Upload
elan-salfa
View
2.503
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Klasifikasi Pemukiman semoga bermanfaat, maaf bila ada kekurangan
Citation preview
Nama : Mufatis Amlan Salfa
NIM : 12314171
Kelas : Ganjil
KLASIFIKASI PEMUKIMAN
1. Pemukiman darurat
jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya
perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya
banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerahh/lokasi yang bebas dari banjir.
Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditampatkan dipernkampungan ini untuk
mendapatkan pertolongan baantuan dan makanan pakaian dan obat obatan. Begitu pula ada
bencana lainnya seperti adanya gunung berapiyang meletus dan lain lain.Daerah pemukiman ini
bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang fasilitas sanitasi lingkungan sehingga
kemungkina penjalaran penyakit akan mudah terjadi.
2. Pemukiman tradisional
Perkampungan seperti ini biasa nya penduduk atau masyarakatnya masih memegang
teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya secara turun
temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar walaupun
dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat. Kebiasaan-kebiasaan hidup secara
tradisional yang sulit untuk diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap kesehatn seperti
kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang sampah dan air limbah di sembarang
tempat sehingga terdapat genangan kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya penyakit
menular.
3. Pemukiman kumuh (slum area)
Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan
penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota. Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih
baik, mereka bekerja di toko-toko, di restoran-restoran, sebagai pelayan dan lain lain. sulitnya
mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka
banyak diantara mereke manjadi orang gelandangan, Di kota ummnya sulit mendapatkan tempat
tinggal yang layak hal ini karena tidak terjangkau oelh penghasilan (upah kerja) yang mereka
dapatkan setiap hari, akhirnya meraka membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar)
4. Pemukiman untuk kelompok-kelompok khusus
perkampungan seperti ini dibasanya dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi
orang -orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah
dirancanakan . Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya bertempat tinggal
untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalan kan tugas. setelah cukup selesai
maka mereka akan kembali ke tempat/daerah asal masing masing. contohnya adalah
perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olahraga nasional ) Perkampungan orang -orang
yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek pembangunan bendungan,
perkampungan perkemahan pramuka dan lain lain
5. Pemukiman baru (real estate)
Pemukiman semacam ini drencanakan pemerintah dan bekerja sama dengan pihak
swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu
pemukiman (kawasan pemukiman). ditempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkunan cukup
baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih , baik berupa sumur pompa tangan (sumur bor)
atau pun air PAM/PDAM, sisetem pembuangan kotoran dan iari kotornya direncanakan secara
baik, begitu pula cara pembuangan samphnya di koordinir dan diatur secara baik.
Selain itu ditempat ini biasanya dilengakapi dengan gedung-gedung sekolah (SD, SMP,
dll) yang dibangun dekat dengan tempat tempat pelayanan masyarakat seperti
poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos, pasar dan lain lain.
Jenis pemukiman seperti ini biasanya dibangung dan diperuntukkan bagi penduduk
masyarakat yang berpenghasilan menengah ketas. rumah rumah tersebut dapat dibali dengan cara
di cicil bulanan atau bahkan ada pula yang dibangun khusus untuk disewakan. contoh
pemukiman sperit ini adalah perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang sudah banyak
dibangun sampai ke daerah-daerah
Untuk di daerah – daerah (kota kota ) yang sulit untuk mendapatkan tanah yang luas
untuk perumahan, tetapi kebutuhan akan perumahan cukup banyak, maka pemerintah bekerja
sama dengan pihak swasta membangun rumah tipe susun atau rumah susun (rumah bertingkat)
seperti terdapat di kota metropolitan DKI Jakarta. Rumah rumah seperti ini ada yang dapat dibeli
secara cicilan atau disewa secara bulanan.
6. Pemukiman Transmigrasi
jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah
pemukiman yang digunakan untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan
(ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarng/kurang
penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan bertani bercocok tanam dan lain lain)
disamping itu jenis pemukiman merupakan tempat pemukiman bagi orang -orang (penduduk)
yang di transmigrasikan akibat di tempat aslinya seiring dilanda banjir atau seirng mendapat
gangguan dari kegiatan gunung berapi.
ditempat ini meraka telah disediakan rumah, dan tanah garapan untuk bertani 9bercocok tanam)
oleh pemerintah dan diharapkan mereka nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik jika
dibandingkan dengan kehidupan di daerah aslinya
POLA PERMUKIMAN PENDUDUK\
Permukiman merupakan kumpulan tempat tinggal manusia di suatu kawasan tertentu.
