Upload
mutiara-anggraini
View
7.266
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
unsur kebaHASAAN
Citation preview
UNSUR KEBAHASAAN DALAM KARYA ILMIAHDosen Pengampu : Bapak Umar Samadhy
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
Disusun Oleh :
Muin Arifah (1401410203)
Mutiara Anggraini (1401410328)
Rombel 46
Diksi atau pilihan kata adalah kata atau kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam menulis atau berbicara (Kridalaksana, 1984:35). Untuk mendapatkan efek tertentu itu, seseorang yang akan berbicara atau menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat.
Diksi
Ketepatan DiksiKetepatan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis (Keraf 2002:87).Kesesuaian DiksiKesesuaian atau kecocokan diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Hal-hal yang menjadi syarat dari diksi ialah :
Keraf (2002:88-89) menjelaskan syarat ketepatan diksi adalah sebagai berikut: Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Membedakan dengancermat kata-kata yang bersinonim. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing , terutama
kata-kata asing yang mengandung akhiran asing tersebut. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan
secara idiomatic. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembaca
harus membedakan kata umum dan kata khusus. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan
persepsi yang khusus. Memperlihatkan perubahan makna yang terjadi pada kata-
kata yang sudah dikenal. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata (teknik
pemilihan kata).
Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian: Mencakupi soal kata mana yang akan
digunakan dalam kesempatan tertentu. Dalam persoalan ketepatan kata, kita
bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah tepat sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan dalam kesesuaian kata, kita mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan.
Agar kata-kata yang dipergunakan tidak mengganggu suasana dan menimbulkan ketegangan antara penulis dan pembaca, maka perlu memperhatikan syarat-syarat berikut. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsure
substandar dalam suatu situasi yang formal. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus
saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis mempergunakan kata-kata popular.
Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. Sejauh mungkin hindarilah pemakaian kata-kata slang. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata
percakapan. Hindarilah ungkapan-ungkapan using (idiom yang
mati). Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artificial.
Parera (1982) menyatakan bahwa kalimat efektif tidak saja menyampaikan pesan, berita, atau amanat, tetapi juga merakit gagasan ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran yang utuh.
Razak (1988) mengungkapkan bahwa kalimat efektif dikenal dalam hubungannya dengan fungsi kalimat sebagai alat komunikasi. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan berlangsung dengan sempurna.
Berdasarkan pernyataan di atas, kalimat dikatakan efektif bila mampu menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.
Kalimat Efektif
Ciri kalimat efektif
Ciri-ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut.1. Memiliki keutuhan dan kesatuan
gagasan.2. Memiliki perpautan atau kepaduan.3. Memiliki pemusatan perhatian atau
penekanan.4. Memiliki kehematan.5. Memiliki kevariasian.6. Kesejajaran atau paralelisme.
Paragraf atau alinea adalah bagian terkecil dalam karya tulis yang menyatakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas dari kalimat (Keraf, 1984). Seluruh paragraf memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya berkaitan erat dengan masalah itu (Arifin 1988:125). Jadi, paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.
Paragraf
Paragraf yang baik hendaknya memenuhi dua syarat, yaitu kesatuan dan kepaduan (Arifin 1988:126;Soedjito 1991;30). Selanjutnya Sakri (1992:2) menambahkan ciri ketiga paragraf yang baik, yaitu memiliki isi yang memadai.
Syarat paragraf yang baik
Kesatuan Adalah semua kalimat yang menyusun paragraf bersama-sama menguraikan dan terpusat pada satu tema atau satu gagasan saja. Apabila dalam sebuah karangan penulis berbicara tentang karies pada anak misalnya, maka untuk menjaga kesatuan gagasan sebaikn ya ia tidak beralih kepada karies orang dewasa pada paragraf yang sama. Karies pada orang dewasa dapat diuraikan dalam paragraf berikutnya.
Kepaduan atau koherensi Adalah penyusunan kalimat secara logis dan kekompakkan hubungan antara kalimat-kalimat yang membentuk paragraf. Untuk mewujudkan kepaduan dalam paragraf, kalimat-kalimat perlu disusun dalam urutan yang sistematis dan masuk akal. Selain itu, untuk merangkai kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya menjadi kesatuan yang harmonis dapat digunakan kata ganti, transisi, atau pengulangan kata kunci (Arifin & Tasai, 1993)
Kata gantiBerbagai kata ganti untuk merangkaikan kalimat dalam paragraf ialah:1. Kata ganti orang pertama, kedua,
atau ketiga, tunggal atau jamak, seperti saya, kami, kamu, saudara sekalian, dia, beliau, mereka, dan kata gantikepunyaan, seperti –mu dan –nya.
2. Kata ganti lain, seperti itu, di sini, ke sana, begitu, demikian.
Kata transisiKata transisi digunakan untuk menunjukkan berbagai hubungan. 1. Hubungan tambahan yang ditandai dengan
rambu-rambu.2. Hubungan pertentangan dengan rambu-rambu.3. Hubungan perbandingan dengan rambu-rambu.4. Hubungan akibat dengan rambu-rambu. 5. Hubungan tujuan dengan rambu-rambu.6. Hubungan singkatan dengan rambu-rambu.7. Hubungan waktu dengan rambu-rambu.8. Hubungan tempat dengan rambu-rambu(Arifin & Tasai, 1993)
Pengulangan kata kunciKekompakan antar-kalimat dalam paragraf dapat pula dicapai dengan pengulangan kata kunci. Namun untuk menghindarkan kebosanan di pihak pembaca, pengulangan ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu sering (Sakri, 1988, Arifin dan Tasai, 1993).
Isi yang memadai Adalah pengembangan paragraf dengan sejumlah rincian yang terpilih dengan patut sebagai pendukung pokok pikiran paragraf. Gagasan dalam paragraf perlu dikembangkan atau dirinci agar pembaca memperoleh makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam paragraf yang memadai terdapat kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas.
Macam-macam ParagrafDilihat dari segi kalimat topic, paragraf dibedakan atas paragraf deduktif, induktif, dan campuran (Soedjito 1991:12-15 dalam Doyin dkk.2003). 1. Paragraf deduktif letak kalimat topiknya
berada di awal paragraf. 2. Paragraf induktif letak kalimat topiknya
berada di akhir paragraf.3. Paragraf campuran atau deduktif-induktif
letak kalimat topiknya berada di awal dan di akhir paragraf.
Paragraf dilihat dari jenisnya dibedakan atas paragraf pembuka, pengembang, dan penutup (Arifin 1988:131). 1. Paragraf pembuka merupakan pembuka atau
pengantar untuk sampai pada isi yang akan dipaparkan di dalam karangan. Paragraf ini hendaknya menarik minat dan perhatian pembaca.
2. Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan penutup. Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan.
3. Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan. Paragraf ini biasanya berisi simpulan, saran-saran, atau pendapat pribadi pengarang.
Dilihat dari segi teknik pemaparan, paragraf dibedakan atas: Paragraf deskriptif adalah paragraf yang berisi
lukisan apa yang tertangkap oleh indera, baik yang terlihat, terdengar, terasa, teraba, atau tercium.
Paragraf ekspositoris (paparan) menampakkan suatu objek. Penyampaiannya dapat menggunakan analisis kronologis.
Paragraf argumentative bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca dengan cara memaparkan alas an-alasan, fakta-fakta, atau bukti-bukti suatu pendapat atau gagasan pemecahan sebuah masalah.
Paragraf naratif umumnya disampaikan denga bercerita. Oleh karena itu, paragraf naratif umumnya ditemukan dalam novel, cerpen, dan hikayat.
Pengembangan paragraf Mengarang adalah mengembangkan
beberapa kalimat topic. Dalam mengarang, kita harus mengembangkan paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus mengembangkan kalimat topic.
Teknik pengembangan paragraf Menggunakan ilustrasi Kalimat topic dilukiskan dan
digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga ada gambaran pada diri pembaca.
Dengan analisis Yaitu apa yang dinyatakan kalimat topic
dianalisi secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang meyakinkan.
Dalam pratik pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci menjadi beberapa cara yang lebih praktis di antaranya: Pengembangan paragraf dengan memaparkan hal-hal
khusus (umum-khusus/khusus-umum), berupa paragraf deduktif dan induktif
Pengembangan paragraf dengan pemberian contoh yang umum, representative, dan dapat mewakili keadaan sebenarnya.
Pengembangan paragraf dengan menampilkan fakta-fakta.
Pengembangan paragraf dengan memberikan alasan-alasan, berupa sebab-akibat dan akibat-sebab.
Pengembangan paragraf dengan perbandingan. Pengembangan paragraf dengan definisi lebih luas
dipakai untuk mengembangkan pokok pikiran. Pengembangan paragraf dengan campuran.
Diksi atau pilihan kata adalah kata atau kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam menulis atau berbicara (Kridalaksana, 1984:35).
hal-hal yang menjadi syarat dari diksi ialah : Ketepatan, dan kesesuaian diksi.
kalimat dikatakan efektif bila mampu menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.
paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.
Paragraf yang baik hendaknya memenuhi dua syarat, yaitu kesatuan dan kepaduan, ciri ketiga paragraf yang baik, yaitu memiliki isi yang memadai.
Dilihat dari segi kalimat topic, paragraf dibedakan atas paragraf deduktif, induktif, dan campuran (Soedjito 1991:12-15 dalam Doyin dkk.2003).
SIMPULAN