Download doc - Tugas Mata Sella

Transcript
Page 1: Tugas Mata Sella

Nama : Krissi Stiffensa NIM : 102010125

Tugas Mata Blok 29

Glaucoma Akut Riwayat klinis

- Nyeri, merupakan tanda khas pada serangan akut yang terjadi secara mendadak dan sangat nyeri pada mata di sekitar daerah inervasi cabang nervus kranial V

- Mual, muntah dan lemas, hal ini sering berhubungan dengan nyeri- Penurunan visus secara cepat dan progresif, hiperemis, fotofobia yang terjadi

pada semua kasus- Riwayat penyakit dahulu, kira-kira 5% pasien menyampaikan riwayat khas

serangan intermiten dari glaukoma sudut tertutup sub akut

Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang dilakukan pengukuran dengan tonometry Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.

Diagnosis : Glaukoma akut merupakan salah satu glaukoma sudut tertutup primer. Glaukoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris terdorong atau menonjol kedepan maka outflow humor akuos akan terhambat, keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Jika penutupan sudut mendadak, maka gejala yang ditimbulkan sangat berat : nyeri pada mata, sakit kepala, pandangan kabur, haloe, mual, dan muntah.

Diagnosis banding : - Glaukoma sekunder sudut tertutup, karena intumesen (membengkak) atau

dislokasi- Glaukoma neovaskular, kadang-kadang dapat terjadi serangan akut yang

menyebabkan nyeri dan kongesti- Glaukomatosiklitik krisis, yang disebabkan karena meningkatnya tekanan

intraokular berat, yang mengakibatkan nyeri dan haloe

Terapi Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan gonioskopi setelah pengobatan medikamentosa.

Ulkus Kornea Riwayat klinis

Mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat cahaya, kelopak terasa berat, riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang.

Pemeriksaan MataPemeriksaan fisik: Ketajaman penglihatan menurun, Tes refraksi, Tes air mata, Pemeriksaan slit-lamp, Keratometri (pengukuran kornea), Respon reflek pupil, Hiperemis.

Page 2: Tugas Mata Sella

Pemeriksaan penunjang: Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi dan goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).

DiagnosisUlkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.

Diagnosis banding:Ruptur kornea, keratitis sel

TerapiIrigasi RL – Povidon iodine 0,5% 2x1, Vitamin C tablet 2x500 mg, Asam mefenamat 3x500mg, Sulfas atropin 1% 2x gtt I OS, Cen fresh ED gtt 1/jam OS, Gentamisin ED gtt 1/jam OS.

Endoftalmitis Riwayat klinis

Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa: nyeri pada bola mata, kemerahan pada sklera, fotofobia (peka terhadap cahaya), gangguan penglihatan, penurunan tajam penglihatan, mata terasa bengkak, kadang sulit dibuka.

Pemeriksaan MataPemeriksaan fisik: Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang terkena dan derajat infeksi/peradangan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa: Udem Palpebra Superior, Injeksi Konjungtiva, Hipopion, Udem Kornea, Vitritis, Discharge Purulen, Kemosis Pemeriksaan penunjang: Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam – 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari : Cairan dari COA dan corpus vitreous , Pemeriksaan daerah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin, USG mata, dan Kultur darah, urin, LCS, sputum.

DiagnosisEndoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan mata yang berat dapat berakibat hilangnya penglihatan ataupun dapat berdampak hilangnya fungsi estetik mata. Hal ini dapat terjadi akibat respon mediasi system imun terhadap antigen (sterile endophthalmitis) ataupun akibat dari suatu infeksi bakteri atau jamur atau keduanya.

Diagnosis Banding: Toxic anterior segment syndrome (TASS) dan Keratitis.

