20
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MASALAH DAN PEMECAHANNYA MENGENAI TEKNIK PENILAIAN TES TERTULIS DENGAN BENTUK INSTRUMEN MENJODOHKAN, PILIHAN GANDA, DAN ESSAY DOSEN : Dr.Ir. Vina Serevina Disusun Oleh : Rika Aprianti 7836130851 PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014

13.vina serevina rika aprianti

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 13.vina serevina rika aprianti

EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

MASALAH DAN PEMECAHANNYA MENGENAI TEKNIK

PENILAIAN TES TERTULIS DENGAN BENTUK INSTRUMEN

MENJODOHKAN, PILIHAN GANDA, DAN ESSAY

DOSEN :

Dr.Ir. Vina Serevina

Disusun Oleh :

Rika Aprianti

7836130851

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

Page 2: 13.vina serevina rika aprianti

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai

tujuan. Dimana tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan

atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan

kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran

serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu

dilaku kan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar

siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah untuk

mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang

telah ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program

pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang

digunakan dalam evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik

pengumpulan data tes. Melalui tes kita dapat mengetahui sejauh mana

kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah diberikan (Ijah

Nurhadijah, 2013).

Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah

penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen

evaluasi, pengumpulan informasi atau data, analisis dan interpretasi serta

tindak lanjut (Ijah Nurhadijah, 2013). Instrumen evaluasi hasil belajar

untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal

dapat berwujud tes maupun non-test. Teknik penilaian bentuk tes

dapat berbentuk tes tertulis, tes lisan, dan tes unjuk kerja. Sedangkan

teknik penilaian bentuk non-tes dapat berbentuk observasi, wawancara,

jurnal, menilai diri, dan menilai sesama teman.

Page 3: 13.vina serevina rika aprianti

Seorang guru yang baik perlu memahami teknik penilaian dengan

berbagai bentuk instrumen yang sesuai untukdigunakan mengukur

ketercapaian kompetensi siswa.Dalam makalah ini pembahasan akan

difokuskan tentang“Masalah dan Pemecahannya Mengenai Teknik

Penilaian Tes Tertulis Dengan Bentuk Instrumen Menjodohkan, Pilihan

Ganda, Dan Essay” sehingga kita bisa mengetahui dan membedakan

berbagai instrumen penilaian tes tulis.

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam makalah ini adalah permasalahan dalam

pendidikan yang terkait mengenai teknik penilaian tes tertulis dengan

bentuk instrumen menjodohkan, pilihan ganda, dan essay yang selanjutnya

akan diurai dalam beberapa sub-pokok bahasan, diantaranya :

1. Bagaimana teknik penilaian tes tertulis dengan bentuk instrumen

menjodohkan, pilihan ganda, dan essay?

2. Permasalahan apa saja yang terjadi dalam bidang pendidikan

terkait teknik penilaian tes tertulis dengan bentuk instrumen

menjodohkan, pilihan ganda, dan essay dan Solusi apa yang

ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui teknik penilaian tes tertulis dengan bentuk instrumen

menjodohkan, pilihan ganda, dan essay.

2. Mengetahui permasalahan apa saja dalam pendidikan terkait teknik

penilaian tes tertulis dengan bentuk instrumen menjodohkan,

pilihan ganda, dan essay serta mencari solusi dari permasalahan

tersebut.

Page 4: 13.vina serevina rika aprianti

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tes Tertulis sebagai Salah Satu Teknik Penilaian

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan

sebagai saranauntuk memperoleh informasi tentang keadaan peserta didik.

Penggunaan berbagaiteknik dan alat disesuaikan dengan tujuan penilaian,

waktu yang tersedia, sifat tugasyang dilakukan peserta didik, dan

banyaknya/jumlah materi pembelajaran yang sudahdisampaikan

(Depdiknas, 2008:3). Depdiknas (2008:5) teknik penilaian

merupakanmetode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk

mendapatkan informasi.Teknik penilaian yang mungkin dan dapat

dipergunakan dengan mudah oleh guru,misalnya: (1) tes (tertulis, lisan,

perbuatan), (2) observasi atau pengataman, dan (3)wawancara (Raina

Puspa Pertiwi, 2010).

