TINDAKAN SOSIAL KOMUNITAS TASAWUF
UNDERGROUND DI TEBET JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
ISTIQOMAH AISYIYAH
NIM. 1113111000044
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1441 H
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Istiqomah Aisyiyah
NIM : 1113111000044
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
Tindakan Sosial Komunitas Tasawuf Underground Di Tebet Jakarta Selatan
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 6 Mei 2020
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi, Pembimbing,
Dr. Cucu Nurhayati Muhammad Ismail, M.Si
NIP. 197609182003122003 NIP. 1968030811997031001
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
TINDAKAN SOSIAL KOMUNITAS TASAWUF UNDERGROUND DI
TEBET JAKARTA SELATAN
Oleh
Istiqomah Aisyiyah
1113111000044
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Juni
2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua,
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si.
NIP. 197609182003122003
Sekretaris,
Dr. Joharatul Jamilah, M.Si.
NIP. 196808161997032002
Penguji I,
Prof. Dr. H. Yusron Razak. M.A.
NIP. 195910101983031003
Penguji II,
Saifuddin Asrori, M.Si.
NIP. 197701192009121001
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 3 Juni 2020
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si.
NIP.197609182003122003
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa tindakan sosial yang dilakukan oleh Komunitas
Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar khususnya terhadap anak punk
dan anak jalanan. Penelitian ini juga menganalisa tentang pemaknaan jama‟ah
Komunitas Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya yang
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Kerangka teori yang digunakan adalah teori tindakan sosial dan
pemaknaan Max Weber. Penelitian ini mengambil lokasi di Tebet, Jakarta
Selatan.
Temuan dari penelitian ini adalah bahwa Komunitas Tasawuf Underground
merupakan suatu komunitas yang bergerak dalam bidang dakwah keagamaan
Islam yang dibuat pertama kali di media sosial. Komunitas Tasawuf Underground
tidak hanya aktif di media sosial tetapi juga aktif di luar media sosial, yakni
merangkul anak punk dan anak jalanan dengan memberikan pembinaan dan
pemberdayaan.
Tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground dapat dikelompokkan
dalam teori Max Weber tentang empat tipe tindakan sosial. Pertama, tindakan
instrumentalis dapat dilihat dari Komunitas Tasawuf Underground merangkul
anak punk dan anak jalanan untuk mengenalkan konsep Peta Jalan Pulang; jalan
pulang kepada Allah dan jalan pulang kepada keluarga. Kedua, tindakan
berorientasi nilai seperti diberikannya pendidikan moral dan agama.
Ketiga, tindakan tradisional, seperti Komunitas Tasawuf Underground
yang tidak melarang anak punk yang masih mencari nafkah dengan cara
mengamen, bersama-sama melakukan kegiatan tahlilan ketika ada yang
meninggal, tidak memaksakan anak punk untuk merubah penampilan. Keempat,
tindakan afektif seperti menampung beberapa anak punk di rumah singgah dan
memberikan pelatihan-pelatihan sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi.
Sedangkan dalam pemaknaan jama‟ah (anggota dan pengurus) Komunitas
Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya, yakni ajaran
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) berbeda-beda pada setiap
jama‟ah. Perbedaan tersebut lebih kepada makna yang mengandung nilai positif
bagi jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan Skripsi dengan judul: Tindakan
Sosial Komunitas Tasawuf Underground Di Tebet Jakarta Selatan ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan idola sesungguhnya,
sekaligus sang reformasi sejati kehidupan sosial dan politik hidup umat manusia.
Penulisan skripsi ini dalam prosesnya telah dilakukan secara maksimal,
namun penulis menyadari sebagai manusia dengan keterbatasan dan
kekurangannya tentu masih jauh dari kata sempurna. Banyak tantangan dan
rintangan yang dihadapi penulis, begitu juga tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuannya, baik secara moril maupun
materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, diantaranya sebagai berikut:
1. Bapak Prof. Drs. Ali Munhanif, MA, Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi
(FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si,. selaku Sekretaris Program Studi
Sosiologi (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus yang
memberikan saya inspirasi dan selalu memberikan informasi tentang
keakademikan.
vii
4. Bapak Muhammad Ismail, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah berperan sangat penting dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Tidak hanya memberikan masukan dan arahan kepada penulis, namun
juga selalu memotivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu,
motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa perkuliahan.
6. Kedua orang tua penulis yang penulis sayangi, Ibu Umi dan Bapak Nur
yang telah memberikan motivasi, doa dan dukungannya terhadap penulis
dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih Buk, Pak!
7. Teruntuk adik penulis, yaitu Omita Mega Nurtyas (Mita) dan
Muhammad Fauzi Atha (Agil) yang telah menyemangati penulis
sekaligus menghibur penulis dikala bosan dalam menulis skripsi.
8. Keluarga kedua penulis “Daebak Omo” yaitu Shofia Khoerunisa,
Wiqoyatul Amanah, Jita Wanodya dan Titi Tahdinani yang telah
menjadi teman terbaik selama masa perkuliahan dari awal hingga saat
ini dan memberikan waktunya dan tenaganya untuk berdiskusi serta
saling memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. Sukses
selalu, guys!
9. Teman-teman terkhusus Faizah Zatul Hilmi, Novia Sari, Nining Nia dan
Shofia Khoerunisa yang telah membantu penulis baik dalam mengatasi
kendala proses penulisan skripsi maupun pernah membantu penulis di
viii
lapangan. Juga teman-teman yang lain Mba Luluk, Ariani, Desi dan
Anggun yang telah menyemangati penulis.
10. Terima kasih kepada teman-teman Sosiologi B angkatan 2013 yang
telah menjadi rekan diskusi selama ini. Salam sosiobest13!
11. Para informan yang telah meluangkan waktu khususnya Ustadz Halim
Ambiya selaku pendiri Komunitas Tasawuf Underground, relawan-
relawan Komunitas Tasawuf Underground, yaitu Ibu Ani, Ulfa, Dila, Ka
Lilis, Ibu Ile dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
bersedia penulis wawancarai, semua yang telah memberikan informasi
terkait tema skripsi ini serta bersedia berbagi pengalaman kepada
penulis.
Semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis dan dicatat sebagai amal shalih dan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda. Aamin ya robbal alamin. Demikian ucapan
terimakasih ini penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, bidang studi Sosiologi dan semua pihak yang membutuhkannya.
Aamiin.
Jakarta, 6 Mei 2020
Istiqomah Aisyiyah
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
LAMPIRAN ........................................................................................................ xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 6
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 7
E. Kerangka Teoritis ..................................................................................... 14
F. Metode Penelitian ..................................................................................... 19
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 26
BAB II: GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Tasawuf di Indonesia ............................................................................... 27
B. Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) ................................... 31
C. Sejarah Berdirinya Komunitas Tasawuf Underground ........................... 40
D. Tujuan Komunitas Tasawuf Underground .............................................. 45
E. Pengurus dan Anggota Komunitas Tasawuf Underground ..................... 46
x
F. Sumber Dana Komunitas Tasawuf Underground .................................... 47
BAB III: TEMUAN DAN ANALISIS
A. Temuan Penelitian .................................................................................. 48
1. Aktivitas Komunitas Tasawuf Underground di Media Sosial ... 48
2. Tindakan Komunitas Tasawuf Underground di Luar Media Sosial
................................................................................................... 52
3. Bentuk Aktivitas Komunitas Tasawuf Underground ................ 61
a. Pembinaan Keagamaan .................................................. 61
b. Pembinaan Sosial Ekonomi ........................................... 69
c. Pembinaan Kesehatan dan Bantuan Hukum ...................71
B. Analisis Penelitian ................................................................................. 74
1. Tindakan Sosial Komunitas Tasawuf Underground ................. 74
a. Tindakan Instrumentalis ................................................ 75
b. Tindakan Berorientasi Nilai ........................................... 77
c. Tindakan Tradisional ..................................................... 78
d. Tindakan Afektif ............................................................ 79
2. Pemaknaan Jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground Terhadap
Ajaran-Ajaran yang Diikuti ........................................................ 81
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................97
B. Saran ......................................................................................................98
Daftar Pustaka ..................................................................................................xiii
LAMPIRAN .....................................................................................................xvi
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.E.1. Skema Rasionalitas ......................................................................... 19
Gambar II.A.1. Halaman Tasawuf Underground ................................................. 41
Gambar II.A.2. Acara “Ngaji Kebudiluhuran” di Universitas Budi Luhur ........... 42
Gambar III.A.1. Contoh Postingan di Facebook ................................................... 50
Gambar III.A.2. Contoh Postingan di Facebook ................................................... 50
Gambar III.A.3. Contoh Postingan di Instagram ................................................... 51
Gambar III.A.4. Contoh Postingan di Instagram ................................................... 52
Gambar III.A.5. Nongkrong Bareng Anak Punk ................................................... 56
Gambar III.A.6. Menjalin Persahabatan Bersama Anak Punk Dengan Minum
Kopi Bersama ........................................................................................................ 58
Gambar III.A.7. Anak Punk Shalat Berjamaah Di Masjid ..................................... 63
Gambar III.A.8. Pengajian Rutin Jumat-Sabtu di Tebet Jakarta Selatan ............... 64
Gambar III.A.9. Pengajian Rutin Jumat-Sabtu di Tebet Jakarta Selatan .............. 65
Gambar III.A.10. Anak Punk dan Anak Jalanan Berdzikir di TQN Center,
Rawamangun JakartaTimur ................................................................................... 66
Gambar III.A.11. Muhasabah Di Dago Pakar, Bandung ....................................... 68
Gambar III.A.12. Anak Punk Menyablon .............................................................. 70
Gambar III.A.13. Anak Punk Menjadi Barista ...................................................... 71
Gambar III.A.14. Penghapusan Tato Gratis ........................................................... 74
Gambar III.B.1. Ustadz Halim Ambiya ................................................................ 92
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 12
Tabel I.F.1 Daftar Nama Informan Penelitian Tasawuf Underground .................. 21
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Penelitian ini membahas tentang fenomena salah satu komunitas keagamaan
di Indonesia terhadap masyarakat sekitar khususnya terhadap anak punk dan anak
jalanan. Komunitas keagamaan tersebut adalah Tasawuf Underground.
Menariknya, komunitas ini memiliki titik kumpul dan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatannya di Kolong Jembatan Layang (Fly Over) Tebet, tepat berada
di depan Stasiun Tebet Jakarta Selatan. Selain itu, peneliti juga membahas tentang
pemaknaan jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran
yang diikutinya.
Membahas soal anak punk dan anak jalanan keduanya memiliki perbedaan
meski memang sama-sama hidup di jalanan. Anak punk identik dengan
penampilannya. Seperti rambut di mowhak dan di warna-warnai, terkadang
dibagian wajah terdapat tindikan seperti di hidung atau di telinganya, tak jarang
pula bertato, memakai baju yang ketat dan rantai yang menggelantung.
Dalam perkembangannya jumlah remaja punk di Indonesia tidak diketahui
secara pasti, namun sebuah fanzine asal Amerika Profane Existence menulis,
negara dengan perkembangan punk yang menempati peringkat teratas di dunia
adalah Indonesia dan Bulgaria (Anna dkk, 2016: 20).
Sedangkan definisi dari anak jalanan, Departemen Sosial RI mendefinisikan
anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk
2
mencari nafkah, berkeliaran di jalanan atau tempat umum lainnya. UNICEF
memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu anak-anak berumur dibawah 16
tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan
raya (Basthit dan Suyanto, 2015).
Anak punk dan anak jalanan seringkali mendapat stigma buruk oleh
masyarakat karena dianggap kriminal, berpenampilan tidak seperti orang pada
umumnya, perusuh, pemakai, dan sebagainya sehingga meresahkan masyarakat.
Namun, berangkat dari stigma buruk itulah Komunitas Tasawuf Underground
dalam dakwah keagamaannya merangkul anak punk dan anak jalanan. Kemudian
memberikan pembinaan dalam bentuk pendidikan dan pemberdayaan kepada
mereka.
Tasawuf Underground merupakan sebuah komunitas yang bergerak dalam
bidang dakwah keagamaan Islam dan pertama kali dibuat di media sosial. Adapun
pendiri Komunitas Tasawuf Underground adalah Halim Ambiya atau biasa di
sapa dengan Ustadz Halim Ambiya.
Dalam dunia Islam terdapat istilah tasawuf. Tasawuf bukanlah fenomena
baru dan asing. Sejak awal, pesatnya perkembangan Islam dan perlembagaannya
pada abad ke- 13 - 15 M, komunitas-komunitas Islam yang awal telah mengenal
tasawuf sebagai bangunan spiritualitas Islam yang kaya dengan kearifan dan
amalan-amalan yang dapat menuntun para penuntut menuju ilmu suluk
pemahaman yang mendalam tentang tauhid (Misbah, 2011).
3
Tasawuf adalah pendekatan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati
(tafsiat al-Qalbi). Allah Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh
manusia yang suci. Manusia yang suci bukan hanya bias dekat dengan Tuhan,
malah dapat melihat Tuhan (al-Makrifat). Jadi, dengan bertasawuflah cara
mensucikan hati (Cecep, 2014: 10).
Tasawuf mengalami perkembangan makna, yang semula diamalkan secara
individual, seperti yang terjadi di masa awal Islam hingga abad ke- 5. Namun
dengan bertambahnya jumlah pengikut tasawuf, maka secara perlahan terjadi
tranformasi tasawuf dari semata sebagai doktrin menjadi organisasi (tarekat)
sepanjang abad ke- 6 dan hingga saat ini (Hidayat, 2009: 171).
Tarekat inilah yang kemudian diartikan sebagai praktik keagamaan yang
mencoba untuk memasuki dunia tasawuf. Secara epistemologi, tarekat berarti
menjalankan ajaran Islam dengan hati-hati dan teliti dan melaksanakan fadlailu-l-
a‟mal serta bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah seperti mengerjakan shalat
tahajud, shalat sunah rawatib, dan lain-lainnya dan riyadlah seperti aktif berzikir,
istighfar, berpuasa sunah pada hari Senin dan Kamis (Said, 2006: 97- 98).
Martin van Bruinessen berpandangan bahwa tarekat tetap bertahan sebagai
gejala keagamaan walaupun di wilayah pedesaan bahkan sudah menyebar ke kota
(Amir Aziz, 2013: 61). Penyebaran tarekat-tarekat yang sudah memasuki ke
wilayah perkotaan inilah yang kemudian bisa dikatakan sebagai fenomena
masyarakat Islam untuk belajar tasawuf atau tarekat (Anis, 2013: 1).
Alasan peneliti tertarik menjadikan Komuitas Tasawuf Underground
sebagai objek penelitian adalah bahwa komunitas tersebut tidak hanya berdakwah
4
melalui media sosial saja. Tetapi juga melakukan aktifitas-aktifitas di luar media
sosial, yaitu membina anak punk dan anak jalanan.
Sepengetahuan peneliti, komunitas atau kelompok keagamaan yang
bergerak dalam dunia tasawuf itu biasanya kebanyakan adalah kelompok-
kelompok zikir, atau organisasi-organisasi ketarekatan yang berfokus pada
praktik-praktik atau ritual-ritual keagamaannya saja.
Komunitas Tasawuf Underground dalam kegiatannya dibantu oleh para
relawan sosial untuk merangkul dan membina anak punk dan anak jalanan.
Adapun salah satu kegiatan rutin Tasawuf Underground adalah pengajian setiap
hari Jumat dan Sabtu di Kolong Jembatan (Fly Over) Tebet, Jakarta Selatan.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Komunitas Tasawuf Underground atas
kemauan anak punk dan anak jalanan yang ingin belajar agama di mulai dari
dasar, yaitu dengan mengaji Iqro dan Al Quran.
Salah satu penyebab manusia ingin memenuhi kebutuhan spiritulitasnya
adalah modernitas. Sebab modernitas telah memberi ruang bebas kepada manusia
untuk memenuhi dan mengejar kebutuhannya (kebutuhan materi), tetapi di sisi
lain ada yang hilang seiring ambisi mereka untuk mengumpulkan materi. Sesuatu
yang merupakan kebutuhan esensi, kebahagiaan, ketenangan jiwa, dan terasing
dari dunianya sendiri. Untuk itulah, diperlukan sentuhan-sentuhan yang mampu
mengembalikan kepada "dimensi manusia". Salah satunya adalah dengan
sentuhan melalui spiritualitas atau dalam agama Islam dikenal dengan tasawuf
(Misbah,2011).
5
Hal itu yang dirasakan oleh anak punk dan anak jalanan, yakni
membutuhkan sentuhan-sentuhan spiritualitas sehingga mereka sendiri yang
berkeinginan untuk belajar agama dari dasar dengan cara belajar mengaji dibantu
seorang guru. Seperti yang telah dituturkan oleh Pendiri Komunitas Tasawuf
Undergound, yakni Ustadz Halim Ambiya pada sebuah acara talkshow di
Universitas Budi Luhur:
“Ketika dari tiga tahun lalu saya melakukan pendekatan kepada mereka tidak
menggunakan jurus atau ilmu kebidikjayaan tingkat tinggi. Karena mereka sudah
menemukan Tuhan mereka. Saya datang sebagai sahabat dengan ketulusan hati
langsung wellcome. Bukan saya yang nyuruh ngaji, mereka minta ngaji. Karena
sebetulnya mereka haus mereka butuh oase yang selama ini sebetulnya tugas
masjid, tugas gereja, tugas agama, untuk mendekati, untuk merangkul mereka,
tetapi mereka di anak tirikan. (Observasi pada Kamis, 28 Fabruari 2019).”
Pertemuan Komunitas Tasawuf Underground dengan anak punk merupakan
seperti suatu kebetulan bagi mereka yang mempunyai keinginan untuk memenuhi
kebutuhan spiritualnya. Di mana Komunitas Tasawuf Underground sebagai media
dakwah keagamaan yang menjembatani anak punk mengajak mereka kepada jalan
yang benar dengan cara belajar agama guna mendekatkan diri kepada Allah yang
mungkin sebelumnya mereka jauh dari agamanya.
Melihat fenomena yang telah dipaparkan di atas yang menjadi fokus
penelitian ini adalah tentang bagaimana tindakan sosial yang dilakukan oleh
Komunitas Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar melalui media
sosial dan di luar media sosial khususnya tindakan yang dilakukan oleh
Komunitas Tasawuf Underground terhadap anak punk dan anak jalanan. Selain
itu, peneliti juga membahas tentang bagaimana pemaknaan jama‟ah Komunitas
Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya. Yang mana
6
Komunitas Tasawuf Underground baik anggota maupun pengurusnya merupakan
jama‟ah yang mengamalkan ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
(TQN).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan
adalah tindakan sosial dari Max Weber. Tindakan sosial merupakan suatu
tindakan individu yang memiliki arti atau makna (meaning) subjektif bagi dirinya
dan dikaitkan dengan orang lain. Maka dari itu peneliti memberi judul skripsi ini
“Tindakan Sosial Komunitas Tasawuf Underground di Tebet Jakarta
Selatan)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground terhadap
masyarakat sekitar di media sosial dan luar media sosial?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa tujuan dan manfaat yang
hendak dicapai, sebagaimana berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan tindakan sosial Komunitas Tasawuf
Underground terhadap masyarakat sekitar di media sosial dan luar media
sosial.
7
2. Manfaat dari penelitian ini ialah:
a. Dari aspek akademik penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan
pustaka diskursus tasawuf dan komunitas terutama bagi peminat kajian
dalam bidang ilmu Sosiologi dan perkembanganya.
b. Penelitian ini juga diharapkan berguna untuk pihak-pihak yang terkait
yang membutuhkan. Tentang bagaimana tindakan sosial Komunitas
Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar melalui media sosial
dan di luar media sosial.
D. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa hasil kajian berikut penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini baik dari segi permasalahan, konseptual,
metodologi, maupun subjek yang diteliti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh
Moch Dony Dermawan (2018), yaitu “Ritual Manaqib Pada Pengikut Tarekat
Qadariyyah Wa Naqsabandiyah Al- Uthmaniyyah di Pondok Pesantren Assalafi
Al Fitrah Kedinding Surabaya (Studi Fenomenologi Ritual Manaqiban)”.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.
Teori yang digunakan yaitu teori Dramaturgi.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa motif pengikut TQN al- Uthmany
dalam mengikuti ritual manaqiban bias berupa sebab dan akibat dan
diklasifikasikan menjadi dua varian yaitu yang berurusan dengan kelancaran di
dunia dan di akhirat. Makna ritual manaqiban bagi pengikut TQN al- Uthmany
adalah ritual pendatang berkah. Kehidupan beragama pengikut TQN al- Uthmany
8
bias dibilang tidak fanatis (tidak monoton terhadap kehidupan akhirat dan
mengabaikan kehidupan di dunia).
Kedua, penelitian oleh Kholisoh (2015) yang berjudul “Model Tindakan
Sosial Pengikut Tarekat di Tengah Arus Modernisasi (Studi Kasus Jama‟ah
Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah di Pondok Pesantren Qashrul „Arifin”.
Penelitian ini menggunakan Teori Tindakan Sosial dan Teori Rasionalitas dari
Max Weber.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini menjelaskan bahwa
terdapat empat tindakan yang dilakukan oleh pengikut tarekat Naqsyabandiyah
Kholidiyah untuk mempertahankan tarekatnya yang berdiri dalam lingkungan
yang memiliki banyak perubahan atau modernisasi, yaitu (1) tindakan tradisional;
seperti tindakan masyarakat dalam memutuskan menjadi pengikut tarekat.
Tindakan tradisional ini merupakan yang paling dominan dalam empat tindakan
sosial. (2) tindakan instrumental, (3) tindakan tindakan efektual, (4) tindakan yang
berorientasi kepada nilai.
Dapat disimpulkan bahwa pengikut tarekat mampu mengikuti
perkembangan zaman meski keberadannya di desa yang jauh dari perkotaan.