Manusia biasa membangun perumahan-perumahan yang berdekatan satu sama lain, karena pola
interaksi manusia sebagai makhluk sosial. Permukimanpermukiman yang dibangun oleh
penduduk di suatu kawasan akan sangat tergantung kepada kondisi lingkungan di kawasan
tersebut. Oleh karena itu, pola-pola pemukiman di setiap wilayah memiliki ciri tersendiri.
Namun secara umum, terdapat tiga pola permukiman yang banyak dijumpai di Indonesia, yaitu
pola memanjang (linier), pola terpusat (nucleated), dan pola tersebar (dispersed
Bentuk Pola Permukiman Penduduk.
1. Pola Memanjang (Linier)
Pola memanjang permukiman penduduk dikatakan linier bila rumah-rumah yang
dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan
pada kawasan permukiman yang berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai. Pola ini
dapat terbentuk karena kondisi lahan di kawasan tersebut memang menuntut adanya pola ini.
Seperti kita ketahui, sungai, jalan, maupun garis pantai memanjang dari satu titik tertentu ke titik
lainnya, sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut pun membangun rumah-rumah
mereka dengan menyesuaikan diri pada keadaan tersebut.
a. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Alur Sungai
Pola ini terbentuk karena sungai merupakan sumber air yang melimpah dan sangat dibutuhkan
oleh manusia untuk berbagai keperluan, misalnya sumber air dan sarana transportasi.
Permukiman penduduk di sepanjang alur sungai biasanya terbentuk di sisi kanan dan kiri sungai
dan memanjang dari hulu hingga ke hilir. Di Indonesia, pola permukiman ini banyak ditemukan
di sepanjang sungaisungai besar, seperti Sungai Musi di Sumatra dan Sungai Mahakam di
Kalimantan.
b. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Jalan Raya Perkembangan kemajuan zaman memicu
munculnya banyak jalan raya sebagai sarana transportasi yang lebih cepat dan praktis. Jalan raya
yang ramai membantu pertumbuhan ekonomi peduduk yang tinggal di sekitarnya untuk
membangun permukiman di sepanjang jalan raya. Pola permukiman linier di sepanjang jalan
raya dapat ditemukan di hampir seluruh kota di Indonesia.
c. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Rel Kereta Api
Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api biasanya hanya terkonsentrasi di sekitar
stasiun kereta api yang ramai dikunjungi orang. Rel kereta api dan stasiun kereta api merupakan
sarana vital yang mampu menghubungkan berbagai tempat yang berjauhan, sehingga sangat
banyak dikunjungi dan menarik untuk ditinggali. Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta
api lazim ditemukan di Pulau Jawa saja.
d. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Pantai
Pola permukiman ini biasanya dibangun oleh penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan. Pola permukiman linier di sepanjang pantai dapat ditemukan di berbagai kawasan
pantai dan desa-desa nelayan di Indonesia.
2. Pola Terpusat (Nucleated)
Pola terpusat merupakan pola permukiman penduduk di mana rumah-rumah yang
dibangun memusat pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan pada kawasan permukiman
di desa-desa yang terletak di kawasan pegunungan. Pola ini biasanya dibangun oleh penduduk
yang masih satu keturunan.
3. Pola Tersebar (Dispersed)
Pada pola tersebar, rumah-rumah penduduk dibangun di kawasan luas dan bertanah
kering yang menyebar dan agak renggang satu sama lain. Pola tersebar umumnya ditemukan
pada kawasan luas yang bertanah kering. Pola ini dapat terbentuk karena penduduk mencoba
untuk bermukim di dekat suatu sumber air, terutama air tanah, sehingga rumah dibangun pada
titik-titik yang memiliki sumber air bagus.
Sebagaimana kamu ketahui, bahwa dalam persebarannya biasanya penduduk membangun
rumah di kawasan-kawasan yang dapat menunjang kegiatan kesehariannya, terutama kegiatan
yang menunjang ekonomi mereka. Oleh karena beragamnya pencaharian masyarakat, maka
permukimanpermukiman penduduk di Indonesia pun tersebar pada kawasan-kawasan tertentu.
