Upload
rizano-ahdiat-r
View
384
Download
53
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal Skripsi ANALISIS KINERJA SAHAM INDIVIDUALPADA INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2013
Citation preview
ANALISIS KINERJA SAHAM INDIVIDUALPADA INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
JANUARI 2013-DESEMBER 2013
Proposal Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ekonomi dunia yang kini sedang dalam proses globalisasi didorong oleh berbagai
faktor-faktor penentu seperti kemajuan di bidang teknologi dan informasi, liberalisasi arus
modal, dan berbagai kebijakan fiskal masing-masing negara di dunia, telah menempatkan
perusahaan pada posisi penting, baik di negara maju dan berkembang. Kontribusi perusahaan
dewasa ini sangat mendorong laju pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.
Secara umum perusahaan adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti
bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi
pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah
selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan
dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan
barang atau jasa tersebut. Oleh sebab itu perusahaan perlu pemodalan untuk melanjutkan
proses produksi barang/jasa tersebut, maka manajer keuangan perlu mencari dana baik
melalui pasar keuangan dan pasar modal. Pasar modal secara jangka panjang memberikan
alternatif pendanaan eksternal dengan biaya rendah daripada sistem perbankan. Dalam sudut
pandang investor, pasar modal adalah alternatif investasi sehingga investor mempunyai
pilihan investasi yang akan memberikan keuntungan berupa return (tingkat pengembalian).
Menurut Marzuki Usman (1989), pasar modal adalah pelengkap di sector keuangan terhadap
dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya
yaitu menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal
(investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut emiten (perusahaan yang go public).
Investasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh investor didalam menanamkan
dananya pada berbagai jenis pilihan investasi di pasar modal, yang bertujuan memperoleh
keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi adalah suatu komponen dari PDB (Produk
Domestik Bruto). Investasi terdiri dari 2 (dua) jenis investasi yaitu investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment). Investasi langsung (direct
investment) adalah investasi pada asset riil (aktiva berwujud) seperti: pembelian asset
produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan / perkebunan, dan lain-lain. Sedangkan
ivestasi tidak langsung (indirect investment) atau sering disebut juga investasi portofolio
adalah investasi pada asset finansial (financial assets) seperti deposito, sertifikat BI, saham,
obligasi, opsi, warrant, tabungan, surat berharga pemerintah dengan tingkat pengembalian
tertentu.
Dalam berinvestasi, khususnya dalam bentuk saham adalah investasi yang mengandung
keuntungan yang pasti. Dalam melakukan invesasi pemodal selalu tidak terlepas dari unsur
ketidakpastian return yang berupa risiko, dikarenakan pemodal tidak mengetahui secara nyata
hasil yang kan diperoleh dari investasi yang dilakukan tersebut. Oleh sebab itu suatu
keterampilan dan informasi yang akurat dibutuhkan dalam meramal dan membaca pergerakan
harga-harga saham yang ada, kemudian menafsirkannya sebagai landasan dalam langkah
awal dalam berinvestasi.
Menurut Eduardus Tandellin (2001, hal. 47) tujuan investor dalam berinvestasi adalah
memaksimalkan return tanpa melakukan faktor risiko invasi yang harus dihadapinya. Investor
juga akan dihadapkan pada risiko yang mungkin akan terjadi pada saat melakukan investasi.
Dalam menghadapi risiko investasi maka investor perlu siasat dalam risiko tersebut dengan
investasi yang efisien. Menurut Suad Husnan (1994, 169) Investasi yang efisien adalah
investasi yang memberikan risiko tertentu dengan tingkat keuntungan yang terbesar dengan
risiko terkecil. Dengan demikian investor harus memikirkan cara agar bisa mendapatkan
return yang maksimal dengan risiko tertentu, atau mendapatkan return terntentu dengan risiko
yang minimal.
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana
bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Dalam Undang-Undang Pasar Modal
(No. 8 tahun 1995) mendifinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Menurut Saad Husnan (1994) ada beberapa daya tarik pasar modal diantarnya adalah:
Pertama, diharapkan pasar modal dapat menjadi laternatif penghimpun dana selain sistem
perbankan. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Ketiga, investasi dipasar modal
memiliki likualiditas sehingga pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang
efieien. Keempat, tidak adanya biaya intermediasi. Pasar Modal memiliki peran penting bagi
perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama
sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar
modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan
lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada
instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Menurut Tjipto Darmadji (2001, hal 80) mengartikan pasar modal sebagai pasar untuk
menjualbelikan berbagai macam instrument keuangan berjangka panjang, baik dalam hutang
maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Eduardus Tandelilin (2001, hal 13) pasar modal
adalah pertemuan antar pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Pasar modal memiliki cakupan antara lain pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar
perdana adalah pasar dimana pertama kalinya efek baru dijual kepada investor oleh
perusahaan yang mengeluarkan efek tersebut. Penjualan ini disebut penawaran perdana
(IPO), pada pasar sekunder saham yang dikeluarkan pada pasar pedana diperdagangkan
antara investor. Di indonesia, pasar sekunder dilakukan di Bursa Efek Indonesia.
Menurut Husnan (1998), bursa efek adalah perusahaan yang jasa utamanya adalah
mneyelanggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder. Sedangkan menurut
Eduardus Tandelilin (2001, hal 33), bursa efek yaitu perusahaan sekuritas yang bergabung
bersama membentuk bursa efek. Oraganisasi-organisasi tersebut menetapkan berbagai
peraturan yang dengan serta merta dikiuti oleh anggotanya agar berperilaku sedemikian rupa.
Bursa diharapkan dapat memacu kinerja perusahaan sekuritas yang pada akhirnya akan
menarik minat pemodal untuk berinvestasi secara nyaman, tertib dan murah dipasar modal.
Bursa Efek Indonesia hingga saat tahun 2013 tercatat beranggotakan 502 perusahaan
yang dikelompokkan dalam 36 industri. Salah satu industri yang masuk di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2013 adalah industri Telemunikasi (TELECOMMUNICATION) yang
terdiri dari 6 perusahaan yaitu: Bakrie Telecom, Tbk., XL Axiata, Tbk., Smartfren Telecom,
Tbk. Inovisi Infracom, Tbk., Indosat, Tbk,. Dan Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk.
Pertumbuhan industri telekomunikasi pada 2014 pada kisaran 7%-8%, terutama
didorong oleh masih tingginya minat masyarakat terhadap gadget dan pertumbuhan bisnis
layanan data yang diperkirakan naik sekitar 55% dari tahun lalu. Bisnis layanan data masih
memiliki ruang yang besar untuk tumbuh, karena penetrasi layanan data secara mobile masih
di bawah 50%, apabila dibandingkan penetrasi kartu seluler yang sudah mencapai 100% dari
populasi penduduk Indonesia.Selain itu, tren konsolidasi antar operator yang dimotori oleh
PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Axis Telekom Indonesia (Axis) akan membuat
persaingan semakin aktraktif. Didalam penelitia ini data yang digunakan adalah Indeks Harga
Saham Individual dari 6 Perusahaan yang termasuk dalam klasifikasi industri Telekomunikasi
periode Januari 2013-Desember 2013 yang dapat disajikan dalam tabel 1.1:
Tabel 1.1 Data Indeks Harga saham Individual pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2013-Desember 2013
Periode Januari 2013 - Desember 2013
NoKode
Perusahaan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Aug Sept Okt Nov Des
1 BTEL 46912 46912 106583 46912 46913 46913 46913 46912 46912 46912 46912 46913
2 EXCL 250000 272500 2000000 255000 250000 255000 255000 233750 212500 223750 250000 260000
3 FREN 5000 5111 1800016 5056 4722 4056 4056 3278 3389 3611 2778 3000
4 INVS 13370784 13466977 51979 12216 10773562 10914256 10914256 6877476 4036780 5756149 9867683 10017194
5 ISAT 485714 453571 1400000 428571 371429 357143 357143 294643 296429 314286 275000 296429
6 TLKM 1022048 1132682 949075123277
9 1164285 1253846 1253846 1156160 1103608 1234990 1143022 1129884
JUMLAH 15180458 15377753 6307653198053
4 12610911 12831214 12831214 8612219 5699618 7579698 11585395 11753420
Rata-Rata 2530076 2562959 1051276 330089 2101819 2138536 2138536 1435370 949936 1263283 1930899 1958903
Perkembangan (%) 1% -59% -69% 537% 2% 0% -33% -34% 33% 53% 1%
Tertinggi 13370784 13466977 2000000123277
9 10773562 10914256 10914256 6877476 4036780 5756149 9867683 10017194
Terendah 5000 5111 51979 5056 4722 4056 4056 3278 3389 3611 2778 3000
Sumber: Diolah dari Indonesia Monthly Report 2013, IDX.co.id
Berdasarkan tabel 1.1 diatas terlihat bahwa Indeks Harga Saham Individual 6
perusahaan yang termasuk dalam industri Telekomunikasi dalam bulanan sangat berfluktuasi
selama periode Januari 2013-Desember 2013 tersebut. Perkembangan saham tiap bulan
adalah sebagai berikut, Februari sebesar 1%, Mar -59%, April -69%, Mei 537%, Juni 2%, Juli
0%, Agustus -33%, September -34%, Oktober 33%, November 53% dan Desember 1%.
Kinerja yang baik tidak dapat diukur melalui nilai indeks yang tinggi. Oleh karena itu
perlunya dilakukan penilaian terhadap masing-masing perusahaan sehingga mengetahui
kinerja dari saham perusahaan tersebut. Dengan fluktuasinya indeks harga juga berarti
menunjukkan ketidakpastian tingkat return yang akan diterima oleh investor. Hal-hal diatas
merupakan salah satu aspek penilaian investor maupun calon investor untuk menanamkan
modalnya dipasar modal yang mana menentukan saham yang kan di investasikannya.
Menurut Eduards Tandelilin (2001, hal 2013) dalam memilih saham-saham terbaik,
investor bisa melakukan analisis secara individual ataupun dengan memanfaatkan jasa
konsultasi analis saham. Jika Investor mempunyai akses informasi yang baik dan kecakapan
dalam analisis saham dan pilihan saham, investor dapat melakukan pemilihan saham secara
individual.
Untuk melakukan pengukuran dan evaluasi digunakan beberapa alat ukur indeks
tunggal untuk mengevaluasi kinerja relatif dari para manajer keuangan. Alat ukur evaluasi
kinerja ini tidak dapat menentukan bagaimana dan mengapa manajer keuangan dapat
memiliki kinerja yang lebih baik maupun lebih buruk dari tolok ukur tersebut. Menurut Adler
Haymans Manurung (2007, hal 18) Tiga alat ukur, atau index tersebut adalah Treynor Index
(RVOL), Sharpe Index (RVAR) dan Jensen Index. Ketiga index ini mengasumsikan adanya
hubungan linear antara pengembalian (return) portofolio dengan pengembalian dari beberapa
index pasar.
Indeks Treynor (RVOL) merupakan alat ukur kelebihan pengembalian per unit risiko.
Kelebihan pengembalian ini didifinisikan sebagai selisih antara pengembalian portofolio
dengan tingkat pengembalian bebas risiko pada periode evaluasi yang sama. Indeks Sharpe
digunakan untuk mengukur Excess Return to Variability, ukuran ini disebut dengan Reward
to Variability (RVAR). RVAR sendiri merupakan perbandingan antar excess return atau
kelebihan hasil pengembalian bebas risiko (risk free rate) dengan deviasi standar saham
individual dari risiko total. Sedangkan Indeks Jensen menggunakan model Capital Asset
Pricing Model (CAPM) yang membandingkan antara risiko kinerja sekuritas dengan
portofolio pasar. Indeks Sharpe dan Treynor menggunakan pembagi yang berbeda. Menurut
Eduardus Tandelilin (2001:494) Indeks sharpe menggunakan pembagi standar deviasi yang
berarti bahwa indeks Sharpe mengukur risiko total. Risiko total merupakan hasil
penggabungan antara risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Indeks Sharpe
mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai
patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya.
Indeks Sharpe akan bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada
portofolio tersebut. Sedangkan Indeks treynor menggunakan pembagi volatility yang diukur
dengan beta yang menunjukkan risiko sistematis saja. Maka jika sekuritas yang diukur adalah
portofolio optimal maka risiko tidak sistimatis akan terbagi dan yang tersisa hanya risiko
sistimatis, sehingga risiko total akan bernilai sama dengan risiko sistimatisnya dan apabila
terjadi demikian maka indeks akan menghasilkan hasil urutan yang sama.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Indeks Sharpe (RVAR). Indeks Sharpe
tersebut mengukur risiko sebagai total risiko yang sebenarnya terjadi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: “ANALISIS KINERJA SAHAM INDIVIDUAL PADA INDUSTRI
TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE JANUARI 2013-
DESEMBER 2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian pada latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapakah besar return saham individual Industri Telekomunikasi yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013-Desember 2013 ?
2. Berapakah besar risiko saham individual Industri Telekomunikasi yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013-Desember 2013?
3. Bagaimanakah kinerja saham-saham individual pada industri Telekomunikasi yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013-Desember 2013?
4. Bagaimankah peringkat kinerja saham-saham individual pada Industri
Telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013-
Desember 2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :“Untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh kinerja saham-saham individual pada Industri
Telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013-
Desember 2013”.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu:
1. Bagi Investor dan calon investor sebagai masukan informasi yang bermanfaat untuk
mengambil keputusan investasi di pasar modal (khususnya saham) dan startegi dalam
ber investasi pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pasar modal bagi peneliti, khususnya pada
saham-saham industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi-Definisi
Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah, sebagai pemahaman terhadap
istilah tersebut maka berikut dijelaskan definis istilah tersebut:
2.1.1 Manajemen Keuangan
Menurut Agus Sartono (2001:6) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai
manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai
bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan
investasi atau pembelanjaan secara efisien. Sedangkan menurut Sutrisno (2003:3)
manajemen Keuangan adalah Sebagai semua aktivitas perusahaan dengan usaha-
usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk
menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Selain itu menurut
Suad Husnan (1998, hal 4) adalah manajemen untuk fungsi kegiatan yang kegiatannya
berkaitan dengan pengaturan keuangan yaitu diantaranya mencari sumber dana untuk
membiayai kebutuhan bagi kegiatan operasional perusahaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan
adalah keseluruhan kegiatan perusahaan yang ditujukan untuk mendapatkan dana bagi
perusahaan dan mengalokasikannya secara seefisien mungkin
2.1.2 Investasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012, 232) investasi adalah penanaman uang atau
modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Sedangkan
menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan
di masa-masa yang akan datang.” Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal
asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula
kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang
dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Dan Mulyadi (2001:284)
menyatakan bahwa : “Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk
menghasilkan laba di masa yang akan datang.” Sehingga dapat diketahui bahwa investasi
adalah pengeluaran sejumlah dana yang ada saat ini baik langsung maupun tidak langsung
untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang.
2.1.3 Jenis-Jenis Investasi
Menurut Bambang Susilo (Pasar Modal 2009:2) investasi dibedakan menjadi
dua, yaitu investasi pada asset nyata (real asset) dan investasi pada aset financial
(financial asset). Invetasi pada asset nyata contohnya seperti pembelian emas, tanah,
real estate atau mendirikan perusahaan. Pada jenis investasi ini investor benar-benar
melakukan investasi secara langsung mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli
asset nyata. Sedangkan investasi pada asset financial adalah dengan membeli
intrumen keuangan, misalnya saham, obligasi, waran, right issue. Instrument ini
bukan berupa asset nyata melainkan hanya berupa kertas klaim (bukti) terhadap
penerbitnya. Dari definisi diatas maka jenis investasi terbagi dua yaitu investasi
langsung dan investasi tidak langsung.
2.1.4 Pasar Modal
Menurut Tjipto Darmadji (2001, hal 80) mengartikan pasar modal sebagai
pasar untuk menjualbelikan berbagai macam instrument keuangan berjangka panjang,
baik dalam hutang maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Eduardus Tandelilin
(2001, hal 13) pasar modal adalah pertemuan antar pihak yang memiliki kelebihan
dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas.
2.1.5 Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang
dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Menurut Husnan (2005:29),
“saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang
memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan
organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu
dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi.
2.1.6 Emiten
Menurut Usman, dkk. (2000:41) dinyatakan bahwa Emiten adalah perusahaan
yang mendapatkan dana dari perusahaan modal, sedangkan menurut Sunariah (2004,
46) emiten adalah pihak yang membutuhkan dana guna membelanjai operasi maupun
rancangan investasi. Dari ke 2 definisi diatas dapat disimpulkan bahwa emiten adalah
perusahaan yang menerbitkan atau menjual saham untuk memperoleh dana melalui
pasar modal guna membelanjai operasi atau rancangan investasi
2.1.7 Harga Saham
Menurut Sawidji (1996;46) Harga saham merupakan tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya
(berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas
(saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Sedangkan menurut
Sawidji Widiatmojo (1996, hal 12) adalah harga jual saham dari investor yang satu
dengan yang lain dipasar sekunder. Dari deinisi diatas harga saham adalah merupakan
kesepakatan antar pembeli dan penjual dalam suatu transaksi bukti kepemilikan assest
perusahaan.
2.1.8 Indeks Harga Saham
Menurut Halim (2003 : 8) Indeks Harga Saham merupakan ringkasan dari
pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh,
terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini IHS tidak saja
menampung kejadian-kejadian ekonomi, tetapi juga menampung kejadian-kejadian
sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian, IHS dapat dijadikan barometer
kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas
kondisi pasar terakhir (current market).
2.1.9 Return
Menurut Samsul (2006: 291), return adalah pendapatan yang dinyatakan
dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini
merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung
disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Dan menurut Eduardus
Tandelilin (2001, hal 7) return adalah harapan keuntungan dimasa yang akan datang
yang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi yang
dilakukan. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa return adalah ekspetasi keuntungan
dalam investasi yang akan dilakukan.
2.1.10 Risiko
Menurut Eduardus Tandelilin (2001, hal 47) risiko investasi bisa diartikan
sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antar return aktual dengan return yang
diharapkan. Dalam investasi risiko terdiri atats dari dua jenis yaitu:
a. Risiko sistimatis, karena dampak risiko ini tidak adapat dihindarkan sebagai
akibat kondisi perekonomian secara umum, sehingga berpengaruh terhadap semua
perusahaan.
b. Risiko tidak sistimatis, yaitu risiko yang dapat dihindarkan dengan melakukan
diversifikasi investasi dengan melakukan portofolio saham.karena risiko tidak
sistimatis ini berkaitan dengan kondisi perusahaan secara spesifik, sehingga
berpengaruh terhadap sekelompok kecil perusahaan.
2.1.11 Kinerja Saham
Dalam melakukan penilaian kinerja saham digunakan variabel-variabel yang
relevan, variabel tersebut adalah tingkat keuntungan dan risiko. Ukuran-ukuran yang
digunakan dalam penilaian kinerja saham diantaranya dalah Rasio Reward to
Volatility (RVOL), Reward to Variabelity (RVAR) dan Indeks Jensen.
2.1.12 Reward to Volatility (RVOL)
Pengukuran kinerja portofolio ini dikembangkan oleh Jack L Treynor, yang
juga merupakan orang pertama yang menyediakan pengukur komposit kinerja
portofolio yang memperhitungkan tingkat risiko. Tujuannya untuk menemukan
ukuran kinerja yang dapat diaplikasikan kepada seluruh investor dengan tidak
mempedulikan preferensi risiko personal. Treynor uga menyarankan bahwa ada
komponen risiko, yaitu risiko yang dihasilkan dari fluktuasi di pasar dan risiko yang
muncul dari fluktuasi sekuritas individual. Treynor memperkenalkan konsep garis
pasar sekuritas yang mendefinisikan hubungan antara hasil portofolio dan tingkat
hasil pasar, dimana kemiringan garis mengukur volatilitas relatif antara portofolio dan
pasar (yang diwakili dengan beta). Koefisien beta secara sederhana mengukur
volatilitas saham, portofolio atau pasar itu sendiri. Semakin besar kemiringan garis
maka semakin baik tradeoff risiko – hasil. Pengukuran kinerja menggunakan indeks
Treynor sering disebut dengan reward to volatility ratio.
2.1.13 Reward to Variabelity Ratio (RVAR)
Indeks Sharpe diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko
portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi. William
Sharpe (1994, hal 49) memberikan komposisi untuk pengukuran kinerja sekuritas
yang dikenal dengan Reward to Variabelity Ratio (RVAR) atau disebut juga indeks
Sharpe. RVAR merupakan perbandingan antara excess return atau kelebihan hasil
pengembalian bebas risiko (risk free rate) dengan deviasi standar saham individual
dari Risiko total. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar
modal ( Capital Market Line – CML ) sebagai patokan.
2.1.14 Indeks Jensen
Merupakan pengukuran indek yang memperhitungkan kelebihan hasil (excess
return) yang diperoleh sebuah portofolio melebihi hasil yang diharapkan. Indeks
Jensen menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio
dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar
modal.
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan dari penilitian ini dikemukakan pula penelitian-penelitian
sebelumnya, yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Khuluqon Azima (2011, Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Jambi) dengan judul “ Analisis Kinerja Saham Individual pada
Industri Asuransi di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2009
yang menggunakan pendekatan indeks Sharpe. Dengan masalah penelitian yaitu
bagaimana kinerja saham individual Industri Asuransi yag terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia periode Januari 2009-Desember 2009.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Return saham individu pada industri asuransi di Bursa Efek Indonesia
tahun 2009, tidak secara keseluruhan memiliki return saham yang benilai
positif. Sehingga dapat diaktakan bahwa pada umumnya tidak semua
saham-saham individual pada industri Asuransi yang memiliki return
tertinggi juga memiliki tingkat risiko yang tinggi.
2. Saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi juga belum tentu memiliki
tingkat return yang besar pula.
3. Peringkat kinerja saham-saham Individual pada industri Asuransi di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2009 dilihat dari hasil kinerja saham atau nilai
RVAR, perusahaan yang memiliki peringkat saham tertinggi adalah PT.
Maskapai Reasuransi Ind Tbk (MREI) dengan RVAR bernilai positif
terbesar yaitu sebesar 0.701634347 atau 70.16% dan peringkat terendah
adalah PT Asuransi Bintang Tbk. (ASBI) bernilai negatif terkecil sebesar -
0.431818499 atau -43.18%
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Anggun Betari (2007, Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Jambi), dengan judul “ Analisis Kinerja Saham Individual
Pada Industri Otomotif dan Komponennya (Automotive and Components) di
Bursa Efek Jakarta Periode Januari-Desember 2005 (menggunakan pendekatan
Reward to Variability)’. Dengan masalah penelitian yaitu bagaimana Kinerja
Saham-saham Individual pada industri otomotif dan Komponennya yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta peiode Januari-Desember 2005.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Umumnya tidak semua saham-saham individu pada industri Otomotif dan
Komponennya (Automotive and Components) yang memiliki return tinggi
juga memiliki tingkat risiko yang tinggi pula.
2. Saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi juga belum tentu memiliki
tingkat return yang besar pula.
3. Saham-saham pada industri Otomotif dan komponennya (Automotive and
Components) yang memiliki return tinggi belum tentu lebih baik karena harus
diikuti dengan tingkat risiko yang besar pula. Maka dilakukan pengukuran
kinerja saham-saham pada industri otomotif dan komponennya (Automotive
and Components) dengan menggunakan indeks sharpe, dengan rata-rata
kinerja saham yang paling buruk selama Jeriode januari-desember 2005.
2.3 Kerangka Teoritis
Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama
periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan
nilai investasi di masa yang akan datang. Tujuan utama investor yang akan dicapai
dalam kegiatan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan serta meningkatkan
kesejahteraan investor baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Hal yang
sangat perlu diperhatikan bagi seorang calon investor sebelum melakukan investasi
pada perusahaan tertentu yaitu memastikan bahwa apakah investasinya tersebut akan
mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang ekpestasikan atau
tidak. Hal ini agar bisa dijadikan landasan keputusan seorang investor dalam
menginvestasikan dananya tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Peneletian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek adalah semua perusaah pada Industri
Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2009-Desember 2009, yang terdiri
dari 6 perusahaan. Kesemua perusahaan ini telah memenuhi kualifikasi sebagai berikut yaitu
semua perusahaan memiliki harga saham individuak. Berikut pada tabel 3.1 adalah
perusahaan yang masuk dalam industri Telekomunikasi tersebut:
Tabel 3.1 Nama-nama Perusahaan pada industri Asuransi di Bursa Efek Indonesia Periode
Januari 2009-Desember 2009.
NO KODE
PERUSAHAAN
NAMA PERUSAHAAN
1 BTEL Bakrie Telecom, Tbk.,
2 EXCL XL Axiata, Tbk.,
3 FREN Smartfren Telecom, Tbk.
4 INVS Inovisi Infracom, Tbk.,
5 ISAT Indosat, Tbk,.
6 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk
Sumber: Data olahan Indonesia Monthly Statistics 2013, IDX.co.id.
3.2 Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sedangkan sumber data laporan keuangan ke 6 Industri Telekomunikasi yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini dari indeks harga saham individual Bursa Efek
Indonesia 2013, suku bunga sertfikat Bank Indonesia (SBI) berjangka satu bulanan
pada tahun 2013, gambaran perusahaan, serta literatur-literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini.
3.3 Sumber Data
Sumber data yang akan dianalisis adalah data sekunder, yang bersumber dari:
1. IDX.co.id (Situs resmi Bursa Efek Indonesia).2. BI.go.id (Situs Resmi Bank Indonesia).3. Dan berbagai literature-literatur yang ada dan berhubungan dengan penelitian
penulis.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian metode yang penulis gunakan adalah Library
Research yaitu dengan cara pengumpulan data sekunder yang berupa data indeks
harga saham bulanan, suku bunga Bank Indonesia (SBI), buku-buku, artikel, jurnal,
internet dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode analisis sebagai berikut:
1. Deskriptif Kuantitatif
Yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan data yang ada dari tahun
ketahun dan menghitung perubahan yang terjadi.
2. Deskriptif Kualitatif
Yaitu metode yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap data yang ada
dengan menggunakan teori atau konsep yang relevan sebagai acuan sehingga
diperoleh hasil analisis yang sesuai dengan yang diharapkan.
3.6 Alat Analisis
Dalam penelitian yang dilakukan, data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan alat analisis sebagai berikut:
1. Untuk menghitung return saham individual pada industri Asuransi digunakan rumus
sebagai berikut:
R(i) = IHS t−IHS t−1
IHS t−1
Dimana:
Ri = Return masing-masing saham
IHSt = Indeks Harga Saham pada periode ke t
IHSt-1 = Indeks Harga Saham pada periode t-1
Sumber: Jogiyanto Hartono, 2007, hal 32
2. Untuk menghitung risiko total dari saham individual pada industri Telekomunikasi ini
digunakan rumus sebagai berikut:
√∑ ( Ri−Ri)2
t-1
Dimana:
= Tingkat Risiko saham individu
Ri = Return Individual
Ri=rata−rata returnindividual
t = Jumlah pengamatan
Sumber: Jogiyanto Hartono, 2007, hal 247
3. Untuk mengetahui kinerja saham individual pada Industri Asuransi dan
Komponennya digunakan indeks Sharpe dengan rumus sebagai berikut
RVAR = Excess Return
Risk
= Ri−Rf
σ
Dimana:
Ri = Total Penegembalian saham rata-rata
Rf= Tingkat pengembalian Bebas Risiko Rata-rata
= Deviasi Standar
Sumber: William F Sharpe, 1994
4. Untuk menentukan peringkat kinerja saham-saham individual pada industri
Telekomunikasi ini dilakukan dengan mengurutkan berdasarkan peringkat tertinggi
RVAR ke peringkat terindah.
Dalam menunjang penghitungan penelitian kali ini peneliti menggunakan alat bantu
software yaitu Microsoft Excel 2013
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suhardi, 1994, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, AMPYKPN, Yogyakrta.
Eduardus Tandelilin, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE,
Yogyakarta.
Jogianto Hartono, 2008, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kelima, BPFE UGM,
Yogyakarta.
Agus Sartono, tanpa tahun terbit, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Edisi 4).
Adler Haymans Manurung, tanpa tahun terbit, Pengelolaan Portofolio Obligasi.
http://chandraekapurwanto.blogspot.com/2013/03/bursa-efek-1.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_efek
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-investasi.html
http://mbegedut.blogspot.com/2012/07/pengertian-definisi-investasi-menurut.html
http://ekonomi.kabo.biz/2011/02/indeks-harga-saham.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-indeks-harga-saham-gabungan.html
http://eprints.uny.ac.id/9032/3/bab%202%20-08412144003.pdf
http://dinafadhillahs.blogspot.com/2013/04/investasi-dan-penanaman-modal.html
www.IDX.go.id
www.BI.go.id
www.finance.yahoo.co.id