Download docx - Tugas Tumor Intrakranial

Transcript
Page 1: Tugas Tumor Intrakranial

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal, primer metastasik

yang terjadi didalam otak dan stuktur penyokong.

Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, disamping tumor

spinal dan tumor saraf perifer. Tumor ini dapat bersifat primer ataupun merupakan metastase dari

tumor pada organ lainnya. Tumor otak memberikan permasalahan klinis yang berbeda dengan

tumor lain karena efek yang ditimbulkannya dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan.

Tumor otak yang menyebabkan kerusakan jaringan otak secara langsung akan menimbulkan

gangguan fungsional dari sistem saraf pusat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik, panca

indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu, efek massa yang ditimbulkan oleh tumor otak

juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor berada dalam rongga tengkorak yang

pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup dengan ukuran tetap. Tumor intrakranial atau

tumor otak merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti karena otak merupakan organ

sentral yang sangat penting.

Diagnosis tumor intrakranial ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis sulit

menegakkan diagnosis tumor intrakranial dan membedakan benigna atau maligna, karena gejala

klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor, dan

cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak

yang dapat menyebabkan kompresi, infasi, dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian

ada beberapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang

spesifik dari tumor intrakranial. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi dapat

dibedakan tumor benigna dan maligna.

Page 2: Tugas Tumor Intrakranial

I.2 Tujuan Penulisan

1. Memahami dan mampu mendiagnosis tumor otak secara tepat berdasarkan gejala klinis

dan pemeriksaan fisik.

2. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang tepat terhadap kilian dengan tumor intracranial.

Page 3: Tugas Tumor Intrakranial

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Defenisi

Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.

II. Etiologi Riwayat trauma kepala Faktor genetik Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik Virus tertentu

III. Gejala Klinis

Gejala klinis tumor intrakranial dibagi atas 3 kategori, yaitu gejala umum, gejala

lokal dan gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor.

a. Gejala Umum

Gejala umum timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial atau proses difus dari tumor

tersebut. Tumor ganas menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor jinak. Tumor

pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang

sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis dan pada mulanya hanya memberikan gejala-

gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering

memberikan gejala fokal dahulu baru kemudian memberikan gejala umum. Terdapat 4 gejala

klinis umum yang berkaitan dengan tumor otak, yaitu perubahan status mental, nyeri kepala,

muntah, dan kejang.

Perubahan status mental

Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas sehari-hari, lekas marah,

emosi yang labil, inersia mental, gangguan konsentrasi, bahkan psikosis.3 Fungsi kognitif

merupakan keluhan yang sering disampaikan oleh pasien kanker dengan berbagai bentuk,

mulai dari disfungsi memori ringan dan kesulitan berkonsentrasi hinggga disorientasi,

halusinasi, atau letargi.

Nyeri kepala

Page 4: Tugas Tumor Intrakranial

Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20% penderita.

Sifat nyeri kepalanya berdenyut-denyut atau rasa penuh di kepala seolah-olah mau

meledak.3 Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan episodik, kemudian bertambah berat,

tumpul atau tajam dan juga intermiten. Nyeri juga dapat disebabkan efek samping dari

obat kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh batuk,

mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.7 Lokasi nyeri yang unilateral dapat

sesuai dengan lokasi tumornya sendri. Tumor di fossa kranii posterior biasanya

menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler ipsilateral. Tumor di supratentorial

menyebabkan nyeri kepala pada sisi tumor, di frontal orbita, temporal atau parietal.

Muntah

Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak berhubungan dengan makanan.

Dimana muntah ini khas yaitu proyektil dan tidak didahului oleh mual. Keadaan ini lebih

sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.

Kejang

Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa ditemukan pada 14-15% penderita

tumor otak.7 20-50% pasien tumor otak menunjukan gejala kejang. Kejang yang timbul

pertama kali pada usia dewasa mengindikasikan adanya tumor di otak. Kejang berkaitan

tumor otak ini awalnya berupa kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal

serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang umum yang terutama

merupakan manifestasi dari glioblastoma multiforme.3 Kejang biasanya paroxysmal,

akibat defek neurologis pada korteks serebri. Kejang parsial akibat penekanan area fokal

pada otak dan menifestasi pada lokal ekstrimitas tersebut, sedangkan kejang umum

terjadi jika tumor luas pada kedua hemisfer serebri.

