86
i

Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

Citation preview

Page 1: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

i

Gis Fatur
Page 2: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

ii

MENGELOLA BENCANAKEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN

KontributorWaliadi, Suhada, Dedi

EditorEvy S.Suryatmana

IlustratorYayak Yatmaka

Disain dan Tata Letak

Yayak Yatmaka, Fatkhurohman

Pengumpulan DataTaufik Rahman

Diterbitkan sebagai rangkaian kegiatanStrengthening of Initiatives in peat Areas to increase Preparedness

for disasters (SIAP) projectCARE International Indonesia, 2005 - 2006

Page 3: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

iii

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KATA PENGANTAR

Bencana kebakaran hutan dan lahan merupakan permasalahan serius yangharus dihadapi masyarakat Kalimantan Tengah setiap tahun pada musimkemarau. Masyarakat Kalimantan Tengah dituntut untuk mampu mengelolaresiko bencana kebakaran secara mandiri.

Bagi kami buku tentang “ Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan”merupakan informasi praktis dan mudah dicerna oleh masyarakat.Penyampaian materi tentang : rehabilitasi, pencegahan, kesiap siagaan danpenanggulangan, disertai ilustrasi contoh di lapangan menjadikan buku inilebih mudah dicerna oleh pengguna terutama masyarakat desa. Analisa yangsederhana mengenai penyebab dan dampak kebakaran yang disampaikandengan detail ini sangat berguna bagi penyadaran masyarakat.

Inti semangat buku ini adalah “Pengelolaan Bencana Berbasis Masyarakat”.Adapun komponen-komponen pengelolaan bencana kebakaran ini tidakdimaksudkan sebagai tuntutan, melainkan sebagai “suatu tujuan” yang patutdiupayakan pencapaiannya secara bersama oleh semua pihak yang terlibatdalam situasi bencana kebakaran.

Kami mengucapkan terimakasih kepada para kepala desa dan masyarakatdesa dampingan CARE atas semua dukungan selama program berjalanhingga tersusunnya buku ini. Akhirnya kepada para pendamping masyarakatdan penyandang dana, kami menghargai sumbangan dan dedikasinya danberharap semua ini menjadi langkah awal yang baik dan dapat dimanfaatkanuntuk kepentingan masyarakat Kalimantan Tengah.

Palangkaraya, Oktober 2005GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

A. TERAS NARANG, SH

Page 4: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

iv

UCAPAN TERIMAKASIHUngkapan rasa syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan atas rahmat, hidayahdan keleluasaan yang diberikan-Nya, sehingga tersusunnya buku ini.

Ucapan terimakasih pertama-tama kami sampaikan kepada masyarakatdampingan CARE atas partisipasinya dalam ujicoba media yang banyakmemberi masukan untuk perbaikan buku ini. Mereka adalah anggotakelompok tani dan regu pengendali kebakaran (RPK) dari:

n Desa Keruing dan Desa Parit , Kecamatan Cempaga Hulu, KabupatenKotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (15 Oktober 2005)

n Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau,Kalimantan Tengah (17 Oktober 2005)

n Desa Anjir Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten PulangPisau, Kalimantan Tengah (20 Oktober 2005)

n Terimakasih juga untuk fasilitator lapangan CARE di Kalimantan Tengahatas sumbangan ide leaflet kreatifnya. Tanpa adanya leaflet ini, gagasanpenyusunan buku ini barangkali tidak akan terwujud. Mereka adalah:

n Ape yang memfasilitasi Desa Rubung Buyung, Baninan dan Rubung Bonotn Tuta yang memfasilitasi Desa Jemaras, Luwuk Ranggan dan Patain Peny yang memfasilitasi Desa Mekar Jaya, Bukit Sari dan Bukit Harapann Yosep yang memfasilitasi Desa Keruing, Sei Ubar dan Sudann Marciano yang memfasilitasi Desa Parit, Pantai Harapan dan Bukit Batun Rano yang memfasilitasi Desa Karang Tunggal, Karang Sari, Sumber

Makmur, Bandar Agung dan Beringin Tunggal Jayan Yesaya yang memfasilitasi Desa Bejarum, Sungai Paring, Luwuk Bunter

dan Tewah.

Secara khusus ucapan terimakasih juga disampaikan kepada HartmutArberger yang menyumbangkan gagasan siklus pengelolaan kebakaranberbasis masyarakat, yang kami pergunakan mulai pelatihan sampaipenyusunan buku ini.

Palangkaraya, Oktober 2005Tim Penyusun

Page 5: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

1PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Dahulu ketika rimba Kalimantan masih utuh, kebakaran hutan tiap musimkemarau akan padam dengan sendirinya secara alami. Ketika itu kebakaranhutan belum menjadi bencana bagi masyarakat. Kemudian masuk proyek-proyek logging dan Proyek Lahan Gambut (PLG) sejuta hektar. Sejak itulahhutan-hutan menjadi terbuka dan kebakaran hutan pun menjadi tidakterkendali, menjalar terus membakar habis kebun masyarakat. Setelah terjadibencana kebakaran tahun ini, masyarakat harus bersiap-siap menghadapibencana tahun berikutnya. Masyarakat harus mampu mengelola bencanakebakaran dengan baik untuk mengurangi resiko.

Pengelolaan bencana kebakaran terdiri dari: tindakan “Rehabilitasi” setelahbencana; tindakan “ Pencegahan” jauh sebelum bencana; tindakan “Kesiapsiagaan” menjelang bencana; dan tindakan “Penanggulangan” ketika bencanadatang kembali.

Mengelola bencana kebakaran berbasis masyarakat bisa kita mulai darikegiatan yang biasa dilakukan masyarakat lokal kemudian dipadukan denganteknik luar yang lebih maju. Misalnya dalam Rehabilitasi, upaya perbaikanlokal setelah bencana bisa kita padukan dengan kerja kelompok yang lebihteroganisir. Dalam Pencegahan, teknik pembakaran terkendali lokal bisakita padukan dengan pelatihan dan penegakan hukum. Dalam Kesiap-siagaan, bisa kita padukan sistem peringatan dini lokal dengan sistem modern,demikian juga penyiapan peralatan tradisional digabung dengan peralatansemi modern. Dalam Penanggulangan bisa kita padukan antara teknikpemadaman lokal dengan teknik luar yang lebih maju, juga ditambahkankeselamatan kerja.

Page 6: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

2 PENDAHULUAN

Pelaksanaannya di lapangan sebaiknya mengikuti pola “SiklusPengelolaan Bencana” dimulai dari ANALISA setelah kejadian bencanakebakaran, sebagai berikut:

Page 7: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

3PENDAHULUAN

Setelah “Bencana Kebakaran” menghabiskanlahan dan hutan, kita pun mulai melakukan“Analisa” apa saja penyebab dan dampak daribencana kebakaran ini? Pemahaman tentangsegitiga api pun menjadi penting untuk menjawabsemuanya.

Setelah bencana menimpa kita, apa cukup hanyamenganalisa saja? tentu tidak. Kita harus segeramelakukan “ Rehabilitasi”, bersama-samamemperbaiki semua kerusakan agar kondisikembali normal.

Selanjutnya kita upayakan tindakan “ PencegahanKebakaran” agar semua yang sudah diperbaikitidak lagi termakan api. Biasakan membuat sekatbakar/parit di kebun, lakukan pembakaranterkendali, ikuti pelatihan pengendaliankebakaran agar kita terlatih mengatasi api, dantegakan hukum bagi pelanggaran pembakaranlahan.

Meskipun kita sudah upayakan tindakanpencegahan kebakaran, kemungkinan bencanakebakaran kembali datang harus tetapdiantisipasi. Kita harus “ Bersiap-siaga” menjelangkebakaran berikutnya. Siapkan peralatanpemadam, siapkan tim pemadam yang terlatih,lakukan patroli di lokasi rawan.

Ketika “ Bencana Kebakaran” kembali datang,kita sudah lebih siap dari sebelumnya.“Penanggulangan” kebakaran lebih terorganisirkarena sudah terlatih teknik pemadaman dankeselamatan kerja. Api yang masuk kebunberkurang karena sudah dibuat sekat bakar/parityang menghalangi masuknya api. Luas areal yangterbakar pun makin berkurang, karena lahantidur (terlantar) yang rawan terbakar sudahditanami. Di sini kita akan merasakan manfaatmengelola kebakaran lahan dan hutan denganmengikuti pola “Siklus Pengelolaan Bencana”

Page 8: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

4 PENDAHULUAN

Gis Fatur
Page 9: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

7SEGITIGA API

SEGITIGA API

Api timbul karena adanya:bahan bakar, sumber panasdan udara, hubungan ketigaunsur itu disebut “SegitigaApi” . Jadi harus ada bahanbakar kering, sumber panasdan udara yang cukup jikakita ingin menyalakan api.

