Upload
istana-walet
View
10.723
Download
2
Embed Size (px)
Pengaruh Modifikasi Media Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Di Tingkat SLTP
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Suatu realita sehari-hari di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bidang
studi Pendidikan Jasmani berlangsung, masih banyak guru yang belum
memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam
menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran melainkan
hanya menggunakan talk and chalk (berbicara dan kapur tulis), sementara materi-
materi dalam Pendidikan Jasamani (Penjas) dilakukan tidak hanya di dalam ruangan
saja/kelas yang dalam arti teori melainkan praktek di lapangan. Dalam praktek di
lapangan sering sekali didapati pembelajaran Penjas yang kurang efektif dan efisien.
Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media atau alat
bantu. Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan menggunakan alat bantu
informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh
siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir
karena tidak tersedianya alat bantu tersebut dan kurangnya kreativitas para guru.
Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu di sekolah menjadi salah satu faktor
penyebab guru malas dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehingga
hanya bermodalkan talk and chalk.
Hal ini sering kita jumpai dalam KBM bidang studi Penjas yang efeknya dapat
mengkondisikan siswa dalam situasi Duduk Diam Catat Hafal (DDCH). Hal ini tentu
bertentangan dengan tujuan pengajaran Penjas yang sangat kompleks yang
seharusnya bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan
sosial, melainkan hanya aspek kognitifnya. Di samping itu, hal ini tentu bertentangan
dengan harapan masyarakat (orang tua anak) yang menginginkan anak–anaknya
tumbuh lebih kreatif, dapat menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya secara efektif dalam pemecahan masalah–masalah sehari-hari yang
kontekstual.
Hal ini sesuai dengan tuntutan dari UU RI No: 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2A : “Pendidikan dan tenaga kependidikan
berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yang menjadi
masalah dalam hal ini adalah :
1. Apakah penggunaan media (alat bantu) dapat membantu kelancaran proses
pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah yang lebih efektif dan efisien?
2. Bagaimana caranya memodifikasi alat bantu peluru dan pelampung dengan
memanfaatkan limbah masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk membuka wawasan
bagi para guru Pendidikan Jasmani untuk lebih kratif dan inovatif dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya.
2. Manfaat
Dengan dibuatnya karya tulis ini diharapkan para guru pendidikan jasmani
termotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain media/alat bantu
pembelajaran materi yang efektif dan efisien
BAB II
A. Hakekat Media
Dr. Soepartono dalam bukunya, “Media Pembelajaran” (2000:3) menyatakan
bahwa media adalah kata jamak dari medium, berasal dari bahasa Latin yang berarti
perantara atau pengantar. Pengertian secara harfiah ini selanjutnya menurunkan
berbagai definisi media seirama dengan perkembangan teknologi dalam pendidikan
seperti yang dikatakan dosen Program D2 PGSD Pendidikan Jasmani (1991),
Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan
media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk memproses penyaluran
informasi. Sedang National Education Association (NEA) mendefinisikan bahwa
media adalah segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta perantinya untuk kegiatan tersebut. Media sering juga disebut
sebagai perangkat lunak yang bukan saja memuat pesan atau bahan ajar untuk
disalurkan melalui alat tertentu tetapi juga dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemauan sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6)
Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat,
atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar
proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran
memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi
pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa
pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
B. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah berasal dari kata belajar. Sebelum kita mengartikan apa itu
pembelajaran, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa arti belajar.
Drs. Husdarta dan Drs. Yudha M. Saputra M.Ed menyatakan dalam bukunya
“Belajar dan Pembelajaran” (2000: 2) bahwa belajar itu dimaknai sebagai proses
perubahan tingkahlaku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Tingkahlaku itu menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Tingkahlaku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapat diamati dan
yang tidak. Tingkahlaku yang dapat diamati disebut dengan behavioral performance,
sedangkan yang tidak dapat diamati disebut behavioral tendency.
Muhibbin Syah M.Ed dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru” (1995:89) menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri. Beberapa pendapat dari para pakar tentang belajar yang dikutip
dari buku “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” (1995:90) karangan
Muhibbin Syah, M.Ed adalah sebagai berikut :
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychology :The Teaching-Learning Proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif.
Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah . . . a
process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F.
Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila ia diberi penguatan (reinforcer).
Skinner, seperti juga Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori belajar
berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa
timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan)
dengan respons. Namun, patut dicatat bahwa definisi yang bersifat behavioristik ini
dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak
sedikit pakar yang menentangnya.
Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam
rumusan. Rumusan pertama berbunyi : . . . . acquisition of any relatively permanent
change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Rumusan keduanya Process of acquiring responses as a result of special practice,
belajar adalah proses memperoleh respons–respons sebagai akibat adanya latihan
khusus.
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can affect the
organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar
apabila mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan lanjutannya, pakar psikologi belajar itu menambahkan bahwa
pengalaman pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat
memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, sampai batas tertentu
pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
organisme yang bersangkutan. Mungkin, inilah dasar pemikiran yang mengilhami
gagasan everyday learning (belajar sehari–hari) yang dipopulerkan oleh Prof. John B.
Biggs.
Witting dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai
any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs
as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi
dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkahlaku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian itu perlu diutarakan sekali lagi bahwa
perubahan tingkahlaku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk,
lelah dan jenuh, tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam
penyampaian informasi dan pesan–pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat
pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat–sifat media tersebut.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media.
Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan
tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.
C. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh
Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, foto, buku,
ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain,
gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip),
transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram.
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer
dan sejenisnya.
5. Benda –benda hidup, simulasi maupun model.
D. Fungsi Media Pembelajaran
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung
dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti
ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak
mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang
dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,
model, maupun bentuk gambar –gambar yang dapat disajikan secara audio
visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas boleh para peserta didik
tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena :
- obyek terlalu besar,
- obyek terlalu kecil,
- obyek yang bergerak terlalu lambat,
- obyek yang bergerak terlalu cepat,
- obyek yang terlalu kompleks,
- obyek yang bunyinya terlalu halus,
- obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak.
Selain itu media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun
secara luas. Munculnya berbagai macam definisi, disebabkan adanya perbedaan
dalam sudut pandang, maksud dan tujuannya adalah :
- Media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran
informasi.
- Media sebagai segala benda yang yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,
dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan
tersebut.
- Media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang
dapat merangsang untuk belajar”.
- Media sebagai wahana fisik yang mengandung intruksional.
- Media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan
kurikuler) supaya terjadi proses belajar mengajar.
- Media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan suatu pesan, dimana media
sebagai teknologi pembawa informasi/pesan intruksional.
- Bila media dipandang secara luas/makro dalam sistem pendidikan, maka media
adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri
peserta didik.
E. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran
adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang
gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan
pesan–pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa
bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh
siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada
satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi
dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi
pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh
siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang
disampaikan.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata–katanya,
tetapi tidak tahu maksudnya)
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif siswa.
Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran
darah.
Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan
belajar.
Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
Membangkitkan motivasi belajar
Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
F. Prinsip–Prinsip Memilih Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari
itulah guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau
tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat
dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran,
yaitu :
1. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media
pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk
informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu
kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu,
apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar
Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula
tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya
proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai
karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun
cara penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media
pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk
menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi
3. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media
pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat
dibandingkan.
G. Peranan Media dan Manfaatnya Dalam Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa dalam komunikasi ini sering terjadi penyimpangan–
penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Penyebab
penyimpangan dalam komunikasi pembelajaran antara lain adanya kecenderungan
verbalisme dalam proses pembelajaran, ketidak siapan siswa, kurangnya minat,
kegairahan siswa dan lain–lain.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal–hal tersebut di atas ialah penggunaan
media dalam proses pembelajaran. Ini disebabkan karena fungsi media dalam proses
pembelajaran adalah sebagai penyaji stimulus (informasi, dan lain–lain) dan untuk
meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Juga dalam hal–hal tertentu
media mempunyai nilai–nilai praktis yang sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun
guru.
Bagi siswa media yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan
dengan warna–warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk berkonsentrasi pada
materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan keinginan dan minat baru
untuk belajar. Dengan media guru juga dapat mengatur kelas sehingga waktu belajar
dapat dimanfaatkan dengan efisien. Manfaat yang lain adalah media dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana
saja tanpa tergantung kepada keberadaan seorang guru.
Manfaat media dalam proses pembelajaran secara umum adalah memperlancar
proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa belajar secara optimal.
Lebih khusus manfaat media diidentifikasikan oleh Kemp dan Dayton (1985) sebagai
berikut :
1. Penyampaian materi dapat diseragamkan
2. Proses instruksional menjadi lebih menarik
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu
sendiri dapat ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Berkaitan dengan penyeragaman materi, guru mungkin mempunyai penafsiran
yang beranekaragam tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini
dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang
melihat atau mendengar uraian melalui media yang sama akan menerima informasi
persis sama dengan yang diterima oleh teman–temannya.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena media dapat menyampaikan
informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual) sehingga dapat
mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu proses atau suatu prosedur yang
bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lengkap dan jelas. Keingintahuan dapat
bangkit melalui media. Untuk menghidupkan suasana kelas, media merangsang siswa
bereaksi terhadap penjelasan guru, membuat siswa ikut tertawa atau ikut sedih. Media
memungkinkan siswa menyentuh objek kajian pelajaran, membantu siswa
mengkongkritkan sesuatu yang abstrak dan membantu guru menghindarkan suasana
monoton.
Media memungkinkan proses pembelajaran lebih interaktif karena adanya
interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Tanpa media guru akan
cenderung berbicara satu arah, namun dengan media guru dapat mengatur kelas
sehingga siswa ikut pula menjadi aktif.
Dengan menggunakan media, waktu lebih efisien. Seringkali seorang guru
terpaksa menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk menjelaskan suatu konsep
atau teori baru karena tidak menggunakan media, misalnya menerangkan teknik
tangan renang gaya bebas pasti memerlukan banyak waktu jika guru hanya
menggunakan metode ceramah tanpa alat bantu lain. Pada hal jika memanfaatkan
media dengan baik, waktu yang dihabiskan pasti tidak sebanyak itu.
Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,
tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah
memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Pemahaman itu akan lebih baik
lagi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami
melalui media. Di samping itu, media dapat memperkuat kecintaan dan apresiasi
siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses mencari ilmu itu sendiri.
Dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran peranan guru lebih
positif karena :
1. Guru tidak banyak mengulang–ulang penjelasannya,
2. Dengan mengurangi waktu untuk menjelaskan maka guru dapat memberikan
perhatiaanya kepada aspek–aspek pembelajaran yang lain, dan
3. Peran guru meningkat bukan hanya sebagai pengajar, tetapi berperan juga
sebagai penasehat, konsultan dan manager.
H. Konsep Modifikasi
Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru
agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah
menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara
meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat
memperlancar siswa dalam belajarnya.
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan
siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi
lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari
aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran.
Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa
dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh karena itu,
pertanyaan-pertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-baiknya.
a. Apa yang dimodifikasi ?
Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru
tentang tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.
Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan,
karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan
media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai
kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang
paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan
dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media
pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan.
Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-
sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam
memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada.
Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu
yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang
semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran
penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru
pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.
Guru pendidikan jasmani di lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya.
Namun apakah mereka memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau
pengembangan–pengembangan kearah itu dengan melakukan modifikasi ?
Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan dan
sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan
dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.
Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan
mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani.
Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak,
melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata
kunci pendidikan jasmani adalah “Bermain–bergerak–ceria”.
b. Mengapa Dimodifikasi ?
Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan.
Seperti yang dikemukakan oleh Ngasmain Soepartono (1997) bahwa alasan utama
perlunya modifikasi adalah :
1. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik dan mental
anak belum selengkap orang dewasa.
2. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, hanya
bersifat lateral dan monoton.
3. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani yang ada sekarang,
hampir semuanya di desain untuk orang dewasa.
Menurut Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar :
Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.
Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi.
Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum
dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotorik anak.
Sedangkan, Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia
dilakukan dengan pertimbangan :
1. Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang
dewasa
2. Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan
mengurangi cedera pada anak
3. Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak
lebih cepat dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan
4. Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada
anak-anak dalam situasi kompetitif.
Beberapa komponen yang dapat dimodifikasi sebagai pendekatan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani diantaranya adalah :
1. Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan,
2. Lapangan permainan,
3. Waktu bermain atau lamanya permainan,
4. Peraturan permainan, dan
5. Jumlah pemain (Aussie : 1996).
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat
digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani,
Kemampuan mengembangkan media pengajaran dan berbagai pendekatan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani harus benar-benar dikuasai
dan dimiliki oleh setiap fasilitator pendidikan jasmani, karena kemampuan
mengembangkan media pengajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran itu
sendiri. Sehingga pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan dapat
benar-benar dirasakan oleh siswa, yang pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan.
1. Apakah proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien dengan
menggunakan media atau alat bantu?
Dengan menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran Pendidikan
Jasmani di SLTP diyakini akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien. Mengapa? Karena dengan pemikiran secara logika untuk mengajari jumlah
siswa kurang lebih 30 orang tanpa menggunakan media atau alat bantu, sangat kecil
kemungkinannya semua siswanya dapat menangkap apa yang diajarkan guru. Dari
kenyataan yang diamati Penulis terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani tanpa
menggunakan media, kebanyakan siswanya komplain dan sebagai dampaknya adalah
siswa lebing senang bermain–main dan bahkan sama sekali tidak ikut dalam proses
pembelajaran.
Dr. Soepartono dalam bukunya “Media Pembelajaran” (2000: 14) menyatakan
bahwa penggunaan media atau alat bantu dalam proses pembelajaran sangat
bermanfaat bukan hanya untuk siswa saja melainkan bermanfaat juga bagi guru.
Kemp dan Dayton (1985) dalam buku karangan Dr. Soepartono “Media
Pembelajaran (2000: 15) juga mengatakan bahwa media itu sangat bermanfaat dalam
proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Penyampaian materi dapat diseragamkan
2. Proses instruksional menjadi lebih menarik
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu
sendiri dapat ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
2. Bagaimana memodifikasi media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan
Jasmani di tingkat SLTP.
Dalam pengadaan media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di
tingkat SLTP dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas masyarakat.
Dalam hal ini penulis membatasi cara pengadaan media pembelajaran yaitu
pengadaan media atau alat bantu pembelajaran tolak puluru dan renang.
1. Pengadaan peluru
Peluru dapat dibuat dengan bahan–bahan sebagai berikut: bola pelastik, pasir,
semen, air, timbangan. Proses pembuatannya adalah semen, pasir, dan air dicampur
dan diaduk dengan merata sesuai dengan porsinya. Setelah agak kering dan merata,
dimasukkan ke dalam bola plastik berukuran sedang kira – kira berdiametr 10 cm
yang sudah dibuat lobang kecil dan diisi penuh kemudian dikeringkan. Setelah
kering, bola yang berisi campuran itu ditimbang dan diujicobakan.
2. Pengadaan pelampung
Pelampung adalah salah satu media atau alat bantu yang dapat digunakan dalam
pembelajaran teknik dasar renang. Dalam hal ini pelampung dapat dibuat dengan
menggunakan botol akua berukuran sedang, benang pancing (nilon), lem setan, tali
pelastik, yang dirancang dan didesain sedemikian rupa.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembelajaran pendidikan jasmani dapat dikatakan sukses, jika mampu
membangkitkan suasana belajar pada siswa. Perlu diingat baik-baik, bahwa
pendidikan jasmani itu tidak diartikan sempit, hanya sebagai kesempatan bagi siswa
untuk mendapatkan kegiatan sebagai penyeleksi bukan belajar, atau sekedar
mengamankan siswa supaya tertib.
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, tujuan
yang ingin dicapai bersifat menyeluruh mencakup domain kognitif, afektif dan
psikomotor. Dengan kata lain bahwa melalui aktivitas jasmani anak diarahkan untuk
belajar, sehingga terjadi perubahan perilaku, tidak saja menyangkup fisikal, tetapi
juga intelektual, emosional, sosial dan moral. Untuk itu agar beberapa perubahan
tercipta, maka guru pendidikan jasmani lebih kreatif dalam menganalisis setiap
bentuk pelayanan pembalajaran.
Jadi, dari pembahasan di atas bahwa media atau alat bantu itu sangat
bermanfaat bagi keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani
dan juga bermanfaat bagi guru. Dalam pengadaannya juga tidak terlalu sulit, hanya
butuh kemauan dan kreatifitas dari guru.
B. Saran
Pembelajaran selalu bertitik tolak dari perumusan tujuan. Tujuan yang tidak
realistik akan menimbulkan frustasi dan mengorbankan wabah kegagalan pada siswa.
Pembelajaran pendidikan jasmani yang sukses memberikan pengalaman berhasil
kepada siswa. Kerena itu, rumuskan tujuan dari pada pembelajaran pendidikan
jasmani, dan kemudian dianalisis model, metode strategi ataupun pendekatan
pembelajarannya yang sesuai dengan asas praktis pengajaran, dan yang penting untuk
diperhatikan dimana pengajaran tersebut berorientasi serta berlandasan pada tingkat
perkembangan, pertumbuhan dan kebutuhan siswa.
Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada semua guru Pendidikan Jasmani
agar tidak mudah putus asa dalam mengajarkan materi-materi dalam mata pelajaran
Penjas, dan sekaligus mengajak para guru untuk berkreasi menyalurkan ide–ide yang
mereka miliki yang mungkin selama ini terpendam dalam pengadaan media atau alat
bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di tingkat SLTP. Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi setiap pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Cholik dan Lutan (1996), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta: Depdikbud.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Fery (2009), konsep Pendidikan Jasmani. Internet:http://en.wikipwdia.org
Lutan (2002), Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga
Depdiknas.
Sukintaka (2004), Teori Pendidikan Jassmani (Filosofi Pembelajaran dan Masa
Depan). Bandung: Nuansa
Wahjudi (2009), Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Bucher (1983), Fundation Of Physycal Education And Sport. (9th ed). St. Louis,
Missouri: The Mosby Co.
Internet :
http://pojokpenjas.blogspot.com/2008/12/modifikasi-pembelajaran-pendidikan.html
http://media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran
http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-media-pembelajaran.html