47
FARMAKOLOGI VETERINER I INTERAKSI OBAT INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN Oleh: Ester Muki Apriyani NIM : 1209005029 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 1

Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

FARMAKOLOGI VETERINER I

INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN

Oleh:

Ester Muki Apriyani

NIM : 1209005029

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

1

Page 2: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

berkat dan kuasa-Nya, sehingga dapat diselesaikannya karya tulis dengan judul

“Interaksi Obat dengan Makanan “ untuk memenuhi tugas akhir semester II mata

kuliah Farmakologi Veteriner I, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas

Udayana.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyelesaian tugas ini khususnya kepada:

1. Drh. Made Suma Anthara,MKes.

2. Drh. AA Gde Arjana,MKes.

3. Drh. I Wayan Sudira,MSi.

4. Drh. Samsuri,MKes

Selaku dosen pembimbing mata kuliah Farmakologi Veteriner II Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Penulis sadar bahwa karya tulis

ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran sangat penulis

harapkan demi kebaikan dari tulisan ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak

terima kasih.

Denpasar, 2 Juni 2013

Hormat saya

Penulis

2

Page 3: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

DAFTAR ISI

Halaman Judul …......................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan ...............................................................................................................2

1.4 Manfaat .............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ..........................................................................................................3

2.2 Mekanisme Interaksi Obat.................................................................................4

2.3 Interaski Obat dengan Makanan........................................................................5

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan ......................... 6

2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan ...........................................9

2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat

Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan .........................................................15

2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien…………………………………………16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................22

3.2 Saran ................................................................................................................22

KEPUSTAKAAN…..............................................................................................23

3

Page 4: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.......9

Tabel 2. Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi oba...........10

Tabel 3. Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh .......................11

Tabel 4. Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan .............................13

Tabel 5. Beberapa obat yang diminum bersama makanan.....................................14

Tabel 6. Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.......................................18

4

Page 5: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat,

yaitu meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang

tidak diinginkan atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara

obat dengan makanan serta obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat harus

dihindari karena kemungkinan hasil yang buruk atau tidak terduga. Interaksi obat

tidak hanya terjadi antar obat. Namun juga dapat terjadi antar obat dengan

makanan. Banyak orang yang menganggap remah terhadap hal ini padahal, hal ini

sangat perlu diperhatikan. Ada obat-obat tertentu yang jika berinteraksi dengan

makanan, akan meningkatkan kinerja obat namun ada jugajenis obat yang jika

bereaksi dengan makanan tertentu dapat menurunkan kerja obat dalam tubuh,

bahkan dapat meningkatkan toksisitas bagi tubuh. Dalam dunia veteriner ataupun

peternakan, tentu ilmu farmakologi dan ilmu pakan hewan sangat berkaitan dan

penting karena kedua ilmu ini mempelajari hubungan antara makanan yang

dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Dan akan sangat berbahaya jika kedua bidang ilmu ini tidak

berjalan seimbang atau berat sebelah. Karena akan menetukan kelanjutan hidup

dari hewan tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu diketahui dan dipahami dengan

benar hal tentang interaksi obat dengan makanan agar dapat terwujudkan

keserasian antara pakan dan kesehatan serta dapat meningkatkan kualitas hidup

hewan serta kesehatan masyarakat veteriner untuk kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:

1. Apa itu interaksi obat beserta mekanismenya?

2. Apa itu interaksi obat dengan makanan?

5

Page 6: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

3. Fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan?

4. Obat apa sajakah yang memberikan efek positif bagi tubuh?

5. Obat apa sajakah yang dapat menurunkan kinerja tubuh?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.

2. Mengetahui dan memahani apa itu interaksi obat dengan makanan.

3. Mengetahui fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.

4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.

5. Mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.

1.4 Manfaat

Manfaat dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.

2. Dapat memahami dan menjelaskan apa itu interaksi obat dengan makanan.

3. Dapat mengetahui dan memahami fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.

4. Dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.

5. Dapat mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.

6

Page 7: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain

(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.

Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan

bersama-sama.

Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah

studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus

masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada

seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek

samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan

polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter,

sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat

keparahan penyakit atau usia.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas

dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila

menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang

rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain

itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama.