Pengikut tarekat juga mampu mengimbangi antara tarekat dan modernisasi, dan di
era modern ini pengikut tarekat masih sangat membutuhkan tarekat. Tindakan
social pengikut tarekat juga dapat dikelompokkan menjadi empat tipe rasionalitas,
yaitu rasionalitas praktis, rasional subtantif, rasional formal, dan rasional teoritis.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ach. Shodiqil Hafil (2014) yang
berjudul “Studi Atas Zikir Tarekat Masyarakat Urban Jemaah TQN di Jakarta”.
9
Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah masyarakat urban Muslim
Jakarta yang tergabung dalam jama‟ah Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah di
Rawamangun Jakarta Timur. Fokus penelitiannya adalah tentan gajaran dan
amalan zikir dalam Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah serta bagaimana
masyarakat urban Jakarta yang aktif dalam kegiatan tersebut memaknai nilai-nilai
zikir yang diamalkannya.
Dari hasil penelitiannya ternyata masyarakat urban Jakarta yang tergabung
dalam Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah berbeda dalam memaknai (nilai-nilai)
zikir. Ada yang memaknai zikir sebagai ruh dari segala amal ibadah, zikir adalah
menyebut Dhat Allah di mana saja dan adapula yang memaknai zikir sebagai
kebutuhan batin dan nutrisi bagi jiwa.
Selain itu hasil penelitian ini juga mengatakan bahwa adanya koherensi zikir
dalam masyarakat urban Jakarta yang tergabung dalam jemaah Tariqah Qadariyah
Naqshabandiyah. Dan yang terakhir terdapat perbedaan pemahaman dan
pemaknaan yang cukup signifikan antara jama‟ah dengan tingkat keilmuan yang
tinggi dengan jama‟ah yang hanya memiliki pengetahuan sederhana dalam bidang
keagamaan.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi dengan judul Pembinaan
Anak Jalanan Melalui Lembaga Sosial (Studi Kasus Pembinaan Anak Jalanan di
Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi di Pasar Minggum Jakarta Selatan).
hasil penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif kualitatif ini adalah
bahwa Pola pembinaan yang dilakukan Yayasan Bina Anak Pertiwi adalah dengan
pendekatan kekeluargaan. Bentuk-bentuk pembinaannya seperti pembinaan
10
keterampilan dan skill, pembinaan yang melibatkan tokoh masyarakat, pembinaan
yang melibatkan kepolisian, pembinaan yang melibatkan dinas kesehatan. Dan
terdapatnya perubahan-perubahan yang terjadi pada anak binaan setelah mendapat
pembinaan dari Yayasan Bina Anak Pertiwi.
Kelima, Ida Munfarida yang berjudul Nilai-Nilai Tasawuf dan Relevansinya
Bagi Pengembangan Etika Lingkungan Hidup. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah penelitian kepustakaan dengan datanyanya dari literatur-literatur
baik data primer maupun data sekunder. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
ajaran tasawuf meliputi beberapa hubungan moralitas yakni hubungan manusia
dengan manusia lain, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia
dengan alam. Hubungan tersebut didasarkan pada ajaran al-Qur‟an dan al-Sunnah
yang merupakan sumber tertinggi yang berasal dari Tuhan.
Selain itu hasil penelitian ini mengatakan bahwa nilai-nilai yang terdapat
dalam ajaran tasawuf bukan hanya sebagai wujud kesalehan individu, melainkan
juga dapat dijadikan sebagai kesalehan sosial, seperti kesalehan berlingkungan
atau etika lingkungan. Sehingga dapat dikatakan nilai-nilai tasawuf sangat relevan
untuk pembinaan etika lingkungan hidup. Nilai-nilai tersebut antara lain; nilai
Illahiyyah, insaniyyah, dan alamiyyah.
Penelitan keenam, Yohanes Tony Suharto dengan judul penelitiannya adalah
Tindakan Sosial LSK Bina Bakat Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan di
Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Tindakan Sosial Dalam
Pemberdayaan Anak Jalanan yang Dilakukan Lembaga Studi Kemasyarakatan
dan Bina Bakat Surakarta). Penelitian ini menggunakan metode wawancara, studi
11
dokumentasi dan pengamatan lapangan. Teori yang digunakan adalah teori
tindakan sosial Max Weber.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa tindakan sosial yang dilakukan
oleh LSK Bina Bakat dalam pemberdayaan anak jalanan di Surakarta, yakni
melalui pembentukan RPSA Putra Bangsa dimana pelaksanaan kegiatan
pemberdayaannya terdapat tahap-tahap mulai dari tahap penjangkauan hingga
tahap pengakhiran pelayanan. Pada pelaksanaan pemberdayaannya tiap tahan
sudah dilakukan dengan baik. Namun, hasil yang dicapai belum sesuai yang
diharapkan karena program LSK Bina Bakat hanya dilaksanakan dalam satu
tahun.
Penelitian terakhir oleh Dani (2019) dengan judul Dakwah Ustaz Halim
Ambiya Terhadap Komunitas Anak Punk Kolong Jembatan Tebet Jakarta Selatan
di Komunitas Tasawuf Underground. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif dan teori yang digunakan adalah teori penetrasi
sosial. Hasil penelitian ini adalah Langkah Ustaz Halim Ambiya dalam
melakukan penetrasi sosial dalam membina anak punk dilakukan dengan baik,
melalui sisi elemen penetrasi, yaitu tatap muka langsung dengan anak punk
(orientation stage), berbagi kesenangan masing-masing seperti berbagi selera
musik (exploration syage). Berbagi pengalaman dan pribadi anak punk (effective
change stage), dan mengatasi konflik dalam komunitas (depenetration).
12
Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka
No Penulis dan Judul
Penelitian
Metode Penelitian Teori Hasil Penelitian
1 Moch. Dony
Dermawan
Ritual Manaqib Pada
Pengikut Tarekat
Qadariyyah Wa
Naqsabandiyah Al-
Uthmaniyyah di
Pondok Pesantren
Assalafi Al Fitrah
Kedinding Surabaya
(Studi Fenomenologi
Ritual Manaqiban)
Tesis, 2018
− Kualitatif
− Pendekatan
fenomenologis
− Motif pengikut
TQN al- Uthmany
dalam melakukan
ritual manaqiban,
makna ritual
manaqiban bagi
pengikut TQN al-
Uthmany dan
kehidupan
beragama
pengikut TQN al-
Uthmany
Teori Dramaturgi 1. Motif pengikut TQN al-
Uthmany dalam
mengikuti ritual
manaqiban bisa berupa
sebab dan akibat dan
diklasifikasikan menjadi
dua varian yaitu yang
berurusan dengan
kelancaran di dunia dan
di akhirat.
2. Makna ritual manaqiban
bagi pengikut TQN al-
Uthmany adalah ritual
pendatang berkah.
3. Kehidupan beragama
pengikut TQN al-
Uthmany bisa dibilang
tidak fanatis (tidak
monoton terhadap
kehidupan akhirat dan
mengabaikan kehidupan
di dunia).
2 Kholisoh
Model Tindakan
Sosial Pengikut
Tarekat di Tengah
Arus Modernisasi
(Studi Kasus Jama‟ah
Tarekat
Naqsyabandiyah
Kholidiyah Di Pondok
Pesantren Qashrul
„Arifin)
Skripsi, 2015
− Kualitatif
− Penelitian
lapangan,
observasi,
interview, dan
dokumentasi
− Fokus penelitian:
Model tindakan
social pengikut
tarekat dan
Rasionalitas
tindakan social
pengikut tarekat
dalam proses
modernisasi
Teori tindakan
sosial Max Weber
Teori Rasionalitas
Max Weber
Pengikut tarekat mampu
mengikuti perkembangan
zaman meski keberadannya
di desa yang jauh dari
perkotaan. Pengikut tarekat
juga mampu mengimbangi
antara tarekat dan
modernisasi, dan di era
modern ini pengikut tarekat
masih sangat membutuhkan
tarekat.
3 Ach. Shodiqil Hafil
Studi Atas Zikir
Tarekat Masyarakat
Urban Jemaah TQN di
Jakarta
Maraji: Jurnal Studi
Keislaman, Vol. 1,
No. 1, September
(tidak dijelaskan) (tidak dijelaskan) Masyarakat urban Jakarta
yang tergabung dalam
Tariqah Qadariyah
Naqshabandiyah berbeda
dalam memaknai (nilai-nilai)
zikir. Ada yang memaknai
zikir sebagai ruh dari segala
amal ibadah, zikir adalah
menyebut Dhat Allah di
mana saja dan adapula yang
13
2014 memaknai zikir sebagai
kebutuhan batin dan nutrisi
bagi jiwa. Selain itu hasil
penelitian ini juga
mengatakan bahwa adanya
koherensi zikir dalam
masyarakat urban Jakarta
yang tergabung dalam
jemaah Tariqah Qadariyah
Naqshabandiyah. Dan yang
terakhir terdapat perbedaan
pemahaman dan pemaknaan
yang cukup signifikan antara
jemaah dengan tingkat
keilmuan yang tinggi dengan
jemaah yang hanya memiliki
pengetahuan sederhana
dalam bidang keagamaan.
4 Kurniadi
Pembinaan Anak
Jalanan Melalui
Lembaga Sosial (Studi
Kasus Pembinaan
Anak Jalanan di
Lembaga Sosial
Yayasan Bina Anak
Pertiwi di Pasar
Minggum Jakarta
Selatan)
Skripsi, 2014
− Deskriptif
kualitatif dengan
15 informan
− Metode
pengambilan
informan dengan
purposive
sampling
− Proses
pengambilan data
dengan
wawancara
terstruktur,
observasi, dan
dokumentasi.
Pendidikan
demokratis dan
pendidikan hadap
masalah (problem
posing)
Pola pembinaan yang
dilakukan Yayasan Bina
Anak Pertiwi adalah dengan
pendekatan kekeluargaan.
Bentuk-bentuk
pembinaannya seperti
pembinaan keterampilan dan
skill, pembinaan yang
melibatkan tokoh
masyarakat, pembinaan yang
melibatkan kepolisian,
pembinaan yang melibatkan
dinas kesehatan. Dan
terdapatnya perubahan-
perubahan yang terjadi pada
anak binaan setelah
mendapat pembinaan dari
Yayasan Bina Anak Pertiwi.
5 Ida Munfarida
Nilai-Nilai Tasawuf
dan Relevansinya Bagi
Pengembangan Etika
Lingkungan Hidup
Tesis, 2017
− Penelitian
kepustakaan
(library research)
yang bersifat
analisis filosofis
− Sumber datanya
adalah literatur
− Metode analisis
data: deskripsi,
interpretasi dan
heuristika
− Pengambilan
kesimpulan
menggunakan
metode induktif,
yaitu penggunaan
pola
Teori-Teori Etika
Lingkungan Hidup
(Antroposentrisme,
Biosentrisme,
Ekosentrisme, dan
Ekofeminisme)
Ajaran tasawuf yang
meliputi hubungan moralitas
(manusia dengan manusia,
manusia dengan Tuhan, dan
manusia dengan alam).
14
pemngambilan
kaidah-kaidah
khusus untuk
memperoleh
kesimpulan
umum.
6 Yohanes Tony Suharto
Tindakan Sosial LSK
Bina Bakat dalam
Pemberdayaan Anak
Jalanan di Surakarta
(Studi Deskriptif
Kualitatif Tentang
Tindakan Sosial
Dalam Pemberdayaan
Anak Jalanan yang
Dilakukan Lembaga
Studi Kemasyarakatan
dan Bina Bakat (LSK
Bina Bakat) Surakarta)
Skripsi, 2008
Wawancara, studi
dokumen, dan
pengamatan
lapangan.
Tindakan sosial yang
dilakukan oleh LSK Bina
Bakat dalam pemberdayaan
anak jalanan di Surakarta
adalah melalui pembentukan
RPSA Putra Bangsa dimana
pelaksanaan kegiatan
pemberdayaannya terdapat
tahap-tahap mulai dari tahap
penjangkauan hingga tahap
pengakhiran pelayanan.
7 Dani
Dakwah Ustaz Halim
Ambiya Terhadap
Komunitas Anak Punk
Kolong Jembatan
Tebet Jakarta Selatan
di Komunitas Tasawuf
Underground
Skripsi, 2019
Penelitian
kualitatif
deskriptif
Teori Penetrasi
Sosial
Langkah Ustaz Halim
Ambiya dalam melakukan
penetrasi sosial dalam
membina anak punk
dilakukan dengan baik,
melalui sisi elemen
penetrasi, yaitu tatap muka
langsung dengan anak punk
(orientation stage), berbagi
kesenangan masing-masing
seperti berbagi selera musik
(exploration syage). Berbagi
pengalaman dan pribadi
anak punk (effective change
stage), dan mengatasi
konflik dalam komunitas
(depenetration).
E. Kerangka Teoritis
Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial. Bagi Max Weber, dunia
sebagaimana kita saksikan terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan
sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukan itu untuk mencapai apa
yang mereka kehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan
15
keadaan, kemudian memilih tindakan. Struktur sosial adalah produk (hasil) dari
tindakan itu; cara hidup adalah produk dari pilihan yang dimotivasi. Keadaan
sosial yang tercipta karena tindakan itu menjadi hambatan sebagai kekuatan
struktural, tetapi bagaimanapun tindakan sejatinya tetap mental – yang dipilih
dalam konteks persepsi pelaku dari hambatan struktural itu. Memahami realitas
sosial yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti menjelaskan mengapa manusia
menentukan pilihan (Jones dkk, 2016: 117).
Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang memiliki arti atau
makna (meaning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain. Weber
menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki dimensi rasional tetapi
terdapat berbagai tindakan non rasional yang dilakukan oleh orang termasuk
dalam tindakan orang dalam kaitannya dengan berbagai aspek dari kehidupan,
seperti politik, sosial, dan ekonomi (Damsar, 2015: 117).
Dikutip oleh Wariner, bahwa:“for Weber, action was behaviour that was
meaningful, social action was action, i.e., meaningful behaviour that was oriented
toward others”. Menurut pendapat Weber, tindakan adalah perilaku yang
bermakna, tindakan social adalah tindakan, yakni perilaku bermakna yang
diarahkan pada orang lain (Supraja, 2012).
Teori tindakan menekankan pentingnya kebutuhan untuk memusatkan
perhatian pada kehidupan sosial tingkat mikro, cara individu berinteraksi satu
sama lain dalam kondisi hubungan sosial secara individual, bukan tingkat makro
yakni cara seluruh struktur masyarakat memengaruhi perlikaku individu. Bagi
teori tindakan, masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia, bukan
16
penyebab. Hanya dengan mengkaji bagaimana manusia dapat berinteraksi
dapatlah kita memahami bagaimana keteraturan social diciptakan (Jones dkk,
2016: 25).
Hampir semua tindakan manusia adalah sukarela (voluntary). Tindakan itu
adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran.
Hampir semua yang kita lakukan adalah hasil dari memilih tindakan dengan suatu
cara tertentu bukan cara lain. Lebih lanjut, ini adalah pilihan purposif, atau
berorientasi pada tujuan, sebagai manusia, kita mampu mengarah kepada tujuan
atau hasil dan mengambil tindakan untuk mencapainya. Oleh karena itu, hamper
semua tindakan manusia adalah tindakan yang disengaja: kita mewujudkan
tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki (Jones dkk,
2016:26).
Teori tindakan menekankan bahwa kita memutuskan apa yang kita lakukan
sesuai dengan interpretasi kita mengenai dunia di sekeliling kita. Menjadi
manusia berarti menjadikan masuk akal latar atau situasi di mana kita menemukan
diri kita dan mewujudkan tindakan sesuai dengan situasi itu. Menggunakan teori
tindakan untuk kepentingan ini berarti kita memilih apa yang dilakukan sesuai
dengan “definisi situasi yang bersangkutan” (Jones dkk, 2016: 26).
Weber menemukan empat tipe tindakan sosial, yaitu: (1) Tindakan
Tradisional, (2) Tindakan Berorientasi Nilai, (3) Tindakan Berorientasi Tujuan,
dan (4) Tindakan Afektif. Pada tindakan tradisional, tindakan ini bertujuan untuk
memperjuangkan nilai yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat (Martono,
2011: 47). Tindakan ini juga didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam
17
mengerjakan sesuatu pada masa lalu saja (Yesmil dan Adang, 2008). Tindakan
afektif adalah tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh perasaan emosi aktor
(Yesmil dan Adang, 2008).
Tindakan berorientasi nilai adalah tindakan ini merupakan suatu rasionalitas
masyarakat yang melihat nilai-nilai absolut tertentu sebagai potensi atau tujuan
hidup. Nilai-nilai ini dijadikan suatu kesadaran akan perilaku etis, estetis, religius
atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya (Ritzer,
2012: 137).
Sedangkan tindakan berorientasi tujuan (rational intrumental) merupakan
tindakan yang ditentukan oleh hrapan-harapan perilaku objek dalam lingkungan
dan perilaku manusia lain, harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau
sarana untuk mencapai tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional.
Dalam tindakan ini manusia tidak hanya menentukan tujuan yang diinginkan agar
tercapai, namun ia harus secara rasional telah mampu memilih dan menentukan
alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut (Ritzer, 2012: 137).
Selain tindakan sosial, dalam penelitian ini juga menggunakan konsep teori
pemaknaan Max Weber. Dalam konsep Weber pemaknaan tindakan terdapat dua
konsep, yakni: pertama, makna subjektif yang menunjukkan adanya tindakan
aktor, menurut Weber makna semacam ini dapat dipahami dengan cara observasi
langsung, seperti terlibat langsung di lapangan dan mengamati objek penelitian
dalam tindakannya. Kedua, pemahaman motivasional yaitu pemahaman makna
yang lebih luas (Nindito, 2005).
18
Dalam Max Weber terdapat metode Verstehen atau dikenal juga dengan
metode pemahaman interpretatif, yaitu suatu cara atau usaha untuk memahami
suatu tindakan arti atau makna subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang
lain. Ada beberapa cara untuk memahami (verstehen/understanding) makna
(Damsar, 2015: 122):
a. Rasional, yaitu sesuatu yang dipahami secara masuk akal. Misalnya, jika
air membasahi, maka api membakar; matahari terbit pada sisi sebalah
timur, dan akan tenggelam pada sisibarat; atau 1+1=2 bukan yang lain.
b. Empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka
berpikir orang lain. Di sini peneliti melibatkan diri secara emosional
eksternal. Sering dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan
ungkapan berikut: “jika saya Anda, saya akan melakukan hal yang sama.”
Itulah merupakan cara empatik untuk memahami suatu tindakan sosial.
Misalnya, kalau saya perempuan, sebenarnya saya berkelamin laki-laki,
ingin tampil menarik maka saya juga menggunakan lipstick (Damsar,
2015: 121).
c. Apresiatif, adalah cara pemahaman arti subjektif sendiri untuk memahami
arti subjektif tindakan orang lain. Di sini peneliti melibatkan diri secara
emosional internal. Pemahaman tersebut juga sering dilakukan oleh
masyarakat Indonesia seperti jika kaki kita ter(di)injak terasa sakit, maka
demikian pula orang lain merasakan sakit jika kaki mereka ter(di)injak.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati agar kaki orang lain tidak
ter(di)injak (Damsar, 2015: 122).
19
Gambar I.E.I Skema Rasionalitas
Sumber: Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial dalam Perspektif Klasik, Modern,
Posmodern dan Psokolonial. Jakarta: Rajawali. hlm. 56
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Memilih studi kualitatif
karena hakikat dari pertanyaan penelitian. Dalam studi kualitatif, pertanyaan
penelitian sering dimulai dengan bagaimana atau apa. Dengan demikian,
permulaan tersebut memaksa masuk kedalam topik yang mendeskripsikan apa
yang sedang berlangsung (Emir, 2010: 9).
Kaitannya dengan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang bagaimana
tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar
khususnya terhadap anak punk dan anak jalanan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu menyajikan
gambaran yang spesifik atau hubungan dengan terperinci dan sangat akurat,
menemukan data baru yang bertentangan dengan data lama, menciptakan
rationality
rational
iratonal
Affective
rationality
Value oriented
rationality
Instrumental
rationality
Traditional
rationality
20
serangkaian kategori atau mengklasifikasi jenis, menjelaskan rangkaian tahapan
atau langkah, mendokumentasi proses atau mekanisme sebab akibat dan
melaporkan latar belakang atau konteks situasi (Neuman, 2013: 44).
2. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, dalam mengambil data peneliti mengadakan penelitian
lapangan. Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang diuraikan diatas, maka
lokasi yang dipilih untuk di teliti adalah Kolong Jembatan Layang (Fly Over)
Tebet tepat di depan Stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Pemilihan tempat ini
didasarkan pada titik kumpul kegiatan Komunitas Tasawuf Underground bersama
anak punk dan anak jalanan.
3. Objek dan Informan Penelitian
Menjelaskan objek dan informasi kualitatif adalah menjelaskan objek
penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran.
Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara
konkrit tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan
penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai
pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2015: 78).
Jadi, dalam penelitian ini yang berjudul Tindakan Sosial Komunitas
Tasawuf Underground Di Tebet Jakarta Selatan maka objek penelitiannya
adalah tindakan-tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground terhadap
masyarakat sekitar khususnya terhadap anak punk dan anak jalanan. Serta
pemaknaan jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran
yang diikutinya. Sedangkan yang menjadi informan penelitian adalah pengurus
21
dan anggota Komunitas Tasawuf Underground beserta anak binaannya (anak
punk dan jalanan).
