49
APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS-GAMES-TOURNAMENT) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, mutu guru merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat penting (Basuki Wibawa, 2003). Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar atau pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembelajaran di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai pendidik yang menduduki posisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan (B. Suryosubroto, 2002). Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Wiji Suwarno, 2006). Fenomena di lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak permasalahan di dalamnya. Dari hasil pengamatan di kelas serta diskusi dengan guru, dalam proses belajar biologi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalidawir tahun ajaran 2008/2009 terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dan berdasarkan hasil diagnosa, maka ditemukan beberapa kelemahan diantaranya: 1) partisipasi siswa rendah dalam kegiatan pembelajaran; 2) dominasi siswa tertentu dalam proses pembelajaran; 3) siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (metode tidak bervariasi); 4) sebagian besar siswa kurang termotivasi untuk belajar. Motivasi menurut Nasution (2005), diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pembelajaran di sekolah.

Aplikasi model pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aplikasi model pembelajaran

APLIKASI MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS-GAMES-TOURNAMENT)

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJARBIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 2

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahDalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, mutu gurumerupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat penting(Basuki Wibawa, 2003). Salah satu upaya untuk meningkatkan mutupendidikan di sekolah adalah dengan cara perbaikan proses belajarmengajar atau pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentangpembelajaran di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnyailmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai pendidik yang mendudukiposisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia, dituntut untukterus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam duniapendidikan (B. Suryosubroto, 2002).Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai olehkegiatan pendidikan. Pendidikan Nasional bertujuan untukmengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab (Wiji Suwarno, 2006).Fenomena di lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalamproses pembelajaran masih banyak permasalahan di dalamnya. Dari hasilpengamatan di kelas serta diskusi dengan guru, dalam proses belajarbiologi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalidawir tahun ajaran2008/2009 terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajarsiswa dan berdasarkan hasil diagnosa, maka ditemukan beberapakelemahan diantaranya: 1) partisipasi siswa rendah dalam kegiatanpembelajaran; 2) dominasi siswa tertentu dalam proses pembelajaran;3) siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (metodetidak bervariasi); 4) sebagian besar siswa kurang termotivasi untukbelajar. Motivasi menurut Nasution (2005), diakui sebagai hal yang sangatpenting bagi pembelajaran di sekolah.Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya solusi yang tepatuntuk perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas XI IPA SMANegeri 1 Kalidawir tahun ajaran 2008/2009 yaitu perlunyameningkatkan mutu proses pembelajaran pada aspek kualitas dalam halperubahan tindakan proses belajar mengajar. Berdasarkan alasan tersebut,maka dilakukan penelitian tindakan kelas guna memperbaiki prosespembelajaran.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yangdilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakanyang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai denganpenilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatanbelajar-mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran (Basuki

Page 2: Aplikasi model pembelajaran

Wibawa, 2003).Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan mengaplikasikansuatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif dankreatif. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajaksiswa untuk belajar secara aktif. Belajar aktif mendominasi aktivitaspembelajaran sehingga siswa secara aktif menggunakan potensi otak,dalam hal menemukan ide pokok, memecahkan persoalan, ataumengaplikasikan apa yang baru dipelajari. Dengan belajar aktif, siswa akanturut serta dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menikmatisuasana yang lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat dimaksimalkan(Hisyam Zaini dkk, 2004). Metode yang dapat dikembangkan daripembelajaran aktif juga harus mempertimbangkan keadaan siswa dankemampuan siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalidawirtahun ajaran 2008/2009 yang heterogen dengan kemampuan akademiktinggi, sedang, rendah dan latar belakang siswa yang berbeda. Sehinggamemungkinkan siswa untuk berinteraksi dan saling mengkomunikasikanpengetahuan dalam proses pembelajaran.Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta seluruhsiswa yaitu model pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan modelpembelajaran kooperatif dengan cara menempatkan para siswa bekerjadalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama laindalam mempelajari materi pelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, parasiswa diharapkan dapat saling membantu, saling berdiskusi danberargumentasi untuk mengasah khasanah ilmu pengetahuan yang merekakuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.Teams-Games-Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe modelpembelajaran kooperatif. TGT adalah pembelajaran kooperatif yangmelibatkan kelompok, di dalamnya terdapat diskusi kelompok dan diakhirisuatu game/turnamen. Dalam TGT, siswa dibagi menjadi beberapa timbelajar yang terdiri atas empat sampai enam orang yang berbeda-bedatingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.Berpijak pada uraian latar belakang masalah di atas, maka penelititertarik untuk mengkaji lebih luas permasalahan, yaitu dengan penelitianyang berjudul: “APLIKASI MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS-GAMES-TOURNAMENT)DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJARBIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 2SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”.B. Pembatasan MasalahAgar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibatasipermasalahannya sebagai berikut:1. Subjek PenelitianSubyek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT(Teams-Games-Tournament).2. Objek PenelitianObyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2Surakarta tahun ajaran 2008/2009.3. Materi Pokok

Page 3: Aplikasi model pembelajaran

Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah “SistemKoordinasi Manusia”.4. ParameterParameter yang digunakan adalah motivasi dan hasil belajar, yaitumotivasi dan hasil belajar biologi pada materi pokok sistem koordinasimanusia dari pembelajaran siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2Surakarta tahun ajaran 2008/2009 menggunakan model pembelajarankooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) dalam aspek kognitifdan afektif. Hasil belajar biologi yang ingin dicapai pada aspek kognitifadalah 75% siswa mencapai nilai 70.C. Perumusan MasalahAdapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:Apakah aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT(Teams-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi dan hasilbelajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalidawir tahunajaran 2008/2009?D. Tujuan PenelitianAdapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswakelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalidawir tahun ajaran 2008/2009.E. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan pihaksekolah, adapun manfaat penelitian ini adalah:1. Bagi Siswa, dapat menjadi acuan dalam:a. Meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang telahdisampaikan oleh guru.b. Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif.c. Meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiapkelompok kerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran.2. Bagi Gurua. Memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran aktifdalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.b. Memberi wacana baru tentang pembelajaran aktif melalui modelpembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament).c. Memberikan informasi bahwa dengan adanya pembelajaran yangbaik maka dapat mewujudkan siswa yang cerdas, terampil, bersikapbaik dan berprestasi.3. Bagi SekolahSebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebihmenerapkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. PembelajaranPembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antarasiswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arahlebih baik. Selama proses pembelajaran, tugas guru yang paling utamaadalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya

Page 4: Aplikasi model pembelajaran

perubahan perilaku bagi siswa (E. Mulyasa, 2003). Sementara menurutSyaiful Sagala (2006), pembelajaran ialah membelajarkan siswamenggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakanpenentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proseskomunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagaipendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.Berdasarkan teori belajar ada lima pengertian pembelajaran,diantaranya sebagai berikut: 1). Pembelajaran adalah upaya menyampaikanpengetahuan kepada siswa di sekolah; 2). Pembelajaran adalah mewariskankebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga sekolah;3). Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untukmenciptakan kondisi belajar bagi siswa; 4). Pembelajaran adalah upayauntuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik;5). Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapikehidupan masyarakat sehari-hari (Oemar Hamalik, 1995). Sementara ituDimyati, dkk (2002), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan prosesyang diselenggarakan oleh guru untuk memberi pengalaman belajar kepadasiswa mengenai cara memperoleh dan memproses pengetahuan,keterampilan dan sikap.Pembelajaran bertujuan mengembangkan potensi siswa secaraoptimal yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yangdiharapkan dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat.Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor kemampuan guru dalammelaksanakan pembelajaran dengan adanya interaksi antara guru dan siswaserta kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran (Cece Wijaya,2000).Pembelajaran yang dilaksanakan harus bertumpu pada enam pilarpendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO. Menurut WijiSuwarno (2006), enam pilar pembelajaran tersebut adalah learning to know(belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk melakukansesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), learning to livetogether (belajar untuk menjalani hidup bersama), learning how to learn(belajar bagaimana cara mengembangkan potensi diri), dan learningthroughout life (belajar terus menerus sepanjang masa).Pembelajaran mempunyai dua karakteristik utama, yaitu: 1). Dalamproses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal,bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar mendengar, mencatat, akantetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir; 2). Dalampembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terusmenerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkankemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itudapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang merekakonstruksi sendiri (Syaiful Sagala, 2006).Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar yaitudengan menggunakan pembelajaran aktif, siswa melakukan sebagian besarpekerjaan yang harus dilakukan. Disamping itu, siswa dapat menggunakanpotensi otak untuk melakukan pekerjaannya, mengeluarkan ide/gagasan,memecahkan masalah dan dapat menerapkan apa yang mereka pelajari.

Page 5: Aplikasi model pembelajaran

Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung danmenarik hati dalam belajar untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Belajaraktif membantu untuk mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangpelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain. Dalam belajaraktif yang paling penting bagi siswa perlu memecahkan masalah sendiri,menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan danmengerjakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telahmereka miliki atau yang akan dicapai (Melvin L. Silberman, 2007).B. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar selamaproses pembelajaran. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswaditentukan oleh kerelevansian dalam penggunaan suatu modelpembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Sehingga tujuan pembelajaranakan dicapai dengan penggunaan model yang tepat, sesuai dengan standarkeberhasilan dalam tujuan pembelajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002).Dalam proses pembelajaran, siswa mempunyai latar belakang yangberbeda-beda diantaranya: lingkungan sosial, lingkungan budaya, gayabelajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Fakta tersebut menjadibahan pertimbangan dalam menyusun suatu strategi pembelajaran yangtepat (W. Gulo, 2005).Anita Lie (2008), menyatakan bahwa ada tiga pilihan modelpembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning. Modelpembelajaran cooperative learning merupakan sistem pengajaran yangmemberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesamasiswa dalam tugas-tugas yang terstuktur disebut sebagai sistem“pembelajaran gotong royong”. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagaifasilitator. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengansekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajarancooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompokyang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperativelearning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelasdengan lebih efektif.Sementara Etin Solihatin & Raharjo (2007) mengartikancooperative sebagai bentuk kerja sama dalam mencapai tujuan bersama.Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yangmembantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuaidengan kehidupan nyata sehingga dalam bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi,produktivitas, dan hasil belajar. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secaraindividual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggotakelompoknya. Sehingga belajar kooperatif merupakan pemanfaatankelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk mengoptimalkan proses belajarnya.Menurut Robert E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalahpembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelasdijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orangdengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadahsiswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial

Page 6: Aplikasi model pembelajaran

dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada siswa untukmempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan iamenjadi nara sumber bagi teman yang lain untuk memahami konsep yangdifasilitasi oleh guru. Sehingga model pembelajaran kooperatifmengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuanpembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untukmenuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secarakooperatif; 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memilikikemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3) jika dalam kelas terdapat siswasiswayang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yangberbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku,budaya, jenis kelamin yang berbeda pula; 4) penghargaan lebih diutamakanpada kerja kelompok dari pada perorangan. Anita Lie (2008), menyatakanbahwa ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaankelas model cooperative learning, yaitu pengelompokan, semangat gotongroyong, dan penataan ruang kelas.Muslimin Ibrahim, dkk (2000), menyatakan bahwa prinsip-prinsipdasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa dalamkelompok harus beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggunganbersama; 2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalamkelompoknya; 3) siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalamkelompoknya memiliki tujuan yang sama; 4) siswa harus membagi tugasdan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; 5) siswaakan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akandikenakan untuk semua anggota kelompok; 6) siswa berbagikepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajarbersama selama proses pembelajaran; 7) siswa akan dimintamempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalamkelompok kooperatif.Menurut Johnson & Johnson (1989) dalam Anita Lie (2008),suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebihtinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yanglebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan danmemisah-misahkan siswa. Sementara Richard I. Arends (2008),menyatakan struktur tujuan kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapaitujuan yang ingin dicapai oleh kelompok belajarnya. Maka dari itu setiapanggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.Siswa dalam situasi cooperative learning dituntut untuk mengerjakan tugasyang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengoordinasikanusahanya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Model pembelajarankooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuanpembelajaran penting yaitu: 1) meningkatkan hasil akademik; 2) toleransidan penerimaan terhadap keanekaragaman; 3) untuk mengembangkanketerampilan sosial siswa.Nurhadi (2004), menyebutkan adanya beberapa keuntungan metodepembelajaran kooperatif, antara lain: 1) meningkatkan kepekaan dankesetiakawanan sosial; 2) memungkinkan para siswa saling belajarmengenai sikap, keterampilan, informasi, dan perilaku sosial;

Page 7: Aplikasi model pembelajaran

3) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois; 4)membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa; 5)meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; 6)meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagaiperspektif; 7) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yangdirasakan lebih baik; 8) meningkatkan kegemaran berteman tanpamemandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,etnik, kelas sosial, dan agama.Menurut Robert E. Slavin (2008), model pembelajaran kooperatifjuga mempunyai kelemahan, diantaranya sebagai berikut: 1) memerlukanpersiapan yang rumit untuk pelaksanaannya; 2) apabila terjadi persainganyang negatif maka hasilnya akan buruk; 3) apabila ada siswa yang malasatau ada yang ingin berkuasa dalam kelompoknya sehingga menyebabkanusaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya; 4) adanya siswayang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok.Sementara itu, Richard I. Arends (2008), menyatakan bahwa modelcooperative learning bisa sangat sulit bagi seorang guru pemula karenamodel itu menuntut koordinasi simultan dari berbagai macam kegiatan. Dilain pihak, model ini dapat mencapai beberapa tujuan pendidikan pentingyang tidak dapat dicapai oleh model-model lain, dan reward tipepengajaran ini bisa luar biasa besar bagi guru yang merencanakan dengancermat.Menurut Robert E. Slavin (2008), metode Student Team Learningadalah teknik pembelajaran kooperatif. Dalam metode Student TeamLearning, tugas-tugas yang diberikan pada siswa bukan melakukan sesuatusebagai sebuah tim, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Tiga konseppenting dalam metode Student Team Learning adalah penghargaan bagitim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. Metodetersebut dikembangkan menjadi beberapa variasi, antara lain:1. Student Team-Achievement Division (STAD),2. Teams-Games-Tournament (TGT),3. Jigsaw II,4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan5. Team Accelerated Instruction (TAI).C. TGT (Teams-Games-Tournament)Teams-Games-Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkanoleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metodepembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam metode ini, para siswadibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yangberbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakangetniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam timmereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasaipelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan gameakademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skortimnya. TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh daripenggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalammempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatandan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi

Page 8: Aplikasi model pembelajaran

tanggung jawab individual (Robert E. Slavin, 2008).Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu metodepembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitasseluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswasebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajarankooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileksdisamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehatdan keterlibatan belajar (Kiranawati, 2007).Menurut Robert E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif tipeTGT terdiri dari 5 komponen utama, yaitu : presentasi di kelas, tim(kelompok), game (permainan), turnamen (pertandingan), dan rekognisitim (perhargaan kelompok). Prosedur pelaksanaan TGT dimulai dariaktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerjadalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telahmenguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswamemainkan game akademik dengan anggota tim lain untukmenyumbangkan poin bagi skor timnya.Lebih lanjut, dijelaskan mengenai langkah-langkah pembelajaranTGT modifikasi dari Robert E. Slavin bahwa TGT terdiri dari siklusreguler dari aktivitas pengajaran, sebagai berikut:1. Presentasi KelasPada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajiankelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau denganceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Disamping itu, guru jugamenyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa,dan memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harusbenar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikanguru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerjakelompok dan pada saat game/turnamen karena skor game/turnamenakan menentukan skor kelompok.2. Belajar Kelompok (Tim)Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerjadalam kelompok yang terdiri atas 5 orang yang anggotanya heterogendilihat dari kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnikyang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok,diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswayang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurangdalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkantumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secarakooperatif sangat menyenangkan. Pada saat pembelajaran, fungsikelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama temankelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggotakelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saatgame/turnamen. Setelah guru menginformasikan materi dan tujuanpembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan modul.Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama,saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok

Page 9: Aplikasi model pembelajaran

yang salah dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikianrupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.3. Persiapan Permainan/PertandinganGuru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan denganmateri, bernomor 1 sampai 30. Kemudian guru mempersiapkan alat-alatuntuk permainan, yaitu: kartu permainan yang dilengkapi nomor, skor,pertanyaan, dan jawaban mengenai materi.4. Permainan/Pertandingan (Game/Turnamen)Game/Turnamen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancanguntuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyajian kelasdan belajar kelompok. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untukmemilih kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen danmencoba menjawab pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggotadalam suatu tim tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka pertanyaantersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam. Tim yangbisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor yangtelah tertera dibalik kartu tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkantim untuk menentukan skor akhir tim. Pemilihan kartu bernomor akandigilir pada tiap-tiap tim secara bergantian searah jarum jam, sampaihabis jatah nomornya.5. Rekognisi Tim (Penghargaan Tim)Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skortertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahannilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagaimotivasi belajar.Adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaanpermainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkansiswa dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yangmenyenangkan dan termotivasi untuk belajar dengan giat yang padaakhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerapmateri pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materipelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.Muflihah (2004), dalam penelitiannya yang telah dilakukanmenunjukkan bahwa metode TGT dapat meningkatkan hasil belajar denganbaik. Penerapan pembelajaran TGT dapat dijadikan alternatif bagi gurudalam menyampaikan materi pelajaran, membantu mengaktifkankemampuan siswa untuk bersosialisasi dengan siswa lain. Siswa terbiasabekerja sama dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar,sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. TGT merupakansalah satu metode pembelajaran kooperatif yang sangat bermanfaat bagisiswa. Adanya permainan dalam bentuk turnamen akademik yangdilaksanakan pada akhir pokok bahasan, memberikan peluang bagi setiapsiswa untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya, hal ini jugamenuntut keaktifan dan partisipasi siswa pada proses pembelajaran.Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam halakademik, setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajaryang optimal.D. Motivasi Belajar

Page 10: Aplikasi model pembelajaran

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagaikekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individutersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diriseseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebihbaik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah B. Uno, 2008). SedangkanMoh. Uzer Usman (2003), berpendapat bahwa motif merupakan daya ataukemauan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkanmotivasi adalah usaha membangkitkan motif-motif sehingga menjadi suatuperbuatan.Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternalpada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahantingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yangmendukung. Hal tersebut mempunyai peranan besar dalam keberhasilanseseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikansebagai berikut: 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanyadorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-citamasa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatanyang menarik dalam belajar; 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif,sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik (HamzahB. Uno, 2008).Menurut Oemar Hamalik (2003), dalam kegiatan belajar, motivasidapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswayang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan darikegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehinggatujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. SementaraSardiman A.M (2007), menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasikuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is anessential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, apabilaterdapat motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makinberhasil pula pelajaran itu. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dandidasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan dapatmelahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akansangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.Moh. Uzer Usman (2003), menyatakan bahwa guru perlumengetahui motivasi yang terdapat dalam diri siswanya. Guru berperanselaku motivator, pemberi semangat agar motif-motif yang positif padaanak dapat dibangkitkan, ditingkatkan, dan dikembangkan. Tingkatmotivasi pertama berkenaan dengan individu, yang mendorong seseoranguntuk melakukan upaya yang lebih besar. Yang kedua berfokus pada tim,yang menguatkan hubungan suatu kelompok dengan tujuan bersama untukmencapai keberhasilan (Brian Clegg, 2001).Menurut E. Mulyasa (2007), beberapa prinsip yang dapatditerapkan untuk meningkatkan motivasi siswa, diantaranya: 1) siswa akanbelajar lebih giat apabila kompetensi dasar yang dipelajari menarik, dan

Page 11: Aplikasi model pembelajaran

berguna bagi dirinya; 2) kompetensi dasar harus disusun dengan jelas dandiinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahuinya denganjelas, siswa juga dapat dilibatkan dalam penyusunan indikator kompetensi;3) siswa harus selalu diberi tahu tentang hasil belajar dan pembentukankompetensi pada dirinya; 4) pemberian pujian dan hadiah lebih baikdaripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan; 5)manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa; 6) usahakanuntuk memperhatikan perbedaan individu siswa, misal perbedaankemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subjektertentu; 7) usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalanmemperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkanbahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajarsedemikian rupa sehingga setiap siswa pernah memperoleh kepuasan danpenghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah keberhasilan,sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.Menurut Hamzah B. Uno (2008), beberapa teknik motivasi yangdapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) pernyataanpenghargaan secara verbal; 2) menggunakan nilai ulangan sebagai pemacukeberhasilan; 3) menimbulkan rasa ingin tahu; 4) memunculkan sesuatuyang tidak diduga oleh siswa; 5) menjadikan tahap dini dalam belajarmudah bagi siswa; 6) menggunakan materi yang dikenal siswa sebagaicontoh dalam belajar; 7) menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yangtelah dipelajari sebelumnya; 8) menggunakan simulasi dan permainan; 9)memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya didepan umum; 10) memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat;11) memperpadukan motif-motif yang kuat; 12) memperjelas tujuan belajaryang hendak dicapai; 13) merumuskan tujuan-tujuan sementara; 14)membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa; 15)memberikan contoh yang positif.E. Biologi dan Sistem Koordinasi ManusiaIstilah Biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “bios” yang artinyahidup dan “logos” yang artinya ilmu, sehingga Biologi dapat diartikansebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupan yangmeliputi unsur biotik dan unsur abiotik. Unsur biotik contohnya hewan,tumbuhan dan manusia. Sedangkan unsur abiotik contohnya air, cahaya,suhu, gunung, dan sebagainya. Biologi merupakan seluruh pengetahuantentang kehidupan yang bersifat logis dan ilmiah yang diperoleh dari duluhingga sekarang (Arif Pribadi dkk, 2004).Sebagai ilmu, Biologi mengkaji berbagai persoalan yang terkaitdengan berbagai fenomena kehidupan makhluk hidup pada berbagaitingkat organisasi kehidupan dan interaksi dengan faktor lingkungan.Makhluk hidup sebagai objek Biologi memiliki karakteristik tersendiridibanding objek sains lainnya. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahudan memahami alam secara sistematis. Pendidikan Biologi diharapkandapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri danalam sekitarnya (Anonim, 2002).Menurut Kimball John W (2002), Biologi merupakan ilmu untukmengetahui lebih banyak mengenai diri kita sendiri dan bumi yang kita

