Domar kita dapat
mengetahui bahwa Negara berkembang tersebut mengalami pertumbuha
ekonomi sebesar ;
1,75 %
Jadi Negara berkembang tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi
sebesar 1,75%.
Kemudian, jika tingkat tabungan neto nasional Negara itu ditingkatkan
dari 7 persen menjadi 15%, misalnya melalui kenaikan pajak, penerimaan
bantuan luar negeri, dan / atau pengurangan konsumsi secara umum
maka pertumbuhan GDP Negara itu dapat ditingkatkan dari 1,75%
menjadi :
3,75%
4. Jelaskan relevansi teori Rostow pada proses pembangunan di Sumatera Barat
umumnya, di Kabupaten Kepulauan Mentawai khususnya. Berikanlah contoh
Jawaban ;
Relevansi teori Rostow pada proses pembangunan di Sumatera Barat
umumnya, Kabupaten Kepulauan Mentawai khususnya.
Teori Rostow mengatakan bahwa :
Untuk mengidentifikasi semua masyarakat atas dasar dimensi-dimensi
ekonomi mereka dengan cara membagi ke dalam lima tahapan yaitu :
1. Tahapan masyarakat tradisional
2. Tahapan penyusunan kerangka dasar tahapan tinggal landas menuju
pertumbuhan berkesinambungan
3. Tahapan Tinggal Landas
4. Tahapan tahapan menuju kematangan ekonomi
5. Tahapan tahapan konsumsi missal yang tinggi
Negara-negara maju seluruhnya telah melampaui tahapan tinggal landas
menuju pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang berlangsung
secara otomatis, sedangkan Negara-negara yang sedang berkembang
atau yang masih terbelakang, pada umumnya masih berada dalam
tahapan masyarakt tradisional atau tahapan kedua yakni tahapan
penyusunan kerangka dasar tinggal landas.
Relevansi Teori Rostow dengan Pembangunan di Sumatera Barat
adalah kondisi sumatera barat saat ini sedang persiapan memasuki tahapan
tinggal landas karena pembangunan perekonomian Sumatera Barat secara
umum sampai saat ini masih didominasi oleh sektor pertanian walaupun
peranan sektor pertanian memperlihatkan kecendrungan yang menurun dari
tahun ke tahun (data Statistik Sumbar).
Perkembangan tersebut memperlihatkan bahwa peranan sektor
pertanian masih tetap dominan dan diperkirakan akan tetap menjadi
penggerak perekonomian Sumatera Barat di masa depan dimana sebagian
besar penduduk Sumatera Barat menggantungkan kehidupannya pada sektor
ini. Karena itu, pembangunan sektor pertanian pada tahun 2006-2010 akan
menjadi prioritas pembangunan dalam kerangka pengembangan ekonomi
Sumatera Barat.
Peranan sektor industri dalam perekonomian daerah selama 1990-
2010 dibandingkan dengan rata-rata nasional relatif kecil. Keadaan ini
menunjukkan masih lemahnya peran sektor industri dalam perekonomian
daerah. Rendahnya pertumbuhan ekonomi sektor industri (barang dan jasa)
mencerminkan semakin beratnya tantangan dalam penyediaan lapangan
kerja di masa datang.
Krisis ekonomi telah mengakibatkan terjadinya keterbatasan dana
pembangunan daerah. Hal ini disebabkan antara lain oleh penurunan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penurunan yang sangat besar terjadi pada
penerimaan retribusi daerah dan pajak daerah. Keadaan mencerminkan
dampak kelesuan kegiatan perekonomian daerah sejak krisis ekonomi. Upaya
peningkatan PAD dilakukan guna meningkatkan dana pembangunan untuk
mendukung kegiatan pembangunan daerah. Sejak beberapa tahun terakhir
PAD Sumatera Barat memperlihatkan perkembangan yang positif. Nilai PAD
meningkat dari Rp. 85,2 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp. 406,5 milyar
pada tahun 2005. Jumlah PAD yang relatif rendah memperlihatkan kendala
yang dihadapi pemerintah daerah memacu kegiatan pembangunan.
