14
15 TOTOBUANG Volume 8 Nomor 1, Juni 2020 Halaman 1527 HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN KAITANNYA DENGAN FENOMENA LGBT DI INDONESIA (The Saga of Prophet Lot: An Intertextual Study and Correlations to LGBT Phenomenon in Indonesia) Siti Aisyah Hasanudin a & Asep Yudha Wirajaya b a,b Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl.Ir. Sutami No. 36 A, Pucangsawit, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126 Pos-el: [email protected] Diterima: 1 Desember 2019; Direvisi: 8 April 2020; Disetujui: 26 Mei 2020 doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i1.173 Abstract This article aims to describe the correlations among intertextuality, hypogram, and transformation in the existing Saga of the Prophet Lot (hereinafter abbreviated as HNL) with the Story of the Prophet Lot (hereinafter abbreviated KNL) in the Holy Quran and also its correlations to the LGBT phenomenon in Indonesia. The problems in this article, that is (1) What is the intertextual relationship between HNL and KNL in the Holy Quran?, (2) How are the similarities and differences of HNL and KNL in the Holy Quran?, (3) What are the background creation of HNL? This article wants to prove that the ancient manuscript entitled HNL is a hypogram and transformation of the KNL contained in the Holy Quran. The method used in this article is content analysis because the authors intend to interpret the events contained in the HNL and then trace the Intertekstualnya relationship with the KNL found in the Holy Quran. In this article the similarities and differences in the two objects that will be examined are explained properly. This HNL script has similarities with KNL in the Holy Quran such as Prophet Lot was instructed by Allah SWT to preach his people such as about leaving their indecent behaviors; the arrival of the Angels at Prophet Lot’s home, Prophet Lot was expelled by his people, and punishment for the Sodomites. The differences only lie in the beginning of the story and at the end of the story of Prophet Lot. Keywords: The Story of Prophet Lot, The Saga of Propeth Lot, Holy Quran, intertextual, hypogram, and LGBT Abstrak Artikel ini bertujuan memaparkan hubungan intertekstual, hipogram, dan transformasi pada naskah Hikayat Nabi Lot (yang selanjutnya disingkat HNL) dengan Kisah Nabi Lot (yang selanjutnya disingkat KNL) dalam Alquran dan juga kaitannya dengan fenomena LGBT di Indonesia. Permasalahan dalam artikel ini, yaitu (1) Bagaimana hubungan intertekstual antara HNL dengan KNL dalam Alquran?, (2) Bagaimana persamaan dan perbedaan HNL dan KNL dalam Alquran?, (3) Apa yang menjadi latar belakang penciptaan HNL? Artikel ini membuktikan bahwa naskah kuno yang berjudul HNL merupakan hipogram dan transformasi dari KNL yang terdapat dalam Alquran. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis konten karena penulis bermaksud menafsirkan peristiwa yang terdapat dalam HNL dan kemudian menelusuri hubungan intertekstualnya dengan KNL yang terdapat dalam Alquran. Artikel ini menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan pada kedua objek yang akan di kaji. Naskah HNL memiliki persamaan dengan KNL dalam Alquran. Nabi Lot diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya agar mau meninggalkan perilaku menyimpang, kedatangan para Malaikat ke rumah Nabi Lot, Nabi Lot diusir oleh kaumnya, dan hukuman bagi kaum Sodom. Adapun perbedaannya hanya terletak pada awal kisah dan akhir cerita Nabi Lot as. Kata-kata Kunci : Kisah Nabi Lot, Hikayat Nabi Lot, Alquran, intertekstual, hipogram, dan LGBT PENDAHULUAN Naskah merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang melimpah dan berisi pengetahuan dan berbagai informasi. Berbeda dengan peninggalan sejarah lain yang ditemukan di Indonesia, naskah disajikan dalam bentuk teks dari tulisan tangan. Oleh sebab itu, naskah mengandung

HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

15

TOTOBUANG

Volume 8 Nomor 1, Juni 2020 Halaman 15—27

HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN KAITANNYA

DENGAN FENOMENA LGBT DI INDONESIA

(The Saga of Prophet Lot: An Intertextual Study and Correlations to LGBT Phenomenon

in Indonesia)

Siti Aisyah Hasanudina & Asep Yudha Wirajayab

a,b Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jl.Ir. Sutami No. 36 A, Pucangsawit, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126

Pos-el: [email protected]

Diterima: 1 Desember 2019; Direvisi: 8 April 2020; Disetujui: 26 Mei 2020

doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i1.173

Abstract

This article aims to describe the correlations among intertextuality, hypogram, and transformation in the

existing Saga of the Prophet Lot (hereinafter abbreviated as HNL) with the Story of the Prophet Lot (hereinafter

abbreviated KNL) in the Holy Quran and also its correlations to the LGBT phenomenon in Indonesia. The

problems in this article, that is (1) What is the intertextual relationship between HNL and KNL in the Holy

Quran?, (2) How are the similarities and differences of HNL and KNL in the Holy Quran?, (3) What are the

background creation of HNL? This article wants to prove that the ancient manuscript entitled HNL is a

hypogram and transformation of the KNL contained in the Holy Quran. The method used in this article is

content analysis because the authors intend to interpret the events contained in the HNL and then trace the

Intertekstualnya relationship with the KNL found in the Holy Quran. In this article the similarities and

differences in the two objects that will be examined are explained properly. This HNL script has similarities with

KNL in the Holy Quran such as Prophet Lot was instructed by Allah SWT to preach his people such as about

leaving their indecent behaviors; the arrival of the Angels at Prophet Lot’s home, Prophet Lot was expelled by

his people, and punishment for the Sodomites. The differences only lie in the beginning of the story and at the

end of the story of Prophet Lot.

Keywords: The Story of Prophet Lot, The Saga of Propeth Lot, Holy Quran, intertextual, hypogram, and LGBT

Abstrak Artikel ini bertujuan memaparkan hubungan intertekstual, hipogram, dan transformasi pada naskah

Hikayat Nabi Lot (yang selanjutnya disingkat HNL) dengan Kisah Nabi Lot (yang selanjutnya disingkat KNL)

dalam Alquran dan juga kaitannya dengan fenomena LGBT di Indonesia. Permasalahan dalam artikel ini, yaitu

(1) Bagaimana hubungan intertekstual antara HNL dengan KNL dalam Alquran?, (2) Bagaimana persamaan

dan perbedaan HNL dan KNL dalam Alquran?, (3) Apa yang menjadi latar belakang penciptaan HNL? Artikel

ini membuktikan bahwa naskah kuno yang berjudul HNL merupakan hipogram dan transformasi dari KNL yang

terdapat dalam Alquran. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis konten karena penulis

bermaksud menafsirkan peristiwa yang terdapat dalam HNL dan kemudian menelusuri hubungan

intertekstualnya dengan KNL yang terdapat dalam Alquran. Artikel ini menjelaskan tentang persamaan dan

perbedaan pada kedua objek yang akan di kaji. Naskah HNL memiliki persamaan dengan KNL dalam Alquran.

Nabi Lot diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya agar mau meninggalkan perilaku

menyimpang, kedatangan para Malaikat ke rumah Nabi Lot, Nabi Lot diusir oleh kaumnya, dan hukuman bagi

kaum Sodom. Adapun perbedaannya hanya terletak pada awal kisah dan akhir cerita Nabi Lot as.