Tabel I.F.1
Daftar Nama Informan Penelitian Komunitas Tasawuf Underground
No Nama Informan Status Umur
1 Berlian Relawan 35
2 Lilis Anggota/ Anak Binaan 27
3 Dila Anggota/ Anak Binaan 17
4 Evi Anggota/Anak Binaan 12
5 Ibu Ani Relawan 48
6 Nabila Relawan 45
7 Ibu Ile Relawan 45
8 Ulfa Relawan 23
9 Ustadz Halim Ambiya Pendiri/Direktur 46
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini terdiri
dari 9 informan. Informan dalam penelitian ini bertempat tinggal berbeda-beda
ada yang dari Depok, Jatinegara, Ciputat dan Tebet. Pengambilan jumlah
informan tersebut dengan alasan yang mengikuti kegiatan Komunitas Tasawuf
Underground dan terlihat terlibat langsung di lokasi penelitian, yaitu di Kolong
Jembatan (Fly Over) Tebet Jakarta Selatan.
4. Cara Memperoleh Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif terdapat tiga cara prosedur untuk menentukan
dan menemukan informan (Bungin, 2015: 107), yaitu prosedur purposif, prosedur
kuota dan prosedur snowball. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan prosedur purposif. Contoh dari penggunaan prosedur purposive ini
adalah antara lain dengan menggunakan key person. Kunci dasar penggunaan
prosedur ini adalah penguasaan informasi dan secara logika bahwa tokoh-tokoh
22
kunci di dalam proses social selalu langsung menguasai informasi yang terjadi di
dalam proses social itu (Bungin, 2015: 108).
Maka dari itu peneliti dalam hal ini memperoleh informan penelitian dengan
key person, seperti pengurus atau relawan Komunitas Tasawuf Underground.
Kemudian kepada anggota-anggotanya seperti anak punk dan anak jalanan yang
terlibat langsung dalam kegiatan Komunitas Tasawuf Underground di lokasi
penelitian.
5. Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif
yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknis
analisis data adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan
dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode
penelusuran bahan internet (Bungin, 2015: 110). Peneliti memilih ketiga metode
tersebut dalam penelitian ini karena di rasa metode tersebut sesuai dengan
kebutuhan di lapangan.
a) Metode Wawancara
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya
dalam kehidupan informan (Bungin, 2015: 111).
23
Hal tersebut dirasakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian yang
kurang lebih selama 11 bulan di lapangan dengan terlibat langsung dalam
kegiatan Komunitas Tasawuf Underground kemudian sambil melakukan
wawancara bersama informan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.
Peneliti melakukan wawancara terbuka maka informan mengetahui keberadaan
pewawancara sebagai peneliti di lokasi penelitian. Selain itu, peneliti dalam hal
ini juga menggunakan catatan harian berupa catatan-catatan yang ditulis dari
segi-segi yang menurut peneliti penting dalam setiap kesempatan wawancara
untuk dijadikan evaluasi pada wawancara selanjutnya.
Peneliti juga melakukan wawancara secara daring (online) bersama
Pendiri Komunitas Tasawuf Underground melalui email dengan mengirimkan
daftar pertanyaan wawancara kemudian peneliti mentranskip hasil jawaban
pertanyaan wawancara.
b) Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu, observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui
hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya (Bungin,
2015: 118).
Peneliti dalam metode observasi memilih metode observasi partisipasi.
Observasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui
observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama,
24
merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan (Bungin,
2015: 78).
Jadi, peneliti terlibat langsung di lokasi penelitian dan ikut dalam
kegiatan-kegiatan objek pengamatan, seperti kegiatan rutin pengajian
Komunitas Tasawuf Underground bersama anak punk dan anak jalanan di
Kolong Jembatan Layang (Fly Over) Tebet, Jakarta Selatan.
Adapun yang di observasi adalah kegiatan yang dilakukan Komunitas
Tasawuf Underground terhadap anak-anak binaannya. Untuk mendapatkan
data tersebut maka peneliti membangun hubungan baik dengan informan
dengan cara ikut membantu di kegiatan pengajian rutin seperti mengajar
mengaji dan baca tulis al Qur‟an untuk anak jalanan. Sedangkan untuk anak
punk mendapat bagian bimbingan langsung bersama pendiri Komunitas
Tasawuf Underground yakni, Ustadz Halim Ambiya. Untuk durasi peneliti
dalam berpartisipasi tersebut dalam satu hari kurang lebih 2 jam. Peneliti
mencatat hasil observasi tersebut dari lokasi penelitian dalam bentuk catatan
lapangan (Field Note).
c) Dokumentasi
Selain observasi dan wawancara peneliti juga melakukan pengumpulan
data melalui dokumen dalam menjawab pertanyaan terarah. Apabila tersedia
dokumen-dokumen ini dapat menambah pemahaman atau informasi untuk
penelitian. Dokumen-dokumen yang mungkin tersedia mencakup: foto,
rekaman suara, informasi akun sosial media yang resmi.
25
6. Metode Analisis Data
Setelah data dan informasi yang didapatkan telah cukup, data yang didapat
dan disesuaikan dengan tema serta kondisi pada penelitian ini dengan
menggunakan reduksi data, kemudian data yang diperoleh tersebut ditelaah dan
diolah dengan menganalisa lebih jauh dengan teknik deskriptif kualitatif yang
diikuti teori para ahli. Selanjutnya dengan penyajian data berupa gambar,
wawancara informan, tabel dan terakhir penarikan kesimpulan.
26
G. Sistematika Penulisan
Laporan hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk karya tulis
skripsi dengan sistematika penulisan seperti dibawah ini :
Bab I : Pendahuluan. Dalam bab ini berisi pernyataan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: Gambaran Umum. Dalam bab ini berisi tasawuf di Indonesia,
thariqah qadariyyah wa naqsyabandiyah (TQN). sejarah berdirinya Komunitas
Tasawuf Underground, tujuan, pengurus dan anggota Komunitas Tasawuf
Underground.
Bab III : Temuan hasil penelitian. Dalam bab ini berisi aktivitas Komunitas
Tasawuf Underground di media sosial, tindakan Komunitas Tasawuf
Underground di luar media sosial, bentuk aktivitas Komunitas Tasawuf
Underground, analisis tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground, dan
pemaknaan jama‟ah Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikuti.
Bab IV : Penutup. Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
27
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Tasawuf Di Indonesia
Memang banyak cara yang dilakukan manusia sejak dahulu hingga kini
untuk memenuhi panggilan ruhani, lebih-lebih bagi mereka yang sadar bahwa
materi tidak mampu memuaskan batin mereka kendati telah melimpah di
tangannya, bahkan bisa jadi limpahan itu mengakibatkan kegalauan dan kehausan.
Serupa dengan meneguk air laut. Itu sebabnya misti, tasawuf, atau apa pun
namanya dikenal oleh umat manusia demi meraih ketenangan dan menjauh dari
keterasingan batinnya (Shihab, 2018: 259).
Tasawuf merupakan bagian integral dari sistem ajaran Islam. Islam tanpa
tasawuf bukanlah Islam kaffah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW.
Islam kaffah adalah Islam yang di dalamnya terpadu aspek akidah, syariat, dan
hakikat. Dari akidah lahir tauhid, dari syariat lahir fikih dan dari hakikat lahir
tasawuf yang kemudian melahirkan tarekat (Alba, 2014: 8).
Di antara berbagai pendapat tentang asal-usul “tasawuf”, menurut Ahmad
as-Sirbasi, pendapat al-Bustilah yang paling kuat dan rajih, sebab kenyataannya
tasawuf itu adalah upaya penyucian hati supaya bisa dekat dengan Allah. Berbeda
dengan as-Sirbasi, Ibn Khaldun berpendapat bahwa “tasauf” yang berasal dari
akar kata “suf” yang artinya wool kasar adalah lebih rajih dan kuat sebab
kenyataannya pada waktu itu para sufi biasa memakai wool kasar sebagai tanda
kesederhanaan (Alba, 2014: 10).
28
Kesimpulannya, tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan
cara mensucikan hati (tafsiat al-Qalbi). Allah Yang Maha Suci tidak dapat
didekati kecuali oleh manusia yang suci. Manusia yang suci bukan hanya bisa
dekat dengan Tuhan, malah dapat melihat Tuhan (al-Makrifat). Jadi, dengan
bertasawuflah cara mensucikan hati (Alba, 2014: 10).
Sedangkan menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani tasawuf adalah
mensucikan hati dan melepaskan hawa nafsu dari pangkalnya dengan kholwat,
riyadah dan terus berdzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubah,
dan talqin dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, maka Allah
memurnikan amalnya, menyinari hatinya, menghaluskan kulitnya, mensucikan
lisannya, memadukan anggota badannya lahir batin, mengangkat amalnya
keharibaan-Nya dan Allah mendengar permohonannya (Alba, 2014: 10-11).
Sedangkan ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa
manusia, terpuji atau tercela, bagaimana cara-cara menyucikan jiwa dari berbagai
sifat yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan bagaimana cara
mencapai jalan menuju Allah (Alba, 2014: 11).
Akar-akar tasawuf dalam islam merupakan penjabaran dari ihsan. Ihsan
sendiri merupakan bagian dari trilogy ajaran islam. Islam adalah satu kesatuan
yang utuh dari iman, islam dan ihsan. Islam adalah penyerahan diri kepada Allah
secara zahir, iman adalah i‟tikad batin (iman) terhadap hal-hal gaib yang ada
dalam rukun iman, sedangkan ihsan adalah komitmen terhadap hakikat zahir dan
batin. Hal demikian disebabkan ilmu mesti diamalkan, untuk kesempurnaan amal
29
mesti harus ikhlas, sedangkan ikhlas adalah seorang hamba dengan ilmu dan
amalnya tidak mengharap selain keridaan Allah (Alba,2014: 17).
Mazhab dalam tasawuf disebut tarekat. Harun Nasution memandang tarekat
dari sisi institusi. Ia beranggapan bahwa tarekat adalah organisasi para pengamal
suatu ajaran tasawuf yang didirikan oleh as-Syaikh Sufi tertentu. Ajaran guru
(mursyid) tersebut diamalkan secara konsisten oleh mereka (murid-murid) dan
para murid termasuk para pengamal tersebut menghimpun diri dalam organisasi
yang mereka sebut tarekat. Sebagai contoh; Tarekat Qadiriyah, Samaniyah,
Sattariyah dan lain-lain (Alba, 2014).
Secara umum tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Yang Maha
Esa melalui pensucian jiwa. Ajaran tasawuf yang harus diamalkan dalam
bimbingan seorang guru, itulah yang disebut tarekat. Dengan kata lain dapat
dirumuskan bahwa tasawuf adalah seperangkat ilmu mendekatkan diri kepada
Allah, sedangkan tarekat adalah suatu system untuk medekatkan diri kepada Allah
dengan salah satu unsure pokoknya adalah ilmu tasawuf (Siregar, 2002: 265).
Rumusan ini menunjukkan, bahwa tarekat adalah sistemisasi pembelajaran
dan pengamalan seorang sufi. Karenanya ajaran pokok tarekat adalah tasawuf,
atau sebahagian dari tasawuf. Hubungan tarekat dengan tasawuf adalah
“hubungan simbiosis” hubungan yang saling mengisi dan saling memerlukan.
Tarekat berasal dari tasawuf yang berkembang dalam berbagai aliran (Siregar,
2002: 265)
Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat yang populer di Makkah
dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat kegiatan dunia Islam. Salah
30
satu faktornya adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langsung oleh tokoh-tokoh
pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India. Kedua negara itu
dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas Muslim pertama di
Indonesia (Thohir, 2002: 28).
Beberapa tarekat yang masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad ke-
16 atau abad ke-17 hingga abad ke-19 di antaranya adalah Tarekat Qadiriyah,
Syattariyah, Naqsyabandiyah, Khalwatiyah, Samaniyah dan „Alawiyah. Juga ada
tarekat yang lebih dikenal dengan sebutan Haddadiyah dan sejenisnya, yang
muncul berkat kreativitas umat Islam Indonesia, terutama para habib turunan
Arab. Pada periode berikutnya, Tarekat Tijaniyah masuk pada awal abad ke-20,
yang dibawa oleh para jamaah haji Indonesia (Thohir, 2002: 28).
Kaitannya dengan penelitian ini dan alasan peneliti memasukkan
pembahasan mengenai Tasawuf (tarekat) adalah bahwa sesuai pada temuan di
lapangan dan kebetulan Pendiri Komunitas Tasawuf Underground adalah seorang
pengamal ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) dan beberapa
pengurus dan relawannya pun sebagian ada yang juga berlatar belakang sebagai
jamaah pengamal Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Yang kemudian
menjadi objek penelitian peneliti tentang bagaimana pemaknaan jamaah
Komunitas Tasawuf Underground yang termasuk sebagai pengamal Thariqah
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya. Berikut
penjelasan secara umum tentang Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah TQN)
dari berbagai sumber yang peneliti susun.
31
B. Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) muncul sebagai tarekat sufi
sekitar tahun 1850-an atas kreativitas seorang syaikh sufi Kalimantan, yaitu
Ahmad Khatib Sambasi yang pernah bermukim di Makkah. Ia menyatukan dan
mengembangkan metode spiritual dua tarekat sufi besar, yaitu Qadiriyah dan
Naqsyabandiyah menjadi satu tarekat yang saling melengkapi dalam
mengantarkan seseorang pada pencapaian spiritual (Thohir, 2002: 28).
Kehadiran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa – sekitar tahun 1870-an, oleh tokoh pengembangnya,
Syaikh „Abdul Karim al-Bantani – telah membawa angin segar bagi rakyat
jajahan yang ingin melepaskan pola hidup tertekan. Pada saat itu pula ia
memperoleh momentum pengikut yang luar biasa, dan membuat gerakannya
mengakar kuat di kalangan rakyat jajahan, dengan isu-isu sentralnya: “jihad fi
sabilillah,” “kolonial kafir yang harus diusir” dan sebagainya. Kondisi ini
memungkinkan terjalinnya ikatan antara kepentingan rakyat jajahan dengan
lembaga tarekat; keduanya memberikan muatan yang saling melengkapi. Tarekat,
misalnya, bisa tampil sebagai “lembaga” dan “figur” saluran aspirasi politik bagi
rakyat terjajah. Dalam waktu yang sangat singkat, seluruh pesantren yang
memiliki ikatan dengan tarekat, dengan figur kyai yang karismatik, telah
mengubah fungsinya menjadi lembaga-lembaga politik rakyat jajahan (Thohir,
2002: 32).
Adapun ajaran dasar Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dijelaskan
secara rinci dalam al-Hikmah yang mencakup tentang kesempurnaan suluk, adab
32
para murid, dzikir, dan muraqabah. Keempat ajaran inilah yang mampu
membentuk citra diri anggota TQN, sehingga menjadi identitas yang membedakan
antara pengikut tarekat dengan yang lain; khususnya ajaran-ajaran yang bersifat
teknis.
1. Kesempurnaan Suluk
Suluk berarti jalan yang ditentukan bagi orang yang berjalan (salik)
kepada Allah, dengan melalui beberapa batas-batas dan tempat-tempat
(maqam) dan naik beberapa martabat yang tinggi yaitu perjalanan ruhani dan
nafsani. Para pengikut TQN meyakini bahwa kesempurnaan Suluk tersimpul
dalam tiga bingkai dimensi keislaman (trilogy doktrin islam) yaitu syariat,
tarekat, dan hakikat. Syari‟at adalah ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Allah, melalui Nabi Muhammad Rasulullah SAW, baik berupa perintah
maupun larangan. Tarekat merupakan dimensi pengamalan syari‟at tersebut.
Sedang hakikat adalah dimensi penghayatan dalam pengamalan tarekat tersebut
(Sururin, 2012: 89).
Dalam TQN diajarkan bahwa seorang salik tidak mungkin dapat berhasil
tanpa memegangi syari‟at, melaksanakan tarekat dan menghayati hakikat. Ia
tidak akan mendapatkan ma‟rifat kepada Allah, tanpa berada dalam syari‟at
dan masuk dalam tarekat. Setiap anggota TQN berkeyakinan bahwa tarekat
diamalkan justru harus dalam rangka menguatkan syari‟at. Karena bertarekat
dengan mengabaikan syari‟at, ibarat bermain di luar sistem. Tidak mungkin
mendapatkan sesuatu darinya, kecuali kesia-siaan. Ia tidak mungkin mendapat
hakikat yang hakiki. Pemahaman semacam ini biasa digambarkan dengan
33
sebuah lingkaran, itulah syari‟at. Dan jari-jari yang menghubungkan antara
lingkaran dengan porosnya adalah tarekat. Sedangkan titik poros itulah pusat
pencarianya itu hakikat (Sururin, 2012: 89).
2. Adab Para Murid
Secara etimologis murid artinya orang yang berkehendak, berkemauan
dan mempunyai cita-cita. Murid dalam istilah tarekat adalah orang yang
bermaksud menempuh jalan untuk dapat sampai tujuan, yakni keridhaan Allah.
Secara institusional murid adalah pengikut suatu aliran tarekat yang
menghendaki pengetahuan dan pengalaman tarekat yang bersangkutan.
Tahapan-tahapan yang mesti dialami murid adalah; 1) mendengar, 2)
memahami, 3) mengetahui, 4) menyaksikan, 5) makrifat (Alba, 2014: 178).
Syihabuddin as-Sukhrowardi menjelaskan ada lima belas macam perilaku
(adab) seorang murid di hadapan mursyidnya. Kelima belas adab itu adalah
sebagai berikut (Alba, 2014: 178) :
1. Keyakinan penuh pada syekh dalam ajaran, bimbingan, dan penyuciannya
atas murid-muridnya.
2. Ketetapan hati yang sempurna untuk mendatangi syekh.
3. Mematuhi perintah syekh.
4. Tidak melawan. Seorang murid baik secara lahir maupun secara batin
tidak boleh melawan kewibawaan mursyidnya.
5. Menafikan kehendak dan keinginannya sendiri.
6. Selalu menghargai pemikiran syekh.
34
7. Mengacu pada pengetahuan syekh dalam menjelaskan makna berbagai
macam mimpi.
8. Menghormati ucapan syekh.
9. Merendahkan suara di hadapan syekh.
10. Menahan diri dari tindakan-tindakan di luar batas.
11. Mengetahui waktu yang tepat untuk berbicara dengan syekh.
12. Menjaga batas kehormatannya sendiri.
13. Mampu menjaga rahasia-rahasia syekh.
14. Mengungkapkan berbagai rahasianya sendiri kepada syekh. Setiap
keajaiban dan anugerah yang diberikan Allah kepadanya harus segera
diceritakan kepada syekhnya untuk memper oleh penjelasan dan penilaian
dari syekhnya.
15. Berbicara kepada syekh sesuai dengan kadar pemahaman pendengar
lainnya.
3. Dzikir
Dzikir, secara lughawi artinya ingat, mengingat atau eling dalam bahasa
Sunda. Dzikir yang dimaksud dalam Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
adalah dzikir bikmakna khas. Dzikir bikmakna khsa adalah “hudurul Qalbi
ma‟allah” (hadirnya hati kita bersama Allah). Dzikir dalam arti khusus ini
terbagi dua, yakni dzikir jahr dan dzikir khafi. Dzikir jahr adalah melafalkan
kalimat tayibah yakni “Lailahaillallah” secara lisan dengan suara keras dan
dengan cara-cara tertentu. Sedangkan dzikir khafi adalah ingat kepada “Allah”
35
secara sirr di dalam hati dengan cara-cara yang diterangkan dalam talqin
(Cecep, 2014: 99).
Para sufi sepakat bahwa dzikirullah secara istiqamah adalah metode
paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai kehadiran Allah. Dengan
terus-menerus mengingat Allah akan melahirkan mahabbah (cinta kepada)
Allah serta mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia yang
fana ini (Cecep, 2014: 99). Mengapa kalimat tayibah yang menjadi amalan
TQN? Sebab menurut al-Qur‟an sendiri, demikian juga menurut hadits Nabi,
kalimat tayibah adalah kalimat tauhid, kalimat ikhlas, kalimat yang paling
agung, paling besar manfaatnya dan paling berbekas kedalam hati manusia
yang membacanya (Cecep, 2014: 99).
Rasulullah bersabda yang artinya: “Dzikir yang paling utama ialah
melafalkan Lailahaillallah (Tidak ada tuhan kecuali Allah).”
Baik dzikir jahr maupun dzikir khafi mempunyai landasan yang kuat dari
al-Qur‟an dan tradisi Rasulullah SAW. Dalil-dalil dzikir dalam al-Qur‟an:
“Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan
dalam keadaan berbaring”. (Q.S. Ali-Imran [3]: 191).
“Maka berdzikirlah kepada-Ku, pasti Aku akan mengingatmu...” (Q.S. Al-
Baqarah [2]: 152).
Dalam kitab Miftah as-Sudur dijelaskan bagaimana cara berdzikir yang
benar sebagai amalan TQN, baik dizikir jahr maupun dzikir khafi. Orang yang
36
berdzikir memulai dengan ucapan Laa dari bawah pusat dan diangkatnya
sampai keotak dalam kepala, sesudah itu diucapkan Illallah dari bahu kanan.
Lalu memulai lagi mengucapkan Illallah dari bahu kanan dengan menurunkan
kepala kepada pangkal dada di sebelah kiri, dan berkesudahan pada hati
sanubari di bawah tulang rusuk lambung dengan menghembuskan lafazh nama
Allah sekuat mungkin sehingga terasa geraknya pada seluruh badan, seakan-
akan di seluruh bagian badan amal yang rusak itu terbakar dan memancarkan
Nur Tuhan (Cecep, 2014: 106).
