FARMAKOLOGI VETERINER I
INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN
Oleh:
Ester Muki Apriyani
NIM : 1209005029
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat dan kuasa-Nya, sehingga dapat diselesaikannya karya tulis dengan judul
“Interaksi Obat dengan Makanan “ untuk memenuhi tugas akhir semester II mata
kuliah Farmakologi Veteriner I, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tugas ini khususnya kepada:
1. Drh. Made Suma Anthara,MKes.
2. Drh. AA Gde Arjana,MKes.
3. Drh. I Wayan Sudira,MSi.
4. Drh. Samsuri,MKes
Selaku dosen pembimbing mata kuliah Farmakologi Veteriner II Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Penulis sadar bahwa karya tulis
ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kebaikan dari tulisan ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak
terima kasih.
Denpasar, 2 Juni 2013
Hormat saya
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul …......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ..........................................................................................................3
2.2 Mekanisme Interaksi Obat.................................................................................4
2.3 Interaski Obat dengan Makanan........................................................................5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan ......................... 6
2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan ...........................................9
2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat
Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan .........................................................15
2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien…………………………………………16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran ................................................................................................................22
KEPUSTAKAAN…..............................................................................................23
3
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.......9
Tabel 2. Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi oba...........10
Tabel 3. Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh .......................11
Tabel 4. Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan .............................13
Tabel 5. Beberapa obat yang diminum bersama makanan.....................................14
Tabel 6. Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.......................................18
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat,
yaitu meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang
tidak diinginkan atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara
obat dengan makanan serta obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat harus
dihindari karena kemungkinan hasil yang buruk atau tidak terduga. Interaksi obat
tidak hanya terjadi antar obat. Namun juga dapat terjadi antar obat dengan
makanan. Banyak orang yang menganggap remah terhadap hal ini padahal, hal ini
sangat perlu diperhatikan. Ada obat-obat tertentu yang jika berinteraksi dengan
makanan, akan meningkatkan kinerja obat namun ada jugajenis obat yang jika
bereaksi dengan makanan tertentu dapat menurunkan kerja obat dalam tubuh,
bahkan dapat meningkatkan toksisitas bagi tubuh. Dalam dunia veteriner ataupun
peternakan, tentu ilmu farmakologi dan ilmu pakan hewan sangat berkaitan dan
penting karena kedua ilmu ini mempelajari hubungan antara makanan yang
dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dan akan sangat berbahaya jika kedua bidang ilmu ini tidak
berjalan seimbang atau berat sebelah. Karena akan menetukan kelanjutan hidup
dari hewan tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu diketahui dan dipahami dengan
benar hal tentang interaksi obat dengan makanan agar dapat terwujudkan
keserasian antara pakan dan kesehatan serta dapat meningkatkan kualitas hidup
hewan serta kesehatan masyarakat veteriner untuk kedepannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1. Apa itu interaksi obat beserta mekanismenya?
2. Apa itu interaksi obat dengan makanan?
5
3. Fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan?
4. Obat apa sajakah yang memberikan efek positif bagi tubuh?
5. Obat apa sajakah yang dapat menurunkan kinerja tubuh?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.
2. Mengetahui dan memahani apa itu interaksi obat dengan makanan.
3. Mengetahui fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.
5. Mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.
1.4 Manfaat
Manfaat dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.
2. Dapat memahami dan menjelaskan apa itu interaksi obat dengan makanan.
3. Dapat mengetahui dan memahami fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.
4. Dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.
5. Dapat mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah
studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus
masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada
seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek
samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan
polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter,
sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat
keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas
dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang
rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain
itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama.
7
Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :
a. Dokumentasinya masih sangat kurang
b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan
mekanisme dan kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan
interaksi obat berupa peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi
idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa
penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah parahnya penyakit
pasien
c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual,
di mana populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau
berpenyakit parah, dan bisa juga karena perbedaan kapasitas metabolisme
antar individu. Selain itu faktor penyakit tertentu terutama gagal ginjal
atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat
ditelan bersama-sama, pemberian kronik).