Page 12: Aplikasi model pembelajaran

huni. Materi pokok sistem koordinasi manusia merupakan salah satu materibiologi yang membahas tentang sistem yang terjadi pada tubuh maklukhidup, yaitu manusia. D. A. Pratiwi, dkk (2004), menyatakan bahwa tubuhmanusia dilengkapi dengan dua perangkat pengatur seluruh kegiatan tubuh.Kedua perangkat ini merupakan sistem koordinasi yang terdiri dari sistemsaraf dan sistem hormon .Sistem Koordinasi merupakan sistem organ yang bekerja samasecara efisien. Sistem koordinasi manusia meliputi sistem indera, sistemsaraf, dan sistem hormon.1. Sistem SarafNeuron (sel saraf), merupakan unit struktural dan fungsionaldari sistem saraf. Struktur neuron terdiri dari badan sel(soma/perikarion), dendrit, dan akson. Sistem saraf pada manusiaterbagi menjadi dua, yaitu:a. Sistem saraf pusat, terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.Sistem saraf pusat berfungsi mengatur dan mengendalikan semuaaktivitas tubuh.b. Sistem saraf tepi (perifer), berdasarkan fungsinya dibedakan menjadisaraf somatik (sadar), yaitu saraf kranial dan spinal; serta sarafotonom (tak sadar), yaitu saraf simpatik dan parasimpatik.Pengaruh obat-obatan dan narkoba terhadap sistem saraf:narkoba (narkotika dan obat berbahaya yang berbentuk zat-zat kimia).Dalam pengobatan secara medis dikenal adanya zat-zat kimia yangmampu mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, namun tidakmemiliki efek penyembuhan. Zat-zat kimia inilah yang seringdisalahgunakan karena pemakaian dengan dosis yang berlebihan akanberakibat buruk bagi kesehatan dan dapat menimbulkan kerusakan padasistem saraf. Gangguan pada sistem saraf manusia, antara lain: Epilepsi,Neuritis, Alzheimer, Amnesia, Stroke, Parkinson, Poliomielitis,Neurasthonia.2. Sistem InderaIndera adalah bagian tubuh yang mampu menerima rangsangantertentu. Manusia memiliki panca indera, yaitu hidung, lidah, mata,telinga, dan kulit.3. Sistem HormonHormon adalah zat kimia dalam bentuk senyawa organik yangdihasilkan oleh kelenjar endokrin. Hormon berfungsi dalam mengaturhomeostasis, metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, perkembangan,dan tingkah laku. Homeostasis adalah pengaturan secara otomatis dalamtubuh agar kelangsungan hidup dapat dipertahankan. Hormon bekerjaatas perintah dari sistem saraf atau hormon yang lain. Sistem yangmengatur kerja sama antara saraf dan hormon terdapat pada bagianhipotalamus.Kelenjar endokrin meliputi kelenjar hipofisis, tiroid, paratiroid,adrenal, ovarium, testis, pankreas, plasenta.a. Kelenjar Hipofisis (Pituitari)1) Hipofisis lobus anterior, menghasilkan: hormon somatotrof,hormon thyrotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH),

Page 13: Aplikasi model pembelajaran

Adrenokortikotropic Hormone (ACTH), prolaktin atauLactogenic Hormone (LTH), hormon gonadotropin pada wanita:Folicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH),dan hormon gonadotropin pada pria: FSH, Interstitial CellStimulating Hormone (ICTH).2) Hipofisis pars intermedia, menghasilkan MSH (MelanocyteStimulating Hormone).3) Hipofisis lobus posterior, menghasilkan: hormon oksitoksin,hormon antidiuretik (ADH) atau vasopressis.b. Kelenjar Tiroid, menghasilkan hormon tiroksin dan triyodotironin.c. Kelenjar Paratiroid, menghasilkan parathormon.d. Kelenjar Suprarenalis, menghasilkan hormon kortison, hormonadrenalin dan hormon noradrenalin.e. Kelenjar Pankreas (Langerhans), menghasilkan hormon insulin danhormon glukagon.f. Ovarium, merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsimenghasilkan ovum, hormon estrogen dan hormon progesteron.g. Testis sebagai kelenjar kelamin pria mensekresi hormon testosteron.h. Plasenta, merupakan jaringan yang menghubungkan ibu denganbayi di dalam rahim. Plasenta menghasilkan beberapa hormon,yaitu: gonadotropin korion, estrogen, progesteron, somatotropin(Diah Aryulina, dkk, 2006).F. Hasil BelajarBelajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputitiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasilbelajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelahmengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuanyang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuanyang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (NanaSudjana, 2006).Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelahmelakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yangdicapai seorang siswa untuk mengetahui pemahaman tentang bahanpelajaran atau materi yang diajarkan sehingga dapat dipahami siswa. Untukdapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukanusaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihatkemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah dipelajari danditetapkan (Suharsimi Arikunto, 2001).Hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada dirisiswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahanpengetahuan, sikap dan keterampilan (Oemar Hamalik, 2003). Berdasarkanuraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan halpenting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjukuntuk mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam kegiatanbelajar mengajar yang telah dilaksanakan. Dengan demikian jikapencapaian hasil belajar itu tinggi, dapat dikatakan bahwa proses belajarmengajar itu berhasil.Menurut Bloom dalam Nana Sudjana (2006), ada tiga ranah

Page 14: Aplikasi model pembelajaran

(domain) hasil belajar, yaitu: 1). Ranah afektif, merupakan aspek yangberkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan ataupenolakan terhadap suatu objek; 2). Ranah psikomotor, merupakan aspekyang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan yang melibatkananggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik; 3). Ranahkognitif, merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir,kemampuan memperoleh pengetahuan, kemampuan yang berkaitan denganperolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,penentuan dan penalaran.Sardiman A.M (2007), menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhioleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.Hasil belajar seseorang bergantung pada apa yang telah diketahui si subjekbelajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi denganbahan yang sedang dipelajari. Sementara itu Moh. Uzer Usman (2003),menyatakan hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor.Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksiantara berbagai faktor tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasilbelajar, antara lain:1. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)Faktor internal meliputi: a) faktor jasmaniah (fisiologi), sepertimengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna;b) faktor psikologis, seperti kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan, minatkebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri; serta c) faktorkematangan fisik maupun psikis.2. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)Faktor eksternal meliputi: a) faktor sosial, seperti lingkungan keluarga,sekolah, masyarakat, dan kelompok; b) faktor budaya, seperti adatistiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; c) faktorlingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar; serta d)faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.Muslimin Ibrahim, dkk (2000), menyatakan bahwa hasil-hasilpenelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatiflebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan denganpengalaman-pengalaman belajar individu atau kompetitif. Peningkatanbelajar tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran atau aktivitasbelajar.G. PTK (Penelitian Tindakan Kelas)Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitiantindakan yang permasalahannya berasal dari kelas, menyangkut prosespembelajaran dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. DalamPTK, peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktek pembelajaran ataubersama guru lain, peneliti atau guru dapat melakukan penelitian terhadapsiswa dilihat dari berbagai aspek interaksinya dalam proses pembelajaran.Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk investigasi yang bersifatreflektif, partisipatif, kolaboratif yang memiliki tujuan untuk melakukanperbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi dan situasi(Supardi, 2006).Menurut Rochiati Wiriaatmadja (2006), penelitian tindakan kelas

Page 15: Aplikasi model pembelajaran

merupakan bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif danpartisipatif. Artinya secara kolaboratif, guru tidak melakukan penelitiansendiri, ada kemungkinan berkolaborasi atau bekerja sama dengan sesamaguru. Secara partisipatif bersama-sama mitra peneliti akan melaksanakanpenelitian ini langkah demi langkah. Sementara Nurul Zuriah (2006),menyatakan bahwa penelitian tindakan menekankan kepada kegiatan(tindakan) dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasinyata dalam skala mikro, yang diharapkan kegiatan tersebut mampumemperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.Menurut Zainal Aqib (2008), PTK setidaknya memilikikarakteristik antara lain: 1). Didasarkan pada masalah yang dihadapi gurudalam instruksional; 2). Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; 3).Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; 4). Bertujuanmemperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;5). Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.Suharsimi Arikunto (2006), menyatakan bahwa penelitian tindakankelas mempunyai tujuan antara lain: 1). Meningkatkan mutu, misi,masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; 2).Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalahpembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas; 3). Meningkatkansikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; 4).Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehinggatercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan danpembelajaran secara berkelanjutan. Sementara menurut Suhardjono (2006),tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yangterjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untukmemecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapahal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Padaintinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata danpraktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialamilangsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalamsiklus berulang. Menurut Suhardjono (2006), keempat kegiatan yang adapada setiap siklus yaitu: 1) perencanaan; 2) tindakan; 3) pengamatan;4) refleksi, yang dapat digambarkan sebagai berikut:Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas(Suhardjono, 2006).Lebih lanjut, dijelaskan oleh Suhardjono bahwa pelaksanaan PTKdimulai dari siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudahdiketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakandari siklus pertama tersebut, guru dapat menentukan rancangan untukPermasalahan PerencanaanTindakan IPelaksanaanTindakan IPengamatan/Pengumpulan data IRefleksi I

Page 16: Aplikasi model pembelajaran

Permasalahan BaruHasil RefleksiPengamatan/Pengumpulan data IIRefleksi IIApabila permasalahanbelum terselesaikanPerencanaanTindakan IIPelaksanaanTindakan IIDilanjutkan ke siklusberikutnyasiklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang samadengan kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangikesuksesan atau untuk meyakinkan hasil. Akan tetapi, umumnya kegiatanyang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahanperbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untukmemperbaiki hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam sikluspertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasapuas dapat dilakukan dengan siklus ketiga yang cara dan tahapannya samadengan siklus sebelumnya. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklusyang harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan penelitisendiri, namun Suhardjono menyatakan bahwa sebaiknya tidak kurang daritiga siklus.H. Kerangka PemikiranPembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan secara sistematisdan terarah pada terjadinya proses belajar. Metode ceramah seringdipandang sudah biasa bahkan cenderung membuat siswa merasa bosandalam mengikuti proses pembelajaran, hal ini berdampak pada siswaterutama dalam hal keaktifan di mana siswa menjadi pasif. Oleh karena itu,perlu adanya penggunaan metode-metode pembelajaran yang dapatmenjadikan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Penggunaan metodepembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhimotivasi dan hasil belajar siswa.Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untukmemperbaiki proses pembelajaran terdapat dalam model pembelajarankooperatif yang melibatkan seluruh siswa untuk bekerja sama secara aktifdalam proses pembelajaran. Strategi pembelajarannya yang terstruktur dansistematis dapat digunakan pada berbagai jenjang pendidikan dan hampirpada semua materi. TGT (Teams-Games-Tournament) merupakan salahsatu metode pembelajaran kooperatif yang melibatkan seluruh siswa dariawal sampai akhir kegiatan pembelajaran. Metode ini memberikankesempatan kepada siswa untuk saling bekerja sama membagi ide-idedengan cara berdiskusi mengenai materi pelajaran sampai semua anggotatim memahami materi pelajaran tersebut sebagai persiapan game/turnamen.Dengan aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament), diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

Page 17: Aplikasi model pembelajaran

siswa yang dapat diukur dalam 2 aspek, yaitu kognitif dan afektif.Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat dituangkan dalambagan sebagai berikut:Gambar 2. Kerangka PemikiranSiswa kelasXI IPAModel pembelajaran kooperatiftipe TGTHasil BelajarBiologiAspek Kognitifdan AfektifHasil Observasi:1. Partisipasi siswa rendah dalam kegiatanpembelajaran2. Dominasi siswa tertentu dalam prosespembelajaran3. Siswa kurang tertarik dengan cara gurumenyampaikan materi (metode tidakbervariasi)4. Sebagian besar siswa kurang termotivasiuntuk belajar5. Siswa sulit memahami materi pelajaranbiologiMotivasi SiswaObservasiBAB IIIMETODE PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kalidawir.2. Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan bulan November 2008 sampai dengan April2009.B. Prosedur PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas(Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung.Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannyapenelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru bidang studi biologiyang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui caradan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yangberulang dengan revisi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajarsiswa terhadap mata pelajaran biologi. Peneliti berperan sebagai guru untukmelakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yangdibuat. Peneliti selalu bekerja sama dengan guru bidang studi biologi mulaidari: 1) dialog awal; 2) perencanaan tindakan; 3) pelaksanaan tindakan; 4)pemantauan (observasi); 5) perenungan (refleksi) pada setiap tindakanyang dilakukan; 6) penyimpulan hasil berupa pengertian dan pemahaman

Page 18: Aplikasi model pembelajaran

(evaluasi).Penelitian ini mengarah pada model penelitian tindakan kelas(PTK) yang dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk penelitian yangbersifat reflektif dengan alasan melakukan tindakan tertentu agar dapatmeningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Model penelitiantindakan kelas sebagaimana dinyatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart(1988) dalam Zainal Aqib (2008), merupakan penelitian bersiklus yangterdiri dari rencana, aksi/ tindakan, observasi dan refleksi yang dilakukansecara berulang (Gambar. 3).Putaran IPutaran IIGambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (modifikasi dariKemmis & Mc. Taggrat, 1988)(Zainal Aqib, 2008).Mengacu pada teori tentang penelitian tindakan kelas, makarancangan penelitian disusun menggunakan prosedur sebagai berikut:1. Dialog AwalDialog awal dilakukan dengan mengadakan pertemuan penelitidengan guru bidang studi biologi yang bermaksud mendiskusikanmaksud dan tujuan penelitian sehingga peneliti yang akan melakukanPerencanaan Tindakan 1 Observasi dan MonitoringEvaluasiDialog AwalRefleksiPengertian dan PemahamanPerencanaan Tindakan 2 Observasi dan MonitoringEvaluasi RefleksiPengertian dan PemahamanSeterusnya Sesuai Waktu yang Direncanakantindakan benar-benar mengerti permasalahan yang dihadapi oleh guru dikelas.2. Perencanaan Tindakana. Setelah ditemukan permasalahan, maka peneliti bersama gurumerencanakan tindakan yang akan dilakukan, meliputi modelpembelajaran yang akan digunakan, waktu dan hari pelaksanaan.b. Membuat kesepakatan bersama guru bidang studi biologi untukmenetapkan materi yang akan diajarkan.c. Merancang program pembelajaran berupa silabus, rencanapembelajaran (RP), angket untuk mengukur peningkatan motivasisiswa, modul sistem koordinasi manusia, kartu-kartu yang berisi soalturnamen, dan soal post-test serta lembar pengamatan untuk penilaianafektif siswa.d. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti dan guru berlatih bersamauntuk menyamakan persepsi mengenai proses pembelajaran yangtelah direncanakan.3. Pelaksanaan TindakanPada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama gurumelakukan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Page 19: Aplikasi model pembelajaran

Peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam usahake arah perbaikan. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siapdilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam prosespelaksanaan di lapangan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperansebagai guru, sedangkan guru berperan sebagai observer. Langkahlangkahpembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament)yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agarterlibat pada aktivitas pembelajaran, kemudian membagikan modulmateri pokok sistem koordinasi manusia dan mempresentasikan intidari materi sistem koordinasi manusia.b. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok (tim) yang masingmasingterdiri dari 5 siswa (anggota tim heterogen).c. Guru memberi kesempatan siswa untuk membaca modul sertaberdiskusi dengan timnya mengenai materi. Siswa dipersilakanmengajukan pertanyaan kepada tim sebelum bertanya pada gurudan memberikan umpan balik terhadap ide yang dikemukakananggota satu tim. Setiap tim bertanggung jawab terhadap anggotatimnya, sehingga semua anggota tim dapat memahami materisebagai persiapan untuk menghadapi turnamen.d. Guru mempersiapkan turnamen dengan menata kartu permainanyang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenaimateri pada meja turnamen.e. Tahap permainan/pertandingan (game/turnamen):1) Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartubernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencobamenjawab pertanyaan yang muncul.2) Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak bisa menjawabpertanyaannya, maka pertanyaan tersebut dilempar kepadakelompok lain, searah jarum jam.3) Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akanmendapat skor yang telah tertera dibalik nomor tersebut. Skor iniyang nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhirtim.4) Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secarabergantian searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya.f. Setelah selesai tindakan dilakukan pengisian angket oleh siswa danpost-test (pemberian tes akhir semua materi) yang bertujuan untukmengetahui ada tidaknya peningkatan motivasi dan hasil belajar.4. Observasi dan MonitoringObservasi dan monitoring dilakukan bersama ketikapembelajaran (pelaksanaan tindakan) berlangsung. Pengamatan ini tidakdilakukan oleh peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru tetapibekerja sama dengan guru bidang studi biologi.5. RefleksiData dari hasil observasi dapat berupa data kuantitatif yangberupa penguasaan materi (nilai post-test) dan tanggapan prosespembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Proses refleksi ini

Page 20: Aplikasi model pembelajaran

memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatukeberhasilan penelitian tindakan kelas. Karena dengan adanya suaturefleksi yang tajam dan terpercaya akan didapatkan suatu masukan yangsangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakanselanjutnya. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagaiberikut:Tindak lanjut penyimpulan penjelasan pemaknaan analisis.Data yang diperoleh dari hasil observasi, selanjutnyadidiskusikan antara guru bidang studi dengan peneliti untuk mengetahui:a. Apakah tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana.b. Kemajuan apa yang dicapai siswa, terutama dalam hal peningkatanmotivasi dan hasil belajar siswa.Jika setelah refleksi terdapat masalah, dilakukan tindakanlanjutan yang meliputi perencanaan, tindakan dan observasi, sehinggamasalah tersebut dapat teratasi dan tercapainya hasil yang optimal.6. EvaluasiTahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengolah, danmenyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilankeputusan tindakan diantara dialog awal, perencanaan tindakan,observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang terkait secarasistematis dan berkesinambungan. Evaluasi ditujukan pada penemuanbukti adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelasXI IPA SMA Muhammadiyah Surakarta tahun ajaran 2008/2009. Sikluspenelitian tindakan dilakukan secara berulang sehingga diperoleh hasilyang optimal. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-buktipeningkatan motivasi dan hasil belajar siswa yang meliputi aspekkognitif dan afektif. Motivasi dapat diukur dengan menggunakanangket. Aspek kognitif dapat diperoleh melalui hal yang berkaitandengan kemampuan berpikir siswa, sedangkan aspek afektif dapatdiperoleh melalui hal yang berkaitan dengan emosi, sikap, derajatpenerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.C. Teknik Pengumpulan DataPada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu:1. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar namasiswa kelas XI IPA yang akan menjadi obyek penelitian sebelumdilakukan tindakan.2. Wawancara, merupakan bentuk komunikasi verbal antara penelitidengan guru bidang studi, semacam percakapan untuk memperolehinformasi. Pada penelitian ini dilakukan secara bebas tanpa terikat olehpertanyaan tertulis agar dapat berlangsung luwes dengan arah yangterbuka.3. Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspekafektif) dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan datadilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisisiswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupasistem penilaian afektif siswa.4. Angket, merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang diisi olehresponden (siswa) untuk mendapatkan data mengenai peningkatan