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik

dengan memberikan jawaban tertulis (Alim Sumarmo, M.Pd, Juni 2011).

Penulisan tes tertulis merupakan kegiatan yang paling penting dalam

menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan

rumusan indikator yang sudah disusun dalam kisi-kisi. Penggunaan bentuk

soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada

perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat

diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal

essay, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan

tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis objektif seperti

pilihan ganda maupun essay memiliki kelebihan dan kelemahan satu

dengan yang lain (Raina Puspa Pertiwi, 2010)

Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat

mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal

essay di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan

Page 5: 13.vina serevina rika aprianti

gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat

sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah sulit

menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal essay di antaranya adalah

sulit menyusun pedoman penskorannya.

B. Tes Tertulis dengan Bentuk Instrumen Berupa Tes Objektif

Tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Tes objektif

adalah tes atau butir soal yang menuntut jawaban secara lebih pasti.

Bentuk tes objektif dapat mencakup banyak materi pelajaran,

penskorannya objektif, dan mudah dikoreksi. Tes Objektif berbeda dengan

tes essay, tugas-tugas dan persoalan-pesoalan dalam tes objektif sudah

terstruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat

ditentukan secara pasti. Ada empat macam tes objektif, yaitu tes jawaban

benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian

(completion), dan menjodohkan (matching) (Nurgiyantoro, 2001: 98).

Pada pembahasan makalah ini hanya akan dibahas mengenai tes objektif

bentuk menjodohkan dan pilihan ganda (Adi Saputra, 2012).

1. Menjodohkan

Tes bentuk ini sebenarnya merupakan bentuk khusus dari tes

pilihan berganda/ berjumlah. Isi yang membedakan keduanya adalah

bahwa dalam bentuk menjodohkan tidak hanya ada satu masalah

jawaban. Secara nyata dalam tes bentuk ini disediakan dua kelompok

bahan, dan siswa harus mencari pasangan/ jodoh-jodoh yang sesuai

antara bahan yang terdapat pada kelompok pertama dan pada

kelompok kedua (Leni Permana, 2011).

Dengan demikian tes menjodohkan terdiri atas satu seri

pertanyaan/ persoalan dan satu seri jawaban. Masing-masing

pertanyaan/ persoalan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri

jawaban. Dalam tes ini siswa diminta untuk mencari dan menempatkan

jawaban untuk setiap pertanyaan/ persoalan sehingga cocok/ sesuai

dengan pertanyaan (sebagai suatu pasangan). Dalam bentuk yang

Page 6: 13.vina serevina rika aprianti

paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi

sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan dibuat lebih banyak

daripada soalnya karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa

menjawab bentuk dengan hanya menebak. Pertanyaan tidak harus

berupa kalimat lengkap tetapi bisa hanya berupa statement/ pernyataan

singkat dan bahkan bisa hanya berupa satu kata/ konsep daja, demikian

juga jawabannya. Bentuk tes ini cocok untuk mengetahui pemahaman

peserta didik tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak,

namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah (Adi Saputra,

2012).

Kemampuan yang diukur dalam soal bentuk menjodohkan antara lain:

(Leni Permana, 2011).

1) Kemampuan untuk mengidentifikasi informasi berdasarkan

hubungan yang sederhana.

2) Kemampuan mengidentifikasi menghubungkan antara dua hal.

Keunggulan tes tertulis bentuk menjodohkan, antara lain: (Leni

Permana, 2011).

1) Keluasan materi yang dapat dicakup.

2) Relatif lebih mudah dibuat.

3) Ringkas dan ekonomis

4) Penskoran mudah, cepat, objektif.

Kelemahan tes tertulis bentuk menjodohkan, antara lain: (Leni

Permana, 2011).

1) Kurang tepat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif

yang lebih tinggi.

2) Kemungkinan peserta tes menerka jawaban.

2. Pilihan Ganda

Salah satu bentuk tes objektif adalah soal bentuk pilihan ganda.

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan

pilihan jawabannya (Depdiknas,2008:15). Tes pilihan ganda

merupakan suatu bentuk tes yang paling banyak dipergunakan dalam

Page 7: 13.vina serevina rika aprianti

dunia pendidikan. Tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pernyataan

atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian diikuti oleh sejumlah

pernyataan atau bentuk yang dapat untuk melengkapinya. Dari

sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat sedang yang lain

merupakan pengecoh (distractors) (Nurgiyantoro, 2001: 99). Penulisan

soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan

ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk

pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik

adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan,

serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh

karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan

ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah

berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah

kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan

pengecohnya (Rifah Mahmud, 2013).

Kaidah penulisan soal pilihan ganda dalam Depdiknas (2008: 15-

16) sebagai berikut. (Raina Puspa Pertiwi, 2010)

a. Materi

Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal harus

menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai

dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi), pengecoh harus

berfungsi, dan setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang

benar (artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban).

b. Konstruksi

1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya,

kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus

jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang

berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya

mengandung satu persoalan/gagasan.

2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan

pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat

Page 8: 13.vina serevina rika aprianti

rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan,

maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.

3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang

benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata,

kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan

petunjuk ke arah jawaban yang benar.

4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat

negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat

dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk

mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik

terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan

bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek

yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu

sendiri.

5) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi

materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari

materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal,

penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus

berfungsi.

6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua

pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di

atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini,

maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena

pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan

pernyataan itu menjadi tidak homogen.

7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah

ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik

memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali

jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan

kunci jawaban. (Raina Puspa Pertiwi, 2010)

Page 9: 13.vina serevina rika aprianti

8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus

disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau

kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka

harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai

nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga

pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara

kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk

memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.

9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang

terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja

yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca,

dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab

tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang

terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak

berfungsi.

10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata

yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya,

kadang-kadang.

11) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta

didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan

dapat menjawab benar soal berikutnya. (Raina Puspa Pertiwi,

2010)

c. Bahasa/Budaya

Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan

soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subjek,

(2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan

kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan; (1) penulisan

huruf, (2) penggunaan tanda baca. Bahasa yang digunakan harus

Page 10: 13.vina serevina rika aprianti

komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti peserta

didik. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan

merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada

pokok soal. (Raina Puspa Pertiwi, 2010)

Keunggulan tes tertulis bentuk pilihan ganda, antara lain: (Leni

Permana, 2011)

1) Jumlah materi relative tidak terbatas.

2) Dapat mengukur berbagai jenjang kemampuan.

3) Penskoran mudah, cepat, objektif

4) Cocok digunakan untuk jumlah peserta tes yang banyak.

5) Reliabilitas lebih tinggi dibanding soal bentuk essay.

Kelemahan tes tertulis bentuk pilihan ganda, antara lain: (Leni

Permana, 2011)

1) Keterbatasan mengekspresikan gagasan.

2) Kemungkinan menerka jawaban.

3) Memerlukan waktu relative lama untuk membuat soal.

4) Sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen,

logis, dan berfungsi.

5) Kurang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal.

C. Essay

Secara ontologis tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang

susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing

mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-

uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi,H.M.

2009). Senada dengan itu, menurut Oemar Hamalik (2001) tes essay

adalah salah satu bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa

pertanyaan essay, yakni pertanyaan yang menuntut jawaban tertentu oleh

siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa

memiliki kesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda

Page 11: 13.vina serevina rika aprianti

dengan jawaban siswa lainnya. Tes essay yang biasa dipakai di sekolah

mempunyai arti yang luas, yaitu tidak hanya mengukur kemampuan siswa

dalam menyajikan pendapat pribadi, melainkan juga menuntut

kemampuan siswa dalam hal menyelesaikan hitungan, menganalisis

masalah, dan mengekspresikan pendapat.

Dalam menulis soal bentuk essay diperlukan ketepatan dan

kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah

bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk essay, yaitu

menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara

mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan

menggunakan kata-katanya sendiri.

Adapun kelengkapan tersebut adalah kelengkapan perilaku yang

diukur, digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman

penskorannya.Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk essay

adalah menyusun pedoman penskoran. Penulis soal harus dapat

merumuskan secara tepat pedoman penskoran karena kelemahan bentuk

soal essay terletak pada tingkat subjektivitas dalam penskoran. Kaidah

penulisan soal essay dalam Depdiknas (2008: 14) sebagai berikut.

a. Materi

Soal harus sesuai dengan indikator, setiap pertanyaan harus

diberikan batasan jawaban yang diharapkan, materi yang ditanyakan

harus sesuai dengan tujuan pengukuran, dan materi yang ditanyakan

harus sesuai dengan jenjang dan jenis sekolah atau tingkat kelas.

b. Konstruksi

Soal menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban

terurai, ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal, setiap

soal harus ada pedoman penskorannya, dan tabel, gambar, grafik, peta,

atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.

c. Bahasa

Rumusan kalimat soal harus komunikatif, menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar (baku), tidak menimbulkan penafsiran

Page 12: 13.vina serevina rika aprianti

ganda, tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu, dan

tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta

didik.

Dalam pembelajaran di kelas, tes essay masih banyak digunakan

oleh para guru, karena tes essay memiliki beberapa kelebihan. Menurut

Sukardi, H.M (2009) tes essay dapat digunakan untuk menilai hal-hal

berkaitan erat dengan beberapa butir berikut.(Gede Benny Kurniawan,

2011)

a. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke

dalam jawaban item secara tepat.

b. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan

bahasa mereka sendiri.

c. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan

menyatakan pemikiran siswa secara aktif.

d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta

menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.

e. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami

suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di

dalam kelas.

Di samping beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan di

atas, ternyata tes essay juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu

diperhatikan oleh seorang guru. Menurut Sukardi, H.M (2009)

kelemahan tes essay di antaranya sebagai berikut.

a. Ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang

menyeluruh. Hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan setiap butir soal cukup banyak, sehingga jumlah

butir soal yang disajikan sedikit. Pada tes essay ini, jika siswa

kebetulan mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai dengan

butir soal yang disajikan, ia dapat dengan mudah

menyelesaikannya. Sebaliknya jika siswa tidak mempelajari

Page 13: 13.vina serevina rika aprianti

dengan baik materi yang tersaji dalam soal itu biasanya mendapat

hasil yang kurang baik.

b. Sesuai dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan

dan pemberian nilai akhir seringkali dipengaruhi faktor

subjektivitas dari pemeriksa atau pemberi nilai, sehingga nilai

akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bias, kurang

mencerminkan kemampuan sebenarnya. Faktor subjektivitas itu

sebagai akibat pengaruh kondisi pemeriksa, siswa dan lingkungan.

c. Pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh

sembarang orang, tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-

benar ahli dalam bidangnya. Bila pemeriksa kurang mengetahui

pokok persoalan yang diujikan, akan mengakibatkan hasil

pemeriksaan yang dapat merugikan siswa. Demikian pula jika

pemeriksa kurang memiliki pengetahuan luas mengenai cara

penyelesaian suatu soal, mungkin langkah-langkah penyelesaian

suatu soal tidak sama dengan kunci jawaban akan dianggap salah,

padahal pekerjaan itu benar.

d. Memeriksa jawaban tes essay cukup rumit sehingga memerlukan

waktu yang cukup banyak. Pola jawaban siswa untuk soal bentuk

ini bisa beraneka ragam, karena siswa diberi kebebasan untuk

mengeluarkan pendapatnya sendiri. Pengetahuan yang telah

diperoleh dan dikuasainya akan diutarakan sesuai dengan relevansi

pada jawaban persoalan yang ditanyakan. Tiap siswa tentu akan

memberikan uraian yang berlainan dan bermacam-macam, apalagi

jika persoalannya divergen. Meskipun demikian dalam matematika

keanekaragaman ini tidak akan jauh berbeda karena sifatnya eksak,

lain halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena

keanekaragaman itu, baik cara penyelesaian maupun alur pikiran

yang terdapat di dalamnya, maka pemeriksaaan akan memerlukan

banyak waktu dan melelahkan.

Page 14: 13.vina serevina rika aprianti

D. Permasalahan dalam Pendidikan dan Solusinya

1. Permasalahan mengenai kaidah bahasa dalam penulisan soal

Permasalahan:

Kasus LHI Jadi Soal Ujian SMK ( Andi Nur Aminah, 2014)

Institusi Sekolah Tidak Pantas Buat Soal Kasus LHI

Kronologi :

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Anggota Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP), Djemari Mardapi, menyayangkan adanya

soal ujian Bahasa Indonesia yang mengangkat kasus hukum Presiden PKS,

Luthfi Hasan Ishaaq.

Meski belum mengetahui pasti soal tersebut, Djemari mengatakan,

institusi sekolah tidak pantas membuat soal yang menyangkut nama orang,

terkait dengan SARA, ataupun hal yang menjelek-jelekkan.

Djemari mengatakan, dalam pembuatan soal, ada aturan bakunya.

Jika harus menggunakan nama, biasanya menyebutnya sebagai si A atau si

B. Bahkan menampilkan istilah laki-laki dan perempuan dalam sebuah

soal tidak disarankan karena dikhawatirkan akan muncul bias gender.

Soal ujian, apalagi jika sampai menyebutkan nama orang, menurut

dia menjadi suatu kelalaian pembuat soalnya. Djemari memastikan, soal

tersebut bukan soal Ujian Nasional (UN). Karena jika soal UN, semuanya

sudah melalui pemeriksaaan dan dievaluasi. "Seingat saya tidak ada soal

seperti itu," ujarnya, Rabu (19/6).

Dia mengatakan, institusi pendidikan, sebaiknya selektif dalam

membuat soal dan harusnya menampilkan contoh yang baik, bukan yang

jelek. "Soal itu kan suatu pembelajaran, jadi sebaiknya menampilkan

sesuatu yang baik," kata Djemari.

Page 15: 13.vina serevina rika aprianti

Solusi :

Institusi pendidikan harus lebih selektif dalam membuat soal dan

memperhatikan kaidah pembuatan soal yang baik terutama kaidah

pengguanaan bahasa. Pengawasan pembuatan soal terutama soal ujian

Negara sebaiknya diawasi langsung oleh pemerintah dan dibuat oleh orang

yang berkompeten dengan melibatkan pakar ahli dalam bidang penulisan

soal.

2. Permasalahan mengenai tes tertulis bentuk instrument pilihan ganda

Permasalahan:

Soal Pilihan Ganda Tak Bisa Ukur Kualitas Guru

Ujian Pemetaan Hanya Proyek (cha, 2014)

Kronologi :

JAKARTA - Ujian pemetaan guru yang menggunakan bentuk soal pilihan

ganda untuk mengukur kompetensi pedagogik dinilai tidak tepat.

Seharusnya, untuk mengetahui kualitas guru mengajar, Pemerintah harus

menerjunkan tim penilai yang harus masuk ke kelas guru yang

bersangkutan dan menyaksikan langsung proses pembelajarannya di kelas.

"Mekanisme ini sesungguhnya sudah ada, karena merupakan tupoksi dari

kepala sekolah, yakni tugas supervisi. Namun, jarang kepala sekolah yang

melaksanakan fungsi ini. Seharusnya Kemdikbud melakukan pembinaan

dan kontrol atas kinerja para kepala sekolah," ungkap Presidium Federasi

Serikat Guru Indonesia (FSGI), Guntur Ismail di kantor Indonesia

Corruption Watch (ICW), Jakarta, Jumat (6/7).

Disebutkan, ada empat kompetensi guru yang harus diukur oleh

pemerintah. Yakni, kompetensi pengetahuan, pedagogik, sosial dan

kepribadian. Namun, ujian pemetaan hanya akan mengukur dua

kompetensi saja, yaitu pengetahuan dan pedagogik.

"Ketika pemetaan kualitas guru dilakukan hanya dengan mengukur dua

kompetensi itu, artinya hanya mengukur 50 persen dari indikator yang

Page 16: 13.vina serevina rika aprianti

harus diukur, kemudian ingin menyimpulkan kualitas guru. Ini jelas

sebuah pelanggaran dan ketidakadilan bagi guru," tukasnya.

Oleh karena itu, lanjut Guntur, FSGI menilai bahwa ujian pemetaan ini

hanya sekadar proyek, dimana anggaran Kemdikbud yang cukup banyak

namun tidak memiliki program yang jelas untuk peningkatan kualitas

pendidikan termasuk peningkatan kualitas guru, kepala sekolah dan

pengawas. "Ujian dengan cara ini tidak adil dan tidak mempertimbangkan

kondisi nyata di lapangan," ujarnya.

Meskipun begitu, Guntur tidak menampik bahwa saat ini masih banyak

guru yang tidak berkualitas kinerjanya. Akan tetapi, seharusnya

pemerintah melakukan evaluasi terhadap universitas-universitas ataupun

lembaga pendidikan yang mencetak guru. "Jangan menyalahkan

produknya, tapi yang harus disalahkan itu pabriknya yang bertanggung

jawab atas proses produksinya. Selama ini kesalahan selalu ditimpakan

pada guru sebagai produk, tapi pabriknya didiamkan saja dan bisa tenang-

tenang saja," tuturnya.

Solusi :

Pemerintah harus menerjunkan tim penilai yang harus masuk ke kelas guru

yang bersangkutan dan menyaksikan langsung proses pembelajarannya di

kelas.Kemdikbud melakukan pembinaan dan kontrol atas kinerja para

kepala sekolah untuk ikut mengawasi kualitas guru. Karena hal ini

memang sudah kewajiban kepala sekolah. Akan tetapi, seharusnya

pemerintah melakukan evaluasi terhadap universitas-universitas ataupun

lembaga pendidikan yang mencetak guru.

Page 17: 13.vina serevina rika aprianti

3. Permasalahan mengenai tes tertulis bentuk essay

Permasalahan:

Soal UAS Diusulkan Model Essay (Cha, 2014)

Kronologi :

JAKARTA — Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),

Djaali, mengusulkan kepada pemerintah khususnya Kementerian

Pendidikan Nasional (Kemdiknas) agar soal-soal yang diujikan dalam

Ujian Akhir Sekolah (UAS) dibuat dalam bentuk essay.

Pasalnya, soal UN sudah berbentuk pilihan ganda, sehingga alangkah

baiknya jika soal UAS dibuat dalam bentuk essay. Djaali mengatakan,

imbauan ini juga bertujuan agar para guru dan sekolah dapat mampu

mengukur pemahaman dan pengetahuan siswa dalam mengerjakan soal

ujian.

“Jadi, soal pilhan ganda yang ada di UN sebaiknya tidak ditanyakan

kembali di dalam essay. Sekolah pun dapat membuat soal yang bersifat

bersifat penjabaran. Dari situ, akan terlihat daya tangkap dan pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan," kata Djaali, Kamis (9/12).

Dia mengatakan, usulan pembuatan soal UAS dalam bentuk essay tersebut

dinilai sesuai dengan tujuan pemerintah yang akan menjadi UN tahun

depan lebih komprehensif dibandingkan sebelumnya.

“Meskipun soal UAS dibuat dalam bentuk essay, akan tetapi pembuatan

kisi-kisi tetap dibuat oleh pemerintah sehingga dapat terpetakan dengan

baik,” tukasnya.

Menurut Djaali, ujian essay yang dibuat oleh pemerintah juga harus sesuai

dengan ketentuan yang tertera di Permendiknas No.23 tahun 2006 tentang

Page 18: 13.vina serevina rika aprianti

Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Disebutkan, persyaratan pembuatan soal essay yang dibuat oleh sekolah

harus memenuhi empat syarat, yakni sah secara substansional,

konstruksional, bahasa dan validitas empiris. Mengenai kisi-kisi, Djaali

menyatakan, jika bobotnya dibagi 60:40 , maka 40 persen kisi-kisinya

akan dibuat oleh sekolah. “Tetapi ini semua masih akan dibahas oleh

pemerintah dan DPR,” tegasnya.(cha/jpnn)

Solusi :

Pemerintah harus memberikan pembinaan terlebih dahulu mengenai

pembuatan soal UAS dalam bentuk essay kepada guru-guru bidang study.

Dengan harapan guru akan memiliki pandangan yang sama terkait rencana

tersebut. Kisi-kisi ujian essay yang dibuat oleh pemerintah juga harus

sesuai dengan ketentuan yang tertera di Permendiknas No.23 tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Membuat sistem penskoran yang jelas dan bersifat seobjektif

mungkin sehingga tidak ada siswa yang merasa dirugikan.

Page 19: 13.vina serevina rika aprianti

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sebagai bagian dari system pendidikan, penilaian memiliki peran

penting sebagai alat ukur keberhasilan mencapai kompetensi yang hendak

dicapai. Pengumpulan data atau informasi untuk penilaian dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu tes dan non-test. Teknik penilaian bentuk tes

dapat berbentuk tes tertulis, tes lisan, dan tes unjuk kerja.Sedangkan teknik

penilaian bentuk non-tes dapat berbentuk observasi, wawancara, jurnal,

menilai diri, dan menilai sesama teman.

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik

dengan memberikan jawaban tertulis. Terdapat dua jenis tes tertulis yaitu

tes tertulis objektif seperti pilihan ganda dan menjodohkan, serta tes

tertulis subjektif berupa tes essay atau uraian. Bentuk tes objektif dan

essay masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan

soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur

kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal essay di

antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan

dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri.

Kelemahan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah sulit menyusun

pengecohnya, sedangkan untuk soal essay di antaranya adalah sulit

menyusun pedoman penskorannya.

Page 20: 13.vina serevina rika aprianti

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Andi Nur. 2014.Institusi Sekolah Tidak Pantas Buat Soal Kasus LHI.http

://www.republika.co.id /berita/nasional/umum /13/ 06/19/mon7na-

institusi-sekolah-tidak-pantas-buat-soal-kasus-lhi

Cha. 2014.Soal Pilihan Ganda Tak Bisa Ukur Kualitas

Guru.http://www.jpnn.com/read/2012/07/07/133076/Soal-Pilihan-

Ganda-Tak-Bisa-Ukur-Kualitas-Guru-

Cha. 2014.Soal UAS Diusulkan Model

Essay.http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=79217

H.M, Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya.

Yogyakarta: Bumi Aksara

Kurniawan, Gede Benny. 2011.Mengkonstruksi Tes Essay.http://benny-metika.

blogspot.com/ 2011/08/ mengkonstruksi -tes-essay.html

Mahmud, Rifah. 2013.Evaluasi dan Penilaian Tes.http: //rifahmahmud

.staff.stainsalatiga. ac.id/2013/01/29/evaluasi-dan-penilaian-1-tes/

Nurhadijah, Ijah. 2013.Pengembangan Instrumen Penilaian

Tes.http://ijahnurhadijah.blogspot.com/2013 /03/ pengembangan -

instrumen-penilaian-tes.html

O, Hamalik. 2001.Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung:

Mandar Maju

Permana, Leni.2011.Pembuatan Tes Tertulis.http: //file.upi.edu /Direktori /FPEB

/PRODI. EKONOMI DAN_KOPERASI/197603182001122-LENI

_PERMANA /Pembuatan Tes_Tertulis.pdf

Pertiwi, Raina Puspa. 2010.Pengembangan Teknik Penilaian Bentuk Tes

Tertulis.http://eprints.uny.ac.id/9500/3/bab%202-08201241001.pdf

Saputra, Adi. 2012.Bentuk dan Jenis Tes.http: //adisaputrabtm .blogspot .com

/2012/06 / bentuk -dan-jenis-tes.html

Sumarmo, Alim. M.Pd. 2011.Teknik Asesmen Penilaian

Tertulishttp://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/teknik-

asesmen-penilaian-tertulis