Transcript

4

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Sawah

Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk famili Graminae dan subfamili

Oryzae.Berdasarkan morfologinya, padi dapat digolongkan menjadi tiga

subspecies yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.Perbedaan yang menonjol dari

subspecies Japonica dan Indica adalah perbedaan ukuran butiran. Japonica

memiliki ukuran butiran yang pendek membulat sedangkan Indica memiliki

bentuk memanjang. Rasio panjang dan lebarJaponica lebih kecil dari 2.0 dan

panjang butiran antara 6.7-7.7 mm sedangkan Indicamemiliki rasio panjang dan

lebar yaitu 7.7 mm atau lebih dan 2.1 hingga 4.0 (Patiwiri, 2006).

Varietas-varietas yang ada di Indonesia umumnya termasuk subspecies

Indica yang diseb Selain itu, di Indonesia juga

terdapat varietas padi kelompak sub-Japonica atau Indo-Japonica yang lebih

dikenal dengan nama varietas bulu atau varietas gundil (Siregar,1981). Varietas

padi yang ada sebelumnya memiliki beberapa kelemahan seperti rentan hama

sehingga IRRI mengembangkan varietas modern. Pengembangan tersebut

ditujukan untuk memperoleh butir yang berkualitas tahan terhadap penyakit,

toleran terhadap lingkungan dan mempunyai umur pendek (Dalrymple, 1981).

Sejak berkecambah hingga panen tanaman padi membutuhkan waktu 3-6

bulan (tergantung jenis dan varietas) yang terbagi dalam tiga fase pertumbuhan

yaitu fase vegetative, fase reproduktif, dan fase pemasakan. Fase vegetatif

tanaman dimulai dari perkecambahan biji sampai inisiasi malai. Fase reproduktif

dimulai dari masa inisisasi malai sampai pembentukan bunga (flowering) . Fase

pemasakan (ripening) dimulai dari pembungaan sampai biji masak penuh siap

dipanen (De Datta, 1985).

Varietas Ciherang adalah hasil persilangan antara varietas IR64 dengan

beberapa varietas/galur padi . Sebagian sifat IR64 juga dimiliki oleh Ciherang,

termasuk hasil dan mutu berasnya yang tinggi. Bentuk tanaman dari Ciherang

tegak, posisi daun tegak, anak produktif 14 17 batang, rata- rata produksi 6

5

ton/ha, potensi hasil 5.8 ton/ha, bobot 1000 butir 27-28 g dan umur 116- 125 hari

(Lesmana etal., 2004).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi secara umum

terbagi atas dua macam faktor yaitu faktor luar (eksternal) yang berupa faktor

lingkungan dan faktor dalam (internal) berupa faktor genetik dan hormonal.

Faktor luar atau lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi

antara lain intensitas cahaya matahari, suhu, air dan unsur hara atau nutrisi.

Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi tanaman padi yaitu hormon

pertumbuhan seperti auksin, giberilin,sitokoinin, asam absisat dan lain-lain. Selain

hormon pertumbuhan, faktor dalam lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan

tanaman padi adalah faktor genetik atau faktor keturunan (Grist, 1974 ; Gardner

et.al., 1991).

Zat Pengatur Tumbuh

Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan

kimiawi (Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi

hewan. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan majunya industri

kimia maka ditemukan banyak senyawa-senyawa yang mempunyai pengaruh

fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini

pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman. Tentang

senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore mencirikannya

sebagai berikut :Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik bukan

nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian

tertentu, pada umumnya ditranslokasikan kebagian lain tanaman dimana senyawa

tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan

morfologis.Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang

dalam konsentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara

kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Inhibitor adalah

senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak ada

selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan (Widyastuti dan

Tjokrokusumo, 2001).

6

Zat pengatur tumbuh menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat

kepada sel target untuk membelah atau memanjang. Beberapa ZPT menghambat

pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangna sel.

Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan

perkembangan sel-sel tumbuhan dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal

tranduksi pada sel target. Lintasan ini menyebabkan respon selular seperti

mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim serta

mengubah membran. Pengaruh dari suatu ZPT tergantung pada spesies tumbuhan,

situs aksi ZPT pada tumbuhan dan konsentrasi ZPT (Wattimena,1988).

Aplikasi zat pengatur tumbuh pada tanaman merupakan salah satu usaha

untuk memaksimalkan hasil tanaman. Zat pengatur tumbuh yang disintesis di

dalam tanaman sendiri disebut fitohormon (hormon tanaman) yaitu senyawa yang

mengawali reaksi-reaksi biokimia dalam tanaman sehingga memacu berbagai

proses fisiologi dan morfogenesis tanaman. Zat Pengatur Tumbuh didefinisikan

sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang mempunyai aktifitas kerja yang sama

dengan hormon tanaman dalam konsentrasi tertentu dapat mendorong,

menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan

tanaman (Widyastuti dan Tjokrokusumo, 2001; Hartanto, 2007).Zat pengatur

tumbuh dapat digunakan untuk mengubah pertumbuhan dan perkembangan

tanaman serta meningkatkan bagian tanaman yang dipanen sebagai komponen

hasil (Wattimena, 1988).

Difenokonazol

Senyawa Difenokonazol selama ini dikenal sebagai fungisida sistemik

untuk berbagai jenis tanaman, namun belakangan diketahui bahwa senyawa ini

memiliki fungsi lain, yaitu sebagai ZPT tanaman. Pada konsentrasi rendah

senyawa ini diidentifikasi memiliki efek sebagai growth retardanyang termasuk

golongan Triazol yaitu zat penghambat tumbuh (Wattimena, 1988). Zat

penghambat tumbuh merupakan salah satu golongan ZPT yang memiliki

mekanisme menekan pertumbuhan vegetatif, menghambat penuaan (senessence)

dan meningkatkan pertumbuhan organ-organ khusus. Penghambatan

senessenceberarti akan memperbanyak fotosintat yang dapat diproduksi tanam,

7

sedangkan penghambatan tumbuh bagian vegetatif tanaman akan mengurangi sink

vegetatif sehingga organ reproduktif dapat berkembang lebih baik.

Difenokonazol memiliki peranan sebagai fungisida yang mengendalikan

penyakit hawar pelepah serta bercak coklat sempit. Dari hasil pengamatan dan

analisis statistik percobaan yang dilakukan Sugiyanta (2010)menunjukkan bahwa

aplikasi Difenokonazol belum cukup mampu untuk meningkatkan pertumbuhan

maupun hasil tanaman padi sawah. Mekanisme kerja ZPT golongan Triazol

adalah menghambat senessence berarti akan memperbanyak fotosintat dan

mengarahkan fotosintat lebih banyak ke pembentukan dan perkembangan bulir

padi. Zat pengatur tumbuh ini dapat pula berperan sebagai fungisida yang

menghambat pertumbuhan penyakit yang disebabkan oleh cendawan (Wattimena,

1988).

Ziram

Ziram merupakan zat pengatur tumbuh golongan Auksin yang fungsi dan

cara kerjanya sama dengan Auksin.Auksin pertama kali ditemukan oleh F.W

Went pada tahun 1928. Ia mengemukakan Ohne wuchsstoff kein

wachtum mbuhan tanpa auksin). Kemudian Kogl dan

Konstermans (1934) dan Thyman (1935) dalam Gardner et al.,(1991)

mengemukakan bahwa Indole Asam Asetat (IAA) adalah suatu auksin. IAA ini

kemudian dikenal sebagai auksin utama dalam tanaman. Menurut Wareing dan

Phillips (1989) bahan dasar auksin pada proses sintesis alami dalam suatu

tanaman adalah asam amino triptopan. Kecepatan transportasi auksin pada organ

tanaman berkisar 6-8 mm/jam, transport auksin ini bersipat basipetal dan pada

beberapa organ seperti akar bersifat akropetal (Wareing dan Phillips, 1989).

Auksin diproduksi dimeristem apikal yang mana fungsi dari Auksin pada tanaman

adalah mendorong pembelahan sel (batang, akar, daun) dan mendorong

pembelahan sel-sel kambium (pertumbuhan sekunder). Auksin juga berfungsi

menghambat pertumbuhan lateral, mengendalikan absisi daun dan pada

konsentrasi tinggi menghambat pembesaran sel-sel akar. Indole Asetic Acid

(IAA) adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat pada tanaman yang mana

telah diketahui bahwa IAA mendorong elongasi sel-sel pada koleoptil dan ruas-

8

ruas tanaman. Auksin didefenisikan sebagai zat pengatur tumbuh yang mendorong

elongasi dari pada golongan koleoptil pada percobaan-percobaan bio-assay

dengan avena atau tanaman lainnya. Elongasi sel terutama terjadi pada arah

vertikal diikuti dengan pembesaran dan meningkatnya bobot basah. Peningkatan

bobot basah terutama oleh meningkatnya pengambilan air oleh sel tersebut.

Peranan IAA dalam proses ini adalah merubah sifat-sifat osmotik dari vakuola

(Wattimena, 1988).

Hormon Auksin ini berperan dalam membantu dalam proses mempercepat

pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,

mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel,

mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Cara kerja

hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein

tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke

dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa

ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel

tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis

(Wattimena, 1988).

Auksin sintetik yang beredar di toko-toko pertaniaan yang fungsinya

digunakan untuk memaju pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi hasil

pertaniaan terutama tanaman pangan. Beberapa contoh auksin sintetik yang

banyak beredar ditoko pertanian seperti 2,4 diklorofenoksi asam asetat (2,4-D),

Fikloram dan Dinitrofenol (Gardner et al., 1991). Aktivitas auksin, pada

konsentrasi yang sangat rendah (sekitar 10-9M), akan berpengaruh terhadap semua

proses fisiologi pada tanaman selama masa pertumbuhan dan perkembangannya,

pembelahan sel, peningkatan respirasi, dan pengambilan ion K+ serta dormansi.

Pada tanaman berkayu auksin berfungsi menginduksi perakaran. Dalam

menginduksi akar tergantung pada konsentrasi auksin yang diberikan.

Konsentrasi yang tinggi akan menghambat perkembangan akar (van der Salm et

al,. 1996).

Pemakaian hormon tumbuhan atau ZPT pada tanaman biasanya dilakukan

dengan penyemprotan kepermukaan daun. Sebelum disemprotkan ke tanaman, zat

pengatur tumbuh tersebut dilarutkan dengan pelarut dengan konsentrasi tertentu

9

sesuai dengan jenis tanaman yang disemprot. Zat pengatur tumbuh tersebut

disemprot ke permukaan daun tanaman dan kemudian masuk kedalam tubuh

tanaman melalui stomata daun. Zat pengatur tumbuh ini kemudian pada

metabolism lebih lanjut digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman tersebut. Pemberian zat pengatur tumbuh yang berlebihan akan

mengakibatkan kerusakan tanaman dan bahkan kematian tanaman itu (Moore,

1985 ; Gardneret al., 1991).

Gambar 1. Molekul Ziram