Keterbatasan dana pembangunan karena rendahnya PAD (Pendapatan
Asli Daerah) harus dapat diisi oleh dana investasi dari swasta nasional atau
asing. Namun demikian, upaya peningkatan investasi swasta tersebut sering
mendapat hambatan karena kondisi stabilitas dalam negeri akibat
ketidakpastian politik, hukum dan keamanan nasional. Realisasi penanaman
modal dalam negeri (PMDN) selama periode 1993-1996 menunjukkan
kecenderungan menurun. Demikian pula Penanaman Modal Asing yang juga
menunjukkan kecenderungan menurun pada periode yang sama. Namun
demikian, setelah tahun 1998 pertumbuhan PMDN kembali meningkat dan
mencapai sekitar 8,2% pada periode 2001-2004. Sedangkan pada periode
yang sama, pertumbuhan PMA cenderung menurun tetapi dengan
pertumbuhan cukup tinggi yaitu sekitar 11,6 %. Untuk mendorong
peningkatan investasi swasta tersebut maka upaya untuk meningkatkan
kegiatan promosi tentang peluang investasi di Sumatera Barat berikut
pelayanan administrasi yang profesional perlu terus ditingkatkan.
Jadi dengan melihat kondisi Sumatera Barat saat ini yang telah mengalami
perubahan atau pergerakan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian dan
sektor investasi di Sumatera Barat, maka relevansinya dengan teori Rostow
adalah Pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Sumatera Barat Berada
dalam tahapan prasyarat tinggal landas dimana Pembangunan ekonomi
menurut Rostow adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan
karekteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan keadaan sistem
politik, struktur sosial, sistem nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya.
Jika perubahan seperti itu terjadi, maka pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan
sudah terjadi. Suatu masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan
yang demikian sifatnya, dimana pertumbuhan ekonomi sudah sering terjadi,
boleh dianggap sudah berada pada tahap prasyarat tinggal landas.
Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu
masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai
pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self-sustainable growth). Menurut Rostow,
pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara
otomatis. Rostow menekankan pula kenaikan tingkat investasi hanya mungkin
terjadi jika terjadi perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan disektor
pertanian, pertambangan dan prasarana harus terjadi semata-mata dengan
proses peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh
adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor
pertambangan.
Menurut Rostow, kemajuan sektor pertanian mempunyai peranan penting
dalam masa peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Peranan sektor
pertanian tersebut antara lain, pertama, kemajuan pertanian menjamin
penyediaan bahan makanan bagi penduduk di pedesaan maupun diperkotaan.
Hal ini menjamin penduduk agar tidak kelaparan dan menghemat devisa kerena
import bahan makanan dapat dihindari. Kedua, kenaikan produktivitas di sektor
pertanian akan memperluas pasar dari berbagai kegiatan industri. Kenaikan
pendapatan petani akan memperluas pasar industri barang-barang konsumsi,
kenaikan produktivitas pertanian akan memperluas pasar industri-industri
penghasil input pertanian modern seperti mesin-mesin pertanian dan pupuk
kimia, kenaikan pendapatan disektor pertanian akan menciptakan tabungan
yang bisa digunakan sektor lain (terutama industri) sehingga bisa meningkatkan
investasi di sektor-sektor lain tersebut. (sumber data Statistik Prop.Sumbar).
Sementara itu jika dikaitkan dengan pembangunan Kabupaten Kepulauan
Mentawai khususnya dengan teori Rostow maka Kabupaten Kepulauan Mentawai
masih berada dalam tahapan masyarakat tradisional karena menurut Rostow,
yang dimaksud dengan masyarakat tradisional adalah masyarakat yang fungsi
produksinya terbatas yang ditandai oleh cara produksi relative masih primitive
(yang didasarkan pada ilmu dan teknologi pra-Newton) dan cara hidup
masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional,
tetapi kebiasaan tersebut telah turun-menurun.
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan sebuah kabupaten termuda di
Sumatera Barat yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Padang
Pariaman. Berbentuk kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar yakni, pulau
Siberut, Sipora, Pagai Utara, Pagai Selatan dan tersebar lebih dari 40 pulau-pulau
kecil lainnya. Kepulauan ini terletak di Samudera Hindia, Dengan jumlah
penduduk sekitar 53.000 jiwa. Tersebar di 4 kecamatan : Siberut Utara, Siberut
Selatan, Sipora dan Sikakap, dan sejak tahun 2008 sudah mengalami pemekaran
menjadi 10 kecamatan, yakni ditambah kecamatan Siberut Tengah, Siberut
Barat, Siberut Barat Daya, Sipora Utara, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Tua
Pejat merupakan ibukota Kabupaten, yang terletak diPulau Sipora.
Kabupaten Kepulauan Mentawai berdiri pada tahun 1999 berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Kepulauan Mentawai, berarti usia kabupaten Kepulauan Mentawai
masih tergolong muda yaitu 10 (sepuluh) tahun dan selama 10 tahun itu
belum ada perubahan yang signifikan.