7

Page 8: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :

a. Dokumentasinya masih sangat kurang

b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan

mekanisme dan kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan

interaksi obat berupa peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi

idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa

penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah parahnya penyakit

pasien

c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual,

di mana populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau

berpenyakit parah, dan bisa juga karena perbedaan kapasitas metabolisme

antar individu. Selain itu faktor penyakit tertentu terutama gagal ginjal

atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat

ditelan bersama-sama, pemberian kronik).

2.2 Mekanisme Interaksi Obat

Interaksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses

farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik ditandai

dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi,

waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik diakibatkan oleh perubahan laju atau

tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Interaksi farmakodinamik

biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat untuk mengubah efek obat

lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interaksi farmakodinamik

meliputi aditif (efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi keduanya = 2),

potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A

= 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B =

1, efek kombinasi A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi

farmakodinamik adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor.

Mekanisme interaksi obat:

1.Interaksi Farmakokinetika

Dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi absorbsi, distribusi,

8

Page 9: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

metabolisme, atau ekskresi.

a. Absorbsi saluran pencernaan meliputi kecepatan dan jumlah.

Dipengaruhi oleh formulasi farmasetik termasuk bentuk sediaan, pKa dan

kelarutan obat dalam lemak disamping pH, flora bakteri, dan aliran darah dalam

organ pencernaan (meliputi usus besar, usus halus, usus 12 jari dan lambung). 

Setelah obat bebas masuk ke peredaran darah, kemungkinan mengalami

proses –proses sebagai berikut :

1.Obat disimpan dalam depo jaringan.

2.Obat terikat oleh protein plasma terutama albumin.

3.Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor sel

khas dan menimbulkan respon biologis.

4.Obat mengalami metabolisme dengan beberapa jalur kemungkinan

yaitu : 

a. Obat yang mula-mula tidak aktif, setelah mengalami

metabolisme akan menghasilkan senyawa aktif,

kemudian berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan

respon biologis ( bioaktivasi).

b. Obat aktif akan dimetabolisis menjadi metabolit yang lebih polar

dan tidak aktif, kemudian diekskresikan (bioinaktivasi).

c. Obat aktif akan dimetabolisis menghasilkan metabolit yang

bersifat toksik (biotoksifikasi).

5.Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan.

b .Ikatan obat protein (pendesakan obat) meliputi obat bebas/ aktif dan obat terikat

/tidak aktif.

c. Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat) dan

inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat).

d. Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat) dan

penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat).

Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung

9

Page 10: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

gugus fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat

khas, yang dapat berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang

mengandung gugus fungsional khas, menghasilkan respon biologis tertentu.

2.Interaksi Farmakodinamika

Meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja obat, efek reseptor tidak

langsung, gangguan cairan dan elektrolit.

Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :

a. Individu usia lanjut

b. Minum lebih dari 1 macam obat

c. Mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati

d. Mempunyai penyakit akut

e. Mempunyai penyakit yang tidak stabil

f. Memiliki karakteristik genetik tertentu

g. Ditangani lebih dari 1 dokter.

2.3 Interaksi Obat Dengan Makanan

Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat,

perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu

bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa

obat hanya dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi obat-makanan

dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas, produk

herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau

bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan

umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan

tubuh.

Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.

Sering, zat tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan

lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara

makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum makanan

mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut

diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh. Jenis protein yang disebut enzim,

10

Page 11: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini

bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau

memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan

mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat

menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada

lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak

dikehendaki.

Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi

obat dengan makanan adalah :

1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan

lambung dari saat masuknya makanan

2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu

3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran

cerna

4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan

kompleks

5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan

6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan

antara lain:

a). Pengosongan lambung

Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan

preparat retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup

besar. Karena besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya

makanan masuk ke dalam usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah

obat yang diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga berpengaruh besar di sini. Jika

makanan yang dimakan mengandung komposisi 40% karbohidrat, 40% lemak dan

20% protein maka walaupun pengosongan lambung akan mulai terjadi setelah

sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam.

11

Page 12: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya

proses-proses sekresi.

Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun

berpengaruh pada kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan

yang amat hangat atau amat dingin akan memperlambat pengosongan lambung.

Ada pula peneliti yang menyatakan pasien yang gemuk akan mempunyai laju

pengosongan lambung yang lebih lambat daripada pasien normal. Nyeri yang

hebat misalnya migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti antikolinergika

(missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin, imipramin)

dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung.

Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam

jumlah besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai

efek sebaliknya,) atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau

khinidin. Jelaslah di sini bahwa makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan

lambung, maka adanya gangguan pada absorpsi obat karenanya tidak dapat

diabaikan.

b). Komponen makanan

Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :

1/. Protein (daging, dan produk susu)

Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor

pada penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak

terkendali dengan baik. Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan

berprotein tinggi (Harknoss, 1989).

2/. Lemak

Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah

bahwa apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari

fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk

memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak

jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolism obat (Gibson,

1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat meningkat.interaksi yang terjadi

adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya dimakan pada

12

Page 13: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

saat makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue, selada ayam,

dan kentang goreng (Harkness, 1989).

3/. Karbohidrat

Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat,

walaupun banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism

barbiturate, dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa

ternyata juga mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan

memperendah aktivitas bifenil-4-hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber

karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan lain-lain (Harkness, 1989).

4/. Vitamin

Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk

sintesis protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system

enzim yang memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa

perubahan dalam level vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan

dalam kapasitas memetabolisasi obat. Contohnya :

a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.

b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.

c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.

d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness, 1989)

5/. Mineral

Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk

menjaga kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi

metabolisme obat ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga,

selenium, dan iodium. Makanan yang tidak mengandung magnesium juga secara

nyata mengurangi kandungan lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga

berhubungan dengan berkurangnya kapasitas memetabolisme hati. Besi yang

berlebih dalam makanan dapat juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan

tembaga mempunyai efek yang sama seperti defisiensi tembaga, yakni

berkurangnya kemampuan untuk memetabolisme obat dalam beberapa hal. Jadi

13

Page 14: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

ada level optimum dalam tembaga yang ada pada makanan untuk memelihara

metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1991).

c). Ketersediaan hayati

Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan

perlambatan absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi

(ketersediaan hayati obat bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai

basis terapeutika dalam menangani reumatik, jika digunakan segera setelah

makan, ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil dibandingkan jika tablet tersebut

digunakan dalam keadaan lambung kosong. Ini akibat adanya pengaruh laju

pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson, 1991).

2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan

Ada beberapa fase dalam interaksi obat dengan makanan yaitu:

a.   Fase farmasetis

Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat.

Beberapa makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya obat.  Maka

dari itu, keasaman makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-obat

tertentu. Salah satu obat yang dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir,

inhibitor protease pada perawatan HIV. Ketersediaan hayatinya meningkat akibat

solubilisasi yang diinduksi oleh perubahan pH lambung. Makanan dapat

meningkatkan pH lambung, disisi lain juga dapat mencegah disolusi beberapa

obat seperti isoniazid (INH).

b.  Fase farmakokinetik

Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme

dan

ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam proses

absorbsi. Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam absorbsi

obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk menahan sistem

karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan dan

tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan dapat meningkatkan

atau menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat.

14

Page 15: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Tabel 1: Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.

No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum

1 Carbamazepin Meningkatkan produksi empedu,

meningkatkan disolusi & absorbsi.

Diminum bersama

makanan

2 Diazepam Meningkatkan enterohepatik, disolusi

sekunder pada sekresi asam lambung.

Tidak ada

3 Erythromycin Tidak diketahui Diminum saat makan

4 Griseofulvin Obat mudah larut dalam lemak,

meningkatkan absorbsi.

Diberikan dengan

makanan tinggi

lemak

atau disuspensi

minyak jagung

rendah

kontraindikasi.

5 Hydrochlorothiazid

(HCT)

Menunda pengosongan lambung,

meningkatkan absorbsi usus halus.

Diberikan bersama

makanan.

6 Phenytoin Menunda pengosongan lambung,

Meningkatkan produksi empedu,

meningkatkan disolusi & absorbsi.

Diberikan pada saat

makan pagi, siang

dan malam.

Tabel 2: Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat .

 No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum

1 Acetaminophen Terutama makanan mengandung pektin

bersifat absorben dan pelindung.

Diminum saat perut

kosong

15

Page 16: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

2 Ampicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

3 Amoxicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

4 Acetosal Mengubah pH lambung. Diminum saat perut

kosong

5 Captopril Tidak diketahui (ACE inhibitor). Diminum sebelum

makan

6 Digoxin Obat terikat makanan tinggi serat Diminum saat makan

Tabel 3: Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh.

No Nama obat Mekanisme solusi Keterangan

1 Isoniazid (INH) Makanan akan meningkatkan

pH lambung mencegah disolusi

& absorbsi.