b. Gejala lokal (localizing signs)

1. Tumor Kortikal

Lobus frontalis

Lobus frontal memiliki berbagai fungsi penting, termasuk fungsi motorik, bahasa, atensi,

fungsi eksekutif, judgment, perencanaan (planning) dan pemecahan masalah (problem

solving). Gejala lokal yang sering timbul akibat tumor di lobus frontalis adalah sakit

kepala yang merupakan gejala dini dan muntah timbul pada tahap lanjut.1 Tumor di lobus

frontalis daerah prefrontal bisa memberikan gejala gangguan mental sebelum munculnya

Page 5: Tugas Tumor Intrakranial

gejala lainnya, berupa perubahan perasaan, kepribadian dan tingkah laku serta penderita

merasakan perasaan selalu senang (euforia); jadi menyerupai gejala psikiatris. Makin

besar tumomya, gejala gangguan mental ini semakin nyata dan kompleks. Afasia motorik

(gangguan bicara bahasa berupa hilangnya kemampuan mengutarakan maksud) bisa

terjadi bila tumor mengenai daerah area Broca yang terletak di belahan kiri belakang.

Reflck memegang (grasp reflex) juga khas untuk tumor di lobus frontalis ini. Pada

stadium yang lebih lanjut bisa terjadi gangguan pembauan (anosmia), gangguan visual,

gangguan keseimbangan dalam berjalan, gangguan bola mata karena kelumpuhan

sarafnya serta edema papil. Tumor di daerah presentral bisa menimbulkan gejala kejang

fokal pada sisi kontralateral. Kelumpuhan motorik timbul bila terjadi destruksi atau

penekanan oleh tumor terhadap jalur kortikospinal.8

Lobus temporalis

Tumor lobus temporalis bila berada di daerah unkus akan menimbulkan gejala halusinasi

pembauan dan pengecapan (uncinate fits) disertai gerakan gerakan bibir dan lidah

(mengecapngecap). Bila lesinya destruktif akan menimbulkan gangguan pembauan dan

pengecapan walau tidak sampai total. Tumor di lobus temporal bagian media bisa

menimbulkan gejala "seperti pernah mengalami kejadian semacam ini sebelumnya" (deja

vu). Bisa juga terjadi gangguan kesadaran sesaat (misalnya selagi penderita berjalan kaki)

tapi tidak sampai terjatuh. Gangguan emosi berupa rasa takut/panik bisa juga muncul.

Berkurangnya pendengaran bisa terjadi pada tumor yang mengenai korteks di bagian

belakang lobus temporal. Tumor di hemisfer dominan bagian belakang (area Wcrnicke)

menimbulkan gejala afasia sensoris, yaitu kehilangan kemampuan memahami maksud

pembicaraan orang lain. Tumor yang berkembang lebih lanjut akan melibatkan jalur

kortikospinal sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral. Bisa

juga terjadi herniasi dan menekan batang otak sehingga menyebabkan gangguan pada

beberapa saraf kranial, misalnya terjadi dilatasi pupil sesisi yang menetap atau

menghilangkan reflek kornea.

Lobus parietalis

Page 6: Tugas Tumor Intrakranial

Tumor di lobus parietalis pada umumnya akan memberikan gejala gangguan sensoris.

Lesi iritatif bisa menimbulkan gejala parestesi (rasa tebal, kesemutan atau seperti terkena

aliran listrik) di satu lokasi, yang kemudian bisa menyebar ke lokasi lainnya. Lesi

destruktif akan menyebabkan hilangnya berbagai bentuk sensasi, tapi jarang anestesi

total. Gangguan diskriminasi terhadap rangsang taktil, astereognosis (tak bisa mengenali

bentuk benda yang ditaruh di tangan) merupakan bentuk-bentuk gejala yang sering

timbul. Tumor yang tumbuh ke arah lebih dalam bisa menimbulkan gejala hiperestesi,

seperti merasakan rangsang yang berlebih padahal rangsang yang sebenarnya terjadi

hanya ringan. Atau bisa juga mengenai jalur optik (radiatio optica) sehingga timbul

gangguan penglihatan sebagian. Tumor pada girus angularis kiri bisa menimbulkan gejala

yang disebut aleksia (kehilangan kemampuan memahami katakata tertulis). Sedang pada

yang kanan menyebabkan gejala berupa gangguan dalam menyadari adanya sisi sebelah

dari tubuh. Setengah kasus pasien dengan tumor parietal mengalami kejang, yang

umumnya berupa tipe motorik atau sensorik sederhana.