Jika salah satu unsur darisegitiga api dihilangkan, makaapi tidak akan menyala.

Mari kita buktikan !Ambil lilin dan korek apilalu nyalakan lilin. Api dapatmenyala karena kitamemiliki: bahan bakar yaitulilin, sumber panas yaitukorek api dan udara bebasdi ruangan. Selanjutnyatutuplah lilin yang sedangmenyala dengan gelasrapat-rapat, apakah apitetap menyala?. Api akanpadam karena habisnyaudara yang tertutup rapatoleh gelasPercobaan inimembuktikan jika udarayang merupakan salah satuunsur segitiga apidihilangkan maka api tidakakan menyala.

Demikian juga jika kita hilangkan bahan bakar dan sumber panas.Pemahaman tentang segitiga api ini sangat penting bagi upaya

pencegahan dan pemadaman kebakaran.

Page 10: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

8 SEGITIGA API

PERILAKU APIApi kecil jika kita biarkan membesar menjalar tidak terkendali akanmengakibatkan kebakaran. Faktor yang mempengaruhi perilaku api padakebakaran adalah: adanya bahan bakar di alam, cuaca dan bentuk mukabumi (topografi).

Bahan Bakar di AlamPemahaman tentang sifat bahan bakar sangat penting untukmenentukan perilaku api pada pengendalian kebakaran liar di hutan.

1. Bahan bakar ringan :cepat terbakar, sepertirumput, daun kering, serasah,ranting, dahan kecil danalang-alang. Bahan bakarringan biasanya mudahterbakar dan cepat padam.

2. Bahan bakar berat :berukuran besar, sepertigelondongan kayu, tunggul danpohon. Bahan bakar ini sulitterbakar, namun jika sudahterbakar akan sulit dipadamkan.

3. Bahan bakar merata : tersebarmerata dan saling berhubungan,seperti lahan gambut, padangrumput dan alang-alang. Intensitasapinya tinggi dan penjalarannyalebih cepat.

Page 11: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

9SEGITIGA API

4. Bahan bakartidak merata :tidak tersebarmerata karenaadanya rintanganseperti batu, tanahtandus, jalan atautanaman yang sulitterbakar sehinggamenghambatpenjalaran api.

5. Bahan bakar rapat :berbagai bahan bakartermasuk tumbuhan yangsangat rapat sehingga apimudah merambat ke atasmelalui dahan dan ranting.Pohon akan terbakar habisdari pangkal sampai ujungtajuk.

CuacaCuaca yang ada sebelum dan selama kebakaran akan menentukanbagaimana perilaku api tersebut membakar.

Suhu yang panas padasiang harimenyebabkan cepatmengeringnya bahanbakar, memudahkankebakaran membesardan makin sulitdikendalikan. Padamalam hari suhu akanturun sehingga bahanbakar menjadi lebihlembab dan lebih sulitterbakar.

Page 12: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

10 SEGITIGA API

AnginAngin dapat membawa lebih banyak udara dan mempercepatpengeringan bahan bakar sehingga api berkobar dan merambat dengancepat. Angin dapat menerbangkan bara api yang jadi api loncat danpenyebab kebakaran baru.

Hujan danKelembaban tinggimembuat bahanbakar lebih basahsehingga penjalarankebakaran lebihlambat dan lebihmudah dikendalikan.

Bentuk Muka Bumi

Bentuk areal pentingdiperhatikan untukpengendalian kebakaran. Didaerah lereng, lidah api akanmenjadi lebih dekat denganbahan bakar di depannyasehingga penyebarankebakaran akan lebih cepatterjadi dibanding di daerahrata. Bara api yang bergulingke bawah akan membuatkebakaran baru. Angin perludiperhatikan dalampengendalian kebakaran dilereng. Pada siang hari anginnaik ke lereng bukit, padamalam hari angin turun kearah lembah.

Page 13: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

11SEGITIGA API

JENIS KEBAKARAN

Mengetahui secara pasti tipe kebakaran merupakan hal yang pentingsebelum menentukan teknik pemadaman yang cocok dan efisien agarlebih banyak areal yang bisa diselamatkan. Berdasarkan posisi bahanbakar, kita mengenal 3 tipe kebakaran yaitu: kebakaran bawah,kebakaran permukaan dan kebakaran tajuk.

Kebakaran Bawah :disebabkan oleh terbakarnyalapisan gambut, batubara ataubouksit di bawah permukaantanah, ditandai denganmunculnya asap putih. Gambutdi bawah permukaan tanahterbakar tanpa dipengaruhiangin sehingga berjalan sangatlambat dan sukar dideteksi,kebakaran baru diketahuisetelah meluasdan sulit dipadamkan.

Kebakaran Permukaan :paling sering terjadi karenaterbakarnya belukar, limbahkayu, rumput, daun dan rantingyang ada di permukaan tanah.Kebakaran permukaanmerupakan awal kebakarantajuk.

Kebakaran Tajuk : menjalarcepat dari satu tajuk ke tajukpohon lainnya. Kebakaran tajukbermula dari api loncatkebakaran permukaan. Apicepat membesar danberbahaya, tim pemadam seringtertimpa dahan berapi atauterjebak kepungan api.

Page 14: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

12 SEGITIGA API

Gis Fatur
Page 15: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

PENYEBAB DAN DAMPAK 11

PENYEBAB DAN DAMPAK KEBAKARAN

Secara umum kebakaran lahan dan hutan di Indonesia lebih disebabkanoleh kesengajaan dan kelalaian manusia, dan didukung oleh faktor alam.Akibatnya setiap musim kemarau, kebakaran lahan dan hutan menjadibencana tahunan yang dihadapi bangsa kita. Kebakaran yang terjaditelah memberikan dampak kerugian sosial ekonomi, kesehatan danlingkungan yang sangat besar.

PENYEBAB KEBAKARAN

AKIBAT KEBAKARAN

DAMPAK KEBAKARAN

Page 16: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

PENYEBAB DAN DAMPAK12

PENYEBAB KEBAKARAN

Kembali ke Segitiga Api, kebakaran terjadi karena adanya bahan bakar,sumber panas dan udara. Keberadaan bahan bakar dan sumber panasinilah yang sering dilalaikan manusia dalam aktivitasnya, sehinggamenimbulkan kebakaran. Contoh penyebab kebakaran oleh aktivitasmanusia sebagai berikut :

Membuang puntung rokok yangmasih menyala saat kemarau sangatmembahayakan, terutama di lahangambut. Sumber panas dari puntungrokok dapat merambat ke bawahlapisan gambut akan terus menjalarmengakibatkan kebakaran.

Sengaja membakar semak belukaruntuk mendukung aktivitas berburu,memancing atau mencari kayu dihutan, dan sengaja membuat apiuntuk memasak. Jika ditinggalkantanpa dipadamkan, sisa api akan terusmenjalar dan menimbulkankebakaran hutan.

Membiarkan limbah kayu di lahantidur yang dipenuhi semak belukarmenjadikan kumpulan bahan bakaryang potensial saat kemarau. Jika adasedikit saja sumber panas akanlangsung terbakar.

Contoh yang disebabkan faktor alammisalnya gesekan antar ranting yangterus menerus akibat tiupan anginbisa menimbulkan panas danmemercikan api, percikan api ini bisamembakar ranting lainnya terusmenjalar dan menyebabkankebakaran hutan.

Page 17: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

PENYEBAB DAN DAMPAK 13

AKIBATKEBAKARAN

Bencana kebakaran lahandan hutan dapatmemusnahkan semua yangtumbuh di lahan pertaniandan lantai hutan, jugamenghancurkanpemukiman. Akibatnya kitakehilangan sumber matapencaharian, jugakehilangan harta benda.Jika setiap musim kemaraukita harus menghadapibencana kebakaranseperti ini, makakehidupan kita akansemakin terpuruk.

DAMPAK KEBAKARAN

Setelah bencana kebakaran kita semua merasakan dampaknya terhadaplingkungan, hancurnya sosial ekonomi dan gangguan kesehatan manusia.