Page 21: Aplikasi model pembelajaran

motivasi siswa dalam pembelajaran.5. Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspekkognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan model pembelajarankooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament). Teknik pengumpulandata ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melaluites tertulis.6. Catatan lapangan, digunakan sebagai sumber yang sangat penting dalampenelitian karena catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentangapa yang didengar, dilihat, diamati, dan dipikirkan dalam rangkamengumpulkan data dan refleksi data dalam penelitian kualitatif.D. Teknik Analisis DataTeknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisisdeskriptif kualitatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptiftentang perkembangan proses pembelajaran. Teknik tersebut mencakupkegiatan mengungkap kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan gurudalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akandigunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan tindakan untuktahap berikutnya.Selain analisis kritis, digunakan pula teknik analisis kualitatif modelalur, meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan(Milles & Huberman, 1989 dalam Zainal Aqib, 2008).1. Reduksi dataMerupakan proses penyederhanaan yang dilakukan melaluiseleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadisebuah informasi yang bermakna. Data dan/atau informasi yang relevanterkait langsung dengan pelaksanaan PTK yang diolah untuk bahanevaluasi.2. Penyajian dataPenyajian data merupakan suatu upaya menampilkan data secarajelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik,atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan gambaran jelastentang proses dan hasil tindakan yang dilakukan. Penyajian datadilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sejumlah informasi yangmemberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.3. Penarikan kesimpulanPenarikan kesimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajiandata yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimatsingkat, padat dan bermakna. Penarikan kesimpulan ini dilakukan secarabertahap untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang tinggi.Data yang diperoleh dari post-test I, post-test II, lembar pengamatanuntuk penilaian afektif dan angket motivasi siswa dianalisis secarakuantitatif. Pada penelitian ini skor motivasi siswa diukur denganmenggunakan angket model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,Satisfaction) (Suhadi, 2008). Jika skor rata-rata tindakan II lebih besar daritindakan I, maka terdapat peningkatan motivasi belajar siswa. Sedangkanperbandingan nilai rata-rata kelas antara post-test I dan post-test IIdipergunakan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa.Jika nilai rata-rata kelas pada post-test II lebih besar dari post-test I, maka

Page 22: Aplikasi model pembelajaran

terdapat peningkatan hasil belajar biologi siswa dengan aplikasi modelpembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament).BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil PenelitianSesuai dengan tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu untukmengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas,maka peneliti berusaha menemukan solusi untuk mengatasi permasalahantersebut. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan pada prosespembelajaran dan pengalaman mengajar yang telah dilakukan guru bidangstudi biologi kelas XI IPA, dapat diketahui karakter siswa kelas XI IPApada umumnya dalam pembelajaran biologi yaitu siswa cenderung pasifpada proses pembelajaran sehingga siswa sulit memahami materi pelajaranbiologi. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.Berdasarkan kondisi tersebut, maka peneliti bermaksudmengadakan penelitian dengan aplikasi model pembelajaran kooperatif tipeTGT (Teams-Games-Tournament) untuk meningkatkan motivasi dan hasilbelajar biologi siswa kelas XI IPA. Alasan menggunakan metode TGTkarena dalam proses pembelajarannya semua siswa berperan aktif dandiharapkan siswa yang biasanya bersikap pasif dalam kegiatan belajarmenjadi lebih aktif. Keaktifan siswa dengan menggunakan metode inidapat dilihat pada saat siswa membaca, berdiskusi dan menjawabpertanyaan secara lisan pada saat pelaksanaan game/turnamen berlangsungsehingga dapat melatih keberanian berbicara dimuka umum danmenumbuhkan rasa percaya diri dalam dirinya.1. Dialog AwalPenelitian mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2009 diawalidialog awal antara peneliti dengan guru bidang studi biologi kelas XIIPA. Dialog awal dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Maret 2009 pukul09.00 WIB di ruang guru, pertemuan berjalan lancar. Dialog awaldigunakan untuk mengetahui keadaan awal pembelajaran sebelumtindakan sekaligus mengutarakan maksud dan tujuan dari penelitianyang akan dilaksanakan. Dialog tersebut membahas kelemahankelemahanyang terdapat pada pembelajaran kelas XI IPA yaitupartisipasi siswa rendah dalam proses pembelajaran, dominasi siswatertentu dalam proses pembelajaran, siswa kurang tertarik dengan caraguru menyampaikan materi (metode tidak bervariasi) sehingga siswahanya berperan sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran, sebagianbesar siswa kurang termotivasi untuk belajar sehingga siswa sulitmemahami materi pelajaran biologi. Pada kesempatan ini guru bidangstudi biologi menyambut baik kehadiran peneliti yang akan mengadakanpenelitian.Setelah merumuskan masalah di atas, maka masalah-masalahyang terdapat pada pembelajaran perlu dipecahkan melalui penelitiantindakan kelas. Setelah mendapatkan masalah, selanjutnya diskusidilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab masalah. Hasil kerjakolaborasi antara guru bidang studi biologi kelas XI IPA denganpeneliti, disepakati bahwa asumsi penyebab masalah pada (tabel 1).

Page 23: Aplikasi model pembelajaran

Tabel 1. Asumsi penyebab masalahNo Faktor Penyebab masalah1.2.3.4.SiswaGuruProsespembelajaranLain- laina. pasif dalam menerima informasi maupundalam proses pembelajaranb. sulit mengutarakan ide atau gagasanc. kurang berani dalam bertanya maupunmenjawab pertanyaan yang diberikan gurud. menganggap mata pelajaran biologi sebagaiilmu yang penuh hafalana. penyampaian materi cenderung monoton(metode tidak bervariasi)b. kurang memotivasi siswa untukmenyampaikan pendapat atau untukberperan aktif dalam pembelajarana. cenderung satu arah dan tidak demokratisb. pembelajaran masih berpusat pada guru(keaktifan didominasi guru)a. sarana dan prasarana masih kurangb. kurangnya perhatian orang tua terhadapkegiatan belajar anak di rumahBerbagai kemungkinan penyebab masalah yang dijelaskan diataskemudian dianalisis melalui kerja kolaborasi antara peneliti dengan gurubidang studi biologi kelas XI IPA. Dari hasil kerja kolaborasi antarapeneliti dan guru bidang studi biologi sepakat bahwa penyebab masalahyang paling dominan adalah pembelajaran yang cenderung satu arahyaitu berpusat pada guru dalam proses pembelajaran sehingga keaktifanhanya pada guru tidak pada siswa.Berdasarkan pada penyebab masalah yang telah disepakati olehrekan kolaborasi, kegiatan dilanjutkan dengan dialog untuk membahasperencanaan solusi masalah yang dikembangkan berdasarkan akarpenyebab masalah, yaitu kualitas pembelajaran biologi. Tindakansolusi masalah yang disepakati antara guru dengan peneliti adalahdengan aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT(Teams-Games-Tournament).Tindakan pembelajaran dengan metode TGT akan diaplikasikanpada siswa kelas XI IPA yang akan dikembangkan pada setiap siklustindakan melalui perencanaan yang terevisi. Dengan mengaplikasikanmetode TGT dalam pembelajaran, diharapkan dapat mengubahpembelajaran yang semula siswa hanya pasif menjadi lebih aktif.

Page 24: Aplikasi model pembelajaran

Pembelajaran TGT yang dimaksud dalam penelitian adalah caramengajar di mana siswa dituntut untuk aktif dalam mengemukakanpikirannya dan guru aktif dalam membimbing siswa sehingga siswadilibatkan dalam kegiatan belajar. Dengan pembelajaran TGTdiharapkan motivasi dan hasil belajar siswa meningkat.2. Perencanaan TindakanPerencanaan tindakan merupakan semua rencana kegiatan dalampembelajaran dengan metode TGT. Berdasarkan kesepakatan sertakolaborasi tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan motivasidan hasil belajar siswa yaitu dengan mengaplikasikan metode TGTdalam pembelajaran biologi pada materi pokok sistem koordinasimanusia. Sebelum dilaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulumenyusun silabus yang digunakan sebagai pedoman dalampembelajaran (lampiran 1), sedangkan RP (lampiran 2 dan 3) disusunsaat perencanaan tindakan pada masing-masing siklus, angket motivasisiswa (lampiran 4) dan soal post-test (lampiran 5, 7 dan 9) yang akandiberikan pada setiap akhir tindakan.3. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pembelajaran pada siswa kelas XI IPAberpedoman pada rencana perbaikan pembelajaran dan perencanaantindakan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dilakukan denganaplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) pada pembelajaran biologi materi pokok sistem koordinasimanusia.a. Tindakan kelas siklus I1) Perencanaan tindakan siklus ISebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulumenyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (lampiran 3).Pembelajaran yang akan dilaksanakan berpedoman pada rencanapembelajaran yang telah disusun yaitu selama 2 jam pelajaran(90 menit) dengan materi ajar yaitu sistem koordinasi manusia.2) Pelaksanaan tindakan kelas siklus ITindakan kelas siklus I dilaksanakan hari Jumat, 20Maret 2009, dimulai pukul 10.15-11.45 WIB. Jumlah siswa yanghadir sebanyak 30 siswa. Dalam pelaksanaan tindakan, penelitiberperan sebagai guru sekaligus observer, sedangkan guruberperan sebagai observer.Pada kegiatan awal setelah guru memasuki ruangan, gurumembuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Gurumemberi motivasi, pengarahan mengenai tujuan dan prosedurpembelajaran. Guru membagikan modul dan mempresentasikaninti dari materi sistem koordinasi manusia. Kemudian gurumembagi siswa menjadi 6 kelompok dengan anggota yangheterogen kurang lebih 15 menit. Kegiatan selanjutnya adalahguru memberi kesempatan setiap kelompok untuk membacamodul dan diskusi mengenai sistem koordinasi manusia selama15 menit. Kemudian diadakan game/turnamen antar tim kuranglebih 40 menit. Dalam langkah selanjutnya guru mengevaluasi

Page 25: Aplikasi model pembelajaran

kegiatan game/turnamen sebagai kesimpulan dan sebelummengakhiri pembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakanangket motivasi siswa dan post-test kurang lebih selama 20menit.3) Hasil tindakan kelas siklus Ia) Observasi dan monitoring tindakan kelas siklus IObservasi dan monitoring yang dilakukan oleh penelitidan guru bidang studi biologi dalam tindakan ditujukan padasemua komponen pendukung dalam proses pembelajaranyaitu siswa, guru dan metode mengajar.Berdasar tindakan yang dilakukan, hasil pengamatanpada kegiatan awal adalah terdapat siswa-siswa yang denganserius membaca dan berdiskusi tetapi juga terdapat siswayang malas membaca, hanya ramai bahkan menganggu temanlain yang mengikuti kegiatan belajar. Dalam hal ini, terlihatbahwa siswa belum memanfaatkan diskusi secara optimalsehingga konsep siswa mengenai materi belum matang.Persiapan guru juga belum cukup matang. Volume suara gurukurang keras sehingga siswa tidak sepenuhnya menangkapapa yang disampaikan guru. Keterbatasan waktumenyebabkan pelaksanaan pembelajaran belum baik. Selainitu, pelaksanaan turnamen juga belum baik, karena banyakpertanyaan yang tidak terjawab oleh setiap anggota tim.Pelaksanaan turnamen juga hanya didominasi oleh beberapatim saja, terlihat belum terbentuknya kekompakan pada setiaptim. Prosedur permainan belum efisien. Pada awal kegiatanpembelajaran dengan menggunakan metode TGT banyaksiswa terlihat bingung karena belum terbiasa dengan metodepembelajaran yang dilakukan peneliti tetapi setelah mengikutilangkah demi langkah dalam menggunakan metode TGTmereka sedikit banyak mulai memahami.Pada kegiatan akhir, guru mengevaluasi kegiatangame/turnamen sebagai kesimpulan dan memberi motivasikepada siswa untuk belajar dan berdiskusi tentang materisistem koordinasi manusia di luar jam pelajaran sekolah.Sebelum mengakhiri pembelajaran siswa terlebih dahulumengerjakan angket motivasi siswa dan post-test untukmengetahui hasil belajar siswa. Hampir semua siswa merasakaget dan tidak siap menghadapi post-test. Tetapi akhirnyapost-test berjalan dengan baik. Selama observasi danmonitoring berlangsung, guru bidang studi biologimemberikan penilaian terhadap aspek afektif (lampiran 26).b) Refleksi terhadap tindakan kelas siklus IRefleksi tindakan kelas siklus I dilaksanakan setelahpelaksanaan tindakan siklus I. Kegiatan ini mendiskusikanhasil observasi tindakan kelas yang telah dilakukan.Berdasarkan hasil observasi tindakan kelas siklus I, terlihatbahwa proses pembelajaran dengan aplikasi model