Getaran itu meliputi seluruh bidang latifah, sehingga dengan demikian
tercapai makna tahlil yang artinya “Tidak ada yang dimaksudkan melainkan
Allah”. Kalimat nafyi melenyapkan seluruh wujud sesuatu yang baru dari pada
pandangan dan ibarat, lalu berubah menjadi pandangan fana dari kalimat isbat
ditegakkanlah dengan tegak dalam hati dan kepada Zat Yang Maha Besar, lalu
memandang wujud Dzat Allah dengan pandangan yang baqa. Setelah selesai
dzikir dengan bilangan ganjil (minimal 165 kali), kemudian mengakhirinya
dengan bacaan: Sayyiduna Muhammadun Rasulullaah Shollallahu
„alaihiwasallam (Cecep, 2014: 106).
4. Muraqabah
Secara literatur, muraqabah berarti kesadaran, waspada, kontemplasi,
meditasi. Dalam TQN muraqabah berarti bahwa hati selalu melihat
Tuhan dengan harapan menerima keutamaan fadhilah Tuhan. Ada dua
puluh jenis muraqabah dalam TQN untuk perenungan meditasi,
37
mengingat Tuhan ketika seseorang menahan napas (dzikir hifz al-anfas)
(Mulyati, 189: 2017)
Sedangkan bentuk ritual Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang
berlangsung selama ini yaitu mubaya‟ah/pembaiatan, khataman, dan
manaqiban. Ketiga bentuk ritual ini dilaksanakan oleh semua kemursyidan
dengan prosesi kegiatan yang serupa, namun hanya berbeda dalam istilahnya.
Perbedaan istilah ini tidak mengurangi sedikit pun makna dalam kegiatan
tersebut.
a. Mubaya’ah
Mubaya‟ah adalah prosesi perjanjian antara seorang murid dengan
mursyid. Seorang murid menyerahkan dirinya untuk dibimbing dalam
rangka membersihkan jiwanya dan mendekatkan diri kepada Allah.
Selanjutnya seorang mursyid menerimanya dengan mengajarkan dzikir
(talqin al-dzikr) kepadanya. Mubaya‟ah dimakudkan untuk memberikan
motivasi/tekanan psikologis bagi setiap pengikut tarekat agar senantiasa
melaksanakan dzikir secara konsisten sebagai konsekuensi dari janji setia
dan baiatnya kepada mursyid, yang pada akhirnya dzikir menjadi bagian
dari hidupnya (Sururin, 2012: 129).
Menurut para ahli tarekat mubaya‟ah merupakan syarat sahnya suatu
perjalanan spiritual (Sururin, 2012: 130). Seiring dengan perubahan dan
perkembangan zaman prosesi mubaya‟ah dalam penerimaan anggota tarekat
sebagaimana yang digambarkan oleh Annemarie Schimmel kini jarang
dijumpai, sehingga telah terjadi perubahan paradigm dalam proses
38
mubayaah tersebut. Dalam TQN diberbagai kemursyidan, apabila ada orang
yang dating bermaksud untuk dibaiat/talqin, maka seorang mursyid akan
langsung membaiat/talqin tanpa memperhatikan kondisi murid apakah
sudah siap atau belum (Sururin, 2012: 131).
Fenomena ini misalnya dijumpai dalam TQN kemursyidan Suryalaya,
khususnya setelah Abah Anom menjadi mursyid. Pergeseran orientasi dalam
memaknai tarekat dilakukan oleh Abah Anom yang senantiasa ingin
merangkul masyarakat dengan menyederhanakan bahasa, meringankan
amalan-amalannya. Hal ini menjadi pola dakwah yang strategis dan tidak
mengikat, sehingga menjadikan tarekat Suryalaya bersifat populis. Abah
Anom juga merangkul para ilmuwan, seniman, birokrat, pengusaha dan
sebagainya. Abah Anom sangat peduli dengan ilmu, oleh karena itu abah
telah mengubah pencitraan TQN dengan sistematis, antara lain dengan
mendirikan lembaga pendidikan, yayasan, kesehatan. Meski demikian ada
lingkaran inti yang tidak ditinggalkanya itu nilai-nilai spiritual (Sururin,
2012: 131).
b. Khataman/tawajjuhan
Kegiatan ini merupakan upacara ritual yang biasanya dilaksanakan secara
rutin di semua cabang kemursyidan, ada yang melaksanakan sebagai
kegiatan mingguan ada juga yang melaksanakan setiap bulan. Pada dasarnya
kegiatan ini merupakan upacara ritual yang resmi, lengkap dan rutin yang
dipimpin langsung oleh mursyid atau asisten mursyid (khaliffah) sehingga
forum ini sekaligus sebagai sarana untuk tawajjuh serta ajang silaturahmi
39
antar sesama anggota. Khataman dalam beberapa kemursyidan diistilahkan
dengan kegiatan tawajjuhan, atau mujahadah, karena upacara ritual ini
dimaksudkan untuk mujahadah (bersungguh-sungguh dalam meningkatkan
kualitas spiritual para anggota), baik melakukan dzikir dan wirid maupun
dengan pengajian dan bimbingan ruhaniah mursyid (Sururin, 2012: 32).
c. Manaqiban
Ritual manaqiban merupakan tradisi unik dan istimewa dalam TQN.
Dikatakan unik karena kegiatan ini diyakini oleh pengikut tarekat memiliki
dimensi mistikal, walau hanya membaca biografi Syeikh Abd. Qadir al-
Jilani; akan tetapi dengan bacaan manaqib diharapkan mendapat berkah dan
mudah terkabul dalam setiap berdoa kepada Allah. Manaqiban dipandang
istimewa karena ritual ini tidak kalah sakralnya bila dibandingkan dengan
ritual-ritual lainnya. Keistimewaan manaqiban ini ditinjau dari para
pelaksana yang menyelenggarakan ritual ini; yang tidak terbatas pada para
pengikut ahli tarekat, namun juga dilaksanakan oleh masyarakat luas
(Sururin, 2012: 133).
Manaqiban dalam tradisi TQN Suryalaya merupakan suatu bentuk
kegiatan upacara khidmah amaliah dan ilmiah, dan sudah menjadi tradisi
yang melembaga dan membudaya yang berkembang di tengah sebagian
besar masyarakat Islam Indonesia. Upacara khidmah itu juga merupakan
salah satu bagian pengalaman dari pengejawantahan yang dilaksanakan
secara rutin sesuai dengan jadwal waktu yang telah direncanakan
bertempat di majlis-majlis manaqiban dan khataman. Secara teknis
40
pelaksanaan manaqiban diawali dengan penjelasan sesepuh, ketua
kelompok kerja manakiban, atau oleh orang yang ditunjuk untuk
memimpinjalannya upacara agar para peserta yang hadir berdisiplin,
khusyu‟ dan tawadhu‟, hati harus selalu ingat kepada Allah dalam
mengikuti upacara manakiban sampai selesai. Kemudian pembacaan ayat
suci al-Qur‟an, dilanjutkan dengan pembacaan tanbih dan tawasul.
Selanjutnya pembacaan manakib Syeikh Abdul Qadir Jaelani dan
disambung dengan dakwah/tablighul Islam oleh Muballigh Pondok
Pesantren Suryalaya, serta diakhiri pembacaan salawat Bani Hasyim
(Sururin, 2012: 133).
C. Sejarah Berdirinya Komunitas Tasawuf Underground
Komunitas Tasawuf Underground didirikan pertama kali di media sosial
pada tanggal 8 Februari 2013. Pendiri komunitas ini adalah Halim Ambiya atau
biasa di sapa dengan Ustadz Halim Ambiya. Beliau merupakan alumni
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1994 dan
International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) Kuala
Lumpur.
Bentuk Komunitas Tasawuf Underground di media sosial adalah sebagai
dakwah keagamaan. Yang mana isi konten-kontennya tentang kajian-kajian Islami
khususnya tentang ilmu tasawuf. Hal itu dituturkan oleh Ustadz Halim Ambiya
dalam wawancara daring (online) bersama peneliti:
“Tasawuf Underground memposting quote dan kajian hikmah tasawuf yang
bersumber dari kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf seperti, Kitab Al-Hikam karya
41
Syekh Ibnu Atha‟illah; Kitab Sirrul-Asrar, Kitab Fathu Rabbani, Al-Ghunyah,
Futuhul-Ghaib, Tafsir Al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani; Kitab Ihya
Ulumuddin, Minhajul Abidin, Bidayatul Hidayah, Al-Mawaizh fi Al-Ahadis Al-
Qudsiyyah dll karya Imam Al-Ghazali; Kitab Risalah Al-Qusyairiyah karya Imam
Al-Qusyairi dan kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf lainnya. Tujuannya agar
masyarakat di media sosial mendapatkan pelajaran ilmu tasawuf dari rujukan ilmu
yang representatif (Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya pada 11 April
2020).”
Gambar II.A.1.
Halaman Tasawuf Underground di Facebook
Sumber : https://web.facebook.com/tasawufunderground/
Gambar di atas merupakan bentuk halaman (fanspages) Komunitas Tasawuf
Underfground di media sosial. Dapat dilihat bahwa Komunitas Tasawuf
Underground sudah memiliki pengikut (followers) mencapai 420 ribu. Jumlah
pengikut Tasawuf Underground di media sosial mengalami peningkatan yang
sebelumnya berjumlah 398 ribu pengikut. Hal itu dituturkan Ustadz Halim
Ambiya saat peneliti melakukan observasi di Universitas Budi Luhur dalam acara
Ngaji Kebudiluhuran: “Saya mendirikan Tasawuf Underground itu 7 tahun yang
lalu di facebook, fanpages, dan per hari ini followers-nya lumayan 398 ribu...”
(Observasi di Universitas Budi Luhur pada 28 Februari 2019).
42
Gambar II.A.2.
Acara “Ngaji Kebudiluhuran” di Universitas Budi Luhur
Sumber: Dokumentasi Peneliti Di Ambil Pada 28 Februari 2019
Jadi, Komunitas Tasawuf Underground ini merupakan komunitas yang
berawal dari sebuah forum komunikasi dalam bidang dakwah keagamaan yang
melakukan aktifitasnya di media sosial, yakni di facebook. Adapun bentuk
dakwahnya di media sosial adalah dengan membagikan tulisan-tulisan yang berisi
kajian-kajian tentang ilmu tasawuf. Seiring berjalannya waktu, Tasawuf
Underground ini juga melakukan aktifitasnya di luar media sosial, yakni
merangkul anak punk dan anak jalanan.
Kemudian, anak punk dan anak jalanan tersebut diberikan pembinaan dan
pemberdayaan oleh Komunitas Tasawuf Underground. Namun, mayoritas yang
diberikan pembinaan dan pemberdayaan adalah anak punk. Ustadz Halim Ambiya
merasa bahwa agama itu kurang „membumi‟ jika hanya dipelajari lewat media
sosial saja. Agama itu harus bisa dirasakan oleh semua masyarakat. Maka
Tasawuf Underground melakukan bentuk nyata, yaitu merangkul anak punk dan
anak jalanan.
43
Seperti yang diungkapkan Ustadz Halim Ambiya:
“Baru tiga tahun yang lalu, saya berpikiran kalau agama terlalu melangit tidak
down to earth, itu juga menjadikan agama berjarak. Agama terlalu tinggi, agama
terlalu mengawang-awang, agama sesuatu yang tak terjangkau, makanya harus
yang membumi. (Observasi di Universitas Budi Luhur pada 28 Februari 2019).”
Mulai dari situlah Ustadz Halim Ambiya yang mengaku baru 3 tahun
memulai membina anak punk di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi
(Jabotabek) menceritakan bagaimana ia mulai merangkul anak punk. Ustadz
Halim Ambiya memberanikan diri turun langsung ke lapangan dengan tidak
memakai pakaian yayasan ataupun pakaian yang menyimbolkan dari institusi
manapun kemudian mencoba untuk mendekati dan merangkul anak punk di
Kolong Jembatan Tebet, Jakarta Selatan dengan cara pendekatannya adalah
bersahabat dengan mereka.
Menariknya, saat Ustadz Halim Ambiya turun di lapangan secara kebetulan,
anak punk mengakui bahwa mereka juga memang mempunyai rasa keinginan dari
diri sendiri untuk belajar agama. Namun, masih diambang kebingungan harus
kepada siapa mereka belajar. Karena sampai saat ini terkadang anak punk masih
dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar soal stigma-stigma buruk
tentang mereka. Sampai pada akhirnya, disepakati adanya kegiatan pengajian rutin
Komunitas Tasawuf Underground bersama anak punk yang juga bisa diikuti oleh
anak jalanan pada setiap Jumat dan Sabtu di Kolong Jembatan, Tebet Jakarta
Selatan.
Dalam kegiatan pengajian rutin Jumat dan Sabtu ini banyak yang ikut
berpartisipasi, mulai dari tukang ojek, tukang angkot, ataupun orang-orang sekitar
yang awalnya hanya sekadar melihat kemudian ikut bergabung untuk belajar
44
mengaji atau membantu mengajar mengaji Iqra dan Al Quran kepada anak punk
dan anak jalanan. Pengajian rutin ini bukan hanya mengaji Iqra dan Al Quran
tetapi juga mengkaji kitab-kitab yang dibawakan oleh Ustadz Halim Ambiya dan
melaksanakan shalat Ashar berjamaah di masjid.
Sejak diadakannya pengajian rutin tersebut Ustadz Halim Ambiya kemudian
mengundang relawan-relawan melalui media sosial untuk membantu kegiatan
tersebut.
“Sengaja saya datang, dengan komunitas lalu mengajak relawan media social
untuk hadir membantu saya untuk mengajar mengaji. Ternyata reaksinya bagus,
yang dating mulai polisi, tentara, ada pengacara, ada dosen, dating ngajar ngaji,
Brigjen ngajar ngaji iqro, mapan, ada dosen ngajar ngaji, belum tentu anak
mahasiswa dapat. Ternyata partisipasi masyarakat ketika itu dibuka, dibuka
kepada publik, itu mereka juga punya rasa untuk berbagi (Observasi di
Universitas Budi Luhur pada 28 Februari 2019).”
Selain kegiatan pengajian rutin, Komunitas Tasawuf Underground juga
mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pembinaan dan pemberdayaan terhadap
anak punk. Pembinaan yang diberikan seperti pembinaan yang berkaitan dengan
pendidikan keagamaan salah satunya pengajian rutin Jumat-Sabtu, pembinaan
mengenai akhlak, belajar menghafal doa-doa, hadist-hadist, pelatihan
memandikan/mengkafani jenazah, pelatihan shalat dengan baik dan benar dan
sebagainya yang akan di jelaskan peneliti pada bab temuan penelitian.
Sedangkan dalam pemberdayaan, anak punk diberikan pelatihan-pelatihan
seperti pelatihan keterampilan dan skill, misalnya pelatihan barbershop, pelatihan
barista, dan pelatihan menyablon.
45
D. Tujuan Komunitas Tasawuf Underground
Komunitas Tasawuf Underground dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya
baik di media sosial maupun di luar media sosial memiliki tujuan. Adapun di
media sosial bertujuan untuk menjadikan Komunitas Tasawuf Underground
sebagai forum komunikasi untuk belajar agama khususnya tentang ilmu tasawuf.
“Tujuannya agar masyarakat di media sosial mendapatkan pelajaran ilmu
tasawuf dari rujukan ilmu yang representative (Wawancara dengan Ustadz Halim
Ambiya pada 11 April 2020).
Sedangkan tujuan Komunitas Tasawuf Underground di luar media sosial,
yakni mengenalkan anak punk dan anak jalanan tentang konsep „Jalan Pulang‟.
Jalan Pulang yang dimaksud adalah pertama, jalan pulang kembali kepada Tuhan
dan kedua, jalan pulang kembali kepada keluarga.
“Tobat secara bahasa itu artinya pulang. Tapi kita hindari kata itu agar lebih
welcome gitu anak-anak itu. Mengenalkan kita jalan pulang, satu; jalan pulang
kepada Allah, kedua; jalan pulang kepada keluarga. Peta jalan pulang kepada
Allah kita kasih pengajian, kita kasih dzikiran, kita kasih terapi rohani bagi
mereka. Ajak mereka dzikir, lalu mengenalkan mereka jalan pulang kepada
keluarga kita kasih pemberdayaan ekonomi dan sosial. Ada yang sudah jadi
barista, ada yang nyablon, yang tadinya nato jadi nyablon (Observasi di
Universitas Budi Luhur pada 28 Februari 2019).”
Mengenalkan jalan pulang kepada Tuhan, yakni dengan diberikannya
kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti pengajian rutin Jumat dan Sabtu di Kolong
Jembatan Tebet, berdzikir, mengikuti kajian kitab-kitab dan lain-lain. Sedangkan
mengenalkan jalan pulang kembali kepada keluarga adalah dengan cara
diberikannya pemberdayaan kepada anak punk melalui pelatihan-pelatihan
keterampilan dan skill yang diberikan. Hal itu diharapakan agar anak punk punya
keterampilan dan skill untuk bertahan hidup dan beralih dari kehidupan jalanan.
46
E. Pengurus dan Anggota Komunitas Tasawuf Underground
Secara organisatoris, Komunitas Tasawuf Underground adalah komunitas
yang berada di bawah Yayasan Bahjatun-Nufus. Adapun struktur Komunitas
Tasawuf Underground adalah:
1. Pendiri & Direktur : Halim Ambiya
2. Sekretaris : Ade Irfan Abdurrahman
3. Bendahara : Herlina Kamba
4. Koord Kajian Islam : Yusni Amru Ghazali
5. Koordinator Riset & Pengembangan : Tata Septa Yudha
6. Koordinator Ekonomi dan Wirausaha : Rotua Hema Malini
7. Koordinator Media dan Informasi : Abdul Hamid Mahmudi
Anggota Komunitas Tasawuf Underground adalah jama‟ah yang
mengikuti kajian tasawuf melalui media sosial ataupun pengajian offair yang
diadakan oleh Komunitas Tasawuf Underground. Selain pengurus dan anggota,
komunitas ini juga terdapat relawan-relawan yang ikut hadir untuk membantu
kegiatan-kegiatan Komunitas Tasawuf Underground.
“Kami melakukan perekrutan relawan untuk memudahkan tugas kami. Relawan
ini kami rekrut dengan sejumlah aturan main yang jelas bagi mereka. Agar
memudahkan kerja pemberdayaan. Kami mencatat terdapat 85 relawan dari
berbagai profesi, seperti: Pengacara, pengusaha, dokter, dosen, guru, motivator,
polisi, tentara, dan sebagainya. Mereka membantu program pemberdayaan
sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan mereka.” (wawancara dengan
Ustadz Halim Ambiya pada 11 April 2020).
47
F. Sumber Dana Komunitas Tasawuf Underground
Sumber dana Komunitas Tasawuf Underground sejauh ini hanya
bersumber dari para donatur-donatur secara pribadi melalui para relawan-relawan.
“Sejauh ini, tidak ada bantuan keuangan langsung dari Pemerintah untuk
Komunitas Tasawuf Underground. Donasi untuk kegiatan hanya dilakukan
secara personal melalui para relawan yang terlibat dalam pemberdayaan kami.
Namun, harus diakui, pada sisi peluang kerjasama, pihak Pemerintah
sebenarnya terbuka untuk berkerjasama dengan Tasawuf Underground.
Misalnya, dari masalah kesehatan, Pihak Puskesmas Tebet selalu terbuka
membantu komunitas kami untuk melakukan penyuluhan dan pemeriksaan
kesehatan. Begitu juga Dinas Sosial Provinsi DKI juga selalu membantu kami
ketika kami berusaha untuk membebaskan anak binaan yang terjaring razia.”
(wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya pada 1 April 2020).
48
BAB III
Temuan dan Analisis
A. Temuan Penelitian
1. Aktivitas Komunitas Tasawuf Underground di Media Sosial
Penelitian ini dilakukan pada Komunitas Tasawuf Underground yang
lokasinya berada di Fly Over Tebet Jakarta Selatan. Peneliti melakukan
penelitian lapangan pada bulan Februari sampai Desember tahun 2019
dengan terlebih dahulu melakukan observasi (pengamatan) di akun media
sosial Komunitas Tasawuf Underground. Sebab komunitas ini dibentuknya
berawal dari sebuah halaman (fanpages) di media sosial, yaitu di facebook.
Peneliti mengamati aktivitas akun Tasawuf Underground di media sosial
dengan melihat apa saja isi atau konten-konten yang di share, tanggapan-
tanggapan pengguna media sosial yang berkomentar di akun tersebut dan
jumlah pengikut di halaman tersebut.
Aktifvitas Komunitas Tasawuf Underground di media sosial adalah
membagikan (posting) kajian-kajian Islami khususnya tentang ilmu tasawuf
dalam bentuk tulisan. Adapun yang memposting tulisan-tulisan yang berisi
kajian ilmu tasawuf di media sosial adalah admin dari Komunitas Tasawuf
Underground, yaitu Ustadz Halim Ambiya.
Berisi kajian-kajian tasawuf sebab admin sekaligus pendiri dari
Tasawuf Underground, yakni Ustadz Halim Ambiya menyukai dan tertarik
dengan ilmu tasawuf. Dari ketertarikannya itulah, Ustadz Halim membuat
sebuah komunitas di halaman facebook bernama Tasawuf Underground.
49
Media sosial yang digunakan Komunitas Tasawuf Underground
pertama kali dalam dakwahnya adalah di halaman facebook. Dari facebook
inilah Komunitas Tasawuf Underground mulai dikenal dan sudah memiliki
banyak pengikut (followers), yakni sudah mencapai 398 ribu pengikut. Hal
tersebut seperti yang dituturkan oleh Ustadz Halim Ambiya dalam acara
Talkshow di Universitas Budi Luhur:
“Saya mendirikan Tasawuf Underground itu 7 tahun yang lalu di facebook,
fanpages, dan per hari ini followers-nya lumayan 398 ribu... saya posting
mengenai agama-agama, tentang tasawuf terutama. Tentang tasawuf dari
kitab-kitab kuning dari Imam Ghazali, dari Syekh Ibnu Atha‟illah, dari
ulama-ulama kita. Dan ternyata, gairah orang untuk belajar agama melalui
dunia yang maya itu besar sekali (Observasi di Universitas Budi Luhur pada
28 Februari 2019).”
Ustadz Halim Ambiya mengatakan bahwa orang-orang mempunyai
gairah yang besar sekali untuk belajar agama di media sosial. Hal itu dapat
dilihat dari banyaknya pengikut di akun media sosial Tasawuf
Underground. Selain itu juga dapat dilihat dari banyaknya respon para
pembaca di media sosial melalui kolom komentar bahkan banyak pula yang
membagikan kembali postingan-postingan Tasawuf Underground di media
sosialnya masing-masing.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas Komunitas Tasawuf
Underground di media sosial adalah memposting kajian-kajian Islami
tentang tasawuf sekaligus sebagai forum komunikasi dalam bidang dakwah
keagamaan dan wadah bagi orang-orang yang ingin belajar agama Islam
khususnya belajar tentang tasawuf. Berikut pernyataan Ustadz Halim
mengenai aktifitas Komunitas Tasawuf Underground di media sosial:
50
“Kegiatan di dunia maya, sejak pendiriannya tgl 8 Februari 2013, Tasawuf
Underground memposting quote dan kajian hikmah tasawuf yang bersumber
dari kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf seperti, Kitab Al-Hikam karya Syekh
Ibnu Atha‟illah; Kitab Sirrul-Asrar, Kitab Fathu Rabbani, Al-Ghunyah,
Futuhul-Ghaib, Tafsir Al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani; Kitab
Ihya Ulumuddin, Minhajul Abidin, Bidayatul Hidayah, Al-Mawaizh fi Al-
Ahadis Al-Qudsiyyah dll karya Imam Al-Ghazali; Kitab Risalah Al-
Qusyairiyah karya Imam Al-Qusyairi dan kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf
lainnya. Tujuannya agar masyarakat di media sosial mendapatkan pelajaran
ilmu tasawuf dari rujukan ilmu yang representative (Wawancara dengan
Ustadz Halim pada 11 April 2020).”
Berikut peneliti paparkan contoh konten atau kajian yang di share di
akun media sosialnya Tasawuf Underground:
Gambar III.A.1. Contoh Postingan di Facebook
Sumber: facebook/tasawufunderground
Gambar III.A.2. Contoh Postingan di Facebook
Sumber: facebook/tasawufunderground
51
Selain di halaman facebook, Komunitas Tasawuf Underground juga
mempunyai akun media sosial lainnya seperti di instagram yang saat ini
sudah memiliki followers mencapai 409 ribu. Dalam akun tersebut, Tasawuf
Underground juga membagikan konten-konten Islami dalam bentuk ilustrasi
seperti gambar atau foto yang bertuliskan kalimat-kalimat atau kutipan-
kutipan dari seorang tokoh sufi atau ulama-ulama besar tasawuf. Kemudian
pada bagian bawah gambar (caption) ditulis penjelasan yang lebih
lengkapnya agar pembaca bisa menangkap maksud dari konten yang
dibagikan tersebut. Berikut contoh postingan Tasawuf Undeground di
instagram:
Gambar III.A.3. Contoh Postingan di Instagram
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
52
Gambar III.A.4. Contoh Postingan di Instagram
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
2. Tindakan Komunitas Tasawuf Underground Di Luar Media Sosial
Selain aktif di media sosial, Komunitas Tasawuf Underground juga
melakukan aktivitas di luar media sosial. Hal itu peneliti ketahui saat
melihat terdapatnya postingan berupa foto anak punk dan anak jalanan yang
sedang berkumpul melakukan suatu kegiatan berasama Komunitas Tasawuf
Underground.
Dari situlah peneliti menghubungi admin Tasawuf Underground
melalui media sosial instagram sekaligus meminta izin untuk turun ke
lapangan melihat aktivitas-aktivitas Komunitas Tasawuf Underground
bersama anak punk dan anak jalanan yang mana lokasinya berada di bawah
Kolong Jembatan (Fly Over) Tebet, Jakarta Selatan. Berikut penuturan
Ustadz Halim Ambiya bahwa merangkul anak punk dan anak jalanan
sebagai bentuk dakwah keagamaan yang membumi:
“Melalui kegiatan nyata sosial, kemanusiaan dan keagamaan, kami ingin
agar pengamalan ilmu tasawuf dapat dirasakan dampaknya bagi
53
masyarakat luas. Salah satu model dakwah tasawuf yang kami tuju adalah
pemberdayaan anak punk dan jalanan. Tasawuf bukan hanya ilmu langit,
tapi juga ilmu bumi. Ilmu yang penerapannya vertikal dan horizontal:
habblum minallah, wa hablum minnas (Wawancara dengan Ustadz Halim
Ambiya pada 11 April 2020).”
Komunitas Tasawuf Underground merangkul anak punk dan anak
jalanan yang kemudian menjadikan mereka sebagai anak binaan pembinaan
dan pemberdayaan di bidang sosial, ekonomi dan kesehatan. Adapun anak
punk yang dirangkul oleh Komunitas Tasawuf Underground dapat
dikategorikan sebagai Street Punk, yaitu kebanyakan dari mereka adalah
anak punk yang hidupnya di jalanan sambil mengamen untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya dan berpenampilan seperti punk umumnya. Selain
anak punk, Komunitas Tasawuf Underground juga merangkul anak jalanan.
Anak jalanan ini kebanyakan anak-anak yang masih dibawah umur yang
hidupnya di jalanan sambil mengamen.
Penyebab mereka menjadi anak punk dan anak jalanan macam-macam
latar belakangnya. Ada yang disebabkan karena broken home, pengaruh
lingkungan, atau bahkan ada juga yang karena memang dari keinginan diri
sendiri untuk menjadi anak punk dan anak jalanan. Seperti yang
diungkapkan oleh salah satu anak binaan Komunitas Tasawuf Underground
yang menjadi anak jalanan dan berpenampilan seperti anak punk:
“Ya pengen sendiri, Karena kan kabur nih diem-diem dari rumah udah dari
kelas 6 SD kejalanan. Pertamanya si ikut ngumpul-ngumpul dulu ngeliat
anak-anak ngamen itu eh jadi ikutan. Pertama jadi anak jalanan saya
dilarang sama keluarga tapi mungkin sangking capenya mereka ngelarang
yaudah sekarang dibiarin bodo amat (Wawancara dengan D pada 25 Juni
2019).”
54
Ada juga yang memang disebabkan karena tuntutan ekonomi sehingga
memilih untuk mengamen untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Seperti salah satu informan peneliti yang masih di bawah umur, yakni
berusia 12 tahun yang mengamen karena ingin membantu orang tuanya, “Ya
buat ngebantu orang tua aja ka. Nambah-nambah uang sekolah”
(Wawancara dengan E pada Sabtu, 21 Juli 2019).
Tetapi meski mereka hidup di jalanan dan bekerja sebagai pengamen
mereka memiliki semangat yang tinggi untuk belajar agama. Hal itu dapat
dilihat di mana seringnya anak punk dan anak jalanan berkumpul di bawah
Fly Over Tebet untuk mengikuti pengajian rutin Jumat dan Sabtu yang
diadakan bersama Komunitas Tasawuf Underground.
Hal yang melatar belakangi Ustadz Halim Ambiya memilih
merangkul anak punk dan anak jalanan dan menjadikan mereka sebagai
anak binaan di Komunitas Tasawuf Underground adalah bahwa anak punk
dan anak jalanan yang mana merupakan kaum marjinal yang tak tersentuh
oleh para pendakwah pada umumnya. Hal itu dituturkan oleh Ustadz Halim
Ambiya:
“Mengapa memilih mereka, karena masyarakat marjinal ini tak tersentuh
oleh para juru dakwah pada umumnya. Ini adalah program yang sangat
menantang bagi kami. Sebab, ilmu tasawuf boleh dikatakan sebagai bagian
dari psikologi dan psikoterapi dalam Islam, maka saatnya kami
mempraktikkannya untuk merangkul anak Punk dan jalanan. Sebagian besar
mereka terpapar oleh Narkoba, seks dan pergaulan bebas, kenakalan
remaja dan kriminalitas lainnya, maka menjadi ranah dakwah yang jarang
disentuh (Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya pada 1 April 2020).”
Ustadz Halim Ambiya selaku pendiri Tasawuf Underground
menjelaskan juga bahwa agama itu dirasa terlalu melangit ketika manusia
55
hanya belajar ilmu agama di dunia maya atau media sosial. Menurutnya,
agama itu harus yang membumi atau down to earth oleh sebab itu ia ingin
agar agama itu bisa dirasakan oleh semua masyarakat terutama kaum
marjinal seperti anak punk dan anak jalanan. Hal tersebut seperti yang ia
tuturkan:
“Orang secara underground membaca mempelajari Islam menggunakan
media sosial di dunia maya. Nah, ini bagi saya terlalu melangit karena
Islam begitu maya tidak ada kegiatan yang real dan nyata disaksikan.
Begitu kita menyaksikan anak jalanan, anak punk bisa kita lihat di trotoar,
di tepi jembatan, di terminal, di stasiun itu melilip mata tapi tidak ada yang
merangkul. Meskipun mereka muslim mereka tidak pergi ke masjid, tidak
pergi ke sekolah, dan sebagainya. Dan disitu kita terenyuh bahwa kita
pingin bahwa agama itu dirasakan oleh mereka, kita pingin bahwa agama
itu bisa menjembatani jalan pulang mereka kepada Allah (Observasi
Tasawuf (Observasi di Universitas Budi Luhur pada 28 Februari 2019).”
Dari situlah ia turun langsung ke lapangan seperti masuk ke kolong-
kolong jembatan, pasar, terminal dan sebagainya untuk merangkul anak
punk dan anak jalanan. Selama kurun waktu tiga tahun Tasawuf
Underground sudah merangkul anak punk dan anak jalanan dari berbagai
wilayah mulai dari Tebet, Gondangdia, Tanah Abang, dan Bintaro.
Kemudian dibuatlah satu titik lokasi untuk perkumpulan, yaitu di Kolong
Jembatan (Fly Over) Tebet Jakarta Selatan.
Titik lokasi tersebut dibuat untuk memudahkan dalam mengadakan
kegiatan-kegiatan Tasawuf Underground berasama anak punk dan anak
jalanan. Berikut gambar yang didapat peneliti di media sosial Tasawuf
Underground yang menggambarkan Ustadz Halim Ambiya sedang
menelusuri ke kolong-kolong jembatan dan berkumpul bersama anak punk.
56
Gambar III.A.5. Nongkrong Bareng Anak Punk
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
Seperti yang sudah dituturkan oleh Ustadz Halim Ambiya bahwa
Tasawuf Underground bukan hanya sekadar merangkul anak punk dan anak
jalanan tetapi mempunyai tujuan, yakni mengenalkan anak punk dan anak
jalanan pada konsep “Peta Jalan Pulang”:
“Saya ngindari kata tobat itu untuk memperhalus kata, sepertinya kita akan
buat peta jalan pulang. Tobat secara bahasa itu artinya pulang. Tapi kita
hindari kata itu agar lebih welcome gitu anak-anak itu. Mengenalkan kita
jalan pulang, satu; jalan pulang kepada Allah, kedua; jalan pulang kepada
keluarga.” (Observasi di Universitas Budi Luhur pada 28 Fabruari 2019).”
“Yang ingin mau saya katakana adalah tadi tentang pelajaran jalan pulang.
Jalan pulang kepada Allah itu pasti harus melalui cara yang benar. Karena
kita muslim kita diajarkan syariat, syariat itu secara bahasa artinya jalan
yang besar, kalau jalan kecil-kecil itu disebut thoriq atau thoriqoh. Jalan
yang besar itu syari‟ atau syari‟at, jalan yang kecil disebut thoriqoh. Yang
kita tuju itu jannah, surga atau taman (Observasi di Universitas Budi Luhur
pada 28 Februari 2019).”
Peta jalan pulang yang dimaksud adalah pertama, peta jalan pulang
kepada Allah. Tujuan yang pertama ini dilakukan dengan cara
dikenalkannya mereka pada ajaran-ajaran tentang agama agar mereka tahu
57
mengenai agamanya mereka, yaitu Islam dan bagaimana mereka berakhlak
dengan baik dan benar, dan kedua, peta jalan pulang kepada keluarga, yakni
kembali kepada keluarga. Yang kedua inilah yang kemudian diadakannya
pemberdayaan ekonomi dan sosial terhadap anak punk dan anak jalanan
sehingga diharapkan agar mereka tidak hidup di jalanan lagi.
Dalam pendekatan terhadap anak punk dan anak jalanan, Ustadz
Halim Ambiya tidak menggunakan metode khusus. Bermula merangkul
anak punk yang berjumlah sedikit demi sedikit terlebih dahulu. Itupun cara
mendekatinya bukan didakwahi secara langsung untuk mengajak mereka
kembali pada jalan yang benar. Melainkan menjadikan mereka seperti
sahabat. Sebab menurut Ustadz Halim Ambiya dengan cara persahabatan
itulah yang diharapkan kaum marjinal untuk bisa berbenah.
Cara bersahabatnya pun sangat unik, Ustadz Halim Ambiya turun ke
lapangan ke sudut-sudut kolong jembatan, pasar, terminal dan sebagainya
tanpa memakai seragam atau pakaian yang menunjukkan identitas suatu
lembaga tetapi hanya dengan mengajak anak punk mengobrol sambil
minum kopi:
“Dakwah butuh metodelogi jadi saya hanya modal secangkir kopi kita
minum bareng-bareng beramai-ramai kita minum dari gelas yang sama.
Minum bareng kita ngobrol, di situ begitu tau saya dosen, penulis ya
akhirnya dia mau curhat. Dari situ dari persahabatan itulah lahir interaksi
yang baik (Observasi di Universitas Budi Luhur pada 28 Februari 2019).”
58
Gambar III.A.6.
Menjalin Persahabatan Bersama Anak Punk Dengan Minum Kopi Bersama
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
Sampai pada akhirnya Ustadz Halim berhasil merangkul puluhan anak
punk dan anak jalanan. Yang kemudian dibuat satu titik lokasi perkumpulan
untuk melakukan kegiatan bersama Komunitas Tasawuf Underground di
Kolong Jembatan Tebet, Jakarta Selatan.
“Ya awal mula ketika saya memperkenalkan diri itu kepada dua-tiga orang,
habis itu saya nongkrong di terminal, saya nongkrong di perempatan dapat
15. Bertambah lagi 30 kalau dihimpun sekitar 3 tahun ini ada 95-an anak
binaan saya yang tidak semua di kolong Tebet tentunya dibeberapa titik
kadang mereka juga ikut pengajian saya di rumah atau di kafe begitu
(Observasi di Universitas Budi Luhur pada 28 Februaru 2019).”
Di bawah Fly Over Tebet inilah ada satu kegiatan rutin yang
dilakukan Komunitas Tasawuf Underground bersama anak-anak binaan
(anak punk dan anak jalanan), yaitu pengajian rutin. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap hari Jumat dan Sabtu dari pukul 2 siang sampai pukul 5
sore. Latar belakang diadakannya pengajian di kolong jembatan Tebet
adalah merupakan permintaan dari anak punk dan anak jalanan. Sebab
59
mereka memang ingin belajar agama mulai dari dasar, yaitu dengan mengaji
Iqra dan Al Quran. Hal ini diungkapkan oleh Ustadz Halim Ambiya:
“Saya datang sebagai sahabat dengan ketulusan hati langsung wellcome.
Bukan saya yang nyuruh ngaji, karena sebetulnya mereka haus mereka
butuh oase yang selama ini sebetulnya tugas masjid, tugas gereja, tugas
agama, untuk mendekati, untuk merangkul mereka, tetapi mereka di anak
tirikan (Observasi di Universitas Budi Luhur pada 28 Februari 2019).”
Jadi, ternyata di zaman yang semakin modern ini terdapatnya perasaan
anak punk dan anak jalanan membutuhkan sentuhan rohani agar jiwa tenang
maka spiritualitaslah yang mereka butuhkan. Dan bertemunya Komunitas
Tasawuf Underground dengan anak punk dan anak jalanan seperti suatu
kebetulan bagi mereka (anak punk dan anak jalanan) yang ingin belajar
agama atau lebih meningkatkan semangat spiritualitasya agar tidak melulu
sibuk dengan urusan dunia.
Selain itu alasan mengapa justru anak punk ingin mengadakan
pengajiannya di kolong jembatan Tebet adalah Karena mereka pernah
mengalami pengalaman yang buruk ketika ingin pergi ke Masjid. Memang,
lagi-lagi stigmasisasi buruk masyarakat tentang anak punk dan anak jalanan
inilah yang membuat mereka serba salah. Ketika anak punk dan anak
jalanan sudah mempunyai niat untuk berbenah diri atau memperbaiki diri
dalam beragama, alih-alih malah mendapat sangkaan yang buruk dari
masyarakat. Hal itu terjadi ketika ada salah satu anak punk yang ingin shalat
di masjid tetapi malah di usir karena disangka ingin mencuri. Berikut
penuturan dari salah satu anak punk binaan Tasawuf Underground:
“Ga semua yang di bilang anak punk itu ga semua yang mereka kira.
Sekarang aja masuk masjid udah biasa aja tadinya pas kita mau masuk
60
masjid di tanyain ngapain kamu kesini, itukan waktu D sama T, kan keliatan
tatonya sangking keselnya D orang mau shalat kan ya malah disangka mau
nyuri (wawancara dengan D pada 27 Juli 2019).”
Dari kasus pengalaman anak punk itulah maka Ustadz Halim
membuat pengajian di Kolong Jembatan agar anak punk dan anak jalanan
lebih leluasa melakukan aktifitas pengajian rutin tanpa harus takut di
cemooh atau dicurigai.
“Jadi kalau selama ini masjid tidak menjadi pusat bagi konseling anak-
anak. Masjid masih dirasa berat untuk dimasuki oleh anak-anak punk dan
jalanan karena mungkin mereka takut dicemooh takut dicibir atau dianggap
dicurigai takut dikira ambil amplifair atau takut ambil sandal padahal dia
sengaja pengen mengaji atau pengen shalat di masjid tapi udah dicurigai
nah makanya saya buat acara di kolong dalam rangka memudahkan mereka
untuk mengaji (Observasi di Universitas Budi Luhur pada 28 Februari
2019).”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tindakan Komunitas Tasawuf
Underground di luar media sosial adalah merangkul anak punk dan anak
jalanan yang bertujuan untuk mengenalkan mereka tentang “Peta Jalan
Pulang”. Berikut penjelasan tentang konsep Peta Jalan Pulang oleh Ustadz
Halim Ambiya:
“Pertama, pengenalan peta jalan pulang kepada Allah, yakni dengan pendidikan
dan penyuluhan agama, melalui pengajian, pelatihan, praktik shalat dan dzikir.
Pembekalan ruhani ini secara khusus dalam bentuk pengajian biasa dan halaqah
thariqah. Bentuk halaqahnya kami mengadopsi konsep INABAH yang dilakukan
Pondok Pesantren Suryalaya. Praktinya dengan pembekalan dzikir yang
diajarkan dalam Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya.
Contohnya dengan mengajak mereka untuk berdzikir laa ilaha illallah secara
jahar dan khafi pada setiap habis shalat wajib minimal 165 kali. Lalu dengan
hidroterapi, yakni praktik mandi tobat di malam hari jelang subuh. Dalam hal
ini, kami sering mengadakan acara Dzikir dan Muhasabah, seperti mengikuti:
Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tiap bulan, Dzikir Khataman tiap malam
Jum‟at, Muhasabah dan Dzikir tahunan (Wawancara dengan Ustadz Halim
Ambiya pada 11 April 2020).”
“Kedua, kami mengenalkan peta jalan pulang kepada keluarga. Tujuannya agar
mereka kembali menyadari tujuan hidupnya, baik yang berorentasi secara sosial,
61
ekonomi dan ataupun budaya. Bentuk nyatanya adalah memberi pembekalan
pelatihan-pelatihan. Seperti Pelatihan Design Grafis, Pelatihan Sablon dan
Percetakan, Pelatihan Jadi Barista, Pelatihan Barbershop, Pelatihan Bisnis
Online, Penyuluhan Hukum dan Advokasi, serta pelatihan kewirausahaan
lainnya (Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya pada 11 April 2020).”
3. Bentuk Aktivitas Komunitas Tasawuf Underground
Pada subbab ini peneliti menjabarkan hasil temuan penelitian
mengenai bentuk aktivitas Komunitas Tasawuf Underground yang juga
dapat dikatakan sebagai tindakan Tasawuf Underground terhadap anak
binaannya. Seperti pembinaan dalam Pendidikan Keagamaan, Pembinaan
Sosial dan Ekonomi, dan Pembinaan Kesehatan dan Bantuan Hukum.
a. Pembinaan Pendidikan Keagamaan
Dalam membinaa anak punk dan anak jalanan Komunitas Tasawuf
Underground memiliki beberapa kegiatan yang dapat dikategorikan
sebagai pembinaan pendidikan keagamaan, yaitu sebagai berikut:
1. Pengajian Rutin Jum’at dan Sabtu di Kolong Jembatan Tebet,
Jakarta Selatan.
Kegiatan pengajian ini biasa disebut dengan kegiatan pengajian
rutin karena diadakan setiap hari Jumat dan Sabtu pada pukul 14.00 –
17.00 WIB. Lokasi kegiatan ini di fly over Tebet, tepatnya di depan
Stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Dengan beralaskan tikar dan bisingnya
sekitar lokasi kolong jembatan dikarenakan berada di pinggir jalan
raya tidak menghalangi semangat anak punk dan anak jalanan untuk
mengaji. Mereka mengaji bersama Ustad Halim Ambiya maupun
62
bersama relawan-relawan yang dengan sukarela dating untuk
membantu proses belajar mengaji anak punk dan anak jalanan.
Bentuk kegiatan mengaji ini, satu per satu anak punk dan anak
jalanan secara bergantian mengaji membaca Al Quran ataupun dasar-
dasar huruf hijaiyyah (Iqra‟) bagi yang belum bisa sama sekali
mengaji. Kemudian dipandu oleh satu orang untuk membimbing
mengaji bisa bersama Ustadz Halim atau relawan-relawan yang hadir.
Kegiatan ini dihadiri oleh anak punk yang kebanyakan sudah berusia
dewasa. Sedangkan yang dari kalangan anak jalanan rata-rata usianya
masih anak-anak. Selain anak punk dan anak jalanan ada juga ibu-ibu
dan nenek-nenek yang ikut belajar mengaji.
Kegiatan pengajian Jumat-Sabtu ini di mulai pada pukul 14.00
WIB. Waktu ini dipilih karena pada jam tersebut merupakan jam-jam
anak punk dan anak jalanan rehat dari rutinitas di jalanan. Sebelum
dimulai anak punk dan anak jalanan mulai menyiapkan persiapan
mengaji seperti menggelar tikar, menyiapkan alat tulis dan bacaan
mengaji (Iqra dan Al- Quran) dan konsumsi (nasi kotak) untuk orang-
orang yang hadir di kegiatan mengaji tersebut.
Sembari menunggu kawan-kawan lain yang belum hadir
sesekali mereka mengobrol dengan kawan-kawan yang lain. Ada juga
yang menunggu sambil merokok, menyanyi dan memainkan gitar, dan
lain-lain. Tetapi ketika Ustad Halim sudah datang, maka semua sudah
63
mengerti dan berkumpul duduk dengan rapi dan barulah dimulai
mengaji dengan masing-masing pembina mengajinya.
Setelah mengaji sekitar satu jam, yakni selesai pukul 15.00 WIB
anak punk dan anak jalanan diberikan waktu jeda istirahat sambil
makan konsumsi yang sudah disediakan di sana sembari menunggu
waktu shalat Ashar tiba. Setelah terdengar Adzan barulah semua anak
punk dan anak jalanan bersama Ustad Halim dan relawan-relawan lain
berbondong-bondong menuju masjid terdekat untuk melaksanakan
Shalat Ashar berjamaah.
Gambar III.A.7.
Anak Punk Shalat Berjamaah Di Masjid
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
Setelah shalat Ashar, kegiatan langsung dilanjutkan kembali
dengan kajian yang diberikan oleh Ustad Halim. Kajian ini membahas
kitab-kitab seperti dari kitab-kitab kuning dari Imam Ghazali, dari
Syekh Ibnu Atha‟illah, dan dari ulama-ulama lain. Setelah kajian pun
di buka sesi Tanya jawab. Terlihat anak punk dan anak jalanan begitu
64
antusias terhadap kegiatan tersebut. Setelah kegiatan pengajian dan
kajian selesai pada pukul 17.00 WIB semua kembali pada aktifitasnya
masing-masing. Ada yang kembali ke rumah atau pun kembali
kejalanan untuk mengais rejeki, ada pula yang masih berada di tempat
tersebut sembari mengobrol-ngobrol berkumpul bersama yang lain.
Gambar III.A.8.
Pengajian Rutin Jumat-Sabtu di Tebet Jakarta Selatan
Sumber: Dokumentasi Peneliti diambil pada 5 April 2019
65
Gambar III.A.9.
Pengajian Rutin Jumat-Sabtu di Tebet Jakarta Selatan
Sumber: Dokumentasi Peneliti diambil pada 5 April 2019
2. Dzikir Khataman dan Tausiah tiap malam Jumat di masjid
atau kantor.
Pembinaan pendidikan keagamaan selain pengajian rutin, anak
punk dan anak jalanan sesekali juga diberi binaan berupa belajar
berdzikir. Sesekali mereka belajar berdzikir setiap malam Jumat di
masjid atau kantor Ustadz Halim Ambiya. Dalam akun media sosial
Tasawuf Underground saat mengikuti kegiatan di TQN Center
Rawamangun anak punk dan anak jalanan begitu antusias
mendengarkan Prof. Dr. Kh Juhaya S Praja, MA (Wakil Talqin
Suryalaya).
Pada saat akhir tahun yang biasanya kebanyakan orang
merayakannya dengan hura-hura, menyalakan kembang api, berbeda
dengan anak punk dan anak jalanan yang mengikuti semangat
mengikuti kajian, dzikir, tahajud dan iktikaf hingga subuh di masjid.
66
Puluhan anak punk dan anak jalanan ini ada yang berasal dari Tebet,
Duren Sawit, Tanah Abang, Bekasi, Citayam berkumpul bersama di
TQN Center Masjid Al Mubarak Rawamangun, Jakarta Timur.
Selain berdzikir, mereka juga diajarkan makna dzikir secara
langsung yang disampaikan oleh Kh Wahfiuddin Sakam (Mudir Aam
JATMAN dan Wakil Talqin TQN Suryalaya).
Gambar III.A.10. Anak Punk dan Anak Jalanan Berdzikir di TQN Center Rawamangun
JakartaTimur
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
3. Mengikuti Rangkaian Manaqib
Selain berdzikir anak punk dan anak jalanan juga mengikuti
rangakaian kegiatan manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di
TQN Center, Masjid Al-Mubarak, Rawamangun, Jakarta. Manaqib
merupakan salah satu amalan dalam Thoriqoh Qadariyyah wa
Naqsyabandiyah (TQN).
67
4. Muhasabah dan Dzikir Tahunan, yang diadakan di beberapa
tempat berturut-turut. Seperti, 3 hari Muhasabah Villa Dago
Pakar, Bandung; 2 hari Muhasabah di Villa Cijeruk,
Sukabumi, sehari semalam di TQN Center, Rawamangun.
Dalam pembinaan Komunitas Tasawuf Underground sesekali
juga mengadakan kegiatan gathering untuk anak binaannya agar
mereka bisa lebih rileks dan fokus dalam mengikuti pembinaan
terutama pembinaan dalam pendidikan keagamaan. Kegiatan
gathering ini juga digabungkan dengan kegiatan muhasabah.
Gathering dan muhasabah biasanya diadakan setahun sekali dan
dilaksanakan di luar lokasi kegiatan rutin mereka. Misalnya, gathering
dan muhasabah yang telah terlaksana di Dago Pakar, Bandung pada
tanggal 29 sampai 30 Maret 2019 lalu dengan temanya “Recharge
Your Soul”. Komunitas Tasawuf Underground bersama anak punk dan
anak jalanan berangkat bersama-sama dari titik awal di Kolong
Jembatan Tebet.
Dalam poster acara tersebut yang di bagikan pada media sosial
menjelaskan bahwa kegiatan gathering juga dzikir dan muhasabah ini
dikemas untuk memperkuat jalinan persahabatan dan komitmen hijrah
bagi anak binaan Tasawuf Underground. Sekaligus menjadi ruang
konsultasi rohani, praktek dzikir, dan hidroterapi ala Inabah
Suryalaya. Kegiatan ini diikuti 45 anak didik dari Kolong Jembatan
Tebet, Jakarta Selatan.
68
Gambar III.A.11.
Muhasabah Di Dago Pakar, Bandung
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
5. Inabah dan Hidroterapi
Dalam pembekalan ruhani yang dilakukan terhadap anak
punk dan anak jalanan adalah dengan Inabah dan Hidroterapi
seperti yang dilakukan Pondok Pesantren Suryalaya.
“Bentuk halaqahnya kami mengadopsi konsep INABAH yang
dilakukan Pondok Pesantren Suryalaya. Praktinya dengan
pembekalan dzikir yang diajarkan dalam Thariqah Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya. Contohnya dengan mengajak
mereka untuk berdzikir laa ilaha illallah secara jahar dan khafi
pada setiap habis shalat wajib minimal 165 kali. Lalu dengan
hidroterapi, yakni praktik mandi tobat di malam hari jelang
subuh(Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiyapada 11 April
2020).”
Adapun yang sudah dilakukan Inabah dan Hidroterapi di
berbagai tempat, seperti di Hotel Fontana Tebet, Jakarta Selatan;
Inabah dan Hidroterapi di NOSC, Gadog, Sukabumi; dan Inabah
dan Hidroterapi Fontana Guest House, Tebet.
69
6. Ziarah Kubur
Anak punk bersama Ustadz Halim Ambiya juga melakukan
ziarah kubur di beberapa tempat seperti, di Makam Habib Luar
Batang Jakarta, Makam Habib Kwitang Jakarta, Makam Pangeran
Jayakarta, Makam Habib Kuncung Kalibata, Makam Habib
Empang, Bogor, Makam Sunan Gunung Djati Cirebon, Makam
Mbah Soleh Darat Semarang, Makam Maulana Magribi
Yogyakarta, dan Makam Syekh Bela Belu Yogyakarta.
b. Pembinaan Sosial dan Ekonomi
Komunitas Tasawuf Underground juga memberikan pembinaan sosial
dan ekonomi terhadap anak punk. Pembinaan ini guna untuk
memberdayakan anak binaan dalam hal keahlian (keterampilan/skill).
Adapun bentuk pembinaan sosial dan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan Barista, Kolong Jembatan Tebet.
2. Pelatihan Barista dan Kewirausahaan di Kafe Inspirasi, Darmawangsa
Jakarta.
3. Pelatihan Design Grafis di kantor Salima Publika, Ciputat.
4. Pelatihan Barbershop di Yayasan Inspirasi Indonesia.
5. Pelatihan Bisnis Online, Salima Publika, Ciputat.
6. Pelatihan Dasar-dasar Fotografi, Kolong Jembatan, Tebet.
70
Gambar III.A.12.
Anak Punk Menyablon
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
Gambar di atas merupakan salah satu contoh kegiatan Komunitas
Tasawuf Underground dalam pemberdayaan anak punk di bidang sosial dan
ekonomi, yaitu menyablon kaos. Menyablon ini dilakukan di kantor Ustadz
Halim Ambiya di daerah Ciputat. Hasil sablonan karya anak punk ini
kemudian di perjualbelikan melalui media sosial. Kaos-kaos ini bertuliskan
kutipan-kutipan dari tokoh-tokoh sufi. Seperti kutipan dari Syekh Abdul
Qadir Al- Jailani“Genggamlah dunia ditanganmu jangan di hatimu!”. Ada
pula anak punk yang dengan mengikuti pelatihan barista dan sudah menjadi
pekerja barista di daerah Jakarta.
71
Gambar III.A.13.
Anak Punk Menjadi Barista
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
c. Pembinaan Kesehatan dan Bantuan Hukum
Anak binaan Komunitas Tasawuf Underground juga mendapat
pembinaan berupa kesehatan dan bantuan hukum, seperti berikut ini:
1. Penyuluhan Kesehatan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kolong
Jembatan Tebet.
2. Pemerikasaan HIV/Aids di Kolong Jembatan dan Puskesmas
Tebet, Jakarta.
3. Program Hapus Tato Gratis, atas kerjasama dengan Islamic
Medical Service (IMS), yang diadakan secara rutin di Kolong
Jembatan dan Klinik IMS, Jatenegara Jakarta.
4. Penyuluhan Hukum LBH Pasti, Jakarta di Kolong Jembatan Tebet.
5. Penyuluhan Hukum dan Advokasi Pemerintah Kota Jakarta Selatan
di Kolong Jembatan Tebet.
72
Peneliti saat turun lapangan berkesempatan hadir dalam salah satu
kegiatan Komunitas Tasawuf Underground untuk memberikan
pembinaan kesehatan kepada anak punk, yakni melalui program layanan
hapus tato gratis. Program layanan hapus tato gratis ini merupakan
program Komunitas Tasawuf Underground yang bekerja sama dengan
Islamic Medical Service (IMS). IMS merupakan lembaga kemanusiaan
nasional di bidang sosial. Program ini membantu anak punk dan anak
jalanan binaan Komunitas Tasawuf Underground yang sudah berhijrah
dan ingin menghapus tato tanpa dipungut biaya.
Program layanan hapus tato gratis ini sudah dilakukan dua kali. Hal
tersebut seperti yang dituturkan oleh Ibu Nabila selaku relawan sekaligus
pengurus Komunitas Tasawuf Underground:
“Udah lama Cuma ini yang kedua kalinya. Dulu pernah tapi ga di sini di
kliniknya IMS. Cuma yang pertama karena uji coba anak-anakkan di
bawanya ke klinik sana. Jadi sekarang ngadainnya di sini di kolong dan
di buka juga buat anak punk dan jalanan diluar dari TU tetapi harus
melalui prosedur yang ada (wawancara dengan Bu Nabila 24 Agustus
2019).”
Program hapus tato yang kedua kalinya ini diadakan di Kolong
Jembatan Tebet depan Stastiun Tebet, Jakarta Selatan. Disediakan pula
oleh pihak IMS mobil keliling hapus tato di lokasi. Persyaratannya pun
dipermudah, yakni tidak harus bisa menghafal salah satu surat dari Al
Quran yang terpenting adalah anak punk dan anak jalanan tersebut sudah
mantap untuk berhijrah atau ingin memperbaiki dirinya.
Layanan hapus tato gratis ini juga di buka untuk anak punk dan
anak jalanan di luar yang ingin mendaftar tetapi dengan prosedur yang
73
sudah ditentukan oleh Komunitas Tasawuf Underground dan IMS.
Caranya dengan mendaftarkan diri melalui pengajian rutin Tasawuf
Underground setiap hari Jumat dan Sabtu pukul 14.00 WIB sampai 16.00
WIB di Kolong Jembatan Tebet. Setelah itu menyiapkan identitas diri
seperti KTP/SIM/KK. Jika tidak memiliki salah satu identitas tersebut
Tasawuf Underground berusaha untuk tetap melayani sepanjang peserta
tersebut mengikuti kegiatan pembinaan Komunitas Tasawuf
Underground. Kemudian mengikuti medical check up yang sudah
dijadwalkan dari pihak IMS.
Setelah hasil Lab dinyatakan lulus peserta hapus tato akan
mengikuti operasi penghapusan tato sesuai dengan jadwal yang
ditentukan pihak Komunitas Tasawuf Underground dan IMS.
Penghapusan tato bisa dilakukan di mobil keliling atau klinik IMS di
Jakarta. Peserta yang mendaftar hapus tato melalui program layanan
hapus tato gratis atas kerjasama Komunitas Tasawuf Underground dan
IMS telah mencapai 250 orang lebih. Salah satunya seorang perempuan
yang berhijab yang peneliti temui di lokasi acara layanan hapus tato di
Kolong Jembatan Tebet.
Perempuan berhijab ini sudah dari umur 15 tahun memiliki tato dan
kini sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Lalu ia berniat menghapus
tatonya karena menyesal maka dari itu ia jauh-jauh datang dari Condet
diantar oleh ayahnya ke Tebet untuk mendaftarkan diri di layanan hapus
tato gratis.
74
Hal tersebut dituturkan olehnya:
“Pengen aja, nyesel gitu, dulu nato gara-gara ikutan temen. Belum lagi
pernah ada kesulitan restu ke calon mertua pas mau nikah. Tapi
alhamdulillahnya suami bantu buat ngomong. Makanya pas tau ada ini dari
broadcast wa ya niat dateng ke sini buat hapus tato. Selain nyesel ya bikin
jelek badan aja ada tatonya (wawancara dengan salah satu peserta layanan
hapus tato pada 24 Agustus 2019).”
Gambar III.A.14.
Layanan Penghapusan Tato Gratis
Sumber: Dokumentasi Peneliti Di Ambil Pada 24 Agustus 2019
B. Analisis Penelitian
1. Tindakan Sosial Komunitas Tasawuf Underground
Mengacu pada teori tindakan maka dapat di katakan bahwa apa yang
dilakukan oleh Komunitas Tasawuf Underground terhadap anak binaannya
(anak punk dan anak jalanan) merupakan tindakan sosial. Tindakan sosial
tersebut dapat dilihat dari hasil temuan penelitian yang telah dijabarkan
penulis pada bab sebelumnya bahwa komunitas ini mempunyai rangkaian
kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk anak binaan sebagai bentuk
pembinaan dan pemberdayaan anak punk dan anak jalanan.
75
Dikatakan sebagai tindakan sosial karena tindakan-tindakan Komunitas
Tasawuf Underground ditujukan atau diarahkan kepada anak punk dan anak
jalanan serta memiliki tujuan, yakni agar agama bisa dirasakan oleh kaum
marjinal dan mengenalkan konsep “Peta Jalan Pulang”, yaitu jalan pulang
kembali kepada Tuhan dan jalan pulang kembali kepada keluarga.
Tindakan sosial tersebut sesuai dengan pengertian tindakan yang
dinyatakan oleh Jones dkk (2016). Bahwa, hampir semua tindakan manusia
adalah sukarela (voluntary). Tindakan itu adalah produk dari suatu keputusan
untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran. Hampir semua yang kita lakukan
adalah hasil dari memilih tindakan dengan suatu cara tertentu bukan cara lain.
Lebih lanjut, ini adalah pilihan purposif, atau berorientasi pada tujuan,
sebagai manusia, kita mampu mengarah kepada tujuan atau hasil dan
mengambil tindakan untuk mencapainya. Oleh karena itu, hampir semua
tindakan manusia adalah tindakan yang disengaja: kita mewujudkan tindakan
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki (Jones dkk, 2016:
26) .
Dari tindakan-tindakan Komunitas Tasawuf Underground juga dapat
dianalisis melalui tipe-tipe tindakan sosial Max Weber yang membagi
tindakan sosial ke dalam empat tipe tindakan sosial. Tipe-tipe tindakan sosial
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tindakan Instrumentalis
Tindakan instrumentalis atau tindakan rasional instrumental pada intinya
adalah tindakan sosial yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang
76
sebelumnya sudah dipikirkan bagaimana caranya untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam kaitannya dengan Komunitas Tasawuf Underground,
tindakan dalam memberikan pembinaan dan pemberdayaan baik dalam
bidang keagamaan, sosial, ekonomi, kesehatan dan bantuan hukum terhadap
anak punk dan anak jalanan dikatakan paling efesien untuk mencapai suatu
tujuan.
Tindakan tersebut dianggap merupakan cara yang terbaik untuk
mencapai tujuan. Sebab Komunitas Tasawuf Underground sebagai komunitas
yang bergerak di bidang dakwah keagamaan memiliki tujuan agar agama bisa
dirasakan oleh seluruh masyarakat (membumi). Maka dari itu Komunitas
Tasawuf Underground merangkul kaum marjinal seperti, anak punk dan anak
jalanan untuk mengajak mereka kepada jalan yang benar dengan
mengenalkan konsep Peta Jalan Pulang. Pertama, jalan pulang kepada Tuhan
dengan mendapat pembinaan dan pendidikan mengenai bagaimana beragama
dengan baik dan benar. Dan kedua, jalan pulang kepada keluarga, yaitu
dengan cara diberi pembinaan dan pemberdayaan keterampilan skill. Hal itu
sesuai apa yang dirasakan Ustadz Halim Ambiya selaku Pendiri Komunitas
Tasawuf Underground yang miris melihat anak punk tidak tersentuh oleh
pendakwah pada umumnya dan dibiarkan saja dengan stigma-stigma buruk
tentang mereka.
“Begitu kita menyaksikan anak jalanan, anak punk bisa kita lihat di trotoar,
di tepi jembatan, di terminal, di stasiun itu melilip mata tapi tidak ada yang
merangkul. Meskipun mereka muslim mereka tidak pergi ke masjid, tidak
pergi kesekolah, dan sebagainya. Dan disitu kita terenyuh bahwa kita pingin
bahwa agama itu dirasakan oleh mereka, kita pingin bahwa agama itu bisa
menjembatani jalan pulang mereka kepada Allah. Karena itu, kita mendesain
sebuah pemberdayaan yang kita sebut sebagai “Peta Jalan Pulang”. Jadi kita
77
ada dua program di “Peta Jalan Pulang” ini. Peta jalan pulang kepada
Allah, yaitu dengan mengenalkan ajaran agama. Dan peta jalan pulang
kepada keluarga, yaitu dengan pemberdayaan ekonomi dan sosial (Observasi
pada Kamis, 28 Februari 2019 Di Universitas Budi Luhur).”
b. Tindakan Berorientasi Nilai
Tindakan berorientasi merupakan tindakan yang dilakukan dianggap baik
dan benar dalam penialian masyarakat, misalnya dalam berperilakunya.
Tindakan Komunitas Tasawuf Underground yang dapat dikategorikan
sebagai tindakan yang berorientasi nilai dapat dilihat dari pencapaian-
pencapaian atau apa saja yang sudah dilakukan oleh Komunitas Tasawuf
Underground terhadap anak punk dan anak jalanan sebagai berikut:
1. Membantu 3 kelahiran anak Punk dengan menanggung biaya persalinan,
membantu menyediakan peralatan bayi hingga mengontrakkan rumah.
2. Membantu biaya pengobatan dan perawatan bagi anak binaan yang
terkena penyakit karena mereka tidak memiliki KTP ataupun jaminan
sosial (BPJS/KIS).
3. Membantu mencarikan pekerjaan dan modal usaha dari berbagai pihak
melalui program donasi yang disiapkan oleh para relawan. Tujuannya
agar mereka tidak terlunta-lunta di jalanan, mengamen atau mengemis.
4. Menyediakan tempat singgah dan ruang belajar bagi anak-anak Punk dan
jalanan yang layak agar mereka melepaskan diri dari jalanan.
5. Menolong anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah atau kuliah dengan
mengikutsertakan mereka dalam program belajar Paket A, B atau C.
78
6. Menyediakan makanan, sembako dan pakaian bagi mereka yang sudah
istiqamah “Mondok” di Pesantren Punk yang disediakan Tasawuf
Underground. Tujuanya agar mereka bisa fokus belajar dan berbenah
tanpa dibebani masalah biaya.
c. Tindakan Tradisional
Pada tindakan tradisional, tindakan ini lebih kepada tindakan yang sudah
dilakukan dari sebelum-sebelumnya atau sudah menjadi suatu kebiasaan.
“Dari sudut kegiatan agama, akivitas yang hingga kini dan selalu dilakukan
adalah kegiatan shalat lima waktu dan dzikir Laa ilaha illallah tiap habis
shalat. Serta kegiatan dzikir malam Jum‟at. Hal ini seperti layaknya obat yang
melepaskan mereka dari ketergantungan Narkoba dan obat-obatan
Psikotropika. Sedangkan, kegiatan lain adalah belajar dan mengaji di kantor
Salima Publik di Ciputat. Mereka layaknya santri yang sedang mondok dan
mendapat tugas menghafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an. Sedangkan, kegiatan usaha
ekonomi yang dilakukan adalah Jasa Sablon dan bisnis online. Sebagian
mereka yang sudah bekerja di kafe atau perusahaan tetap berjalan. Begitu juga
mereka yang masih mengikuti program belajar Paket A, B dan C (Wawancara
dengan ustadz Halim Ambiya pada 1 April 2020).”
Selain itu, dari segi perilaku anak binaan ,tindakan tradisional juga dilihat
dari sebagian anak binaan Komunitas Tasawuf Underground yang masih
berpenampilan atau menggunakan kostum anak punk. Komunitas Tasawuf
Underground memang tidak memaksakan mereka untuk melepas atribut atau
merubah penampilan tetapi ketika akan melaksanakan kegiatan khusus seperti
mengaji, shalat, mereka telah mengetahui dengan sendirinya, yaitu dengan
cara berpenampilan rapi, seperti ada yang memakai kopiah, sarung, atau
paling sederhana kaos dengan celana panjang.
79
d. Tindakan Afektif
Tindakan afektif adalah tindakan yang didominasi perasaan atau emosi
tanpa refleksin intelektual atau perencanaan yang sadar. Dapat dilihat dari
tindakan Komunitas Tasawuf Underground yang menampung beberapa anak
punk untuk di tempatkan disalah satu tempat. Adapun kantor Ustadz Halim
Ambiya lah yang menjadi tempat singgah beberapa anak punk. Kemudian
lokasi tersebut yang terkadang menjadi lokasi anak punk yang singgah
maupun tidak singgah untuk mendapat pembinaan berupa pelatihan-pelatihan,
seperti menyablon.
Pelatihan-pelatihan di lokasi luar tempat singgah pun ada, seperti
pelatihan barbershop, pelatihan barista dan lain-lain. Pelatihan-pelatihan
yang seperti itulah yang diharapkan Komunitas Tasawuf Underground agar
anak punk dan anak jalanan mempunyai skill yang bisa membuat mereka
mengubah nasib terutama dalam kehidupan berekonomi menjadi lebih baik
sehingga diharapkan tidak lagi hidup di jalanan.
Dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Komunitas Tasawuf
Underground tersebut memiliki pengaruh terhadap anak punk dan anak
jalanan. Hal itu dapat dilihat dari perubahan anak punk dan anak jalanan dari
segi penampilan dan perilaku. Merekapun juga mengakui manfaatnya dengan
ikut bergabungnya di Komunitas Tasawuf Undrground. Seperti berikut ini:
“Manfaatnya banyak terutama soal ilmu agama dan perubahan-perubahan
dari diri sendiri maupun temen-temen yang lain. Kan kalo anak-anak jalanan
anak-anak punk tau sendirilah suka minum-minuman sekarang jadi engga,
udah berhenti total. Sekarang yang tadinya pada kurus-kurus pada gemuk-
gemuk juga. Penampilan dulu kan lebih nge punk mulai dari gaya rambut
pakaian yang dulu compang camping robek-robek. Yang dulunya sama sekali
ga berhubungan sama keluarga sekarang suka hubungin yang dulunya ga
80
pernah pulang kerumah sekarang lebih sering pulang ya kembali kekeluarga.
(wawancara dengan D pada Selasa, 25 Juni 2019).”
“Iya saya dulu ga berhijab sekarang lagi belajar berhijab. bisa deket sama
keluarga, tata bahasanya kita juga yang biasanya asal ngejeplak ngomong tapi
sekarang masih bisa diusahakan di kontrol lama kelamaan bisa berubah. yang
kita dapatin ilmu yang pasti si ilmu ya ka perubahannya kita dengan keluarga
bisa lebih dekat secara tata bahasa juga penampilan yang kita dapet dari situ
dan yang pasti si ilmu agama. lebih mengenal tentang ilmu agama. Awalnya
kita udah lama ga ngaji akhirnya kita bisa ngaji lagi dengan baik istilah
katanya bisa shalat dulu kan kita yang namanya shalat kan buat bangun aja
shalat aja kayanya males banget. Ya istilah katanya ga kaya dulu banget
mungkin berantakan tapi ada niatan shalat kaya gitu. Yang lingkungan lebih
menerima kita agak baik yang tadinya pakaiannya seksi-seksi sekarang
tertutup. (wawancara dengan L pada Selasa, 25 Juni 2019).”
Perubahan-perubahan tersebut juga dirasakan oleh relawan pengajar di
Komunitas Tasawuf Underground:
“Awal aku kenal ga begini lho penampilan mereka, masih parah, ini udah pada
bersih. Ada yang tadinya jarang mandi. Yang cewe-cewenya juga sekarang
mah udah pada bersih-bersih tadinya boro-boro pada dekil banget. Dan
tadinya mereka rata-rata ga pake krudung sekarang ikut begini pake krudung
(wawancara dengan Berlin pada Sabtu, 27 April 2019).”
Pengalaman-pengalaman mengenai pembinaan berupa pendidikan juga
dirasakan manfaatnya oleh anak jalanan yang masih dibawah umur. Seperti salah
satu informan peneliti yang masih berusia 12 tahun yang mengaku senang sekali
bisa diajarkan mengaji dan belajar agama terkadang pula belajar pelajaran-
pelajaran umum seperti di sekolah.
“Kadang kaya nulis di papan tulis, belajar kali-kalian diajarin bahasa inggris
pernahlah di kolong situ. Suruh nulis arab pernah. Ya jadi bisa ngaji, belajar
agama, belajar pelajaran biasa juga suka diajarin seneng aja gitu (Wawancara
dengan E pada Sabtu, 21 Juli 2019).”
Selain dari segi pembinaan dalam pendidikan, manfaat yang diambil pun
ternyata bisa dalam bentuk hubungan social dengan keluarga yang lebih harmonis.
Yang dahulunya anak punk dan anak jalanan jarang pulang sekali bahkan ada
81
yang sama sekali segan untuk menengok orang tuanya di rumah hanya karena
sudah merasa terbiasa hidup di jalanan menjadi sering menengok dan
bersilaturahmi menjalin hubungan baik kembali bersama keluarga di rumah.
“Ya maknanya sih yang pasti ilmu agama yah jadi tau yang tadinya belum
tau. Terus lebih bisa dekat sama keluarga. Itu yang paling penting
(Wawancara dengan L pada Selasa, 25 Juni 2019).”
2. Pemaknaan Jama’ah Komunitas Tasawuf Underground Terhadap Ajaran-
Ajaran Yang Diikuti
Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang memiliki arti atau
makna (meaning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain. Weber
menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki dimensi rasional tetapi
terdapat berbagai tindakan non rasional yang dilakukan oleh orang termasuk
dalam tindakan orang dalam kaitannya dengan berbagai aspek dari kehidupan,
seperti politik, sosial, dan ekonomi (Damsar, 2015: 117).
Sesuai pengertian tindakan sosial tersebut maka dalam bagian ini peneliti
berusaha menjelaskan hasil penelitian tentang bagaimana pemaknaan jama‟ah
Komunitas Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya.
Jama‟ah yang di maksud adalah anggota atau pengurus yang terlibat dalam
Komunitas Tasawuf Underground dan ajaran-ajaran yang diikuti adalah ajaran
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN).
Dalam memahami pemaknaan jamaah terhadap ajaran-ajaran yang diikuti
peneliti menggunakan konsep pemaknaan dari Max Weber. Makna menurut
Weber adalah sesuatu yang secara inheren terdapat pada tindakan itu sendiri dan
82
merupakan sebagai properti tindakan, tetapi bukan penyebab atau tujuan dari
tindakan (Supraja, 2012: 83).
Peneliti mencoba untuk mengetahui dan memahami bagaimana jama‟ah
Komunitas Tasawuf Underground dalam memaknai ajaran-ajaran yang diikutinya,
yakni ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN). Jama‟ah
Komunitas Tasawuf Underground terdiri dari berbagai latar belakang. Yang mana
Komunitas Tasawuf Underground yang kebetulan diketuai oleh seorang pengamal
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN). Maka ajaran-ajaran yang
dilaksanakan adalah yang ada di dalam ajaran TQN.
Dalam Weber dikenal dengan metode verstehen atau dikenal juga dengan
metode pemahaman interpretatif, yaitu suatu cara atau usaha untuk memahami
suatu tindakan arti/makna subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain
(Damsar, 2015: 122).
Pemahaman (understanding) dapat dibagi dua jenis, yaitu: pertama,
observational understanding/aktualles verstehen (pemahaman observasional atau
pemahaman aktual), pemahaman melalui observasi langsung atau ekspresi
simbolis tanpa melihat konteks yang lebih luas. Misalnya seseorang yang
terserang kesedihan mendalam atau kemarahan besar terlihat dari wajahnya.
Seseorang yang dirundung kesedihan mendalam tampak dari kerutan atau mimic
wajah yang sendu dan kelam. Adapun seseorang yang terserang kemarahan besar
terlihat dari wajah yang memerah, menaham marah (Damsar, 2015: 122).
Kedua, explanatory understanding/eklarandes verstehen (pemahaman
penjelasan) merupakan pemahaman dengan menempatkan aksi kedalam bentuk
83
konteks makna yang lebih luas. Pemahaman ini mencari bentuk motif, yaitu apa
yang menyebabkan seseorang melakukan hal seperti itu dalam situasi itu (Damsar,
2015: 122).
Dalam hal ini mula-mula peneliti mencari tahu tentang anggota-anggota
atau jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground yang merupakan jama‟ah
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Pertama, peneliti bertemu dengan salah
satu relawan Komunitas Tasawuf Underground di kegiatan pengajian rutin
Tasawuf Underground bersama anak punk di Tebet dan memulai perbincangan
seperti mengobrol-obrol biasa. Kemudian ditengah-tengah obrolan barulah
peneliti mulai bertanya pada salah satu relawan tersebut apakah ia merupakan
jama‟ah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Ketika relawan tersebut
mengakui ia merupakan jama‟ah TQN maka peneliti meminta persetujuan untuk
selanjutnya diwawancarai lebih mendalam tentang bagaimana makna ajaran-
ajaran yang diikutinya. Kemudian ia pun bersedia untuk menjadi informan
peneliti. Peneliti memulai wawancara dengan informan saat pengajian rutin
tersebut istirahat dan setelah shalat Ashar.
Setelah selesai shalat Ashar di masjid sekitar Tebet, peneliti memulai
mewawancarai informan tersebut beliau adalah Ibu Ani. Awalnya peneliti
berbincang-bincang sebentar tentang bagaimana ia bisa menjadi relawan di
Komunitas Tasawuf Underground. Ia menjawab bahwa ia diminta oleh rekannya,
yakni Ustadz Halim yang merupakan pendiri Tasawuf Underground untuk
membantu mengajar anak punk dan anak jalanan dan kemudian Ibu Ani bersedia.
“Saya temennya Pak Ustadz waktu ketemu di TQN center yang di Rawamangun
84
Pak Ustad bilang buat bantuin ngajar di kolong gitu ya saya mau ke sini”
(Wawancara dengan Ibu Ani pada 26 April 2019).
Dari obrolan tersebut peneliti barulah mulai berani pada pertanyaan inti
seputar ajaran-ajaran yang diikutinya. Jadi, Ibu Ani ini sudah menjadi jama‟ah
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dari tahun 2013 berawal dari temannya
di Mojokerto. Sebelum mengetahui dunia ketarekatan Ibu Ani suka mengikuti
pengajian sana-sini, berguru dengan kyai, untuk meminta doa, dan wejangan.
“Itu berarti lima tahun yang lalu berarti 6 tahun, tahun 2013. Akhirnya ibu ikut
shalat jamaah. Ibu mikir gini, ga ada yang aneh, apa yang aneh, ga ada sih,
istilahnya syariatnya ada semua. Ya umumnya shalat. Karna buat ibu umumnya
shalat, apa emang karna ibu juga fakir ilmuya, orang bodoh dan akhirnya ikutin
dating lagi shalat disitu ikut shalat jamaah, dizikirnya. Awalnya ibu ga ikutin
Cuma dengerin aja ko ada gerakan-gerakannya. Pas itu kebetulan ketemu lagi
sama Ibu H Ali itu beliau itu seneng banget kayaknya ibu bisa dateng, dateng aja
dulu (Wawancara dengan Ibu Ani pada 26 April 2019).”
Sampai pada akhirnya Ibu Ani menceritakan latar belakang yang mengawali
Ibu Ani ikut tarekat. Pada saat bercerita, peneliti melihat mata informan yang
sempat berkaca-kaca. Ternyata Ibu Ani dulu pernah mempunyai masalah
keluarga. Saat itu Ibu Ani berstatus sebagai single parents. Peneliti mencoba
menenangkan informan dan memberi kebebasan kepada informan ingin
melanjutkan pembicaraannya atau tidak. Tetapi ternyata informan tetap
melanjutkan dengan bercerita pengalamannya.
“Udah ibu datang berapa kali ibu ikutin shalat jamaah. Ikut dzikirnya. Awalnya
ibu dengerin. Terus ibu datang lagi hari berikutnya dengerin lagi tapi sambil
memejam mata rasanya ko nyaman selama ini ibu cari. Udah berapa kali dateng
karena apa karena dalam keadaan itu juga istilahnya ibu ngalamin problema
kehidupan yang buat ibu waktu itu cukup berat. Problem kehidupan menyangkut
keluarga, menyangkut rumah tangga, menyangkut semuanya gitukan. Itukan
rasanya berat. Nah, pas ikut ini dengerin dzikir awalnya ibu ga ikutin tapi
sekadar mejam mata sambil meresapi, ibu kalo certain pengin nangis. Kaya ada
hawa gimana ya, rasa nyaman, udah nyaman, nyaman, pas hari ahad lupa
tanggal tahunnya itu ada acara manakib di ahad pagi. Kebetulan waktu itu
85
penceramahn yaituUstadz Wahfiudin. Ibu gatau ternyata beliau di sini (TQN
Center Rawamangun). Dan yang bikin ibu ini lagi inget ungkapannya beliau
ucapannya beliau yang bikin ibu inget sampai sekarang. Sebesar apapun
masalah kita itu datangnya dari Allah biarkan Allah yang menyelesaikan. Otak
kita hanya segempal tangan. Kalau kita mau menampung semuanya itu ga
mungkin sangat tidak mungkin, pasti luber, kalau lube rjatuhnya tuh stress.
Bagaimana caranya biar ga ngalamin halitu. Biar itu jadi urusan Allah biar
Allah yang menyelesaikan. Ibu langsung cara berpikir itu apa berbalik 180
derajat. Disitu ada rasa kepasrahan. Pasrah bukan berarti ga berusaha ya.
Benar-benar merasa yaudahlah serahin semuanya ke Allah. Itu urusannya Allah.
Disitu nyentuh (Wawancara dengan Ibu Ani pada 26 April 2019).”
Setelah mengikuti acara manaqib Ibu Ani memutuskan untuk talqin atau
bai‟at. Talqin adalah suatu proses dimana terjadi didalamnya pemasukan
nurnubuwwah ke dalam hati murid. Sekaligus diajarkan pula bagaimana cara
berdzikir kepada Allah dengan metode yang ada dalam tarekat termaksud (Alba,
2014: 173).
Mursyid-lah (Guru sang penunjuk) yang mendapat izin dari Rasulullah
untuk melakukan talqin az-Dzikir kepada siapa saja yang mau mengamalkan
dzikir. Karena keterbatasannya secara fisik, sementara jangkauan dakwah semakin
luas, seorang mursyid bisa mengangkat wakil talqin. Wakil talqin adalah seorang
murid yang dalam “pandangan ruhani” mursyid telah memenuhi kualifikasi
secara spiritual, kepada calon-calon murid. Pengangkatan wakil talqin sepenuhnya
adalah hak prerogative mursyid (Alba, 2014: 174).
“Nah abis acara berakhir, langsung ibu talqin. Kenapa talqin, karena selama
yang ibu itu dateng ikut shalat jamaah, awalnya hanya mengikuti, dengerin,
dating lagi dating lagi, dengerin lagi tapi sambil mejamkan mata sambil
meresapi ternyata hati ini rasa nyaman itu yang ibu cari. Akhirnya ibu talqin
dzikir di situ sama Ustad Miftah dari Lumajan gitu yang menalqin, beliau
sekarang almarhum. Itu di situ ibu nangis kenapa ya bener-bener subhanallah ga
bisa di bilang kata-kata. Air mata ngucur terus. Dari situ ibu jalanin dan
alhamdulillah dalam masa-masa sulit itu problem yang berat itu jadi kita
pemikirannya jadi seperti itu, hati kita tujuannya Cuma satu tujuannya cuma
Allah. Kita mengharap ridhanya Allah. Akhirnya apa, bener-bener yang tadinya
perasaan tuh masalah gede berat itu dengan sendirinya satu per satu terurai-urai
86
ketemu jalan dan sampai sekarang ini ibu jalaninya emang ini jalannya. Emang
Allah nyuruh kaya gini, ini Allah yang nuntun (Wawancara dengan Ibu Ani pada
26 April 2019).”
Adapun proses talqin yang diikuti seperti yang dijelaskan oleh Bu Ani sebagai
berikut:
“Proses talqinnya itu pas habis manakib. Talqin itu melafalkan dzikir cara
melafalkan dzikir laailahailallah. Ill nya ibaratnya itu hentakan kehati kalbu
istilahnya itu besi kalau berkarat tiap hari di gempur terus itu karatnya lama-
lama turun batu yang keras lama-lama tuh jadi lunak. Faedahnya tarekat itu
buat ibu tuh seperti itu. Menemukan rasa nyaman dengan kita bertoriqoh kita
mencari jalan gimana sih cara mendekatkan diri sama Allah dengan bimbingan
guru mursyid. Guru mursyid TQN itu pangersa Abah Anom. (Wawancara dengan
Ibu Ani pada 26 April 2019).”
Ibu Ani dalam mengamalkan ajaran Thariqah Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah, yaitu berdzikir di rumah yang selalu ia lakukan sehabis shalat
wajib. Peneliti juga sempat melihat Ibu Ani ketika sehabis shalat Ashar berdzikir
Lailaha illallah dengan suara yang pelan namun tetap terdengar oleh peneliti yang
sembari menunggu informan selesai shalat sebelum wawancara. Ibu Ani juga
dalam mengamalkan ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ia selalu
ingat akan pesan dalam tanbih yang selalu dibacakan saat manaqib. Tanbih
tersebut yang menjadikan Ibu Ani untuk selalu bersikap baik di kehidupan sehari-
hari.
“Ajaran-ajarannya selain dzikir itu tanbih. Tanbih itu pesan guru salah satu
contohnya kita ga boleh menghina orang miskin karena apa miskin itu bukan
kemauan dia. Miskin emang takdirnya Allah. Kita berkasih sayang sekalipun
orang itu menyakiti kita kita tetep menyayangi jadi istilahnya dalam saat kita
berdzikir itu segala sesuatu itu ditanggalkan entah jabatan apapun itu
ditanggalkan semua. Semuanya sama. Kita ga boleh menyalahkan guru yang
sezaman. Maksudnya kita jangan merasa oh ini bener ajaran sono mah salah.
Kita ga diperbolehkan begitu. Dan kita juga ga boleh mengoreksi murid orang
lain. Maksudnya ga boleh ngebanding-bandingin kamu ama dia lebih bagus
kamu dari pada dia. Tetep intinya tuh harus kasih sayang. Selain itu ya ada
amalan-amalannya seperti dzikir, manakib, khataman, tawasul. Kalau di TQN itu
ya kita itu ada amalan harian buat ikhwan akhwatnya misalnya sehabis shalat itu
dzikir, kita baca shalawat nabi itu ada tuntunannya dan kita juga di ajarkan dan
87
dianjurkan shalat-shalat sunah lainnya. Misal shalat sunah taubat, shalat malam
umumnya, banyak (Wawancara dengan Ibu Ani pada 26 April 2019).”
Selain dzikir, manaqib, juga ada khataman. Ibu Ani biasanya melaksanakan
kegiatan khataman di TQN Center Rawamangun. Kegiatan ini merupakan upacara
ritual yang biasanya dilaksanakan secara rutin di semua cabang kemursyidan, ada
yang melaksanakan sebagai kegiatan mingguan ada juga yang melaksanakan
setiap bulan. Pada dasarnya kegiatan ini merupakan upacara ritual yang resmi,
lengkap dan rutin yang dipimpin langsung oleh mursyid atau asisten mursyid
(khaliffah) sehingga forum ini sekaligus sebagai sarana untuk tawajjuh serta ajang
silaturahmi antar sesama anggota (Sururin, 2012: 32).
“Khataman itu biasanya dalam satu minggu dua kali hari senin sama hari kamis
itu jadwal dari pusat. Tapi kalau bisa kita khataman dari sendiri itu kan emang
ajarannya. Bacaan-bacaannya ya surat-surat pendek ada sehabis shalat.
Sebisanya mungkin khataman (Wawancara dengan Ibu Ani pada 26 April
2019).”