Masyarakat Mentawai dikatakan masih masyarakat tradisional hingga kini
karena Mentawai masih menjadi salah satu daerah terbelakang di Indonesia,
dimana masyarakatnya masih terbelakang, dan pertumbuhan perekonomiannya
masih sangat lambat, pasar-pasar tradisional yang ada masih sangat kecil yang
diciptakan oleh sekelompok kecil masyarakat di daerah tersebut, tingkat
pendidikan masih rendah, tingkat pengangguran masih tinggi, tingkat kesehatan
masih rendah, pembangunan pada setiap daerah belum merata, industri kecil
dan menengah belum ada, bahan-bahan pokok pada umumnya berasal dari luar,
tingkat produktifitas perpekerja masih rendah, oleh kerena itu sebagian besar
sumberdaya masyarakat digunakan untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam
sektor pertanian ini, struktur sosial bersifat hierarkis, yaitu mobilitas vertikal
anggota masyarakat dalam struktur sosial kemungkinan sangat kecil.
Maksudnya adalah bahwa kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan
berbeda dengan nenek moyangnya.
Sementara itu kegiatan politik dan pemerintahan di Mentawai jika
dikaitkan dengan gambaran Rostow, adanya kenyataan bahwa walaupun
kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, tetapi pusat
kekuasaan politik di daerah-daerah berada pada tangan para tuan tanah atau
kepala suku yang ada di daerah tersebut. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu
dipengaruhi oleh pandangan para tuan tanah (kepala suku) di daerah tersebut,
akibatnya rencana pembangunan yang telah diprogramkan oleh pemerintah
pusat sulit jalankan sebab masyarakat Mentawai sulit menerima perubahan, hal
ini terjadi karena kurangnya ilmu pengetahuan masyarakat dan budaya
masyarakat Mentawai yang masih tertutup dari daerah luar.
Beberapa faktor yang menyebabkan Kabupaten Kepulauan Mentawai
menjadi daerah terbelakang / tertinggal adalah ;
1. Sumber daya manusia yang masih terbatas
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Mentawai
mempunyai sumber daya alam yang melimpah namun itu bukanlah jaminan
suksesnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kalau tidak didukung
oleh Sumber Daya Manusia dengan jumlah dan tingkat keahliannya dalam
mengolah SDA yang ada. Sumber Daya Manusia yang dimaksud meliputi
pandangan hidup yang sudah maju, tingkat kebudayaan, sikap atau penilaian
mereka terhadap pekerjaan, akses untuk mendapatkan informasi dan besar
kecilnya keinginan untuk memperbaiki diri secara kreatif dan otonom.
2. Rendahnya tingkat pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan di berbagai bidang ilmu pengetahuan
mengakitbatkan masyarakat mentawai mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, tidak bisa menerima
perubahan dengan cepat karena ketidaktahuan tentang pentingnya sekolah
dan pembangunan. Masyarakat Mentawai masih banyak yang buta huruf,
dimana tingkat pendidikan mereka rata-rata hanya Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) bahkan hanya tamat Sekolah Dasar (SD) dan ada juga yang
tidak mau sekolah karena tidak mampu membayar uang sekolah.
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat mentawai mengakibatkan
mata pencarian masyarakatnya tidak bervariasi dan masih sangat tradisional,
seperti bertani dan mencari ikan dengan cara tradisional, karena belum
adanya pengetahuan tentang bertani dan menangkap ikan yang baik,
sehingga hasilnya pun hanya cukup untuk dikonsumsi sehari dan esoknya
mesti bekerja keras lagi supaya bisa makan. Oleh sebab itu pendapatan
masyarakatnya sangat rendah , membiayai hidup sehari-hari saja susah
apalagi biaya untuk sekolah akhirnya tingkat pengangguran semakin tinggi.
Tingkat pendidikan yang rendah juga diakitbatkan karena tidak adanya
informasi dan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan bagi masyarakat
untuk membangun ekonomi keluarga dan ekonomi pemerintah daerah pada
umumnya, hal ini berkaitan dengan susahnya akses ke mentawai. Akibatnya
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di mentawai sangat lambat.
3. Keadaan geografis Mentawai
Mentawai merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari empat pulau
besar, pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan.