Kata-kata Kunci : Kisah Nabi Lot, Hikayat Nabi Lot, Alquran, intertekstual, hipogram, dan LGBT

PENDAHULUAN

Naskah merupakan salah satu warisan

budaya Indonesia yang melimpah dan berisi

pengetahuan dan berbagai informasi.

Berbeda dengan peninggalan sejarah lain

yang ditemukan di Indonesia, naskah

disajikan dalam bentuk teks dari tulisan

tangan. Oleh sebab itu, naskah mengandung

Page 2: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27

16

berbagai informasi sejarah, kebudayaan

maupun sebuah kisah tokoh yang

berpengaruh di suatu daerah, serta di dunia

(Baried, dkk, 1994), (Fathurahman, 2015),

(Wirajaya, 2019).

Salah satu contohnya adalah naskah

Hikayat Nabi Luth atau yang selanjutnya

disebut HNL. HNL merupakan salah satu

naskah koleksi Perpustakaan Nasional

Prancis yang terdokumentasikan, baik dalam

bentuk mikrofilm maupun digital. Naskah

ini menceritakan seorang nabi yang diutus

oleh Allah Swt., yaitu Nabi Luth a.s. Nabi

Luth a.s. diutus untuk berdakwah mengajak

kaumnya untuk bertauhid, yaitu hanya

menyembah kepada Allah Swt., Tuhan Yang

Maha Esa. Selain itu, Nabi Luth a.s. juga

diutus untuk mengajak kaumnya agar

menjauhi atau meninggalkan perbuatan keji,

yaitu homoseksual. Bahkan, Kisah Nabi

Luth a.s., termasuk kisah yang banyak

disebutkan di dalam Al-Qur’an.

Kata “Luth” sendiri dalam Al-Qur’an

disebutkan sebanyak 27 kali. Adapun

kisahnya dijelaskan dalam 14 surat dan 27

ayat, yang umumnya termasuk dalam

kategori surah makiyah, yaitu dalam surah

Al-An’am/6: 86, Al-A’raf/7: 80, Hud/11: 70,

74, 81, 89, Al-Hijr/15: 59, Al-Anbiya/21:

71, Al-Hajj/15: 59, 61, Asy-Syu’ara/26: 160,

161, 167, An-Naml/27: 54, 56, Al-

Ankabut/29: 26, 28, 31-33, As-Shaffat/37:

133, Shaad/38: 13, Qaaf/50: 13, Al-

Qamar/27: 33-34, dan At-Tahrim/66: 10

(Penerjemah, 1971).

Dalam kisahnya disebutkan bahwa

Nabi Luth a.s. merupakan keponakan dari

Nabi Ibrahim a.s. Nabi Luth a.s. sering ikut

berdakwah bersama Nabi Ibrahim a.s.

sehingga ia mendapatkan banyak

pembelajaran dari pamannya (Katsir, 2007).

Kemudian, Allah mengutus Nabi Luth untuk

menyampaikan risalah pada kaumnya, yaitu

kaum Sodom dengan tujuan agar mereka

mau meninggalkan perilaku

menyimpangnya, dalam hal ini

homoseksual. Akan tetapi, mereka menolak

risalah yang disampaikan oleh Nabi Luth a.s.

sehingga Allah Swt. menurunkan azab pada

mereka dengan hujan batu, dan bumi tempat

mereka berpijak dibalik, kemudian Allah

Swt. membinasakan mereka semua

menjelang subuh.

Homoseksual adalah perilaku seks

yang menyimpang, menyalahi kodrat

penciptaan manusia, dan dalam pandangan

agama Islam homoseksual merupakan

perilaku keji yang dilarang keras oleh Tuhan

Yang Maha Esa.1 Oleh karena itu,

pembinasaan kaum Sodom merupakan

pembelajaran yang sangat penting untuk

dikaji dalam perspektif keilmuan yang lebih

luas, komprehensif, dan integral.

Saat ini, masalah penyimpangan

perilaku seksual dianggap oleh sebagian

manusia modern sebagai persoalan pribadi.

Artinya, negara, agama, dan masyarakat

dianggap tidak berhak untuk ikut campur

dalam segala hal yang termasuk ke dalam

urusan ranah pribadi. Jadi, dengan alasan

apa pun, termasuk hak asasi manusia dan

lain sebagainya sekali lagi tidak dapat

dijadikan sebagai alasan pembenaran dari

praktik perilaku seks yang menyimpang.

Tatkala manusia membiarkan dirinya

menjadi budak nafsu syahwat, maka

selamanya dia akan terjerat dalam perangkap

setan tersebut dan sulit untuk dapat keluar,

kecuali ia benar-benar niat bertobat dengan

taubatan nasukha (Wirajaya, 2014).

Ironisnya, di tengah gemerlap dan gegap

gempita sosial media, justru telah menjadi

sarana untuk membuat semacam

perkumpulan atau grup yang memiliki

kecenderungan yang sama.

Sementara, di sisi lain, pemerintah

sendiri “belum mampu” mengontrol

aktivitas semua grup yang tersebar di

berbagai sosial media. Akibatnya,

1 https://medium.com/@cindyfbrn00/pandangan-

agama-mengenai-lgbt-1ab1bcf239a8

Page 3: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)

17

kelompok homo, lesbian, gigolo, dan

sejenisnya kini tumbuh subur dalam format

kelompok atau grup digital.2 Oleh karena itu,

keberadaan HNL menjadi aktual dan

menarik untuk dikaji agar dapat dijadikan

alternatif solusi atas permasalahan yang

terjadi saat ini. Dengan mengingat masalah

perilaku seks yang menyimpang merupakan

fenomena “gunung es” yang terjadi di

Indonesia.

LANDASAN TEORI

Artikel ini dikaji menggunakan teori

intertekstual. Secara etimologi, interteks

berasal dari kata “inter” dan “teks”. “Inter”

berarti jaringan atau hubungan, sedangkan

“teks” dalam bahasa latin yaitu “textus”

yang berarti “tenunan”, “anyaman”,

“penggabungan”, “susunan”, dan “jalinan”.

Jadi, interteks berarti jalinan antara satu teks

dan teks yang lain, yang saling berhubungan.

Prinsip intertekstual dikenal dalam kalangan

para peneliti Prancis yang berasal dari

aliran-aliran strukturalisme Prancis yang

dipengaruhi oleh pemikiran filsuf Jaques

Derrida. Kemudian, Julia Kristeva

mengembangkan pemikiran intertekstualitas

ini (Teeuw, 1984).

