Upload
ardeean-smanntisha
View
798
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
j
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan kesusastraan, bahasa Indonesia menyerap
unsur dari berbagai bahasa baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing.
Dalam lingkup pendidikan sering disebut dengan kata atau unsur serapan.
Namun pada kenyataannya seorang penulis dalam penulisan karya ilmiah
atau makalah sering kali kurang memperhatikan penulisan kata dan unsur
serapan, tetapi hanya fokus pada bagaimana isi karya ilmiah atau makalah
tersebut, sehingga perlu adanya suatu referensi dalam penulisan karya
ilmiah atau makalah supaya dalam penulisannya sesuai dengan Ejaan
yanng Disempurnakan (EYD)
Penulisan bahasa sesuai Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sering
kali hanya dipandang sebelah mata dan tidak sedikit terjadi kesalahan
dalam penggunaanya sehingga menimbulkan makna yang kurang sesuai.
Tidak terkecuali dalam penulisan kata dan unsur serapan yang juga sering
terjadi banyak kesalahan.
Untuk memperdalam pengetahuan serta menghindari kesalahan
penulisan kata dan unsur serapan khusunya di dalam karangan ilmiah,
penulis akan membahas lebih terperinci dalam makalah yang berjudul
“PENULISAN KATA DAN UNSUR SERAPAN DALAM KARANGAN
ILMIAH”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD?
2. Bagaimanakah cara penulisan unsur serapan yang tepat sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia?
C. Tujuan
1. Menjelaskan cara penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD.
2. Menjelaskan cara penulisan unsur serapan yang tepat sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penulisan Kata
Kata adalah elemen terkecil sebuah bahasa yang diucapkan atau
ditulis dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa konversasi, bahasa morfem atau kombinasi
beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia:1997)
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata
turunan atau kata berimbuhan dan dapat menempati posisi sebagai
subjek, predikat, objek, maupun keterangan. (Yamilah, M. dan
Slamet Samsoerizal.1994)
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh :
a. Buku itu sangat tebal.
b. Wanita itu sangat cantik.
c. Tempat wisata penuh sesak.
2. Kata Turunan
Pembentukan kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau
imbuhan baik diawal (prefiks), tengah (infiks) maupun akhir
(surfiks).
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
1) Awalan ber-
a) Awalan ber- tetap menjadi ber- jika melekat pada kata
dasar yang berfonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /d/, /g/, /k/,
/l/, /s/, /t/, /w/.
Contoh :
ber- + air → berair
5
ber- + induk → berinduk
ber- + uban → beruban
ber- + ekor → berekor
ber- + otot → berotot
ber- + darmawisata →berdarmawisata
ber- + guna → berguna
ber- + karya → berkarya
ber- + laga → berlaga
ber- + seminar → berseminar
ber- + taman → bertaman
ber- + wisata → berwisata
b) Awalan ber- berubah menjadi be- jika melekat pada
kata dasar yang dimulai konsonan /r/ dan kata dasar
yang suku pertama memilki bunyi /er/.
Contoh :
ber- + racun → beracun
ber- + kerja → bekerja
c) Awalan ber- berubah menjadi bel- jika melekat pada
kata dasar ajar.
Contoh :
Ber- + ajar → belajar
2) Awalan se- jika dilekatkan pada kata dasar tidak mengalami
perubahan bentuk dan pengimbuhan dilakukan dengan cara
merangkaikan di depan kata dasar.
Contoh :
se- + liter → seliter
se- + malam → semalam
se- + pulang → sepulang
3) Awalan me-
6
a) Awalan me- tetap berbentuk me- jika melekat pada kata
dasar yang dimulai dengan fonem /r/, /l/, /w/, /y/, /m/,
/n/, /ny/, dan /ng/.
Contoh :
me- + rawat → merawat
me- + liput → meliput
me- + warna → mewarnai
me- + yakin → meyakini
me- + mulai → memulai
me- + nikah → menikah
me- + nyanyi → menyanyi
me- + nganga → menganga
b) Awalan me- berubah menjadi mem- jika melekat kata
dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/, /v/.
Contoh :
me- + balut → membalut
me- + perban → memperban
me- + fitnah → memfitnah
me- + vonis → memvonis
c) Awalan me- berubah menjadi men- jika melekat pada
kata dasar yang bermula dengan fonem /s/.
Contoh :
me- + santap → menyantap
me- + sulap → menyulap
me- + sapa → menyapa
d) Awalan me- berubah menjadi bentuk meng- jika
melekat pada kata dasar yang bermula dengan fonem
/a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /g/, /h/, /kh/.
Contoh :
me- + angkat → mengangkat
me- + ikat → mengikat
7
me- + uji → menguji
me- + ekor → mengekor
me- + obral → mengobral
me- + embik → mengembik
me- + kenang → mengenang
me- + goreng → menggoreng
me- + halau → menghalau
me- + khayal → mengkhayal
e) Awalan me- berubah menjadi menge- jika melekat pada
setiap kata dasar yang bersuku satu.
Contoh :
me- + cat → mengecat
me- + pel → mengepel
me- + tes → mengetes
4) Awalan di- tidak memiliki variasi bentuk dan
pengimbuhannya dirangkaikan pada awal kata dasar yang
diimbuhannya.
Contoh :
di- + bungkus → dibungkus
di- + teliti → diteliti
di- + operasi → dioperasi
5) Awalan ke- tidak memiliki variasi bentuk dan
penghimbuhannya dirangkaikan pada awal kata dasarnya.
Contoh:
ke- + hendak → kehendak
ke- + tua → ketua
ke- + kasih → kekasih
6) Awalan ter-
a) Awalan ter- tetap menjadi ter- jika melekat pada kata
yang bukan bermula dengan fonem /r/.
Contoh :
8
ter- + angkat → terangkat
ter- + nama → ternama
b) Awalan ter- berubah menjadi te- jika melekat pada
kata dasar yang bermula dengan fonem /r/.
Contoh :
ter- + ringan → teringan
ter- + rasa → terasa
c) Awalan ter- berubah bentuk menjadi tel- jika melekat
pada kata dasar anjur.
Contoh :
ter- + anjur → terlanjur
7) Awalan pe-
a) Awalan pe- tetap menjadi bentuk pe- jika melekat
pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan /l/, /r/,
/w/, /y/, /m/, /n/, /ng/, dan /ny/.
Contoh :
pe- + lukis → pelukis
pe- + rawat → perawat
pe- + warna → pewarna
pe- + yakin → peyakin
pe- + minat → peminat
pe- + netral → penetral
pe- + nganggur → penganggur
pe- + nyanyi → penyanyi
b) Awalan pe- berubah bentuk menjadi pem- jika
melekat pada kata dasar yang bermula dengan
fonem /b/ dan /p/.
Contoh :
pe- + bohong → pembohong
pe- + piilih → pemilih
9
c) Awalan pe- berubah menjadi pen- jika melekat pada
kata dasar yang bermula dengan fonem/d/ dan /t/.
Contoh :
pe- + dongeng → pendongeng
pe- + tulis → penulis
d) Awalan pe- berubah bentuk menjadi peny- jika
melekat pada kata yang berfenom /s/.
Contoh :
pe- + sakit → penyakit
pe- + sabar → penyabar
e) Awalan pe- berubah bentuk menjadi peng- jika
melekat pada kata dasar yang bermula dengan
konsonan /kh/, /h/, /g/ dan vocal.
Contoh :
pe- + angkut → pengangkut
pe- + iris → pengiris
pe- + uji → penguji
pe- + ekor → pengekor
pe- + olah → pengolah
pe- + khayal → pengkhayal
pe- + halus → penghalus
pe- + guna → pengguna
f) Awalan pe- berubah bentuk menjadi penge- jika
melekat pada kata dasar yang bersuku satu.
Contoh :
pe- + cat → pengecat
pe- + tik → pengetik
pe- + bom → pengebom
g) Awalan pe- berubah menjadi pel- jika melekat pada
kata dasar ajar.
Contoh :
10
pe- + ajar → pelajar
8) Awalan pe- tidak mengalami perubahan.
Contoh :
Per- + cepat → percepat
Per- + isteri → peristeri
9) Kaidah penggunaan akhiran
Akhiran –i, -kan, -an, -nya dalam proses pembentukan kata
tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
ajar + -i → ajari
ajar + -kan → ajarkan
ajar + -an → ajaran
turun + -nya → turunnya
Proses pembentukan yang berkaitan dengan awalan akhiran
yang berasal dari asing tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
pra- + wacana → prawacana
pasca- + sarjana → pascasarjana
maha- + siswa → mahasiswa
kamera+ -man → kameraman
dunia + -wi → duniawi
10) Kaidah penggunaan sisipan
Sispan –el-, -em-, dan –er- jika dilekatkan pada kata dasar
tertentu tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
Tunjuk+ -el- → telunjuk
Guruh + -em- → gemuruh
Gigi + -er- → gerigi
11) Kaidah Penggunaan Gabungan Imbuhan
Gabungan imbuhan me-kan yang pembentukannya
bertahap, yakni berupa awalan terlebih dahulu atau akhiran
11
terlebih dahulu pada kata dasar mengikuti kaidah
penggunaan awalan me- seperti diuraikan di atas.
Contoh :
me – kan + luas → meluaskan
me – kan + bangun → membangun
me – kan + netral → menetralkan
me – kan + siar → menyiarkan
me – kan + habis → menghabiskan
me – kan + tik → mengetikkan
Gabungan imbuhan di – kan tidak mengalami variasi
bentuk jika dilekatkan pada kata dasar.
Contoh ;
di - kan + baca → dibacakan
Gabungan imbuhan ber-an tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
ber – an + atur → beraturan
Gabungan imbuhan ber – kan tidak mengalami variasi
bentuk.
Contoh ;
Ber –kan + modal → bermodalkan
Gabungan me – i jika melekat pada kata dasar awalan me-
yang mengikutinya mengalami variasi bentuk sesuai
dengan kaidah pnggunaan me- seperti diuraikan
sebelumnya. Sedangkan akhiran –kan bentuknya tetap.
Contoh :
me – i + lempar → melempari
me – i + duduki → menduduki
me – i + singgah → menyinggahi
me – i + hormat → menghormati
me – i + terang → menerangi
me – i + cukup → mencukupi
12
Gabungan imbuhan di – i jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
di –i + teman → ditemani
Gabungan imbuhan memper – kan jika melekat pada kata
dasar tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
memper – kan + kenal → memperkenalkan
Gabungan memper – i jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
memper – i + baru → memperbarui
Gabungan imbuhan diper – kan jika melekat pada kata
dasar tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh:
diper – kan + kira → diperkirakan
Gabungan imbuhan diper – i jika melekat pada kata dasar
tidak mengalami veriasi bentuk.
Contoh :
diper – i + baru → diperbarui
12) Kaidah Penggunaan Konfiks
a) Konfiks pe – an jika melekat pada kata dasar
mengalami variasi bentuk pada bentuk pe- sebagaimana
diuraikan di atas. Sedangkan bentuk –an tidak
mengalami perubahan bentuk.
Contoh :
pe – an + serah → penyerahan
pe – an + adil → pengadilan
pe – an + labuh → pelabuhan
pe – an + tahu → pengetahuan
13
b) Konfiks per – an jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
per – an + henti → perhentian
c) Konfiks ber – an jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
ber – an + datang → berdatangan
d) Konfiks ke – an jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
ke – an + adil → keadilan
13) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika
ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata yang bukan
bahasa Indonesia.
Contoh :
mem-PHK-kan
me-recall
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya :
Bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan
dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya :
Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,
penghancurleburan.
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanay dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
14
Misalnaya : adipati, biokarbonat, dwiwarna, infrastruktur,
inkonvensional, mahasiswa, pancasila, tritunggal
3. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang
mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian.
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung. (Yamilah, M. dan Slamet Samsoerizal.1994)
Contoh :
anak – anak, rumah – rumah, kupu kupu.
mondar - mandir, ramah – tamah, sayur- mayur, tukar – menukar.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
yang pertama saja.
Contoh : surat kabar → surat – surat kabar
b. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjectiva
ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsure keduanya
dengan makna yang berbeda.
Contoh :
Orang besar → orang – orang besar
Orang besar – besar
c. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Contoh :
Kekanak-kanakan, perundang-undangan, memata-matai.
4. Gabungan Kata
a. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk
ditulis terpisah.
Contoh : kambing hitam, orang tua, rumah sakit umum, kereta
api cepat luar biasa.
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung diantara
unsur-unsurnya.
15
Contoh :
Anak - istri kami anak istri – Ali
c. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis
serangkai.
Contoh : acapkali, beasiswa, adakalanya, hulubalang,
kacamata.
5. Kata Depan
Kata depan di, ke, da dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Contoh : di mana, ke kantor, dari mana.
Beberapa yang penulisannya harus digabung :
daripada, keluar, kemari, kesampingku, kepadanya.
6. Partikel
a. Partikel –lah, -kah, dan –lah serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik – baik .
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya .
Misalnya ; apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
c. Partikel per yang berarti ‘mulai’ , ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
Misalnya : mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
B. Kata Serapan
1. Kata Serapan sebagai Bagian Perkembangan Bahasa Indonesia
Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur
bahasa yang bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak
bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling meminjarn atau
menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh
16
berbagai hal antara lain kebutuhan, prestise kurang faham terhadap
bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang
berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi
pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi
perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara
utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa
penyesuaian baik yang terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa
tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran baik dalam
ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima pengaruh
maupun pergeseran sistematis.
2. Perspektif Analogi dan Anomali Kata Serapan dalam Bahasa
Indonesia
Analogi adalah keteraturan bahasa dan anomali adalah
penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa.
a. Perspektif Analogi
Untuk membicarakan kata serapan ke dalam bahasa
Indonesia tentu dilakukan dengan memperbandingkan kata-
kata sebelum masuk ke dalam bahasa Indonesia dan setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi dalam
pembicaraan kata serapan yang dikaitkan dengan analogi
bahasa justru dilakukan dengan memperbandingkan unsur-
unsur intern bahasa penerima pengaruh itu sendiri. Artinya
suatu kata serapan perlu dilihat aslinya hanya sekedar untuk
mengetahui bahwa kata tersebut benar-benar kata serapan,
tanpa harus mengetahui bagaimana proses perubahan atau
penyesuaian yang terjadi, yang lebih proporsional perlu dilihat
adalah bagaimana keadaan setelah masuk ke dalam bahasa
Indonesia, kemudian diperbandingkan dengan konvensi-
konvensi yang lazim yang berlaku sekarang ini.
17
1) Analogi dalam Sistem Fonologi
Banyak sekali kata-kata serapan ke dalam bahasa
Indonesia yang tenyata telah sesuai dengan sistem fonologi
dalam bahasa Indonesia baik melalui proses penyesuaian
atau tanpa melalui proses penyesuaian. Di antara kata-kata
tersebut misalnya :
aksi - action (Inggris)
bait - bait (Arab)
boling - bowling (Inggris)
dansa - dance (Inggris)
derajat - darrajat (Arab)
ekologi - ecology (Inggris)
fajar - fajr (Arab)
galaksi - galaxy (Inggris)
hikmah - hikmat (Arab)
insan - insan (Arab)
Fonem-fonem /a/, /b/, /d/, /e/, /f/, /g/, /h/, /i/, /k/,
/l/, /m/, /n/, /0/, /r/, /s/, /c/, /j/, /p/, /q/, /v/, /w/, /x/, /y/,
/z/, /kh/, /sy/, /u/ dan /t/ yang digunakan dalam kata-kata
sebagaimana tersebut di atas adalah fonem-fonem yang
sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia.
Apabila dikaitkan dengan kenyataan historis ternyata ada
kenyataan yang menarik untuk dicermati yaitu misal fonem /kh/
dan /sy/ kedua fonem ini diakui sebagai fonem lazim dalam sistem
fonologi bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1994:15). Namun apabila diselidiki lebih teliti secara
historis, ternyata kedua fonem ini bukan fonem asli Indonesia, ini
bisa dibuktikan bahwa semua kata-kata yang menggunakan
fonem /kh/ dan /sy/ masih bisa dilacak aslinya berasal dari bahasa
Arab. Fonem-fonem yang lain yang juga merupakan fonem
18
serapan- serapan lain adalah : /f /, /q/, /v/, dan /x/. (Yamilah, M.
dan Slamet Samsoerizal.1994)
2) Analogi Dalam Sistem Ejaan
Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam
bahasa lndonesia dapat dibagi ke dalam dua golongan
besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya
terserap ke dalam bahasa Indonesia .seperti kata :
reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur seperti ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia tetapi penulisan dan
pengucapannya masih :mengikuti cara asing. Kedua unsur
pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Contohnya :
kaustik - caustic
sentral - central
Akomodasi - accomodation
aksen – accent
kolera – cholera
efek – effect
idialis - idealist
fase - phase
akuarium - akuarium
b. Perspektif Anomali
Metode yang digunakan untuk menentukan anomali
bahasa pada kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia disini
adalah sama dengan metode yang digunakan untuk menetapkan
analogi bahasa yaitu dengan memperbandingkan unsur intern
dari bahasa penerima pengaruh, suatu kata yang tampak
19
sebagai kata serapan dibandingkan atau dilihat dengan kaidah
yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
1) Anomali Dalam Ejaan
Semua kata-kata yang asing yang masih diserap
secara utuh tanpa melalui penyesuaian dengan kaidah di
dalam penulisan, pada umumnya merupakan kata-kata
yang anomalis di dalam bahasa Indonesia.
Contoh kata-kata tersebut antara lain adalah :
bank - bank (Inggris)
intern - intern (Inggris)
modem - modem (Inggris)
qur'an - qur'an (Arab)
jum'at - jum'at (Arab)
fardhu - fardhu (Arab)
Kata-kata seperti tersebut di atas temasuk anomali bahasa
karena tidak sesuai dengan kaidah di dalam bahasa
Indonesia.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulisan kata dan unsur serapan sesuai dengan Ejaan yang
Disempurnakan meliputi aturan penulisan kata dasar, kata berimbuhan,
gabungan kata, kata ulang, kata depan, dan partikel. Tata cara penulisan
kata yang kurang tepat akan menimbulkan makna kata yang berbeda.
Sedangkan dalam penulisan unsur serapan terjadi saling pengaruh atau
menyerap unsur asing dalam kontak bahasa dan dalam penyesuaiannya
akan terjadi pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar pemberi
bahasa dan penerima pengaruh maupun pergeseran sistematis.
B. Saran
Penulisan kata serapan hendaknya dikuasai oleh semua orang
terkebih lagi mahasiswa yang aktif dalam bidang pendidikan. Dan
diharapkan adanya keseragaman dalam berbahasa Indonesia untuk
menghindari kesalahpahaman makna kata.
21
DAFTAR PUSTAKA
Annisah, Nur. 2010. “Penulisan Kata dan Unsur Serapan”, (Online),
(http://ritoaga_simangambat.blogspot.com/2010/11/
makalah_penulisan_kata_dan_unsur.html/ diakses 21
November 2011).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan . Jakarta
Yamilah, M. dan Slamet Samsoerizal. 1994. Bahasa Indonesia untuk
Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
22
SOAL
1. Kata yang belum mengalami morfologis dan dapat menempati posisi sebagai
subjek, predikat, objek, maupun keterangan disebut.....
a. Kata benda
b. Kata ulang
c. Kata dasar
d. Kata gabung
e. Kata keterangan
2. Berikut ini merupakan penulisan awalan yang benar, kecuali.....
a. Belajar
b. Menyuci
c. Bekerja
d. Merawat
e. Bersantai
3. Yang dimaksud dengan anomali adalah.....
a. Penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa.
b. Kepaduan bahasa.
c. Penyimpangan dalam penulisan.
d. Keteraturan kalimat.
e. Perpaduan antara beberapa kalimat.
4. Analogi Dalam Sistem Ejaan, menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke
dalam bahasa lndonesia dapat dibagi ke dalam..... golongan
a. Satu
b. Tiga
c. Lima
d. Enam
e. Dua
5. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk dan ditulis
secara.....
23
a. Tergabung
b. Bersambung
c. Terperinci
d. Terpisah
e. Berulang
Esai
1. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata ulang!
24
JAWABAN
Pilihan ganda
1. C
2. B
3. A
4. E
5. D
Esai
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata ulang :
a. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur yang pertama
saja.
b. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjectiva ditulis dengan
mengulang unsur pertama atau unsure keduanya dengan makna yang
berbeda.
c. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
25