Lobus oksipital

Tumor di lobus oksipitalis memberikan gejala awal terutama nyeri kepala Tumor lobus

oksipital memberikan gejala gangguan visual. Defek lapangan pandang yang paling

sering adalah hemianopsia homonim kongruen yang melibatkan makula. Kejang oksipital

fokal umumnya ditandai oleh adanya episode penglihatan kilatan cahaya, warna-warni,

atau bentuk-bentuk pola geometris secara kontralateral. Adanya gangguan visuospatial

terhadap benda bergerak menuju hemiperimeter yang berlawanan menunjukan adanya

kerterlibatan pada pusat penatapan oksipital (occipital gaze center). Kadang kadang dapat

pula terjadi metamorphosia (distorsi pada bentuk gambaran visual). Lesi di hemisfer

dominan bisa menimbulkan gejala tidak mengenal benda yang dilihat (visual object

agnosia) dan kadang-kadang tidak mengenal warna (agnosia warna), juga tidak mengenal

wajah orang lain (prosopagnosia).

Tumor Pada Ventrikel Ketiga dan Daerah Pineal

Page 7: Tugas Tumor Intrakranial

Tumor yang terletak di dalam atau berdekatan ventrikel ketiga seringkali

mengobstruksi ventrikel atau akuaduktus, sehingga terjadi hidrosefalus. Perubahan

posisi dapat secara mendadak akan meningkatkan tekanan ventrikuler dan dapat

menyebabkan nyeri kepala frontal atau verteks, muntah-muntah, atau bahkan sampai

terjadi sinkop. Tumor pada regio ventrikel ketiga juga dapat menyebabkan gangguan

memori, diabetes insipidus, amenorhea, galaktorhea, dan gangguan satiasi (rasa

kenyang) atau termoregulasi.

Tumor daerah pineal dapat menyebabkan hidrosefalus bila mengobstruksi bagian

posterior ventrikel ketiga. Sindroma Parinaud (disosiasi refleks akomodasi-cahaya

pupil dan gangguan pada vertical gaze) disebabkan oleh adanya tekanan pada tektum

dari otak-tengah dan komisura posterior. Pubertas prekoks dapat terjadi pada anak

laki-laki dengan tumor daerah pineal.

a. Tumor Pada Batang Otak

Midbrain

Tumor di daerah mesensefalon sering menekan jalur supra nuklear dari nukleus n. III

& IV sehingga menimbulkan gangguan konyugasi bola mata. Juga terjadi dilatasi

pupil sebelah mata (anisokori) yang bereaksi negatif terhadap rangsang cahaya.

Tremor, nistagmus dan ataksia bisa terjadi bila jalur ke serebelum ikut terlibat,

dcmikian juga spastisitas anggota badan karena terlibatnya jalur kortikospinal.

Penekanan terhadap jalur aliran likuor menimbulkan hidrosefalus sehingga nycri

kepala kemudian edema papil timbul.

Pons

Neuropati kranial, disfungsi batang otak lebih khas untuk tumor serebelopontin,

nervus-nervus kranial, serebelum, meningen, dan basis kranialis.

Medula oblongata

Lebih banyak pada anak-anak. Gambaran awal palsi abdusen, hemiparesis

kontralateral dan ketidak seimbangan pola jalan. Nistagmus vertikal atau horizontal.

Kompresi ventrikel keempat dapat menimbulkan gejala hidrosefalus obstruktif.

b. Tumor Serebelum

Page 8: Tugas Tumor Intrakranial

Tumor di serebellum biasanya menyerang anak-anak. Gejala yang menonjol pada fase

awal berupa kenaikan tekanan intrakranial akibat penekanan jalan likuor sehingga terjadi

hidrosefalus. Biasanya terjadi pula gangguan keseimbangan dalam berdiri dan berjalan.

Ini bisa diperiksa dengan menyuruh penderita berdiri sambil menutup mata, penderita

akan goyang (test Romberg). Tumor serebelum di daerah lateral (hemisfer) lebih

menonjolkan gejala nistagmus yang nyata ke arah sisi lesi, sedang bila tumor di daerah

median tidak menunjukkan nistagmus yang jelas. Muntah-muntah yang bersiklus dan

nyeri kepala oksipital menunjukan gejala umum tumor serebelum. Nyeri kepala

umumnya bilateral dan menjalar ke dalam daerah retroorbital atau temporal, serta leher

dan bahu. Kekakuan dan keterbatasan gerak leher dan angkat kepala. Vertigo serta

nistagmus horisontal dan rotational. Ataksia apendikuler atau trunkat. Palsi N kranialis

dan kortikospinal dapat muncul belakangan.

AIN TUMO

Gambar 1. Tampak lateral, defisit neurologis akibat tumor di berbagai tempat

Page 9: Tugas Tumor Intrakranial

Gambar 2. Tampak Medial, defisit neurologis akibat tumor di berbagai tempat

c. Gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor (False localizing signs)

Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi

tempat yang didudukinya. Keadaan ini sering sebagai akibat dari peningkatan tekanan

intrakranial. Saat tekanan meningkat pada beberapa kompartemen di otak, tumor mulai

memencarkan jaringan, namun pemencaran ini juga terjadi di tempat yang jauh dari tumor,

keadaan inilah yang memberikan gambaran false localizing signs, yaitu:

Page 10: Tugas Tumor Intrakranial

Kelumpuhan nervus kranialis, yang sering terkena adalah nervus 6, sebab nervus ini

merupakan nervus yang paling panjang di intrakranial. Hal ini juga terjadi akibat penekanan

ligamentum petrosal akibat peningkatan TIK.

Invasi tumor difus pada lobus frontal atau korpus kalosum menyebabkan ataksia pada pola

jalan (frontal ataxia) yang sukar dibedakan dengan gejala ataxia serebelar. Dismetria pada

anggota gerak yang mengalami kelemahan dan disartria kortikal dapat pula salah didiagnosis

sebagai penyakit serebelar. Nistagmus jarang ditemukan pada tumor frontal atau kalosal, dan

tidak adanya nistagmus pada lesi supratentorial dapat merupakan titik yang penting untuk

membedakannya.

Kompresi pada pedunkulus serebri oleh tepi bebas tentorium serebeli yang sifatnya

kontralateral terhadap hemisfer serebri yang mengalami herniasi (sindroma Kernohan’s

notch) dapat menyebabkan hemiparesis terlokalisir palsu yang bersifat ipsilateral lesi.

Kompresi atau invasi dan status hiperkoagulabilitas yang berhubungan dengan sifat

keganasan atau terapinya dapat menyebabkan infark atau perdarahan yang jauh dari lokasi

tumor. Sebagai contohnya, infark korteks oksipital yang dapat terjadi akibat kompresi arteri

serebral posterior selama herniasi transtentorial.

IV. Patofisiologi

Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara

sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang

mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan

neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).

Page 11: Tugas Tumor Intrakranial

Tumor otak

Oedema otak Peningkatan massa Obstruksi cairan otak cerebrospinal

Perubahan suplai HidrosefalusDarah ke otak Kompensasi

1. Vasokontriksi pemb.drh otak2. Mempercepat absorpsi

Cairan serebrospinalisNekrosis jaringan

Kehilangan fungsi Gagal secara akut

Kejang Peningkatan TIK Nyeri

Perubahan perfusi jaringan otak

a. Nyeri kepalab. Mual muntah proyektil c. Hipertensid. Bradikardie. Kesadaran menurun

V. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik dan neurologis

2. Pemeriksaan lapang pandang

3. MRI

4. Pemeriksaan sinar X kepala

5. Fungsi Lumbal

6. EEG

7. Echoencepalografi

8. CT Scan

Page 12: Tugas Tumor Intrakranial

9. Angiografi cerebral

VI. Komplikasi Yang Mungkin Muncul

Herniasi

Peningkatan Tekanan Darah

Kejang

Defisit Neurologis

Peningkatan TK

Perubahan fungsi pernafasan

Perubahan dalam kesadaran

perubahan kepribadian

VII. Penatalaksanaan

Tumor otak yang tidak diobati menunjukkan arah kematian, salah satu akibat dari

peningkatan TIK atau kerusakan otak yang disebabkan tumor. Pasien tumor otak harus

dievaluasi dan diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis.

Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor, salah satu variasi

pengobatan dapat digunakan  pendekatan spesifik bergantung pada tipe tumor, lokasi dan

kemungkinan untuk dicapai dengan mudah. Kombinasi ini dapat digunakan sebagai

modal

1. Pendekatan Pembedahan Konvensional ( Kraniotomi)

Pendekatan ini digunakan untuk mengobati pasien meningioma, neuroma akustik,

astrositoma kistik pada serebelum,  kista koloid pada ventrikel ketiga, tumor

konginetal (kista dermoit, glanuloma). Untuk pasien –psien dengan glioma maligna,

pengangkatan tumor secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat

masuk akal dengan tindakan yang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan

nekrotik, dan mengurangi bagian yang besar dari tumor.

2. Pendekatan Stereotaktik.

Dapat digunakan Laser dan radiasi, radioisotop (131I) dapat ditempelkan langsung

kedalam tumor untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor (brakhiterapi)

sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak disekitarnya.

Page 13: Tugas Tumor Intrakranial

3. Penggunaan Pisau Gamma U/ bedah Radio.

Untuk tumor yang tidak dapat dimasukkan obat, tindakan tersebut sering dilakukan

sendiri. Keuntungan metode ini : tidak membutuhkan insisi pembedahan,

kerugiannya : waktu lambat diantara pengobatan dan hasil yang diharapkan.

4. Kemoterapi dan Radiasi Eksternal.

Hal ini bisa digunakan dengan satu model atau kombinasi. Terapi radiasi merupakan

dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali

tumor yang tidak lengkap.

Page 14: Tugas Tumor Intrakranial

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

a. Identitas  a)       Nama : Tn. H

Umur : 35 thJenis kelamin : laki-lakiStatus perkawinan : menikah

b) Diagnosa medis : Tumor pada intrakranial

                                        :b. Riwayat  Penyakit Sekarang

Pasien tidak sadar selama 1 hari, salah satu ekstremitas menjadi lemah, bicaranya menjadi pelo.

c. Riwayat Penyakit DahuluPasien sering merasa pusing dalam 3 bulan terakhir, pasien suka merokok.

d. Pemeriksaan Fisik 1. Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang

bersifat carcinogenik.

2. Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan

penglihatan atau penglihatan double.

3. Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.

4. Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.

5. Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.

6. Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.

7. Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.

8. Brain

terdapat lesi multiple, terdapat edema disekitar lobus frontalis kanan dan kiri

disertai dengan herniasi subfalcin, penurunan kesadaran.

9. Bone adanya reflek babinsky pada ekstremitas kanan.

10. Adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam),

agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu

menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).

Page 15: Tugas Tumor Intrakranial

11. Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan,

kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan,

adanya perubahan peran.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor

2. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan

mengenal informasi

III. Intervensi

a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh

tumor. 

Data penunjang: perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan

respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital. 

Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adanya tanda

– tanda peningkatan Tekanan Intra Kranial. 

Intervensi & Rasional 

1. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar. 

R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningkatan

TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan

kerusakan SSP. 

2. Pantau tanda vital tiap 4 jam. 

R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil.

Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal

dan menyeluruh. 

3. Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300. 

R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan

menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK. 

4. Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan

membran mukosa. 

Page 16: Tugas Tumor Intrakranial

R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan

perfusi jaringan. 

5. Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses

yang dipaksakan/mengejan. 

R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang

dapat meningkatkan TIK. 

6. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah

laku yang tidak sesuai lainnya. 

R/ Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau

menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya

secara verbal.

b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial. 

Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku

tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur. 

Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien

menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan. 

Intervensi & Rasional 

1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang

memperburuk dan meredakan. 

R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien.

Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal

yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi

keefektifan dari terapi yang diberikan. 

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,

menangis/meringis, perubahan tanda vital. 

R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. 

3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri

timbul. 

R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi

beratnya serangan. 

Page 17: Tugas Tumor Intrakranial

4. Berikan kompres dingin pada kepala. 

R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.

c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d

ketidakmampuan mengenal informasi.

Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan

mengikuti instruksi, perilaku yang tidak tepat. 

Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi

dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat. 

Intervensi & Rasional 

1. Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui. 

R/ Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembnag ke arah

proses penyembuhan. 

2. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi. 

R/ Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah

berulangnya serangan. 

3. Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal. 

R/ Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat

menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti. 

4. Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya. 

R/ Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak

mengenali bentuk terapi yang lain.

Page 18: Tugas Tumor Intrakranial