Upload
michaelsiahaan
View
2.985
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
Kumpulan Puisi Wiji Thukul
Kucing, Ikan Asin Dan Aku
Seekor kucing kurusmenggondol ikan asinlaukku untuk siang iniaku meloncatkuraihpisaubiarkubacok iabiarmampus
ia tak laritapi mendongakmenatapkutajam
mendadaklunglaitanganku-aku melihat diriku sendiri!
lalu kami berbagikuberi ia kepalanya(batal nyawa melayang)aku hidupia hidupkami sama-sama makan
Isyarat
PeringatanJika rakyat pergiKetika penguasa pidatoKita harus hati-hatiBarangkali mereka putus asaKalau rakyat bersembunyiDan berbisik-bisikKetika membicarakan masalahnya sendiriPenguasa harus waspada dan belajar mendengarBila rakyat berani mengeluhItu artinya sudah gawatDan bila omongan penguasaTidak boleh dibantahKebenaran pasti terancamApabila usul ditolak tanpa ditimbangSuara dibungkam kritik dilarang tanpa alasanDituduh subversif dan mengganggu keamananMaka hanya ada satu kata: lawan! (Solo, 1986)
Bunga dan Tembok
Seumpama bungaKami adalah bunga yang takKau hendaki tumbuhEngkau lebih suka membangunRumah dan merampas tanahSeumpama bunga
Kami adalah bunga yang takKau kehendaki adanyaEngkau lebih suka membangunJalan raya dan pagar besiSeumpama bungaKami adalah bunga yangDirontokkan di bumi kami sendiriJika kami bungaEngkau adalah tembok ituTapi di tubuh tembok ituTelah kami sebar biji-bijiSuatu saat kami akan tumbuh bersamaDengan keyakinan: engkau harus hancur!Dalam keyakinan kamiDi manapun tirani harus tumbang! (Solo, ’87 - ’88)
SAJAK SUARA
sesungguhnya suara itu tak bisa diredammulut bisa dibungkamnamun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbangdan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwakusuara-suara itu tak bisa dipenjarakandi sana bersemayam kemerdekaanapabila engkau memaksa diamakusiapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampokyang ingin merayah hartamuia ingin bicaramengapa kau kokang senjatadan gemetar ketika suara-suara itumenuntut keadilan?sesungguhnya suara itu akan menjadi kataialah yang mengajari aku bertanyadan pada akhirnya tidak bisa tidakengkau harus menjawabnyaapabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan
(Tanpa Judul)
kuterima kabar dari kampungrumahku kalian geledahbuku-bukuku kalian jarahtapi aku ucapkan banyak terima kasihkarena kalian telah memperkenalkansendiri pada anak-anakkukalian telah mengajar anak-anakkumembentuk makna kata penindasansejak diniini tak diajarkan di sekolahantapi rezim sekarang ini memperkenalkankepada semua kitasetiap hari di mana-manasambil nenteng-nenteng senapan
kekejaman kalianadalah bukti pelajaranyang tidak pernah ditulisIndonesia,
(11 agustus ’96)Seorang Buruh Masuk Toko
masuk tokoyang pertama kurasa adalah cahayayang terang benderangtak seperti jalan-jalan sempitdi kampungku yang gelap
sorot mata para penjagadan lampu-lampu yang mengitarikuseperti sengaja hendak menunjukkandari mana asalku
aku melihat kakiku - jari-jarinya bergerak
aku melihat sandal jepitkuaku menoleh ke kiri ke kanan - bau-bau harumaku menatap betis-betis dan sepatubulu tubuhku berdiri merasakan desirkipas anginyang berputar-putar halus lembutbadanku makin mingkupaku melihat barang-barang yang dipajangaku menghitung-hitungaku menghitung upahkuaku menghitung harga tenagakuyang menggerakkan mesin-mesin di pabrikaku melihat harga-harga kebutuhandi etalaseaku melihat bayangankumakin letihdan terus diisap (10 september 1991)
Bukan Kata Baru
ada kata baru kapitalis, baru? Ah tidak, tidaksudah lama kita dihisapbukan kata baru, bukankita dibayar murah