Prinsip intertekstual Kristeva dalam

membaca sebuah teks sastra harus melihat

latar belakang dari teks-teks yang lain,

karena tidak ada teks yang berdiri sendiri

tanpa melihat teks lain. Artinya, penciptaan

dan pembacaannya tidak dapat dilakukan

tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh

dan kerangka, juga memungkinkan

terjadinya peresapan dan transformasi dari

teks yang sudah lebih dahulu ada. Dengan

demikian, prinsip Kristeva mengibaratkan

teks lain sebagai salah satu bahan yang

bagus dan kemudian dimanfaatkan lalu

dikombinasikan ke dalam sebuah ciptaan

baru atau ditransformasikan berdasarkan

rasa keindahan sang pencipta (Pradopo,

1987: 227-228). Oleh karena itu, sebuah

2 https://magdalene.co/story/apakah-kelompok-lgbt-

memang-melunjak

kajian yang menggunakan teori ini harus

menemukan dan mengemukakan adanya

hubungan-hubungan bermakna di antara dua

teks atau lebih. Dalam artian, hubungan di

sini tidak hanya persamaan antara satu teks

dengan teks lainnya, tetapi juga mengenai

ketidaksamaan antara satu teks dan teks

yang lain. Maka ketika suatu ketidaksamaan

ditemukan di dalam kedua teks, perlu sebuah

alasan atau latar belakang apa yang

menyebabkan karya sastra tersebut berbeda

(Zailani, 2016)

Fenomena intertekstual hanya dapat

dikenali dengan membandingkan teks

dengan sumbernya, yaitu hipogram

(Riffaterre, 1978: 42). Teks khusus yang

menjadi latar belakang penciptaan sebuah

karya sastra disebut hipogram, sedangkan

teks yang mengadopsi dan mentransformasi

hipogram disebut teks transformasi. Adapun

hipogram terbagi atas dua bagian, yaitu

hipogram potensial dan hipogram aktual.

Hipogram potensial adalah hipogram yang

terdapat pada bahasa yang dipakai dalam

karya sastra yang makna kebahasaannya

telah kita pahami, sedangkan hipogram

aktual adalah kata-kata atau susunan kalimat

yang telah ada sebelumnya.

Menurut Syam (2017: 58), tahapan

dalam penerapan intertekstual ada tiga yaitu

perbandingan, hipogram, dan penafsiran.

Perbandingan dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar persamaan dan perbedaan

kedua teks. Hasil dari perbandingan tersebut

digunakan sebagai acuan untuk mengetahui

seberapa jauh kedua teks tersebut saling

berhubungan.

METODE PENELITIAN

Dalam artikel ini, metode yang

digunakan adalah analisis konten. Analisis

konten adalah penelitian yang dilakukan

dengan cara menganalisis teks yang

bertujuan untuk mengetahui isi dan makna

yang terkandung di dalam teks tersebut

(Wuradji dalam Jabrohim, 2001: 6). Analisis

konten terdapat dua jenis analisis, yaitu

analisis isi maksud yang tersembunyi dan

Page 4: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27

18

analisis isi komunikasi (Ratna, 2008: 48-49).

Dengan menganalisis isi, maksud yang

tersembunyi akan menghasilkan arti,

sedangkan dalam menganalisis isi

komunikasi akan menghasilkan makna.

Seperti halnya metode kualitatif, dasar

metode dari analisis konten adalah

penafsiran atau interpretasi teks.

Data dan objek yang digunakan dalam

artikel ini adalah naskah kuno berbentuk

mikrofilm atau digital dengan bertuliskan

aksara Arab-Melayu atau Jawi dan

berbahasa Melayu yang didapat dari website

Perpustakaan Nasional Prancis

https://gallica.bnf.fr. Kemudian, naskah

tersebut ditransliterasikan, lalu dijadikan

objek kajian. Naskah ini anonim (tidak

memiliki nama pengarang) dan tidak

terdapat tempat atau tahun penyalinan

naskah.

Dalam artikel ini, penulis akan

menelusuri hubungan intertekstual naskah

yang berisi tentang Kisah Nabi Luth dengan

ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an

dengan menggunakan teori intertekstualitas

dan mengemukakan hubungan antarteks

dengan fenomena yang terjadi di luar teks.

Kajian ini dilakukan dengan cara

menemukan hubungan-hubungan bermakna

di antara teks. Hubungan yang dimaksud

tidak hanya sebagai persamaan, melainkan

juga sebagai pertentangan. Dengan

demikian, dapat diketahui bahwa kajian

intertekstualitas adalah sebuah kajian

terhadap sejumlah teks sastra, yang diduga

mempunyai hubungan-hubungan tertentu

dengan teks lain.

Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dalam artikel ini, yaitu dengan

cara studi pustaka. Teknik pengambilan

sampel dilakukan berdasar pada tujuan

penelitian. Teknik analisis data yang

digunakan dalam artikel ini adalah teknik

analisis isi teks, dengan cara memadukan

teks, membandingkan teks, membedakan

teks, dan menarik simpulan.

PEMBAHASAN

Intertekstualitas naskah HNL dan Al-

Qur’an dikaji dengan konsep hipogram

dalam teori intertekstualitas. Menilik dari

judul naskah ini secara jelas menunjukkan

adanya intertekstual, hubungan teks, ataupun

kaitan teks antara naskah tersebut dan KNL

yang terdapat dalam Al-Qur’an. Intertekstual

adalah adanya persamaan dan perbedaan

yang ada dalam naskah HNL dan ada

kaitannya dengan Al-Qur’an yang secara

harfiah telah ada terlebih dahulu.

Hubungan Intertekstual HNL dengan

KNL dalam Al-Qur’an

Alkitab merupakan sumber penulisan

sejarah atau cerita para nabi. Kisah-kisah

yang terdapat dalam Al-Qur’an ditulis

kembali dan disadur dalam bentuk puisi atau

prosa, seperti yang dapat ditemukan pada

HNL ini. Melihat dari judul naskah HNL

jelas menunjukkan adanya hubungan

intertekstual atau kaitannya dengan Kisah

Nabi Luth a.s. yang terdapat dalam kitab Al-

Qur’an. Berdasarkan Al-Qur’an surah Al-

A’raaf ayat 80--81 menjelaskan bahwa Nabi

Luth a.s. merupakan seorang rasul yang

diutus oleh Allah Swt. kepada suatu kaum

yang melakukan perbuatan keji yang belum

pernah dilakukan oleh kaum sebelumnya

yakni homoseksual, seperti pada kutipan

ayat berikut.

حشة ما سبقكم بها من ف ل ٱتون أتأ ۦ مه قال لقو ولوطا إذ

ن أحد جال شه ٱتون لتأ إنكم 80لمين ع ل ٱم ن دون وة لر م

س م قو أنتم بل ء لن سا ٱ 81رفون م

“wa luuthon iz qoola liqoumihiii a

ta`tuunal-faahisyata maa sabaqokum

bihaa min ahadim minal-'aalamiin (80)

innakum lata`tuunar-rijaala syahwatam

min duunin-nisaaa`, bal antum qoumum

musrifuun (81)”

Terjemahan :

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth

(kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia

berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu

mengerjakan perbuatan fahisyah itu

(perbuatan homoseksual) yang belum

pernah dikerjakan oleh seorang pun (di

Page 5: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)

19

dunia ini) sebelummu; Sesungguhnya

kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan

nafsumu (kepada mereka), bukan kepada

wanita, kamu ini adalah kaum yang

melampaui batas. (Penerjemah, 1971:

234)

Berdasarkan kutipan ayat Al-Qur’an di

atas diketahui bahwa perilaku kaum Nabi

Luth a.s. yang tidak masuk akal dan belum

pernah dikerjakan oleh kaum sebelumnya.

