Upload
n-hikmah-alinda
View
463
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
OBAT-OBAT KOLINERGIK(AGONIS KOLINERGIK DAN ANTAGONIS KOLINERGIK)
SINONIM
Agonis kolinergik
═ Obat parasimpatis
═ Agonis parasimpatis
═ Parasimpatomimetik
═ Kolinomimetik
Antagonis kolinergik
═ Obat antiparasimpatis
═ Antagonis parasimpatis
═ Parasimpatolitik
═ Penghambat kolinergik
═ Kolinolitik
Obat-obat kolinergik
═Obat parasimpatis
═Agonis parasimpatis
═Parasimpatomimetik
═Kolinomimetik
Tinjauan Umum
Obat-obat yang mempengaruhi sistem saraf otonom :
1. Obat-obat kolinergik bekerja terhadap reseptor yang
diaktifkan oleh asetilkolin
2. Obat-obat adrenergik bekerja terhadap reseptor yang dipacu oleh norepinefrin atau epinefrin
Obat kolinergik dan adrenergik bekerja dengan memacu atau menyekat neuron dalam sistem saraf otonom
Neuron Kolinergik
Serabut preganglionik yang berakhir pada medula adrenalis, ganglia otonom (simpatis dan parasimpatis), dan serabut pasca ganglionik dari divisi parasimpatis menggunakan asetilkolin sebagai suatu neurotransmitter
Neuron kolinergik mempersarafi otot volunter dari sistem somatik dan dijumpai pula dalam sistem saraf pusat (SSP)
Gambar daerah kerja agonis kolinergik pada sistem saraf somatik dan atonomik
Neurotransmisi pada neuron kolinergikMeliputi 6 tahap :
1. Sintesis
2. Penyimpanan
3. Pelepasan
4. Ikatan asetilkolin pada satu reseptor
5. Penghancuran oleh neurotrasmitter dalam celah sinaptik (yaitu ruangan antara akhiran saraf dan kumpulan reseptor yang terletak pada saraf atau organ efektor)
6. Daur ulang kolin
1. Sintesis asetilkolinKolin diangkut dari cairan ekstrasel ke
dalam sitoplasma neuron kolinergik oleh suatu sistem pembawa yang bersamaan dengan masuknya natrium dan dapat dihambat oleh obat hemikolinium.
Enzim kolin asetiltransferase (CAT) mengkatalisis reaksi kolin dengan asetil CoA untuk membentuk asetilkolin dalam sitosol
2. Penyimpanan asetilkolin dalam vesikelAsetilkolin dikemas ke dalam vesikel-
vesikel melalui suatu proses transpor aktif yang berpasangan dengan keluarnya proton dari sel. Vesikel yang matang tidak saja mengandung asetilkolin tetapi juga adenosin trifosfat dan proteoglikan. Fungsi zat terakhir ini dalam ujung neuron belum diketahui
3. Pelepasan asetilkolin Jika suatu potensial kerja yang dipropagasi oleh kanal
bervoltase peka natrium tiba pada suatu ujung saraf, maka kanal-kanal bervoltase peka kalsium pada membran presinaptik terbuka, yang menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam sel.
Peningkatan kadar kalsium ini memacu fusi vesikel-vesikel sinaptik dengan membran sel dan melepas kandungan asetilkolinnya ke dalam celah sinaps.
Pelepasan demikian dapat dihambat oleh toksinbotulinum. Kebalikannya, racun lebah hitam justru menyebabkan pelepasan semua simpanan asetilkolin dalam sel tumpah ke dalam celah sinaptik
4. Ikatan pada reseptorAsetilkolin yang dilepas dari vesikel
sinaptik berdifusi melewati ruangan sinaptik dan mengikat baik reseptor pasca sinaptik pada sel sasaran maupun reseptor presinaptik pada membran neuron yang melepas asetilkolin.
Ikatan pada reseptor ini menimbulkan suatu respons biologi didalam sel seperti mulainya suatu impuls saraf serabut pasca ganglionik atau aktivasi sejumlah enzim tertentu didalam sel efektor sebagai perantara pada reaksi molekul “second messenger”
5. Penghancuran asetilkolin
Sinyal pada tempat efektor pasca sambungan secepatnya diakhiri. Proses ini terjadi di dalam celah sinaptik dengan enzim asetilkolinesterase memecah asetilkolin menjadi kolin dan asetat
6. Daur ulang kolin
Kolin mungkin ditangkap kembali melalui suatu sistem ambilan kembali berafinitas tinggi yang berpasangan dengan natrium ke dalam neuron, yang kemudian diasetilasi dan disimpan hingga dilepas lagi oleh potensial kerja berikutnya
Gambar sintesis dan pelepasan asetilkolin dari neuron kolinergik
Reseptor kolinergik (kolinoseptor)
Berdasarkan perbedaan
afinitas terhadap zat yang mampu
meniru asetilkolin
(ACh)
R. Muskarinik R. Nikotinik
Reseptor Muskarinik
Afinitas kuat terhadap muskarin
Afinitas lemah terhadap nikotin
Terdiri dari subkelas : M1, M2, M3, M4, M5
Terdapat dlm ganglia SS perifer dan organ efektor otonom (jantung, otot polos, kel eksokrin)
Lebih dominan dalam kerja kolinergik
Reseptor Nikotinik
Afinitas kuat terhadap nikotin
Afinitas lemah terhadap muskarin
Terdpt di SSP, medula adrenalis, ganglia otonom, dan persambungan neuromuskular
Nikotin mula-2 memicu reseptor, tapi akhirnya justru menghambat
Gambar jenis reseptor kolinergik
Subtipe dan karakteristik kolinoseptor
Subtipe Nama lain Lokasi Mekanisme
M1 M1a Saraf IP3; aliran DAG
M2 M2a; M2 jantung Jantung, saraf, otot polos
Penghambatan prod. cAMP; aktivasi kanal K+
M3 M2b; m2 kelenjar Kelenjar, otot
polos, endotelIP3; aliran DAG
M4’SSP ?? Penghambatan prod. cAMP
M5’ SSP ?? IP3; aliran DAG
NM Tipe otot, endplate receptor
Sambungan neuromuskular otot skelet
Depolarisasi kanal Na+ dan K+
NN Tipe neuronal, reseptor ganglion
Badan sel pascaganglion Depolarisasi kanal Na+ dan K+
Obat kolinergik
1. Gol ester kolin
2. Gol antikolinesterase
3. Gol alkaloid tumbuhan
4. Gol lain-2
Obat agonis kolinergik
Agonis kolinergik
A. Kerja langsung (asetilkolin, betanekol,karbakol,pilokarpin)
B. Kerja tak langsung = antikolinesterase (ednofonium, neostigmin, fisostigmin, piridostigmin, ekotiofat, isoflurofat)
A. Agonis kolinergik bekerja langsungAgonis kolinergik meniru efek asetilkolin
dengan cara berikatan langsung pada kolinoseptor
Obat ini adalah ester sintetik kolin seperti karbakol dan betanekol atau alkaloid alam seperti pilokarpin
Semua obat kolinergik yang bekerja langsung mempunyai masa kerja lebih lama dibanding asetilkolin
Sangat bermanfaat bagi terapi adalah pilokarpin dan betanekol lebih mudah terikat dengan reseptor muskarinik (dikenal sebagai obat muskarinik)
Gambar perbandingan struktur beberapa agonis kolinergik
a. asetilkolinSuatu amonium kuartener yang tidak mampu
menembus membran
Walaupun sebagai suatu neurotransmitter saraf parasimpatis dan kolinergik, namun dalam beberapa terapi zat ini kurang penting karena beragam kerjanya dan sangat cepat di-inaktifasi oleh asetilkolinnesterase
Kerjanya termasuk : menurunkan denyut jantung dan curah jantung (I.V), vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah (walaupun tidak ada persarafan parasimpatis dipembuluh darah, tetapi ada reseptor kolinergik yang terletak pada pembuluh darah yang akan bereaksi dan menyebabkan vasodilatasi)
Lanjutan asetil kolin
Efek CV
Efek nyata hanya pada pemberian i.v. dosis besar
Pemberian cara lain tidk beri efek karena cpt dihidrolisis oleh kolinesterase
Vasodilatasi kapiler, td turun disertai bradikardi dan bbrp kelainan EKG
Efek lain
Sekresi saliva meningkat serta gerak peristaltik
Sekresi bronkial dipacu
Saluran uriner, tonus detrusor urin terpacu
Kontraksi otot siliaris mata terpacu utk lihat dekat, konstriksi pupil, timbul miosis
b. betanekol Mempunyai struktur yang berkaitan dengan asetilkolin
Kerja nikotik kecil atau tidak ada samasekali tetap kerja muskariniknya sangat kuat
Kerja utamanya adalah terhadap otot polos, kandung kemih dan saluran cerna
Masa kerjanya berlangsung sekitar 1 jam
Betanekol memacu langsung reseptor muskarinik, sehingga tonus dan motilitas usus meningkat, memacu otot detrusor kandung kemih dan sfingter kemih melemas, sehingga uruin terpancar keluar
Dapat menimbulkanpacuan kolinergik umum termasuk berkeringat, salivasi, kemerahan, penurunan tekanan darah, mual, nyeri abdomen, diare dan bronkopasme
Beberapa efek samping obat kolinergik
c. Karbakol Bekerja sebagai muskarinik maupun nikotinik
Karbakol berefek sangat kuat terhadap sistem kardiovaskular dan sistem pencernaan karena aktivitas pacu gangglionnya dan mungkin tahap awalnya memacu dan kemudian mendepresi sistem tersebut
Karena potensi tinggi dan masa kerja yang relatif lama, maka obat ini jarang digunakan untuk maksud terapi, terkecuali pada mata sebagai obat miotikum untuk menyebabkan kontraksi pupil dan turunnya tekanan dalam bola mata
Efek samping kecil atau tidak ada sama sekali untuk dosis oftalmologi
d. Pilokarpin Suatu amin tersier dan stabil dari hidrolisis oleh asetilkolinesterase
Dibandingankan dengan asetilkolin dan turunannya, senyawa ini ternyata sangat lemah
Pilokarpin menunjukkan aktivitas muskarinik dan terutama digunakan untuk oftalmologi
Penggunaan topikal pada kornea dapat menimbulkan miosis dengan cepat dan kontraksi otot siliaris (efek yang berlawanan dengan atropin, suatu penyekat muskarinik pada mata)
Pilokarpin adalah obat terpilih dalam keadaan gawat yang dapat menurunkan tekanan bola mata pada glaukoma
Pilokarpin dapat mencapai otak dan menimbulkan gangguan ssp. Obat ini merangsang keringat dan salivasi berlebihan
Kerja pilokarpin dan atropin pada otot iris dan siliaris mata
B. Antikolinesterase Asetilkolinesterase adalah enzim yang khusus memecah
asetilkolin menjadi asetat dan kolin
Obat penyekat asetilkolinesterase secara tidak langsung bekerja sebagai kolinergik dengan memperpanjang keberadaan asetilkolin endogen yang dilepas oleh ujung saraf kolinergik.
Keadaan ini menimbulkan penumpukan asetilkolin dalam ruangan sinaptik
Obat penyekat asetilkolinesterase mampu memacu respons pada semua kolinoseptor dalam tubuh , baik reseptor muskarinik maupun nikotinik dari sistem saraf otonom, demikian pula pada sambungan neuromuskular dan otak
a. Fisostigmin Adalah suatu alkaloid (senyawa nitrogen yang
terdapat dalam tumbuhan) yang merupakan amin tersier.
Obat ini merupakan substrat untuk asetilkolinesterase dan membentuk senyawa perantara enzim-substrat yang relatif stabil yang berfungsi menginaktifkan secara reversibel asetilkolinesterase
Obat ini meningkatkan gerakan usus dan kandung kemih, sehingga berkhasiat untuk mengobati kelumpuhan kedua organ tersebut
b. Neostigmin Suatu senyawa sintetik yang dapat
menghambat asetilkolinesterase secara reversibel seperti fisostigmin, tetapi tidak seperti fisostigmin, obat ini lebih polar dan oleh sebab itu tidak dapat masuk ke dalam SSP.
c. Piridostigmind. Ednofoniume. Isoflurofat
Antagonis kolinergik
Tinjauan umum Antagonis kolinergik (penyekat kolinergik,
obat antikolinergik) mengikat kolinoseptor tetapi tidak memacu efek intraseluler diperantarai reseptor seperti lazimnya
Yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara selektif.
Oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi terganggu dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan.
Kelompok kedua obat ini, menyekat ganglionik, nampaknya lebih menyekat reseptor nikotinik pada ganglia simpatis dan parasimpatis
Keluarga ketiga senyawa ini, obat penyekat neuromuskular, mengganggu transmisi impuls eferen yang menuju otot rangka
Ringkasan antagonis kolinergik
a. Obat antimuskarinikObat golongan ini seperti atropin dan
skopolamin bekerja menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkan hambatan semua fungsi muskarinik
Bertentangan dengan obat agonis kolinergik yang kegunaan terapeutiknya terbatas, maka obat penyekat kolinergik ini sangat menguntungkan dalam sejumlah besar situasi klinis
Obat-obat antimuskarinik : atropin, ipratropium, skopolamin
Kompetisi atropin dan skopolamin dengan asetilkolin untuk reseptor muskarinik
b. Obat penyekat ganglionikPenyekat ganglionik ini secara spesifik bekerja
terhadap reseptor nikotinik, barangkali dengan menyekat kanal ion ganglia otonom
Obat ini menunjukkan tidak adanya selektivitas terhadap ganglia simpatis maupun parasimpatis dan tidak efektif sebagai antagonis neuromuskular
Oleh karena itu, obat ini menghentikan semua keluaran sistem saraf otonom pada reseptor nikotinik
Respon yang teramati memang kompleks dan sulit diduga, sehingga tidak mudah memperoleh kerja yang selektif
Dengan demikian penyekat ganglionik sangat jarang digunakan untuk maksud terapi saat ini, hanya digunakan sebagai alat dalam eksperiment farmakologi
Obat-obat golongan penyekat ganglionik : nikotin, trimetafan, mekamilamin
c. Obat penyekat neuromuskular
Obat ini menyekat transmisi kolinergik antara ujung saraf motor dengan reseptor nikotinik pada cekungan neuromuskular otot rangka
Penyekat neuromuskular bermanfaat secara klinik selama operasi guna melemaskan otot secara sempurna tanpa memperbanyak obat anastesi yang sebanding dalam melemaskan otot.
Obat-obat penyekat neuromskular : atrakurium, doksakurium, metokurin, mivakurium, pankuronium, piperkuronium, rokuronium, suksinilkolin, tubokurarin, vekuronium
Daerah kerja antagonis kolinergik
Gambar ringkasan antagonis kolinergik
Terima kasih