Salah satu penyebab tidak meratanya persebaran permukiman penduduk adalah
perekonomian masyarakat. Sejak zaman dahulu, Jawa telah menjadi pusat pemerataan
perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Akibatnya, penduduk banyak berdatangan ke Pulau
Jawa untuk mencari barang dan pekerjaan karena mengharapkan kehidupan yang lebih baik.
Padahal, kawasan-kawasan lain di Indonesia pun memiliki potensi yang besar untuk
pengembangan ekonomi.
Upaya persebaran penduduk secara merata di seluruh wilayah penting untuk dilakukan
dengan tujuan agar tingkat kepadatan penduduk di satu kawasan tidak terlalu tinggi dan
pembangunan di kawasan-kawasan yang lain dapat terpacu dan mengalami peningkatan. Pola
persebaran peduduk dapat dipetakan dalam tiga jenis bentang alam yang lazim dijadikan tempat
permukiman, yakni kawasan pantai, kawasan dataran rendah, dan dataran tinggi.
1. Kawasan Pantai
Penduduk yang tinggal di daerah pantai umumnya berprofesi sebagai nelayan atau pedagang.
Pedagang membutuhkan permukiman di kawasan pantai untuk keperluan perniagaannya karena
lokasi pantai yang dekat dengan laut akan mempermudah transportasi dan perjalanan barang
dagangan. Karena itu, kota-kota yang berada di kawasan pantai umumnya merupakan kota
perdagangan yang berkembang pesat, misalnya Kota New York di Amerika Serikat dan Kota
Marseille di Prancis, juga di kota-kota di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan
Banda Aceh.
2. Kawasan Dataran Rendah
Penduduk yang tinggal di kawasan dataran rendah umumnya merupakan penduduk yang ingin
membangun kawasan pertanian, persawahan, dan perkebunan. Kawasan dataran rendah yang
disebari penduduk umumnya ialah yang dialiri aliran sungai. Lokasi dataran rendah yang
umumnya datar menjadikan pembangunan di kawasan seperti ini dapat berjalan cepat karena
berbagai sarana transportasi seperti jalan dan rel kereta api mudah dibangun. Kota-kota yang
berada di kawasan dataran rendah umumnya menjadi kota jasa dan pertanian yang berkembang
pesat, misalnya Kota Amsterdam di Belanda dan Kota Bremen di Jerman. Di Indonesia
contohnya Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Dataran rendah merupakan daerah datar yang memiliki ketinggian hampir sama. Kondisi
wilayah yang datar memudahkan manusia untuk beraktivitas dalam menjalankan kehidupannya.
Di Indonesia daerah dataran rendah merupakan daerah yang penuh dengan kedinamisan dan
kegiatan penduduk yang sangat beragam. Sebagian besar penduduk lebih memilih bertempat
tinggal di dataran rendah. Terlebih jika wilayah ini memiliki sumber air yang cukup. Daerah
dataran rendah cocok dijadikan wilayah pertanian, perkebunan, peternakan, kegiatan, industri,
dan sentra-sentra bisnis.
Lokasi yang datar, menyebabkan pengembangan daerah dapat dilakukan seluas mungkin.
Pembangunan jalan raya dan jalan tol serta kelengkapan sarana transportasi ini telah mendorong
daerah dataran rendah menjadi pusat ekonomi penduduk.
Keanekaragaman aktivitas penduduk ini menunjukkan adanya heterogenitas mata
pencaharian penduduk. Petani, pedagang, buruh, dan pegawai kantor adalah beberapa contoh
mata pencaharian penduduk daerah dataran rendah.Penduduk di daerah dataran rendah yang
mengolahlahan pertanian memanfaatkan awal musim penghujan untuk pengolahan tanah
pertanian. Hal ini karena kondisi lahan di daerah dataran rendah sangat bergantungdengan
musim.Seperti juga pada penduduk di daerah pantai, penduduk daerah dataran rendah biasanya
menggunakan pakaian yang tipis, karena suhu di daerah ini panas. Rumah-rumah di dataran
rendah juga dibuat banyak ventilasinya dan atap dibuat dari genting tanah untuk mengurangi
suhu yang panas ini.
Kemudahan transportasi dan banyaknyapusat-pusat kegiatan di daerah dataran rendah
menarik penduduk untuk menetap di sana. Oleh karena itu, penduduknya semakin bertambah dan
kebutuhan tempat tinggal serta tempat usaha juga meningkat. Lahan-lahan seperti sawah
dan hutan sebagai penyangga keseimbangan alam semakin berkurang digantikan oleh tumbuhnya
bangunan bertingkat. Semakin berkurangnya lahan-lahan penyangga ini mengakibatkan daerah
resapan air berkurang sehingga timbul beberapa masalah seperti banjir di musim hujan dan
kekeringan yang dahsyat di musim kemarau. Selain itu menimbulkan
pula masalah-masalah sosial, seperti pengangguran, polusi, dan penyakit masyarakat lainnya.
Di Indonesia, penduduk dan segala aktivitasnya hampir semuanya terpusat pada daerah-daerah
dataran rendah. Kota-kota besar yang ada, hampir semuanya terletak di daerah dataran rendah
sehingga jumlah penduduk pun biasanya lebih besar dibandingkan daerah lainnya.
3. Kawasan Dataran Tinggi
Penduduk yang menyebar ke kawasan dataran tinggi umumnya merupakan penduduk
yang ingin membangun kawasan pertanian, persawahan, dan perkebunan secara intensif.
Kawasan dataran tinggi umumnya memiliki tanah dengan tingkat kesuburan tinggi dan cuaca
yang sangat menunjang untuk pertanian. Oleh karena dataran tinggi berbentuk curam dan
berbukit-bukit, umumnya lokasi ini agak susah untuk didirikan bangunan. Contohnya Dataran
Tinggi Dieng Jawa Tengah dan daerah pertanian Puncak Bogor, Jawa Barat.
Dataran tinggi biasanya dijadikan sebagaidaerah tangkapan air hujan (cathcment area).
Selain dapat memenuhi kebutuhan air tanah di wilayah sekitar, daerah tangkapan air hujan dapat
mencegah terjadinya banjir pada daerah bawah. Dataran tinggi yang ditumbuhi pepohonan
besardengan kondisi hutan yang masih terjaga berfungsi mencegah erosi, digunakan sebagai
suaka margasatwa, cagar alam, atau bahkan tempat wisata. Namun sayangnya, penebangan liar
tanpa memperhatikan upaya penanaman kembali dan usaha konservasi lahan sering
menimbulkan bencana bagi penduduk di sekitarnya.
Pembangunan vila dan pemukiman di daerah pegunungan juga telah mengurangi area
peresapan air. Dapat ditebak, pada akhirnya dapat menyebabkan banjir. Seperti terjadi di Jakarta
yang selalu mendapat kiriman air banjir dari Bogor. Setiap pergantian musim, kita sering
dihadapkan pada bencana. Banjir pada musim penghujan dan bencana kekeringan setiap musim
kemarau. Kita juga sering mengalami bencana tanah longsor, kebakaran hutan, dan bencana lain
diakibatkan kerusakan kawasan hutan lindung atau hutan konservasi pada daerah hulu. Relief
daratan dengan banyak pegunungan dan perbukitan, tanah yang subur, dan udara yang sejuk
sangat diminati penduduk yang kegiatan utamanya di bidang pertanian. Sebagian besar
penduduk juga masih banyak yang tergantung pada alam dan memanfaatkan hasil dari
alam. Penduduk daerah pegunungan juga banyak yang memanfaatkan suhu udara yang dingin
untuk menanam sayuran dan tanaman perkebunan. Selain itu, relief daratan yang demikian
jugamemiliki potensi menjadi daerah pariwisata.
Pada wilayah dataran tinggi, suhu udara jauh lebih dingin dibandingkan dengan dataran
rendah maupun daerah pantai. Tingkat kelembaban udara dan curah hujan yang berlangsung juga
cukup tinggi. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di daerah tersebut biasanya mempunyai
pola makan dan cara berpakaian yang berbeda dengan daerah lainnya. Untuk menghangatkan
tubuhnya mereka banyak mengkonsumsi makanan yang hangat dan lebih tertutup dalam cara
berpakaian.Pola permukiman penduduk sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi dan tingkat
kesuburan tanah. Pola pemukiman penduduk di daerah dataran tinggi biasanya menyebar
mengikuti lereng dan mengelompok pada daerah yang mempunyai lahan subur dan relatif datar.
4. Kawasan Pegunungan
Di daerah yang bentuk muka buminya bergelombang atau berbukit, umumnya
penggunaan lahan yang utama adalah pertanian, perkebunan dan permukiman. Di daerah
pegunungan, penggunaan lahan yang dominan adalah hutan. Disamping itu terdapat pertanian
dan permukiman dalam luasan terbatas.