49
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat tantangan zaman ke depan, tuntutan untuk memiliki karakter seperti dapat bekerja keras, bertanggung jawab, disiplin, jujur, komunikatif, dapat bekerjasama, dapat menghargai orang lain, dan karakter baik lainnya sangat diperlukan. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk sikap serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya. 1 1

Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melihat tantangan zaman ke depan, tuntutan untuk memiliki karakter seperti dapat

bekerja keras, bertanggung jawab, disiplin, jujur, komunikatif, dapat bekerjasama, dapat

menghargai orang lain, dan karakter baik lainnya sangat diperlukan. Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk sikap serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam

mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan

dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya.

Idealnya di dalam pembelajaran matematika terwujud sikap-sikap yang baik, seperti

sikap dapat bekerja keras, bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan guru,

disiplin terhadap waktu yang ditentukan guru, bersikap jujur, dapat berkomunikasi dengan

baik (terhadap guru atau sesama siswa), dapat bekerjasama, dapat menghargai orang lain,

menghargai prestasi, dan karakter baik lainnya yang akan membentuk siswa menjadi pribadi

yang baik. Namun kenyataannya belum banyak dari sikap yang diharapkan ini dapat

diwujudkan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, terkhusus dalam pembelajaran

matematika di SMA Kristen Bina Kasih.

1

1

Page 2: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Salah satu faktor yang menyebabkan belum maksimalnya sikap yang dapat dibentuk

adalah model pembelajaran yang belum tepat digunakan guru. Guru masih berperan dominan

dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan kurangnya kesempatan siswa

untuk menyampaikan ide-ide atau menunjukkan sikap-sikap tersebut selama proses

pembelajaran berlangsung. Selain itu, suasana yang tercipta di dalam kelas kaku, kurang

menyenangkan bagi siswa. Keaktifan dan komunikasi diantara sesama siswa belum tampak

secara maksimal.

Dari permasalahan tersebut, terlihat bahwa pembelajaran Matematika siswa di kelas

XI SMA Kristen Bina Kasih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

dalam pembentukan sikap siswa. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga

pengajar dan pendidikan harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya, yaitu

dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara

efektif dalam proses belajar mengajar. Salah satunya model yang dapat memunculkan sikap-

sikap tersebut adalah cooperative learning. Mengapa cooperative learning? Karena dengan

menerapkan model Cooperative Learning siswa dapat menunjukkan sikap bekerja sama

terhadap siswa lainnya dalam satu kelompok, selain itu dapat dilihat sikap lain seperti sikap

dapat bekerja keras, bertanggung jawab, disiplin, jujur, komunikatif, dapat bekerjasama,

dapat menghargai orang lain, menghargai prestasi, dapat berkomunikasi dengan baik terhadap

orang lain, dan karakter baik lainnya. Melalui cooperative learning tipe Group Investigation

(GI) sikap-sikap ini diharapkan dapat ditingkatkan pada proses pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan

guru untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji,

ditingkatkan dan dituntaskan. Penelitian Tindakan kelas ini difokuskan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran siswa SMA Kristen Bina Kasih kelas XI pada materi Statistika.

2

Page 3: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Kualitas pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembentukan sikap

yang idealnya diwujudkan dalam proses pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti berkeinginan

meneliti “Peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam pembentukan sikap siswa pada

pokok bahasan Statistika melalui penerapan group investigation(GI)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan kualitas proses

pembelajaran dalam pembentukan sikap siswa pada pokok bahasan Statistika melalui

penerapan group investigation (GI)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah

Untuk menganalisis dan mendiskripsikan bagaimana peningkatan kualitas proses

pembelajaran dalam pembentukan sikap siswa pada pokok bahasan Statistika melalui

penerapan group investigation (GI).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi siswa

Diharapkanakan lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan

dapat meningkatkan kualitas pembentukan sikap siswa dalam pembelajaran.

b. Bagi guru bidang studi matematika

Sebagai bahan masukan agar dalam pembelajaran matematika bukan saja memperhatikan

hasil belajar siswa tetapi kualitas pembelajaran, terkhusus dalam pembentukan sikap

siswa.

3

Page 4: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

c. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman supaya sebagai seorang pendidik dapat memperhatikan kualitas

pembelajaran dalam pembentukan sikap siswa.

d. Sekolah/instansi

Sebagai bahan informasi yang bisa digunakan oleh sekolah untuk lebih meningkatkan

kualitas pembelajaran, sekaligus menjadikan hasil penelitian ini sebagai pegangan di

kemudian hari.

4

Page 5: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Variable Tindakan : Penggunaan model cooperative learning tipe grup InvestigationVariabel Akibat Tindakan : meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada materi Statistika

2.1 Hakikat Pembelajaran Matematika

Dalam Hasratuddin (2014) National Research Council (NRC, 1989:1) dari Amerika

Serikat telah menyatakan: “Mathematics is the key to opportunity.” Matematika adalah kunci

ke arah peluang-peluang keberhasilan. Bagi seorang siswa, keberhasilan mempelajarinya

akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warganegara, matematika akan

menunjang pengambilan keputusan yang tepat, dan bagi suatu negara, matematika akan

menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi.

Selanjutnya disebutkan bahwa: “Mathematics is a science of patterns and order.”

Artinya, matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan

tingkatan (order). Jelaslah sekarang bahwa matematika dapat dilihat sebagai bahasa yang

menjelaskan tentang pola, baik pola di alam (kauni) dan maupun pola yang ditemukan

melalui pikiran. Pola-pola tersebut bisa berbentuk real (nyata) maupun berbentuk imajinasi,

dapat dilihat atau hanya dalam bentuk mental (pikiran), statis atau dinamis, kualitatif atau

kuantitatif, asli berkait dengan kehidupan nyata sehari-hari atau tidak lebih dari hanya

sekedar untuk keperluan rekreasi. Hal-hal tersebut dapat muncul dari lingkungan sekitar, dari

kedalaman ruang dan waktu, atau dari hasil pekerjaan pikiran insani.

5

6

Page 6: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

2.2 Materi Esensial dalam Matematika SMA (sampai mengkaji Materi Statistika)

Materi Statistika yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1.2. Penyajian data dalam bentuk Diagram

A. Data Ukuran dan Data Cacahan

Data kuantitatif ditinjau dari cara memperolehnya dibedakan dalam dua jenis,

yaitu:

(i) Data ukuran (kontinu), yaitu data yang diperoleh dengan cara mengukur.

(ii) Data cacahan (disktrik), yaitu data yang diperoleh dengan cara mencacah.

B. Diagram Lambang (Piktogram)

Diagram lambang atau pictogram adalah diagram yang menyajikan data dalam

bentuk gambar dari data itu sendiri dengan skala tertentu.

C. Diagram Lingkaran

Diagram lingkaran adalah diagram yang menyajikan data dengan menggunakan

lingkaran yang dibagi-bagi menjadi juring-juring lingkaran sesuai dengan

persentase setiap bagian dari data keseluruhan.

D. Diagram Batang

Diagram batang adalah diagram yang menyajikan data dalam bentuk persegi

panjang tegak ataupun persegi panjang mendatar. Tebal batang-batang persegi

panjang dan jarak batang-batang yang berdekatan harus sama.

Penyajian data dengan cara ini sangat disukai oleh banyak orang, terutama para

pengusaha. Hal ini disebabkan diagram batang mudah dibuat, dan kesimpulannya

dapat diperoleh dengan cepat.

E. Diagram Garis

Diagram garis adalah diagram yang menyajikan data dalam bentuk garis, dimana

garis itu diperoleh dari beberapa garis yang menghubungkan titik-titik pada

6

Page 7: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

bidang bilangan. Titik-titik ini merupakan pasangan bilangan dari suatu data.

Diagram garis sangat baik sekali jika dipakai untuk melihat perkembangan data

dari suatu waktu ke waktu berikutnya.

F. Diagram Kotak Garis(DKG)

Suatu data statistic yang telah diolah menjadi statistic lima serangkai dapat

disajikan dalam bentuk diagram kotak garis (DKG).diagram ini memuat sebuah

kotak berbentuk persegi panjang dan dua buah garis yang terletak di sebelah kiri

dan kanan kotak tersebut. Persegi panjang dilukiskan mendatar, sedangkan

lebarnya ditentukan oleh lambang “I” yang menunjukkan letak kuartil pertama

(Q1), dan kuartil ketiga (Q3). Panjang persegi panjang itu sama dengan panjang

kedua lambang “I”. Q2 ditandai oleh lambang (+). Garis-garis ke kiri dan ke

kanan diperpanjang hingga mencakup semua nilai data normal (bukan pencilan).

Letak pencilan berada di luar kedua garis dan ditulis dengan lambang asterik.

G. Diagram Batang Daun(DBD)

Diagram kotak garis (DKG) berguna untuk menentukan ukuran pemusatan dan

penyebaran data. Cara lain untuk ukuran penyebaran data dapat pula

menggunakan diagram batang daun(DBD). Dalam pembentukan DBD, data

mentah harus disusun dalam bentuk statistic peringkat. Diagram ini memuat

batang (dalam angka puluhan) dan daun (dalam angka satuan).

Langkah-langkah yang ditempuh untuk membuat diagram batang daun adalah

sebagai berikut:

(1) Tuliskan bagian batang dalam bentuk peringkat.

(2) Tuliskan bagian daun berdampingan pada setiap batangnya

(3) Pastikan semua bagian daun sudah dalam bentuk peringkat.

7

Page 8: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

H. Daftar Sebaran Frekuensi

Untuk data yang berukuran besar (¿30 ), sebaiknya data itu disusun dalam

bentuk tabel. Data dalam bentuk tabel ini disebut daftar distribusi frekuensi atau

daftar sebaran frekuensi.

Daftar distribusi frekuensi merupakan sarana untuk mengatur, menyusun, atau

meringkas data dalam bentuk tabel dimana data tersebut dikelompokkan dalam

interval-interval kelas tertentu.

Di dalam menentukan pembagian data dalam interval-interval kelas, harus

ditentukan berapa buah kelas yang harus dibentuk dan bilangan-bilangan mana

yang harus dimasukkan.

Ketentuan-ketentuan dalam membentuk distribusi frekuensi:

1. Tentukan bilangan terbesar dan terkecil dari data pengamatan. Lalu tentukan

jangkauan:

Jangkauan = datum terbesar-datum terkecil

2. Tentukan banyak interval kelas dengan aturan Sturges, yaitu:

K=1 +3,3 log n; k ∈ bilangan bulan

Dengan: n = banyak data

k = banyak interval kelas

3. Tentukan perkiraan panjang interval kelas yang akan dibentuk dengan rumus

berikut: panjang interval kelas =

Jangkauanbanyak int ervalkelas

4. Pilihlah batas bawah kelas pertama, kalau bisa usahakan pengambilan

dilakukan pada data terkecil. Usahakan titik tengah berupa bilangan bulat.

5. Gunakan sistem turus untuk menentukan frekuensi pada masing-masing

interval kelas.

8

Page 9: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

I. Histogram dan Poligon Frekuensi

Histogram adalah diagram batang yang batang-batangnya saling berimpit.

Poligon frekuensi adalah suatu garis yang ditarik dari titik-titik tengah ujung

batang histogram.

J. Distribusi Frekuensi Relatif

Distribusi frekuensi relative adalah distribusi frekuensi yang berisi nilai-nilai dari

hasil bagi antara frekuensi kelas dengan jumlah pengamatan yang terkandung di

dalam kumpulan data yang berdistribusi tertentu.

K. Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Ogif

Distribusi frekuensi yang dapat dibentuk dengan menjumlahkan frekuensi

selangkah demi selangkah dikenal sebagai distribusi frekuensi kumulatif. Dalam

statistika dikenal dua macam distribusi frekuensi kumulatif, yaitu distribusi

frekuensi kumulatif kurang dari dan distribusi frekuensi kumulatif lebih dari.

1.3. Ukuran Tendensi Sentral (Ukuran Pemusatan)

A. Rataan Hitung (Mean)

1. Menentukan rataan hitung dari data tunggal

Nilai rataan hitung dari data: x1, x2, x3, … , xn didefinisikan sebagai:

x−

=x1+ x2+x3+. ..+xn

n =Σxn

Dengan: x−

= rataan hitung (mean)

n = banyak data

x = wakil dari data

Σ = jumlah (dibaca “sigma”)

2. Menentukan rataan hitung dari data berkelompok

9

Page 10: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

a. Metode biasa

x−

=Σ fxΣf dengan Σf =n

b. Metode simpangan rata-rata(median deviasi)

x−

=A+ Σ fdΣf

Dengan: d = x-A (d sering disebut deviasi)

x = nilai tengah interval kelas

f = frekuensi kelas

c. Metode coding (step-deviasi)

x−

= A+c .Σ fuΣf

B. Rataan Geometris (G)

Rataan geometris G dari sekumpulan data: x1, x2, … , xn ditentukan oleh formula:

G = n√ x1. x2 . x 3 . . . xn

Dalam praktek, rataan geometris G sering ditentukan oleh:

G = anti log (Σ log x

n )C. Rataan Harmonis (H)

Rataan haromonis (H) dari n buah bilangan x1, x2, … , xn ditentukan oleh formula:

H= n

Σ 1x

Atau

1H

=Σ 1

xn

=1n

Σ 1x

10

Page 11: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Hubungan antara rataan hitung (x−

), rataan geometris (G), dan rataan harmonis (H)

ditunjukkan oleh:

H≤G≤x−

D. Rataan Kuadratis (k)

Rataan kuadratis dari sekumpulan bilangan x1, x2, … , xn ditentukan oleh:

k=√ Σx2

n

E. Modus (Datum Sering Muncul)

Modus adalah datum yang sering muncul atau datum dengan frekuensi terbesar

pada sekumpulan data tunggal.

Mo = Lo + [ f o−f −1

2 f o−f −1−f +1 ].cDengan: Lo = tepi bawah kelas modus

Mo = modus

C = panjang kelas

fo = frekuensi kelas modus

f −1= frekuensi kelas sebelum kelas modus

f +1= frekuensi kelas sesudah kelas modus

F. Median dan Kuartil-Kuartil pada Tabel Distribusi

Qi=Li+[ in4

−Σf −1

f i] . c

i = 1, 2, 3

11

Page 12: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

dengan Li = tepi bawah kelas kuartil ke-i

c = panjang kelas

Σf −i= jumlah frekuensi sebelum kuartil ke-i

fi = frekuensi kuartil ke-i

n = jumlah semua frekuensi

G. Desil

1. Untuk data tunggal (data yang belum dikelompokkan)

Letak desil ke-i = i (n+1 )10

dengan i = 1, 2, … , 9 dan n = banyak data (n > 10)

2. Untuk data berkelompok (data dalam bentuk distribusi)

Dengan : Di = desil ke-i

c = panjang kelas

Li = tepi bawah kelas desil ke-i

n = banyak data

fi = frekuensi desil ke-i

i = letak desil ke-i

Σf −i= jumlah frekuensi sebelum desil ke-i

1.4. Ukuran Penyebaran (Ukuran Dispersi)

A. Rataan Simpangan

Kondisi 1

Rataan simpangan (MD) dari sekumpulan n bilangan:

X1, x2, x3, … , xn ditentukan oleh formula:

12

Page 13: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

MD=1n∑i=1

n

|xi−x−|

Dengan: x = rataan hitung

xi = datum ke-i

n = banyak data

kondisi 2

Apabila data berupa bilangan-bilangan: X1, x2, x3, … , xn dengan frekuensi

masing-masing f1, f2, … , fn, maka rataan simpangan ditentukan oleh formula:

MD=1n∑i=1

n

|x i−x−|. f i

Dengan: x = rataan hitung

xi = datum ke-i

n = banyak data

13

Page 14: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

fi = frekuensi dari datum ke-i

B. Simpangan Baku(Deviasi Standar)

Kondisi 1:

Simpangan baku dari sekumpulan x1, x2, … , xn ditentukan oleh formula:

S=√ 1n∑i=1

n (x i−x− )2

Kondisi 2

Apabila data berupa bilangan-bilangan: xi, x2, … , xn dengan frekuensi masing-

masing: f1, f2, … , fn maka simpangan baku (S) ditentukan oleh formula:

S=√ 1n∑i=1

n

fi .(xi−x− )2

2.3 Cooperative Learning

Merujuk pada Slavin (2014), “Cooperative learning can be wonderful. Students often

love working this way. I’ve heard comments like, “An explanation is easier to understand if

it’s coming from another kid”My teammates … make sure I understand the work.”

Roger dan David Johnson dalam Lie (2010) mengatakan tidak semua kerja kelompok

bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure

model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.

A. Saling Ketergantungan Positif.

14

Page 15: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

B. Tanggung Jawab Perseorangan.

C. Tatap Muka.

D. Komunikasi Antaranggota.

E. Evaluasi Proses Kelompok.

Dalam Slavin (2014) dikemukakan ada 5 strategi untuk mendapatkan hasil maksimal

dari cooperative learning, yaitu:

1. Form interdependent teams.

2. Set group goals.

3. Ensure individual accountability.

4. Teach communication and problem-solving skills.

5. Integrate cooperative learning with other structures.

Dari semua penjelasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa cooperative learning

adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok belajar untuk dapat

bekerja sama mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, dimana di dalamnya akan terjadi

komunikasi dan pembentukan sosial diantara sesama anggota kelompok.

2.4 Group Investigation (GI)

Menurut Sharan dan Sharan dalam Sharan (2014) dikatakan Karakter unik investigasi

kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar seperti investigasi, interaksi, penafsiran,

dan motivasi intrinsik.

a. Investigasi

Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan rumit

kepada kelas. Di tengah-tengah berlangsungnya penelitian mereka untuk menjawab

masalah, siswa membangun pengetahuan yang mereka peroleh, bukannya menerima

15

Page 16: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

yang diberikan guru kepada mereka. Proses investigasi menekankan inisiatif siswa,

dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dengan sumber-

sumber yang mereka temukan, dan dengan jawaban yang mereka rumuskan. Siswa

mencari informasi dan gagasan dengan bekerjasama dengan rekan mereka dan

menggabungkannya bersama pendapat, informasi, gagasan, ketertarikan, dan

pengalaman yang masing-masing mereka bawa untuk mengerjakan tugas.

b. Interaksi

Ini adalah kendaraan yang dengannya siswa memberikan dorongan, saling

mengembangkan gagasan satu sama lain, saling membantu untuk memfokuskan

perhatian mereka terhadap tugas, dan bahkan saling mempertentangkan gagasan

dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan. Interaksi sosial dan

intelektual merupakan cara yang digunakan siswa untuk mengolah lagi pengetahuan

personal mereka di hadapan pengetahuan baru yang didapatkan oleh kelompok Selma

berlangsungnya penyelidikan (Thelen, 1981).

c. Penafsiran

Investigasi kelompok member siswa kesempatan untuk berinteraksi dengan

sesamanya yang meneliti aspek-aspek berbeda dati tema umum yang sama, dan yang

memberikan sudut pandang berbeda atas tema itu. Penafsiran informasi kooperatif

yang dikumpulkan oleh anggota kelompok ini meningkatkan kemampuan mereka

untuk menyusun, menegaskan, dan menkonsolidasikan temuan-temuan mereka dan

dengan demikian membuatnya bermakna.

d. Motivasi Instrinsik

16

Page 17: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang akan

mereka selidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan, dan perasaan mereka,

Investigasi kelompok mempertinggi minat pribadi mereka untuk mencari informasi

yang mereka perlukan. Penyelidikan mereka mendatangkan motivasi kuat lain yang

muncul dari interaksi mereka dengan orang lain. Banyak metode pembelajaran

kooperatif didasarkan pada tanggung jawab bersama dan interaksi di antara anggota

kelompok. Investigasi kelompok meningkatkan kemampuan untuk memperbesar

kelomok meningkatkan kesempatan untuk memperbesar interdependensi positif yang

berkembang ketika ssiwa belajar bersama.

Keempat fitur tersebut digabungkan dalam model enam tahapan, yaitu:

Tahap 1 : Kelas menentukan subtema dan menyusunnya ke dalam kelompok penelitian

(i) Memberikan masalah umum

(ii) Berbagai sumber pelajaran

(iii) Membuat pertanyaan

(iv) Menentukan subtema

(v) Membentuk kelompok minat

Tahap 2 : Kelompok merencanakan penelitian mereka

(i) Memilih pertanyaan yang akan mereka cari jawabannya

(ii) Menentukan sumber-sumber yang mereka perlukan

(iii) Membamgi pekerjaan dan menentukan peran-peran

Tahap 3 : Kelompok mejalankan penelitian kelompoknya

(i) Menemukan informasi dari berbagai sumber

(ii) Menyusun dan mencatat data

(iii) Melaporkan temuan-temuan mereka kepada teman-teman sekelompok

17

Page 18: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

(iv) Mendiskusikan dan menganaisis temuan-temuan mereka

(v) Memutuskan apakah mereka memerlukan informasi lain

(vi) Menafsirkan dan menyatukan temuan-temuan mereka

Tahap 4 : Kelompok merencanakan presentasi mereka

(i) Tekankan gagasan utama dan kesimpulan penelitian

(ii) Pastikan setiap orang dalam kelompok itu ambil bagian secara aktif

selama presentasi

(iii) Buatlah dan amatilah batas waktulamanya presentasi

(iv) Rencanakan untuk sebanyak mungkin melibatkan teman sekelas yang

menjadi “audiens” dengan memberi peran untuk dimainkan atau

menyuruh mereka agar aktif selama presentasi berlangsung.

(v) Berikan waktu untuk bertanya

(vi) Pastikan semua perlengkapan dan materi yang diperlukan sudah tersedia.

Tahap 5 : Kelompok menyusun presentasi mereka

(i) Apakah kalian memahami gagasan utama presentasi?apakah setiap

anggota kelompok ikut terlibat?

(ii) Apakah kalian telah memanfaatkan sumber-sumbernya dengan baik?

(iii) Jawaban siswa untuk pertanyaan ini member penyaji reaksi cepat atas

upaya mereka.

Tahap 6 : Guru dan siswa mengevaluasi proyek mereka.

2.5 Hasil Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis

yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian,

pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat

18

Page 19: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat

diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil

cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan

perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa

maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2009).

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Richardo (2015) Hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi

untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Winkel (2014) menyebutkan bahwa Ilmu psikologi mengenal pembagian aspek-

aspek kepribadian atas tiga kategori, yaitu aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan

pemahaman; aspek dinamika-afektif yang mencakup perasaan, minat motivasi, sikap

kehendak dan nilai; aspek sensotik-motorik yang mencakup pengamatan dan segala gerakan

motorik. Dalam melakukan sesuatu, sesuai dengan tujuan instruksional, siswa pun

menampakkan salah satu aspek dari kepribadiannya dalam tingkah lakunya (observable

behavior).

Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud

dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran matematika yang diukur dari sikap siswa dalam

menyelesaikan suatu permasalahan matematika.

2.6 Sikap

Syah ( 2009) Dalam arti yang sempit sikap adalah padangan atau kecenderunga

mental. Menurut Bruno (1987), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relative menetap

19

Page 20: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan

demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk

bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku siswa akan ditandai

dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan

lugas) terhadap suatu obyek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.

Di dalam Winkel (2014) Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau

menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna/berharga baginya atau

tidak. Bila objek dinilai “baik untuk saya”, dia mempunyai sikap positif; bila objek dinilai

“jelek untuk saya”, dia mempunyai sikap negatif.

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan

penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan,

yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan

masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Penelitian ini dilakukan

20

32

Page 21: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

melalui proses yang dinamis dan komplementasi yang terdiri dari empat aspek yaitu :

perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan serta refleksi (reflection).

Adapun proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dari:

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneli secara kolaboratif mengadakan kegiatan sebagai berikut:

1) Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran

matematika sebelumnya.

2) Mengidentikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru dalam pembelajaran

matematika sebelumnya.

3) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran

matematika sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa.

4) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah :

1) Merancang pelaksanaan pembelajaran

2) Bekerja sama dengan guru dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan

3) Pelaksana, guru memberi pengarahan, motivasi, dan stimulus agar praktisi dapat

melaksanakan perannya berdasarkan rencana.

c. Pengamatan dan Evaluasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan pengamatan dan evaluasi secara

komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrument pengumpulan

data yang telah disediakan sehingga diperoleh data empiris pelaksanaan pembelajaran,

kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan pengguanaan

strategi Integarif. Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.

d. Analisis dan Refleksi

21

Page 22: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dan evaluasi, selanjutnya dikumpulkan

dan dianalisis. Refleksi yang dimaksudkan adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau

kegagalan pencapaian tujuan sementara. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini

dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk itu,

refleksi dalam penelitian ini akan dilakukan setiap akhir tindakan dan akhir siklus.

Langkah-langkah tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:

erencanaan

Tidak

Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindaka

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini diseminarkan dan

direncanakan selama 4 minggu pada semester ganjil 2017/2018.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Kristen Bina Kasih Jambi.

22

Permasalahan

Pelaksanaan

Pengamatan

stop

Tercapai

Perencanaan

Page 23: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

3.3 Sumber Data Dan Subjek Penelitian

3.3.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas XI SMA

Kristen Bina Kasih Jambi yang berjumlah 91 orang siswa.

3.3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas XI jumlah 91 orang siswa.

3.3.3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Group Investigation (GI) dan

sikap siswa selama proses penerapan model tersebut.

3.4 Metode dan Jenis Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto dalam Trianto,2011:54). Dalam

suatu penenlitian dikenal beberapa metode pengumpulan data penelitian, antara lain

angket(questionnaire), wawancara (interview), pengamatan (obsertation), ujian (test), dan

dokumentasi (documentation).

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis

dan dipermudah olehnya.berdasarkan definisi tersebut suatu instrument berfungsi untuk

menjaring data-data hasil penelitian. Instrument juga diartikan sebagai alat bantu

merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket(questionnaire),

daftar cocok(check list), pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule),

lembar/panduan pengamatan (observation sheet), soal test (test), inventori(inventory),

skala (scale) dan lainnya. (Trianto,2011:54)

23

Page 24: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Dalam penelitian ini metode dan instrument penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

No Jenis Metode Jenis Instrumen

1. Angket (questionnaire) Angket

Daftar cocok (check list)

2. Pengamatan (interview) Lembar pengamatan (observation sheet)

Daftar cocok (check list)

3. Ujian (test) Soal test (test)

4. Dokumentasi Foto

Berikut penjelasan tentang Instrumen Penelitian:

1. Angket (questionnaire)

Agket digunakan untuk melihat tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran

yang terjadi dan bagaimana pelaksanaan dari proses pembelajaran itu sendiri.

Digunakan skala Likert dengan lima pilihan. Adapun uji angket yang dilakukan

adalah: validitas, reliabilitas dan konsistensi internal.

a. Uji Validitas Angket

Dalam penelitian ini jenis validitas angket yang diutamakan adalah validitaas isi.

Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam angket mencakup

keseluruhan kawasan isi yang hendak di ukur oleh tes itu (isinya harus tetap

relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran). Pengujian validitas isi

tidak melalui analisis statistika tetapi analisis rasional yaitu dengan melihat apakah

item tes telah ditulis sesuai dengan blue-printnya yaitu telah sesuai dengan batasan

domain ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing

item telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkapnya (Saifuddin

Azwar, 2003:175)

b. Uji Reliabilitas Angket

24

Page 25: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Reliabilitas angket menunjukkan bahwa angket dapat dipercaya sebagai alat

pengumpul data. Uji reliabilitas untuk angket digunakan teknik alpha yang

dihitung dengan rumus berikut :

Keterangan:

r11 = indeks reliabilitas instrument

n = banyaknya butir instrument

si2 = variansi butir ke-i=1,2,….k

st2 = variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba

(Budiyono, 2003:70)

Kriteria Uji:

Angket dikatakan reliable jika r11¿ 0,7

c. Uji Konsistensi Internal Angket

Untuk menentukan konsisten internal masing-masing butir dilihat dari korelasi

antara butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Adapun yang uji konsistensi

internal angket dalam penelitian ini digunakan rumus dari Karl Pearson berikut

(Budiyono, 2003: 65):

Dengan:

rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

n = banyaknya subyek yang dikenai angket

X = skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)

Y = total skor (dari subyek uji coba)

25

Page 26: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Butir angket dipakai jika r11>0,30

2. Pengamatan (Observation)

Pengamatan ini berupa lembar observasi oleh teman sejawat guru, yang akan

mengamati (mengobservasi) pelaksanaan pembelajaran oleh guru(peniliti) sesuai

rencana pelaksanaan yang telah dirancang dan bagaimana proses pembelajaran

tersebut belangsung oleh siswa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto hasil observasi keadaan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

3.5. Prosedur Penelitian

Prosedur peneltian ini mengikuti tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas yang

akan berlangsung selama beberapa siklus. Rancangan masing-masing siklus yang terdiri dari

empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan / observasi, dan refleksi yang

dilakukan secara berulang sampai mencapai kriteria keberhasilan. Tiap siklus dilaksanakan

sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk itu setiap akhir siklus diberikan tes untuk

melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa.

Secara lengkap pola dasar model PTK ditunjukkan dalam gambar berikut:

26

Page 27: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Gambar 3.1. Model/desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2012;16)

Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini

dijabarkan sebagai berikut:

Siklus I

1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah :

1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan didesain fokus pada

konsep materi yang harus dipahami siswa.

2. Menyusun material pokok pembahasan dalam hal ini adalah Statistika.

3. Melaksanakan tes awal (pre test) untuk melihat kemampuan atau pemahaman dasar

siswa terhadap materi yang akan diberikan.

4. Melaksanakan tes akhir (post test) untuk melihat perkembangan siswa setelah rencana

pembelajaran diterapkan.

5. Menyusun soal evaluasi hasil belajar.

6. Membuat instrumen observasi guru dan siswa dalam penelitian.

27

Page 28: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

7. Menyusun angket untuk melihat tingkat kepuasan siswa terhadap proses

pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

dengan langkah pelaksanaan secara umum sebagai berikut:

1. Kegiatan awal (pendahuluan)

- Appersepsi

a. Guru mengucapkan salam.

b. Guru mengkondisikan kelas, siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri

atas 4-6 orang

c. Guru memberi stimulus tentang materi Statistika yang pernah didengar atau

dipelajari sebelumnya pada tingkat data tunggal.

d. Guru menyampaikan tujuan dari materi yang akan dipelajari siswa (SK, KD

dan indikator).

2. Kegiatan inti :

- Eksplorasi

Siswa mendapat pengetahuan awal, melalui proses belajar satu kelas penuh,

pengajaran dipimpin oleh guru yang menstimulus seluruh siswa.

a. Guru memberikan penjelasan awal materi Statistika .

b. Pengajuan pertanyaan oleh guru, dan siswa diminta untuk menjawab.

c. Pemahaman konsep siswa secara mandiri dari penjelasan guru.

- Elaborasi

a. Siswa diberikan lembar kerja yang telah dibuat guru, dalam tahap ini

siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk melakukan investigasi,

melaksanakan perencanaan,yaitu: apa yang mereka pelajari? bagaimana

28

Page 29: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

mereka belajar? siapa dan melakukan apa? untuk tujuan apa mereka

menyelidiki topik itu?

b. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab terhadap pemahaman teman

satu kelompoknya.

c. Setelah siswa dapat menyelesaikan lembar kerja secara berkelompok,

setiap kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan hasil dari

pekerjaan kelompoknya.

d. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.

e. Kelompok lain dapat menangapi hasil dari kelompok yang presentasi.

f. Selama tahap ini berlangsung guru mengambil peran dengan mengamati

bagaimana kelompok bekerja (mengisi lembar observasi).

- Konfirmasi

a. tanya jawab, jika ada pertanyaan dari anggota kelompok terkait materi

yang dipelajari pada saat itu.

b. Siswa diberikan soal kuis yang dikerjakan secara individu, dimana nanti

hasilnya akan menjadi skor kelompok (dirata-ratakan).

c. Pada pertemuan selanjutnya akan diberikan pengumuman kelompok

mana yang mendapat skor tertinggi.

3. Kegiatan penutup :

a. Siswa dibimbing guru menyimpulkan pembelajaran

b. Siswa member salam kepada guru

29

Page 30: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

3. Pengamatan (Observasi)

Dalam pengamatan ini hal yang dilakukan oleh observator adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan terhadap tindakan dalam hal ini proses pembelajaran yang

dilaksanakan guru.

2. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa.

3. Menilai hasil tindakan dengan membandingkan kriteria penilaian yang telah

ditetapkan setelah RPP di terapkan.

4. Refleksi (Tindak Lanjut)

Merupakan pengkajian ulang terhadap siklus yang dilaksanakan dengan melakukan hal-

hal sebagai berikut:

1. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.

2. Menyimpulkan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan diperhatikan pada siklus

berikutnya.

Hasil refleksi atau evaluasi siklus pertama ini akan dijadikan acuan untuk menentukan

perencanaan pada siklus kedua.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Pemberian tes

Pemberian tes dilakukan sesudah proses pembelajaran berlangsung untuk melihat

kemajuan proses pemahaman siswa dalam aspek kognitif.

2. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan

ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.Hasil pengamatan dituangkan dalam lembar pengamatan keterlaksanaan

RPP dan aktivitas siswa selama pembelajaran.

30

Page 31: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

3. Penyebaran Angket

Penyebaran angket dilakukan setelah proses pembelajaran. Penyebaran angket

bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Angket berupa pertanyaan yang telah dilengkapi dengan jawaban,

sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai dengan pendapatnya (angket tertutup).

3.7. Teknik Analisis Data

Dari hasil penelitian, data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan pengamatan dari

pelaksanaan siklus penelitian, dianalisis secara statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini

adalah untuk mendeskripsikan kegiatan dan hasil siswa selama proses belajar mengajar.

Analisis deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa

Untuk menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase

(%), yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas

dikalikan dengan 100.

Presentase =

AB

x100 %

Dimana:

A = Proporsi siswa yang memilih

B = Jumlah siswa (responden)

Reliabilitas instrument pengamatan siswa dihitung dengan teknik inter observer

agreement. Pada saat uji coba ada dua pengamat menggunakan instrument yang sama

untuk mengamati karakteristik yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung

reliabilitas adalah rumus Emmer dan Millet:

31

Page 32: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Percentage of agreement = 100 % (1− A−B

A+B ) (Borich dalam Trianto, 2011: 63)

Keterangan:

A = Frekuensi aspek tingkah laku yang terjadi oleh pengamat yang memberikan

frekeunsi tinggi

B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan

frekuensi rendah

Instrumen dikatakan baik jika mempunyai koefisien reliabilitas ≥ 0,75 atau ≥ 75%

(Borich dalam Trianto, 63)

2. Analisis Tes Hasil Belajar

Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa dan

nilai individu. Pada tahap penyimpulan, kriteria keberhasilan siswa dalam

menyelesaikan materi dimensi tiga. Untuk menghitung skor yang dicapai setiap siswa

secara keseluruhan dianalisis dengan menggunakan rumus (Arikunto,2009:236):

Persentase = skor yang diperoleh

skor total× 100

Adapun mengenai penetapan ketuntasan dalam pembelajaran

matematika yang telah ditetapkan SMA Kristen Bina Kasih Jambi bahwa syarat suatu

pembelajaran dikatakan tuntas secara individual seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2. kualifikasi pencapaian siswa

Kriteria Ketuntasan Minimal Keterangan

≥ 70

¿70

Ketuntasan

Tidak Tuntas

(sumber data : SMA KRISTEN BINA KASIH)

Berdasarkan tabel 3.1 diatas, maka dapat diketahui bahwa bila siswa

memperoleh nilai ≥ 70, maka siswa tersebut dikatakan tuntas mancapai Kriteria

32

Page 33: Judul ptk mtk lena p. h. aritonang

Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran

matematika, namun jika nilai siswa ¿70 dikatakan tidak tuntas atau tidak mencapai

KKM. Selain itu ditetapkan juga kriteria presentasi ketuntasan secara klasikal, yaitu

pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika 75% mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal.

33