Terapi- intravitreal antibiotik : Vancomicin 1 mg dalam 0,1 ml + ceftazidine 2,25 mg dalam

0,1 ml- Antibiotik topikal : vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml)

o Antibiotik sistemik : ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3 hari, diikuti 500 mg oral BD selama 6-7 hari

o Anti fungal : Ketokonazole, fluconazole, itraconazole

Page 3: Tugas Mata Sella

o Terapi steroid: dexamethasone intravitreal 0,4 mg dalam 0,1 mlo Terapi suportif: Siklopegik, disarankan tetes mata atropin 1% atau

hematropine 2% 2-3 hari sekali .

Trauma Tembus Bola Mata Riwayat Klinis

- Tajam penglihatan yang menurun - Tekanan bola mata rendah- Bilik mata dangkal- Bentuk dan letak pupil yang berubah- Terlihatnya rupture pada kornea atau sclera- Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca,

atau retina- Konjungtiva kemotis

Pemeriksaan Mata Trauma tembus mungkin dapat tampak dengan mudah atau tertutupi oleh luka

yang lebih superficial sehingga sebaiknya dicari dengan teliti. Hindari memberikan tekanan pada bola mata yang mengalami trauma tembus

untuk mencegah mengalir keluarnya cairan bola mata. Pemeriksaan segmen posterior mungkin sulit dilakukan karena trauma yang

terjadi dapat menghalangi pemeriksaan segmen posterior. Pemeriksaan harus dilakukan dengan sistematis dengan tujuan mengidentifikasi

dan melindungi mata. Hindari manipulasi mata yang berlebihan untuk pemeriksaan untuk menghindari

kerusakan lebih lanjut dan minimalisasi kemungkinan ekstrusi intraokular.

Tajam penglihatan dan gerak bola mata: Periksa tajam penglihatan kedua mata. Tajam penglihatan dapat turun banyak. Periksa gerak bola mata kedua mata, jika terganggu harus dievaluasi

kemungkinan adanya fraktur orbita.

Bola Mata Harus dievaluasi apakah ada deformitas tulang, benda asing dan gangguan

kedudukan bola mata. Benda asing yang menembus bola mata harus dibiarkan sampai tindakan bedah. Apabila terdapat trauma tembus bola mata dapat timbul enoftalmus.

Kelopak mata Trauma kecil pada kelopak mata tidak menyingkirkan kemungkinan adanya

trauma tembus bola mata. Perbaikan kelopak harus ditunda sampai kemungkinan adanya trauma tembus

bola mata dapat disingkirkan.

Konjungtiva Perdarahan konjungtiva yang berat dapat mengindikasikan adanya ruptur bola

mata. Laserasi konjungtiva bisa terjadi bersamaan dengan trauma sklera yang serius.

Kornea dan sklera. Luka tembus kornea atau sklera merupakan suatu trauma tembus bola mata,

dapat diperiksa dengan Seidel’s Test.

Page 4: Tugas Mata Sella

Pada luka tembus kornea dapat terjadi prolaps iris. Laserasi pada kornea dan sklera bisa menunjukkan adanya perforasi bola mata dan harus dipersiapkan untuk ditatalaksana di ruang operasi.

Prolaps iris dengan laserasi kornea bisa terlihat diskolorasi gelap pada daerah trauma

Penonjolan sklera merupakan indikasi ruptur dengan ekstrusi isi okular Tekanan intraokular biasanya rendah akan tetapi pemeriksaan tekanan bola mata

dikontraindikasikan untuk mencegah penekanan bola mata.

Pupil Periksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan RAPD. Adanya deformitas bentuk pupil dapat menjadi tanda adanya trauma tembus bola

mata. Pupil biasanya midriasis.

Lensa Dapat timbul dislokasi lensa.