1. Dampak TerhadapLingkungan

Hilang atau berkurangnyakeragaman tumbuhan danbinatang akibat kebakaranhutan berdampak padasemakin berkurangnyacadangan hasil hutan kita. Lamakelamaan kita pun akankehilangan sumber matapencaharian di hutan.

Page 18: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

PENYEBAB DAN DAMPAK14

Kenaikan suhu tanah waktukebakaran ditambahmenguapnya nutrisi (zatmakanan) dari dalam tanahberdampak padaberkurangnya kesuburantanah.

Kerusakan sifat fisik dan kimiagambut akibat kebakaran berdampakpada menurunnya kadar air danberkurangnya ketersediaan air.

Terbukanya hutan akibatkebakaran berdampakpada menurunnyakemampuan tanahmenyerap air hujan,akhirnya dapatmenimbulkan bencanabanjir pada musim hujan.

Page 19: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

PENYEBAB DAN DAMPAK 15

2. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Rusaknyakeseimbangan ekologiakibat kebakaranhutan dapatmeningkatkanpopulasi hamatanaman pada satuareal, hal iniberdampak padakegagalan panen

Kurangnya kesuburan tanah akibatkebakaran dapat berdampak padakegagalan panen.

Gagal panen akibatserangan hama dankurangnya kesuburanlahan dapat berdampakpada berkurangnyapenghasilan.

Page 20: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

PENYEBAB DAN DAMPAK16

Berkurangnya sumber matapencaharian, kurangnya persediaanair, semakin sempitnya lahan suburdan tidak meratanya hasil panendapat menimbulkan kecemburuansosial dan berdampak pada konflikantar komunitas (kelompokmasyarakat).

Kebakaran yang merambat kepinggir jalan sangatmembahayakan bagi pejalan kakiterutama anak-anak sekolahyang masih rentanketahanannya. Demikeselamatan siswanya beberapasekolah terpaksa diliburkan.

Gagal panen akibat kebakarandapat berdampak pada rawannyapangan keluarga, terutama padaanak-anak bisa mengakibatkan giziburuk.

Page 21: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

PENYEBAB DAN DAMPAK 17

Terhalangnya jarak pandang akibat kabut asap dapat menggangukelancaran transportasi, baik transportasi udara, darat maupun perairan.Aktivitas masyarakat pun akan merosot karena gangguan transportasi.

3.DampakterhadapKesehatan

Dampak timbulnyaasap yangberlebihan selamakebakaran telahmenimbulkanberbagai penyakit,seperti: gangguansaluran pernapasan,asma, batuk, penyakitkulit dan iritasi mata.Dampakmenurunnyakualitas air pun telahmenimbulkanpenyakit diare danmuntaber terutamapada usia balita.

Page 22: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

PENYEBAB DAN DAMPAK18

Gis Fatur
Page 23: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

23SETELAH KEBAKARAN

SETELAH KEBAKARAN

Kita semua sudah merasakan dampak dari bencana kebakaran lahan danhutan. Terpikirkah oleh kita bagaimana jadinya lahan dan hutan inisepuluh tahun mendatang bila bencana kebakaran dibiarkan berlanjutterus. Bagaimana dengan anak cucu kita, apa yang nanti mereka dapat?Kisah hutan kita dengan segala kekayaannya mungkin hanya akan jadidongeng.

Page 24: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

24 SETELAH KEBAKAKARAN

Kita harus segera bertindak setelah bencana kebakaran, bangkit kembalimemperbaiki semua kerusakan agar kembali normal. Mulailah dariaktivitas yang dapat mengamankan kebutuhan pangan keluarga dahulu.Tanami kembali kebun kita yang terbakar, perbaiki parit-parit kebunyang rusak, bersihkan kebun secara rutin. Pelihara dan jagalah kebunagar terhindar dari api, agar kita bisa mengambil hasil panennya kelak.

Page 25: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

25SETELAH KEBAKARAN

Kerusakan yang diakibatkan bencana kebakaran sangatlah kompleks.Masalah ini masalah kita bersama, harus kita atasi bersama, harus kitatanggulangi bersama pula. Mari kita bergotong royong menanamikembali hutan yang terbakar, memperbaiki saluran air, memperbaiki jalan,memperbaiki jembatan, dan semua kerusakan akibat bencanakebakaran. Mengerjakan pekerjaan berat bersama-sama dalamkelompok akan lebih ringan dan cepat selesai.

Page 26: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

26 SETELAH KEBAKAKARAN

Bayangkan bila lahan dan hutan kita pulih kembali seperti sedia kala.Hutan kembali hijau dan dihuni kembali binatang-binatang. Ladang dankebun kita kembali subur. Anak cucu kita tidak akan pernah kekuranganmakanan, semua tersedia di lahan dan hutan kita. Hanya kita yang bisamembuatnya menjadi nyata. Mari kita segera ciptakan lingkungan yanglestari.

Page 27: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

29PEMBENTUKAN KELOMPOK

PEMBENTUKAN KELOMPOK

Kerusakan yang di akibatkan oleh bencana kebakaran sangatlah berat dankomplek. Masalah ini masalah kita bersama, jadi kita harus menyelesaikannyasecara bersama dengan membentuk kelompok. Dalam lingkungan kitaterlihat banyak kelompok yang terbentuk sebagai perwujudan kekerabatandan persamaan nasib sepenanggungan.

Sejarah juga membuktikan bahwa sejak dahulu kala, nenek moyang kitasudah hidup dalam kelompok-kelompok dan mewariskan asas kekeluargaandan kegotong royongan bagi generasi kita sekarang.

Page 28: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

30 PEMBENTUKAN KELOMPOK

Kelompok merupakankumpulan orang-orangyang menyatukan diridan bekerja sama dalammengatasi masalah dantantangan. Adapun yangmenjadi tujuanmembentuk kelompokadalah agar kita secarabersama-sama salingmembantu untukmemperbaiki taraphidup berdasarkankemampuan sendiri.

Demikian juga dalammengelola bencanakebakaran, jika kitamembentukkelompok pengendalikebakaran, maka kitadapat mengatasimasalah kebakaransecara bersama dalamkelompok. Segerabentuklah regupengendali kebakaran(RPK) di desa.Kegiatan dalamkelompok ini, selain mengendalikan kebakaran kita juga bisa salingmembantu dalam kegiatan pertanian lainnya. Misalnya bergotong royongdalam penyiapan lahan, pembuatan sekat bakar, pengolahan lahan danpanen. Kegiatan ini bisa dilakukan secara bergilir di lahan anggotakelompok.

Page 29: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

31PEMBENTUKAN KELOMPOK

TINGKATAN KELOMPOK

Dilihat dari proses pembentukan dan aktivitas kelompok, maka ada 3tingkatan kelompok yang berkembang di masyarakat, yaitu: kelompokMerpati, kelompok Pedati dan kelompok Lestari.

1. Kelompok Merpati

Kelompok jenis ini baru mulaiterbentuk dan menunjukkankegiatannya jika ada bantuandari luar, biasanya berupauang, atau barang yangmanfaatnya bisa dirasakanlangsung. Kelompok semacamini hidup dan berkembangselagi ada bantuan. Tetapibegitu bantuan dan dukungandari luar tidak ada lagi, makakelompok menjadi bubar.

Page 30: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

32 PEMBENTUKAN KELOMPOK

2. Kelompok Pedati

Kelompok ini bagaikan pedati, baru akan bergerak bila ditarik atau didorongoleh pihak luar. Seringkali dorongan itu bersifat paksaan.

Page 31: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

33PEMBENTUKAN KELOMPOK

3. Kelompok Lestari

Kelompok ini bisa tumbuh atas inisiatif, keinginan dan kesadaran paraanggota tanpa menunggu bantuan, dukungan dan dorongan dari pihak lain.Kehadiran pihak luar hanya sebagai penunjang atau perangsang. Kelompokini sudah mampu mengelola program kelompok sendiri.

Wujudkanlah regu pengendali kebakaran (RPK) yang sudah kita bentukini menjadi “kelompok lestari”. Mari kita kelola bersama programpengelolaan bencana kebakaran lahan yang meliputi aktivitas: rehabilitasi,pencegahan, kesiap-siagaan dan penanggulangan kebakaran.

Page 32: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

34 PEMBENTUKAN KELOMPOK

Page 33: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

35PEMBENTUKAN KELOMPOK

Agar kelompok kita dapat berkembang secara baik dan mandiri sertaberkelanjutan, maka kelompok ini harus memiliki beberapa komponenpengembangan, antara lain :1. Pengembangan struktur organisasi sederhana, yang terdiri : ketua,

sekretaris, bendahara, dan rapat anggota.2. Pengembangan permodalan dari kas kelompok, misalnya dari : iuran

kelompok, sisa uang kegiatan, denda anggota yang disepakati dansetoran wajib tertentu yang disepakati.

3. Pengembangan usaha produktif, terdiri dari usaha ekonomi kelompokseperti simpan pinjam, arisan dan kebun kelompok.

4. Pengembangan kebutuhan anggota dan kelompok, misalnya pengadaansembako, bibit, pupuk, alat pertanian dan alat pemadam kebakaran.

Page 34: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

36 PEMBENTUKAN KELOMPOK

Gis Fatur
Page 35: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

39PENCEGAHAN

PENCEGAHAN

Setelah kita melakukan perbaikan kerusakan akibat bencana kebakaran,segera upayakan tindakan pencegahan agar semua yang pernah kita perbaikitidak akan musnah lagi dimakan api. Upaya pencegahan dapat mengurangikemungkinan terjadinya kebakaran dan dampak serta menghilangkansumber kebakaran. Tergantung dari bentuk kasusnya, tindakan pencegahandapat melalui: Pendidikan, Penegakan Hukum dan Pelaksanaan Teknis.

PENDIDIKANPendidikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilankita dalam hal pengelolaan bencana kebakaran. Pendidikan bagi masyarakatbisa melalui pelatihan, penyuluhan atau kampanye.

Berpartisipasilah jika di desa ada pelatihan pengelolaan kebakaran.Sebelum memulai pelatihan diskusikanlah dengan fasilitator mengenaimateri pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan setempat. Materipelatihan sebaiknya mencangkup teori dan praktek : Penanggulangan,Rehabilitasi, Pencegahan dan Kesiap siagaan.

Menjelang musim kemarau biasanya ada penyuluhan atau kampanyebertema penyadaran atau himbauan pencegahan kebakaran dan kesiap-siagaan. Ikutilah jika ada penyuluhan di desa baik dari pemerintah, swastaataupun tokoh masyarakat. Bertanyalah jika ada yang kurang dimengerti.Berikan masukan pada penyuluh jika kita memiliki pengetahuan ataupengalaman yang baik.

Page 36: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

40 PENCEGAHAN

PENEGAKAN HUKUM

Banyak peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kebakaranlahan dan hutan yang perlu disosialisasikan ke desa-desa.. Dengandiberlakukannya sangsi pada peraturan diharapkan akan meningkatkankesadaran dan mengurangi pelanggaran pembakaran.

Penegakan hukum penting bagi upaya pencegahan bencana kebakaran,karena sebagian besar kebakaran disebabkan oleh kelalaian manusia yangsengaja mengabaikan peraturan.

Contoh : Peraturan Daerah Kalimantan Tengah nomor 5 Pasal 25 tahun 2003 tentangPencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan, tertulis bahwa: siapayang melakukan pembakaran dengan sengaja atau tidak sengaja sehingga merugikanorang lain maka akan dikenakan sangsi pidana selama-lamanya 6 (enam) bulankurungan penjara dan denda setinggi-tingginya RP.5.000.000,- (lima juta rupiah)

Page 37: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

41PENCEGAHAN

Disamping peraturan pemerintah, dibeberapa desa masih diberlakukanhukum adat yang tidak tertulis dan disampaikan secara turun temurun.Contoh di Kalimantan Tengah, jika ada yang melakukan pembakaran lahantidak terkendali dan menjalar ke kebun di sebelahnya, maka Damang (tokohadat) memutuskan sangsi adat berupa Jipen atau denda sesuai dengankerugian yang ditimbulkannya. Pelanggar biasanya diadili dihadapanmasyarakat setempat.

Jika di desa kita belum ada PERDES tentang Kebakaran Lahan, usulkanpada kepala desa dan BPD untuk menyusun PERDES. Lalu disosialisasikanmelalui forum diskusi masyarakat, padukan PERDA yang ada denganperaturan adat yang disesuaikan dengan kondisi sekarang, sesuaikan jugadengan kebutuhan masyarakat. Penetapan Perdes tentang kebakaran lahandilakukan dalam rapat pleno.

Page 38: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

42 PENCEGAHAN

TEKNIS PENCEGAHANWalaupun pelatihan, penyuluhan serta peraturan sudah dijalankan bukanberarti lahan kita aman dari ancaman kebakaran lalu kita tidak melakukanapa-apa. Berbagai teknis pencegahan di kebun tetap harus kita lakukan.Salah satu teknis pencegahan kebakaran lahan adalah memutus jalur bahanbakar atau jalur api dengan membuat sekat bakar di sekeliling kebun. Sekatbakar dapat berupa parit, sekat bakar bersih atau sekat bakar hijau.

Biasakanlah membuat sekatbakar bersih di sekeliling ladang.Bersihkan sisi ladang darirumput, tumbuhan liar,dedaunan, potongan kayu dansampah lainnya, selebar kuranglebih 1-2 m. Biasakan membuatparit di sekeliling ladang selebar50 cm dengan kedalaman yangmemadai. Selain untukmencegah penjalaran kebakaran,parit juga dapat dimanfaatkanuntuk melihara ikan.

Tanamilah sekat bakar hijaudengan tanaman yang banyakkandungan air dan tahan api,seperti pisang, nenas, nipahdan lainnya. Manfaat dari sekatbakar hijau ini selain sebagaipembatas lahan dari kebakaranjuga dapat menambahpenghasilan keluarga dari hasilpanen buah-buahan sepanjangsekat bakar hijau.

Gis Fatur
Page 39: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

43PENCEGAHAN

Selain membuat sekat bakar masih banyak teknis pencegahan kebakaranlainnya yang bisa kita upayakan, seperti:

• Penyiapan lahan dengan pembakaran terkendali• Membuat tempat- tempat penampungan air

• Selalu membersihkankebun dan parit secararutin

• Pemasangan plangperingatan di lokasi rawanterbakar

• Identifikasi lokasi rawankebakaran

Page 40: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

44 PENCEGAHAN

Gis Fatur
Page 41: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

45PENCEGAHAN

PEMBAKARAN TERKENDALI

Mengingat gambut mudah terbakar dan sulit untuk dipadamkan, penyiapanlahan pertanian dengan pembakaran dilahan gambut sebenarnya sangatberbahaya. Namun kita sadari masyarakat asli kalimantan belum punyateknologi yang lebih efektif dalam penyiapan lahan selain dengan pembakaran.Oleh karena itu teknik pembakaran terkendali masih dimungkinkandilakukan dilahan gambut dengan cara yang sangat hati-hati, dengan tahapansebagai berikut:

1. Lakukan musyawarah sebelum melakukan pembukaan lahan, sepakatilokasi lahan yang akan dibuka. Sepakati jadwal pembakaran agarpembakaran dapat dilakukan secara bergotong royong dan bergiliran.Sepakati waktu/Jam sebelum melakukan pembakaran. Hindaripembakaran pada siang hari, usahakan pembakaran pada pagi atausore hari. Jika tidak memungkinkan, lakukan pembakaran padamalam hari karena kelembaban udara tinggi dan kecepatananginpun rendah serta arahnya normal sehingga memudahkandalam penjagaan api.

Page 42: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

46 PEMBAKARAN TERKENDALI

2. Bersihkan lahan yang baru dibuka secara gotong royong, buatlah sekatbakar disekeliling lahan untuk memutus jalur api pada saat melakukanpembakaran. Lebar sekat bakar yang dibuat minimal 2-3 kali dari tinggibahan bakar yang akan dibakar. Sekat bakar yang dibuat diusahakanbersih dari bahan bakar sampai ke permukaan tanah selebar 1-2 meterserta sumur ukuran 1x2x2 meter sebanyak 2 buah dalam setiap hektar.

Page 43: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

47PEMBAKARAN TERKENDALI

3. Keringkan tumpukan semak, rumput dan sisa kayu hasil pembersihanlahan minimal 3 hari berturut-turut supaya kering secara merata, dantidak banyak menimbulkan asap pada saat pembakaran nanti sehinngahasil pembakaran pun sempurna. Kekeringan bahan bakar ini sangatberpengaruh kepada hasil pembakaran.

Page 44: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

48 PEMBAKARAN TERKENDALI

4. Sebelum melakukanpembakaran, laporlahkepada tetangga sebelahkebun, RT, RW dan Kepaladesa, bicarakan waktu (haridan jam) pelaksanaanpembakaran. Persiapkanpula peralatan pemadamkebakaran untukmengendalikan api.

5. Pada saat pembakaran, lakukan penjagaan di sekitar lahan denganmenggunakan peralatan pemadaman yang sederhana. Lakukanpemadaman jika sewaktu-waktu api membesar dan terjadi api loncatyang disebab oleh angin, agar api tidak membesar dan dapatterkendali.

Page 45: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

49PEMBAKARAN TERKENDALI

6. Lakukan pembakaran balas jika api sudah sampai di tengah areal yangdibakar dengan arah yang berlawanan (dari bawah) ke kepala api,kemudian dilanjutkan dari kiri atau kanan sehingga api bertemu ditengahareal.

Page 46: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

50 PEMBAKARAN TERKENDALI

7. Periksalah kembali api sisa pembakaran sebelum meninggalkan lokasi,selain untuk mencegah munculnya kebakaran susulan yang tidakdiinginkan juga untuk mematikan timbulnya asap dari kayu ataugambut yang masih terbakar.

Page 47: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

51PEMETAAN LOKASI RAWAN

PEMETAAN LOKASI RAWAN

Untuk memudahkan kita membuat perencanaan pencegahan bencanadiperlukan sebuah peta yang bisa menggambarkan macam sumberdaya,macam bencana, lokasi rawan dan hambatan yang ada di masyarakat.Kegiatan pemetaan sebaiknya dilakukan bersama-sama dalam acara PRAataupun Lokakarya Desa. Membuat peta secara bersama, selain dapatmenimbulkan partisipasi yang sangat baik, pekerjaan pun menjadi lebihmudah dan menyenangkan.

Sebelum membuat peta, diskusikan dulu sumber daya apa saja yangdimiliki desa, mencangkup :

1.Sumber dayaalam, misalnya :sungai, mata air,danau, bukit, hutan,semak, padangrumput, dll.2.Tataguna lahanyang ada di desa,misalnya : ladang,sawah, berbagai kebun,perkebunan, tambang,dll.3.Fasilitas yangdimiliki desa,misalnya : perumahan,jalan, sekolah, tempatibadah, polindes, balai desa,irigasi, sumur, dll.

Kemudian, sepakati jenis sumberdaya yang akan dicantumkan di peta.Sepakati pula simbol setiap jenis sumber daya yang akan dicantumkan dipeta itu. Gambarlah simbol di samping setiap jenis sumberdaya yangsudah disepakati, dan inilah yang disebut “legenda peta”. Menyepakatilegenda peta terlebih dahulu, akan memudahkan kita membuat peta yangdilakukan secara bersama-sama. Selanjutnya, mulailah membuat petadesa, peta rawan dan perencanaan pencegahan di atas peta rawan.

Page 48: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

52 PEMETAAN LOKASI RAWAN

1. PETA DESA

Mulailah kita membuat peta desa di atas kertas besar denganmenggambar arah utara dan batas-batas wilayah utama. Kemudiangambarkan letak sumber daya desa (sungai, hutan, lahan, fasilitas umum,dll) dengan simbol-simbol yang sudah disepakati dalam “legenda peta”.Penggambaran bisa dimulai dari lokasi yang mudah dikenal, kemudianlengkapilah dengan detail-detail lainnya. Peta desa ini akan dijadikan petadasar untuk membuat peta rawan kebakaran.

Page 49: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

53PEMETAAN LOKASI RAWAN

2. PETA RAWAN KEBAKARAN

Sebelum membuat peta rawan, terlebih dahulu kita sepakati kriteria(syarat) daerah rawan terbakar, misalnya: Ketersediaan bahan bakar : semakin banyak bahan bakar, semakin rawan. Jalan yang sering dilalui orang : berkemungkinan makin rawan terbakar. Pengalaman kebakaran di masa lalu : berdasar pada sejarah kebakaran.

Sepakati bentuk arsir yang berbeda untuk tiap kejadian kebakaran. Lalukita mulai mengarsir lokasi-lokasi rawan di atas peta desa (peta dasar)dengan spidol warna merah, dan perkirakan luasannya. Jika satu lokasiterjadi lebih dari satu kejadian kebakaran, biarkanlah arsir tersebutbertumpangan.

Page 50: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

54 PEMETAAN LOKASI RAWAN

3. PETA PERENCANAAN DESA

Susunlah perencanaan desa yang berhubungan dengan pengelolaanbencana kebakaran, yang mencangkup rencana: rehabilitasi, pencegahan,kesiap-siagaan dan penanggulangan. Jika sudah ada Rencana Tindak Lanjut(RTL) desa, kita tinggal mengambil perencanaan dari RTL yang sudah ada.

Mulailah kita menggambarkan lokasi rencana pengelolaan kebakaran diatas peta rawan dengan membuat blok (batasan) perkiraaan luasannya.Misalnya blok (batas) lokasi-lokasi : rencana penanaman kembali lahanterbakar, rencana pembuatan parit, rencana pemasangan plang peringatan,rencana pembuatan sumur, rencana patroli, dll.

Page 51: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

55PEMETAAN LOKASI RAWAN

Setelah semua proses pembuatan peta dijalankan, cek ulang kembalitentang informasi yang perlu dimuat dalam peta. Setelah semua informasidirasa lengkap, beri judul peta, misalnya: PETA DESA GOHONG, tahun2005. Pasanglah peta di tempat-tempat yang mudah dilihat warga,misalnya ditempel pada papan pengumuman di balai desa. Dengandemikian semua warga mengetahui lokasi-lokasi rawan kebakaran agarmereka lebih berhati-hati dan bisa berpatisipasi melakukan tindakanpencegahan.

Page 52: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

56 PEMETAAN LOKASI RAWAN

Gis Fatur
Page 53: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

SISTEM PERINGATAN DINI 59

SISTEM PERINGATAN DINI

Kita sudah upayakan tindakan pencegahan kebakaran, namunkemungkinan bencana kebakaran datang harus tetap diantisipasi. Kitaharus siap siaga menghadapinya, jika sudah ada tanda-tanda, isyarat atauramalan datangnya bencana. Orang-orang tua di desa mengetahui ataumeramalkan akan datangnya bahaya dengan melihat tanda-tanda alam.Tanda-tanda bahaya tersebut disampaikan dengan berbagai cara berupa :bunyi kentongan, gong atau teriakan untuk mengingatkan masyarakat agarberhati-hati, bersiap-siap atau ajakan langsung untuk menanggulangibahaya. Teknik penyampaian “pemberitahuan awal” adanya kemungkinanterjadinya bencana inilah yang disebut : “ Sistem Peringatan Dini”

Contoh tingkatan bahaya dalam Sistem Peringatan Dini dalam masyarakatdi Kalimantan Tengah sebagai berikut:

l Normal / amanMusim Hujan

MEI

l Siaga BahayaAwal kemarau

l BerbahayaPuncak Kemarau

SEPTEMBER

JUNI

Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam Tindakan

Page 54: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

60 SISTEM PERINGATAN DINI

l Normal / aman

Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam

l Hujan turun 3 kaliseminggu.

l Tanaman tumbuh subur.l Udara pagi terasa segar.l Volume air pasang masih

tinggi.l Banjir hujan.l Unggas sakit-sakitan.

l Normal / amanMusim Hujan

Tingkat Bahaya Tindakan Yang Harus Dilakukan

l Penyuluhan kepadamasyarakat.

l Penanaman lahan rawanterbakar.

l Pembuatan sekat bakar disekeliling kebun.

l Pembersihan rutin lahandan parit.

Page 55: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

SISTEM PERINGATAN DINI 61

l Siaga Bahaya

Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam

l Hujan turun 2 kali sebulan.l Tanaman mulai mengering.l Udara pagi terasa lebih

dingin.l Daun-daun mulai

berguguran.l Ikan dari sungai kecil turun

ke sungai besar.l Pohon bunganya merah

mulai berbunga.l Volume air pasang turun.l Bulan sabit miring ke

selatan.l Matahari bergeser ke

utara.

l Siaga Bahaya Awal Kemarau

Tingkat Bahaya Tindakan Yang Harus Dilakukan

l Persiapan peralatanpemadaman.

l Pembersihan sekat bakar.l Penyiapan regu pemadam

yang terlatih.l Penyuluhan rutin 1 kali

seminggu.l Patroli bergilir tiap hari

ditempat-tempat yangrawan terbakar.

l Pemasangan plangperingatan di lokasi rawan.

Page 56: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

62 SISTEM PERINGATAN DINI

l Bahaya

Tingkat Bahaya Tanda-tanda alam

l Tidak ada hujan dalamsebulan.

l Tanaman banyak yangterbakar.

l Binatang hutan turunminum ke sungai besar.

l Udara terasa panas dangerah.

l kebakaran sudah terjadidimaan-mana.

l Asap tebal, kabut asapmenutupi pandangan.

l Sulit mendapatkan airminum.

l BahayaPuncak Kemarau

Tingkat Bahaya Tindakan Yang Harus Dilakukan

l Menggerakkan masyarakatuntuk segera bersama-sama memadamkankebakaran.

l Tidak membakar dululahan sampai kondisi aman.

l Segera mematikan api sejakapi kecil.

l Segera laporkan jikamelihat kebakaran.

l Koordinasi dengan pihakterkait secara intensif, dll

Page 57: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

SISTEM PERINGATAN DINI 63

Untuk masa sekarang ini, karena lingkungan hidup sudah banyak yangrusak dan binatang-binatang sulit dijumpai di hutan, maka selain sistemperingatan dini lokal kita juga dapat mengetahui ramalan cuaca dari siaranRadio dan Televisi. Ramalan cuaca diperoleh dari hasil pengukuranbeberapa alat ukur cuaca, yang dikelola oleh Badan Meteorologi danGeofisika (BMG).

Page 58: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

64 SISTEM PERINGATAN DINI

Penyebaran informasi tingkat bahaya dapat juga dilakukan melaluipemasangan bendera segitiga yang berwarna, dimana tiap warnamenunjukkan tingkat bahaya. Misalnya, warna hijau menunjukkan Normal/aman, warna kuning menujukkan siap-siaga, dan warna merahmenunujukkan bahaya. Penyampaian informasi ini bisa juga dalam bentukpapan peringatan dengan busur berwarna yang dilengkapi jarumpenunjuk tingkat bahaya. Pasanglah bendera atau papan ini ditempat-tempat yang mudah dilihat orang lewat.

Page 59: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

65PERSIAPAN PERALATAN

PERSIAPAN PERALATAN

Jika keadaan cuaca dan tanda-tanda alam sudah menunjukkan tingkatsiaga bahaya, maka kita harus segera mempersiapkan peralatanpemadam kebakaran yang memadai. Siapkanlah peralatan yangsederhana yang biasa digunakan masyarakat. Peralatan pemadamanada yang tradisional dan ada juga yang sudah dimodifikasi menjadiperalatan semi modern.

PERALATAN TRADISIONALDalam memadamkan api di lahan maupun hutan, biasanya masyarakat,lokal sudah biasa menggunakan peralatan-peralatan pemadamantradisional yang ada didesa. Contoh masyarakat Dayak yang sudahterbiasa menghadapi kebakaran rutin, sudah memiliki peralatanpemadam tradisional sebagai berikut:

PARANG untukmembersikan semak,menebang dan memotongkayu kecil

BELAYUNG untuk menebangdan memotong kayu

Gis Fatur
Page 60: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

66 PERSIAPAN PERALATAN

PEMUKUL API BAMBUuntuk memukul api yangmasih kecil dan apiloncat

PENGAIT SEMAKuntuk menariksemak dan rumput

SEMPROT BAMBU untukmenyemprot api yangmasih kecil, menyemprotapi sisa

RANTING YANG HIDUP untukmemukul api yang masih kecil danmemukul api loncat

Page 61: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

67PERSIAPAN PERALATAN

LABU PUTIH untukmengambil/mengangkat

SALUNDAK untukmengiris tanah dangambut, membuatsumur di lahangambut, membuatparit di lahan gambut

KENTONGANuntuk memanggil danmengumpulkan warga

PENYULUT API untukmembuat api balasan

Page 62: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

68 PERSIAPAN PERALATAN

PERALATAN SEMI MODERNKarena adanya perkembangan untuk pemadamana api dilahan danhutan, maka ada beberapa perlengkapan pemadam yangditambahkan karena dirasakan perlu dan secara tradisionalbelum dilengkapi. Beberapa peralatan ada yang dimodifikasi dariperalatan tradisional menjadi peralatan pemadaman api semimodern, seperti misalnya semprot bambu yang dimodifikasimenjadi semprotan punggung pacitan, garu bambu yang dulunyadari bambu sekarang dibuat dari besi, pemukul api yang dulunyahanya dari ranting atau bamboo kini dibuat dari besi.

SEMPROTANPUNGGUNG PACITANDAN JOFA untukmenyemprot api yangmasih kecil, menyemprotapi sisa

Page 63: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

69PERSIAPAN PERALATAN

PEMUKUL API KAWAT untukmemukul api yang masih kecildan memukul api loncat

CANGKUL untuk membersihkan sekatbakar, membuat parit, membuat sumur

GERGAJI untuk memotong kayu

KAMPAK untuk menebangdan memotong kayu

GARU TANAH untuk menariksemak dam rumput, menarikpotongan kayu

Page 64: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

70 PERSIAPAN PERALATAN

HELM untuk melindungi kepaladari jatuhan bara api, api loncat,

jatuhan kayu atau dahan

SARUNG TANGAN untuk melindungitangan dari bara api dan duri

EMBER untuk mengambil air, anmenyiram api

SEPATU BOOT untukmelindungi kaki dari duri,bara api, duri atau gigitan

serangga

SEKOP untuk membuat sumur

Page 65: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

73TEKNIK PEMADAMAN

TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN

Jika bencana kebakaran terjadi setiap musim kemarau, teknik pemadamankebakaran perlu kita kembangkan dengan memadukan teknik yang lebihmaju dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Adapun prosedurpemadaman yang dikembangkan bisa dibagi 3 tahap, yaitu: sebelumpemadaman, pemadaman dan sesudah pemadaman.

SEBELUM PEMADAMANJika kita melihat adakebakaran, segeralaporkan denganjelas tentang lokasidan kondisikebakaran kepadakepala desa, kepaladusun atau kepadaRegu PengendalianKebakaran (RPK).

Kepala desa segeramenyampaikan kepadawarganya tentangadanya kebakaran danmenghimbau supayabersama-sama turunke lokasi untukmemadamkankebakaran. Kemudianwarga dikoordinir olehkepala desa atau ketuaRegu PengendaliKebakaran (RPK)berkumpul untukmempersiapkanperalatan dantransportasi menujulokasi kebakaran.

Page 66: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

Sebelum anggota melakukanpemadaman api, terlebihdahulu ketua regu mengamatikondisi kebakaran dari atas.Adapun yang diamati antaralain: jenis bahan bakar, apakahada sekat bakar alami (sungaidan jalan), arah angin, apiloncat, kemiringan lahan sertaasset yang perlu diselamatkan.Hasil pengamatan segeradisampaikan kepada anggotapemadam untukdipertimbangkan danmenentukan metodepemadaman (penyerangan)yang tepat.

PEMADAMANDalam pemadaman kebakaran lahan dan hutan ada 3 metode yang dapatkita gunakan berdasarkan pengamatan besar kecilnya kebakaran dan sifatpenyebaran apinya.

1. Metode Serangan LangsungMetode ini bisadilakukan pada api yangmasih kecil yaitu antara0 – 10 hektar dengankecepatan penyebaranapi yang masih bisaditahan oleh parapemadam.Pemadaman langsungdengan caramenghadang lidah apiatau bagian kepala apidengan semprotan air,lumpur atau denganpemukulan api sehinggaapi padam.

74 TEKNIK PEMADAMAN

Page 67: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

Jika api lebih besar, pemadaman bisa dengan cara menghadang bagian sisikiri dan sisi kanan api.

2. Metode Serangan Tidak LangsungMetode ini dapat digunakan pada kobaran api sudah mencapai ukuranbesar yaitu 10 -100 hektar bahkan sangat besar yaitu 1000 hektar keatas.

Pemadaman dilakukan dengan cara membuat sekat bakar pada bagiankepala api dan bagian sayap kiri-kanan api. Bahan bakar yang sudahdilokalisir akan habis terbakar dan api akan padam dengan sendirinya.Api dijaga di sekeliling sekat bakar, segera padamkan jika ada api loncat.

75TEKNIK PEMADAMAN

Page 68: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

76 TEKNIK PEMADAMAN

Pembuatan sekat bakar bisa juga dihubungkan dengan sekat bakar alamiterdekat seperti jalan pemadaman juga bisa dikombinasikan dengan “bakarbalas” untuk mempercepat habisnya bahan bakar. Api bakar balas akanbertemu dengan api utama di dalam lokasi terbakar.

Di areal padang alang-alang dan semak belukar, ilaran api dibuat denganmerobohkan alang-alang atau semak memotong arah api. Sehingga apiyang membakar ilaran akan mengecil, disinilah kesempatan kita untukmemadamkannya.

Page 69: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

77TEKNIK PEMADAMAN

3. Metode Serangan ParalelMetode ini digunakan apabila kobaran api cenderung meningkat cepatdengan garis api yang berbelok-belok ke segala arah.

Pemadaman paralel dilakukan dengan cara membuat sekat bakar dekatdengan garis pinggir api. Sekat bakar biasanya dihubungkan dengan sekatbakar alami seperti sungai dan jalan hingga mengelilingi api. Kemudianpemadaman dikombinasikan dengan “bakar balas”.Jika tidak ada sekat bakar alami, sekat bakar dibuat mengililingi api. Bahanbakar yang sudah terlokalisir akan habis terbakar dan api akan padam

dengan sendirinya. Namun api tetap dijaga di sekeliling sekat bakar, segerapadamkan jika ada api loncat.

Page 70: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

78 TEKNIK PEMADAMAN

SETELAH PEMADAMAN

Setelah api dapat kita padamkan, lakukan pemadaman ulang terhadap sisa-sisa api sampai benar-benar padam.

Sebelum meninggalkan lokasi, periksa kembali lokasi kebakaran, untukmencegah munculnya kebakaran susulan yang tidak diinginkan. Yakinkantidak ada lagi asap dari kayu atau gambut yang masih terbakar.

Page 71: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

79KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja dalam pemadaman adalah hal-hal yang harus kitaperhatikan untuk menurunkan tingkat kerugian dan resiko yang dapatditimbulkan. Sebelum bergerak memadamkan api, perhatikan kesehatandiri kita, gunakan alat pelindung dan perlengkapan diri yang memadai.

Minimal gunakan pelindung kepala, pelindung badan, pelindung kaki,bawalah selalu air minum, seperti contoh berikut:Hal yang perlu kita perhatikan dalam keselamatan kerja:§Hindari cedera dan kenali bahaya (terbakar, tertimpa, asap tebal)§Bersikap tenang saat api tidak terkendali.§Bekerjalah di dekat lokasi yang bisa digunakan menyelamatkan diri saat

api tidak terkendali, misalnya: dekat sungai, sumber air, jalan.§ Selalu bekerja dalam kelompok dengan jarak keselamatan 3 meter.

KESELAMATAN KERJA

PelindungKepala

PelindungBadan

TempatAir Minum

PelindungKaki

SarungTangan

Parang

Page 72: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

80 KESELAMATAN KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

Pada saat pemadaman sering kali terjadi kecelakaan pada anggota tim.Selain mengetahui pengobatan biasa (tradisional), sebaiknya kita jugamenguasai pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). P3Kmerupakan tindakan awal untuk mengurangi dampak pada korban, yangsifatnya sementara sebelum dilakukan tindakan pengobatan lebih lanjut.

Bila Korban Pingsan:

n Segera letakkan korban dalam posisi miring (lihat gambar)n Usahakan saluran pernafasan terbuka sehingga pernafasan lancar,

miringkan bagian kepala korban. Pastikan tidak ada muntahan dimulut.

n Biarkan korban dalam posisi miring dan sering periksa pernafasandan denyut nadi sampai bantuan medis datang.

n Apabila korban mengalami luka bakar, segera pindahkan danpadamkan api penyebabnya. Rawatlah sesuai prosedur pertolonganpada luka bakar.

Page 73: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

81KESELAMATAN KERJA

Pertolongan Pada Luka Bakar:n Rendam di air dingin atau tutupi dengan kompres basah yng dingin.

n Tutupi lukanya dengan perban atau kain bersih yang tidak melengket.Bisa juga menggunakan daun pisang muda yang masih tergulung untukmembalut luka bakar, untuk meredakan rasa nyeri bisa menggunakangetah dari lidah buaya.

n Jangan menaruh bahan yang berlemak dan jangan memecahkangelembung yang terjadi pada luka.

Bila Luka Bakar Parah:n Jika pakaian korban terbakar, padamkan api dengan kain tebal. Dekap

erat-erat supaya api tidak mendapat udara. Balutlah sampai apipadam.

n Lepaskan pelan-pelan pakaian yang menempel, biarkan sobekan yangsulit dikelupas melekat pada luka.

n Apabila korban sadar dan tidak muntah, berikan minuman hangat. Airakan membantu untuk mengganti cairan yang hilang.

Page 74: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

82 KESELAMATAN KERJA

Penanganan Pendarahan Ringan:n Jika korban mengalami pendarahan, angkat bagian tubuh yang terluka.n Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih atau tangan.n Tetap tekan bagian tubuh yang terlukan sampai pendarahan berhenti.n Ikat lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya,

kencangkan ikatannya sampai pendarahan berhenti

Perawatan Luka Ringan:

n Pergunakan perban sebagai penutup atau pelindung luka.

n Buatlah bantalan dari beberapa lapisan perban atau kain yang bertujuan menekan luka dan menyerap pendarahan pada luka.

n Balutlah luka dengan perban atau kain, selain menutup luka, juga untuk menghentikan pendarahan dengan mengencengkan ikatan.

Page 75: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

83KESELAMATAN KERJA

Memindahkan Korban

n Jika lingkungan sekitar membahayakan, angkat korban perlahan-lahan, pergunakan tandu jika ada.

n Jika tidak ada tandu,pegang pergelangan kakidengan erat kemudianseret korban perlahan-lahan jauhi dari bahaya.Jangan menyeret korbandengan memegangpakaiannya.

n Jika korban masih bisa bergerak sendiri, rangkulkan tangan korban ke pundak kita, sanggalah dengan bahu kita, pegang tangannya.

Page 76: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

84 KESELAMATAN KERJA

Gis Fatur
Page 77: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

89LAMPIRAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PENGUMUMANNomor: 522/1286/BPPLHD/2005

Hutan dan lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi, baikekologi, ekonomi, sosial maupun budaya yang diperlukan untuk kehidupan manusia danmahluk hidup lainnya.Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu penyebab kerusakan dan ataupencemaran lingkungan hidup.Sehubungan dengan hal tersebut diatas, diminta perhatian kepada seluruh masyarakatKalimantan Tengah agar tidak melakukan kegiatan pembakaran hutan dan lahan, sertapembersihan pekarangan, pembukaan lahan untuk perkebunan, pertanian dan usaha /kepentingan lainnya dengan cara membakar.Setiap orang yang melakukan pelanggaran, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakandan / pencemaran lingkungan hidup diancam dengan pidana penjara dan denda sesuaidengan sebagai berikut :a UU NO.23 TAHUN 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ;

- Pasal 41(1) : Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengajamelakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan /atau perusakanlingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)tahun dan denda paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

- Pasal 42 (1): Barang siapa karena kealfaannya melakukan perbuatan yangmengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup diancampidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyakRp. 100.000.000,- (seratus juta ruplah).

b UU no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan :- Pasal 78 (3): Barang siapa dengan sengaja membakar hutan, diancam dengan

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyakRp. 5 000.000.000,- (lima milyar rupiah).

- Pasal 78 (4): Barang siapa karena kelalaiannya melakukan perbuatan yangmengakibatkan kebakaran hutan, diancam dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,- (Satu Milyar limaratus juta rupiah).

c Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 tahun 2003 tentangPengendalian Kebakaran Hutan dan atau Lahan;- Pasal 25 (1): Barang siapa yang dengan sengaja dan atau karena kelalaiannya

melanggar ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2), Pasal 4, Pasal 5 ayat (1),Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, ayat (1) Pasal 10,Pasal 11 ayat (1), Pasal 20 ayat (1)dan Pasal 22. dipidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda palingbanyak Rp. 5000.000,- (lima Juta rupiah)

Dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dimasa yangakan datang diminta dengan sangat agar masyarakat melakukan pemberdayaan lahan -lahan kosong miliknya menjadi lahan produktif, khususnya kiri - kanan jalan TransKalimantan, lahan milik penduduk dan lain-lain. Demikian pengumuman ini disampaikanuntuk dilaksanakan dan atas perhatian seluruh lapisan masyarakat diucapkan terima kasih.

Page 78: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

90 LAMPIRAN

RANCANGAN PROSEDUR TETAPPEMBAKARAN TERKENDALI PADA LAHAN

GAMBUT BERBAHAN BAKAR PAKIS

Tahapan - tahapan kegiatan pembakaran terkendali pada lahan gambutberbahan pakis, yaitu :1 Pemilik lahan mendaftarkan rencana pembakaran lahan kepada

Ketua Pos Api Kampung (Regu Pemadam Desa), yang diketahui olehKetua RT setempat dari bulan Januari sampai bulan Juli. Luas lahanuntuk tiap blok pembakaran terkendali maksimal 5 hektar. Apabilalahan yang dibakar melebihi luasan tersebut, maka rencanapembakaran lahan yang didaftarkan terdiri dari beberapa blokpembakaran lahan. Usulan pembakaran lahan dilengkapi dengandenah lahan.

2 Kepala Desa beserta Ketua Pos Api Kampung, Ketua RT danPerangkat Desa lainnya menentukan jadwal pembakaran lahan padabulan Juli.

3 Pembakaran lahan dimulai bulan Agustus sampai awal Oktobersecara bergilir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.Pembakaran lahan dapat dilakukan jika minimum 3 hari berturut -turut tidak turun hujan.

4 Pembakaran tidak boleh dilakukan pada saat waktu yang bersamaan.5 lokasi /areal yang dibakar terlebih dulu harus dibuat sekat bakar.

Pembuatan sekat bakar tidak boleh terputus artinya harusmengelilingi areal yang akan dibakar. Kegiatan pembuatan sekatbakar ini dapat dihubungkan dengan sekat bakar alami yang sudahada misalnya sungai, danau, bukit batu, gunung dan sekat bakar yangsudah ada seperti jalan.

6 Lebar sekat bakar minimal 2-3 kali dari tinggi bahan bakar yang akandibakar. Sekat bakar yang berbatasan dengan areal yang akandibakar diusahakan bersih dari bahan bakar sampai kepermukaantanah selebar 1-2 meter.

7 Hasil tebasan dalam pembuatan sekat bakar dihampar/diratakankedalam areal yang akan dibakar, kira-kira 2-5 meter dari tepi sekatbakar.

8 Pembuatan sumur-sumur air ukuran I x 2 x 2 meter sebanyak duabuah tiap hektar.

9 Sebelum melakukan pembakaran, Pos Api Kampung harusmenyiapkan peralatan pemadaman yang sederhana seperti kepyok,

Page 79: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

91LAMPIRAN

pacitan, penyemprot gendong.10 Kegiatan pembakaran lahan harus dilakukan bersama-sama secara

gotong royong oleh Pos Api Kampung, pemilik lahan dan pemiliklahan tetangga/sebelahnya.

11 Kegiatan pembakaran lahan pada saat musim kerawanan api "tinggi",sebaiknya dilakukan pada pagi hari jam 05.00 - 07.00 atau padamalam hari jam 19.00 - 21.00. Pada saat tingkat kerawanan api"sedang", pembakaran dapat dilaksanakan pada sore hari jam 15.00 -17.00 atau pada pagi hari antara jam 09.00 - 11.00 pagi.

12 Sebelum memulai pembakaran lahan, terlebih dahulu diperhatikankeadaan arah angin dan topografi serta daerah evakuasi/penyelamaatan bila terjadi api liar.

13 Penempatan orang untuk penjagaan serta peralatan dilakukansebelum memulai pembakaran.

14 Pembuatan titik awal api sebaiknya dimulai dari tempat/topografiyang tinggi dan berlawanan dengan arah angin.

15 untuk memudahkan pengawasan api yang dibuat, pembuatan apiselanjutnya tidak boleh terputus dengan awal api. Apabila keadaanapi sudah menjalar dari tepi sekat bakar 4-5 kali dari tinggi bahanbakar, kemudian api berikutnya dibuat baik dari sisi kiri maupunkanan.

16 Api yang dibuat harus terkontrol dan apabila ada api yang menjalarkearah areal yang diamankan harus segera dipadamkan.

17 Saat pembakaran lahan para petugas harus mengawasi api loncat.Apabila terjadi api loncat segera lakukan pemadaman pada lokasiapi loncat tersebut.

18 Apabila posisi kepala api diperkirakan sudah ditengah areal yangdibakar maka sebaiknya dilakukan pembakaran balas dari arahbawah (searah angin) ke kepala api. Kemudian dilanjutkan ke arahkiri atau kanan sampai api bertemu pada satu titik pembakaranakhir.

19 Setelah selesai melakukan pembakaran lahan lakukan kegiatanpemadaman api sisa (mop-up) untuk memastikan tidak ada lagi apisisa yang tertinggal.

20 Areal yang sudah dibakar ditunggu 0,5 - 1 jam untuk memastikanareal tersebut sudah aman dari api.

disusun oleh : Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan TanamanIndonesia Bagian Timur, Jl. Sei Ulin 28 B, Banjarbaru - KalimantanSelatan 70714, POBOX 65 Telp. (0511) 772085 Fax (0511) 773222.

Page 80: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan
Page 81: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

92 LAMPIRAN

Gis Fatur
Page 82: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

95DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKAHartmut M.Abberger, Strategi Bersana untuk Mengembangkan Sistem

Peringatan Dini Terkait dengan Upaya Pencegahan Kebakaran Lahandan Hutan, Presentasi pada semiloka BPPLHD - CARE,Palangkaraya, 2005

ITTO Project, Modul Pelatihan Pencegahan Kebakaran Hutan BagiPenyuluh, Pusat Diklat Kehutanan, Bogor, 2002

Kelompok Kerja Wanatani, Paket Pelatihan Wanatani: Pegangan Pemandu,Studio Driya Media, Bandung, 1999

Nicolas M.V.J. dan Grant S. Beebe, Pelatihan Pemadam Kebakaran Hutandi Indonesia, Kanwil Departemen Kehutanan dan PerkebunanPropinsi Kalimantan Timur dan Propinsi Sumatera Selatan, 1999

PEAT-Project, Panduan bagi Fasilitator dalam Pelatihan PengelolaanKebakaran Lahan dan Hutan , CARE International Indonesia –GTZ IFFM, Samarinda, 2004

SIAP-Project, Modul ToT Pengelolaan Bencana Kebakaran, CAREInternational Indonesia, Palangkaraya, 2005

Timo V.Heikkila, Roy Gronqvist, Mike Jurvelius, Handbook on Forest FireControl: A Guide for Trainers, Forestry Training ProgrammePublication 21, Helsinki, 1993

Page 83: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

96 DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISTILAH

Aset: Kepemilikan atas sumberdaya baik berupa benda, lahan ataupunfasilitas lainnya.

Api loncat: Gerakan api dalam bentuk loncatan yang biasanya berupabahan bakar ringan yang terbakar dan sangat mudah terbawa angin.

Bahan bakar: Segala bahan tumbuhan yang dapat dibakar di dalam hutan/lahan, dan sisa-sisa tumbuhan yang telah kering dan mudah terbakar.

Bakar balas: Bakar balik yaitu pembakaran yang melawan arah angin untuktujuan tertentu, misalnya pembersihan lahan.

Deteksi kebakaran: Kegiatan untuk mengetahui sedini mungkin lokasiterjadinya kebakaran

Fasilitator: Orang yang menyelenggarakan dan membangun proses belajar,fasilitator juga mendampingi masyarakat untuk menggalipengetahuan dan keterampilan masyarakat.

Gambut: Jenis tanah yang terdiri dari atas timbunan sisa-sisa tumbuhanyang tidak terurai sempurna.

Ilaran api: Jalur yang dibersihkan dari bahan bakar yang dibuat pada jaraktertentu di muka dari arah penjalaran api, untuk menghalangipenjalaran api.

Perilaku api: sifat dan gerakan api terhadap bahan bakar, cuaca dan bentukmuka bumi.

Penyadaran: Proses yang berlangsung melalui pendidikan orang dewasa,agar masyarakat memahami persoalan mereka dan segeramengambil tindakan.

Rapat pleno: Rapat umum dimana semua perwakilan kelompok hadiruntuk menyuarakan pendapat kelompoknya.

Rehabilitasi: Upaya perbaikan kerusakan yang diakibatkan bencana.Sekat bakar: Berupa jalur yang dibersihkan dari bahan bakar dengan

lebar tertentu yang berfungsi untuk menghambat penjalaran api

Page 84: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

97CATATAN

CATATAN

Page 85: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

98 DAFTAR ISTILAH

Page 86: Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan