14
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: http://www.researchgate.net/publication/273636191 Berbagai Permasalahan Pembelajaran Matematika dalam Kurikulum 2013 dan Beberapa Upaya untuk Mencoba Mengatasinya CONFERENCE PAPER · MARCH 2014 DOI: 10.13140/2.1.1782.4807 READS 2,114 1 AUTHOR: Abdur Rahman Asari State University of Malang 13 PUBLICATIONS 1 CITATION SEE PROFILE Available from: Abdur Rahman Asari Retrieved on: 25 October 2015

Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

Seediscussions,stats,andauthorprofilesforthispublicationat:http://www.researchgate.net/publication/273636191

BerbagaiPermasalahanPembelajaranMatematikadalamKurikulum2013danBeberapaUpayauntukMencobaMengatasinya

CONFERENCEPAPER·MARCH2014

DOI:10.13140/2.1.1782.4807

READS

2,114

1AUTHOR:

AbdurRahmanAsari

StateUniversityofMalang

13PUBLICATIONS1CITATION

SEEPROFILE

Availablefrom:AbdurRahmanAsari

Retrievedon:25October2015

Page 2: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

1 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013, DAN BEBERAPA UPAYA UNTUK

MENCOBA MENGATASINYA

Abdur Rahman As’ari

Abstrak: Penerapan Kurikulum 2013 masih mengalami beberapa

hambatan, termasuk pembelajaran matematikanya. Mindset guru yang

masih menempatkan diri sebagai sumber belajar utama, buku siswa dan

buku guru yang kurang komunikatif, dan kurang familiarnya penggunaan

pendekatan saintifik dalam pelajaran matematik, serta jarangnya

penerapan penilaian otentik adalah beberapa masalah yang dihadapi guru

dalam melaksanakan pembelajaran matematika dalam konteks kurikulum

2013. Di dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan permasalahan

tersebut dan memberikan sedikit rekomendasi penyelesaian yang mungkin

dilakukan.

Kata-Kata Kunci: Kurikulum 2013, Matematika, Mindset, Pendekatan

Saintifik, Penilaian Otentik.

Kurikulum 2013 telah diluncurkan secara resmi. Beberapa sekolah telah dijadikan

sekolah sasaran, dan guru-guru yang ada di dalamnya telah juga dilatih, termasuk

guru matematika. Siswa pun sudah diberi buku siswa, dan guru matematikanya juga

sudah dilengkapi dengan buku pegangan guru. Namun, dalam perjalanannya ada

banyak hal yang dirasa kurang optimal.

Dalam kesempatan melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

kurikulum 2013 di beberapa tempat, pendampingan kepada para guru di beberapa

sekolah, dan mengadakan bimbingan teknis serta mengkaji bahan dan program

pelatihan kurikulum 2013, penulis melihat bahwa ada banyak hal yang dirasa sulit

oleh guru dan sekolah.

Page 3: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

2 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013 Berikut disampaikan beberapa permasalahan pembelajaran matematika dalam

kurikulum 2013 yang sempat penulis identifikasi.

Buku Siswa

Buku siswa kelas 7 yang sempat penulis lihat terdiri dari 12 bab. Semua bab itu

harus dipahami siswa dalam 2 semester. Artinya, kurang lebih 6 bab tiap semester

harus dikuasai oleh siwa. Bagi guru yang terbiasa dengan kurikulum sebelumnya,

banyaknya bab ini lebih banyak dari banyak bab di buku pada kurikulum

sebelumnya. Kalau pada kurikulum sebelumnya banyak guru yang merasa kesulitan

menyelesaikan semua bab yang ada, dengan tambahan bab ini, meskipun alokasi

jam belajarnya juga bertambah, tetapi guru banyak mengalami kesulitan.

