32
TINJAUAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (STUDI DESKRIPTIF TENTANG TUNARUNGU DAN TUNAWICARA) Karya Tulis ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Disusun Oleh : 1. Ade Yuli 2. Azmi Nurlatifah 3. Devi Shopyani Isman 4. Gita Utami 5. Intan Permatasari 6. Janjani Nisri Azzinani 7. Mega Suci Putri 8. Naila Amalia F.W 9. Nina Khoirinisa 10. Rena Octaviani 11. Safiratul Zakiyah Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 1

Karya Tulis penelitian deskriptif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karya Tulis penelitian deskriptif

TINJAUAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

(STUDI DESKRIPTIF TENTANG TUNARUNGU DAN TUNAWICARA)

Karya Tulis ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

1. Ade Yuli

2. Azmi Nurlatifah

3. Devi Shopyani Isman

4. Gita Utami

5. Intan Permatasari

6. Janjani Nisri Azzinani

7. Mega Suci Putri

8. Naila Amalia F.W

9. Nina Khoirinisa

10. Rena Octaviani

11. Safiratul Zakiyah

XI IPA C

MADRASAH ALIYAH NEGRI 1 BANDUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 1

Page 2: Karya Tulis penelitian deskriptif

Kata Pengantar

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, limpahan Rahmat, Inayah,

dan Taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini

dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang kami laksanakan di

SLB B TUTWURI HANDYANI yang terletak di jalan Perumnas yang berjudul “

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Deskrptif Tentang

Tunawicara dan Tunarungu)”

Meskipun dalam pengerjaan karya tulis ini, kami selaku penyusun

terkadang mengalami kesulitan. Namun, banyak pihak yang membantu kami

sehingga kesulitan yang kami hadapi dalam penyusunan karya tulis ini dapat

terselesaikan.

Karya tulis ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman

yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para

pembaca terutama dari Bapak/Ibu Guru khususnya untuk perbaikan tugas ini

untuk memberikan kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan karya tulis ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Jazakumullah khairan katsiran, aamiin

Penyusun

……………………

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 2

Page 3: Karya Tulis penelitian deskriptif

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………..………………………………………………… i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………..……………………………………. 1

B. Rumusan Masalah………………….………..………………….................... 2

C. Tujuan Penulisan ...………………………………..………………………... 2

D. Manfaat Penulisan …………………………...……...……….……………... 2

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

A. Tunarungu …………………………………………………………………. 3

B. Tunawicara ……………….…………………………………….................... 7

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……………….………….…….…………….…………….. 10

B. Tempat Pelaksanaan Observasi ……………....…......................................... 10

C. Waktu Pelaksanaan Observasi …………………………………………...… 11

D. Metode Penelitian ………………………………………………………….. 12

E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….……………. 12

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil …………………………………………………….............................. 13

B. Pembahasan …....………………………………………...........………....... 14

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 16

B. Saran ............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 18

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 3

Page 4: Karya Tulis penelitian deskriptif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi satu

sama lain. Hal ini dikarenakan manusia dapat berkembang dengan

lingkungannya karena ada manusia lainnya. Manusia ingin mengungkapkan

perasaan, keinginan hatinya dan pikirannya masing-masing dengan cara

komunikasi (Fidiawati, 2012). Allah menciptkan manusia dengan sempurna,

namun kesempurnaan itu tidak dimiliki oleh setiap orang. Di setiap kekurangan

pasti ada kelebihan, seperti halnya pada anak yang berkebutuhan khusus.

Menurut Buharudin (2012) dalam artikelnya anak berkebutuhan khusus adalah

anak yang mempunyai kelainan atau gangguan baik fisik, emosi, sosial,

intelegensi, yang sedemikian rupa, sehingga mereka memerlukan pelayanan

khusus agar dapat mengembangkan seoptimal mungkin

Anak berkelainan dikonotasikan suatu kondisi yang menyimpang dari rata-

rata pada umumnya, contohnya adalah anak cacat, baik cacat fisik maupun

mental (Efendi, 2006:2). Anak cacat fisik sejak lahir ataupun karena kecelakaan

seperti tidak mempunyai tangan atau kaki yang sempurna, buta warna, atau tuli,

buta maupun bisu juga termasuk dalam kategori anak yang berkebutuhan

khusus. Kemudian pengertian berkembang bahwa anak berkelainan menjadi

anak yang memiliki kebutuhan individual yang tidak dapat disamakan dengan

anak normal pada umumnya.

Dengan memberikan kesempatan yang sama bagi anak berkelainan untuk

memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan antara

anak normal dengan anak berkelainan (Bratasari, 2009). SLB B TUTWURI

HANDYANI adalah salah satu sekolah swasta yang berada di Bandung yang

menerima anak berkebutuhan khusus diantaranya tunarungu dan tunawicara,

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 4

Page 5: Karya Tulis penelitian deskriptif

untuk mendapat pendidikan dan pengajaran yang layak dan cocok bagi anak yang

berkebutuhan khusus. Oleh karena itu kami memiliki keinginan untuk

mengetahui latar belakang sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kegiatan belajar mengajar di SLB sama dengan sekolah umum

lainnya?

2. Bagaimana cara menyalurkan bakat penyandang tunarungu dan tunawicara?

3. Mengapa mereka lebih memilih sekolah khusus dibandingkan dengan sekolah

umum?

C. Tujuan

Adapun tujuan kami menulis makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses mengajar di SLB sama dengan sekolah umum

lainnya.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menyalurkan bakat penyandang tunarungu

dan tunawicara.

3. Untuk mengetahui alasan mereka lebih memilih bersekolah di SLB.

D. Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Menambah wawasan tentang proses kegiatan mengajar di SLB.

2. Bagi sekolah, menambah literatur sekolah mengenai tunarungu dan

tunawicara.

3. Bagi masyarakat, memberikan pengetahuan agar tidak terjadi kesenjangan

sosial bagi penyandang tunarungu dan tunawicara.

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 5

Page 6: Karya Tulis penelitian deskriptif

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tunarungu

1. Pengertian Tunarungu

Murni Winarsih (2007: 23), menyatakan dalam artikelnya tunarungu adalah

seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar

baik sebagian atau seluruhnya yang di akibatkan oleh tidak fungsinya sebagian

atau seluruh alat pendengaran, sehingga anak tersebut tidak dapat menggunakan

alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut berdampak

terhadap kehidupannya secara kompleks terutama pada kemampuan berbahasa

sebagai alat komunikasi yang sangat penting.

Gangguan mendengar yang dialami anak tunarungu menyebabkan

terhambatnya perkembangan bahasa anak, karena perkembangan tersebut sangat

penting untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi dengan orang

lain membutuhkan bahasa dengan artikulasi atau ucapan yang jelas sehingga

pesan yang akan disampaikan dapat tersapaikan dengan baik dan mempunyai

satu makna, sehingga tidak ada salah tafsir makna yang di komunikasikan.

Sedangkan Iwin Suwarman (Edja Sadjaah. 2005: 75), pakar bidang medik,

memiliki pandangan yang sama bahwa anak tunarungu dikategorikan menjadi

dua kelompok. Pertama Hard of hearing adalah seseorang yang masih memiliki

sisa pendengaran sedemikian rupa sehingga masih cukup untuk digunakan

sebagai alat penangkap proses mendengar sebagai bekal primer penguasaan

kemahiran bahasa dan komunikasi dengan yang lain baik dengan maupun tanpa

mengguanakan alat bantu dengar. Kedua The Deaf adalah seseorang yang tidak

memiliki indera dengar sedemikian rendah sehingga tidak mampu berfungsi

sebagi alat penguasaan bahasa dan komunikasi, baik dengan ataupun tanpa

menggunakan alat bantu dengar. Kemampuan anak tunarungu yang tergolong

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 6

Page 7: Karya Tulis penelitian deskriptif

kurang dengar akan lebih mudah mendapat informasi sehingga kemampuan

bahasanya akan lebih baik. Anak tuli yang sudah tidak mempunyai sisa

pendengaran otomatis untuk mendapat informasi sulit sehingga kemampuan

bahasanya kurang baik.

2. Klasifikasi Tunarungu

Kemampuan mendengar dari individu yang satu berbeda dengan individu

lainnya. Apabila kemampuan mendengar dari sesorang ternyata sama dengan

kebanyakan orang, berarti pendengaran anak tersebut dapat dikatakan normal.

Bagi tunarungu yang mengalami hambatan dalam pendengaran itu pun masih

dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuan anak yang mendengar.

Klasifikasi anak tunarungu (Permanarian Somad 1996: 29) adalah sebagai

berikut :

a. 0 dB : menunjukkan pendengaran optimal.

b. 0-26 dB : menunjukkan masih mempunyai pendengaran normal.

c. 27-40 dB : menunjukkan kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh,

membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi

wicara (tergolong tunarungu ringan).

d. 41-55 dB : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas,

membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tunarungu

sedang).

e. 56-70 dB : hanya bisa mendengar suara dari arak yang dekat, masih

mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa ekspresif ataupun reseptif

dan bicara dengan menggunakan alat bantu dengar serta dengan cara yang

khusus (tergolong tunarungu agak berat).

f. 71-90 dB : hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang dianggap

tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 7

Page 8: Karya Tulis penelitian deskriptif

bantu mendengar (ABM) dan latihan bicara secara khusus (tergolong

tunarungu berat).

g. 91 dB keatas : mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran,

banyak tergantung pada penglihatan daripada pendengarannya untuk proses

menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tuli (tergolong

tunarungu barat sekali).

Heri Purwanto (1998: 58-59) menyatakan karakteristik anak tunarungu

pada umumnya memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa bila

dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal, bahkan anak

tunarungu total (tuli) cenderung tidak dapat berbicara (bisu).

3. Faktor Penyebab Tunarungu

Ada lima faktor yang di indentifikasi sebagai penyebab utama ketunarunguan.

1. Faktor Keturunan (Heredity)

Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara

keluarga terdapat tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga ketika

lahir anak tersebut memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli

genetis. Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas

pada kelahiran anak.

2. Faktor Ibu yang terkena Rubella (Maternal Rubella)

Maternal rubella diidentifikasi sebagai penyebab terbesar kehilangan

pendengaran pada pertengahan tahun 1960 dan diikuti sebagai penyebab

utama non genetic untuk anak tunarungu usia sekolah sampai pada tahun

1975. Rubell adalah penyakit yang disebabkan karena virus yang berbahaya

dan sulit di diagnosa secara klinis. Kira-kira 20 % dari perempuan pada masa

melahirkan dapat terjangkit Rubell, oleh karena itu harus diperkuat daya tahan

tubuhnya melalui imunisasi (Masland, 1978). Vernon dan Hick (1990)

mengatakan bahwa selain virus rubella, ada sekitar 16 virus yang diketahui

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 8

Page 9: Karya Tulis penelitian deskriptif

sebagai penyebab kehilangan pendengaran. Yang sangat penting untuk

diketahui adalah virus Herpes Simpleks, virus ini dapat menyebabkan ketulian

dan kecacatan lainnya pada janin atau dapat ditularkan kepada bayi melalui

saluran kelahiran jika virusnya dalam keadaan aktif.

3. Ketidaksesuaian antara darah Ibu dan Anak

4. Meningitis (Radang Selaput Otak)

Meningitis menyangkut bakteri yang menyerang labyrinth melalui sistem sel-

sel udara pada telinga tengah. Best (1963) menerangkan bahwa hampir 28 %

meningitis menjadi penyebab tetap untuk ketulian. Peristiwa yang sering

terjadi menurut Hudgins, Ries, Vernon, (1973) adalah kira-kira 5 – 7 %

merupakan refleksi keturunan sebagai hasil dari pengembangan anti biotic dan

chemo therapy.

5. Prematur

Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir

dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan

yang kadang disertai ketulian. Kurangnya berat pada ketika lahir juga dapat

menyebabkan jaringan-jaringan

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 9

Page 10: Karya Tulis penelitian deskriptif

B. Tunawicara

1. Pengertian Tunawicara

Menurut Heri Purwanto dalam buku Ortopedagogik Umum (1998)

tunawicara adalah apabila seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan

(artikulasi) bahasa maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan

kesulitan dalam berkomunikasi lisan dalam lingkungan. Sedangkan menurut

Menurut Frieda Mangunsong,dkk dalam Psikologi dan Pendidikan Anak Luar

Biasa, tunawicara atau kelainan bicara adalah hambatan dalam komunikasi

verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan

Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa Umum (1994) gangguan wicara

atau tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari

bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunawicara adalah

individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam komunikasi verbal

sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

2. Klasifikasi Tunawicara

Dalam buku Ortopedagogik Umum (1998), Heri Purwanto mengemukakan

tunawicara secara umum diklasifikasikan menjadi 4 bagian,yaitu

1. Keterlambatan bicara (Delayed speech)

Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan

bicaranya jika dibandingkan dengan anak seusianya.

2. Gagap (stuttering)

Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa :

a. Pemanjangan fonom atau suku kata depan (prolongation),

b. Pengulangan suku kata depan ( repetition )

c. Gerak mulut berbicara namun tidak keluar suara ( silent struggle )

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 10

Page 11: Karya Tulis penelitian deskriptif

d. Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa

bicara terlalu cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan

3. Kehilangan kemapuan berbahasa (disphasia).

Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti

pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama sekali.

4. Kelainan suara (voice disorder)

Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan

suara berupa :

a. Kelainan nada (pitch)

Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau

monoton.

b. Kelainan kualitas suara

Kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah

c. Kelainan keras lembutnya suara.

Kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut

3. Faktor Penyebab Tunawicara

Drs.Sardjono mengutip (Moh. Amni dkk,1979:23) Anak tunawicara dapat

terjadi karena gangguan ketika :

1. Sebelum anak dilahirkan/ masih dalam kandungan (pre natal)

a. Hereditas (keturunan)

Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara

keluarga terdapat tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga ketika

lahir anak tersebut memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli

genetis. Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas

pada kelahiran anak.

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 11

Page 12: Karya Tulis penelitian deskriptif

b. Anoxia

Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak

dan saraf yang menyebabkan ketidaksempurnaan organ salah satunya \aorgan

bicara seperti pita suara, tenggorokan, lidah, dan mulut.

2. Pada waktu proses kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal)

Prematur

Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir

dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan

yang kadang disertai ketulian. Kurangnya berat badan pada ketika lahir juga

dapat menyebabkan jaringan-jaringan rusak.

3. Setelah dilahirkan ( pos natal)

a. Infeksi

Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang

menyebabkan tuli preseftik, virus akan menyerang cairan koklea,

menyebabkan anak menderita otitis media (koken). Akibat yang sama akan

terjadi bila anak menderita scaerlet fever, dipteri, batuk k ejang atau tertular

sifilis.

b. Meningitis (radang selaput otak)

Penderita akan mengalami kelainan pada pusat saraf pendengaran dan

akan mengalami ketulian perseptif.

c. Infeksi alat pernafasan

Seseorang dapat menjadi tunawicara apabila terjadi gangguan pada

organ pernafasan seperti paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut dan

lidah.

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 12

Page 13: Karya Tulis penelitian deskriptif

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena tidak dilakukan

suatu perlakuan tertentu terhadap objek penelitian melainkan melakukan

pengamatan secara apa adanya.

B. Tempat Pelaksanaan Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan di SLB B TUTWURI HANDAYANI,

yang terdapat di Jl. Perumnas Cijerah I blok 5 no.45 Kota Bandung. Di SLB

tersebut pun memiliki 26 siswa, diantaranya sebagai berikut :

NO NAMA TTL

1. Asep Rohman Bandung, 9/7/2005

2. Dina Hilmaya Putri Kebumen, 3/7/2007

3. Muhammad Richarda Randy Bandung, 9/20/2004

4. Reni Andriani Yullianti Bandung, 7/1/2004

5. Aditya Pranana Bandung, 6/6/2007

6. Muhammad Safiq Nawawy Bandung, 10/14/2006

7. Aditya Eka permana Bandung, 9/24/2004

8. Ali Murobi Bandung, 5/19/2004

9. Ahmad Zaenal Mustafa Bandung, 2/26/2005

10. Andrian Faizal Febian Bandung, 5/2/2002

11. Rio Maulana Bandung, 7/2/2002

12. Muhamad Fajar Kurniawan Bandung, 3/7/2002

13. Farda Tsania Bandung, 2/28/2003

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 13

Page 14: Karya Tulis penelitian deskriptif

14. Galih, Septiana Bandung, 9/27/2003

15. Nuzulnur zaki Dinnullah Bandung, 3/24/2002

16. Yayang Putri Cahyana Hidayat Bandung 9/9/2001

17. Fiki Akmal Syahdan Bandung, 4/16/2002

18. Nabila Arzelike Raya Bandung 3/10/2003

19. Syifa Rubhi Adawiyah Bandung, 5/13/2001

20. Yerisa Firdaus Bandung, 6/7/1996

21. Agus Firman Setiadi Bandung, 6/1/1999

22. Indri Aulia Bandung, 5/19/1999

23. Ahmad Sobari Bandung, 3/1/1995

24. Fajar Budiman Bandung, 1/11/1993

25. Dian Fuji Utami Bandung, 2/25/1994

26. Arsy Cagniti Tasikmalaya, 5/6/1992

Tabel 3.1 : Data Siswa SLB B TUTWURI HANDAYANI

C. Waktu Pelaksanaan Observasi

Penelitian ini dilakukan pada waktu yang bertahap, dimulai sejak dua

minggu yang lalu mulai dari persiapan hingga finishing. Adapun observasi ke

lokasi untuk wawancara ke narasumber dilakukan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 11 Maret 2014

Waktu : 09.00 WIB-selesai

Tempat : SLB B TUTWURI HANDAYANI

D. Metode PenelitianTinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 14

Page 15: Karya Tulis penelitian deskriptif

Metode penelitian yang kami pakai adalah Studi Lapangan. Menurut Field

Research, studi lapangan adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan

dengan mempergunakan teknik pengumpulan data

E. Teknik Pengumpulan Data 

Teknik pengumpulan data dilakukan oleh kami ialah observasi dan

wawancara. Observasi menurut Guba dan Lincoln, yaitu mengadakan

pengamatan terhadap obyek yang diteliti. Observasi dilakukan untuk

memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.

Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang

kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain. Observasi ini

dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai orang luar atau pengamat, dengan

tujuan untuk lebih memahami dan mendalami masalah-masalah yang terjadi

dalam kehidupan sosial dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan proses

penelitian. Sedangkan wawancara menurut Black dan Champion (1992:305)

yaitu, teknik penelitian yang paling sosiologis karena bentuknya yang berasal

dari interaksi verbal antara peneliti dan responden dan juga cara yang paling baik

untuk menentukan kenapa seseorang bertingkah laku, dengan menanyakan secara

langsung atau lebih tepatnya mengadakan aktivitas tanya jawab secara langsung

kepada responden/narasumber yang dituju.

BAB IV

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 15

Page 16: Karya Tulis penelitian deskriptif

HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil

Data Narasumber

Nama : E. Sunarsih S.pd

Alamat : Jl. Arwana I Q.11 No.17 Komp. Margaasih Bandung

Pekerjaan : Guru SLB Perumnas

Pendidikan Terakhir : S1/UPI Jurusan Pendidikan Sekolah Khusus

1. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Sekolah Berkebutuhan Khusus dengan

sekolah umum lainnya tentulah berbeda, meskipun kurikulum yang digunakan

sama dengan sekolah umum, SLB menerapkan cara yang lebih khusus

dikarenakan keterbatasan yang mereka miliki. Sehingga penyerapan materi

yang diterima tidaklah sama dengan anak normal pada umumnya. Seperti

halnya penyandang tunarungu dan tunawicara, proses pengajarannya lebih

ditujukkan pada kreatifitas dan bakat yang mereka miliki.

2. Cara menyalurkan bakat yang mereka miliki yaitu dengan cara mempraktekan

apa yang telah mereka pelajari seperti, menjahit, membuat kaligrafi, bermain

angklung dan kegiatan lainnya yang apat menunjang kreatifitas mereka.

adapun kegiatan sekolah lainnya seperti ekstrakulikuler bulu tangkis dan

renang yang diadakan setiap 1-3 bulan sekali.

3. Mereka lebih memilih sekolah khusus dibandingkan sekolah umum karena

merasa malu dengan keterbatasan yang mereka miliki ataupun gengsi orang

tua sehingga lebih memilih sekolah khusus dibandingkan dengan sekolah

umum selain itu ada pula yang beranggapan agar mereka diperlakukan lebih

khusus untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.

B. Pembahasan

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 16

Page 17: Karya Tulis penelitian deskriptif

Berdasarkan hasil wawancara yang telah didapatkan informasi mengenai

tunarungu dan tunawicara. Menurut Ibu Ernah, proses mengajar di SLB dengan

sekolah umum lainnya, sangatlah berbeda. Di SLB mempunyai cara-cara khusus

untuk pembelajaran murid-muridnya, karena pemikiran murid SLB masih

bersifat abstrak dan kemampuannya yang terbatas. Adapun kendala dalam

kegiatan belajar mengajar siswa tunarungu dan tunawicara diantaranya guru

sukar dalam menjelaskan kepada murid mengenai pelajaran yang akan

disampaikan, itu disebabkan keterbatasan yang dimiliki para murid. Kurikulum

di SLB disamakan dengan kurikulum sekolah umum lainnya. Namun diterapkan

metode yang sedikit berbeda. Pada tingkat SMA di SLB layaknya SMK, lebih

mengasah keterampilan yang dimiliki para murid dikarenakan untuk bekal

hidupnya kelak.

Gambar 3.1 kegiatan belajar mengajar di SLB

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014 )

Narasumber mengatakan bahwa para murid SLB B TUTWURI

HANDAYANI dikenakan biaya sekolah setiap bulannya sebesar Rp.50.000-,

bagi yang mampu. Biaya yang dikeluarkan oleh siswa yang mampu, digunakan

untuk kegiatan operasional sekolah serta kegiatan ekstrakulikuler. Diantaranya,

bulu tangkis dan renang yang diadakan setiap 1-3 bulan sekali. Menurut Ibu

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 17

Page 18: Karya Tulis penelitian deskriptif

Ernah, alasan orangtua murid lebih memilih untuk menyekolahkan anaknya di

slb dibandingkan dengan sekolah umum karena faktor gengsi/minder selain itu

agar mendapat pembelajaran yang lebih khusus.

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 18

Page 19: Karya Tulis penelitian deskriptif

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Anak yang berkebutuhan khusus merupakan sebuah momok bagi sebagian

kalangan yang memang memandangnya sebagai pembuat masalah dengan

berbagai alasan. Anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari

berbagai aspek, baik dari segi moril dan materil untuk menunjang kehidupannya

kedepan. Anak tersebut kadang kala memiliki kelebihan yang tidak kita duga-

duga.

Tunarungu merupakan seseorang yang mengalami kekurangan atau

kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang

diakibatkan oleh tidak fungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran,

sehingga anak tersebut tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan tunawicara merupakan seseorang yang

mengalami kelainan, baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa sehingga

menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi.

Tunarungu dan tunawicara disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya,

faktor genetik dan non genetik. Keduanya memiliki kesamaan faktor sehingga

ketika seseorang menyandang tuna rungu secara tidak langsung merekapun

menyandang tunawicara.

Penyandang tunarungu dan tunawicara kebanyakan lebih memilih sekolah

khusus dibandingkan dengan sekolah umum, agar mendapatkan pembelajaran

yang lebih khusus dan dengan mudah dapat menyalurkan bakat mereka melalui

kegiatan kegiatan yang diadakan disekolah tersebut dengan metode yang berbeda

dari sekolah umum. Diantaranya ekstrakulikuler bulu tangkis dan renang yang

diadakan setiap 1-3 bulan sekali.

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 19

Page 20: Karya Tulis penelitian deskriptif

2. Saran

Pelayanan kesehatan bagi anak di SLB, perlu mendapat perhatian dan

penanganan secara khusus dari berbagai pihak untuk mengurangi dan mencegah

derajat kecacatan yang lebih parah, sehingga diharapkan mereka dapat

melakukan aktifitas kehidupan sehari hari secara maksimal.

Diharapkan pemerintah lebih meningkatkan pemberdayaan tenaga

kesehatan yang ada di indonesia, membuat institusi untuk mencetak tenaga

kesehatan yang lebih bermutu kedepannya. Membuat lebih banyak sekolah

sekolah khusus, sekolah inklusi dan sekolah segresi bagi anak anak yang

berkebutuhan khusus.

Menjalin komunikasi dengan lingkungan dan mengadakan berbagai macam

penyuluhan untuk memberikan penjelasan pada orangtua dan masyarakat tentang

anak berkebutuhan khusus agar tidak ada kesenjangan sosial. Semoga

pemerintah, masyarakat para guru, para tenaga kesehatan dan semua pihak yang

berada disemua lingkungan bahu membahu untuk menciptakan kehidupan yang

benar benar selaras dan sejalan dengan kebenaran. Dan terciptanya masyarakat

yang berpotensi segera bisa terwujud ke depannya, khususnya bagi dirinya

sendiri dan demi indonesia. Semoga semua rencana dan niat baik kita dapat

terwujud dan segera terealisasi.

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 20

Page 21: Karya Tulis penelitian deskriptif

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Muljono dan Sudjadi, (1994), Pendidikan Luar Biasa Umum.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta

Anonim, (2010). Pendidikan Anak Luar Biasa. [Online]. Tersedia:

http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/pendidikan-anak-luar-biasa/ [14

Januari 2010]

Anonim, (___).Hasil Observasi Ke SLB Patriot Indihiang Tasikmalaya. [Online].

Tersedia : http://agusmmzone.wordpress.com/2012/12/19/hasil-observasi-ke-

slb-patriot-indihiang-tasikmalaya/

Anonim, (___). Penjelasan Studi Lapangan Penelitian. [Online]. Tersedia :

http://teori-ilmupemerintahan.blogspot.com/2011/06/penjelasan-studi-

lapangan-penelitian.html

Fidiawati, Ririn. (2012). Peningkatan Kemampuan Artikulasi Melalu Metode Drill

Pada Anak Tunarungu Kelas Dasar II di SLB-B YPPALB. Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta: Magelang

Hidayat, dkk. (2006). Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI

PRESS

Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Autistik). Bandung:

Alfabeta

Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus 21