2.2 Mekanisme Interaksi Obat
Interaksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses
farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik ditandai
dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi,
waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik diakibatkan oleh perubahan laju atau
tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Interaksi farmakodinamik
biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat untuk mengubah efek obat
lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interaksi farmakodinamik
meliputi aditif (efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi keduanya = 2),
potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A
= 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B =
1, efek kombinasi A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi
farmakodinamik adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor.
Mekanisme interaksi obat:
1.Interaksi Farmakokinetika
Dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi absorbsi, distribusi,
8
metabolisme, atau ekskresi.
a. Absorbsi saluran pencernaan meliputi kecepatan dan jumlah.
Dipengaruhi oleh formulasi farmasetik termasuk bentuk sediaan, pKa dan
kelarutan obat dalam lemak disamping pH, flora bakteri, dan aliran darah dalam
organ pencernaan (meliputi usus besar, usus halus, usus 12 jari dan lambung).
Setelah obat bebas masuk ke peredaran darah, kemungkinan mengalami
proses –proses sebagai berikut :
1.Obat disimpan dalam depo jaringan.
2.Obat terikat oleh protein plasma terutama albumin.
3.Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor sel
khas dan menimbulkan respon biologis.
4.Obat mengalami metabolisme dengan beberapa jalur kemungkinan
yaitu :
a. Obat yang mula-mula tidak aktif, setelah mengalami
metabolisme akan menghasilkan senyawa aktif,
kemudian berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan
respon biologis ( bioaktivasi).
b. Obat aktif akan dimetabolisis menjadi metabolit yang lebih polar
dan tidak aktif, kemudian diekskresikan (bioinaktivasi).
c. Obat aktif akan dimetabolisis menghasilkan metabolit yang
bersifat toksik (biotoksifikasi).
5.Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan.
b .Ikatan obat protein (pendesakan obat) meliputi obat bebas/ aktif dan obat terikat
/tidak aktif.
c. Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat) dan
inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat).
d. Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat) dan
penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat).
Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung
9
gugus fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat
khas, yang dapat berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang
mengandung gugus fungsional khas, menghasilkan respon biologis tertentu.
2.Interaksi Farmakodinamika
Meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja obat, efek reseptor tidak
langsung, gangguan cairan dan elektrolit.
Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :
a. Individu usia lanjut
b. Minum lebih dari 1 macam obat
c. Mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
d. Mempunyai penyakit akut
e. Mempunyai penyakit yang tidak stabil
f. Memiliki karakteristik genetik tertentu
g. Ditangani lebih dari 1 dokter.
2.3 Interaksi Obat Dengan Makanan
Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat,
perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu
bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa
obat hanya dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi obat-makanan
dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas, produk
herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau
bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan
umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan
tubuh.
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.
Sering, zat tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan
lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara
makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum makanan
mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut
diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh. Jenis protein yang disebut enzim,
10
memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini
bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau
memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan
mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat
menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada
lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak
dikehendaki.
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi
obat dengan makanan adalah :
1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan
lambung dari saat masuknya makanan
2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran
cerna
4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan
kompleks
5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan
antara lain:
a). Pengosongan lambung
Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan
preparat retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup
besar. Karena besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya
makanan masuk ke dalam usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah
obat yang diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga berpengaruh besar di sini. Jika
makanan yang dimakan mengandung komposisi 40% karbohidrat, 40% lemak dan
20% protein maka walaupun pengosongan lambung akan mulai terjadi setelah
sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam.
11
Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya
proses-proses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun
berpengaruh pada kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan
yang amat hangat atau amat dingin akan memperlambat pengosongan lambung.
Ada pula peneliti yang menyatakan pasien yang gemuk akan mempunyai laju
pengosongan lambung yang lebih lambat daripada pasien normal. Nyeri yang
hebat misalnya migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti antikolinergika
(missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin, imipramin)
dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung.
Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam
jumlah besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai
efek sebaliknya,) atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau
khinidin. Jelaslah di sini bahwa makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan
lambung, maka adanya gangguan pada absorpsi obat karenanya tidak dapat
diabaikan.
b). Komponen makanan
Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :
1/. Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor
pada penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak
terkendali dengan baik. Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan
berprotein tinggi (Harknoss, 1989).
2/. Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah
bahwa apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari
fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk
memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak
jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolism obat (Gibson,
1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat meningkat.interaksi yang terjadi
adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya dimakan pada
12
saat makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue, selada ayam,
dan kentang goreng (Harkness, 1989).