Kalau dilihat dari muatan di dalam buku siswa, di dalam buku tersebut, fakta,

konsep, prinsip, dan materi dicoba diuraikan sedetail mungkin. Kalau kita

perhatikan buku pada kurikulum sebelumnya, buku tersebut sering hanya memuat

konsep, contoh, dan latihan, maka dalam buku siswa mata pelajaran matematika

pada kurikulum 2013 ini, uraian tentang prosedur pun terlihat begitu panjang dan

lebar. Pada waktu mencari irisan dari dua himpunan misalnya, di dalam buku itu

diuraikan langkah demi langkah bagaimana menentukan irisan dari dua himpunan.

Page 4: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

3 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Keberadaan uraian prosedur yang begitu rinci yang berbeda dengan kebiasaan yang

ada pada buku-buku sebelumnya, tentu membuat guru perlu mengadakan

penyesuaian diri dalam membelajarkannya.

Di dalam buku siswa juga diuraikan masalah, yang menurut pengarangnya adalah

penerapan dari pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).

Sayangnya, masalah ini dijelaskan secara lengkap. Sepertinya, pengarang buku ini

hanya sekedar memberikan informasi bagaimana proses pemecahan masalanya

saja. Akibatnya, guru tidak memiliki rujukan bagaimana sebenarnya penerapan dari

pembelajaran berbasis masalah itu.

Belum lagi, apa yang dianggap sebagai masalah di dalam buku itu terkadang bukan

merupakan masalah. Kadang hanya soal atau tugas biasa. Karakteristik ill-structured

problems yang menuntut penerapan interdisciplinary approach, yang merupakan

syarat dari jenis masalah dalam pembelajaran berbasis masalah, tidak diperhatikan.

Semua masalah yang disajikan boleh dikatakan merupakan well-structured problems

dan tidak memerlukan interdisciplinary approach untuk memecahkannya.

Page 5: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

4 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Bagi guru yang memahami makna dari masalah, buku siswa ini bisa mengakibatkan

mereka kurang senang dan menganggap sebagai buku yang kurang baik. Persepsi

dan sikap mereka negatif. Sikap dan persepsi, sebagai dimensi pertama dari belajar

(Marzano, 1992) sangat menentukan dimensi-dimensi belajar berikutnya. Sikap dan

persepsi yang negatif, cenderung menutup terjadinya dimensi belajar berikutnya,

yaitu: acquire and integrate knowledge, extent and refine knowledge, apply

knowledge meaningfully, dan habits of mind.

Terakhir, soal-soal yang ditampilkan dalam uji kompetensi terkesan langsung

sangat sulit. Soal-soal yang biasanya hanya diberikan kepada siswa berbakat dan

untuk keperluan olimpiade langsung diberikan sebagai bahan uji kompetensi.

Sebenarnya ini sangat bagus karena memberi kesempatan kepada siswa untuk

berkenalan dengan soal-soal non rutin yang menuntut kemampuan berpikir tingkat

tinggi. Sayangnya, banyak guru yang tidak kenal dengan soal-soal seperti itu.

Bukannya tertantang, para guru malah banyak yang merasa ‘minder” dan takut

membahasnya bersama siswa.

Buku Guru

Kalau diperhatikan buku guru, bagian awal dari buku tersebut memuat deskripsi

singkat tentang model pembelajaran konstruktivistik yang dilengkapi dengan

panduan penyusunan rencana pembelajaran.

Sebenarnya, penjelasan ini memberikan peluang kepada para guru untuk

memahami secara utuh makna dari model pembelajaran. Guru menjadi mengerti

bahwa dalam suatu model pembelajaran, di samping dampak pembelajaran dan

dampak pengiring, ada 4 (empat) hal yang perlu dipikirkan, yaitu: (1) sintaks atau

langkah-langkah pembelajaran, (2) system sosial, (3) prinsip reaksi, dan (4) sistem

pendukung. Hanya saja, penyajiannya memang sangat singkat dan kurang memberi

panduan praktis kepada guru.

Uraian dari bab-bab berikutnya cenderung mengulang apa yang dituliskan dalam

bukku siswa. Petunjuk pembelajaran yang diberikan hanya singkat saja. Itupun

terkesan terselip di tengah-tengah uraian materi untuk siswa.

Gaya penulisan seperti itu mengakibatkan buku guru terkesan tidak beda jauh

dengan buku siswa. Kesan lain yang muncul adalah bahwa guru tersebut sangat

tebal dan menakutkan untuk dibaca.

Page 6: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

5 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Pendekatan Saintifik

Di dalam Kurikulum 2013, pendekatan saintifik yang terdiri dari 5M (Mengamati,

Menanya, Menggali Informasi, Mengasosiasi, Mengomunikasikan) merupakan

pendekatan pembelajaran yang perlu atau bahkan wajib untuk diterapkan di semua

mata pelajaran, termasuk matematika. Pendekatan ini lebih mengedepankan

penalaran induktif daripada penalaran deduktif yang menjadi trademark dari

matematika. Karena itu, kebanyakan guru yang membelajarkan matematika dengan

pendekatan deduktif (definisi, contoh, dan latihan) pasti mengalami banyak

hambatan psikologis dan kesulitan teknis untuk melaksanakan pendekatan saintifik.

Para guru matematika perlu mendapatkan banyak waktu dan kesempatan untuk

berlatih menerapkan pendekatan saintifik ini. Sayangnya, kesempatan pelatihan

untuk melaksanakan pendekatan saintifik ini terlalu singkat. Karena itu, para guru,

terutama guru matematika, perlu memperoleh pendampingan yang lumayan

banyak untuk bisa melaksanakan pendekatan saintifik dengan baik.

Page 7: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

6 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Guru perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana mengembangkan tugas yang

mendorong anak untuk melakukan pengamatan yang sungguh-sungguh, tekun,

jujur, obyektif, dan tajam, serta bermanfaat. Guru juga perlu mendapatkan

bimbingan teknis bagaimana membuat siswa mau dan mampu menanya. Guru juga

perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana guru mendampingi siswanya

belajar (mulai dari memantau kemajuan belajarnya, mempertanyakan apa yang

dipikirkan dan diperoleh siswa, memberikan umpan balik yang baik, dan

mendorong siswa untuk mengembangkan ide kreatifnya secara optimal).

Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu wujud dari pendekatan

saintifik. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk mengerjakan tugas untuk

menghasilkan produk. Untuk itu, siswa harus aktif melakukan kegiatan searching

(mencari), exploring (menggali lebih jauh), creating (menciptakan), and sharing

(berbagi). Untuk itu, siswa juga harus pandai melakukan resource locating

(menentukan sumber informasi yang dapat dijadikan dasar untuk menyusun

rencana pengembangan produk), planning product to develop (merancang jenis

produk yang akan dikembangkan), scheduling for implementing plan (membuat

jadwal pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat), monitoring the product progress

(memantau kemajuan hasil kerja), assessing the prototype of the product (mengases

hasil sementara yang diperoleh), and evaluating the quality of the product (menilai

kualitas produk).

Pembelajaran berbasis proyek ini termasuk pembelajaran yang jarang sekali

dilakukan oleh guru. Karena itu, penerapan pembelajaran berbasis proyek yang

sangat dianjurkan oleh kurikulum 2013 merupakan kesulitan tersendiri bagi para

guru. Kebiasaan guru yang menempatkan diri sebagai sumber utama belajar (kalau

bukan malah satu-satunya sumber belajar), menjadikan beliau banyak mengalami

kesulitan dalam menjalankannya. Mindset guru harus diubah menjadi lebih banyak

sebagai fasilitator. Sayangnya, pelatihan dan petunjuk praktis bagaimana

menerapkan pembelajaran berbasis proyek ini dilakukan masih sangat minim.

Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah juga sangat disarankan oleh kurikulum 2013.

Pembelajaran ini dimaksudkan untuk membantu siswa belajar sesuatu melalui

kegiatan memecahkan masalah. Pembelajaran yang menuntut disajikannya masalah

Page 8: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

7 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

yang bersifat ill-structured dan menuntut pendekatan interdisciplinary juga

termasuk pembelajaran yang sangat jarang dilakukan oleh guru, apalagi guru

matematika.