Mereka menyukai sesama jenis, laki-laki

suka dengan laki-laki, begitu juga

perempuan yang menyukai dengan sesama

perempuan. Tidak sampai di situ saja,

mereka juga melakukan hubungan layaknya

suami istri tetapi dengan sesama jenisnya

dan mereka merupakan kaum yang

melampaui batas.

Awal mula Kisah Nabi Luth a.s. pada

kaumnya terdapat dalam teks HNL (Hal. 4-

5). Pada teks HNL tersebut dikisahkan

bahwa ketika akan kedatangan dua belas

malaikat, Nabi Luth a.s. merasa susah dan

berkata, “Pada hari ini, susah aku oleh

kedatangan tamu, karena segala kaumku ini

jahat pekertinya.” Karena takut jika

kaumnya akan berbuat kerusakan pada tamu

tersebut. Peristiwa ini juga tertulis dalam Al-

Qur’an surah Hud ayat 77 yang berbunyi :

ا جا ا ع ذر وضاق بهم ء بهم رسلنا لوطا سي ءت ولم

77 م عصيب ذا يو وقال ه

“wa lammaa jaaa`at rusulunaa luuthon

siii`a bihim wa dhooqo bihim zar'aw wa

qoola haazaa yaumun 'ashiib (77)”

Terjemahan :

Dan tatkala datang utusan-utusan Kami

(para malaikat) itu kepada Luth, dia

merasa susah dan merasa sempit karena

kedatangan mereka, dan dia berkata, “ini

adalah hari yang amat sulit.” (QS. Hud:

77)

Kemudian ketika kaum mereka

mengetahui bahwa ada laki-laki yang

tampan parasnya, mereka bergegas datang

ke rumah Nabi Luth. a.s. Mereka pun

berkata, “Hai Luth, suruh keluar tamu itu!.”

Lalu, oleh Nabi Luth pintu rumahnya diikat

dan Luth berkata dari dalam rumahnya

“Bahwa kamu segala orang muda-muda, ada

anakku dua orang perempuan ambilah akan

istri. Kamu kawinkan dengan kamu,

kuserahkan ke tanganmu dengan halal

mengambil anakku terbaik daripada dengan

haram.” (Anonim, n.d.-b, pp. 5–6).

Kisah tersebut juga terdapat dalam QS.

Hud ayat 78.

ملون ل كانوا يع ه ومن قب رعون إلي يه ۥمه قو ۥءه وجا

ٱ ات لسي تقوا ٱف هر لكم ء بناتي هن أط ؤل م ه قو قال ي

ول تخ ٱ شيد رجل س منكم ألي في زون في ضي لل 78 ر

“wa jaaa`ahuu qoumuhuu yuhro'uuna

ilaiih, wa ming qoblu kaanuu

ya'maluunas-sayyi`aat, qoola yaa qoumi

haaa`ulaaa`i banatii hunna ath-haru

lakum fattaqulloha wa laa tukhzuuni fii

dhoifii, a laisa mingkum rojulur rosyiid

(78)”

Terjemahan :

Dan datanglah kepadanya kaumnya

dengan bergegas. Dan sejak dahulu

mereka selalu melakukan perbuatan-

perbuatan yang keji. Luth berkata : “Hai

kaumku, inilah putri-putriku mereka lebih

suci bagimu, maka kalian bertakwalah

pada Allah dan kalian janganlah

mempermalukanku terhadap tamu-tamuku

ini. Tidak adakah di antara kalian orang

yang berakal?” (QS. Hud: 78)

Berdasar kutipan tersebut diketahui

bahwa teks HNL hal. 5-6 dan QS. Hud ayat

78 secara eksplisit terdapat perbedaan, tetapi

juga memiliki kesamaan makna atau

maksud, yakni Nabi Luth a.s. memberi

petunjuk kepada mereka agar mengawini

wanita-wanita mereka, karena Allah Swt.

telah menghalalkan kaum wanita sebagai

pasangan bagi kalian. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya hubungan intertekstual antara

HNL dan KNL dalam Al-Qur’an.

Pada kutipan teks HNL halaman 6

dengan Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 68-69

juga memiliki keterkaitan antara keduanya.

Maka kata Luth pada segala perempuan di

luar pintu itu, bahwa “kamu jangan

berbinasa segala tamuku ini”. Maka segala

Page 6: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27

20

kaum itu mengatai Luth, maka kata Luth

akan tamu itu adalah kamu daripada orang

yang budiman mendengar kataku ini.

(Anonim, n.d. Hal. 6)

Dalam Al-Qur’an disebutkan:

ول ٱتقوا ٱو 68ضحون في فل تف ء ضي ؤل قال إن ه لل

69زون تخ

“qoola inna haaa`ulaaa`i dhoifii fa laa

tafdhohuun 68 wattaqulloha wa laa

tukhzuun (69)”

Terjemahan :

Luth berkata, “Sesungguhnya mereka

adalah tamuku; maka kalian janganlah

mempermalukanku, dan kalian

bertakwalah kepada Allah dan janganlah

kalian menghinakanku.” (QS. Al-Hijr: 68–

69)

Kedua teks di atas, sama-sama berisi

tentang perkataan Nabi Luth a.s. kepada

kaumnya. Apabila dilihat secara saksama,

kedua teks tersebut juga memiliki susunan

kalimat dan kata-kata yang sama. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan

intertekstual dari keduanya.

Setelah Nabi Luth a.s. berkata seperti

itu pada kaumnya, mereka malah berkata

seperti pada kutipan berikut.

Maka kata mereka itu,“Bahwa telah

engkau ketahuilah tiada kami berkehendak

akan anakmu itu daripada sinarnya, bahwa

engkau pun tahu apa yang berkehendak

kami.” (Anonim, n.d. Hal. 6)

Dalam Al-Qur’an juga disebutkan:

لم ما وإنك لتع حق ت ما لنا في بناتك من علم قالوا لقد

79ريد ن

“qooluu laqod 'alimta maa lanaa fii

banaatika min haqq, wa innaka lata'lamu

maa nuriid (79)”

Terjemahan :

Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu

telah mengetahui bahwa kami tidak

mempunyai keinginan terhadap putri-

putrimu itu, dan sesungguhnya kamu telah

mengetahui apa yang sebenarnya kami

kehendaki.” (QS. Hud: 79)

Dalam teks HNL halaman 6-7

diceritakan tentang keadaan Nabi Luth a.s.

yang susah dengan keadaan mereka. Hal ini

memiliki persamaan dengan Al-Qur’an

surah Hud ayat 80.

Syahdan, maka kata Luth “Ada bagiku

gagahku sertalah dengan kamu

kutunjukkanlah lagi berperang dengan

mereka itu, atau jika kamu tolong aku

serta berperang melawan segala kafir itu

tetap apa dayaku oleh tiada ada orang

menolong aku.” (Anonim, n.d. Hal. 7)

Dalam Al-Qur’an disebutkan:

ة أو أن لي بكم قال لو 80 شديد ن رك إلى ءاوي قو

“qoola lau anna lii bikum quwwatan au

aawiii ilaa ruknin syadiid (80)”

Terjemahan:

Luth berkata; “Seandainya aku

mempunyai kemampuan untuk menolak

keinginan kalian atau aku dapat

berlindung kepada keluarga yang kuat,

tentu akan aku lakukan” (QS. Hud: 80)

Kutipan di atas menunjukkan bila

seandainya Nabi Luth a.s. memiliki

kekuatan untuk melawan kaumnya, niscaya

ia pasti akan Nabi Luth a.s. lakukan. Setelah

Nabi Luth berkata seperti itu, malaikat

mengetahui bahwa Nabi Luth a.s. tidak

kuasa melawan kemaksiatan yang terjadi di

wilayah Sodom. Bahkan, jumlah mereka

malah bertambah banyak dan berani secara

terang-terangan melawan Nabi Luth. Dalam

teks HNL diceritakan pula akhirnya Nabi

Luth a.s. keluar rumahnya melawan mereka.