Page 26: Aplikasi model pembelajaran

pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam siklus I belum sesuaiyang diharapkan dan perlu banyak pembenahan padakomponen siswa, guru, dan metode pembelajaran sehinggasiswa dapat memahami materi pelajaran secara optimal. Darikegiatan refleksi ini, diperoleh beberapa hal yang dapatdicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakanselanjutnya yaitu:(1) Siswa belum memanfaatkan diskusi secara optimalsehingga konsep siswa mengenai materi belum matang.(2) Sebagian siswa belum berani mengajukan ide dangagasannya baik pada waktu diskusi maupun saatgame/turnamen berlangsung.(3) Keaktifan didominasi oleh beberapa tim saja, terlihatbelum terbentuknya kekompakan pada setiap tim.(4) Prosedur permainan belum efisien.(5) Alokasi waktu belum dimanfaatkan secara optimal.Karena masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaantindakan pada siklus I, maka peneliti mengadakan perbaikantindakan dalam siklus II.c) Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus IHasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklusI di evaluasi peneliti dengan guru bidang studi biologi.Dengan adanya evaluasi, diharapkan dapat mengatasipermasalahan yang terdapat pada siklus I. Hasil evaluasitersebut adalah:(1) Menciptakan suasana belajar yang serius tetapi santaisehingga diharapkan keadaaan siswa lebih terkendalidengan meminimalkan siswa yang ramai.(2) Perlu adanya komunikasi yang ramah, terbuka dankomunikatif untuk memberikan kesan bersahabat dantidak menakutkan agar menumbuhkan keberanian siswadalam menjawab pertanyaan pada saat game/turnamenberlangsung.(3) Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh.(4) Guru sesering mungkin memotivasi siswa agar mampubekerja sama dengan tim mereka secara maksimal dalammelaksanakan kegiatan pembelajaran.(5) Memperbaiki prosedur game/turnamen.(6) Alokasi waktu yang direncanakan harus dilaksanakanseefektif mungkin.b. Tindakan kelas siklus II1) Perencanaan tindakan kelas siklus IIBerdasarkan hasil pada tindakan kelas siklus I, makarencana tindakan kelas siklus II perlu direvisi dan hasilnya akandigunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan kelas siklus II.Berbagai revisi yang disepakati bersama guru bidang studibiologi yaitu:a) Dalam setiap pertemuan guru perlu mengoptimalkan

Page 27: Aplikasi model pembelajaran

pemberian motivasi untuk meningkatkan aktivitas belajarsiswa.b) Prosedur game/turnamen diupayakan lebih menarik lagi agarminat dan semangat belajar siswa semakin meningkat.c) Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa.d) Pengefektifan alokasi waktu pembelajaran.Pembelajaran tindakan kelas siklus II dilaksanakanberdasarkan hasil revisi dan Rencana Perbaikan Pembelajaran(RPP) yang telah dibuat (lanjutan lampiran 3) yang dilaksanakanselama 2 jam pelajaran (90 menit) dengan materi ajar yaitusistem koordinasi manusia. Pembelajaran dilaksanakan denganaplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti padatindakan kelas siklus I.2) Pelaksanaan tindakan kelas siklus IIPelaksanaan tindakan kelas siklus II dilakukan pada hariRabu, 25 Maret 2009 dimulai pukul 07.00-08.30 WIB. Jumlahsiswa yang hadir sebanyak 30 siswa. Dalam pelaksanaantindakan, peneliti berperan sebagai guru sekaligus observer,sedangkan guru berperan sebagai observer.Pada kegiatan awal setelah guru memasuki ruangan, gurumembuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Gurumemberi motivasi, pengarahan mengenai tujuan dan prosedurpembelajaran. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengananggota yang heterogen kurang lebih 10 menit. Kegiatanselanjutnya adalah guru memberi kesempatan setiap kelompokuntuk membaca modul dan diskusi mengenai materi selama 10menit. Kemudian diadakan game/turnamen antar tim kuranglebih 40 menit. Dalam langkah selanjutnya guru mengevaluasikegiatan game/turnamen sebagai kesimpulan dan sebelummengakhiri pembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakanangket motivasi siswa dan post test selama 30 menit.3) Hasil tindakan kelas siklus IIa) Observasi dan monitoring tindakan kelas siklus IIObservasi dan monitoring yang dilakukan oleh penelitidan guru bidang studi biologi dalam tindakan ditujukan padasemua komponen pendukung dalam proses pembelajaranyaitu siswa, guru dan metode mengajar.Berdasar tindakan yang dilakukan, hasil pengamatanpada kegiatan awal adalah sebagian besar siswa sudah seriusmembaca dan berdiskusi dengan teman satu tim, namun adapula siswa yang hanya membaca tanpa berdiskusi denganteman satu timnya. Dalam hal ini, terlihat bahwa terdapatsiswa yang sudah mulai memanfaatkan diskusi, ada pula yangtidak memanfaatkan waktu untuk berdikusi sehinggapemahaman mengenai materi belum menyeluruh pada semuasiswa. Persiapan guru sudah lebih matang. Alokasi waktutelah dimanfaatkan dengan baik sehingga pelaksanaanpembelajaran sudah baik. Selain itu, pelaksanaan turnamen

Page 28: Aplikasi model pembelajaran

sudah baik tetapi belum optimal. Dikatakan baik karenabanyak pertanyaan yang dapat dijawab oleh setiap anggotatim dan pada tindakan siklus II siswa lebih aktifdibandingkan tindakan siklus I. Tetapi belum optimal karenamasih didominasi oleh beberapa tim saja, terlihat belumterbentuknya kekompakan pada seluruh tim. Prosedurpermainan sudah efisien. Siswa mulai memahami kegiatanpembelajaran dengan menggunakan metode TGT.Pada kegiatan akhir, guru mengevaluasi kegiatangame/turnamen sebagai kesimpulan. Sebelum mengakhiripembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakan angketmotivasi siswa dan post-test untuk mengetahui hasil belajarsiswa. Siswa sudah tidak kaget lagi ketika diadakan post-testkarena siswa mulai paham apa maksud setiap tindakandiakhiri dengan post-test. Selama observasi dan monitoringberlangsung, guru bidang studi biologi memberikan penilaianterhadap aspek afektif (lampiran 28). Sebelum menutuppelajaran guru memberi motivasi kepada siswa untuk lebihgiat belajar dan berdiskusi tentang materi sistem koordinasimanusia di luar jam pelajaran sekolah.b) Refleksi terhadap tindakan kelas siklus IIRefleksi tindakan kelas siklus II dilaksanakan setelahpelaksanaan tindakan siklus II. Kegiatan ini mendiskusikanhasil observasi tindakan kelas siklus II. Berdasarkan hasilobservasi tindakan kelas siklus II, terlihat bahwa prosespembelajaran dengan aplikasi model pembelajaran kooperatiftipe TGT dalam siklus II sudah lebih baik daripada siklus Itetapi hasil belajar siswa pada aspek kognitif belum sesuaiyang diharapkan, yaitu 75 % siswa belum mencapai nilai 70. Oleh sebab itu, masih perlu pembenahan pada komponensiswa dan guru sehingga siswa dapat memahami materipelajaran secara optimal. Dari kegiatan refleksi ini diperolehbeberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untukperbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu:(1) Pembelajaran tindakan kelas siklus II lebih baik jikadibandingkan dengan pembelajaran tindakan kelas siklusI(2) Beberapa siswa belum memanfaatkan waktu diskusisecara optimal sehingga pemahaman mengenai materibelum menyeluruh pada seluruh siswa.(3) Keberanian siswa untuk mengeluarkan ide dangagasannya baik pada waktu diskusi maupun saatgame/turnamen berlangsung mulai meningkat.(4) Keaktifan masih didominasi oleh beberapa tim saja,terlihat belum terbentuknya kekompakan pada semua tim.(5) Kemampuan siswa sudah terlihat mulai meningkat initerlihat pada hasil yang dicapai oleh siswa.(6) Siswa mulai terbiasa dengan penggunaan metode TGT.

Page 29: Aplikasi model pembelajaran

Karena masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaantindakan pada siklus II, maka peneliti mengadakan perbaikantindakan dalam siklus III.c) Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus IIHasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklusII di evaluasi bersama dengan guru bidang studi biologi dandiperoleh kesepakatan sebagai berikut:(1) Dorongan dan bimbingan kepada siswa perluditingkatkan karena masih ada siswa yang kurangsemangat dalam mengikuti pelajaran.(2) Memperbaiki komunikasi dengan pembelajaran terbuka,bersahabat dan menyenangkan.(3) Peneliti dan guru bidang studi biologi harus pandai dalammembuat pembelajaran menjadi lebih menarik bagisiswa.c. Tindakan kelas siklus III1) Perencanaan tindakan kelas siklus IIIBerdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan kelas siklusII maka rencana tindakan kelas siklus II perlu direvisi yanghasilnya akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakankelas siklus III. Beberapa revisi yang disepakati dengan gurukelas yaitu:a) Prosedur game/turnamen diupayakan lebih menarik lagi agarminat dan semangat belajar siswa semakin meningkat.b) Guru lebih mengoptimalkan pemberian motivasi untukmeningkatkan aktivitas belajar siswa.c) Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa.d) Guru berusaha mendorong semua tim agar berpartisipasisecara aktif dalam menjawab pertanyaan pada saatgame/turnamen berlangsung.Pembelajaran tindakan kelas siklus III dilaksanakanberdasarkan hasil revisi dan Rencana Perbaikan Pembelajaran(RPP) yang telah dibuat (lanjutan lampiran 3) yang dilaksanakanselama 2 jam pelajaran (90 menit) dengan materi ajar yaitusistem koordinasi manusia. Pembelajaran dilaksanakan denganaplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti padapembelajaran sebelumnya.2) Pelaksanaan tindakan kelas siklus IIIPelaksanaan tindakan kelas siklus III dilakukan pada hariRabu, 01 April 2009 dimulai pukul 07.00-08.30 WIB. Jumlahsiswa yang hadir sebanyak 30 siswa. Dalam pelaksanaantindakan, peneliti berperan sebagai guru sekaligus observer,sedangkan guru berperan sebagai observer.Pada kegiatan awal setelah guru memasuki ruangan, gurumembuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. Gurumemberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajarbiologi baik dalam bidang akademik maupun dalam kehidupansehari-hari, guru juga memberi pengarahan mengenai tujuan dan

Page 30: Aplikasi model pembelajaran

prosedur pembelajaran. Dalam kesempatan ini guru jugamemberi ucapan selamat kepada siswa yang pada post-testsebelumnya mendapatkan nilai baik dan memberi motivasikembali kepada siswa yang nilainya masih kurang agar padapost-test siklus III hasilnya meningkat. Guru membagi siswamenjadi 6 kelompok dengan anggota yang heterogen kuranglebih 10 menit. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikesempatan setiap kelompok untuk membaca modul dan diskusimengenai materi selama 10 menit. Kemudian diadakangame/turnamen antar tim kurang lebih 40 menit. Dalam langkahselanjutnya guru mengevaluasi kegiatan game/turnamen sebagaikesimpulan dan sebelum mengakhiri pembelajaran siswa terlebihdahulu mengerjakan angket motivasi siswa dan post test selama30 menit.3) Hasil tindakan kelas siklus IIIa) Observasi dan monitoring tindakan kelas siklus IIIObservasi dan monitoring yang dilakukan oleh penelitidan guru bidang studi biologi dalam tindakan ditujukan padasemua komponen pendukung dalam proses pembelajaranyaitu siswa, guru dan strategi mengajar.Berdasar tindakan yang dilakukan, hasil pengamatanpada kegiatan awal adalah kesiapan siswa dalam menghadapipelajaran sudah jauh lebih baik. Tahapan tindakan kelas mulaidari pembagian kelompok, membaca materi dan berdiskusidengan teman satu tim sudah dapat mereka lakukan tanpadiperintah. Dalam hal ini, terlihat bahwa siswa sudahmemanfaatkan diskusi secara optimal sehingga konsep siswamengenai materi semakin matang. Persiapan guru semakinmatang. Alokasi waktu telah dimanfaatkan dengan baiksehingga pelaksanaan pembelajaran sudah lebih baik. Selainitu, pelaksanaan turnamen sudah baik dan optimal karenasemua pertanyaan dapat dijawab oleh anggota tim dannampak pada tindakan siklus III siswa semakin aktifdibandingkan tindakan siklus II. Pada pelaksanaan turnamensudah terbentuk kekompakan pada seluruh tim terlihat bahwaseluruh tim berlomba-lomba dan sangat antusias dalammenjawab pertanyaan pada saat game/turnamen berlangsung.Hal ini menunjukkan meningkatnya sikap afektif siswa.Prosedur permainan sudah efisien. Siswa telah memahamikegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode TGTsehingga siswa sangat menikmati proses pembelajaran yangberlangsung.Pada kegiatan akhir, guru mengevaluasi kegiatangame/turnamen sebagai kesimpulan. Sebelum mengakhiripembelajaran siswa terlebih dahulu mengerjakan angketmotivasi siswa dan post-test untuk mengetahui hasil belajarsiswa. Siswa mengerjakan soal post-test dengan suasanatenang dan terlihat lebih percaya diri. Sebelum menutup

Page 31: Aplikasi model pembelajaran

pelajaran guru mengutarakan maksud dan tujuan dari kegiatanpembelajaran dengan menggunakan metode TGT, kemudianguru berpesan agar siswa senantiasa giat belajar agar dapatmeningkatkan prestasinya. Penilaian sikap afektif (lampiran30) selama observasi dan monitoring digunakan untukperbaikan pada tindakan kelas selanjutnya.b) Refleksi tindakan kelas siklus IIIRefleksi terhadap tindakan kelas siklus IIIdilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan kelas siklus IIIberakhir. Kegiatan refleksi ini mendiskusikan hasil observasidan monitoring tindakan yang dilakukan. Dari kegiatanrefleksi didapatkan hasil sebagai berikut :(1) Pembelajaran pada tindakan kelas siklus III mengalamibanyak peningkatan dibandingkan pada siklus I dan II(2) Keberanian siswa dalam menyampaikan ide/gagasan danpendapat saat berdiskusi semakin baik.(3) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT(Teams-Games-Tournament) diaplikasikan denganoptimal, terbukti dapat meningkatkan motivasi, hasilbelajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Hal inidapat dilihat berdasarkan peningkatan skor motivasi,hasil penilaian kognitif dan hasil penilaian sikap afektifsiswa dari siklus I sampai III.c) Evaluasi terhadap tindakan kelas siklus IIIHasil observasi dan refleksi pada tindakan kelas siklusIII di evaluasi bersama guru bidang studi biologi, diperolehhasil sebagai berikut:(1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalamipeningkatan yang sangat baik.(2) Siswa sudah tidak takut dan malu lagi dalammengutarakan ide dan gagasannya dalam diskusi.(3) Dengan mengaplikasikan model pembelajaran kooperatiftipe TGT secara benar dan optimal, yang melibatkanseluruh siswa secara aktif dapat meningkatkan motivasi,hasil belajar dan keaktifan siswa dalam prosespembelajaran.Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan dari hasil tindakankelas siklus I sampai III yang telah dilakukan, hasilnya mengalamiperubahan yang positif, yaitu meningkatnya motivasi dan hasil belajarbaik dari aspek kognitif dan afektif dalam pembelajaran biologi padamateri pokok sistem koordinasi manusia yang disajikan denganmembandingkan hasil belajar yang dicapai siswa. Tindakan berakhirpada siklus III karena 75 % siswa telah mencapai nilai 70. Hasil iniakan diuraikan pada data hasil pembelajaran.4. Hasil PembelajaranData hasil penilaian motivasi dan hasil belajar biologi aspekkognitif dan afektif pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 2Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dengan aplikasi model pembelajaran

Page 32: Aplikasi model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) pada materi pokoksistem koordinasi manusia (Tabel 2).Tabel 2. Rata- rata penilaian motivasi dan hasil belajar biologi denganmengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGTpada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kalidawir tahunajaran 2008/2009.Aspek Nilai Awal Siklus I Siklus II Siklus IIIMotivasi - 124,87 134,77 151,70(Baik) (Baik) (Sangat Baik)Kognitif 39,03 53,17 60,6 74,17Afektif - 29,07 37,43 43,57(Cukup Berminat) (Berminat) (Sangat Berminat)Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 2 dapatdidiskripsikan bahwa nilai rata-rata awal siswa pada aspek kognitif(lampiran 20) kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kalidawir tahunajaran 2008/2009 adalah sebesar 39,03. Sedangkan untuk aspek afektifguru tidak mengevaluasinya. Hasil penilaian motivasi siswa yangdiperoleh pada siklus I (lampiran 13) rata-ratanya sebesar 124,87termasuk dalam kategori baik. Sementara hasil penilaian aspek kognitifyang diperoleh dari post-test pada siklus I (lampiran 20) rata-ratanyameningkat sebesar 14,14 dari rata-rata nilai awal menjadi 53,17. Padasiklus I belum terdapat siswa yang mencapai hasil belajar kognitifdengan nilai 70. Sedangkan pada aspek afektif (lampiran 26) rataratanyasebesar 29,07 yang termasuk dalam kategori cukup berminat.Setelah pelaksanaan siklus I, diadakan refleksi dan evaluasi untukperbaikan pada siklus II. Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus IIadalah rata-rata penilaian motivasi siswa (lampiran 15) meningkat 9,9menjadi 134.77 termasuk dalam kategori baik, sementara rata-ratakognitif (lampiran 20) meningkat 7,43 menjadi 60,6 dari rata-rata nilaikognitif siklus I. Hanya 20% siswa yang telah mencapai hasil belajarkognitif dengan nilai 70. Sedangkan pada aspek afektif (lampiran 28)rata-ratanya meningkat menjadi 37,43 termasuk kategori berminat.Untuk lebih menyakinkan hasil yang diperoleh maka dilakukan tindakankelas siklus III dengan berbagai revisi siklus II dan diperoleh hasil rataratapenilaian motivasi siswa (lampiran 17) meningkat 16,93 menjadi151,70 termasuk dalam kategori sangat baik, sementara nilai kognitif(lampiran 20) meningkat 13,57 dari rata-rata nilai kognitif siklus IImenjadi 74,17. Siswa yang telah mencapai hasil belajar kognitif dengannilai 70 meningkat 56,67% menjadi 76,67%. Sedangkan pada aspekafektif (lampiran 30) rata-ratanya meningkat menjadi 43,57 termasukdalam kategori sangat berminat.Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa rata-ratapenilaian motivasi siklus III lebih tinggi dibanding dari tindakan kelassebelumnya (151,70>134,77>124,87). Rata-rata aspek kognitif siklus IIIlebih tinggi dari siklus I dan siklus II (74,17>60,6>53,17). Dan rata-rataaspek afektif siklus III lebih tinggi dibanding dari tindakan kelassebelumnya (43,57>37,43>29,07). Dalam hal ini, terjadi peningkatanmotivasi dan hasil belajar dengan aplikasi model pembelajaran

Page 33: Aplikasi model pembelajaran

kooperatif tipe TGT. Peningkatan rata-rata hasil kognitif yang palingtinggi adalah pada siklus III dari siklus II yaitu sebesar 13,57. Hal inidisebabkan siswa sudah lebih siap untuk mengikuti proses belajardengan menggunakan metode TGT.B. PembahasanBerdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian (tabel 2) dapatdiketahui bahwa aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapatmeningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Fakta tersebutmenunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yangdipelajari yaitu sistem koordinasi manusia.Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perubahan tingkat belajarsiswa di kelas. Adanya tindakan yang telah diberikan didukung denganmetode pembelajaran yang menarik telah memotivasi siswa untuk lebihsemangat belajar. Siswa lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran danmengerjakan soal post-test yang diberikan peneliti.Penelitian dengan menggunakan metode TGT menunjukkan adanyapeningkatan motivasi dan hasil belajar baik dari aspek kognitif maupundari aspek afektif karena pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa untukaktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan hasilkolaborasi antara peneliti dengan guru bidang studi biologi. Tindakan kelasdilaksanakan dengan tahapan melakukan survei dan observasi terlebihdahulu, kemudian membuat rencana tindakan dan melaksanakan tindakanyang berpedoman pada silabus dan rencana pembelajaran. Saatpelaksanaan tindakan, kolaborasi antara guru dengan peneliti sangatdiperlukan. Dalam hal ini, peneliti berperan sebagai guru sekaligusobserver, sedangkan guru berperan sebagai observer yang mengamatikesibukan siswa selama pembelajaran dari aspek afektif. Selanjutnya hasilbelajar yang telah dilakukan dapat direfleksikan dan dianalisis untukmengetahui kebaikan dan kekurangannya, sehingga pada pembelajaranselanjutnya, diharapkan lebih baik dan lebih berkualitas.Dalam pembelajaran, siswa terlibat aktif melalui kegiatanmembaca, berdiskusi, mengemukakan ide dan gagasan yang dilakukansecara berkelompok. Siswa membaca dengan tekun tentang pokok materiyang sedang dipelajari, mendiskusikan materi dengan timnya sehinggasetiap siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide maupungagasannya. Kemudian saat game/turnamen berlangsung, siswa memilikikesempatan untuk menjawab pertanyaan, berlomba-lomba untuk meraihskor tertinggi sehingga mendapat penghargaan sebagai tim terbaik. Padaakhir tindakan diadakan pengisian angket motivasi dan post-test untukmengetahui peningkatan motivasi dan kemampuan yang dicapai siswa padaaspek kognitif setelah pembelajaran.Model pembelajaran kooperatif tipe TGT(Teams-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi dan hasilbelajar dikarenakan dalam pembelajaran TGT, siswa tidak hanya menerimaapa yang diberikan oleh guru, tetapi semua siswa turut berpartisipasi aktifdalam proses pembelajaran yaitu dengan diskusi dan permainan. Hal inidapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mengikutipembelajaran biologi. Siswa juga tidak merasa jenuh dan bosan karena

Page 34: Aplikasi model pembelajaran

dalam menyampaikan pembelajaran, guru tidak monoton, tetapi adavariasi.Selama pelaksanakan penelitian tindakan kelas yang dilakukansebanyak 3 siklus, terjadi peningkatan kualitas dalam pembelajaran. Hal inidapat dilihat dari meningkatnya motivasi, hasil belajar siswa sertakeaktifan siswa. Peningkatan kualitas pembelajaran terjadi secara bertahappada setiap siklus yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.Pada siklus I di awal pertemuan masih banyak siswa yang ramaiberbicara dengan temannya, dan perhatian siswa masih kurang terhadappembelajaran. Sikap menghargai teman pada saat diskusi masih kurang,pelaksanaan game/turnamen belum efisien, persiapan guru belum cukupmatang dalam membimbing siswa, dan saat mengerjakan post-test banyaksiswa yang rasa percaya dirinya kurang. Hasil belajar pada aspek kognitifadalah 0% siswa mencapai nilai 70. Sikap afektif yang paling tinggiadalah kedisiplinan dan keaktifan membaca materi, sedangkan yang rendahadalah ketekunan berdiskusi dan menjawab pertanyaan. Hal inidikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan metode TGT.Untuk pembelajaran kelas siklus II berjalan lebih baikdibandingkan dengan tindakan kelas siklus I. Siswa mulai mengerti danpaham dengan maksud dan tujuan pembelajaran dengan mengaplikasikanmetode TGT. Dengan metode TGT, keaktifan siswa dalam pembelajaransemakin meningkat yang dapat dilihat pada saat membaca, berdiskusi,menjawab pertanyaan saat game/turnamen berlangsung, dan rasa percayadiri pada saat mengerjakan post-test lebih baik. Setelah mengikutipembelajaran, motivasi dan hasil belajar siswa meningkat karena dalamdiri siswa mulai tumbuh rasa percaya diri untuk mengerjakan post-test.Hasil belajar pada aspek kognitif adalah 20% siswa mencapai nilai 70.Dengan rasa percaya diri yang tinggi serta perhatian terhadap pelajaranmaka hasil yang dicapai menjadi baik.Pembelajaran tindakan kelas siklus III jauh lebih baik dibandingkandengan tindakan kelas siklus I dan II. Peneliti sudah bertindak sebagaifasilitator dan memberikan bimbingan kepada siswa secara menyeluruh.Hasil belajar pada aspek kognitif adalah 76,67 % siswa mencapai nilai 70. Secara keseluruhan guru menyambut baik terhadap aplikasipembelajaran dengan metode TGT karena dapat meningkatkan motivasi,keaktifan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.Tingginya nilai rata-rata pada metode pembelajaran TGTdisebabkan karena pada proses pembelajaran siswa tidak lagi dijadikansebagai objek melainkan siswa terlibat secara aktif dalam prosespembelajaran. Dari proses pembelajaran tersebut siswa mendapatkanpengalaman belajar sesuai dengan kajian ilmu pengetahuan yangdipelajarinya secara optimal. Pada pembelajaran TGT, siswa dilatih,dituntut agar dapat bekerja sama, tidak malu untuk berbicara tentang materiyang belum dipahami dan dikuasai, saling meningkatkan keterampilandalam berkomunikasi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman danmeningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Ini sesuai dengan yangdikemukakan oleh Melvin L. Silberman (2007), yaitu ketika pembelajaranitu aktif apabila siswa melakukan aktivitas, mereka menggunakan potensi

Page 35: Aplikasi model pembelajaran

otak untuk mengkaji ide-ide, memecahkan masalah dan menerapkan apayang mereka pelajari.Moh. Uzer Usman (2005), menyatakan bahwa dalam menciptakankondisi pembelajaran yang efektif, guru harus: 1) melibatkan siswa secaraaktif; 2) menarik minat dan perhatian siswa; 3) membangkitkan motivasisiswa; dan 4) memperhatikan perbedaan individu siswa.Berdasarkan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaanpembelajaran dengan mengaplikasikan metode TGT, siswa mengalamipeningkatan baik dari segi motivasi, aspek kognitif maupun afektif. Padasetiap siklus terjadi peningkatan hasil belajar. Berdasarkan hasil yangdiperoleh maka uraian teori yang terdapat dalam bab II mendukungterhadap hasil tindakan kelas yang telah dilaksanakan yaitu aplikasi modelpembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) dapatmeningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMANegeri 1 Kalidawirtahun ajaran 2008/2009.BAB VPENUTUPA. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil yaitu, aplikasi model pembelajarankooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) dapat meningkatkanmotivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMANegeri 1 Kalidawirtahun ajaran 2008/2009. Rata-rata skormotivasi siklus I 124,87 (baik); siklus II 134,77 (baik); dan siklus III151,70 (sangat baik). Rata-rata aspek kognitif untuk nilai awal adalah39,03; siklus I 53,17 (0 % siswa mencapai nilai 70); siklus II 60,6 (20 %siswa mencapai nilai 70); dan siklus III 74,17 (76,67 % siswa mencapainilai 70). Sedangkan hasil belajar pada aspek afektif siklus I 29,07(cukup berminat); siklus II 37,43 (berminat); dan siklus III 43,57 (sangatberminat).B. SaranUntuk turut serta dalam menyumbangkan pemikiran gunameningkatkan hasil belajar siswa, maka disampaikan saran-saran sebagaiberikut:1. Bagi Gurua. Guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipeTGT dalam pembelajaran biologi sebagai alternatif pembelajaranagar siswa tidak jenuh karena pembelajaran tersebut berguna untukmelatih siswa dalam bekerja sama dan berdiskusi sehinggapemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik.b. Guru diharapkan tidak monoton dalam menyampaikan materipelajaran. Karena adanya variasi saat menyampaikan materipelajaran, akan menarik siswa untuk berpartisipasi aktif dalam prosespembelajaran.c. Guru hendaknya mampu memilih model pembelajaran yang tepatsehingga materi pelajaran yang diberikan mudah diterima dandipahami oleh siswa.2. Bagi Siswaa. Siswa hendaknya banyak berlatih, membiasakan diri untuk

Page 36: Aplikasi model pembelajaran

mengeluarkan ide dan gagasanya, serta aktif dalam prosespembelajaran.b. Siswa hendaknya tidak takut atau malu untuk menanyakan tentangmateri pelajaran yang belum dipahami.3. Bagi Sekolaha. Pihak sekolah hendaknya memberikan sarana dan prasarana yangdibutuhkan sebagai pendukung proses pembelajaran guna mencapaihasil belajar siswa yang lebih baik.b. Melatih para guru agar kompetensinya lebih meningkat sesuaidengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidian).DAFTAR PUSTAKAAnita Lie. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learningdi Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.Anonim. 2002. Pola Induk Pengembangan Silabus Berbasis KemampuanDasar SMU. Jakarta: Depdiknas.Arif Pribadi & Tri Susilowati. 2004. Sains Biologi. Jakarta: Yudhistira.B. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: RinekaCipta.Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.Brian Clegg. 2001. Instant Motivation: 79 Cara Instan MenumbuhkanMotivasi. Jakarta: Erlangga.Cece Wijaya. 2000. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya.D. A. Pratiwi, Sri Maryanti, Srikini, Suharno, Bambang S. 2004. BukuPenuntun Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.Diah Aryulina, Choirul Muslim, Endang W. Winarni. 2006. Biologi 2 SMA danMA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis.Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, danImplementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.__________. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.Etin Solihatin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di BidangPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2004. StrategiPembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.Kimball John W. 2002. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.Kiranawati. 2007. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament(TGT). http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-team-gamestournament-tgt/ (Diakses: 28 November 2008).Melvin L. Silberman. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.Moh. Uzer Usman. 2003. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya._________________. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: RemajaRosdakarya.Muflihah. 2004. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Page 37: Aplikasi model pembelajaran

Tournament) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada PokokBahasan Persamaan Linier dengan Dua Peubah Kelas II SMP N IISurakarta. Skripsi: UMS.Muslimin Ibrahim, Fida Rachmadiarti, Mohamad Nur & Ismono. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan MatematikaUNESA.Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Grasindo.Nurul Zuriah. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.Oemar Hamalik. 1995. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.Bandung: Remaja Rosdakarya.______________. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan PendekatanSistem. Jakarta: Bumi Aksara.Richard I. Arends. 2008. Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar EdisiKetujuh/Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Robert E. Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.Bandung: Nusa Media.Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Remaja Rosdakarya.Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.Suhadi. 2008. Angket Model ARCS untuk Mengukur Motivasi dan MinatBelajar Siswa. http://suhadinet.files.wordpress.com/2008/06/angketmodel-arcs-untuk-mengukur-motivasi-belajar-dan-minat-belajarsiswa1.pdf (Diakses 28 November 2008).Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan PengembanganProfesi Guru. Jakarta: Bina Aksara.Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal danLaporannya. Jakarta: Bina Aksara.Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.Wiji Suwarno. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia.Zainal Aqib. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.