Sebenarnya, sifat masalah yang menuntut interdisciplinary approach dalam

pembelajaran berbasis masalah sudah memberikan batasan bahwa penerapan

pembelajaran berbasis masalah ini tidak bisa digunakan secara terisolir dalam mata

pelajaran matematika saja. Penerapan pembelajaran berbasis masalah

menghendaki adanya kerjasama antar beberapa guru mata pelajaran. Karena itu,

guru matematika dan beberapa guru mata pelajaran lain perlu duduk bersama

merancang masalah yang dengan memecahkan masalah tersebut siswa juga belajar

beberapa mata pelajaran sekaligus.

Sayangnya, bantuan teknis bagaimana melaksanaan pembelajaran berbasis masalah

ini juga hamper tidak pernah diberikan. Contoh penerapan pembelajaran berbasis

masalah yang ada di dalam buku terkesan kurang sesuai dengan pengertian dari

pembelajaran berbasis masalah itu sendiri.

Penilaian Otentik

Kurikulum 2013 menghendaki dilakukannya penilaian otentik. Otentik dalam

penilaian otentik tersebut menunjukkan bahwa penilaian ini mengukur potensi dan

keadaan asli siswa. Penilaian otentik adalah penilaian yang mengukur kondisi siswa

secara apa adanya, tidak dibuat-buat.

Penilaian dengan paper-and-pencil yang sudah diberitahukan terlebih dahulu

jadwalnya bukanlah penilaian yang otentik. Siswa harus menyiapkan diri terlebih

dahulu untuk dinilai. Karena itu, siswa dituntut untuk secara proaktif menunjukkan

bukti potensinya dengan menggunakan portofolio. Guru juga didorong untuk

menggunakan performance assessment (asesmen kinerja), untuk melihat bagaimana

dalam praktiknya kemampuan siswanya.

Penilaian dengan menggunakan portofolio yang selama ini digunakan oleh guru

kurang begitu terlihat otentiknya. Apa yang dikumpulkan dalam portofolio lebih

banyak berupa LKS yang sudah diberi nilai.

Sebenarnya, siswa perlu diberi kesempatan lebih besar untuk memilih sendiri

potensi apa yang perlu dimasukkan ke dalam portofolio mereka. Siswa perlu

didorong untuk melihat kelebihan dirinya, dan menunjukkan kelebihan itu dari apa

Page 9: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

8 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

yang sudah dimilikinya. Guru hanya bertugas untuk memberikan pertimbangan dan

menganjurkan apa yang harus dimasukkan ke dalam portofolio mereka. Guru, dan

terutama siswa, tampaknya perlu bantuan bagaimana menjalankan penilaian

portofolio dengan baik.

Terkait dengan masalah penilaian kinerja, sejak di LPTK pun para dosen kurang

banyak memberikan contoh penilaian yang menggunakan penilaian kinerja.

Dukungan bagi guru agar mampu melaksanakan penilaian kinerja terkesan agak

kurang. Tidak banyak pelatihan tentang bagaimana melaksanakan penilaian kinerja

dalam matematika. Hal itu ditambahkan lagi oleh sulitnya guru menemukan terapan

materi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuat guru merasa

kesulitan bagaimana menerapkan penilaian kinerja.

BEBERAPA SOLUSI YANG MUNGKIN BISA DIPERTIMBANGKAN

Terkait dengan Buku Guru dan Buku Siswa

Buku siswa dan buku guru saat ini sudah diperbaiki. Buku siswa sudah dibuat lebih

memuat headings pendekatan saintifik (ayo mengamati, ayo menanya, ayo menggali

informasi, ayo mengasosiasi, dan ayo mengomunikasikan) memberikan peluang

kepada siswa dan guru untuk menerapkan pendekatan saintifik. Buku guru juga

sudah dibuat lebih simpel, sehingga tebalnya sudah berkurang dari tebal buku guru

yang sebelumnya. Saat ini sudah masuk dalam tahap finalisasi. Mari kita tunggu saja

kehadirannya.

Tapi sebagai guru yang profesional, kita tidak sekedar menunggu. Kita harus terus

berusaha agar bisa memahami buku tersebut dengan sebaik-baiknya. Buku siswa

dan buku guru tersebut perlu dipelajari, baik dengan belajar secara mandiri atau

dengan mengaktifkan kegiatan KKG atau MGMP. Fasilitas internet yang sudah

semakin luas juga perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Penulis bahkan sudah

memfasilitasi para guru dan bahkan siswa untuk belajar matematika dan

pembelajarannya dalam forum facebook group yang penulis beri nama Pusat

Pengembangan Pendidikan Matematika Sekolah. Fasilitas ini bisa digunakan untuk

saling berbagi ide, pengalaman, dan hasil karya dalam pendidikan matematika

sekolah.

Page 10: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

9 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Terkait dengan Pembelajaran dan Penilaian

Agar mampu menjalankan pembelajaran sebagaimana diharapkan oleh kurikulum

2013, dalam waktu dekat, pemerintah melalui Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pendidik dn Tenaga Kependidikan (BPSDM PTK) merencanakan pelatihan

kurikulum 2013. Pemilihan instruktur nasional, dan guru inti sudah diperbaiki.

Harapannya, pelatihan bisa berjalan lebih baik, efektif, dan efisien. Meskipun

alokasi waktu pelatihan juga tidak terlalu jauh berbeda, dengan pelatih yang lebih

baik, harapannya penguasaan cara membelajarkan matematika seperti dituntutkan

dalam kurikulum 2013 bisa lebih baik.

Di samping itu, melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar mengembangkan suatu

program yang disebut dengan program Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu

Pembelajaran. Program ini dimaksudkan sebagai pelengkap dari apa yang sudah

dilatihkan oleh BPSDM PTK. Materi yang dilatihkan antara lain: (1) kiat

memanfaatkan kebiasaan menerapkan pendekatan saintifik untuk mengembangkan

karakter, (2) kiat mengembangkan penugasan yang baik, (3) kiat mengembangkan

kemampuan menanya siswa, (4) kiat mendampingi belajar siswa, (5) kiat

memanfaatkan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) untuk meningkatkan

mutu pembelajaran, dan (6) kiat mengembangkan literasi.

Sebenarnya materi bimbingan teknis ini tidak hanya sesuai untuk guru sekolah

dasar. Materi bimbingan teknis ini juga cocok untuk guru matematika di jenjang

sekolah menengah pertama atau di sekolah menengah atas. Materi yang disajikan

lebih bersifat esensial, bukan hanya bersifat permukaan. Penugasan merupakan

kunci utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Apakah menggunakan pembelajaran

berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kontekstual,

pembelajaran realistic atau pembelajaran apapun, tugas yang diberikan guru adalah

yang utama. Penugasan menentukan pengalaman belajar yang dilalui siswa.

Penugasan menentukan kualitas belajar yang dialami siswa.

Penugasan yang baik

Penugasan yang baik adalah penugasan yang menark dan menantang. Penugasan

yang menarik adalah penugasan yang dipersepsi oleh siswa sebagai sesuatu yang

memiliki nilai manfaat untuk dikaji. Penugasan yang menarik adalah penugasan

yang mungkin sesuai dengan apa yang ingin dimiliki, ingin diketahui lebih jauh oleh

siswa. Karena itu, penugasan yang menarik adalah penugasan yang bersifat

Page 11: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

10 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

kontekstual, yaitu penugasan yang disesuaikan dengan konteks pengalaman belajar

dan kehidupan siswa. Sementara itu, Penugasan yang menantang adalah penugasan

yang tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlau sulit. Siswa mempersepsi bahwa

tugas yang diberikan itu terjangkau oleh kemampuannya, tetapi ternyata dia tidak

bisa dengan segera mengetahui cara menyelesaikannya.

