18
INTERAKSI OBAT 1302101010113 1302101010122 1302101010123 1302101010132 1302101010145 1302101010165 1302101010169 1302101010177 1302101010178 1002101010014 Ina Satria Syahrial Adi Fajar Nanda Balia Tarmizi Rauzatul Jannah Rina Ismaya Sucia Fadillah Melia Sesvadina M. Riski Saputra B Izdaharra Mutia Ulfah Farzila Novia Kelompok 3

INTERAKSI OBAT (Presentasi Kelompok 3)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmakologi: farmakokinetik dan farmakodinamik interaksi obat

Citation preview

Slide 1

INTERAKSI OBAT1302101010113130210101012213021010101231302101010132130210101014513021010101651302101010169130210101017713021010101781002101010014Ina SatriaSyahrial Adi FajarNanda Balia TarmiziRauzatul JannahRina IsmayaSucia FadillahMelia SesvadinaM. Riski Saputra BIzdaharra Mutia UlfahFarzila NoviaKelompok 3Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain atau karena makanan.

Interaksi obat secara klinis penting diketahui bila berakibat peningkatan toksisitas atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama.INTERAKSI OBAT-OBATInteraksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses farmakokinetik maupun farmakodinamik.

Interaksi farmakokinetik Interaksi farmako kinetik diakibatkan oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi suatu obat karena obat lain. Absorpsi interaksi langsunginteraksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi. perubahan pH saluran cernaCairan saluran cerna yang alkalis. Misalnya akibat adanya antasid, akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam saluran cerna. Akan tetapi suasana alkalis akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam cairan saluran cerna, sehingga mengurangi absorpsinya.Pembentukan senyawa kompleks tak larutInteraksi antara antibiotik golongan fluorokinolon dan ion-ion divalent dan trivalent (misalnya ion Ca, Mg dan Al dari antasida dan obat lain) dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dari absorpsi saluran cerna, bioavailabilitas dan efek terapetik, karena terbentuknya senyawa kompleks.Perubahan fungsi saluran cerna (percepatan atau lambatnya pengosongan lambung, perubahan vaskularitas atau permeabilitas mukosa saluran cerna, atau kerusakan mukosa dinding usus).2. Distribusi setelah obat diabsorpsi ke dalam sirkulasi, obat dibawa ke tempat kerja di mana obat akan bereaksi dengan jaringan tubuh atau reseptor. Selama berada didalam darah obat akan terikat dengan protein darah.

Obat yang terikat albumin secara farmakologi tidak aktif, sedangkan obat yang tidak terikat disebut fraksi bebas, aktif secara farmakologi. Bila dua atau lebih obat yang sangat terikat protein digunakan bersama-sama, terjadi kompetisi pengikatan pada tempat yang sama, yang mengakibatkan terjadi pergeseran salah satu obat dari ikatan dengan protein, dan akhirnya terjadi peningkatan kadar obat bebas dalam darah.

Obat-obat yang cenderung berinteraksi pada proses distribusi adalah obat-obat yang: Persen terikat protein tinggi (>90%) Mempunyai onset aksi yang cepat Digunakan secara intravena

Obat yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menggesesr obat lain dari ikatan dengan protein adalah - asam salisilat, - fenilbutazon, - sulfonamid, dan - anti-inflamasi nonsteroid.3. MetabolismePeningkatan metabolismeBeberapa obat bisa meningkatkan aktivitas enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme obat-obat lain. Misalnya fenobarbital meningkatkan metabolisme warfarin sehingga menurunkan aktivitas antikoagulannya. Penghambatan metabolismeSuatu obat dapat menghambat metabolisme obat lain dengan dampak memperpanjang atau meningkatkan aksi obat yang dipengaruhi.4. EkskresiKecuali obat-obat anestetik inhalasi, sebagian besar obat diekskresi lewat empedu atau urin. Darah yang memasuki ginjal sepanjang arteri renal, mula-mula dikirim ke glomeruli tubulus dimana molekul-molekul kecil yang cukup melewati membran glomerular (air, garam, dan beberapa obat tertentu) disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti protein plasma dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati bagian lain dari tubulus ginjal dimana transport aktif yang dapat memindahkan metabolitnya dari darah ke filtrat tubulus. Sel tubulus kemudian melakukan transport aktif maupun pasif (melalui difusi) untuk mereabsorpsi obat. Interaksi bisa terjadi karena:Perubahan sekresi aktif tubuli ginjalPerubahan pH urinPerubahan aliran darah ginjal

B. Interaksi farmakodinamikInteraksi farmakodinamik Interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi.Interaksi farmakodinamik bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek seperti:aditif (efek kombinasi = jumlah efek setiap obat), Potensiasi (efek satu obat lebih besar dari obat lain)misal, efek A=0, efek B=1, efek kombinasi A+B=2.Sinergisme (efek kombinasi lebih besar daripada efek masing-masing obat) misal, efek A=1, efek B=1, efek kombinasi A+B=3.Antagonisme (efek kombinasi < efek masing-masing obat).Contoh: Asetilkolin dan atropinInteraksi pada reseptor Reaksi pada reseptor yang sama biasanya merupakan antagonisme antara agonis dan bloker (antagonis) dari reseptor yang bersangkutan.Antagonisme terjadi jika aktivitas obat A dikurangi atau ditiadakan oleh obat B.

2. Interaksi fisiologikInteraksi pada sistem fisiologik yang sama dapat menghasilkan peningkatan atau penurunan respon (potensiasi atau antagonisme).contohnya, - Trombolitik + antikoagulan + antiplatelet perdarahan (potensiasi)- Antidiabetes + tiazid menurunnya efek antidiabetik (antagonisme)

INTERAKSI OBAT-MAKANANKetika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan tubuh.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi obat-makanan:Pengosongan lambungKecepatan pengosongan lambung secara signifikan mempengaruhi komposisi makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dapat mengubah bioavalabilitas obat. Makanan yang mengandung serat dan lemak tinggi diketahui secara normal menunda waktu pengosongan lambung.

Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin lebih baik diserap saat pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah di lambung.

Obat lain seperti L-dopa, Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi dan menjadi inaktif saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu lama. Komponen makanancontohnya,Lemak, pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolisme obat (Gibson, 1991)

Karbohidrat, glukosa dapat menghambat metabolisme barbiturate dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur.

Ada beberapa fase interaksi obat dengan makanan:

TERIMA KASIH