Lalu, Nabi Luth a.s. dipukul wajahnya

hingga berlumuran darah. Kemudian, Nabi

Luth a.s. menyerah kembali masuk ke dalam

rumahnya dan menemui para malaikat itu.

Setelah kejadian tersebut, Nabi Luth

a.s. berdoa pada Allah Swt. dan Allah Swt.

pun mengabulkan doanya dengan

menurunkan firman-Nya sebagaimana

termaktub pada QS. Al-Ankabut ayat 33

yang berbunyi,

Page 7: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)

21

ا ءت جا ان ولم ء سي لوطا رسلـنا ذرعا بهم ق وضا بهم

قا تحزن ول تخف ل لوا و وك انا امرا ال هلك وا منج

برين الغ من نت كا تك 33

“wa lammaaa an jaaa`at rusulunaa

luuthon siii`a bihim wa dhooqo bihim

zar'aw wa qooluu laa takhof wa laa

tahzan, innaa munajjuuka wa ahlaka

illamro`ataka kaanat minal-ghoobiriin

(33)”

Terjemahan :

“Dan engkau janganlah takut.

Sesungguhnya kami akan

menyekamatkanmu dan pengikut-

pengikutmu, kecuali istri dan kaummu

yang kafir. Mereka orang-orang yang akan

dibinasakan” (QS. Al-Ankabut: 33)

Di akhir cerita, dalam teks HNL,

akhirnya Allah Swt. membinasakan

kaumnya Nabi Luth a.s. dengan buminya

diterbangkan ke udara kemudian dijatuhkan

kembali, maka binasalah kaum Nabi Luth.

Siksaan ini juga diabadikan dengan jelas

dalam QS. Hud ayat 82-83.

Allah Swt. berfirman:

ا ء جا فلم ناجعل امرنا عليها مطرنا وا فلها سا ليها عا

ن رة حجا يل م سج نضود مة 82 م سو رب ك عند م و

لمين الظ من هي ما 83 ببعيد

“fa lammaa jaaa`a amrunaa ja'alnaa

'aaliyahaa saafilahaa wa amthornaa

'alaihaa hijaarotam min sijjiilim

mandhuud (82) musawwamatan 'inda

robbik, wa maa hiya minazh-zhoolimiina

biba'iid (83)”

Terjemahan:

"Maka ketika keputusan kami datang,

kami menjungkirbalikkan negeri kaum

Luth, dan kami hujani mereka bertubi-tubi

dengan batu dari tanah yang terbakar,

yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan

siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang

zalim."

Persamaan dan Perbedaan HNL dan

Kisah Nabi Luth dalam Al-Qur’an

Persamaan merupakan perbandingan

kejadian yang sama atau serupa dalam teks

dengan kejadian yang terdapat dalam teks

lain. Teks HNL terdapat beberapa kisah yang

memiliki banyak kesamaan dan perbedaan

dengan kisah yang terdapat dalam Al-

Qur’an. Kedua naskah tersebut sama-sama

menceritakan tentang kisah kaumnya Nabi

Luth a.s. yang melakukan perbuatan di luar

perilaku orang biasa, yakni homoseksual.

Persamaan tersebut dijelaskan sebagai

berikut.

Persamaan pertama, yaitu kedua

naskah tersebut sama-sama menceritakan

tentang Nabi Luth a.s. yang diutus oleh

Allah Swt. untuk mengajak kaumnya agar

mau menyembah pada Allah dan

meninggalkan perilaku menyimpang yang

dilakukan oleh kaumnya. Dalam perjalanan

dakwahnya, Nabi Luth a.s. mendapatkan

banyak cobaan yang diawali dengan sulitnya

Nabi Luth a.s. akibat kedatangan para

malaikat ke rumahnya, istrinya yang tidak

mau beriman, hingga Nabi Luth a.s. dan

keluarganya diancam akan diusir oleh

kaumnya sendiri.

Persamaan lainnya ketika para

malaikat datang ke rumah Nabi Luth a.s.,

tidak ada yang mengetahui selain istri Nabi

Luth a.s., kemudian ia memberitahukan

kepada kaumnya. Mendengar berita tersebut,

mereka bergegas datang ke rumah Nabi Luth

a.s. dengan maksud untuk memuaskan nafsu

mereka. Selain peristiwa tersebut, terdapat

beberapa kesamaan cerita lain yakni

penolakan kaum Nabi Luth a.s. untuk

meninggalkan perbuatan kejinya hingga

siksaan yang diturunkan oleh Allah Swt.

kepada kaum Sodom, yaitu buminya di

balik, dan semua kaumnya dibinasakan.

Masih banyak persamaan-persamaan

yang terdapat pada teks HNL dan Kisah

Nabi Luth a.s. yang tercantum dalam Al-

Qur’an. Persamaan tersebut tidak menjadi

hal yang aneh karena pada dasarnya teks

HNL merupakan transformasi dari Al-

Qur’an. Untuk itu, penulis tidak rinci

membahas persamaan dari kedua teks

tersebut.

Teks HNL dan Kisah Nabi Luth a.s.

dalam Al-Qur’an sama-sama menceritakan

tentang Nabi Luth a.s., tetapi terdapat

perbedaan yang terdapat pada teks tersebut.

Page 8: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27

22

Perbedaan HNL dengan Kisah Nabi Luth a.s.

yang tercantum dalam Al-Qur’an terletak

pada ciri teksnya. Teks HNL lebih bebas dan

banyak perbedaan dengan KNL. Penulis

berpendapat bahwa hal seperti ini terjadi

karena teks HNL merupakan karya sastra

yang memiliki kebebasan dan biasanya

disesuaikan dengan latar belakang budaya

penulis dan pembacanya. Adapun Kisah

Nabi Luth a.s. yang terdapat dalam Al-

Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan

Allah Swt. sebagai proses pembelajaran bagi

umat setelahnya. Adapun teks yang

terkandung dalam Al-Qur’an cenderung

lebih sakral dan kaku, dalam penafsirannya

pun tetap searah dengan ayat tersebut dan

tidak jauh berbeda.

Selain ciri teks yang membedakan teks

HNL dan KNL dalam Al-Qur’an, ada satu

perbedaan dalam peristiwa yang diceritakan

dalam HNL dan tidak

dijelaskan dalam Al-Qur’an. Peristiwa

tersebut yaitu perlawanan dan peperangan

yang dilakukan oleh kaum Luth a.s. dan

Nabi Luth a.s. dipukul sehingga mukanya

penuh dengan darah. Seperti pada kutipan

berikut.

