Click here to load reader
Upload
muliadin-forester
View
1.446
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk menjadi Penyuluh Pertanian yang profesional
Citation preview
TUGAS MATA KULIAH
ETIKA PROFESI PENYULUH PERTANIAN
MAKALAH
“MEMBANGUN PROFESIONALISME PENYULUH PERTANIAN
MENUJU PELAYANAN PRIMA”
OLEH
MULIADIN
NIRM. 07.1.2.12.1426
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MALANG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2014
MEMBANGUN PROFESIONALISME PENYULUH PERTANIAN
MENUJU PELAYANAN PRIMA
A. Pendahuluan
Dewasa ini peran Penyuluh Pertanian semakin diperlukan oleh masyarakat
seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang ada dalam hal budidaya,
pengolahan hasil, sampai dengan pemasaran hasil. Sudah barang tentu seorang
Penyuluh Pertanian harus bisa membekali serta mengembangkan diri dengan segala
potensi yang dimilikinya sehingga diharapkan akan bisa selalu exis dalam mengikuti
perkembangan, selalu mengembangkan potensi diri hendaklah menjadi suatu kebiasaan
yang selanjutnya akan menjadi budaya kerja yang mana merupakan suatu manajemen
yang meliputi pengembangan, perencanaan, produksi dan pelayanan suatu produk yang
berkualitas dalam arti optimal, ekonomis dan memuaskan pelanggan (Pelayanan Prima).
Untuk mencapai hal tersebut perlu adanya tahap Transformasi Nilai, dimana
Transformasi dapat diartikan suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri kita pribadi
karena memandang sesuatu pekerjaan, tujuan, lingkungan dan lain-lainnya. Proses
perubahan tersebut merupakan aktualisasi nilai-nilai yang kita miliki untuk menyikapi
sesuatu tersebut di atas, sehingga mampu melakukan tindakan yang lebih baik
tergantung pada pertimbangan situasi dan kondisi yang relevan.
Dengan demikian Penyuluh Pertanian harus mempunyai pola pikir sebagai
seorang leader bukan seorang follower, sehingga tertanam pada pola pikir Penyuluh
Pertanian bahwasanya kerja sebagai ibadah, taat peraturan, meningkatkan kerja sama,
tidak rentan terhadap perubahan, memberikan pelayanan yang terbaik, profesional, selalu
meningkatkan kompetensi, bekerja sesuai peraturan yang berlaku.
B. Pengertian Profesionalisme
Profesi diukur berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan yang dimiliki.
Dalam dunia keprofesian kita mengenal berbagai terminologi kualifikasi profesi yaitu :
profesi, semi profesi, terampil, tidak terampil, dan quasi profesi.
Bulle seperti dikutip Gilley Dan Eggland (1989) mendefinisikan profesi sebagai
bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan, dimana keahlian dan pengalaman
pelakunya diperlukan oleh masyarakat.Definisi ini meliputi aspek yaitu :
a. Ilmu pengetahuan tertentu
b. Aplikasi kemampuan/kecakapan, dan
c. Berkaitan dengan kepentingan umum
Aspek-aspek yang terkandung dalam profesi tersebut juga merupakan standar
pengukuran profesi penyuluhan
C. Menakar Profesionalisme Penyuluh Pertanian
Upaya meningkatkan profesionalisme penyuluh pertanian pada hakekatnya
adalah memandang, mengembangkan serta menempatkan penyuluh pertanian secara
wajar, sebagai manusia yang mempunyai aspirasi, keinginan, ambisi, cita-cita,
kebutuhan, kelemahan dan kelebihannya masing-masing melalui upaya-upaya yang
terarah dan sistemaits dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, dan
peningkatan kemampuan diri dengan melibatkan berbagai pihak.
Oleh karena itu untuk menakar profesionalisme penyuluh perlu memahami
kriteria profesionalisme penyuluh pertanian dalam memberikan pelayanan dan
kemudahan kepada petani baik individu maupun kelompok dalam melaksanakan tugas
pendampingan di tempat tugasnya dengan mencermati sikap sebagai berikut :
a. Komitmen yaitu dalam melaksanakan tugas pekerjaannya selalu terikat dalam jalur
kebijaksanaan, strategi, prosedur, tata kerja dan aturan yang berlaku dalam unit kerja.
b. Rasional, yaitu mengutamakan rasio, penalaran dan perimbangan obyektif dalam
mengambil keputusan dan dalam melaksanakan keputusan itu. Dalam kaitannya
dengan hal ini, ada 3 (tiga) cara berfikir utama yang diperlukan, yaitu: 1). Berfikir
analistis yaitu mencari jawaban yang benar dan didasarkan pada hasil diskusi yang
logis, fakta dan data. 2). Berfikir kreatif yaitu mencari jawaban yang benar dengan
mengembangkan imajinasi disamping fakta data dan informasi. 3). Berfikir
konsepsional yaitu meramalkan dan membangun masa depan lewat imajinasi dengan
merangkai kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
c. Etika, yaitu memperhatikan dan mematuhi norma-norma dan nilai sosial budaya, tata
krama dan sopan santun yang berlaku dalam masyarakat dan ingkungan kerjanya.
Baik sewaktu berinteraksi dengan atasan, rekan sekerja dan bawahan maupun
sewaktu berhubungan dengan pihak luar Penyuluhan pertanian itu sendiri perlu dilihat
sebagai sosok yang memiliki potensi kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri
dalam merencana, mengelola dan mengembangkan tugas dan upaya meningkatkan
prestasi dan kinerjanya dalam menghadapi tantangan berat dalam persaingan global.
Untuk itu, selain mencermati sikap yang ditunjukkan pada saat diberi tugas dan
tanggung jawab perlu juga memperhatikan sosok asli penyuluh pertanian yang
bersangkutan.
Sosok penyuluh pertanian profesional yang diharapkan di masa depan adalah sosok
penyuluh pertanian yang memiliki prilaku sebagai berikut :
a) Mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan yang didasarkan atas
kemapuan potensi dan kemampuan yang dimiliki.
b) Mampu mengelola tugasnya secara produktif, efektif dan efesien disertai
kemampuan bekerjasama diantara sesama pegawai/karyawan lainnya maupun
untuk mewujudkan suatu Team Work yang baik
c) Memiliki kepemimpinan yang bertumpu pada kemandirian dan keswadayaan ke
arah berkembangnya sistem pengguna aktif berbagai kesempatan dan informasi
yang tersedia
d) Mampu menyerap ilmu pengetahuan dan menerapkan serta mengembangkannya
untuk kemajuan organisasi/unit kerjanya.
e) Mampu mewujudkan perannya sebagai warga negara yang baik dan senantiasa
memberi teladan kepada pegawai/karyawan lainnya.
f) Memiliki profesionalisme yang handal dengan memegang teguh komitmen, berfikir
rasional dan menjungjung tinggi etika profesinya dengan baik.
g) Memiliki keinginan untuk selalu maju.
D. Revolusi Informasi dan Tantangan Penyuluhan
Hampir semua orang sependapat bahwa teknologi informasi telah, sedang dan
akan merubah kehidupan umat manusia dengan menjanjikan cara kerja dan cara hidup
yang lebih efektif, lebih bermanfaat, dan lebih kreatif. Sebagaimana dua sisi, baik dan
buruk, teknologi informasi juga memiliki hal yang demikian. Sebagai teknologi, kedua sisi
tersebut keberadaanya sangat tergantung pada pemakainya.
Adi Sasono ( 1999) mengidentifikasi beberapa pernyataan berikut yang bisa
memberikan pertimbangan kemana seharusnya teknologi ini diarahkan dan ditempatkan
dengan sebenar-benarnya, karena apabila keliru, suatu bangsa akan mengalami
akibatnya secara fatal, yaitu :
Teknologi baru sering membuka peluang bagi perubahan hirarki sosial yang ada di
masyarakat sehingga mendorong terjadinya demokratisasi, tetapi disisi lain hirarki
sosial yang ada dapat dipertahankan oleh teknologi dan bahkan diperkuat lagi.
Komputer sebagai suatu teknologi bisa terancam fungsinya sebagai alat otomasi
yang ditujukan untuk memerintah atau bahkan mengganti posisi pekerja dalam
mengambil keputusan. Sebaliknya sistim yang dirancang secara demokaratis akan
merespon dimensi komunikatif dari komputer sehingga bisa memfasilitasi
kemandirian masyarakat.
Design teknologi sekaligus menyangkut asumsi-asumsi yang dapat mengundang
atau sebaliknya meniadakan kontribusi insani.
Komputer sebagai teknologi dapat digunakan untuk mengotomasi produksi sehingga
membebaskan manusia dari upaya-upaya fisik proses produksi yang membosankan.
Disisi lain, komputer juga dapat digunakan untuk mengintegrasikan mesin dan
pekerja pada tingkat keterlibatan intelektual dan produtifitas yang lebih tinggi, yang
disebut dengan istilah “to informate”.Istilah ini bukan sekedar alternatif bagi
otomatisasi dalam makna yang umum, namun lebih merupakan suatu cara yang
lebih baik dalam otomatisasi yang mempertimbangkan potensi sumberdaya insani
dalam lingkungan kerja bersama-sama dengan mempertimbangkan potensi teknikal
komputer secara sinergis.
Menurut Adi Sasono (1999) revolusi teknologi informasi yang pesat telah
mengaburkan batas-batas tradional yang membedakan bisnis, media dan pendidikan.
Teknologi informasi juga mendorong permaknaan ulang perdagangan dan investasi.
Revolusi ini secar pasti merasuki semua aspek kehidupan, pendidikan, segala sudut
usaha, kesehatan, entertaiment, pemerintahan, pola kerja, perdagangan, pola produksi,
bahkan pola relasi antar masyarakat dan antar individu. Suatu hal yang merupakan
tantangan bagi semua bangsa, masyarakat dan individu.
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme penyuluhan, terjadinya revolusi
teknologi informasi seperti diatas adalah sebuah tantangan yang harus mampu
dipecahkan. Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh bidang
penyuluhan sebagai alat mencapai tujuannya. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu
kehendak dan etika yang dilandasi oleh keilmuan penyuluhan dengan dukungan berbagai
pengalaman para praktisi penyuluhan di lapangan. Peran program pendidikan yang
mempersiapkan tenaga ahli penyuluhan , seperti perguruan tinggi, Pusdiklat dan lembaga
pendidikan kemasyarakatan lainnya perlu mempersiapkan pelaku-pelaku penyuluhan
yang mampu menyampaikan informasi pembangunan dan mampu memotivasi
masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat, sesuai dengan tuntutan
perkembangan teknologi informasi dan kebutuhan masyarakat sasaran penyuluhan.
E. Profesionalisme Dalam Penyuluhan
Sistem penyuluhan seharusnya berorientasi pada kegiatan mendalami dan
mengembangkan perubahan perilaku masyarakat dan merupakan proses pendidikan
berkelanjutan yang dilakukan dengan cara persuasive atau membujuk. Namun, hingga
saat ini tidak jarang berubah bentuk menjadi proses instruksi dengan cara paksaan. Hal
ini terjadi karena kegiatan penyuluhan dilakukan dengan cara berorientasi pada
kepentingan sektoral atau target pembangunan tertentu tanpa memikirkan kepentingan
dan kesiapan khalayak dalam menerima berbagai tawaran perubahan tersebut.
Sistem penyuluhan yang berorientasi pada keterpaduan dengan mengutamakan
kepentingan khalayak sasaran penyuluhan seharusnya dijadikan tolok ukur dalam
merancang suatu program penyuluhan ( Karsidi, 1999). Dalam hal ini etika penyuluhan
(kode etik) merupakan suatu hal yang perlu disepakati keberadaannya sehingga tidak
semua orang atau semua pihak merasa mampu melakukan penyuluhan. Lewat etika
penyuluhan sekaligus dapat dipertemukan berbagai kepentingan dengan beragam
kepentingan khalayak sasaran penyuluhan. Dengan demikian pendekatan pembangunan
dari bawah (bottom-up) dan pendekatan pembangunan dari atas (top-down) dapat dan
mau dipertemukan dalam suasana keakraban. Oleh karenanya, kerjasama antara pelaku
pembangunan dan pelaku penyuluhan harus saling terkait dan saling memerlukan
(Vitalaya Dkk., 1992).
Kode etik penyuluhan akan berfungsi sebagai norma hukum dan sekaligus
sebagai norma kemasyarakatan. Oleh karenanya kelembagaan profesionalisme
penyuluhan pun sangat diperlukan untuk menghindari penyuluhan yang terkotak-kotak
karena alasan struktur birokratisasi atau kepentingan pembangunan sektoral. Untuk itu,
maka setiap penyuluh dan setiap kelembagaan penyuluhan tidak perlu harus memiliki
sistem penyuluhan sendiri dengan khalayak sasaran penyuluhan yang juga tersendiri.
Dengan demikian maka tidak akan terjadi kebingungan khalayak sasaran penyuluhan
dalam menerima informasi yang dirancang dan disampaikan dengan berbagai gaya dan
kemasan yang tidak jarang mengakibatkan timbulnya salah informasi dan salah pemikiran
tentang makna informasi tersebut.
Profesionalisme penyuluhan juga harus didukung oleh kompetensi yang standar
yang harus dikuasai oleh para penyuluh professional. Salah satu dari kompetensi
tersebut adalah pemilikan kemampuan menggunakan teknologi informasi yang terus-
menerus berkembang sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat. Keahlian
yang bersifat khusus, tingkat pendidikan minimal, dan sertifikat keahlian haruslah
dipandang perlu sebagai prasarat untuk menjadi penyuluh professional. Selain itu, agar
profesi penyuluhan dapat berkembang maka evaluasi dan uji kelayakan profesi harus
terus menerus dilakukan. Disinilah peran Perguruan Tinggi di bidang penyuluhan dan
Ikatan Penyuluh (Organisasi profesi penyuluhan, seperti PAPPI) sangat penting.
Kerjasama antara keduanya menjadi sangat diperlukan.
Dengan demikian maka, pengembangan profesionalisme penyuluhan juga harus
mempersyaratkan hidup dan berperanannya organisasi profesi penyuluhan, sehingga
terjadi penyebarluasan dan pertukaran ide diantara anggota dalam menjaga kode etik
dan pengembangan profesi. Melalui cara demikian, maka tindakan penyuluhan akan
sesuai dengan bidang ilmu dari profesi penyuluhan dan mampu mengikuti tuntutan
perkembangan serta perubahan masyarakat penggunanya.
F. Profesionalisme Penyuluh Pertanian melalui SKKNI
Untuk melaksanakan fungsi dan peran sebagai penyuluh pertanian, dituntut
adanya peningkatan kompetensi penyuluh pertanian guna mewujudkan Penyuluh
Pertanian yang profesional.
Berkait dengan fenomena tantangan SDM tersebut, maka pemerintah
melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UUSP3K) mengamanatkan bahwa pekerjaan
Penyuluh Pertanian merupakan profesi. Profesi penyuluh pertanian merupakan salah
satu langkah strategis untuk meningkatan kompetensi dan profesionalisme penyuluh.
Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan,
Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
menyatakan bahwa setiap Penyuluh PNS yang telah mendapat sertifikat profesi sesuai
dengan standar kompetensi kerja dan jenjang jabatan profesinya, diberikan
tunjangan profesi Penyuluh.
Dalam rangka mengimplementasikan Undang-Undang tersebut, telah
ditetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pertanian
bidang Penyuluhan Pertanian melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Kep. 29/MEN/III/2010. Penyusunan SKKNI mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Pandayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/02/MENPAN/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka
Kreditnya.
Dengan diundangkannya UU SP3K/2006 dan diberlakukannya Peraturan
Pemerintah No 43 tersebut, maka sertifikasi kompetensi bagi Profesi Penyuluh
Pertanian mulai dilaksanakan tahun 2011, walau persiapan untuk itu sudah dirintis
beberapa tahun yang lalu. Sertifikasi kompetensi bertujuan untuk membantu tenaga
profesi : meyakinkan kepada organisasi/kliennya bahwa dirinya kompeten dalam
bekerja atau menghasilkan produk atau jasa, memastikan dan memelihara
kompetensi untuk meningkatkan percaya diri tenaga profesi, merencanakan karirnya,
mengukur tingkat pencapaian kompetensi dalam proses belajar di lembaga formal
maupun secara mandiri, memenuhi persyaratan regulasi, membantu pengakuan
kompetensi lintas sektor dan lintas negara dan membantu dalam promosi profesinya
dipasar tenaga kerja.
Dengan ditetapkannya sertifikasi kompetensi bagi Profesi Penyuluh
Pertanian, profesionalitas Penyuluh Pertanian menjadi suatu tuntutan karena
memiliki aspek legalitas formal dan diakui oleh masyarakat. Proses sertifikasi Profesi
Penyuluh Pertanian merupakan serangkaian uji kompetensi berdasarkan SKKNI
Profesi Penyuluh Pertanian. Uji kompetensi direncanakan dan disusun sedemikian
rupa sehingga dapat menjamin bahwa semua persyaratan dilakukan secara objektif dan
sistimatis dengan bukti-bukti yang terdokumentasi.
Prosesi sertifikasi Profesi Penyuluh Pertanian PNS angkatan pertama tahun
2011 telah usai dilaksanakan. Hasil sertifikasi diharapkan mampu memberikan
dampak nyata terhadap peningkatan kompetensi kerja para penyuluh pertanian PNS di
lapangan. Hal itulah yang diharapkan dapat menjadi tolok ukur keberhasilan proses
sertifikasi yang bergengsi itu. Sertifikasi Profesi Penyuluh Pertanian diharapkan
dapat meningkatkan mutu dan proses penyuluhan pertanian, meningkatkan
profesionalisme penyuluh pertanian, melindungi profesi penyuluh pertanian dari
praktek-praktek yang tidak kompeten yang dapat merusak citra penyuluh pertanian,
melindungi masyarakat dari praktek-praktek penyuluhan pertanian yang tidak
bertanggungjawab dan menjamin mutu penyelenggaraan penyuluhan
pertanian.Peserta sertifikasi adalah para Penyuluh Pertanian Fungsional, peserta
yang dinyatakan kompeten selanjutnya akan menerima sertifikat sebagai bukti
bahwa mereka hijrah dari penyuluh fungsional menjadi penyuluh profesional atau
telah diakui sebagai penyuluh profesional.
Penyuluh profesional memiliki kompetensi yang lebih kompeten
dibandingkan dengan Penyuluh Fungsional. Kompetensi penyuluh pertanian merupakan
kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan
penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas penyuluhan pertanian. Kelompok
unit kompetensi meliputi : (1) kelompok kompetensi umum/dasar, mencakup unit-unit
kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan pada semua level penyuluh pertanian; (2)
kelompok kompetensi inti/fungsional, mencakup unit-unit kompetensi yang berlaku
dan dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas inti (fungsional), dan merupakan
unit-unit yang wajib (compulsory) untuk bidang keahlian penyuluhan pertanian; dan (3)
kelompok kompetensi khusus/pilihan, mencakup unit-unit kompetensi yang bersifat
spesifik dalam bidang keahlian sektor pertanian (agribinis).
Melalui sertifikasi, kebutuhan Profesi Penyuluh Pertanian baik kualitas maupun
kuantitas secara bertahap akan dapat dipenuhi manakala seluruh pihak yang terlibat dan
berkiprah didalamnya benar-benar ikhlas untuk berkomitmen mewujudkan Penyuluh
Pertanian Profesional yang kompeten dibidang penyuluhan pertanian.
G. Langkah-Langkah Peningkatan Profesionalisme Penyuluhan Pertanian
Terdapat tujuh langkah dalam membangun Penyuluh Pertanian Profesional
untuk menuju terciptanya pelayanan prima sebagai berikut :
1) Menetapkan standar pelayanan publik,
2) Menyediakan seluruh informasi pelayanan,
3) Memperlakukan seluruh pelanggan secara adil,
4) Unit-unit pelayanan harus mudah diakses oleh pelanggan dalam hal ini petani,
5) Jika mengetahui terjadi “penyimpangan”, segera mengambil tindakan untuk upaya
perbaikan,
6) Menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efektif dan efisien,
7) Selalu mencari pembaharuan dan peningkatan kualitas pelayanan.
Penyelenggaraan penyuluhan sebagai strategi terciptanya pelayanan prima
adalah untuk dapatnya secara maksimal mengetahui dan memahami aspirasi dan
kebutuhan petani beserta keluarganya sehingga dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya,
melalui tiga sistem yang tertib, teratur dan partisipatif.
PUSTAKA
Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UUSP3K).
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep. 29/MEN/III/2010
Tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Pertanian Bidang Penyuluhan Pertanian
Peraturan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Nomor :
71/per/kp.460/j/6/10 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi Profesi Penyuluh Pertanian.
Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
Kementerian Pertanian , Peningkatan Profesionalisme Penyuluh Pertanian http://baamang.blogspot.com/2013/12/menakar-profesionalisme-penyuluh.html, diakses
tanggal 14 Maret 2014 http://thltbpp-kabsemarang.blogspot.com/2010/10/membangun-penyuluh-pertanian.html,
diakses tanggal 14 Maret 2014