sudah lama, sudah lamasudah lama kita saksikanburuh mogok dia telpon kodim, pangdamdatang senjata sebataliyonkita dibungkamtapi tidak, tidakdia belum hilang kapitalisdia terus makantetes ya tetes tetes keringat kitadia terus makan
sekarang rasakan kembali jantungyang gelisah memukul-mukul marahkarena darah dan otak jalankapitalisdia hidupbahkan berhadap-hadapankau aku buruh mereka kapitalissama-sama hidupbertarungya, bertarung
sama-sama?tidak, tidak bisakita tidak bisa bersama-samasudah lama ya sejak mulakau aku tahuberapa harga lengan dan otot kau akukau tahu berapa upahmukau tahujika mesin-mesin berhentikau tahu berapa harga tenagamu
mogoklahmaka kau akan melihatdunia merekajembatan ke dunia barudunia baru ya dunia baru. (Tebet 9/5/1992)
BUKAN DI MULUT POLITIKUSBUKAN DI MEJA SPSI
berlima dari solo berkeretaapi kelas ekonomi murahtak dapat kursi melengkung tidur di kolongpas tepat di kepala kami bokong-bongkiri kanan telapak kaki tas sandal sepatutak apa di pertemuan ketemu lagi kawandari krawang-bandung-jakarta-jogya-tangerangburuh pabrik plastik, tekstil, kertas dan macam-macamdatang dengan satu soal
dari jakarta pulang tengah malam dapat bis rongsokpulang letih tak apa diri telah ditempasepanjang jalan hujan kami jongkok tempat duduknempel jendelabocorbocorsepanjang jalan tangan terus mengelapiagar pakeyan tak basahdingindingintapi tak apadiri telah ditempakepala dan dada masih penuh nyanyi panashari depan buruh di tangan kami sendiribukan di mulut politikusbukan di meja spsi (Solo 14 mei 1992)
E d a n
sudah dengan cerita mursilah?edan!dia dituduh malingkarena mengumpulkan serpihan kaindia sambung-sambung jadi mukenauntuk sembahyangpadahal mukena tak dibawa pulangpadahal mukena dia tarohdi tempat kerjaedan!sudah diperasdituduh maling pula
sudah dengan cerita santi?edan!karena istirahat gaji dipotongedan!karena main kartulima kawannya langsung dipecat majikanpadahal tak pakai wangpadahal pas waktu luangedan!kita mah bukan sekrup (Bandung 21 Mei 1992)
LEUWIGAJAH
Leuwigajah berputardari pagi sampai pagijalan-jalan gemetardebu-debu membumbungdari knalpot kendaraan pengangkut mesin-mesin terus membangunkanburuh-buruh tak berkamar-manditidur jejer berjejer alas tikartanpa jendela tanpa cahaya mataharilantai dinding dingin lembab pengap
lidah-lidah penghuni rumah kontrakterus menyemburkan cerita buruk:lembur paksa sampai pagi - upah rendahjari jempol putus - kecelakaan-kecelakaankencing dilarang - sakit ongkos sendirimogok? pecat!seperti nyabuti bulu ketiak
tubuh-tubuh mudaterus mengalir ke Leuwigajahseperti buah-buah disedot vitaminnyamesin-mesin terus menggilasmemerah tenaga murahsatu kali dua puluh empat jammasuk - absen - tombol ditekandan truk-truk pengangkut produksimeluncur terus ke pasar
Leuwigajah tak mau berhentidari pagi sampai pagicerobong asap terus mengotori langitlimbah mengental selokan berwarna
Leuwigajah terus minta darah tenaga mudaLeuwigajah makin panasberputar dan terus mengurastenaga-tenaga murah (Bandung - Solo 21 Mei - 16 Juni)
LEUWIGAJAH MASIH HAUSleuwigajah tak mau berhentidari pagi sampai pagibis-bis-mobil pengangkut tenaga murahbikin gemetar jalan-jalandan debu-debu tebal membumbung mesin-mesin tak mau berhentimembangunkan buruh tak berkamar-manditanpa jendela tanpa cahaya mataharijejer berjejer alas tikarlantai dinding dingin lembab pengap
