Diagram Alir

Embed Size (px)

Citation preview

EFEKTIVITAS SARI DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP JUMLAH BAKTERI PADA AIR BEKAS PENCUCIAN TELUR

Disusun oleh : SISKA EVIANDHARI 060911260

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya 2012

EFEKTIVITAS SARI DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP JUMLAH BAKTERI PADA AIR BEKAS PENCUCIAN TELUR

Oleh:SISKA EVIANDHARI 060911260

Menyetujui, Komisi Pembimbing,

HASUTJI ENDAH NARUNI, M.P.,drh M.Kes.,drh Dosen Pembimbing Pertama Kedua

Prof.Dr. IMAM MUSTOFA, Dosen Pembimbing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat secara turun temurun. Keuntungan obat tradisional dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk memperolehnya, bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri, murah,dan mudah diramu sendiri dirumah (Zein, 2005). Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral sediaan sarian atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman(Soeseno, 2000). Dari 30.000 spesies tumbuhan yang ada dibumi, sekitar 1260 spesies dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan saat ini sebagai obat tradisional adalah mengkudu (Morinda citrifolia) yang bermanfaat menjaga dan mengobati gangguan kesehatan. Tanaman mengkudu terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan napsu makan, mengurangi sifat toksik obat dan dapat membunuh macam jenis bakteri (Mursito, 2002). Zat yang terdapat di dalam buah dan daun mengkudu telah terbukti menunjukkan kekuatan melawan golongan bakteri infeksi : Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Proteus morganii dan juga dapat mengontrol bakteri yang mematikan (patogen), yaitu Salmonella dan Shigella (Waha,2008). Tanaman mengkudu merupakan makanan bergizi lengkap, karena zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti protein, vitamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Bahan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat sangat rentan terhadap cemaran mikroba. Populasi awal dari mikroba pathogen sangat menentukan keamanan pangan yang dihasilkan. Populasi awal yang tinggi berpotensi besar menimbulkan masalah keamanan pangan pangan,

tergantung lamanya waktu antara penyiapan dengan konsumsi. Makanan yang dikonsumsi dapat menjadi sumber penularan penyakit apabila telah tercemar mikroba dan tidak dikelola secara higienis (Dartini., 2003). Bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah telur, karena harganya yang relative murah dibandingkan bahan pangan asal hewan yang lain. Telur merupakan bahan pangan dengan kandungan protein dan kandungan nutrisi essensial dan non essensial yang dibutuhkan manusia. Jumlah mikroba pada telur makin meningkat sejalan dengan dengan lamanya peyimpanan. Mikroba ini akan mendegradasi dan menghancurkan senyawa-senyawa yang ada dalam telur menjadi berbau khas yang mencirikan kerusakan telur. Pada saat baru dikeluarkan oleh ayam, telur cukup steril. Kontaminan mikroba akibat penanganan dan pengolahan telur berikutnya (Bonita anjar, 2010). Oleh karena itu perlu adanya dari penanganan kerusakan yang pada bertujuan telur untuk dengan

mempertahankan

mutu

meminimalisasi kontaminasi dan pertumbuhan mikroba patogen kedalam telur dengan cara mencegah masuknya mikroba patogen ke dalam telur dan mencegah keluarnya air ke dalam telur. Mikroba perusak yang dapat mendekomposisi bahan pangan ini antara lain Pseudomonas(Rachmawan 2001), Aloaligenes (Moats1980), Escherichia

(Moats 1980, Coufal et al.2003) dan Salmonella (Coufal et al.2003, Luet al.2003). Salah satu mikroba yang sering mengkontaminasi telur adalah Salmonella (Coufal et al. 2003, Lu et al. 2003) Kontaminasi Salmonella di dalam telur, terutama oleh Salmonella pullorum, dapat dimulai dari ovari, dimana bakteri ini masuk ke dalam ovum atau kuning telur pada waktu ovulasi (Hartoko 2009). Pseudomonas dapat menyebabkan green rot yaitu kerusakan telur yang ditandai dengan isi telur menjadi encer, kadang-kadang dijumpai warna kehijauan, kuning telur tertutup oleh lapisan berwarna merah jambu keputih-putihan, putih telur kadang-

kadang menjadi hitam, serta telur berbau busuk dan rasanya agak asam (Rachmawan 2001). Bakteri ini juga menyebabkan kerusakan telur yang disebut red rot yang ditandai dengan timbulnya warna merah papa kuning telur, putih telur menjadi encer dan berwarna keabu abuan mendekati merah. Aloaligenes dan Escherichia menyebabkan black rot yaitu telur menjadi sangat busuk, isinya berwarna coklat kehijauan encer dan berair, serta kuning telur berwana hitam. Kontaminasi bakteri pada telur dapat mempengaruhi kecacatan terhadap isi telur didalamnya. Adanya kontaminasi bakteri patogen pada telur dapat dilihat dari jumlah cemaran mikroba yang terdapat pada air bekas pencucian telur. Penelitian ini mencoba mengetahui bakteri-bakteri apa saja yang ada di dalam air bekas pencucian telur dan

mengetahui perubahan jumlah cemaran mikroba pada air bekas pencucian telur yang diberi perasan sari daun mengkudu. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu :1. Apakah perasan sari daun mengkudu (Morinda citrifolia) berpengaruh terhadap

penurunan jumlah bakteri pada air bekas pencucian telur?2. Bagaimanakah pengaruh sari daun mengkudu (Morinda citrifolia) dengan berbagai

konsentrsai pada air bekas pencucian telur terhadap jumlah bakteri? 3. Dosis manakah yang memberikan pengaruh tertinggi? 1.3 Landasan Teori Bahan makanan khusunya yang berasal dari hewan mempunyai sifat yang mudah rusak. Kerusakan tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan yang terjadi baik didalam bahan itu sendiri maupun pencemaran dari luar. Pelczar dan Chan (1988) berpendapat, bahwa kandungan mikroorganisme suatu specimen pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan

mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut dan keefektifan metode pengawetan. Beberapa bakteri yang dapat mencemari telur adalah

Pseudomonas(Rachmawan 2001), Aloaligenes (Moats1980), Escherichia (Moats 1980, Coufal et al.2003) dan Salmonella (Coufal et al.2003, Luet al.2003). Bakteri Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang secara normal terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan, tersebar luas maelaui air dan lalat, selain itu juga ditemukan pada tanah, air dan debu (Buckle, 1985). Escherichia coli merupakan keluarga Coliform yang sering dipakai sebagai bakteri indicator terhadap pencemaran feses pada air minum dan bahan makanan lain. Hal ini disebabkan Escherichia coli mempunyai ketahanan hidup lebih lama dan lebih tinggi di udara terbuka, air maupun bahan makanan daripada bakteri

Enterobacteriaceae lain yang bersifat pathogen seperti Salmonella (Strobb, 1991). Escherichia coli mati pada pemanasan 60 0 C selama 30 menit, meskipun ada beberapa strain yang tahan panas. Beberapa strain tahan hidup pada suhu dingin dibawah 0 0 C atau pada keadaan beku sampai 6 bulan (Jawetz et al., 1995). Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa menkudu (Morinda citrifolia) mengandung bahan antibakteri yang dapat digunakan untuk mengatasi pencernaan, Zat antbakteri yang terdapat dalam mengkudu antara lain antrakuinon, acubin, dan alizarin. Didalam mengkudu (Morinda citrifolia) terkandung beberapa zat kimiawi yang dibutuhkan manusia salah satunya adalah scopoletin Menurut Neil Solomon, scopoletin pada mengkudu (Morinda citrifolia) adalah sejenis fitonutrien yang dapt mengikat serotonin. Scopotelin aktif sebagai antimikroba, terutama bektei dan jamur (Dewanti, 2005) 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan perasan sari daun mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap jumlah cemaran bakteri pada air bekas pencucian telur. 1.4.2 Tujuan khusus : 1. Mengetahui jumlah bakteri pada air bekas pencucian telur yang diberi perlakuan dengan perasan sari daun mengkudu. 2. Mangetahui perlakuan terbaik dalam menurunkan jumlah bakteri. 1.5 Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada masyarakat petani dan peternak tentang penggunaan perasan sari daun mengkudu sebagai salah satu alternative pengurangan jumlah miroba kontaminan khususnya untuk telur. 1.6 Hipotesis Berdasarkan latar belakang diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Adanya perbedaan jumlah bakteri pada air bekas pencucian telur yang diberi perlakuan dengan perasan sari daun mengkudu 2. Adanya perbedaan perlakuan yang memberikan pengaruh tertinggi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Mengkudu (Morinda citrifolia) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia)

Filum Subfilum Divisi Famili Genus Spesies Nama spesies

: Aingiospermae : Dycotiledones : Lignose : Rubiaceae : Morinda : citrifolia : Morinda citrifolia

2.1.2 Nama daerah Pace, kemudu, kudu (Jawa), Cangkudu (Pasundan), Kodhuk (Madura), Bakudu (Sumatra), Wangkudu (Kalimantan), Tibah (Bali), Bakulu (Nusa Tenggara) (Suryowinoto, 1997). Nama lain untuk tanaman ini adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga), ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi). 2.1.3 Deskripsi Mengkudu termasuk jenis tanaman pohon dan berbatang bengkok, ketinggian dapat mencapai 3-8 m. Daun tunggal dengan ujung dan pangkal kebanyakan runcing. Buahnya termasuk buah bongkol, benjol-benjol tidak teratur, berdaging, jika masak daging buah berair. Buah masak berwarna kuning kotor atau putih kekuning-kuningan dengan panjang 5-10 cm, lebar 3-6 cm

(Suryowinoto, 1997). Tanaman mengkudu berbuah sepanjang tahun. Mudah tumbuh pada berbagai tipe lahan, dengan daerah penyebaran dari dataran rendah hingga ketinggian 1500 dpl. Ukuran dan bentuk buahnya bervariasi, pada umumnya mengandung banyak biji, dalam satu buah terdapat 300 biji, namun ada juga tipe buah mengkudu yang memiliki sedikit biji. Bijinya dibungkus oleh suatu lapisan atau kantong biji, sehingga daya simpannya lama dan daya tumbuhnya tinggi. Dengan demikian, perbanyakan mengkudu dengan biji sangat mudah dilakukan (Djauhariya dkk., 2006). Pohon

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m, batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuningan, berbelah dangkal, tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada. Daun

Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besarbesar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A. Bunga

Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari

tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum. Buah

Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik. 2.1.4 Kandungan Kimia dan Manfaat Buah mengkudu (M. citrifolia, L.) mengandung scopoletin, sebagai analgesik, antiradang, antibakteri. Glikosida, sebagai antibakteri, antikanker, imunostimulan. Alizarin, Acubin, L. Asperuloside, dan flavonoid sebagai antibakteri. Vitamin C, sebagai antioksidan (Peter, 2005; Waha, 2000; Winarti,2005). Secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois, alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll. Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.

Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, Salmonella scotmuelleri, Salmonella typhi, dan Shigella dusenteriae, Shigella flexnerii, Shigella pradysenteriae, serta

Staphylococcus aureus. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal. Salah satu alkaloid penting yang terdapat di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine atau proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.2.2 Tinjauan Tentang Telur

2.2.1

Kulit dan Membran Telur

Kulit telur bersifat keras, dilapisi kutikula dan permukaannya halus serta terikat kuat pada bagian luar lapisan membrane. Selama telur diproduksi, harus dilakukan perlakuan agar kontaminasi mikroba (dari feses, kotoran dan lain-lain) terjadi sekecil mungkin. Hal yang harus diperhatikan juga adalah tidak mengeringnya permukaan kulit telur, karena akan meningkatkan dan mempercepat mikroba ke dalam telur (Bonita Anjar, 2010). Telur unggas biasanya mempunyai kulit yang halus, kuat dan berkapur. Kekuatan dan ketebalan kulit telur menjadi pelindung isi telur dari serangan serangan luar. Dalam kondisi lingkungan yang baik dan kulit tetap utuh maka isi telur akan aman dari serangan mikroba, tetapi apabila ada sedikit saja keretakan atau lubang pada kulit telur, maka isi telur akan sangat mudah terserang mikroba (Bonita Anjar, 2010). Kulit dan membrane telur merupakan bagian terluar telur prasentasenya

mencapai 11% dari total berat telur (Sudaryani, 1996). Kulit dan membrane telur berfungsi sebagai pelindung masuknya mikroba ke dalam telur yang dapat menurunkan kualitas telur (Lubis dan Paimin, 2001). Pori pori pada telur segar ukurannya masih kecil, kemudian setelah beberapa lama diluar dan terkena udara panas ukurannya bertambah besar dan banyak (Romanoff, 1996). Telur yang bawah atau diatas suhu tersebut akan berpengaruh kurang baik pada kualitas telur (Daryanto, 2003 ). Sudaryani (1996), juga menambahkan perubahan yang terjadi pada telur dapat diketahui berdasarkan penampakan dari luar ketika baru dikeluarkan, pori porinya dilapisi lapisan tipis kutikula yang terdiri dari 90% protein dan sedikit lemak dengan maksud mencegah penetrasi mikroorganisme melalui kulit dengan mengurangi penguapan air yang terlalu cepat (Ahmad, 1995). Membran telur merupakan bagian telur yang terletak sebelah dalam kulit telur. Selaput ini terdiri dari dua lapisan yaitu membrane telur luar (berhubungan dengan kerabang) dan membrane telur dalam (berhubungan dengan putih telur). Antara membrane telur dalam dan luar terdapat suatu ruangan rongga yang disebut ruang hampa udara. Rongga udara yang terletak dibagian ujung telur yang tumpul berperan sebagai tempat persediaan oksigen untuk pernapasan embrio dalam telur (Nurhayati, 2002). 2.2.2 Kualitas Telur

Kualitas telur dapat ditentukan secara eksternal maupun internal. Pengamatan secara eksternal meliputi berat telur, indeks kerabang, kebersihan dan tekstur telur. Sedangkan penentuan secara internal meliputi bau, warna kuning telur, indeks kuning telur, indeks putih telur, pH kuning telur, pH putuh telur, besar rongga udara dan nilai Haught Unit. Penurunan kesegaran telur terutama disebabkan oleh adanya kontaminasi mikroba dari luar masuk melaui pori pori kerabang, kemudian merusak isi telur (Haryoto, 1996). 2.3 Tinjauan Tentang Total Plate Count (TPC)

Prinsip dari metode ini yaitu apabila sel bakteri yang masih hidup akan ditumbuhkan pada media agar maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. TPC dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode tuang, metode permukaan dan metode drop. Dari ketiga metode TPC ini,yang paling sering digunakan adalah metode tuang dan metode permukaan (pawesthirini, 2009). Metode tuang atau Pour Plate dengan cara memasukkan sampel ke dalam cawan petri steril kemudian dituang kedalam media agar sebanyak 15 ml, digoyang goyang kemudian diamkan hingga memadat. Media diletakkan dengan posisi terbalik pada inkubatot 37 0C selama 24 sampai 48 jam kemudian dilakukan perhitungan koloni. Metode permukaan atau surface plate menggunakan media agar yang telah memadat . sampel sebanyak 0,1 ml dituangkan pada permukaan media agar, kemudian diratakan dengan spatel atau hockey stick yang steril dan dimasukkan kedalam incubator selama 24 jam pad suhu 37 0C. Jumlah bakteri dihitung dengan mengalikan jumlah koloni yang tumbuh pada media dengan pengencerannya. Jika dilakukan pada dua cawan petri (duplo), maka jumlah koloni dari cawan duplo dibagi dua. Jumlah bakteri = Jumlah koloni x 1 Factor Pengenceran Hasil analisis mikrobiologis dilaporkan dengan menggunakan standart yang disebut Standart Plate Count , yang menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan petri serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu sampel (abdulgani, 2006).

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada3.2 Materi Penelitian

3.2.1 3.2.2

Bahan Penelitian Alat penelitian

3.3 Metode penelitian 3.3.1 3.3.2 Persiapan Penelitian Pengambilan Sampel Sampel berupa air bekas pencucian telur diambil dari peternakan 3.3.3 Pembuatan Sari daun Mengkudu Daun mengkudu yang diambil dari pohonnya dicuci bersih lalu dipotong kecil kecil dan diblender, kemudian disaring dengan kain saring (ampasnya dibuang). 3.3.4 Perlakuan Sampel dengan Sari Daun Mengkudu

3.3.5 Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri

Setelah dilakukan penanaman bakteri pada media Nutrient Agar, dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri. Adapun criteria menghitung koloni pada cawan adalah : 1. Cawan yang dipilih untuk dihitung adalah cawan yang mengandung jumlah koloni antar 30-300 (Prawesthirini). 2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan. Dapat dihitung sebagai satu koloni. 3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.

3.3.6

Perhitungan Jumlah Bakteri

Jumlah bakteri dituliskan dengan cara satu angka dimuka dan dibelakang koma kali pengenceran, lalu dimasukkan kedalam rumus: Jumlah bakteri = Jumlah koloni x 1/pengenceran Selanjutnya data yang diperoleh dicatat, dikumpulkan dan ditransformasikan log y kemudian dianalisis secara statistik.

3.3.7

Diagram Alur Penelitian (Kerangka Operasional)DAUN MENGKUDU

P0

P1

P2

P3

P5

P6

Air Bekas Cucian Telur

Cuci, Blender lalu saring

Perasan Daun Mengkudu

P4

Inokulasi(penanam an bakteri pada media)

Inkubasikan pada suhu 37 C selama 24-48 jam

Hitung jumlah koloni bakteri masing masing perlakuan TPC (Total Plate Count)

Keterangan : P0 = Air Bekas Cucian Telur (control) P1 = Air Bekas Cucian Telur + Perasan daun mengkudu + 1%

P2 = Air P3 = Air P4 = Air P5 = Air P6 = Air

Bekas Cucian Bekas Cucian Bekas Cucian Bekas Cucian Bekas Cucian

Telur Telur Telur Telur Telur

+ Perasan daun mengkudu + 5% + Perasan daun mengkudu + 10% + Perasan daun mengkudu + 15% + Perasan daun mengkudu + 20% + Perasan daun mengkudu + 25%

3.4 Variabel Pengamatan 3.4.1 Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sari daun mengkudu. 3.4.2 Variabel Tergantung Jumlah bakteri pada air bekas pencucian telur setelah diberikan perlakuan. 3.4.3 Variabel Terkendali Variabel terkendali meliputi asal air bekas pencucian telur, asal daun mengkudu, suhu inkubasi, waktu inkubasi, media yang digunakan. 3.5 Analisis Data