4
Pelaku: - Pak Hanafi - Ibu As - Calon Menantu - Purwoko - Istri Purwoko Suasana: Adegan terjadi malam hari di suatu ruangan (Bu As sedang membuka- buka brosur wisata ke luar negeri) Pak Hanafi : (dalam hati) “Dasar orang miskin, bisanya cuma mimpi. Emangnya, kalau sudah buka-buka brosur begitu. Lantas sudah merasa berada di luar negeri …? (Calon menantu duduk di samping Pak Hanafi) Calon menantu : “Ibu mau pergi ke mana untuk merayakan Tahun Baru ?” Bu As : “Lha ini, aku sedang bingung. Pokoknya rahun ini aku harus keluar dari orbit ibu-ibu kompleks sini. Sudah bosen merayakan Tahun Baru dengan mereka. Perayaan Tahun Baru nya tidak mengesankan. Hanya bakar sate, lantas apa lagi goreng singkong. Nggak berkesan!” Pak Hanafi : “Lha itu, Bu, untuk membeli kenangan alangkah mahalnya, harus pergi ke hotel, atau tempat lain. Tabungan dikuras.” Bu As : “Yang penting puas. Pak. Bapak kok iri sama orang berduit?” Calon menantu : “Terus, Ibu mau ke mana?” Bu As : “Aku sedang bingung. Mau Tahun Baru ke Prancis, di sana sedang ada pemogokan. Transportasi lumpuh. Masak, pergi ke Prancis cuma mendekam di rumah Saudara. Kan, nggak enak. Mau nengok famili di Kanada, di sana sedang musim dingin.”

Contoh Naskah Drama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh naskah drama

Citation preview

Page 1: Contoh Naskah Drama

Pelaku:

- Pak Hanafi

- Ibu As

- Calon Menantu

- Purwoko

- Istri Purwoko

Suasana:

Adegan terjadi malam hari di suatu ruangan (Bu As sedang membuka-buka brosur wisata ke luar negeri)

Pak Hanafi : (dalam hati) “Dasar orang miskin, bisanya cuma mimpi. Emangnya, kalau sudah buka-buka brosur begitu. Lantas sudah merasa berada di luar negeri …?

(Calon menantu duduk di samping Pak Hanafi)

Calon menantu : “Ibu mau pergi ke mana untuk merayakan Tahun Baru?”

Bu As : “Lha ini, aku sedang bingung. Pokoknya rahun ini aku harus keluar dari orbit ibu-ibu kompleks sini.

Sudah bosen merayakan Tahun Baru dengan mereka. Perayaan Tahun Barunya tidak mengesankan.

Hanya bakar sate, lantas apa lagi goreng singkong.

Nggak berkesan!”

Pak Hanafi : “Lha itu, Bu, untuk membeli kenangan alangkah mahalnya, harus pergi ke hotel, atau tempat lain.

Tabungan dikuras.”

Bu As : “Yang penting puas. Pak. Bapak kok iri sama orang berduit?”

Calon menantu : “Terus, Ibu mau ke mana?”

Bu As : “Aku sedang bingung. Mau Tahun Baru ke Prancis, di sana sedang ada pemogokan. Transportasi lumpuh.

Masak, pergi ke Prancis cuma mendekam di rumah Saudara. Kan, nggak enak. Mau nengok famili di Kanada, di sana sedang musim dingin.”

Pak Hanafi : (mencibirkan bibirnya)

Calon menantu : “Kan, ada baju tebal.”

Bu As : “Bukan perkara baju tebal, tetapi rematikku ini, lho.

Bisa kambuh nanti.”

Calon menantu : “Ke Australia saja, Bu As. Di sana kan sedang musim panas.”

Page 2: Contoh Naskah Drama

Bu As : “Ya, ngapain ke sana. Cuma melihat kanguru.

Sudah ada, tuh, di sini. Di kebun binatang. Kenapa mesti ke sana.”

Pak Hanafi : “Alasan rematik, alasan kanguru, orang tidak punya tabungan saja, Ibu berlagak ….”

Bu As : “Siapa tahu ada yang mengongkosi ….”

Pak Hanafi : (agak marah) “Bu, di depan calon menantu jangan ngomong begitu, nanti dikira nyindir ….”

Calon menantu : (sambil meringis) “Saya sudah kebal kok, Pak, oleh sindiran. Saya memang orang yang benar-benar tidak punya.”

Bu As : (menjadi berang) “Bapak menuduh asal-asalan.

Memangnya aku minta diongkosi oleh menantu ….”

Pak Hanafi : “Yaa … misalnya, orang lain, mau Bu?”

Bu As : (Wajah berangnya kontan hilang, berubah terbelalak penuh harap). “Lho, siapa, Pak, yang mau mengongkosi?”

Pak Hanafi : “Ada, mau?”

Bu As : (sambil melihat kesungguhan suaminya). “Ya, mau.”

Pak Hanafi : “Ibu loncat pagar saja di kedutaan!”

Calon menantu : (tertawa terbahak-bahak).

Bu As : (kebingungan) “Lho, bisa toh, Nak?”

Calon menantu : “Ya, bisa, Bu, tetapi itu namanya minta suaka politik.”

Pak Hanafi : “Ya, nggak apa-apa, Bu. Ibu bilang saja pada orang kedutaan, sudah bosan tinggal di Indonesia. Punya suami sudah gaek, tidak bisa apa-apa. Di luar negeri jadi gelandangan juga diberi uang, kok, Bu.”

Bu As : “Huu, menghina, jadi gelandangan …. nggak, nggak sudi yaa ….”

Tiba-tiba terdengar suara “bluk” di belakang rumah.

Bu As : “Lho, apa itu?”

Calon menantu lari ke belakang. Bu As dan Pak Hanafi menyusul. Di pojok belakang ada sesosok lelaki terduduk. Kelihatannya habis loncat dari pagar dan kakinya sedikit kesakitan.

Bu As : (teriak) “Maliiiiing!”

Purwoko : “Bu, saya bukan maling, tetapi tetangga di belakang rumah Ibu.”

Bu As : “Lho, Nak Purwoko ….”

Purwoko : “Iya, Bu ….”

Page 3: Contoh Naskah Drama

Pak Hanafi : (mendekat). “Dik, ini bukan kedutaan. Jangan minta suaka di sini. Apalah saya ini. Saya tidak permah melamar jadi duta besar, kok Adik mencari suaka di rumah saya ….”

Purwoko : “Maaf, saya … ng … saya mau dibunuh istri saya ….”

Bu As : “(geleng kepala). “Wah, ini perkara perselingkuhan.

Pasti ini. Biarlah suami istri orang Inggris saja yang pada selingkuh. Kenapa pada tiru-tiru.”

Pak Hanafi : (tertawa). “Perselingkuhan lagi nge-trend, kok, Bu.Menurut ramalanku, tahun 1996, bakalan banyak perselingkuhan.”

Purwoko tidak menghiraukan ocehan-ocehan tersebut dan hendak meninggalkan mereka, tetapi ….

Pak Hanafi : (sambil mengajak masuk ke dalam rumah). “Sudah, ditenangkan dulu.”

Purwoko : “Saya ini, ‘kan orang kapal, Bu. Sering keliling dunia ….”

Pak Hanafi melirik Bu As.

Pak Hanafi : “Itu, Bu, kalau mau keliling dunia secara gratis, Ibu jadi orang kapal saja ….”

Bu As : “Sembarangan. Orang kapal ….”

Purwoko : (menengah) “Saya sudah bosan jadi orang kapal.

Saya mau jadi orang daratan saja, Bu. Eee … istri saya malah marah. Katanya, di daratan banyak pengangguran. Lantas ia memaksa saya untuk berlayar lagi, tetapi saya tidak mau. Istri saya marah.

Lantas saya menuduh dia lebih senang saya tinggalkan. Biar bisa bersenang-senang dengan lelaki lain ….”

Pak Hanafi : (sambil mengangkat tangan). “Lho, bukan saya.

Saya sudah tua, lho ….”

Purwoko : (tersenyum) “Terus dia marah dan bawa pisau dapur. Saya mau ditusuk. Lantas saya lari.”

Calon Menantu : “Masak, tidak bisa dicegah sendiri. ‘Kan lelaki lebih kuat.”

Purwoko : “Saya menangkis dengan bantal dan guling sampai bantal dan guling itu ‘bodol’, tetapi dia tetap saja mengamuk. Lantas saya lari.”

Pak Hanafi : “Wah, ini pertanda berita tentang pembunuhan pada tahun 1996 semakin banyak. Tabloid-tabloid tidak bakal kekurangan bahan. Baiklah, Nak Purwoko di sini dulu. Saya mau tengok istri Nak Purwoko.

(sambil menepuk bahu calon menantu) “Ayo, temani Bapak ….”

Bu As : “Biar, aku saja ….”