mulut lidah-lidah penghuni rumah kontrakterus bercerita buruklembur paksa sampai pagitubuh mengelupas-jari jempol putus - upah rendahmogok - pecatseperti nyabuti bulu ketiak tubuh-tubuh mudaterus mengalis ke leuwigajahseperti buah-buah disedot vitaminnyamesin-mesin terus menggilasmemerah tenaga murahsatu kali duapuluhempat jammasuk - absen - tombol ditekandan truk-truk pengangkut produksimeluncur terus ke pasar leuwigajah tak mau berhentidari pagi sampai pagi asap crobong terus kotorselokan air limbah berwarnamesin-mesin tak mau berhentiterus minta darah tenaga muda leuwigajah makin panasberputar dan terus menguras (Bandung 21 mei 1992)
MAKIN TERANG BAGI KAMI
tempat pertemuan kami sempitbola lampu kecil cahaya sedikittapi makin terang bagi kami
tangerang - solo - jakarta kawan kami
kami satu : buruhkami punya tenaga
tempat pertemuan kami sempitdi langit bintang kelap-keliptapi makin terang bagi kamibanyak pemogokan di sanasini
tempat pertemuan kami sempittapi pikiran ini makin luasmakin terang bagi kamikegelapan disibak tukar-pikiran
kami satu : buruhkami punya tenaga
tempat pertemuan kami sempittanpa buah cuma kacang dan air putihtapi makin terang bagi kamikesadaran kami tumbuh menyirami
kami satu : buruhkami punya tenaga
jika kami satu hatikami tahu mesin berhentisebab kami adalah nyawayang menggerakkannya (Bandung 21 mei 1992)
SATU MIMPI SATU BARISAN
di lembang ada kawan sofyanjualan bakso kini karena dipecat perusahaankarena mogok karena ingin perbaikankarena upah ya karena upah
di ciroyom ada kawan sodiyahsi lakinya terbaring di amben kontrakanburuh pabrik tehterbaring pucet dihantam tipesya dihantam tipesjuga ada nenikawan bariahbekas buruh pabrik kaos kakikini jadi buruh di perusahaan lagidia dipecat ya dia dipecatkesalahannya : karena menolakdiperlakukan sewenang-wenang
di cimahi ada kawan udin buruh sablonkemarin kami datang dia bilangumpama dironsen pasti nampakisi dadaku ini pasti rusakkarena amoniak ya amoniak
di cigugur ada kawan sitipunya cerita harus lembur sampai pagipulang lunglai lemes ngantuk letihmembungkuk 24 jamya 24 jam
di majalaya ada kawan emanburuh pabrik handuk dulukini luntang-lantung cari kerjaan
bini hamin tiga bulankesalahan : karena tak suditerus diperah seperti sapi
di mana-mana ada sofyan ada sodiyah ada bariyahtak bisa dibungkam kodimtak bisa dibungkam popor senapandi mana-mana ada neni ada udin ada sitidi mana-mana ada emandi bandung - solo - jakarta - tangerang
tak bisa dibungkam kodimtak bisa dibungkam popor senapansatu mimpisatu barisan (Bandung 21 mei 1992)
Sajak Ibu
ibu pernah mengusirku minggat dari rumahtetapi menangis ketika aku susahibu tak bisa memejamkan matabila adikku tak bisa tidur karena laparibu akan marah besarbila kami merebut jatah makanyang bukan hak kamiibuku memberi pelajaran keadilandengan kasih sayangketabahan ibukumengubah sayur murahjadi sedap……dengan kebajikanibu mengenalkanku kepada tuhan
Derita Sudah Naik Seleher
kaulempar aku dalam gelaphingga hidupku manjadi gelap
kausiksa aku sangat kerashingga aku makin mengeras
kaupaksa aku terus menunduktapi keputusan tambah tegak
darah sudah kauteteskandari bibirkuluka sudah kaubilurkanke sekujur tubuhkucahaya sudah kaurampasdari biji mataku
derita sudah naik seleherkaumenindassampaidi luar batas
AKU MASIH UTUH DAN KATA-KATA BELUM BINASAOleh: Wiji Thukul
aku bukan artis pembuat beritatapi memangaku selalu kabar burukbuat para penguasa
puisiku bukan puisitapi kata-kata gelapyang berkeringatdan berdesakan mencari jalan
ia tak mati-matimeski bola mataku digantiia tak mati-matimeski bercerai dengan rumahia tak mati-matitelah kubayar apa yang dia mintaumur-tenaga-luka
kata-kata itu selalu menagihpadaku ia selalu berkata:kau masih hidup!
aku memang masih utuhdan kata-kata belum binasa (18 juni 1997)
MOMOK HIYONG
momok hiyong si biang kerokpaling jago bikin ricuh
kalau situasi keruhjingkratjingkrat ia
bikin kacau dia ahlinyaakalnya bulus siasatnya ularkejamnya sebanding nerosefasis hitler sefeodal raja kethoprak
luar biasa cerdasnyadi luar batas culasnya
demokrasi dijadikan bola mainanhak azazi ditafsir semau gue
emas doyan hutan doyankursi doyan nyawa doyanluar biasa
tanah air digadaikanmasa depan rakyat digelapkandijadikan jaminan utang
momok hiyong momok hiyongapakah ia abadidan tak bisa mati?
momok hiyong momok hiyong berapa ember lagidarah yang ingin kau minum?(30 september 96)
CATATAN HARI INI
aku nganggur lagi
semalam ibu tidur di kursijam dua lebih aku menulis puisiaku duduk menghadap mejaibu kelap-kelip matanya ngitung utangjam enam sore:bapak pulang kerjasetelah makan sepiringlalu mandi tanpa sabun
tadi siang ibu tanya padaku:kapan ada uang?
jam setengah tujuh malamaku berangkat latihan teaterapakah seni bisa memperbaiki hidup? (Solo, juni 86)
CATATAN SURAM
kucing hitam jalan pelanmeloncat turun dari ataptiga orang muncul dari dalam gelapsembunyi menggenggam besi
kucing hitam jalan pelan-pelandiikuti bayang-bayangketika sampai di mulut gangtiga orang menggerammelepaskan pukulan
bulan disaput awan meremangsaksikan perayaan kemiskinandaging kucing pindahke perut orang! (Solo, 1987)
BALADA PELURU
di mana moncong senapan itu?
aku pengin meledak sekaligus jadi pelurumencari jidatmu mengarah mampus-Muakan kulihat nyawa-Mu yang terbangdan kukejar-kejar dengan nyawaku sendiriagar tahu rumah-Muaku rela bunuh diritentu saja setelah tahu ke mana pulang-Mu.
Tetapi peluru yang mencari jidat-Mu ituHanya ketemu mata-Mu yang menyihirSim salabimKembali kau pada wujudmu asli!Dan memang tidak akan pernah ada yang akanMembawakanSenapanUntukkuApalagiJidatMimpi indah iniMimpi indah iniMengapa kekal?
Derita Sudah Naik Seleher
kaulempar aku dalam gelaphingga hidupku manjadi gelap
kausiksa aku sangat kerashingga aku makin mengeras
kaupaksa aku terus menunduktapi keputusan tambah tegak
darah sudah kauteteskandari bibirkuluka sudah kaubilurkanke sekujur tubuhkucahaya sudah kaurampasdari biji mataku
derita sudah naik seleherkaumenindassampaidi luar batas
P E N Y A I R
jika tak ada mesin ketikaku akan menulis dengan tanganjika tak ada tinta hitamaku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertasaku akan menulis pada dindingjika aku menulis dilarangaku akan menulis dengantetes darah!