Dengan daerah yang terpisah-pisah mengakibatkan penduduk mentawai
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi antar daerah yang satu dengan
daerah yang lain apalagi dengan penduduk diluar pulau Mentawai, hal ini
diakibatkan karena akses yang tidak lancar, dimana jalan darat yang
menghubungkan daerah-daerah di Mentawai belum ada. Untuk saat ini masih
mengandalkan perhubungan laut dengan menggunakan perahu dan
Speedboat sebagai akses antar desa dan kapal laut untuk akses ke luar pulau
mentawai, pun demikian jumlahnya masih sangat sedikit dan masyarakat pun
sangat kesulitan karena biaya untuk membeli, menyewa speedboat dan
ongkos kapal sangat mahal. Akibatnya pertukaran penduduk antar desa
jarang terjadi, dan akhirnya komunikasi antar masyarakat mentawai dan
masyarakat luar pun terputus. Meskipun sudah ada radio atau televisi namun
tidak semua masyarakat mentawai yang memilikinya karena keterbatasan
Aliran Listrik (PLN) yang hanya sampai di ibukota Kecamatan saja sementara
didesa-desanya belum masuk listrik. Akses internet pun tidak ada (hanya di
Ibukota Kabupaten Mentawai, itupun masih sangat terbatas). Sehingga
masyarakat mentawai kesulitan dalam memperoleh informasi tentang
berbagai hal.
4. Pembangunan yang tidak merata
Meskipun mentawai sudah menjadi satu Kabupaten, sebagai Daerah
Otonom mentawai masih sulit dalam melakukan pembangunan, baik
pembangunan masyarakatnya maupun sarana dan prasarana (infrastruktur)
yang memadai. Ini disebabkan oleh kekurangan Sumber Daya Manusia
Aparatur yang berkualitas dan berkompeten dalam menjalankan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
SDM Aparatur yang tidak mempunyai kemampuan dalam mengemban
jabatan yang ditugaskan kepadanya yang mengakibatkan pelaksanaan
pembangunan diseluruh daerah Mentawai tidak berjalan dengan baik dan
tidak merata, hanya terfokus pada satu tempat atau daerah yang mudah
dijangkau sementara daerah-daerah terpencil selalu terabaikan akibatnya
pertumbuhan pembangunan di Mentawai tidak seimbang, hanya terfokus
pada ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan. Kurangnya perhatian
khusus dari pemerintah pusat juga mengakibatkan lambatnya pertumbuhan
pembangunan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Contohnya :
Di Mentawai masih terdapat pasar-pasar tradisional menggunakan sistem
barter. Masyarakat yang ada di daerah pedalaman pergi ke ibukota
kecamatan dengan perahu sederhana membawa hasil ladang seperti
pisang, ubi, keladi, sayur-sayuran dan buah-buahan untuk dijual dengan
cara menukarnya dengan kebutuhan pokok seperti beras, gula, garam,
ikan dan pakaian.
Sistem pertanian masyarakat Mentawai masih sangat sederhana, karena
tidak tau cara bercocok tanam yang baik dan tidak menggunakan pupuk,
mengikuti cara bertani yang turun-temurun sehingga hasilnya pun tidak
maksimal hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagian kecil di
jual dengan cara barter yang tidak sesuai dengan harga pasar pada
umumnya.
Masyarakat mentawai belum bisa mengolah bahan mentah menjadi
barang jadi, seperti mengolah rotan jadi kursi, mengolah papan menjadi
alat-alat rumah tangga karena belum ada industri besar bahkan industri
rumah tangga pun belum ada, sehingga lapangan kerja pun sangat sulit,
akhirnya pengangguran pun meningkat.
Transportasi antar daerah masih banyak yang menggunakan perahu kecil
yang sangat tradisional, belum menggunakan mesin hanya mengandalkan
kekuatan otot tangan untuk mendayung. Sehingga untuk keluar daerah
sangat susah karena tergantung pada musim atau cuaca.
Belum ada jalan darat yang menghubungkan desa-desa di Mentawai.
Hanya jalan setapak itu pun sangat sulit dilalui karena melewati hutan
belantara, sungai, bukit dan lembah.
Masyarakat Mentawai masih banyak yang berfikiran kolot dan takut
dengan perubahan. Selalu curiga dengan pendatang, terutama
masyarakat yang ada di desa pedalam.
5. Bagaimana pendapat bapak/ibu jika teori Lewis diterapkan dalam
pembangunan di Indonesia.
Jawaban :
Teori Lewis Membahas tentang Surplus Tenaga Kerja dua Sektor ;
1. Sektor tradisional, yaitu sektor pedesaan subsisten yang kelebihan
penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja yang
sama dengan nol, ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk
mendefenisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus labor) sebagai suatu
fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut ditarik dari sektor
pertanian, maka sektor itu tidak akan kehilangan outputnya.
2. Sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan
menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi
sedikit dari sektor subsisten. Perhatian utama dari model ini diarahkan
pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja, serta pertumbuhan
output dan peningkatan penyerapan tenaga kerjadi sektor modern.
Teori Pembangunan lewis dibangun atas 4 asumsi utama:
1. Surplus tenaga kerja di sektor tradisional
2. Pekerja Menghasilkan Output yang sama
3. ada pasar tenaga kerja yang kompetititf disektor modern sampai surplus
penawarannya = 0
4. Tingkat hasil yang semakin menurun disektor industri modern
Menurut saya Model Lewis ini kurang sesuai jika diterapkan di Indonesia
karena meskipun model dua-sektor Lewis ini sederhana dan secara umum sudah
dapat menggambarkan pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi di Negara-
negara Barat, namun empat dari asumsi-asumsi utamanya ternyata sama sekali
tidak cocok dengan kenyataan institusional dan ekonomis di sebagian besar
Negara-negara Dunia Ketiga (Negara-negara yang sedang berkembang)
termasuk Negara Indonesia, dimana terdapat beberapa kelemahan dalam teori
Arthur Lewis antara lain :
a) Model ini mengasumsikan bahwa tingkat pengalihan tenaga kerja dan
penciptaan kesempatan kerja di sektor modern sebanding dengan tingkat
akumulasi modal sektor modern. Semakin cepat tingkat akumulasi modalnya,
semakin tinggi tingkat pertumbuhan sektor modern dan semakin cepat pula
penciptaan lapangan kerja baru, akan tetapi hal tersebut tidak sesuai jika
kuntungan yang diperoleh oleh para kapitalis justru diinvestasikan kembali
dalam bentuk barang-barang modal yang lebih canggih dan lebih hemat
tenaga kerja. Artinya tambahan stok modal yang dimamfaatkan untuk
kemajuan teknologi hemat tanaga kerja memerlukan lebih sedikit tenaga
kerja bagi setiap unit output daripada teknologi yang sebelumnya sehingga
meskipun jumlah output telah meningkat sangat besar, upah keseluruhan
dan kesempatan kerja tetap saja tidak berubah.
b) Asumsi bahwa dipedesaan terjadi kelebihan tenaga kerja, sedangkan
diperkotaan terjadi penyerapan faktor-faktor produksi secara optimal (full
employment) tetapi di negara-negara yang belum berkembang seperti
Indonesia jumlah pengangguran diperkotaannya (Jakarta) cukup besar tetapi
hanya sedikt surplus tenaga kerja di pedesaan. Menurut para ekonom yang
lain asumsi Lewis tentang surplus tenaga kerja dipedesaan tidak sahih.
Misalnya di Sumatera Barat ada budaya merantau maka setiap pemuda yang
sudah merasa cukup usianya dan mampu bekerja akan pergi merantau ke
kota-kota besar untuk meningkatkan taraf hidupnya sehingga di desa tidak
terjadi surplus tenaga kerja bahkan semakin berkurang.
c) Asumsi tentang adanya pasar tenaga kerja yang kompetitif di sektor modern
akan dapat menjamin keberlangsungan upah riil di perkotaan yang konstan
sampai pada suatu titik dimana surplus tenaga kerja habis terpakai, tidak
dapat diterima karena perusahaan-perusahaan multinasional cendrung untuk
menghapuskan atau meniadakan kekuatan-kekuatan kompetitif yang terjadi
di pasar tenaga kerja sektor modern di Negara-negara Dunia Ketiga.
d) Asumsi tingkat hasil yang semakin menurun di sektor industri modern, akan
tetapi banyak fakta yang membuktikan bahwa tingkat hasil yang semakin
meningkat juga terjadi di sektor tersebut, sehingga menciptakan masalah
atau kasus dalam pembuatan kebijakan pembangunan. Di Indonesia banyak
industri-industri modern yang memperoleh keuntungan yang semakin
meningkat tanpa kesejahteraan buruh atau pekerjanya serta tidak
mempedulikan kehidupan lingkungan atau masyarakat disekitarnya,
akibatnya kesenjangan sosial semakin jelas terlihat, yang kaya makin kaya,
yang miskin tambah miskin.
Jadi model perubahan struktural dua sektor rumusan Lewis mungkin tidak cocok
diterapkan di Indonesia akan tetapi dari teori Lewis tersebut kita bisa
mengetahui betapa pentingnya upaya-upaya untuk menganalisis keterkaitan
tertentu yang terdapat diantara sektor pertanian tradisional dengan sektor
industri modern dalam proses pembangunan suatu Negara.