3/. Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat,
walaupun banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism
barbiturate, dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa
ternyata juga mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan
memperendah aktivitas bifenil-4-hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber
karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan lain-lain (Harkness, 1989).
4/. Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk
sintesis protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system
enzim yang memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa
perubahan dalam level vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan
dalam kapasitas memetabolisasi obat. Contohnya :
a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.
b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness, 1989)
5/. Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk
menjaga kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi
metabolisme obat ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga,
selenium, dan iodium. Makanan yang tidak mengandung magnesium juga secara
nyata mengurangi kandungan lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga
berhubungan dengan berkurangnya kapasitas memetabolisme hati. Besi yang
berlebih dalam makanan dapat juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan
tembaga mempunyai efek yang sama seperti defisiensi tembaga, yakni
berkurangnya kemampuan untuk memetabolisme obat dalam beberapa hal. Jadi
13
ada level optimum dalam tembaga yang ada pada makanan untuk memelihara
metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1991).
c). Ketersediaan hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan
perlambatan absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi
(ketersediaan hayati obat bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai
basis terapeutika dalam menangani reumatik, jika digunakan segera setelah
makan, ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil dibandingkan jika tablet tersebut
digunakan dalam keadaan lambung kosong. Ini akibat adanya pengaruh laju
pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson, 1991).
2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan
Ada beberapa fase dalam interaksi obat dengan makanan yaitu:
a. Fase farmasetis
Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat.
Beberapa makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya obat. Maka
dari itu, keasaman makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-obat
tertentu. Salah satu obat yang dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir,
inhibitor protease pada perawatan HIV. Ketersediaan hayatinya meningkat akibat
solubilisasi yang diinduksi oleh perubahan pH lambung. Makanan dapat
meningkatkan pH lambung, disisi lain juga dapat mencegah disolusi beberapa
obat seperti isoniazid (INH).
b. Fase farmakokinetik
Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme
dan
ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam proses
absorbsi. Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam absorbsi
obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk menahan sistem
karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan dan
tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan dapat meningkatkan
atau menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat.
14
Tabel 1: Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.
No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Carbamazepin Meningkatkan produksi empedu,
meningkatkan disolusi & absorbsi.
Diminum bersama
makanan
2 Diazepam Meningkatkan enterohepatik, disolusi
sekunder pada sekresi asam lambung.
Tidak ada
3 Erythromycin Tidak diketahui Diminum saat makan
4 Griseofulvin Obat mudah larut dalam lemak,
meningkatkan absorbsi.
Diberikan dengan
makanan tinggi
lemak
atau disuspensi
minyak jagung
rendah
kontraindikasi.
5 Hydrochlorothiazid
(HCT)
Menunda pengosongan lambung,
meningkatkan absorbsi usus halus.
Diberikan bersama
makanan.
6 Phenytoin Menunda pengosongan lambung,
Meningkatkan produksi empedu,
meningkatkan disolusi & absorbsi.
Diberikan pada saat
makan pagi, siang
dan malam.
Tabel 2: Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat .
No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Acetaminophen Terutama makanan mengandung pektin
bersifat absorben dan pelindung.
Diminum saat perut
kosong
15
2 Ampicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air
3 Amoxicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air
4 Acetosal Mengubah pH lambung. Diminum saat perut
kosong
5 Captopril Tidak diketahui (ACE inhibitor). Diminum sebelum
makan
6 Digoxin Obat terikat makanan tinggi serat Diminum saat makan
Tabel 3: Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh.
No Nama obat Mekanisme solusi Keterangan
1 Isoniazid (INH) Makanan akan meningkatkan
pH lambung mencegah disolusi
& absorbsi.
Diminum saat perut kosong
pagi sebelum makan
2 Lincomycin Tidak diketahui. Diminum saat perut kosong,
karena makanan menghambat
absorbsi.
Menghindari pemberian
bersama makanan yang
mengandung protein tinggi.
3 Methyldopa Absorbsi kompetitif. Menghindari pemberian
bersama makanan kaya besi atau
suplemen.
4 Penicillamine Dapat membentuk khelat
dengan
Diminum saat perut kosong
16
kalsium atau besi.