Diminum saat perut kosong

pagi sebelum makan

2 Lincomycin Tidak diketahui. Diminum saat perut kosong,

karena makanan menghambat

absorbsi.

Menghindari pemberian

bersama makanan yang

mengandung protein tinggi.

3 Methyldopa Absorbsi kompetitif. Menghindari pemberian

bersama makanan kaya besi atau

suplemen.

4 Penicillamine Dapat membentuk khelat

dengan

Diminum saat perut kosong

16

Page 17: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

kalsium atau besi.

5 Penicillin G Menunda pengosongan

lambung;

degradasi asam lambung;

menghambat disolusi.

Diminum 1 jam sebelum

atau 2 jam setelah makan

6 Tetracycline

lemak.

Berikatan dengan garam besi

atau ion kalsium membentuk

senyawa khelat yang tidak larut.

tidak boleh diminum bersama

susu

Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau

reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan.

Misalnya pada reaksi pembentukan khelat pada :

a.       kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau

antasida. Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.

b.      Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin,

antibiotik fluoroquinolon, ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka

dari itu, ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52

dan 64 % akibat adanya besi.

c.       Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif

sehingga menurunkan absorbsi obat (b). 

Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan

mempengaruhikomposisi makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan

lambung ini dapat mengubah ketersediaan hayati obat. Makanan yang

mengandung serat dan lemak tinggi diketahui secara normal menunda waktu

pengosongan lambung. Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin lebih

baik diserap saat pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah di

lambung. Obat lain seperti L-dopa,Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi

17

Page 18: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

dan menjadi inaktif saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu

lama. Obat dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau sebagai metabolit primer oleh

ginjal, paru-paru, atau saluran gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat juga

dapat dipengaruhi oleh diet nutrien seperti protein dan serat, atau nutrien yang

mempengaruhi pH urin. 

c. Fase farmakodinamik

Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap

obat. Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang mana

akan meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis

dalam tubuh manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak

diinginkan. Aspirin dapat menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam

jangka waktu lama. Methotrexat memiliki struktur yang mirip dengan folat

vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.

Tabel 4: Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan.

No Nama obat Tipe nutrien Efek dari interaksi Rekomendasi

1 Azithromycin

(Zithromax)

Makanan Absorbsi Azithromycin

berkurang, ketersediaan

hayatinya berkurang

43%, konsentrasi maksimal

52%.

berselang 2 jam

Diminum saat perut

kosong / konsisten

pada saat yang sama

setiap hari.

2 Captopril

(Capoten)

Makanan Absorbsi Captopril

berkurang.

3 Erythromycin Makanan Absorbsi Erythromycin base

atau obat dengan makanan.

18

Page 19: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk

beberapa obat karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak

saluran oesophagus. Petunjuk pada pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer

pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus ditelan dengan segelas air oleh

pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat obat seperti analgesik

(contohnya aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone,

indometacin), kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin

(terutamaDoxycyclin).

Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam

saluran gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa

makanan dapat berpengaruh pada efek obat.Contohnya obat mungkin terikat pada

komponen makanan; makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus;

obat dapat mengubah first-pass metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan

makanan dapat meningkatkan aliran empedu yang mampu meningkatkan absorbsi

beberapa obat yang larut lemak.

Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah

denganmeminum obat dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti

pada obat- obat sefalosporin (kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin,

Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin, pentaerithritel tetranitrat, rifampicin,

penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin oral optimal jika diminum

pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin harus diminum bersama

makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin kadang

kalamenyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut kosong.

Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada

doxycyclin dan minocyclin.

Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil

serum obat tanpa mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi

sefradin, makanan tidak memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik

tetapi pada nilai t-max. Beberapa obat yang diminum bersama susu atau

makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin dan vitamin Sedangkan

19

Page 20: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl (dulcolax),

garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).

Tabel 5: Beberapa obat yang diminum bersama makanan.

Asam nalidiksat Carbamazepin Ethambutol Indometacin 

Metformin Nitrofurantoin Pivampicillin Teofilin dan

turunannya

Asam nikotinat

& turunannya

Cinnarizin Garam kalium Garam besi (Fe)

Metoprolol Oxyphenbutazone Propranolol Tolbutamid

Asetosal Cotrimoxazole Glibenclamide Isoxsuprin

Metronidazol Phenylbutazone Reserpin Triamteren

Allopurinol Doxycyclin Gliclazide Levodopa

Minocyclin Pankreatin Riboflavin Na-valproat

Amiodaron Na-diklofenak Ibuprofen

Naproxen Phenytoin-Na Spironolakton

2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem

Pencernaan.

Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem

pencernaan dapat meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan,

20

Page 21: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

mengganggu pengecapan dan mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran

pencernaan.

A.  Obat dan penurunan nafsu makan

Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat

mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan

anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada gangguan CNS dapat

mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk makan. Obat-obatan penekan

nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak

diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.

B. Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman

Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan

merasakan/ dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui.

Gejala-gejala tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang

umum digunakan dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat

antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan

antikonvulsan phenytoin.

C. Obat dan gangguan gastrointestinal

Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini

dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis

seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari

dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik yang menyebabkan

terjadinya konstipasi.

D. Absorbsi

Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi

adalah obat-obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus.

Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki

efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan

antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn, dapat

21

Page 22: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

berikatan dengan beberapa jenis antibiotik;  mengubah keasaman lambung seperti

pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan

besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau

perpindahan saat masuk ke dinding usus.

   E.  Metabolisme

Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di

usus dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang

dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan

metotrexate pada pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang

dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat

ini adalah defisiensi asam folat.

F. Ekskresi

Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan

mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan  menyebabkan diare atau muntah

2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien.

Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh

obat-obat tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.

Berikut Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien:

↓ Kalsium

aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor antagonists, loop

diuretics ; amphotericin B, antacids, carbamazepine, cholestyramine, cisplatin,

colchicines, digoxin, doxycycline, ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate,

minocycline, oxcarbazepine, oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital,

phenytoin, primidone, Na phosphate, sucralfate, zelodronic acid, zonisamide.

↑ Kalsium

antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication,

aminoiphylline, Ca carbonate, lithium.

22

Page 23: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

↓ Magnesium

aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral contraceptives,

tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine, cisplatin,

cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide, pamidronate,

penicillamine, raloxifene, Na phosphate, tacrolimus, zoledronic acid.

↑ Magnesium

Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas.

↓ Fosfor

Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine,

digoxin, foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline,

zoledronic acid.

↑ Fosfor

Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema.

↓Kalium

Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics,

acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine,

enoxacin, foscarnet, hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na

bicarbonate & phosphates.

↑ Kalium

ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers,

NSAIDs, Kalium sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions,

lithium, pentamidine, succinylcholine.

↓ Natrium

23

Page 24: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics,

salicylates ; acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine,

foscarnet.

↑ Natrium

Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative &

enemas.

↓ Zink

ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2

receptor antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol,

hydralazine, penicillamine.

↓ Klorida

Thiazide diuretics, loop diuretics.

↑ Klorida

24

Page 25: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Spironolactone, triamterene

Tabel 6:  Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.

No Obat Interaksi Akibat klinis yang mungkin

1 Tetrasiklin Penurunan ketersediaanhayati

dengan susu dan produk susu

Gagal terapi

2 Siprofloksasi

n

Penurunan ketersediaanhayati

dengan susu dan produk susu

Gagal terapi

3 Azitromisin Penurunan ketersediaanhayati

dg makanan

Gagal terapi

4 Itrakonazol Penurunan ketersediaanhayati

dg makanan

Mungkin Gagal terapi

5 Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati

dg makanan

Gagal terapi

6 Didanosin Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

7 Indinavir Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

8 Saquinavir Garlic (allicin) mengurangi

ketersediaanhayati

Aktivitas antiviral berkurang

9 Atiovaquone Makanan meningkatkan

ketersediaanhayati

Khasiat bertambah bila bersama

makan

10 Lovodopa Protein mengurangi transpor Menurunkan khasiat

25

Page 26: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

ke otak

11 Teofilin Makanan lemak meningkatkan

penyerapan

Kemungkinan toksisitas

12 Warfarin Makanan kaya Vitamin K

melawan efek antikoagulans

menurunkan efek antikoagulasi

13 Siklosporin Makanan dan sari grapefruit

meningkatkan kadar plasma

mungkin toksisitas

14 Alendronate Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

Penghambat MAO

Meningkatkan kadar tiramin

Krisis hipertensi

15 Terfanadin Sari Grapefruit meningkatkan

ketersediaanhayati

Kadar plasma bertahan lebih lama

16 Felodipin Makanan meningkatkan

ketersediaanhayati

Efek samping lebih besar

17 Diuretik Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

18 Spironolakton Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Khasiat bertambah bila bersama

makan

26

Page 27: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

19 Propranolol Makanan menambah

ketersediaanhayati

Efek samping bertambah

Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa

berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika anda harus mencampur suatu obat,

selalu ikuti petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana

larutan yang bisa ditambahkan ke pemberian “piggy back”; dan larutan “bilas”

apa yang harus digunakan di antara pemberian suatu produk dan produk lain

untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di dalam selang infus

(sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus jaga yang

mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan normal

saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal.

kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback.