Penugasan yang baik biasanya memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan

daya kreasi mereka sesuai dengan potensinya masing-masing. Untuk itu, guru bisa

saja memberikan tugas yang bersifat open-ended. Sebagai contoh, misalkan kita

memberikan tugas kepada siswa sebagai berikut: “ada sekumpulan bilangan, yaitu:

15, 20, 23, dan 25. Anak-anak, salah satu bilangan harus saya singkirkan karena kata

orang ia tidak cocok dikumpulkan dengan bilangan yang lain. Coba kalian buat

pertimbangan tertulis tentang bilangan yang harus saya singkirkan, dan jangan lupa

berikan pula alasannya”.

Tugas ini memberikan peluang kepada siswa untuk memberikan jawaban yang

bervariasi. SIswa bisa mengusulkan bilangan 15 karena bilangan yang lainnya

memiliki angka puluhan 2. Siswa bisa mengusulkan bilangan 20 karena yang lain

adalah bilangan ganjil. Siswa bisa mengusulkan bilangan 23 karena yang lain adalah

bilangan kelipatan lima. Terakhir, siswa bisa mengusulkan 25 karena yang lain

bukan bilangan kuadrat.

Kemampuan Menanya

Selanjutnya, salah satu hal penting yang ingin dicapai melalui perubahan kurikulum

ini adalah dikembangkannya kemampuan siswa menanya (baca: mempertanyakan).

Kurikulum 2013 mengharapkan agar siswa menjadi pribadi yang curious, selalu

ingin tahu. Guru harus mendorong siswa mau dan mampu menanya, terutama

mengajukan pertanyaan yang bersifat investigatif (pertanyaan yang mendorong

orang yang ditanya untuk melakukan eksplorasi terlebih dahulu sebelum

menjawabnya).

Cara yang bisa dilakukan antara lain dengan membiasakan hal-hal berikut:

Questioning Breakfast. Sarapan pagi “menanya”. Setiap pagi, sebelum dimulai

pelajaran, siswa diminta untuk menuliskan pertanyaan. Guru bisa

mengondisikan agar pertanyaan yang dibuat siswa sesuai dengan tema dan KD

yang sedang dibahas.

Page 12: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

11 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

Questioning Appraisal. Pemberian penghargaan kepada siswa yang memiliki

kuantitas dan kualitas pertanyaan investigatif yang baik. Dengan begitu, siswa

mempersepsi kegiatan menanya sebagai suatu kegiatan yang bermanfaat,

Completing What if or What if not questions. Siswa diberi tugas untuk

melengkapi pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata What i” yang berarti

“Bagaimana kalau” atau kata What if not yang berarti “bagaimana kalau tidak”.

Words in a question. Siswa diberi beberapa kata atau rangkaian kata, dan mereka

diminta untuk membuat kalimat yang memuat kata-kata tersebut.

Ketika seorang siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa perlu

didampingi. Guru perlu memantau kemajuan belajar yang telah dicapai. Guru perlu

memantapkan pemahaman siswa terhadap apa yang dikerjakan dan dihasilkan

dengan mempertanyakan proses dan hasil kerjanya. Guru perlu memberikan umpan

balik kepada siswa agar siswa juga berhasil memahami dengan baik materi yang

dipelajarinya. Guru perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensi

kreatifnya sehingga siswa belajar secara optimal. Karena itu, guru perlu belajar

bagaimana mendampingi belajar siswanya secara lebih baik.

Guru sangat disarankan untuk tidak duduk ketika siswanya sedang bekerja. Guru

justru harus berada di samping dan memotivasi siswa belajar (ing madya mangun

karso). Guru memantau apa yang telah dikerjakan siswa, mempertanyakan asal usul

pekerjaan siswa tersebut, meminta mereka memeriksa kembali kebenaran dari arah

pekerjaan, proses, dan hasilnya, serta memberikan petunjuk singkat tentang apa

yang mungkin bisa dikembangkan lebih jauh.