5 Penicillin G Menunda pengosongan
lambung;
degradasi asam lambung;
menghambat disolusi.
Diminum 1 jam sebelum
atau 2 jam setelah makan
6 Tetracycline
lemak.
Berikatan dengan garam besi
atau ion kalsium membentuk
senyawa khelat yang tidak larut.
tidak boleh diminum bersama
susu
Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau
reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan.
Misalnya pada reaksi pembentukan khelat pada :
a. kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau
antasida. Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.
b. Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin,
antibiotik fluoroquinolon, ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka
dari itu, ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52
dan 64 % akibat adanya besi.
c. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif
sehingga menurunkan absorbsi obat (b).
Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan
mempengaruhikomposisi makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan
lambung ini dapat mengubah ketersediaan hayati obat. Makanan yang
mengandung serat dan lemak tinggi diketahui secara normal menunda waktu
pengosongan lambung. Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin lebih
baik diserap saat pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah di
lambung. Obat lain seperti L-dopa,Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi
17
dan menjadi inaktif saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu
lama. Obat dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau sebagai metabolit primer oleh
ginjal, paru-paru, atau saluran gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat juga
dapat dipengaruhi oleh diet nutrien seperti protein dan serat, atau nutrien yang
mempengaruhi pH urin.
c. Fase farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap
obat. Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang mana
akan meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis
dalam tubuh manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak
diinginkan. Aspirin dapat menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam
jangka waktu lama. Methotrexat memiliki struktur yang mirip dengan folat
vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.
Tabel 4: Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan.
No Nama obat Tipe nutrien Efek dari interaksi Rekomendasi
1 Azithromycin
(Zithromax)
Makanan Absorbsi Azithromycin
berkurang, ketersediaan
hayatinya berkurang
43%, konsentrasi maksimal
52%.
berselang 2 jam
Diminum saat perut
kosong / konsisten
pada saat yang sama
setiap hari.
2 Captopril
(Capoten)
Makanan Absorbsi Captopril
berkurang.
3 Erythromycin Makanan Absorbsi Erythromycin base
atau obat dengan makanan.
18
Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk
beberapa obat karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak
saluran oesophagus. Petunjuk pada pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer
pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus ditelan dengan segelas air oleh
pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat obat seperti analgesik
(contohnya aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone,
indometacin), kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin
(terutamaDoxycyclin).
Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam
saluran gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa
makanan dapat berpengaruh pada efek obat.Contohnya obat mungkin terikat pada
komponen makanan; makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus;
obat dapat mengubah first-pass metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan
makanan dapat meningkatkan aliran empedu yang mampu meningkatkan absorbsi
beberapa obat yang larut lemak.
Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah
denganmeminum obat dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti
pada obat- obat sefalosporin (kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin,
Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin, pentaerithritel tetranitrat, rifampicin,
penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin oral optimal jika diminum
pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin harus diminum bersama
makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin kadang
kalamenyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut kosong.
Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada
doxycyclin dan minocyclin.
Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil
serum obat tanpa mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi
sefradin, makanan tidak memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik
tetapi pada nilai t-max. Beberapa obat yang diminum bersama susu atau
makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin dan vitamin Sedangkan
19
obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl (dulcolax),
garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).
Tabel 5: Beberapa obat yang diminum bersama makanan.
Asam nalidiksat Carbamazepin Ethambutol Indometacin
Metformin Nitrofurantoin Pivampicillin Teofilin dan
turunannya
Asam nikotinat
& turunannya
Cinnarizin Garam kalium Garam besi (Fe)
Metoprolol Oxyphenbutazone Propranolol Tolbutamid
Asetosal Cotrimoxazole Glibenclamide Isoxsuprin
Metronidazol Phenylbutazone Reserpin Triamteren
Allopurinol Doxycyclin Gliclazide Levodopa
Minocyclin Pankreatin Riboflavin Na-valproat
Amiodaron Na-diklofenak Ibuprofen
Naproxen Phenytoin-Na Spironolakton
2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem
Pencernaan.
Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem
pencernaan dapat meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan,
20
mengganggu pengecapan dan mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran
pencernaan.