Bilik Mata Depan Pemeriksaan slit lamp pada pasien yang kooperatif bisa menunjukkan kelainan

yang berhubungan dengan seperti defek transiluminasi iris (red reflex gelap karena perdarahan vitreous), laserasi kornea, prolaps iris, hifema dari disrupsi siliar dan kerusakan lensa termasuk dislokasi atau subluksasi

Bilik mata yang dangkal bisa jadi merupakan satu-satunya tanda adanya ruptur bola mata dan merupakan petanda prognosis buruk. Ruptur posterior bisa terjadi dan ditunjukkan dengan bilik mata depan yang dalam karena adanya ekstrusi vitreous ke segmen posterior

Temuan lain Adanya reflex fundus negatif akibat perdarahan vitreus dapat menjadi tanda

adanya trauma tembus bola mata. Ditemukannya prolaps uvea pada permukaan bola mata merupakan tanda trauma

tembus bola mata. Pada trauma tembus dapat juga ditemukan hifema. Perdarahan vitreous setelah trauma menunjukkan adanya robekan retina atau

khoroid avulsi nervus optikus atau benda asing. Robekan retina, edema, pelepasan retina dan perdarahan bisa mengikuti ruptur

bola mata.

DiagnosisTrauma Tembus Bola Mata trauma Salah merupakan trauma mata yang menyebabkan kerusakan pada keseluruhan ketebalan dinding bola mata (full-thickness wound of the eyewall). Trauma tembus merupakan trauma mata terbuka (open globe injury) yang mengenai bola mata, sedangkan trauma mata tertutup merupakan luka penetrasi yang mengenai kornea. Trauma mata terbuka dapat berupa ruptur (diakibatkan benda tumpul) atau laserasi (luka penetrasi/tembus, perforasi, benda asing intraokular). Luka laserasi merupakan luka yang memiliki jalur masuk sedangkan luka perforasi merupakan luka dengan jalur masuk dan jalur keluar. Trauma tembus merupakan trauma laserasi tunggal akibat benda tajam.

Diagnosis banding : Trauma tumpul pada bola mata, trauma tumpul pada retina dan koroid

Terapi

Page 5: Tugas Mata Sella

o Trauma tembus bola mata, walaupun masih berupa kecurigaan langsung dipakaikan pelindung mata. Tidak diperbolehkan untuk memerban ataupun memberikan salep pada mata. Perlu dilakukan pemeriksaan imaging berupa foto x-ray atau CT scan. Ini merupakan kasus rujukan

o Benda asing di kornea atau konjungtiva. Adanya benda asing pada kornea dan konjungtiva memerlukan anestesi topikal yang diikuti dengan pengambilan benda asing baik dengan irigasi atau dengan aplikator berujung kapas.

o Abrasi kornea. Langkah yang dapat dilakukan adalah pemberian anestesi topikal, lakukan pemeriksaan secara menyeluruh termasuk pewarnaan dengan florescen, berikan antibiotik tetes dan siklopegik tetes untuk mengurangi sakit, tutup mata dengan peban yang lunak namun ketat untuk menjaga agar mata tetap tertutup, dan ujuk ke spesialis mata.

o Laserasi kelopak mata. Dapat dijahit sendiri jika tidak dalam dan luka tidak mengenai margo palpebra atau kanalikuli. Jika luka dalam dan mengenai margo palpebra atau kanalikuli, maka harus dirujuk ke spesialis mata.

Trauma Kimia (asam dan basa) Riwayat Klinis

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora, blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.- Pada trauma asam : menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana yang nantinya

akan cenderung untuk masuk ke bilik depan mata dan bisa menimbulkan katarak, hiperemis, pupil yang melebar karena peningkatan tekanan intra ocular

- Pada trauma basa :a. Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)b. Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan

terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)c. Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris

tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)d. Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus

(prognosis sangat buruk) Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang

Diagnosis Trauma Kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk : trauma asam dan trauma basa atau alkali. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah kimia tersebut mengenai mata. Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat dapat merusak dan menembus bola mata. Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organic (asetat, forniat), dan organik anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai bola mata, maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi, maka tidak akan bersifat destrukstif seperti

Page 6: Tugas Mata Sella

trauma alkali. Biasanya, akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superficial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti trauma basa sehingga, kerusakan yang diakibatkan akan lebih dalam. Trauma akibat bahan kimia basa dapat mengakibatkan kegawatan pada mata. Alkali dapat menembus dengan cepat ke kornea, bilik mata depan dan sampai jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses pesabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus kedalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.

Diagnosis Banding : Konjungtivitis, konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea

Terapi Penangganan Trauma Asam : Pada saat mata terkena asam di tempat kejadian, tindakan pertama yang harus diambil adalah dengan irigasi bagian mata yang terkena dengan menggunakan air keran yang mengalir atau menggunakan garam fisiologis jika ada selama 15-30 menit. Pada saat di rumah sakit, dapat diberikan anestesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3% dan kemudian bisa diberi antibiotic. Pada trauma asam, karena terbentuknya barrier proteksi, mata yang terkena pada dasarnya akan kembali normal.Penanganan Trauma Basa : Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan. Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan).

Medika Mentosa : Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg. Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi

Page 7: Tugas Mata Sella

pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).

Hifema Riwayat klinis

Adanya trauma tumpul yang mengenai mata. Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila psien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.

PemeriksaanPemeriksaan oftamologis dilakukan secara menyeluruh, meliputi pemeriksaan visus, lapang pandang, gerakan bola mata, mata bagian anterior dan posterior serta TIO. Pemeriksaan pada mata bagian anterior diharapkan bisa memberikan assessment mengenai grading hifema.

Diagnosis : HifemaPada pasien hifema umumnya akan datang dengan keluhan perdarahan atau adanya darah pada bagian tengah mata. Keluhan tersebut dapat disertai dengan nyeri pada mata, gangguan penglihatan, dan sensitive terhadap cahaya. Bila terdapat riwayat trauma, perlu ditanyakan mekanisme kejadian, jenis objek yang mengenai mata, arah terjadinya benturan, dan penggunaan pelindung mata saat kejadian. Riwayat penyakit mata perlu ditanyakan terutama mengenai penyakit yang memengaruhi tekanan intraokuler.Hifema merupakan suatu kondisi dimana terdapat akumulasi darah di bilik mata depan. Hal ini paling sering disebabkan oleh trauma tupul kepada mata. Trauma ini akan menginduksi robeknya pembuluh darah pada irirs atau badan silier. Hifema dapat juga disebabkan oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi, adanya kanker, atau kelainan vaskuler lain.

Diagnosis banding : Erosi kornea, herpes simplek keratitis, komplikasi glaucoma

TerapiPengobat dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30o

pada kepal, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Asetazolamida diberikan bila terjadi penyulit glaucoma. Pembedahan dilakukan dengan parasentesis dengan membuat insisi pada kornea sepanjang 2 mm dari limbus kearah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Kemudian dilakukan penekanan pada bibir luka sehingga koagulum/ darah pada bilik mata depan keluar. Bila tetap tidak keluar maka dapat dibilas/ dilakukan irigasi dengan garam fisiologis. Luka insisi ini tidak perlu dijait.

Korpus Allienum Konjungtiva dan Kornea Riwayat Klinis

Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+).

Diagnosis Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan :• Anamnesis kejadian trauma

Page 8: Tugas Mata Sella

• Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata• Pemeriksaan dengan oftalmoskop• Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma• Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita

Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya. Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu :• Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga• Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian• Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak

menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan porselin

• Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari :• Besarnya corpus alienum,• Kecepatan masuknya,• Ada atau tidaknya proses infeksi,• Jenis bendanya.Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.

Diagnosis Banding : Corpus Alienum kornea et ‘grass’ dan Corpus Alienum palpebral superior.

PenatalaksanaanPenatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut. Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua.Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant

Page 9: Tugas Mata Sella

magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi.

Trauma Radiasi Sinar Las Riwayat klinis

Gambaran klinis :- Nyeri- Mata merah- Tanda-tanda iritasi- Keluarnya air mata yang berlebihan- Ketidakmampuan mempertahankan membuka kelopak mata- Merasa ada sesuatu pada mata- Pembengkakan kelopak mata- Penglihatan kabur

Diagnosis :Trauma radiasi sinar lasSinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapat bersifat permanen. Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan rusaknya retina dengan gambarandilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat. Atrofi sel goblet pada konjungtiva juga dapat terjadi dan mengganggu fungsi air mata.Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :

Palpebra : Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis (tidak dapat membuka sempurna) yang permanent

Saluran Lakrimalis : Dapat merusak sistem pengaliran air mata di pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.

Congjungtiva : Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva

Sklera : Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.

Kornea : Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus. Pada trauma tumpul dapat menimbulkan edema kornea dengan keluhan penglihatan kabur, terlihat pelangi di sekitar cahaya, kornea keruh. Dapat pula terjadi erosi/abrasi dan laserasi kornea tanpa disertai tembusnya kornea. Jika tidak merusak membrane bowman atau stroma, maka trauma cepat sembuh tanpa meninggalkan gangguan penglihatan. Bahaya utama adalah infeksi karena hilangnya barier alami yaitu epitel kornea.

Lensa : Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tidak adekuat. Dapat juga menimbulkan subluksasi (perpindahan tempat) lensa mata bahkan luksasi lensa mata dengan penyulit glaucoma sekunder dan inflamasi intraokuler/jaringan uvea (iridosiklitis). Rupture tidak langsung pada kapsul lensa dapat menyebabkan katarak traumatic yang akan menyebabkan pengurangan tajam penglihatan sampai kebutaan.

Iris : Jika terjadi trauma pada bagian ini dapat menimbulkan hifema (darah dibilik mata depan) akibat robekan iris atau badan silier. Hifema biasanya

Page 10: Tugas Mata Sella

mengalami penyerapan spontan, tetapi jika hifema penuh dan penyerapan sukar, dapat menimbulkan glaucoma sekunder dan hemosiderosis kornea. Kornea akan mengalami perubahan warna karena resapan darah yang disebut imbibisi bubi. Jika dibiarkan akan berakhir dengan kebutaan (ftisis bulbi). Jika trauma bersifat ringan, pupil akan menyempit karena kontraksi m. sfingter pupil. Jika trauma berat, akan terjadi kelumpuhan m. sfingter pupil sehingga pupil akan melebar dan reaksi terhadap cahaya menjadi lambat atau hilang. Trauma juga menyebabkan iris terlepas dari insersinya (iridodialisis) sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal pupil terbentuk lubang baru.

Pupil : Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis

Retina : Bila terjadi trauma dapat menyebabkan edema macula retina (commotion retinae atau edema Berlin)dapat terjadi karena terkumpulnya cairan dijaringan subretina dengan keluhan skotoma sentral. Robekan retina hamper selalu diikuti lepasnya retina (ablasio retina) ditandai dengan tajam penglihatan menurun, adanya fotopsia (kilatan cahaya), lapang pandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata.

Diagnosis Banding: Trauma tumpul, Trauma tembus, Tauma kimia, Trauma radiasi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dilakukan pada visus (menurun atau tidak ada), gerakan bola mata (dapat terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan bola mata), pupil (reaksi pupil tehadap cahaya melambat atau hilang, bentuk pupil berubah [tidak bulat pada iridodialisis, melebar pada rupture iris]), TIO (meningkat pada hifema atau hernia badan kaca), pemeriksaan khusus (sinar-X, computed tomography, USG).

Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina.

Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat “scanning” dari organ tersebut

Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg)

Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi. • Pemeriksaan Laboratorium, seperti : SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi

sekunder. • Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.• Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi,

maupun funduskopi

Ablasi retina Riwayat klinis

Pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir menganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatan akan menurun.

Page 11: Tugas Mata Sella

PemeriksaanPada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-putus.

Diagnosis Ablasi retina merupakan kelainan retina dimana lapisan kerucut dan batang retina terpisah dari sel epitel pigmen retina. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepassecara embriologis. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koloid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina yang mendapat makannya dari pembuluh darah koloid yang jika berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

Diagnosis banding : Retinoschisis degenerative, ablasi koroid, melanoma koroid yang ganas.

Terapi Pada pasien dengan ablasi retina maka secepatnya dirawat untuk dilakukan pembedahan oleh dokter mata