34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan kesusastraan, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Dalam lingkup pendidikan sering disebut dengan kata atau unsur serapan. Namun pada kenyataannya seorang penulis dalam penulisan karya ilmiah atau makalah sering kali kurang memperhatikan penulisan kata dan unsur serapan, tetapi hanya fokus pada bagaimana isi karya ilmiah atau makalah tersebut, sehingga perlu adanya suatu referensi dalam penulisan karya ilmiah atau makalah supaya dalam penulisannya sesuai dengan Ejaan yanng Disempurnakan (EYD) Penulisan bahasa sesuai Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sering kali hanya dipandang sebelah mata dan tidak sedikit terjadi kesalahan dalam penggunaanya sehingga menimbulkan makna yang kurang sesuai. Tidak terkecuali dalam penulisan kata dan unsur serapan yang juga sering terjadi banyak kesalahan. Untuk memperdalam pengetahuan serta menghindari kesalahan penulisan kata dan unsur 4

penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

j

Citation preview

Page 1: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan kesusastraan, bahasa Indonesia menyerap

unsur dari berbagai bahasa baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing.

Dalam lingkup pendidikan sering disebut dengan kata atau unsur serapan.

Namun pada kenyataannya seorang penulis dalam penulisan karya ilmiah

atau makalah sering kali kurang memperhatikan penulisan kata dan unsur

serapan, tetapi hanya fokus pada bagaimana isi karya ilmiah atau makalah

tersebut, sehingga perlu adanya suatu referensi dalam penulisan karya

ilmiah atau makalah supaya dalam penulisannya sesuai dengan Ejaan

yanng Disempurnakan (EYD)

Penulisan bahasa sesuai Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sering

kali hanya dipandang sebelah mata dan tidak sedikit terjadi kesalahan

dalam penggunaanya sehingga menimbulkan makna yang kurang sesuai.

Tidak terkecuali dalam penulisan kata dan unsur serapan yang juga sering

terjadi banyak kesalahan.

Untuk memperdalam pengetahuan serta menghindari kesalahan

penulisan kata dan unsur serapan khusunya di dalam karangan ilmiah,

penulis akan membahas lebih terperinci dalam makalah yang berjudul

“PENULISAN KATA DAN UNSUR SERAPAN DALAM KARANGAN

ILMIAH”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah cara penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD?

2. Bagaimanakah cara penulisan unsur serapan yang tepat sesuai dengan

kaidah Bahasa Indonesia?

C. Tujuan

1. Menjelaskan cara penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD.

2. Menjelaskan cara penulisan unsur serapan yang tepat sesuai dengan

kaidah Bahasa Indonesia.

4

Page 2: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penulisan Kata

Kata adalah elemen terkecil sebuah bahasa yang diucapkan atau

ditulis dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat

digunakan dalam berbahasa konversasi, bahasa morfem atau kombinasi

beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia:1997)

1. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata

turunan atau kata berimbuhan dan dapat menempati posisi sebagai

subjek, predikat, objek, maupun keterangan. (Yamilah, M. dan

Slamet Samsoerizal.1994)

Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh :

a. Buku itu sangat tebal.

b. Wanita itu sangat cantik.

c. Tempat wisata penuh sesak.

2. Kata Turunan

Pembentukan kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau

imbuhan baik diawal (prefiks), tengah (infiks) maupun akhir

(surfiks).

a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)

1) Awalan ber-

a) Awalan ber- tetap menjadi ber- jika melekat pada kata

dasar yang berfonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /d/, /g/, /k/,

/l/, /s/, /t/, /w/.

Contoh :

ber- + air → berair

5

Page 3: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

ber- + induk → berinduk

ber- + uban → beruban

ber- + ekor → berekor

ber- + otot → berotot

ber- + darmawisata →berdarmawisata

ber- + guna → berguna

ber- + karya → berkarya

ber- + laga → berlaga

ber- + seminar → berseminar

ber- + taman → bertaman

ber- + wisata → berwisata

b) Awalan ber- berubah menjadi be- jika melekat pada

kata dasar yang dimulai konsonan /r/ dan kata dasar

yang suku pertama memilki bunyi /er/.

Contoh :

ber- + racun → beracun

ber- + kerja → bekerja

c) Awalan ber- berubah menjadi bel- jika melekat pada

kata dasar ajar.

Contoh :

Ber- + ajar → belajar

2) Awalan se- jika dilekatkan pada kata dasar tidak mengalami

perubahan bentuk dan pengimbuhan dilakukan dengan cara

merangkaikan di depan kata dasar.

Contoh :

se- + liter → seliter

se- + malam → semalam

se- + pulang → sepulang

3) Awalan me-

6

Page 4: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

a) Awalan me- tetap berbentuk me- jika melekat pada kata

dasar yang dimulai dengan fonem /r/, /l/, /w/, /y/, /m/,

/n/, /ny/, dan /ng/.

Contoh :

me- + rawat → merawat

me- + liput → meliput

me- + warna → mewarnai

me- + yakin → meyakini

me- + mulai → memulai

me- + nikah → menikah

me- + nyanyi → menyanyi

me- + nganga → menganga

b) Awalan me- berubah menjadi mem- jika melekat kata

dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/, /v/.

Contoh :

me- + balut → membalut

me- + perban → memperban

me- + fitnah → memfitnah

me- + vonis → memvonis

c) Awalan me- berubah menjadi men- jika melekat pada

kata dasar yang bermula dengan fonem /s/.

Contoh :

me- + santap → menyantap

me- + sulap → menyulap

me- + sapa → menyapa

d) Awalan me- berubah menjadi bentuk meng- jika

melekat pada kata dasar yang bermula dengan fonem

/a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /g/, /h/, /kh/.

Contoh :

me- + angkat → mengangkat

me- + ikat → mengikat

7

Page 5: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

me- + uji → menguji

me- + ekor → mengekor

me- + obral → mengobral

me- + embik → mengembik

me- + kenang → mengenang

me- + goreng → menggoreng

me- + halau → menghalau

me- + khayal → mengkhayal

e) Awalan me- berubah menjadi menge- jika melekat pada

setiap kata dasar yang bersuku satu.

Contoh :

me- + cat → mengecat

me- + pel → mengepel

me- + tes → mengetes

4) Awalan di- tidak memiliki variasi bentuk dan

pengimbuhannya dirangkaikan pada awal kata dasar yang

diimbuhannya.

Contoh :

di- + bungkus → dibungkus

di- + teliti → diteliti

di- + operasi → dioperasi

5) Awalan ke- tidak memiliki variasi bentuk dan

penghimbuhannya dirangkaikan pada awal kata dasarnya.

Contoh:

ke- + hendak → kehendak

ke- + tua → ketua

ke- + kasih → kekasih

6) Awalan ter-

a) Awalan ter- tetap menjadi ter- jika melekat pada kata

yang bukan bermula dengan fonem /r/.

Contoh :

8

Page 6: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

ter- + angkat → terangkat

ter- + nama → ternama

b) Awalan ter- berubah menjadi te- jika melekat pada

kata dasar yang bermula dengan fonem /r/.

Contoh :

ter- + ringan → teringan

ter- + rasa → terasa

c) Awalan ter- berubah bentuk menjadi tel- jika melekat

pada kata dasar anjur.

Contoh :

ter- + anjur → terlanjur

7) Awalan pe-

a) Awalan pe- tetap menjadi bentuk pe- jika melekat

pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan /l/, /r/,

/w/, /y/, /m/, /n/, /ng/, dan /ny/.

Contoh :

pe- + lukis → pelukis

pe- + rawat → perawat

pe- + warna → pewarna

pe- + yakin → peyakin

pe- + minat → peminat

pe- + netral → penetral

pe- + nganggur → penganggur

pe- + nyanyi → penyanyi

b) Awalan pe- berubah bentuk menjadi pem- jika

melekat pada kata dasar yang bermula dengan

fonem /b/ dan /p/.

Contoh :

pe- + bohong → pembohong

pe- + piilih → pemilih

9

Page 7: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

c) Awalan pe- berubah menjadi pen- jika melekat pada

kata dasar yang bermula dengan fonem/d/ dan /t/.

Contoh :

pe- + dongeng → pendongeng

pe- + tulis → penulis

d) Awalan pe- berubah bentuk menjadi peny- jika

melekat pada kata yang berfenom /s/.

Contoh :

pe- + sakit → penyakit

pe- + sabar → penyabar

e) Awalan pe- berubah bentuk menjadi peng- jika

melekat pada kata dasar yang bermula dengan

konsonan /kh/, /h/, /g/ dan vocal.

Contoh :

pe- + angkut → pengangkut

pe- + iris → pengiris

pe- + uji → penguji

pe- + ekor → pengekor

pe- + olah → pengolah

pe- + khayal → pengkhayal

pe- + halus → penghalus

pe- + guna → pengguna

f) Awalan pe- berubah bentuk menjadi penge- jika

melekat pada kata dasar yang bersuku satu.

Contoh :

pe- + cat → pengecat

pe- + tik → pengetik

pe- + bom → pengebom

g) Awalan pe- berubah menjadi pel- jika melekat pada

kata dasar ajar.

Contoh :

10

Page 8: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

pe- + ajar → pelajar

8) Awalan pe- tidak mengalami perubahan.

Contoh :

Per- + cepat → percepat

Per- + isteri → peristeri

9) Kaidah penggunaan akhiran

Akhiran –i, -kan, -an, -nya dalam proses pembentukan kata

tidak mengalami variasi bentuk.

Contoh :

ajar + -i → ajari

ajar + -kan → ajarkan

ajar + -an → ajaran

turun + -nya → turunnya

Proses pembentukan yang berkaitan dengan awalan akhiran

yang berasal dari asing tidak mengalami variasi bentuk.

Contoh :

pra- + wacana → prawacana

pasca- + sarjana → pascasarjana

maha- + siswa → mahasiswa

kamera+ -man → kameraman

dunia + -wi → duniawi

10) Kaidah penggunaan sisipan

Sispan –el-, -em-, dan –er- jika dilekatkan pada kata dasar

tertentu tidak mengalami variasi bentuk.

Contoh :

Tunjuk+ -el- → telunjuk

Guruh + -em- → gemuruh

Gigi + -er- → gerigi

11) Kaidah Penggunaan Gabungan Imbuhan

Gabungan imbuhan me-kan yang pembentukannya

bertahap, yakni berupa awalan terlebih dahulu atau akhiran

11

Page 9: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

terlebih dahulu pada kata dasar mengikuti kaidah

penggunaan awalan me- seperti diuraikan di atas.

Contoh :

me – kan + luas → meluaskan

me – kan + bangun → membangun

me – kan + netral → menetralkan

me – kan + siar → menyiarkan

me – kan + habis → menghabiskan

me – kan + tik → mengetikkan

Gabungan imbuhan di – kan tidak mengalami variasi

bentuk jika dilekatkan pada kata dasar.

Contoh ;

di - kan + baca → dibacakan

Gabungan imbuhan ber-an tidak mengalami variasi bentuk.

Contoh :

ber – an + atur → beraturan

Gabungan imbuhan ber – kan tidak mengalami variasi

bentuk.

Contoh ;

Ber –kan + modal → bermodalkan

Gabungan me – i jika melekat pada kata dasar awalan me-

yang mengikutinya mengalami variasi bentuk sesuai

dengan kaidah pnggunaan me- seperti diuraikan

sebelumnya. Sedangkan akhiran –kan bentuknya tetap.

Contoh :

me – i + lempar → melempari

me – i + duduki → menduduki

me – i + singgah → menyinggahi

me – i + hormat → menghormati

me – i + terang → menerangi

me – i + cukup → mencukupi

12

Page 10: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

Gabungan imbuhan di – i jika melekat pada kata dasar tidak

mengalami variasi bentuk.

Contoh :

di –i + teman → ditemani

Gabungan imbuhan memper – kan jika melekat pada kata

dasar tidak mengalami variasi bentuk.

Contoh :

memper – kan + kenal → memperkenalkan

Gabungan memper – i jika melekat pada kata dasar tidak

mengalami variasi bentuk.

Contoh :

memper – i + baru → memperbarui

Gabungan imbuhan diper – kan jika melekat pada kata

dasar tidak mengalami variasi bentuk.

Contoh:

diper – kan + kira → diperkirakan

Gabungan imbuhan diper – i jika melekat pada kata dasar

tidak mengalami veriasi bentuk.

Contoh :

diper – i + baru → diperbarui

12) Kaidah Penggunaan Konfiks

a) Konfiks pe – an jika melekat pada kata dasar

mengalami variasi bentuk pada bentuk pe- sebagaimana

diuraikan di atas. Sedangkan bentuk –an tidak

mengalami perubahan bentuk.

Contoh :

pe – an + serah → penyerahan

pe – an + adil → pengadilan

pe – an + labuh → pelabuhan

pe – an + tahu → pengetahuan

13

Page 11: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

b) Konfiks per – an jika melekat pada kata dasar tidak

mengalami variasi bentuk.

Contoh :

per – an + henti → perhentian

c) Konfiks ber – an jika melekat pada kata dasar tidak

mengalami variasi bentuk.

Contoh :

ber – an + datang → berdatangan

d) Konfiks ke – an jika melekat pada kata dasar tidak

mengalami variasi bentuk.

Contoh :

ke – an + adil → keadilan

13) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika

ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata yang bukan

bahasa Indonesia.

Contoh :

mem-PHK-kan

me-recall

b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran

ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau

mendahuluinya.

Misalnya :

Bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan

c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan

dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis

serangkai.

Misalnya :

Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,

penghancurleburan.

d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanay dipakai dalam

kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

14

Page 12: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

Misalnaya : adipati, biokarbonat, dwiwarna, infrastruktur,

inkonvensional, mahasiswa, pancasila, tritunggal

3. Kata Ulang

Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang

mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian.

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan

tanda hubung. (Yamilah, M. dan Slamet Samsoerizal.1994)

Contoh :

anak – anak, rumah – rumah, kupu kupu.

mondar - mandir, ramah – tamah, sayur- mayur, tukar – menukar.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

a. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur

yang pertama saja.

Contoh : surat kabar → surat – surat kabar

b. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjectiva

ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsure keduanya

dengan makna yang berbeda.

Contoh :

Orang besar → orang – orang besar

Orang besar – besar

c. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.

Contoh :

Kekanak-kanakan, perundang-undangan, memata-matai.

4. Gabungan Kata

a. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk

ditulis terpisah.

Contoh : kambing hitam, orang tua, rumah sakit umum, kereta

api cepat luar biasa.

b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian

dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung diantara

unsur-unsurnya.

15

Page 13: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

Contoh :

Anak - istri kami anak istri – Ali

c. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis

serangkai.

Contoh : acapkali, beasiswa, adakalanya, hulubalang,

kacamata.

5. Kata Depan

Kata depan di, ke, da dari ditulis terpisah dari kata yang

mengikutinya.

Contoh : di mana, ke kantor, dari mana.

Beberapa yang penulisannya harus digabung :

daripada, keluar, kemari, kesampingku, kepadanya.

6. Partikel

a. Partikel –lah, -kah, dan –lah serangkai dengan kata yang

mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah buku itu baik – baik .

Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya .

Misalnya ; apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

c. Partikel per yang berarti ‘mulai’ , ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis

terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau

mengikutinya.

Misalnya : mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

B. Kata Serapan

1. Kata Serapan sebagai Bagian Perkembangan Bahasa Indonesia

Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur

bahasa yang bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak

bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling meminjarn atau

menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh

16

Page 14: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

berbagai hal antara lain kebutuhan, prestise kurang faham terhadap

bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.

Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang

berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi

pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi

perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara

utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa

penyesuaian baik yang terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa

tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran baik dalam

ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima pengaruh

maupun pergeseran sistematis.

2. Perspektif Analogi dan Anomali Kata Serapan dalam Bahasa

Indonesia

Analogi adalah keteraturan bahasa dan anomali adalah

penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa.

a. Perspektif Analogi

Untuk membicarakan kata serapan ke dalam bahasa

Indonesia tentu dilakukan dengan memperbandingkan kata-

kata sebelum masuk ke dalam bahasa Indonesia dan setelah

masuk ke dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi dalam

pembicaraan kata serapan yang dikaitkan dengan analogi

bahasa justru dilakukan dengan memperbandingkan unsur-

unsur intern bahasa penerima pengaruh itu sendiri. Artinya

suatu kata serapan perlu dilihat aslinya hanya sekedar untuk

mengetahui bahwa kata tersebut benar-benar kata serapan,

tanpa harus mengetahui bagaimana proses perubahan atau

penyesuaian yang terjadi, yang lebih proporsional perlu dilihat

adalah bagaimana keadaan setelah masuk ke dalam bahasa

Indonesia, kemudian diperbandingkan dengan konvensi-

konvensi yang lazim yang berlaku sekarang ini.

17

Page 15: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

1) Analogi dalam Sistem Fonologi

Banyak sekali kata-kata serapan ke dalam bahasa

Indonesia yang tenyata telah sesuai dengan sistem fonologi

dalam bahasa Indonesia baik melalui proses penyesuaian

atau tanpa melalui proses penyesuaian. Di antara kata-kata

tersebut misalnya :

aksi - action (Inggris)

bait - bait (Arab)

boling - bowling (Inggris)

dansa - dance (Inggris)

derajat - darrajat (Arab)

ekologi - ecology (Inggris)

fajar - fajr (Arab)

galaksi - galaxy (Inggris)

hikmah - hikmat (Arab)

insan - insan (Arab)

Fonem-fonem /a/, /b/, /d/, /e/, /f/, /g/, /h/, /i/, /k/,

/l/, /m/, /n/, /0/, /r/, /s/, /c/, /j/, /p/, /q/, /v/, /w/, /x/, /y/,

/z/, /kh/, /sy/, /u/ dan /t/ yang digunakan dalam kata-kata

sebagaimana tersebut di atas adalah fonem-fonem yang

sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia.

Apabila dikaitkan dengan kenyataan historis ternyata ada

kenyataan yang menarik untuk dicermati yaitu misal fonem /kh/

dan /sy/ kedua fonem ini diakui sebagai fonem lazim dalam sistem

fonologi bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1994:15). Namun apabila diselidiki lebih teliti secara

historis, ternyata kedua fonem ini bukan fonem asli Indonesia, ini

bisa dibuktikan bahwa semua kata-kata yang menggunakan

fonem /kh/ dan /sy/ masih bisa dilacak aslinya berasal dari bahasa

Arab. Fonem-fonem yang lain yang juga merupakan fonem

18

Page 16: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

serapan- serapan lain adalah : /f /, /q/, /v/, dan /x/. (Yamilah, M.

dan Slamet Samsoerizal.1994)

2) Analogi Dalam Sistem Ejaan

Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam

bahasa lndonesia dapat dibagi ke dalam dua golongan

besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya

terserap ke dalam bahasa Indonesia .seperti kata :

reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur seperti ini dipakai

dalam konteks bahasa Indonesia tetapi penulisan dan

pengucapannya masih :mengikuti cara asing. Kedua unsur

pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah

disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).

Contohnya :

kaustik - caustic

sentral - central

Akomodasi - accomodation

aksen – accent

kolera – cholera

efek – effect

idialis - idealist

fase - phase

akuarium - akuarium

b. Perspektif Anomali

Metode yang digunakan untuk menentukan anomali

bahasa pada kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia disini

adalah sama dengan metode yang digunakan untuk menetapkan

analogi bahasa yaitu dengan memperbandingkan unsur intern

dari bahasa penerima pengaruh, suatu kata yang tampak

19

Page 17: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

sebagai kata serapan dibandingkan atau dilihat dengan kaidah

yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

1) Anomali Dalam Ejaan

Semua kata-kata yang asing yang masih diserap

secara utuh tanpa melalui penyesuaian dengan kaidah di

dalam penulisan, pada umumnya merupakan kata-kata

yang anomalis di dalam bahasa Indonesia.

Contoh kata-kata tersebut antara lain adalah :

bank - bank (Inggris)

intern - intern (Inggris)

modem - modem (Inggris)

qur'an - qur'an (Arab)

jum'at - jum'at (Arab)

fardhu - fardhu (Arab)

Kata-kata seperti tersebut di atas temasuk anomali bahasa

karena tidak sesuai dengan kaidah di dalam bahasa

Indonesia.

20

Page 18: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulisan kata dan unsur serapan sesuai dengan Ejaan yang

Disempurnakan meliputi aturan penulisan kata dasar, kata berimbuhan,

gabungan kata, kata ulang, kata depan, dan partikel. Tata cara penulisan

kata yang kurang tepat akan menimbulkan makna kata yang berbeda.

Sedangkan dalam penulisan unsur serapan terjadi saling pengaruh atau

menyerap unsur asing dalam kontak bahasa dan dalam penyesuaiannya

akan terjadi pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar pemberi

bahasa dan penerima pengaruh maupun pergeseran sistematis.

B. Saran

Penulisan kata serapan hendaknya dikuasai oleh semua orang

terkebih lagi mahasiswa yang aktif dalam bidang pendidikan. Dan

diharapkan adanya keseragaman dalam berbahasa Indonesia untuk

menghindari kesalahpahaman makna kata.

21

Page 19: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

DAFTAR PUSTAKA

Annisah, Nur. 2010. “Penulisan Kata dan Unsur Serapan”, (Online),

(http://ritoaga_simangambat.blogspot.com/2010/11/

makalah_penulisan_kata_dan_unsur.html/ diakses 21

November 2011).

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Pedoman

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan . Jakarta

Yamilah, M. dan Slamet Samsoerizal. 1994. Bahasa Indonesia untuk

Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC

22

Page 20: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

SOAL

1. Kata yang belum mengalami morfologis dan dapat menempati posisi sebagai

subjek, predikat, objek, maupun keterangan disebut.....

a. Kata benda

b. Kata ulang

c. Kata dasar

d. Kata gabung

e. Kata keterangan

2. Berikut ini merupakan penulisan awalan yang benar, kecuali.....

a. Belajar

b. Menyuci

c. Bekerja

d. Merawat

e. Bersantai

3. Yang dimaksud dengan anomali adalah.....

a. Penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa.

b. Kepaduan bahasa.

c. Penyimpangan dalam penulisan.

d. Keteraturan kalimat.

e. Perpaduan antara beberapa kalimat.

4. Analogi Dalam Sistem Ejaan, menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke

dalam bahasa lndonesia dapat dibagi ke dalam..... golongan

a. Satu

b. Tiga

c. Lima

d. Enam

e. Dua

5. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk dan ditulis

secara.....

23

Page 21: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

a. Tergabung

b. Bersambung

c. Terperinci

d. Terpisah

e. Berulang

Esai

1. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata ulang!

24

Page 22: penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah

JAWABAN

Pilihan ganda

1. C

2. B

3. A

4. E

5. D

Esai

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata ulang :

a. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur yang pertama

saja.

b. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjectiva ditulis dengan

mengulang unsur pertama atau unsure keduanya dengan makna yang

berbeda.

c. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.

25