A. Obat dan penurunan nafsu makan
Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat
mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan
anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada gangguan CNS dapat
mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk makan. Obat-obatan penekan
nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak
diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.
B. Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman
Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan
merasakan/ dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui.
Gejala-gejala tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang
umum digunakan dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat
antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan
antikonvulsan phenytoin.
C. Obat dan gangguan gastrointestinal
Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini
dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis
seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari
dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik yang menyebabkan
terjadinya konstipasi.
D. Absorbsi
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi
adalah obat-obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus.
Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki
efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan
antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn, dapat
21
berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung seperti
pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan
besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau
perpindahan saat masuk ke dinding usus.
E. Metabolisme
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di
usus dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang
dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan
metotrexate pada pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang
dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat
ini adalah defisiensi asam folat.
F. Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan
mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah
2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien.
Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh
obat-obat tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.
Berikut Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien:
↓ Kalsium
aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor antagonists, loop
diuretics ; amphotericin B, antacids, carbamazepine, cholestyramine, cisplatin,
colchicines, digoxin, doxycycline, ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate,
minocycline, oxcarbazepine, oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital,
phenytoin, primidone, Na phosphate, sucralfate, zelodronic acid, zonisamide.
↑ Kalsium
antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication,
aminoiphylline, Ca carbonate, lithium.
22
↓ Magnesium
aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral contraceptives,
tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine, cisplatin,
cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide, pamidronate,
penicillamine, raloxifene, Na phosphate, tacrolimus, zoledronic acid.
↑ Magnesium
Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas.
↓ Fosfor
Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine,
digoxin, foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline,
zoledronic acid.
↑ Fosfor
Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema.
↓Kalium
Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics,
acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine,
enoxacin, foscarnet, hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na
bicarbonate & phosphates.
↑ Kalium
ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers,
NSAIDs, Kalium sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions,
lithium, pentamidine, succinylcholine.
↓ Natrium
23
Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics,
salicylates ; acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine,
foscarnet.
↑ Natrium
Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative &
enemas.
↓ Zink
ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2
receptor antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol,
hydralazine, penicillamine.
↓ Klorida
Thiazide diuretics, loop diuretics.
↑ Klorida
24
Spironolactone, triamterene
Tabel 6: Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.
No Obat Interaksi Akibat klinis yang mungkin
1 Tetrasiklin Penurunan ketersediaanhayati
dengan susu dan produk susu
Gagal terapi
2 Siprofloksasi
n
Penurunan ketersediaanhayati
dengan susu dan produk susu
Gagal terapi
3 Azitromisin Penurunan ketersediaanhayati
dg makanan
Gagal terapi
4 Itrakonazol Penurunan ketersediaanhayati
dg makanan
Mungkin Gagal terapi
5 Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati
dg makanan
Gagal terapi
6 Didanosin Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
Gagal terapi
7 Indinavir Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
Gagal terapi
8 Saquinavir Garlic (allicin) mengurangi
ketersediaanhayati
Aktivitas antiviral berkurang
9 Atiovaquone Makanan meningkatkan
ketersediaanhayati
Khasiat bertambah bila bersama
makan
10 Lovodopa Protein mengurangi transpor Menurunkan khasiat
25
ke otak
11 Teofilin Makanan lemak meningkatkan
penyerapan
Kemungkinan toksisitas
12 Warfarin Makanan kaya Vitamin K
melawan efek antikoagulans
menurunkan efek antikoagulasi
13 Siklosporin Makanan dan sari grapefruit
meningkatkan kadar plasma
mungkin toksisitas
14 Alendronate Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
Gagal terapi
Penghambat MAO
Meningkatkan kadar tiramin
Krisis hipertensi
15 Terfanadin Sari Grapefruit meningkatkan
ketersediaanhayati
Kadar plasma bertahan lebih lama
16 Felodipin Makanan meningkatkan
ketersediaanhayati
Efek samping lebih besar
17 Diuretik Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
Gagal terapi
18 Spironolakton Makanan mengurangi
ketersediaanhayati
Khasiat bertambah bila bersama
makan
26
19 Propranolol Makanan menambah
ketersediaanhayati
Efek samping bertambah
Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa
berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika anda harus mencampur suatu obat,
selalu ikuti petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana
larutan yang bisa ditambahkan ke pemberian “piggy back”; dan larutan “bilas”
apa yang harus digunakan di antara pemberian suatu produk dan produk lain
untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di dalam selang infus
(sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus jaga yang
mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan normal
saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal.
kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback.
Jika ingin mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat
ini kompatibel di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat,
kontak apoteker. Umumnya apoteker memiliki akses untuk informasi
kompatibilitas ini.More.
Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila
berkontak dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin
(Dilantin), heparin, midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan
dalam campuran IV.
Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida). Di samping
kompatibilitas obat-obat IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah
bisa timbul bila menggunakan PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized
polyvinyl Klorida (PVC) merupakan bahan polimer yang digunakan secara luas di
bidang kedokteran dan yang terkait. Di bidang kedokteran, PVC yang lentur
digunakan untuk kantong penyimpan darah, selang transfusi, hemodialisis, pipa
endotrakea, infuse set, serta kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-(2-
ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di bidang
kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada
kemungkinan memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam
larutan sudah bertahun-tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan
PVC telah mencetuskan pertanyaan serius mengapa produk ini masih digunakan.
27
Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching. Leaching terjadi bila beberapa obat
seperti paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong PVC.
Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau
“hilang”nya obat dari kantong PVC:
1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong
infus Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan
obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat.
2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar
obat di bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan
nitrogliserin.
Reaksi Maillard. Walaupun bukan merupakan interaksi obat-obat, masalah
ini perlu dikemukakan. Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino
dengan gula pereduksi. Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya
karamelisasi, ini merupakan bentuk diskolorasi coklat yang bersifat non-
enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula bereaksi dengan gugus amino
nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai molekul yang
menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam amino
dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa
intravena perlu diberikan sekaligus, suatu pendekatan yang pintar adalah
menghasilkan kantong dengan dua kamar di mana glukosa dan asam amino
dipisah. Asam amino dan glukosa dicampur dulu sebelum diberikan.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
1. Interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase
farmasetis, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat
yang telah diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis),
kemudian obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi, metabolism dan ekresi
oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik), setelah melewati fase
farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara fisiologis dan psikologis
(merupakan fase farmakodinamik).
2. Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI
(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada
pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut
dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare.
Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien.
Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak signifikan
yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.
3. Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-
kekurangan PVC (polivinilklorida),Reaksi Maillard.
3.2 Saran
Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya
29
1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat
ditanyakan dengan dokter yang meresepkan.
2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang
tercantum dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas
juga perlu aturan pakai yang disarankan.
3. Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali
atas petunjuk dokter.
4. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum
bersamaan dengan obat karna terdapat beberapa jenis vitamin dan
mineral tertentu yang dapat berinteraksi dengan obat.
5. Jangan pernah memberi obat bersamaan dengan makanan yang
mengandung alcohol.
Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan
dokter atau apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat
konsultasi dengan dokter, beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang
dikonsumsi saat ini untuk mencegah terjadinya interaksi.
KEPUSTAKAAN
Erza,Febri Laila.2 November 2011.Interaksi Obat dan Makanan.Google. http://erzafebri.blogspot.com/2011/11/interaksi-obat-makanan.html diakses tanggal 2 Juni 2013.
Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto.(1989.).Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB.
http://afdalgizi1c.blogspot.com/2013/01/interaksi-obat-dan-makanan.html diakses tanggal 2 Juni 2013.
http://interaksiobatdanmakanan/adropofinkcanmakeamillionpeoplethink.html diakses tanggal 2 Juni 2013.
http://kamuskesehatan.com/arti/interaksi-obat/ diakses pada tanggal 2 Juni 2013.
http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2011/12/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013.
http://medicafarma.blogspot.com/2010/11/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013.
http://puskesmastulakanpacitan.wordpress.com/interaksi-obat-makanan/ diakses tanggal 7 April 2013.
http://www.drugs.com/drug_information.html diakses tanggal 2 Juni 2013.
30
Muttschler,Ernest, 1999, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi, Penerbit ITB: Bandung.
Wanamaker ,Boyce P., Kathy, Lockett Massey. (2009). Applied Pharmacology for Veterinary Technicians, 4th Edition. Canada,USA: Saunders Elsevier.
31