23
INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metode Penelitian Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Dibimbing Oleh Dr. Srikandi Kumadji, MS. OLEH ARINDA SASMITA R 125030200111012 DIN HAIDIATI 125030201111004 INDAH MUGI UTAMI 125030207111127 KELAS B, ADMINISTRASI BISNIS

INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metode Penelitian

Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Dibimbing Oleh

Dr. Srikandi Kumadji, MS.

OLEH

ARINDA SASMITA R 125030200111012

DIN HAIDIATI 125030201111004

INDAH MUGI UTAMI 125030207111127

KELAS B, ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

MALANG

2013

Page 2: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

KATA PENGANTAR

Page 3: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pemakaian sehari-hari, pengukuran terjadi bilamana suatu alat ukur

tertentu dipakai untuk memastikan tinggi, berat, atau ciri lain dari suatu objek fisik

(Cooper&Emory,1996:151). Dalam pengukuran, kita membentuk suatu skala dan

kemudian mentransfer pengamatan terhadap ciri-ciri kepada skala tersebut. Ada

berbagai kemungkinan skala; pilihan yang sesuai tergantung kepada anggapan

anda mengenai aturan pemetaan. Setiap skala mempunyai himpunan asumsinya

masing- masing yang melatarbelakangi hubungan angka-angka dengan praktek

sehari-hari (Cooper&Emory,1996:153).

Dari penskalaan tersebut, kita mendapatkan sebuah hasil yang bisa

disebut sebagai data. Menurut Arikunto dalam Taniredja&Mustafidah (2011:41)

Data merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian, karena data

merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat

pembuktian hipotesis. Untuk mendapatkan sebuah data penelitian diperlukan

instrumen penelitian atau alat pengumpul data. Instrumen penelitian ini

merupakan salah satu tolak ukur benar atau tidaknya data penelitian. Semakin

baik instrumen pengumpul data, maka data yang terkumpul juga semakin baik

dan hasil penelitian juga akan semakin berkualitas. Oleh karena itu, dalam

makalah ini, penulis ingin membahas mengenai instrumentasi dan penskalaan

penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis-jenis dari penskalaan?

2. Apakah yang dimaksud dengan skala nominal, ordinal, interval dan rasio?

3. Apa saja instrumen dalam penelitian?

4. Bagaimana cara menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian?

1.3 Tujuan Penyusunan

1. Untuk mengetahui jenis-jenis penskalaan

2. Untuk mengetahui skala nominal, ordinal, interval, dan rasio

3. Untuk mengetahui instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian

4. Untuk mengetahui cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen

penelitian

Page 4: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 JENIS PENSKALAAN

Pembuatan skala (scaling) merupakan suatu prosedur pemberian angka-

angka (atau simbol-simbol lain) kepada sejumlah ciri objek-objek dengan maksud

untuk menyatakan karakteristik angka pada ciri-ciri tersebut (Phillips, 1971:205).

Dalam membuat skala, peneliti perlu mengasumsikan terdapatnya suatu

kontinum yang nyata dari sifat-sifat tertentu. Misalnya dalam warna. Selalu

terdapat kontinum dari warna putih, merah jambu, dan seterusnya sampai

dengan hitam. Dalam hal persetujuan terhadap sesuatu, terdapat suatu kontinum

dari “paling tidak setuju” sampai dengan “amat setuju”. Karena keharusan akan

adanya suatu kontinum dalam membuat skala, maka item-item yang tidak

berhubungan, tidak dapat dimasukkan dalam skala yang sama.

Jenis-jenis skala menurut Nazir (2003:328-329) adalah:

1. Skala jarak sosial (skala Bogardus dan sosiogram)

Yang dimaksud dengan jarak sosial adalah derajat pengertian atau

keintiman dan kekariban sebagai ciri hubungan sosial secara umum (Park,

1902:339-344), yang kontinumnya terdiri dari “sangat dekat”, “dekat”,

“indifferent”, “benci”, sampai kepada “menolak sama sekali”. Dalam skala ini,

skor yang tinggi diberikan kepada kualitas yang tinggi.

Dalam mengartikan skala Bogardus, ada dua asumsi yang harus diterima,

yaitu:

1. jarak sosial mempunyai suatu kontinum tertentu,

2. tiap titik dalam skala mempunyai jarak yang sama dengan titik-titik

lainnya, tetapi titik nolnya tidak ada.

2. Skala penilaian (rating scales)

Pada skala penilaian, si penilai memberi angka pada suatu kontinum di

mana individu atau objek akan ditempatkan. Penilai biasanya terdiri dari

beberapa orang, dan penilai hendaklah orang-orang yang mengetahui

bidang yang dinilai. Penilaian oleh satu orang dianggap kurang

reliabilitasnya. (Bungin, 2005)

Page 5: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

1. Skala penilaian grafik

Di sini, subjek diminta untuk menandai titik tertentu dari suatu kontinum

pada suatu garis tertentu. Contoh:

GAMBAR 2.1.1

Sumber: dikutip dari Cooper&Emory (1996:184)

2. Skala penilaian deskriptif

Penilai hanya akan diberikan titik awal dan titik akhir saja dari kontinum

dengan suatu angka absolut. Kemudian, rata-rata dari nilai untuk

masing-masing pekerjaan tersebut dicari dan dibuat ranking-nya.

3. Skala penilaian komparatif

Penilai diberikan suatu perbandingan dengan suatu populasi,

kelompok sosial ataupun sifat yang telah diketahui hasilnya secara

umum.

GAMBAR 2.1.2

Sumber: dikutip dari Sekaran (2006:38)

3. Skala membuat ranking

Pada skala urutan ini, subjek secara langsung membandingkan dua atau

lebih objek dan melakukan pemilihan terhadap berbagai objek tersebut.

Page 6: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

Sering seorang responden diminta untuk memilih satu sebagai yang “terbaik”

atau yang “paling diinginkan”. (Cooper&Emory, 1996:187)

4. Skala konsistensi internal (skala Thurstone)

Skala ini pada awalnya dikembangkan oleh L.L. Thurstone, dari metode

psikofisikal yang bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan ciri

atau kriteria tertentu. Skala Thurstone disusun dalam interval yang

mendekati sama besar. Dalam memilih hal-hal tersebut, peneliti biasanya

mengikuti prosedur sebagai berikut. (Seltizet al., 1976:414-417)

1. Peneliti mengumpulkan beratus-ratus pernyataan yang dipikirkan

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Kemudian pernyataan yang beratus-ratus buah jumlahnya tersebut

dikumpulkan dan diminta untuk dinilai oleh 50-300 juri yang bekerja

secara independen.

3. Juri diminta untuk mengelompokkan pernyataan-pernyataan tadi dalam

11 kelompok, dan memberi skor antara 1 sampai 11. Yang paling

relevan diberi skor 1 dan yang paling tidak relevan diberi skor 11.

Dalam tumpukan pertama dikumpulkan pernyataan yang sangat baik,

tumpukan kedua yang baik, dan seterusnya tumpukan keenam yang

netral, dan seterusnya sampai tumpukan ke-11 yang paling tidak baik.

4. Pernyataan yang nilainya sangat menyebar dibuang, sedangkan

pernyataan-pernyataan yang mempunyai nilai yang agak bersamaan

dari para penilai (juri) digunakan dalam membuat skala. Nilai skala dari

tiap pernyataan dihitung, yaitu median dari nilai-nilai yang telah

diberikan juri.

5. Skala Likert

Skala Likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau

tidak setuju dengan pernyataan pada skala 5 titik dengan susunan berikut:

GAMBAR 2.1.3

Sumber: dikutip dari Sekaran (2006:32)

Page 7: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

Respons terhadap sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau

variabel tertentu kemudian disajikan kepada tiap responden. Ini adalah skala

interval dan perbedaan dalam respons antara dua titik pada skala tetap

sama.

GAMBAR 2.1.4

Sumber: dikutip dari Sekaran (2006:32)

6. Skala kumulatif Guttman

Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang mengiyakan

pertayaan atau pernyataan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan

mengiyakan pertanyaan atau pernyataan yang kurang berbobot lainnya.

Skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang

multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat unidimensional.

7. Semantic differential

Skala perbedaan semantik ini berkehendak untuk mengukur pengertian

suatu objek atau konsep oleh seseorang. Responden diminta untuk menilai

suatu konsep atau objek (misalnya kampus, dosen, kuliah, dan lain-lain)

dalam suatu skala bipolar dengan tujuh buah titik. Skala bipolar adalah skala

yang berlawanan seperti baik-buruk, besar-kecil, dan sebagainya.

Dalam menentukan alat ukur, maka hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah:

1. Perlu dirumuskan sifat bipolar yang cocok dengan konsep, stimuli, atau

objek untuk memecahkan masalah penelitian

2. Sifat bipolar yang dipilih haruslah relevan dengan konsep, stimuli, atau

objek yang harus relevan pua dengan masala penelitian yang ingin

dipecahkan.

Page 8: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

2.2 SKALA NOMINAL, ORDINAL, INTERVAL DAN RASIO

Pengelompokan skala memakai sistem bilangan nyata. Menurut

Cooper&Emory (1996:153) dasar yang paling umum untuk membuat skala

mempunyai tiga ciri:

1. Bilangannya berurutan. Satu bilangan adalah lebih besar daripada, lebih

kecil daripada, atau sama dengan bilangan yang lain.

2. Selisih antara bilangan-bilangan adalah berurutan. Selisih antara sepasang

bilangan adalah lebih besar daripada, lebih kecil daripada, atau sama

dengan selisih antara pasangan bilangan yang lain.

3. Deret bilangan mempunyai asal mula yang unik yang ditandai dengan

bilangan nol.

Kombinasi ciri-ciri urutan, jarak, dan asal mula menghasilkan

pengelompokan skala ukuran berikut yang umum dipakai:

TABEL 2.2.1

JENIS SKALA CIRI-CIRI SKALAOPERASI EMPIRIS

DASAR

NominalTidak ada urutan, jarak,

atau asal mulaPenentuan kesamaan

OrdinalBerurutan tetapi tidak ada jarak atau asal mula yang

unik

Penentuan nilai-nilai lebih besar atau lebih

kecil daripada

IntervalBerurutan dan berjarak tetapi tidak mempunyai

asal mula yang unik

Penentuan kesamaan interval atau selisih

RasioBerurutan, berjarak, dan

asal mula yang unikPenentuan kesamaan

rasioSumber: dikutip dari Cooper&Emory (1997:154)

Skala Nominal. Menurut Cooper&Emory (1996:154), ketika kita

menggunakan skala nominal berarti kita harus membuat partisi dalam suatu

himpunan ke dalam kelompok-kelompok yang mutually exclusive (harus mewakili

kejadian yang berbeda) dan collectively exhaustive (dapat menjelaskan semua

kejadian yang mungkin terjadi dalam kelompok tersebut). Skala nominal

merupakan skala yang paling lemah di antara keempat jenis skala. Di sini tidak

ada hubungan jarak dan tidak ada asal mula hitungan. Skala ini mengabaikan

segala informasi mengenai berbagai tingkatan dari ciri-ciri yang diukurnya.

Karena satu-satunya kuantifikasi adalah jumlah kasus yang dihitung dalam

setiap kelompok, maka peneliti terbatas pada penggunaan modus sebagai

Page 9: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

ukuran tendensi sentral. Bagi skala nominal, tidak ada ukuran mengenai

sebaran. Meskipun skala nominal dianggap lemah, namun skala ini berguna

ketika skala lain tidak dapat dipakai dalam suatu himpunan ciri-ciri seperti status

perkawinan, jenis kelamin, afiliasi politik, dan sebagainya.

Skala Ordinal mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah suatu urutan.

Pemakaian skala ordinal mengungkapkan suatu pernyataan mengenai “lebih

daripada” atau “kurang daripada” tanpa menyatakan berapa lebih besar atau

kurang. Contoh-contoh mengenai skala ordinal mencakup skala pendapat, skala

preferensi, dan skala Likert. Teknik perbandingan berpasangan yang dipakai

secara luas memakai skala ordinal. Karena angka-angka dari skala ini hanya

mempunyai pengertian secara urutan, ukuran tendensi sentral yag tepat adalah

median. Ukuran persentil atau kuartil menyatakan sebarannya. Korelasi dibatasi

kepada berbagai metode urutan. Ukuran uji nyata secara statistik secara teknis

dimasukkan kepada metode-metode yang dikenal sebagai metode non-

parametrik (Cooper&Emory, 1996:156)

Skala Interval memiliki keampuhan skala nominal dan ordinal ditambah

lagi skala ini mencakup konsep kesamaan interval (jarak antara 1 dan 2 adalah

sama dengan jarak antara 2 dan 3). Contohnya adalah waktu kalender, skala

suhu Celcius dan Fahrenheit. Keduanya mempunyai titik nol yang ditetapkan

secara arbitrer.

Dalam skala interval, rata-rata hitung dipakai sebagai ukuran nilai sentral,

simpangan baku sebagai ukuran nilai sebaran. Prosedur-prosedur statistik yang

dapat dipakai adalah korelasi product moment, uji t, dan uji F dan lain-lain uji

parametrik.

Skala-skala yang tergolong dalam skala interval atara lain:

1. Skala Bogardus

2. Skala Thurstone

3. Skala Semantik

4. Skala Multi Titik

5. Skala Likert

Skala Rasio mencakup semua keampuhan dari skala nominal, ordinal,

interval ditambah dengan adanya titik nol yang absolut. Skala rasio

mencerminkan jumlah-jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel seperti berat,

Page 10: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

tinggi, jarak, luas, nilai uang, jumlah populasi, jarak, periode waktu, dan

sebagainya.

Semua teknik statistika yang telah disebutkan sebelumnya dapat dipakai

dalam skala rasio. Rata-rata geometris dan rata-rata harmonis merupakan

ukuran tendensi sentral, dan koefisien variasi juga dapat dihitung

(Cooper&Emory, 1996:157)

2.3 INSTRUMEN PENELITIAN

Pengertian dasar dari instrumen penelitian adalah 1) Instrumen penelitian

menempati posisi teramat penting, dalam hal bagaimana dan apa yang harus

dilakukan untuk memperoleh data di lapangan; 2) Instrumen penelitian adalah

bagian paling rumit dari keseluruhan proses penelitian, oleh karena itu kerumitan

dan kerusakan instrumen penelitian pada dasarnya tidak terlepas dari peranan

desain penelitian yang telah dibuat itu; 3) bahwa pada dasarnya penelitian

kuantitatif memiliki dua fungsi yaitu sebagai “subtitusi” dan sebagai “suplemen”

(Bungin, 2005).

Pada beberapa instrumen, umpamanya angket, instrumen menjadi wakil

peneliti satu-satunya di lapangan. Oleh karena itu, kehadiran instrumen

penelitian di depan responden (khususnya untuk instrumen angket), adalah

benar-benar berperan sebagai pengganti (substitusi) dan bukan suplemen

penelitian. Sebagai suplemen, instrumen penelitian hanyalah pelengkap dari

sekian banyak alat-alat bantu penelitian yang diperlukan oleh peneliti pada

pengumpulan data yang menggunakan instrumen penelitian.

Berikut ini adalah kaitan antara metode dan instrumen pengumpulan data

TABEL 2.3.1

NO. JENIS METODE JENIS INSTRUMEN1. Angket (questionnaire) Angket (questionnaire)

Daftar cocok (checklist) Skala (scale) Inventori (inventory)

2. Wawancara (interview) a. Pedoman wawancara (interview)b. Daftar cocok (checklist)

3. Pengamatan/Observasi (observation)

a. Lembar pengamatanb. Panduan pengamatanc. Panduan observasi (observation sheet

atau observation schedule)d. Daftar cocok (checklist)

4. Ujian atau tes (test) a. Soal ujian (soal tes)b. Inventori (inventory)

Page 11: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

5. Dokumentasi a. Daftar cocok (checklist)b. Tabel

Sumber: dikutip dari Riduwan (2002:25)

Jenis-jenis instrumen penelitian, yaitu:

1. Angket

Angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan tentang topik

tertentu yang diberikan kepada subjek, baik secara individual atau kelompok,

untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat dan

perilaku. Untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan angket ini, peneliti

tidak harus bertemu langsung dengan subyek, tetapi cukup dengan mengajukan

pertanyaan atau pernyataan secara tertulis untuk mendapatkan respon (Hadjar,

1999:181). Dalam penelitian kuantitatif, angket yang digunakan adalah angket

tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih.

Arikunto (1998:229) berpendapat, bahwa sebelum menyusun angket,

peneliti hendaknya:

a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner/angket

b) Mengidentifikasi variabel yang yang akan dijadikan kuesioner

c) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan

tunggal

d) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan

teknik analisisnya.

Memperoleh kuesioner atau angket dengan hasil yang baik membutuhkan

sebuah proses uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan ujicoba haruslah

dari populasi sampel penelitian. Situasi sewaktu uji coba harus sama dengan

situasi penelitian yang sesungguhnya dilaksanakan. Dalam uji coba, responden

diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner

yang diujicobakan itu, sehingga hasil penelitian akan lebih baik.

2. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan

mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Data yang diperoleh

dalam observasi dicatat dalam suatu catatan observasi. Kegiatan pencatatan

dalam hal ini merupakan bagian dari kegiatan pengamatan (Nurkanca dan

Sumartana, 1986:46). Dalam penelitian kuantitatif, observasi yang dilakukan

adalah observasi langsung, yakni teknik pengumpulan data dimana peneliti

Page 12: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap responden

yang diamati, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya

maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan (Surakhmad,

1994:162).

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan

untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan.

(Sudjana, 2001:84). Observasi dilakukan bila belum banyak keterangan yang

dimiliki tentang masalah yang diteliti. Observasi berfungsi untuk menjajaki dan

eksplorasi ini akan menghasilkan gambaran yang lebih jelas tentang masalah

yang diteliti dan mungkin petunjuk – petunjuk tentang cara memecahkannya.

Observasi sebagai alat pengumpul data dilakukan secara sistematis dan

diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa ada

usaha untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya sampai

memperoleh data yang meyakinkan. Untuk memperlancar proses observasi,

peneliti sebaiknya membentuk pedoman observasi yang berisi kisi – kisi

(indikator) penelitian yang akan diteliti sebagai pegangan pengamat saat

melakukan observasi. Setelah itu baru membuat formulir atau blangko

pengamatan sebagai instrumen, sesuai dengan pendapat Arikunto (1998:234)

bahwa, dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan form atau blango pengamatan instrumen. Format yang

disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan

akan terjadi. Di samping mencatat, peneliti juga perlu mengadakan

pertimbangan, kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.

3. Wawancara

Menurut Subana (Riduwan 2002:29), wawancara adalah suatu cara

pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari

sumbernya. Biasanya digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden

secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Beberapa faktor penting

dalam wawancara adalah pewawancara, responden, pedoman wawancara dan

situasi wawancara.

4. Ujian atau tes

Menurut Riduwan (2002:30) tes adalah serangkaian pertanyaan atau

latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,

Page 13: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Beberapa

macam tes instrumen pengumpul data antara lain tes kepribadian, tes bakat, tes

prestasi, tes intelegensi dan tes sikap.

5. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan

kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian

(Riduwan, 2002:31).

2.4 PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Sebelum dibagikan kepada responden, instrumen penelitian ini harus diuji

dulu untuk mengantisipasi kendala yang mungkin muncul, selain itu agar

instrumen penelitian memenuhi 2 syarat penting yaitu valid dan reliabel.

1. Validitas

Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus

diukur oleh alat itu. Meter itu valid karena memang mengukur jarak. Demikian

pula timbangan valid karena mengukur berat. Bila timbangan tidak mengukur

berat tetapi hal yang lain, maka timbangan tidak valid untuk hal yang diukur itu

(Nasution, 2007:74)

Arikunto (1995:219) mengemukakan, bahwa secara mendasar, validitas

adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan

mampu mengukur apa yang diukur. Suatu instrumen yang valid atau sah

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah.

(Taniredja&Mustafidah, 2011:42) Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel

yang dimaksud.

2. Reliabilitas

Suatu alat pengukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu

gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama.

Jadi alat yang reliable secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama

(Nasution, 2007:77). Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan

dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila data yang diambil

Page 14: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

memang sesuai dengan fakta di lapangan, maka berapa kalipun data diambil,

hasil yang diperoleh akan tetap relatif sama (Sudjana, 2001:16)

Uji realibilitas dapat dilakukan dengan mengadakan tes ulang (retest), yaitu

dengan cara penggunaan instrumen penelitian tersebut terhadap subjek yang

sama, dilakukan dalam waktu yang berlainan. Instrumen penelitian yang telah

diuji validitas sebelumnya, dibagikan lagi seminggu kemudian kepada subjek

yang sama. Untuk uji coba ini diambil dari bagian populasi yang tidak menjadi

sampel dalam penelitian atau yang setingkat dengan populasi penelitian. Hasil

penilaian pertama dikorelasikan dengan hasil penilaian kedua untuk memperoleh

koefisien korelasinya (r).

Page 15: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sebenarnya, jenis dari penskalaan banyak sekali. Namun, mengutip

pendapat dari Nazir (2003:328-329), jenis-jenis skala yaitu skala jarak

sosial (skala Bogardus dan sosiogram), skala penilaian (rating), skala

membuat ranking, skala konsistensi internal (skala Thurstone), skala

Likert, skala kumulatif Guttman dan skala perbedaan semantik.

Menurut Cooper&Emory (1996:154), ketika kita menggunakan skala

nominal berarti kita harus membuat partisi dalam suatu himpunan ke

dalam kelompok-kelompok yang mutually exclusive (harus mewakili

kejadian yang berbeda) dan collectively exhaustive (dapat menjelaskan

semua kejadian yang mungkin terjadi dalam kelompok tersebut). Skala

Ordinal mencakup ciri-ciri skala nominal ditambah suatu urutan.

Pemakaian skala ordinal mengungkapkan suatu pernyataan mengenai

“lebih daripada” atau “kurang daripada” tanpa menyatakan berapa lebih

besar atau kurang. Skala Interval memiliki keampuhan skala nominal

dan ordinal ditambah lagi skala ini mencakup konsep kesamaan interval

(jarak antara 1 dan 2 adalah sama dengan jarak antara 2 dan 3). Skala

Rasio mencakup semua keampuhan dari skala nominal, ordinal, interval

ditambah dengan adanya titik nol yang absolut.

Instrumen-instrumen yang dapat digunakan dalam penelitian adalah

angket (questionnaire), daftar cocok (checklist), skala (scale), inventori,

pedoman wawancara (interview), lembar pengamatan, panduan

pengamatan, panduan observasi (observation sheet atau observation

schedule), soal ujian (soal tes), tabel.

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang

bersangkutan mampu mengukur apa yang diukur. Sedangkan instrumen

yang reliabel akan secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama

(Nasution, 2007:77). Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang

reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Page 16: INSTRUMENTASI DAN PENSKALAAN (METODE PENELITIAN)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Cooper, D. R. & Emory, C. W. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Erlangga

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba

Empat

Taniredja T. & Mustafidah H. 2011. Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar).

Bandung: Alfabeta