Jika ingin mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat

ini kompatibel di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat,

kontak apoteker. Umumnya apoteker memiliki akses untuk informasi

kompatibilitas ini.More.

Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila

berkontak dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin

(Dilantin), heparin, midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan

dalam campuran IV.

Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida). Di samping

kompatibilitas obat-obat IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah

bisa timbul bila menggunakan PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized

polyvinyl Klorida (PVC) merupakan bahan polimer yang digunakan secara luas di

bidang kedokteran dan yang terkait. Di bidang kedokteran, PVC yang lentur

digunakan untuk kantong penyimpan darah, selang transfusi, hemodialisis, pipa

endotrakea, infuse set, serta kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-(2-

ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di bidang

kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada

kemungkinan memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam

larutan sudah bertahun-tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan

PVC telah mencetuskan pertanyaan serius mengapa produk ini masih digunakan.

27

Page 28: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching. Leaching terjadi bila beberapa obat

seperti paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong PVC.

Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau

“hilang”nya obat dari kantong PVC:

1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong

infus Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan

obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat.

2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar

obat di bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan

nitrogliserin.

Reaksi Maillard. Walaupun bukan merupakan interaksi obat-obat, masalah

ini perlu dikemukakan. Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino

dengan gula pereduksi. Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya

karamelisasi, ini merupakan bentuk diskolorasi coklat yang bersifat non-

enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula bereaksi dengan gugus amino

nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai molekul yang

menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam amino

dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa

intravena perlu diberikan sekaligus, suatu pendekatan yang pintar adalah

menghasilkan kantong dengan dua kamar di mana glukosa dan asam amino

dipisah. Asam amino dan glukosa dicampur dulu sebelum diberikan.

28

Page 29: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

1.     Interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase

farmasetis, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat

yang telah diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis),

kemudian obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi, metabolism dan ekresi

oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik), setelah melewati fase

farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara fisiologis dan psikologis

(merupakan fase farmakodinamik).

2.    Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI

(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada

pengecapan, turunnya nafsu makan,  mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut

dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare.

Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien.

Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak signifikan

yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.

3.      Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-

kekurangan PVC (polivinilklorida),Reaksi Maillard.

3.2 Saran

Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya

29

Page 30: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat

ditanyakan dengan dokter yang meresepkan.

2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang

tercantum dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas

juga perlu aturan pakai yang disarankan.

3. Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali

atas petunjuk dokter.

4. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum

bersamaan dengan obat karna terdapat beberapa jenis vitamin dan

mineral tertentu yang dapat berinteraksi dengan obat.

5. Jangan pernah memberi obat bersamaan dengan makanan yang

mengandung alcohol.

Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan

dokter atau apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat

konsultasi dengan dokter, beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang

dikonsumsi saat ini untuk mencegah terjadinya interaksi.

KEPUSTAKAAN

Erza,Febri Laila.2 November 2011.Interaksi Obat dan Makanan.Google. http://erzafebri.blogspot.com/2011/11/interaksi-obat-makanan.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto.(1989.).Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB.

http://afdalgizi1c.blogspot.com/2013/01/interaksi-obat-dan-makanan.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

http://interaksiobatdanmakanan/adropofinkcanmakeamillionpeoplethink.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

http://kamuskesehatan.com/arti/interaksi-obat/ diakses pada tanggal 2 Juni 2013.

http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2011/12/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013.

http://medicafarma.blogspot.com/2010/11/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013.

http://puskesmastulakanpacitan.wordpress.com/interaksi-obat-makanan/ diakses tanggal 7 April 2013.

http://www.drugs.com/drug_information.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

30

Page 31: Farmakologi interaksi obat dengan makanan

Muttschler,Ernest, 1999, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi, Penerbit ITB: Bandung.

Wanamaker ,Boyce P., Kathy, Lockett Massey. (2009). Applied Pharmacology for Veterinary Technicians, 4th Edition. Canada,USA: Saunders Elsevier.

31