sarang jagat teater (19 januari 1988)
Gentong Kosong
parit susuttanah kerontanglangit mengkilau perakmatahari menggosongkan pipi
gentong kosongberas segelas cumamasak apa kita hari ini
pakis-pakis hijaubawang putih dan garamkepadamu kami berterima kasihatas jawabmupada sang lapar hari ini
gentong kosong airmu keringciduk jatuh bergelontangminum apa hari ini
sungai-sungai pinggir hutanyang menolong di panas terikdan kalian pucuk-pucuk muda daun pohon karetyang mendidih bersama ikan teri di pancijadilah tenaga hidup kami hari inidengan iris-irisan ubi keladiyang digoreng dengan minyakpersediaan terakhir kami
gentong kosongbotol kosongmarilah menyanyimerayakan hidup ini
(dari Aku Ingin Jadi Peluru, Indonesiatera 2004)
KUBURAN PURWOLOYO
di sini terbaringmbok cipyang mati di rumahkarena ke rumah sakittak ada biaya
di sini terbaringpak pinyang mati terkejutkarena rumahnya digusur
di tanah initerkubur orang-orang yangsepanjang hidupnya memburuhterhisap dan menanggung hutang
di sinigali-galitukang becakorang-orang kampungyang berjasa dalam setiap pemiluterbaringdan keadilan masih saja hanya janji
di sinikubaca kembali:sejarah kita belum berubah!
(jagalan, kalangan solo, 25 oktober 88)
Sukmaku Merdeka
sukmaku merdekatidak tergantung kepada Departemen Tenaga Kerjasemakin hari semakin nyata nasib di tangankutidak diubah oleh siapapuntidak juga akan dirubah oleh Tuhan pemilik sorgaapakah ini menyakitkan ? entahlah !aku tak menyumpahi rahim ibuku lagisebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagihanya dengan memaki-maki
waktu yang diisi keluh akan berisi keluhwaktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkanserdadu-serdadu kebijaksanaanbiar perang meletus kapan sajaitu bukan apa-apamasalah nomer satu adalah hari inijangan mati sebelum dimampus takdir
sebelum malam mengucap selamat malamsebelum kubur mengucapkan selamat datangaku mengucap kepada hidup yang jelatam e r d e k a ! (Solo, 1989)
Di Negeri ini Milikmu Cuma tanah Air bulan malam mem buka matakumerambati wungwungan rumah-rumah bambuyang rendah dan yang miringdi muka parit yang suka banjirmembayanglah masadepanmu rumah-rumah bambuyang rendah dan yang miringlentera minyak gemetar merabamupengembara, 0, pengembara yang nyenyakbulan malam menggigit batinkumulutnya lembut seperti pendeta tuamengulurkan rontalan nasibmu 0 tanah-tanah yang segera rataberubahlah menjadi pabrik-pabriknyakitapun kembali bergerak seperti jamurliar di pinggir-pinggir kalimenjarah tanah-tanah kosongmendirikan kemah gubug-gubugmencari tanah pemukiman disiniberanak cucu melahirkan anak suku-suku terasingya ng akrab dengan peluh dan mataharidi tanah negeri ini milikmu cuma tanah air. (Agustus 1987 – solo)
BURUH-BURUH di batas desapagi - pagi dijemput trukdihitung seperti pesakitandiangkut ke pabrikbegitu seterusnyamesin terus berputarpabrik harus berproduksi pulang malambadan loyonasi dingin bagaimana kalau anak sakitanbagaimana obatbagaimana dokterbagaimana rumah sakitbagaimana uangbagaimana gajibagaimana pabrik? mogok?pecat! mesin tak boleh berhentimaka mengalirlah tenaga murahmbak ayu kakang dari desadisedotsampai pucat (solo, 4-86)
Kemerdekaan
kemerdekaanmengajarkan aku berbahasamembangun kata-katadan mengucapkan kepentingan
kemerdekaanmengajar aku menuntutdan menulis surat selebarankemerdekaanlahyang membongkar kuburan ketakutandan menunjukkan jalan
kemerdekaanadalah gerakanyang tak terpatahkankemerdekaanselalu di garis depan
(Solo, 27-12-1988)
TUJUAN KITA SATU IBU
Kutundukkan kepalaku,bersama rakyatmu yang berkabungbagimu yang bertahan di hutandan terbunuh di gunungdi timur sana
Di hati rakyatmu,tersebut namamu selaludi hatikuaku penyair mendirikan tugumeneruskan pekik salammu"a luta continua."
kita tidak sendiriankita satu jalantujuan kita satu ibu:pembebasan!
Kutundukkan kepalakukepada semua kalian para korbansebab hanya kepadamu kepalaku tundukkepada penindastak pernah aku membungkukaku selalu tegak
(4 Juli 1997)