Maka segala kaum mereka itu sangat akan

bertambah-tambah banyak datang akan

melawan Nabi Luth berperang. Maka Nabi

Luth pun keluar menghadap mereka itu,

maka dipalunya oleh kaum itu akan Nabi

Luth. Maka penuhlah darah pada kepala dan

muka Nabi Luth berlumur dengan darah.

Maka kembalilah Nabi Luth ke hadapan

malaikat itu. (Anonim, n.d)

Tokoh yang terdapat pada HNL dan

KNL juga terdapat perbedaan. Pada teks

HNL halaman 3 tertulis:

“Maka malaikat yang dua belas orang itu

datang pada waktu asar ke dalam negeri itu”

(Anonim, n.d.-a, p. 3)

Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa

jumlah malaikat yang datang ke rumah Nabi

Luth a.s. berjumlah dua belas malaikat.

Sementara dalam tafsir QS. Hud ayat 69-72

oleh Ibnu Katsir yang diriwayatkan dari Ibnu

Abu Hatim menyebutkan bahwa malaikat

yang datang ke rumah Nabi Ibrahim lalu

mengunjungi rumah Nabi Luth itu berjumlah

empat malaikat.

Hipogram Kisah Nabi Luth

Hipogram adalah teks khusus yang

menjadi latar belakang penciptaan sebuah

karya sastra lainnya (Riffaterre, 1978).

Menurut Kristeva, teks merupakan mosaik-

mosaik dari teks lain. Mosaik diibaratkan

sebagai pecahan-pecahan benda yang

terpencar sehingga pengarang selanjutnya

harus menyusun dan menata ulang ke dalam

karyanya. Dari hal itulah nantinya akan

tercipta sebuah karya baru yang merupakan

transformasi karya lain. Dengan demikian,

penyerapan sebuah teks dari teks lain akan

menjadi transformasi untuk sebuah teks

baru. Tema, kata, bentuk, model, atau

lainnya merupakan unsur yang diserap

dalam hipogram. Hal ini dapat menjadikan

dua teks memiliki tema yang sama, tetapi

penyajian ceritanya dilakukan dengan cara

yang berbeda.

Berdasarkan umur naskah HNL dapat

dipastikan jauh lebih muda umurnya

daripada Al-Qur’an. Hal ini disebabkan Al-

Qur’an merupakan firman Allah Swt. yang

diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi

Muhammad SAW. sebagai pedoman hidup

dan petunjuk bagi umat Islam (KBBI V,

2016). Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa Al-Qur’an merupakan teks hipogram

dari teks HNL. Upaya yang dilakukan untuk

mencari sumber dari teks yang dibandingkan

disebut hipogram. Hipogram meliputi

beberapa hal yaitu, ekspansi, konversi, dan

modifikasi. Namun dalam artikel ini, hanya

ditemukan hipogram ekspansi dan

modifikasi saja.

Ekspansi

Menurut Riffaterre, ekspansi adalah

perluasan atau pengembangan karya. Dalam

kebanyakan kasus, ekspansi bukan hanya

sekadar repetisi, melainkan juga mencakup

Page 9: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)

23

perubahan gramatikal, misalnya perubahan

jenis kata (Riffaterre, 1978). Ekspansi dapat

terjadi karena kesengajaan atau bahkan

berniat untuk mengembangkan teks

sebelumnya (Endraswara, 2002). Ekspansi

mengubah unsur-unsur pokok matrik

menjadi bentuk yang lebih kompleks.

Perluasan atau pengembangan dalam

ekspansi tidak hanya berupa perluasan

repetisi, perubahan gramatikal, tetapi juga

bisa penambahan tokoh. Melalui proses ini,

akan terlihat hubungan intertekstualnya

dengan memadankan teks transformasi

dengan teks hipogramnya. Bentuk ekspansi

atau pengembangan yang terdapat dalam

HNL dan Al-Qur’an, yaitu penambahan

jumlah tokoh. Dalam teks HNL terdapat

penambahan tokoh yang di dalam Al-Qur’an

tokoh-tokoh tersebut tidak disebutkan.

Tokoh tersebut di antaranya adalah Jibril,

seperti pada kutipan berikut.

Adapun maka tatkala Jibril hendak pergi

ke Negeri S.h.r.s.t.a.n menolong nabi

Allah, maka kata Ibrahim “Ya Jibril, aku

pun serta pergi dengan tuan hamba

sekalian”. Maka kata mereka itu “Ya

Ibrahim, bahwa kami pergi ini akan siksa

kaum Luth itu, tiada akan kuasa diri

melihat siksa azab Allah itu.” (Anonim,

n.d.: 1)

Sementara pada Al-Qur’an disebutkan:

م قال سل ا م قالوا سل رى بش ل ٱهيم ب ر إب رسلنا ءت جا ولقد

ا رءا 69 ل حنيذ عج ء ب فما لبث أن جا ل تصل ديهم أي فلم

هم جس من وأو ه نكرهم إلي نا سل أر إنا قالوا ل تخف خيفة

ها ن فبشر فضحكت ئمة قا ۥرأته م ٱو 70 م لوط قو إلى

ءألد لتى وي ي قالت 71قوب ق يع ح ء إس ق ومن ورا ح بإس

72 ء عجيب ذا لشي إن ه خا لي شي ذا بع وه عجوز وأنا ٱر أم جبين من ا أتع قالو وبرك ٱمت رح لل ل أه كم علي ۥته لل

جيد حميد ۥإنه ت بي ل ٱ 73 م

"wa laqod jaaa`at rusulunaaa ibroohiima

bil-busyroo qooluu salaamaa, qoola

salaamun fa maa labisa an jaaa`a bi'ijlin

haniiz (69) fa lammaa ro`aaa aidiyahum

laa tashilu ilaihi nakirohum wa aujasa

min-hum khiifah, qooluu laa takhof

innaaa ursilnaaa ilaa qoumi luuth (70)

wamro`atuhuu qooo`imatun fa dhohikat fa

basysyarnaahaa bi`is-haaqo wa miw

warooo`i is-haaqo ya'quub (71) qoolat

yaa wailataaa a alidu wa ana 'ajuuzuw

wa haazaa ba'lii syaikhoo, inna haazaa

lasyai`un 'ajiib (72) qooluuu a ta'jabiina

min amrillaahi rohmatullohi wa

barokaatuhuu 'alaikum ahlal-baiit,

innahuu hamiidum majiid (73)"

Terjemahan :

Dan sesungguhnya utusan-utusan kami

(malaikat-malaikat) telah datang kepada

Ibrahim dengan membawa kabar gembira.

Kemudian Ibrahim menyuguhkan daging,

dan Ibrahim memandang aneh dan takut

kepada mereka. Malaikat itu berkata,

“Janganlah kamu takut, sesungguhnya

kami adalah malaikat-malaikat yang

diutus kepada kaum Luth.” (QS. Hud: 69–

73)

Berdasarkan kutipan tersebut diketahui

bahwa pada teks HNL disebutkan nama dari

salah satu malaikat yang datang ke rumah

Nabi Ibrahim a.s. adalah Jibril, sedangkan

dalam ayat yang tercantum dalam QS. Hud:

69-73 tidak menyebutkan nama malaikatnya.

Selain itu, di dalam teks HNL terdapat tokoh

bernama Ro’auro yang merupakan satu dari

lima orang yang tidak mati saat berperang

melawan Nabi Luth a.s.

Maka malaikat dua belas itu pergi ke

Benua S.h.r.s.t.a.n, maka ada orang

S.h.r.s.t.a.n itu lima orang berperang

dengan Nabi Luth, empat orang telah mati

tinggal lagi seorang yang bernama

Ro’auro hendak dibinasakan. Nabi Luth

tiada diberi Allah memelihara akan

Ro’auro itu daripada kejahatan. Adapun

orang S.h.r.s.t.a.n itu ada sepuluh laksa

laki-laki yang perang itu. (Anonim, n.d.-b)

Tokoh seorang laki-laki bernama

Ro’auro, merupakan orang yang memerangi

Nabi Luth a.s. yang ada pada cerita HNL

tidak terlalu berperan penting dan hanya

sebagai tokoh pembantu. Tidak adanya tokoh Ro’auro juga tidak terlalu

berpengaruh dengan jalannya cerita. Seperti

dalam Al-Qur’an tidak menyebutkan tokoh

tersebut, tetapi alur cerita Nabi Luth a.s.

tetap memiliki konflik yang sama, yaitu

Page 10: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27

24

kedatangan para malaikat ke rumah Nabi

Luth a.s.

Modifikasi

Perubahan unsur-unsur berupa kata,

kalimat, alur cerita, ataupun nama tokoh

yang terdapat dalam cerita yang memiliki

tema serupa disebut modifikasi (Wulandari,

2018). Dalam menciptakan karya sastra,

seorang pengarang seringkali memodifikasi

teks hipogram sesuai keinginannya, dengan

tujuan memberikan ciri khusus untuk teks

transformasinya. Sebagai wujud

penghipograman, seorang pengarang akan

memodifikasi ceritanya.

Pengarang memodifikasi peristiwa

ketika malaikat datang kepada Nabi Ibrahim

a.s. untuk menyampaikan kabar siksaan

yang akan diberikan pada kaum Nabi Luth

a.s. Berikut ini bentuk pemodifikasian yang

dilakukan pengarang terhadap teks HNL.

AlKisah Nabi Luth alaihi salam. Adapun

maka tatkala Jibril hendak pergi ke Negeri

S.h.r.s.t.a.n menolong nabi Allah, maka

kata Ibrahim “ya Jibril, aku pun serta

pergi dengan tuan hamba sekalian”. Maka

kata mereka itu “ya Ibrahim, bahwa kami

pergi ini akan siksa kaum Luth itu, tiada

akan kuasa diri melihat siksa azab Allah

itu”. Maka kata Ibrahim kami mohonkan

berani daripada tuhan kami. Maka kata

Jibril “baiklah tuan hamba naik keatas

unta tuan hamba”. (Anonim, n.d.-b)

Di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan

secara detail tentang peistiwa malaikat turun

untuk menemui Nabi Ibrahim a.s. Sementara

dalam teks HNL, pengarang menambahkan

atau memodifikasi peristiwa tersebut agar

terlihat lebih menarik. Selain peristiwa

tersebut, pengarang juga memodifikasi cerita

dengan menambahkan kejadian peperangan

dalam ceritanya. Seperti pada kutipan

berikut.

Maka segala kaum mereka itu sangat akan

bertambah-tambah banyak datang akan

melawan Nabi Luth berperang. Maka nabi

Luth pun keluar mengadap mereka itu,

maka dipalunya oleh kaum itu akan Nabi

Luth. Maka penuhlah darah pada kepala

dan muka Nabi Luth berlumur dengan

darah. Maka kembalilah Nabi Luth ke

hadapan malaikat itu. (Anonim, n.d.-b)

Peperangan yang ditimbulkan dalam

teks ini dilakukan agar terkesan bahwa teks

HNL terlihat lebih menarik dan

menunjukkan betapa kejinya kaum Luth

sampai berani menyiksa pemimpinnya

sendiri. Gaya modifikasi yang dilakukan

pengarang terhadap teks transformasinya,

berupa perubahan nilai rasa. Dengan

demikian, ketika membaca teks HNL,

pembaca memiliki rasa yang berbeda

dibandingkan membaca teks KNL dalam Al-

Qur’an.

Fenomena LGBT yang Terjadi di

Indonesia Maraknya fenomena LGBT yang

terjadi di Indonesia belakangan ini telah

membuat semua lapisan dan kalangan

masyarakat resah. Pasalnya angka kaum

LGBT di Indonesia sudah mencapai 1% dari

seluruh jumlah penduduk yang ada. Jumlah

ini masih di bawah Amerika yang sudah

mencapai 5% dari total jumlah penduduknya

yang merupakan kaum LGBT.3 Meskipun

jumlahnya terbilang masih kecil, namun ini

merupakan masalah yang cukup darurat.

Karena kasus LGBT ini nantinya akan

menyangkut tentang keberlangsungan umat

manusia dengan fitrahnya dan akan

mempengaruhi perkembangan suatu bangsa.

Perilaku menyimpang ini memang

sudah ada sejak zaman Nabi Luth a.s, yaitu

kaumnya yang bernama kaum Sodom ini

telah melakukan perbuatan yang belum

pernah dilakukan oleh kaum-kaum

sebelumnya. Perilaku menyimpang tersebut

adalah menyukai sesama jenis atau sekarang

sering disebut dengan homoseksual atau

3 https://solo.tribunnews.com/2019/09/05/lgbt-sudah-

capai-1-persen-di-indonesia-icmi-nilai-hal-itu-

sebagai-kondisi-darurat

Page 11: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)

25

LGBT. Laki-laki suka dengan laki-laki,

begitu juga perempuan yang menyukai

dengan sesama perempuan. Tidak sampai di

situ saja, mereka juga melakukan hubungan

layaknya suami istri namun dengan sesama

jenisnya.

Perbuatan ini sudah dianggap biasa

atau normal bagi masyarakat di negara-

negara lain. Hal ini karena adanya sebagian

kelompok manusia dengan logikanya yang

terbalik mulai mencari-cari keabsahan dan

kefitrahan bahwasanya Allah itu

menciptakan manusia dengan orientasi

seksual yang berbeda-beda, maka hal

penganut LGBT tersebut adalah sama di

mata Allah dan manusia.4

Berdasarkan data yang diperoleh dari

Pew Research Center, terdapat 30 negara

yang melegalkan pernikahan sesama jenis,

baik secara nasional maupun di sejumlah

daerah. Negara tersebut di antaranya yaitu,

Argentina, Australia, Austria, Belgia, Brasil,

Kanada, Jerman, Amerika Serikat, dsb.

Sedangkan pergerakan LGBT di Indonesia

sendiri sudah ada sejak 1982. Pada tahun ini

didirikan kelompok hak asasi gay didirikan.

Lambda Indonesia dan organisasi sejenis

lainnya bermunculan pada akhir tahun 1980-

an dan 1990-an.5 Sampai sekarang semakin

banyak organisasi-organisasi seperti itu yang

bermunculan.

Jika hal ini dibiarkan seperti itu akan

membawa dampak yang luas dan kompleks.

Karena mereka yang telah menjadi korban

dari aktivitas perilaku homoseksual, pada

giliran berikutnya akan tampil sebagai

pelaku yang secara sadar untuk aktif mencari

korban-korban berikutnya, dan selalu begitu

seterusnya. Selain dampak tersebut, muncul

dampak negatif dari segi kesehatan yang

mengancam para penganut LGBT, seperti

merebaknya penyakit HIV-AIDS, yang

4 https://covesia.com/lifestyle/baca/52640/faktor-

penyebab-seseorang-bisa-menjadi-lgbt

5 https://magdalene.co/story/sejarah-gerakan-dan-

perjuangan-hak-hak-lgbt-di-indonesia

merupakan penyakit yang mematikan, dan

kenyataannya data di Indonesia dan dunia

menunjukkan bahwa lebih dari setengah

penderita HIV berasal dari kelompok

penyuka sesama jenis.

Selain itu, penyakit sifilis juga akan

menjangkit kaum LGBT. Berdasarkan data

di tahun 2011 terdapat 9% yang terkena

penyakit ini dan pada tahun 2011 bertambah

menjadi 11,3%.6 Penyakit ini mudah

menular pada penyuka sesama jenis. Karena,

pada seks anal yang sering dilakukan pada

pasangan sesama jenis ini menyebabkan

luka yang menjadi pintu masuk kuman dan

bakteri, termasuk treponema dan pallidum

yang merupakan bakteri jahat sifilis. Hal ini

disebabkan karena pergesekan yang terjadi.

Penyakit hepatitis B dan gangguan psikiatri

dan depresi juga akan mengancam para

pelaku LGBT.

Dampak negatif dari LGBT juga

berpengaruh pada merosotnya moral dan

akhlak generasi penerus bangsa, dan

keengganan untuk menikah dengan

pasangan lawan jenis. Hal ini akan

membawa efek domino terhadap struktur

penduduk sebuah bangsa. Apabila generasi

mudanya enggan menikah maka akan terjadi

penumpukan jumlah penduduk lansia dan

berkurangnya penduduk yang berusia balita.

Tentu saja hal ini tidak baik bagi

perkembangan sebuah bangsa. Jadi, dengan

alasan apa pun, termasuk hak asasi manusia,

dan lain sebagainya sekali lagi ini tidak

dapat dijadikan sebagai alasan pembenaran

dari praktik perilaku seks yang menyimpang.

Dengan demikian, perlu adanya

pembinaan agar mereka mau kembali

kepada fitrahnya. Karena LGBT ini

melanggar fitrah sebagai manusia dan tidak

mengindahkan ajaran agama. Indonesia

adalah bangsa yang bermartabat, memiliki

norma hidup dan agama. Jangan sampai

norma itu diinjak-injak atas nama kebenaran,

dan jangan sampai karena alasan hak asasi

6 https://www.klikdokter.com/info-

sehat/read/2961669/5-ancaman-kesehatan-di-balik-

hubungan-sesama-jenis

Page 12: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27

26

manusia (HAM) membolehkan LGBT yang

justru melanggar HAM orang lain yang tidak

setuju dengan adanya pelegalan dan

penyebaran paham LGBT.

Oleh karena itu, dengan adanya

tindakan tegas dari pemerintah dan DPR

untuk segera membentuk dan mengesahkan

peraturan perundang-undangan yang

melarang segala bentuk aktivitas LGBT di

Negara Indonesia dipandang dapat

menyelesaikan masalah LGBT.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan

sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa

teks HNL dan Kisah Nabi Luth a.s. yang

terdapat dalam Al-Qur’an memiliki cerita

yang sama. Kedua teks tersebut

menceritakan tentang kaumnya Nabi Luth

a.s. yang melakukan perbuatan fahisyah,

yaitu menyukai sesama jenis atau disebut

homoseksual. Akibat nafsu syahwat kaum

Nabi Luth a.s. yang tidak dapat terkendali

membuat Allah Swt. murka dan mengazab

mereka dengan buminya dibalik dan mereka

dibinasakan.

Berdasarkan prinsip intertekstual, teks

HNL dan KNL dikaji dengan cara

membandingkan dan menyejajarkan hasil

teks transformasi dengan teks hipogramnya.

Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa

teks HNL merupakan mosaik, kutipan-

kutipan, penyerapan, dan transformasi teks

Kisah Nabi Luth a.s. yang terdapat dalam

Al-Qur’an.

Selain itu, perilaku LGBT

merupakan perilaku seks yang menyimpang,

menyalahi fitrah manusia, dan dapat

menular. Tidak hanya itu, banyak dampak

negatif yang timbul akibat perbuatan seks

sesama jenis berupa penyakit HIV, silifis,

rusaknya moral, enggan untuk menikah,

hingga berpengaruh pada perkembangan

sebuah bangsa. Oleh karena itu, keberadaan

HNL menjadi aktual dan menarik untuk

dikaji agar dapat dijadikan alternatif solusi

atas permasalahan yang terjadi saat ini.

Perlu tindakan tegas dari pemerintah untuk

segera membentuk dan mengesahkan

undang-undang yang melarang segala

bentuk aktivitas LGBT.

DAFTAR PUSTAKA

A.Teeuw. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra:

Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia

Pustaka Jaya.

Anonim. (n.d.-b). Malayo-polynesien 66.

Prancis: Bibliotheque National of

France.

Baried, Siti Baroroh, dkk. (1994).

Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta:

BPPF Seksi Filologi, Fakultas Sastra,

Universitas Gadjah Mada.

Endraswara, S. (2002). Metodologi

Penelitian Folklor: Konsep, Teori, dan

Aplikasi. Yogyakarta: Med Press.

Fathurahman, O. (2015). Filologi Indonesia:

Teori dan Metode. Prenadamedia

Group.

Katsir, I. (2007). Qishashul Anbiya (Kisah

Para Nabi). Jakarta: Pustaka as-

Sunnah.

KBBI V. (2016). Jakarta: Kementerian dan

Kebudayaan Republik Indonesia.

Penerjemah, D. (1971). Al-Quran dan

Terjemahanya. Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Pentafsir Al-Quran.

Pradopo, R. D. (1987). Pengkajian Puisi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Ratna, N. K. (2008). Teori, Metode, dan

Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Riffaterre, M. (1978). Semiotics of Poetry.

London: Indiana University Press.

Syam, E. (2017). Kerendahan Hati Karya

Taufik Ismail dan Be The Best of

Whatever You Are Karya Douglas

Malloch: Kajian Intertekstual. Ilmu

Bahasa, 13, 56–66.

Wirajaya, A. Y. (2014). Mitos dalam

Perspektif Sastra Bandingan.

Surakarta: Assalam Publishing.

Wirajaya, A. Y. (2019). Estetika Puitik

Kesusastraan Melayu Klasik.

Surakarta: Oase Pustaka.

Page 13: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN

Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)

27

Wulandari, R. (2018). Intertekstual antara

Syair Nabi Allah Ayub dengan Hikayat

Nabi Ayub Dimurkai Allah.

Manuskripta, 8 No. 2, 109–122.

Wuradji dalam Jabrohim. (2001). Metode

Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Hanindita.

Zailani. (2016). Metode Intertekstual Dalam

Memahami Hadis Nabi. Ilmiah

Keislaman 15.

Page 14: HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN