Upload
operator-warnet-vast-raha
View
743
Download
110
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS SENI BUDAYA
NASKAH DRAMA
“SANGKURIANG”
DISUSUN OLEH :
1.RIA ASRI B
2.ARLA AILANI
3.DEWISA
4.WULAN PURNAMA
5.WD.ASRIANTI
6.RIZAL SUPRIYANTI
7.KORNELIUS FEBRI
Pada zaman dahulu kala, di daerah Parahiyangan Jawa Barat ada sebauh kerajaan yang diperintah
oleh Prabu Galuga. Ia seorang raja yang gagah perkasa. Umurnya sudah 40 tahun namun ia tidak
mempunyai permaisuri, memang dia tidak ingin beristri. Namun iya mempunyai seorang anak bernama
Dayang sumbi, anak tersebut ia temukan ketika iya sedang berburu. Dayang sumbi iyalah seorang
anak yang diturunkan dari daerah kayangan. Sebab Prabu Galuga telah melanggar perintah ayahnya
dahulu yang menyuruh Prabu Galuga untuk menikah, namun Prabu Galuga membantah.
Prabu Galuga : “Apakah ini sebuah karma bagiku?” (berkata dalam hati)
Dayang Sumbi : “ Ada apa ayah ?”
Prabu Galuga : “Kau harus segera menikah Sumbi!”
Dayang Sumbi : “Ampun ayahanda. Hamba belum berminat untuk berumah tangga.”
Prabu Galuga : “Sumbi, hanya ada dua pilihan bagimu. Mau menikah atau kau
kuasingkan di tepi hutan. Hanya ditemani seekor anjing dan jangan
pernah kembali ke istana, kecuali aku sendiri yang memerintahmu!”
Dayang Sumbi : “Baiklah aku akan memilih tinggal di tepi hutan.”
Tumang : “Sumbi kau tidak usah bersedih saya akan setia menemanimu sampai kau diperintahkan
untuk kembali ke kerajaan lagi.”
Dayang Sumbi : “(kaget dan heran) benarkah itu suaramu tumang? Apa kau bisa bicara? Oh tumang
akhirnya aku punya teman di tengah-tengah kesepian ini.”
Tumang : “Benar Sumbi aku bisa bicara. Aku akan menjadi temanmu selama kamu kesepian. Tapi
apa kamu mau berteman dengan seekor anjing sepertiku?”
Dayang Sumbi : “Aku tak peduli meskipun kau seekor anjing. Yang penting aku punya teman
sekarang.”
Suatu hari ketika sedang menenun, salah satu tongkatnya jatuh ke Danau. Ia merasa malas
menggambil tongkat tersebut.
Dayang Sumbi : “Siapa yang mau mengambilkan tongkatku ia akan aku jadikan suami.”
Tumang : “Ini tongkatmu Sumbi.”
Dayang Sumbi : “Tumang bukan engkau yang kumaksud.”
Dewi : “Dayang Sumbi kau adalah bidadari. Bidadari pantang menjilat ludahnya sendiri, lagi pula
si Tumang memang jodohmu. Sesunggnya anjing itu adalah jelmaan dewa.”
Dayang sumbi pun akhirnya menikah dengan si Tumang. Waktu pun terus berlalu. Dayang sumbi pun
di karuniai anak laki-laki yang tampan. ia di berinama Sangkuriang. Tak terasa Sangkuriang tumbuh
besar dan pandai berburu. suatu hari sangkuriang hendak berburu
Dayang Sumbi : “Nak, bawakan ibu daging Rusa yah?”
Sangkuriang : “Ya bu.”
Lewatlah seekor Rusa
Rusa : “tumang, apakah itu anak mu ?”
Tumang : “ Benar bu dia adalah sangkuriang.”
Rusa : “Oh tuhan, aku ingin memeluk dan berbicara dengan cucuk tapi apalah daya ini dia tak
mungkin percaya terhadap ucapanku.”
Sangkuriang : “Tumang! Cepat gigit babi itu!” “Hei Tumang apa kau tidakdengar kataku! Cepat gigit
rusa itu!”
Tumang hanya terdiam Kako
Sangkuriang: " Ayo Tumag serang dia ! Tumang mengapa kau jadi Gebleg begini.
Sangkuriang memanah rusa tersebut. Namun anak panah mengarah pada si tumang.
Kemudian ia menyembeli situmang. Sesampainya dirumah daging itupun di masak, dan
di makan Bareng-bareng.
Dayang sumbi: " Sangkuriang, kemana Si tumang ??
Sangkuriang: " (-_-') Bu anjing itu sudah berani melawan perintahku. Tadi aku menyuruh dia
menyerang Rusa, namun dia malah terdiam kako.
Anak panahku malah mengarah ke arah dia bu (-_-')
Dayang sumbi: " Apaaaaa.. si tumang kau bunuh !! 3:)
Sangkuriang: " Kenapa bu (-_-') (Terkejutt)
PROOOKKK, PRAAAK, PREEEK. Dayang sumbi memukili kepalang situmang
dengan Batu.
Dayang Sumbi : “Pergi kau dar hadapanku! Dasar anak durhaka!”(bentak dayang sumbi)
Sangkuriang : “Baik aku akan pergi bu dan tidak akan kembali lagi !!
Ia tak tahu kemana ia akan pergi, perlahan-lahan menyusuri hutan. Tiba-tiba
ia pingsan, lalu datanglah seorang petapa yang sakti.
Guru : “Siapa namamu nak? Mengapa kau tergeletak ditengah- tengah
hutan?”(membangunkan sangkuriang)
Sangkuriang : “Emm..aku tak tahu siapa namaku. Dan kau juga tak tahu tentang diriku sendiri.”
Guru : “Wah. Sepertinya kau hilang ingatan. Maukah kau menjadi salah satu muridku?”
Sangkuriang : “Baik bapak guru.”
Guru : “Dan sekarang aku akan memberimu nama Jaka Galih.”
12 tahun berlalu.
Guru : “Sudah saatnya kau mengamalkan ilmu kepada masyarakat
yang telah ku ajarkan!”
Sangkuriang : “Baik bapak. Saya akan berpetualang untuk membantu
masyarakat.”
Guru : “Pesanku janganlah kau berjalan ke arah selatan.”
Sangkuriang : “Kenapa saya tidak boleh berjalan ke arah selatan bapak
guru?”
Guru : “Sudahlah turuti saja nasihatku. Supaya kau tidak ditimpa nasib yang sial.”
Sangkuriang : “Saya akan mengingat pesan bapak guru.”
Ia segera meninggalkan gurunya, dan pergi mengembara. Suatu ketika ia
berkelahi dengan raja jin dan ia berhasil mengalahkan jin tersebut, sehingga jin tunduk kepadanya.
Seperti yang di katakan gurunya, bahwa harus berjalan ke
arah utara namun sangkuriang berjalan ke arah selatan. Ia lupa dengan
perkataan gurunya. Dan ia melihat seorang Gadis, langsung deh kenalan.
Sangkuriang : “Siapa namamu nona?”
Dayang Sumbi : “Nama saya dayang sumbi tuan. Dan siapa nama Tuan?”
Sangkuriang : “Nama saya Jaka Galih. Bolehkah saya mengantarkan
nona pulang?”
Dayang Sumbi : “Tentu saja tuan.”Sangkuriang : “Apakah itu rumahmu?”
Dayang Sumbi : “Ia tuan. Itu ramah saya.”
Sangkuriang : “Kalau begitu saya mohon pamit nona.”
Dayang Sumbi : “Tapi hari sudah gelap. Apa tidak sebaiknya kamu
menginap di rumah ku aja?”
Sangkuriang : “Baiklah. Jika itu pintamu.
Suatu hari mereka sedang bercengkrama, tiba-tiba...
Dayang sumbi : “Aku rasa ada bekas luka di kepalamu ?”
Sangkuriang : “Benarkah?”
Dayang Sumbi : “Benar. Bisakah kau ceritakan sebab luka mu tu??
Tiba-tiba Sangkuriang sedikit teringat masa lalunya.
Dayang Sumbi : “Memangnya apa penyebab luka itu?”
Sangkuriang : “Itu bekas dipukul entong oleh ibuku sendiri.”
Dayang Sumbi : “Hah? Dipukul entong?”
Sangkuriang : “Iya. Ketika aku berusia tujuh tahun, memangnya
kenapa?”
Dayang Sumbi : “Kalau begitu kau adalah anakku. Kau adalah anakku
sangkuriang.”
Sangkuriang : “Tidak mungkin! Jangan cari-cari alasan! Meskipun
namamu dengan nama ibuku sama, tapi kau tidak
mungkin ibuku.”
Dayang Sumbi : “Tapi aku ini ibumu nak.”
Sangkuriang : “Tidak mungkin kau ibuku. Ibuku pastilah sudah berusia
lanjut dan tidak secantik dirimu.”
Dayang Sumbi : “Aku adalah keturunan bidadari, dan aku tidak akan
tua.”
Sangkuriang : “Aku tidak percaya dengan ucapanmu itu.”
Dayang Sumbi : “Oh dewi bagaimana ini? Tolonglah aku. Dia adalah
anakku dewi.”
Sangkuriang : “Bagaimanapun kau harus menjadi istriku!”
Dayang Sumbi : “Tidak mungkin aku menikah dengan kau nak.”
Sangkuriang : “Kau bukan ibuku, dan aku bukan anakmu.” (dengan
nada tinggi)
Dayang Sumbi : “Baiklah aku mau menikah denganmu, tapi kau harus
membuatkanku sebuah telaga di pucuk gunung.”
Sangkuriang : “Cuma telaga? Jangan kuatir akan kubuatkan.” (jawabnya
dengan mantap)
Dayang Sumbi : “Bukan hanya itu tapi dengan sebuah perahu besar. Dan
semua itu harus kau kerjakan dalam tempo semalam saja.
Sebelum ayam berkokok semua harus sudah selesai.”
Sangkuriang : “jangan kuatir. Apapun permintaanmu akan kuturuti.”
Sangkuriang segera memanggil raja jin.
Raja Jin : “Ada apa tuanku?”
Sangkuriang : “Cepat kau bantu aku membuat telaga dan perahu besar.”
Raja Jin : “Baik tuan.”
Dayang Sumbi : “Oh dewi gagalkanlah kerja jin dan sangkuriang. Tolong
cepatkanlah matahari terbit.”
Dewi : “Baik Sumbi.”
Ayam jantan pun berkokok.
Sangkuriang : “Hei raja jin ayo lanjutkan kerjamu!”
Raja Jin : “Maaf tuan hamba harus pergi karena hari telah pagi.”
Sangkuriang menghampiri dayang sumbi.
Sangkuriang : “Kau curang! Pasti kau menggunakan kekuatan dewi untukmenggagalkan ini.”(sambil
menendang perahu) Seketika perahu itu berubah menjadi gunung. Yang diberi nama gunung
Tangkuban Perahu.
Namun dalam sekejap sangkuriang memegang tangan dayang sumbi.
“BBLLAARR” tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat. Tubuh dayang sumbi
menghilang.dia diselamatkan oleh dewi kekayangan.
Begitulah cerita Asal muasal Dari sebuah Gunung Tangkuban Perahu.
Lebih dan kurang mohon di maafkan. Assalamu'alaikum Wr.Wb