Kiat memanfaatkan kebiasaan belajar dengan pendekatan saintifik juga memberi

kesempatan kepada guru untuk mendorong terbentuknya karakter sebagaimana

diharapkan dalam kompetensi inti 1 dan 2. Ketika siswa mengamati, kalau siswa

dibiasakan untuk mencatat hasil pengamatannya dengan jujur, maka karakter jujur

lama kelamaan akan terbentuk. Ketika siswa dibiasakan untuk jeli dan cermat dalam

menggali informasi lebih jauh, karakter jeli dan cermat juga akan terbentuk. Ketika

siswa dibiasakan untuk santun dalam mengomunikasikan ide dan mendengarkan

orang lain mengomunikasikan idenya, maka karakter santun pun akan terbentuk

dengan sendirinya.

Jadi, bimbingan teknis yang dirancang oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar ini

penting sekali. Guru perlu mendapatkan bimbingan teknis agar pelaksanaan

kurikulum 2013 berjalan lebih baik. Sayangnya, tidak semua dinas pendidikan

Page 13: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

12 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

tingkat kabupaten/kota menganggarkan pelaksanaan bimbingan teknis ini.

Untungnya, bahan workshop ada bisa digunakan secara langsung oleh guru-guru di

KKG atau MGMP umumnya, atau bahkan di KKG dan MGMP tingkat sekolah.

Di dalam forum tersebut, guru bisa saling belajar, saling membantu dalam

mengembangkan tugas proyek dalam pembelajaran berbasis proyek atau

mengembangkan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah. Mendiskusikan

tugas yang bersifat ill structured yang memerlukan interdisciplinary approach

bersama guru-guru bidang studi lain, mengidentifikasi dan merancang sumber dan

bahan ajar yang diperlukan, menyusun skedul atau jadwal pelaksanaan kegiatan

pengembangan proyek atau kegiatna pemecahan masalahnya, mengidentifikasi

jenis bantuan yang perlu diberikan, dan lain-lain akan dapat diidentifikasi lebih

baik. Guru perlu duduk bersama menyusun proyek atau masalah yang akan

diselesaikan dengan pembelajaran berbasis proyek atau pembelajaran berbasis

masalah.

SIMPULAN

Dari uraian di atas, menurut penulis, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk

mengatasi permasalahan penerapan kurikulum 2013. Beberapa hal tersebut antara

lain adalah:

1. Mari kita tunggu buku siswa dan buku guru yang sedang diperbaiki oleh

pemerintah, dan sikapi itu semua secara professional. Mari kita kaji secara

lengkap dan siapkan diri kita untuk tidak mengajarkan halaman demi halaman.

2. Mari kita ikuti pelatihan tentang penerapan kurikulum 2013 dengan sungguh-

sungguh. Pahami materi itu dengan baik, dan mari kita hidupkan kegiatan KKG

atau MGMP, baik KKG dan MGMP lintas sekolah, maupun KKG dan MGMP tingkat

sekolah. Mari kita gunakan juga fasilitas internet yang terbuka luas.

3. Mungkin kita perlu memiliki bahan workshop bimbingan teknis dari direktorat

pembinaan sekolah dasar yang telah dikembangkan dan kita manfaatkan untuk

mengadakan workshop secara swadana di tempat kita masing-masing bertugas.

Semoga apa yang bisa disampaikan saat ini bisa memberikan manfaat bagi kita

semua.

Page 14: Berbagai permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013

13 | S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 1 3

U n t u k M e w u j u d k a n P e m b e l a j a r a n Y a n g B E r k u a l i t a s , 1 6 M a r e t 2 0 1 4

BAHAN BACAAN

Kemdikbud, 2013. Matematika Kelas 7: Buku Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum dan

Perbukuan.

Kemdikbud, 2013. Matematika Kelas 7: Buku Pegangan Guru. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan Perbukuan.

Kemdikbud, 2014. Konsep Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu Pembelajaran.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar