10
Rachmat Djoko Pradopo

Hubungan intertekstual antar dua puisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Rachmat Djoko Pradopo

Page 2: Hubungan intertekstual antar dua puisi

-Ciri khasnya sbg tanda (sign)

-Tidak boleh dilupakan hub

sejarahnya (baik zamannya

maupun dg sajak2 sebelumnya)

-Puisi tidak ditulis dlm situasi

kekosongan budaya (sastra)

-Sajak ditulis dlm

pertentangannya dg sajak2 zaman

sebelumnya

-Sajak sering meneruskan ciri-ciri

sajak zaman sebelumnya maupun

menentangnya

Page 3: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Konteks Sejarah

Sajak bermakna penuh dlm

hubnya dg sajak lain

Prinsip intertekstual oleh

Riffaterre

Hipogram: sajak lain mjd latar

penciptaan sebuah sajak

Tiap teks merupakan mosaik kutipan2 & merupakan penyerapan &

transformasi teks-teks lain (Julia Kristeva)

Page 4: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Kusangka (Amir Hamzah) Penerimaan (Chairil Anwar)

Romantik: membandingkan gadis dg bunga (metaforis-alegoris)

Berpanjang-panjang dlm menguraikan gagasan

Sikap romantik yg ingin bermewah-mewah secara artistik (dandy-isme), menyebabkan tdk padat

Realistik: membandingkan gadis dg kembang yg sariny telah terbagi

Mengekspresikan gagasannya scr padat

Realistis: mau, kuterima, kembali, tetap sendiri, jangan tunduk, untukku sendiri, tapi, dengan cermin, aku, kau.... (kata sehari-hari

PUJANGGA BARU ANGKATAN ‘45

Page 5: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Pada bait terakhir gadis dimetaforkan sbg bidadari (hauri) & merpati

Kesimpulan: si aku mencintai gadis yg disangka murni, tetapi ternyata sesungguhnya tdk murni lg.

‘Rupanya teratai patah kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. ‘kulihat kumbang keliling berlagu/Kelopakmu terbuka menerima cembu’ (sudah dijamah oleh pemuda-pemuda lain)

‘Wasangka dan was-was silih berganti’ (hati mjd remuk/kecewa)

Page 6: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Dengan demikian, si aku tdk hendak mengambil gadis yg sudah tdk murni itu sebab ia akan kena kuku “merpati” (bait 7)

Gadis yg masih murni (disangka murni) diumpamakan sbg cempaka kembang (bait 1),

baharu kembang belum terkena sinar matahari (bait 2),

cempaka harum (bait 3),

seroja terapung di paya putih seperti awan (bait 4),

kuntum cempaka yang putih bersih (bait 5),

& pd bait keenam diumpamakan seperti bidadari (hauri) bertudung lingkup yang bulu matanya menahan panah asmara

Page 7: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Gambaran tsb dipertentangkan dg kenyataan yg menyakitkan, yaitu gadis tsb sudah tdk murni lg, diumpamakan sbg:

Melur telah diseri (bait 1)

Teratai patah kelopak dihinggapi kumbang berpuluh kali (bait 2)

Melati yang pandai tergelak (bait 3)

Mawar yang mengandung lumpur (bait 4)

Cempaka yang sudah dikelilingi kumbang (bait 5)

Merpati yang menguku segera (bait 6)

Page 8: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Berpandangan realistik:

Si aku mau menerima kembali wanitanya

(kekasihnya, istrinya) yg barangkali telah

berselingkuh, asal si wanita kembali kpd si

aku utk si aku saja secara mutlak

Kalau si engkau (wanita) mau, si aku bersedia

menerimanya kembali dg sepenuh hati, tanpa

curiga dsb. Si aku masih sendiri. Sebab masih

mencintainya. Ia tidak atau belum mencari

wanita lain sbg teman hidupnya sesudah

ditinggalkan si wanita.

Page 9: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Si aku tahu bahwa si engkau itu sudah tidak murni lg seperti

dahulu, sudah seperti bunga yg sarinya terbagi, yaitu sudah

dihinggapi atau diseri kumbang lain. Si wanita telah dijamah

lelaki lain selain si aku.

Hal itu tdk menjadikan keberatan bagi si aku, bahkan si engkau

wanita jgn merasa malu (jangan tunduk) ataupun takut

menghadapi si aku. Si aku pun tetap akan menerimanya asal

sepenuhnya utk si aku, secara mutlak; jangan mendua lagi,

bahkan dengan cermin pun si aku enggan berbagi; si wanita itu

bercermin pun tidak boleh!

Page 10: Hubungan intertekstual antar dua puisi

Dlm mempergunakan bhs, sesungguhnya

Chairil juga masih sdkt romantik

Hal itu disebabkan gaya sajak yg mjd

hipogramnya.

‘Rupanya teratai patah kelopak/Dihinggapi

kumbang berpluh kali’. ‘kulihat kumbang

keliling berlagu/Kelopakmu terbuka

menerima cembu’ = ‘kutahu kau bukan yang

dulu lagi/bak kembang sari sudah terbagi’