Upload
syukrina-rahmawati
View
366
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Rachmat Djoko Pradopo
-Ciri khasnya sbg tanda (sign)
-Tidak boleh dilupakan hub
sejarahnya (baik zamannya
maupun dg sajak2 sebelumnya)
-Puisi tidak ditulis dlm situasi
kekosongan budaya (sastra)
-Sajak ditulis dlm
pertentangannya dg sajak2 zaman
sebelumnya
-Sajak sering meneruskan ciri-ciri
sajak zaman sebelumnya maupun
menentangnya
Konteks Sejarah
Sajak bermakna penuh dlm
hubnya dg sajak lain
Prinsip intertekstual oleh
Riffaterre
Hipogram: sajak lain mjd latar
penciptaan sebuah sajak
Tiap teks merupakan mosaik kutipan2 & merupakan penyerapan &
transformasi teks-teks lain (Julia Kristeva)
Kusangka (Amir Hamzah) Penerimaan (Chairil Anwar)
Romantik: membandingkan gadis dg bunga (metaforis-alegoris)
Berpanjang-panjang dlm menguraikan gagasan
Sikap romantik yg ingin bermewah-mewah secara artistik (dandy-isme), menyebabkan tdk padat
Realistik: membandingkan gadis dg kembang yg sariny telah terbagi
Mengekspresikan gagasannya scr padat
Realistis: mau, kuterima, kembali, tetap sendiri, jangan tunduk, untukku sendiri, tapi, dengan cermin, aku, kau.... (kata sehari-hari
PUJANGGA BARU ANGKATAN ‘45
Pada bait terakhir gadis dimetaforkan sbg bidadari (hauri) & merpati
Kesimpulan: si aku mencintai gadis yg disangka murni, tetapi ternyata sesungguhnya tdk murni lg.
‘Rupanya teratai patah kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. ‘kulihat kumbang keliling berlagu/Kelopakmu terbuka menerima cembu’ (sudah dijamah oleh pemuda-pemuda lain)
‘Wasangka dan was-was silih berganti’ (hati mjd remuk/kecewa)
Dengan demikian, si aku tdk hendak mengambil gadis yg sudah tdk murni itu sebab ia akan kena kuku “merpati” (bait 7)
Gadis yg masih murni (disangka murni) diumpamakan sbg cempaka kembang (bait 1),
baharu kembang belum terkena sinar matahari (bait 2),
cempaka harum (bait 3),
seroja terapung di paya putih seperti awan (bait 4),
kuntum cempaka yang putih bersih (bait 5),
& pd bait keenam diumpamakan seperti bidadari (hauri) bertudung lingkup yang bulu matanya menahan panah asmara
Gambaran tsb dipertentangkan dg kenyataan yg menyakitkan, yaitu gadis tsb sudah tdk murni lg, diumpamakan sbg:
Melur telah diseri (bait 1)
Teratai patah kelopak dihinggapi kumbang berpuluh kali (bait 2)
Melati yang pandai tergelak (bait 3)
Mawar yang mengandung lumpur (bait 4)
Cempaka yang sudah dikelilingi kumbang (bait 5)
Merpati yang menguku segera (bait 6)
Berpandangan realistik:
Si aku mau menerima kembali wanitanya
(kekasihnya, istrinya) yg barangkali telah
berselingkuh, asal si wanita kembali kpd si
aku utk si aku saja secara mutlak
Kalau si engkau (wanita) mau, si aku bersedia
menerimanya kembali dg sepenuh hati, tanpa
curiga dsb. Si aku masih sendiri. Sebab masih
mencintainya. Ia tidak atau belum mencari
wanita lain sbg teman hidupnya sesudah
ditinggalkan si wanita.
Si aku tahu bahwa si engkau itu sudah tidak murni lg seperti
dahulu, sudah seperti bunga yg sarinya terbagi, yaitu sudah
dihinggapi atau diseri kumbang lain. Si wanita telah dijamah
lelaki lain selain si aku.
Hal itu tdk menjadikan keberatan bagi si aku, bahkan si engkau
wanita jgn merasa malu (jangan tunduk) ataupun takut
menghadapi si aku. Si aku pun tetap akan menerimanya asal
sepenuhnya utk si aku, secara mutlak; jangan mendua lagi,
bahkan dengan cermin pun si aku enggan berbagi; si wanita itu
bercermin pun tidak boleh!
Dlm mempergunakan bhs, sesungguhnya
Chairil juga masih sdkt romantik
Hal itu disebabkan gaya sajak yg mjd
hipogramnya.
‘Rupanya teratai patah kelopak/Dihinggapi
kumbang berpluh kali’. ‘kulihat kumbang
keliling berlagu/Kelopakmu terbuka
menerima cembu’ = ‘kutahu kau bukan yang
dulu lagi/bak kembang sari sudah terbagi’