Dari wawancara dengan Ibu Ani bahwa ia memaknai ajaran-ajaran yang
diikutinya bukan hanya sekadar sebagai kebutuhan spiritualitas saja, Ibu Ani
memaknainya sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah untuk mengharap
ridho-Nya dan juga sebagai pengendalian diri dalam menahan hawa nafsu. Hal itu
seperti yang dituturkannya sebagai berikut:
“Banyak banget, selain bisa sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah
untuk mengharap ridho-Nya dan jujur ya ibu tuh dulu pemarah. Istilahnya
pemarah bukan pemarah tukang ngamuk-ngamuk begitu. Lebih cenderung kurang
bisa mengendalikan hawa bukan nafsu. Hawa kan cenderung jelek emosian.
Dengan ikut bertoriqoh itu ibu merasakan sendiri ya ibu bisa menahan diri lebih
bisa alhamdulillah sedikit-sedikit sabar, kedua nyaman, nyamannya apa, dengan
ngejalanin sehari-hari seperti ini ya mungkin kalo belum mengenal ko berat amat
sih hidup tapi buat ibu engga ya jalanin aja. Masalah apapun rasanya ringan.
Tidak ingin terbebani. Banyak nilai-nilai plusnya (Wawancara dengan Ibu Ani
pada 4 Oktober 2019).”
88
“Toriqoh juga mengajarkan kita berbagi dengan sesama. Istilahnya gini di sisi
lain kita mempunyai biarpun sedikit banget ilmu kalau ga diamalkan rasanya tuh
sia-sia. Terus kenapa ibu pengin terjun kaya gini, tujuannya apa, ibu pengen sisa
umur hidup ibu, ibu pengen hidup ibu itu berkah berguna bagi yang lain. Dan ibu
ga kepikiran ih ga ada bayarannya malah ngeluarin biaya. Karena ibu yakin Allah
menjamin. Ga ada istilahnya bersedekah kita jadi bangkrut itu ga ada. Kalau
dipikirkan ngeluarin biaya tapi ibu ga mikir ke situ. Ibu seneng aja pengin berbagi.
Kayaknya rasanya seneng aja bisa berbagi ke orang lain dan dibutuhkan orang
lain (Wawancara dengan Ibu Ani pada 26 April 2019).”
Ibu Ani juga memaknai ajaran tasawuf melalui tanbih yang selalu dibacakan
saat ada kegiatan manaqib.
“Jadi ya nilai-nilai yang ada itu satu berbagi, dua sebisanya mungkin menerapkan
tanbih, jadi apa yang pesan-pesan guru itu kita jalani insyallah selamat dunia
akhirat. Masalahnya itu benar-benar tanbih itu mencakup semua kehidupan ya
untuk kita sehari-hari, untuk diri sendiri, untuk berada di lingkup masyarakat,
lingkup sosial, itu seperti itu (wawancara dengan Ibu Ani pada 4 Oktober 2019).”
Berbeda dengan informan kedua, peneliti melakukan wawancara pada
informan kedua juga dilakukan pada acara pengajian rutin di Kolong Jembatan
Tebet. Informan kedua ini baru mengetahui dan mengikuti ajaran Thariqah
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah setelah menjadi relawan di Komunitas Tasawuf
Underground. “Saya baru tahu TQN setelah jadi relawan disini sebelumnya
belum pernah” (Wawancara dengan Ulfa pada Sabtu, 24 Agustus 2019).
Ulfa sudah lama menjadi relawan di Komunitas Tasawuf Underground
sejak berawal dari diadakannya kegiatan pengajian rutin di Kolong Jembatan
Tebet. Ia mengetahui adanya Komunitas Tasawuf Underground berawal dari
media sosial. Ulfa yang pada saat itu masih berstatus sebagai mahasiswi di salah
satu universitas di Jakarta mengaku bahwa alasannnya menjadi relawan di
89
Komunitas Tasawuf Underground adalah ingin membantu mengajar anak jalanan
belajar mengaji.
“Apa ya, mungkin ini kan suatu kegiatan yang positif ya kenapa engga gitu.
Nambah-nambah kegiatan aja mumpung masih kuliah jadi ga cuma kuliah aja gitu
ada sesuatu yang dilakukan. Terlebih insyallah kegiatan yang dilakukan ini suatu
kebaikan. Dan bisa menambah teman-teman baru juga untuk saling
bersilaturahmi. Sama-sama belajar agama juga (Wawancara dengan Ulfa pada
Sabtu, 24 Agustus 2019).”
Berawal menjadi relawan tersebutlah Ulfa juga pernah mengikuti kegiatan
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dan sudah dapat dikatakan sebagai
jama‟ah TQN sebab ia pernah mengikuti talqin-nya di TQN Center Rawamangun
pada saat acara dzikir bersama di malam tahun baru bersama anak punk dari
Komunitas Tasawuf Underground.
“Jadi pada waktu itu malam tahun baru anak-anak punk dan sebagian relawan,
pengurus termasuk ustad Halim ke TQN Center Rawamangun untuk berdzikir di
malam tahun baru. Saat itu juga aku ikut talqinnya. Nah dari situ aku tau.
Mungkin inilah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan banyak
berdzikir. Karena dalam TQN itukan salah satu ajaran yang paling utama adalah
dzikir dengan lafadz laa ilaha ilallah (Wawancara dengan Ulfa pada Sabtu, 24
Agustus 2019).”
Kemudian ulfa menceritakan pengalaman-pengalamannya berupa
perasaannya saat mengikuti dzikir di TQN Center Rawamangun pada saat malam
tahun baru itu.
“Merasa ngantuk saat berdzikir ada, tapi ya lama kelamaan bener-bener nikmatin
dan sangking fokusnya untuk pertama kalinya gatau kenapa saat saya berdzikir
seperti mau nangis. Tapi di sisi lain ngerasa tentram aja gitu. Nah dari situ aku
mulai memutuskan untuk lebih lanjut tahu tentang ajaran-ajaran TQN
(Wawancara dengan Ulfa pada Sabtu, 24 Agustus 2019).”
Meskipun Ulfa termasuk jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
yang tergolong baru tetapi ia tetap mengamalkan ajaran-ajaran Thariqah
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah berupa dzikir yang selalu ia lakukan sehabis shalat
90
wajib. Terkadang pula Ulfa mengikuti manaqib di TQN Center Rawamangun
bersama relawan-relawan Tasawuf Underground setiap satu bulan sekali.
“Saya sih sebenarnya jarang kalo ke TQN Centernya tetapi sesekali ya
menyempatkan kalo ada acara manaqiban kadang juga ikut. Pernah juga waktu itu
hadir manaqib karena Ustad Halim mengisi disana. Datang bersama relawan-
relawan yang lain juga. Anak punk juga sebagian ikut (Wawancara dengan Ulfa
pada Sabtu, 24 Agustus 2019).”
Ulfa juga maerasakan manfaatnya ketika menjadi jama‟ah Thariqah
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah terutama saat ada kegiatan manaqiban. Dengan
cara itu ia bisa berkumpul bersama teman-teman untuk saling bersilaturahmi,
terlebih ketika ada makan bersama setelah acara manaqib selesai Ulfa merasa
senang.
“Banyak, bukan hanya dari segi religiusitas, kita jadi berkumpul bersama orang-
orang yang tujuannya sama mengharap ridho Allah, sama belajar beragama
dengan baik. Kalau dari kegiatan kaya manaqib jadi bisa bertemu teman-teman
saling bersilaturahmi, selesainya bisa makan bersama. Apalagi saya anak
kuliahan nge kos kan lumayan bisa dapat berkah dan makan bersamanya
(Wawancara dengan Ulfa pada Sabtu, 24 Agustus 2019).”
Menurut Ulfa makna ajaran-ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
baginya adalah ajaran yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah, lebih
mengingat selalu dengan Allah dan juga sebagai ritual yang penuh dengan
keberkahan.
“Untuk mendekatkan diri kepada Allah pastinya, agar hidup penuh dengan berkah,
lebih termotivasi untuk lebih baik lagi di kehidupan sehari-harinya, ya intinya kita
kan ga selamanya hidup di dunia jadi mesti ada amalan-amalan yang
mengingatkan kita pada kebaikan. Kurang lebih seperti itu makna yang lebih
positif (Wawancara dengan Ulfa pada Sabtu, 24 Agustus 2019).”
Peneliti beralih kepada informan ketiga, masih dalam waktu yang sama
wawancara dilakukan saat kegiatan pengajian rutin Komunitas Tasawuf
Underground. Sebelum pulang peneliti berusaha mengajak mengobrol dengan
91
relawan lain. Ibu Ile begitu sebutannya. Ibu Ile ini merupakan teman dari Ibu Ani.
Peneliti mulai mewawancarai Ibu Ile dengan diawal topik yang sama seperti
sebelumnya. Menanyakan perihal ia menjadi relawan di Komunitas Tasawuf
Underground. Ibu Ile juga sama seperti informan sebelumnya, Ulfa. Mengetahui
adanya Komunitas Tasawuf Underground dari media sosial yang kemudian
datang langsung ke lokasi kegiatan pengajian rutin Tasawuf Underground di
Tebet.
Ibu Ile juga merupakan jama‟ah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah,
namun tidak begitu aktif dalam kegiatan di TQN Center Rawamangun. Hal itu
dikarenakan jarak rumahnya yang jauh dari TQN Center, yakni di Depok. Namun,
terkadang Ibu Ile juga setiap satu kali dalam sebulan mengikuti manaqib di TQN
Center. Sehari-sehari Ibu Ile mengamalkan ajaran-ajaran Thariqah Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah lebih sering di rumah, seperti dzikir sehabis shalat wajib sama
seperti informan-informan sebelumnya.
“Kalau dzikir itu di rumah juga bisa seperti setiap sehabis shalat wajib, tetapi kalo
kaya manaqib itu ibu biasanya dateng ke majelis-majelis TQN ya contohnya di
TQN Center itu atau kadang juga jamah-jamaah TQN ada yang mengadakan
manaqib dirumahnya (Wawancara dengan Ibu Ile pada Sabtu, 24 Agustus 2019).”
Adapun makna ajaran-ajaran yang diikutinya, menurut Ibu Ile adalah
sebagai cara meraih keberkahan, ajang bersilaturahmi. seperti yang dituturkannya
berikut:
“Ya banyak, untuk meraih keberkahan misal dari ikut manaqib, saling
bersilaturahmi ketemu jamaah-jamaah lain saat acara perkumpulan. Dan bisa
lebih dekat dengan Allah dengan terus mengamalkan dzikir. Dan ibu kan juga bisa
sambil berjualan kadang jual snack cemilan, atau ga kosemtik gitu ibu tawar-
tawari ke ibu-ibu lain banyak kan tuh yang juga ikut manaqib barangkali ada yang
minat untuk beli. Tentunya ada terutama dalam hal beragama, berperilaku jadi
lebih positif lagi ga gampang emosi, lebih bisa menahan amarah, lebih merasa
92
tentram, berlapang dada apalagi disetiap kita mengamalkan dzikir itu
(Wawancara dengan Ibu Ile pada Sabtu, 24 Agustus 2019).”
Berbeda dengan informan-informan sebelumnya yang hanya sebagai
jama‟ah atau pengamal Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, Ustadz Halim
Ambiya selaku Pendiri Komunitas Tasawuf Underground pengamal TQN dan
juga merupakan Da‟i yang bertugas mengisi kajian dalam acara manaqiban atau
Khataman kepada ikhwan-ikhwan TQN.
“Saya memang pengamal Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)
Suryalaya dan merupakan salah satu da‟i yang ditugaskan untuk memberi
siraman ruhani kepada Ikhwan-ikhwan TQN dalam sesi Manaqib atau Khataman
di wilayah Jakarta (Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya pada 11 April
2020).”
Gambar III.B.1.
Ustadz Halim Ambiya Pengisi Kajian Tasawuf
Sumber: Instagram/ Tasawuf Underground
Menurut Ustadz Halim Ambiya dalam memaknai ajaran-ajaran Thariqah
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah sebagai pendidikan ruhani terutama dalam
membina anak punk dan anak jalanan dengan cara ber-thariqah atau berdzikir.
Hal itu dituturkan oleh Ustadz Halim Ambiya sebagai berikut:
93
“Pendidikan ruhani yang diterapkan di Tasawuf Underground adalah adaptasi
model dari pembinaan Inabah di Ponpes Suryalaya. Melakukan pembinaan anak
Punk dan jalanan tidak akan cukup hanya dengan ceramah biasa seperti yang
dilakukan di masjid atau mejelis taklim pada umumnya. Tapi, perlu
penggemblengan khusus ruhani melalui tradisi dzikir dalam thariqah. Mereka
yang mengikuti pembinaan Tasawuf Underground diwajibkan mengikuti talqin
dzikir, agar memperoleh kesan batin yang lebih mendalam (Wawancara dengan
Ustadz Halim Ambiya pada 11 April 2020).”
Dari pandangannya mengenai makna ajaran-ajaran TQN itulah yang
membawa pilihan-pilihan Ustadz halim Ambiya dalam bersikap sebagai pembina
Komunitas Tasawuf Underground untuk menghadapi anak binaannya, yakni anak
punk dan anak jalanan. Sebab terkadang Ustadz Halim Ambiya menempatkan diri
sebagai Ayah bagi anak binaannya: “Sebagai ayah, tentu baik dan buruk prilaku
anak tetap menjadi tanggung jawab saya. Benar atau salah harus dibela dengan
bahasa kasih seorang ayah (Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya pada 11
April 2020).”
Ustadz Halim juga terkadang menempatkan diri sebagai guru atau ustadz:
“Saya berkewajiban menegur, membimbing dan mengarahkan mereka ke
jalan yang benar, agar mereka tidak lupa kepada jalan pulan; jalan kepada
Allah dan jalan kepada keluarga. Jalan yang harus disiapkan menuju
pertemuan dengan Allah di akhirat dengan pembekalan ilmu agama. Dan,
jalan pulang kepada keluarga dengan pemberdayaan ekonomi dan social
(Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya pada 11 April 2020).”
Dan juga menempatkan diri sebagai sahabat bagi anak punk dan anak jalanan:
“Kadang, saya menempatkan diri sebagai sahabat. Sebagai sahabat saya harus
mengetahui jiwa mereka secara personal. Menjadikan mereka sebagai kawan yang
selalu menjaga, saling berbagi dan saling menolong. Selama ini, stigma negatif
yang ditujukan oleh masyarakat membuat mereka semakin jauh dari akar keluarga
dan masyarakatnya, maka dibutuhkan para sahabat yang penuh cinta dan kasih
untuk mereka (Wawancara dengan Ustadz Halim Ambiya pada 11 April 2020).”
Dari paparan diatas yang telah disampaikan oleh informan-informan
mengenai pendapat tentang pemaknaan jama‟ah Komunitas Tasawuf
94
Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya, yakni sebagai jama‟ah yang
mengamalkan ajaran-ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dapat
dirangkum sebagai berikut:
1. Memaknai ajaran-ajaran yang diikutinya melalui dzikir sebagai jalan cara
mendekatkan diri kepada Allah dengan melafalkan laa ilaha ilallah di
hentakkan ke hati kalbu yang mana menimbulkan rasa ketentraman jiwa atau
kenyamanan. Sehingga dapat menghilangkan penyakit hati, seperti rasa
sombong, dan sebagainya yang berhubungan dengan keburukan.
2. Sebagai ajaran yang menyuruh kita untuk melakukan kebaikan hal itu
tercermin melalui ajaran tanbih yang biasanya dibacakan pada saat kegiatan
manaqiban. Tanbih ini merupakan pesan guru. Jamaah yang memaknai
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah berpegang pada tanbih tersebut untuk
mengamalkan ajaran-ajaran tersebut pada kehidupan sehari-hari di masyarakat,
seperti tidak boleh menghina orang miskin, tidak merasa ajaran yang diikuti
paling benar dan ajaran yang lain salah, tidak membandingkan diri dengan
orang lain, saling menyayangi antar sesama.
3. Sebagai ajaran yang penuh keberkahan. Seperti dalam mengikuti kegiatan
ritual manaqiban yang dianggap sebagai ritual penuh keberkahan dan ajang
silaturahmi kepada sesama jama‟ah-jama‟ah Thariqah Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah lain yang juga hadir dalam kegiatan tersebut.
4. Ada juga yang memaknainya sebagai ajaran yang mengajarkan untuk berbagi
antar sesama. Berbagi dengan sesama bukan hanya dalam hal materi tetapi
berbagi dengan ilmu juga termasuk di dalamnya. Hal itu tercermin pada jamaah
95
yang juga ikut bergabung dalam Komunitas Tasawuf Underground sebagai
pengajar yang sukarela membimbing anak punk dan anak jalanan.
5. Dan sebagai pendidikan ruhani untuk membina anak punk dan anak jalanan
agar bisa mengajak mereka kembali ke jalan yang benar melalui dzikir dalam
thariqah.
Dari hasil temuan penelitian mengenai pemaknaan jama‟ah Komunitas
Tasawuf Underground terdapatnya berbagai macam-macam makna menurut
jama‟ah masing-masing saat di wawancarai. Hal tersebut sesuai dengan
pengalaman para jama‟ah saat melakukan amalan-amalan pada ajaran-ajaran yang
diikutinya, yaitu Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) di kehidupan
sehari-harinya.
Dalam hal ini peneliti menganalisa pemaknaan jama‟ah Komunitas Tasawuf
Underground dengan menggunakan konsep teori pemaknaan Max Weber. Dalam
konsep Weber pemaknaan tindakan terdapat dua konsep, yakni: pertama, makna
subjektif yang menunjukkan adanya tindakan aktor, menurut Weber makna
semacam ini dapat dipahami dengan cara observasi langsung, seperti terlibat
langsung di lapangan dan mengamati objek penelitian dalam tindakannya. Kedua,
pemahaman motivasional yaitu pemahaman makna yang lebih luas (Nindito,
2005).
Dua konsep tersebut peneliti terapkan dalam metode penelitian di lapangan.
Seperti pada konsep pemaknaan yang pertama, yaitu makna subjektif. Makna
subjektif ini dilihat dari adanya tindakan aktor atau tindakan jama‟ah dalam
mengamalkan ajaran-ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah baik di
96
rumah masing-masing atau di majlis/masjid yang memang juga merupakan tempat
melakukan kegiatan amalan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah seperti
dzikir harian setelah shalat fardhu, amalan mingguan (khataman), amalan dan
bulanan (manaqiban).
Dari kegiatan-kegiatan amalan-amalan tersebut yang dilakukan oleh
jama‟ah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Komunitas Tasawuf
Underground peneliti mengobservasi secara langsung, seperti melihat salah satu
jama‟ah mengamalkan dzikir harian setelah shalat fardhu (Ashar) sebanyak 165
kali dengan lafadz La Ilaha Illallah.
Pada konsep pemaknaan kedua, yaitu pemahaman motivasional yaitu
pemahaman makna yang lebih luas, dalam hal ini dapat dilihat bagaimana peneliti
menggunakan metode wawancara mendalam terhadap informan atau jama‟ah
Komunitas Tasawuf Underground yang mengamalkan ajaran-ajaran Thariqah
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah tentang bagaimana awal mula jama‟ah bisa ikut
bergabung sebagai jama‟ah thariqah, pengalaman-pengalaman yang dirasakan,
perubahan-perubahan yang di alami jama‟ah setelah mengikuti thariqah,
bagaimana arti thariqah bagi jama‟ah sampai bagaimana jama‟ah selain
mengamalkan ajaran-ajaran thariqah juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial,
yaitu dengan bergabung dan membentuk Komunitas Tasawuf Underground.
97
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai fenomena
Komunitas Tasawuf Underground, dapat ditarik kesimpulan atas penemuan
data dan hasil analisis sebagai berikut:
1. Tindakan menurut Max weber adalah perilaku yang bermakna. Sedangkan
tindakan sosial adalah perilaku atau tindakan yang bermakna yang
diarahkan kepada orang lain. Dalam Weber terdapat empat macam tindakan
sosial, yaitu: (1) Tindakan Instrumentalis, (2) Tindakan Berorientasi Nilai,
(3) Tindakan Tradisional, dan (4) Tindakan Afektif. Dari macam-macam
tindakan sosial tersebut dapat dianalisa dalam hasil penelitian yang
termasuk ke dalam tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground
adalah sebagai berikut: (1) Tindakan Instrumentalis; tindakan yang
berorientasi pada tujuan, yakni memberikan pembinaan dan pemberdayaan
baik dalam bidang keagamaan, sosial, ekonomi, kesehatan dan bantuan
hukum terhadap anak punk dan anak jalanan dikatakan paling efesien untuk
mencapai suatu tujuan Komunitas Tasawuf Underground (Konsep Peta
Jalan Pulang), (2) Tindakan Berorientasi Nilai; tindakan yang dilakukan
dianggap baik dan benar dalam penialian masyarakat, seperti membantu 3
kelahiran anak Punk, membantu biaya pengobatan dan perawatan bagi anak
binaan yang terkena penyakit, membantu mencarikan pekerjaan dan modal
usaha dari berbagai pihak melalui program donasi yang disiapkan oleh para
98
relawan, menyediakan tempat singgah dan ruang belajar bagi anak-anak
Punk dan jalanan yang layak agar mereka melepaskan diri dari jalanan, dan
menolong anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah atau kuliah dengan
mengikutsertakan mereka dalam program belajar Paket A, B atau C. (3)
Tindakan Tradisional; tindakan yang sudah menjadi suatu kebiasaan,
seperti kegiatan shalat lima waktu dan dzikir Laa ilaha illallah tiap habis shalat.
Serta kegiatan dzikir malam Jum‟at. (4) Tindakan Afektif; yaitu tindakan yang
didominasi perasaan atau emosi, seperti menampung beberapa anak punk
untuk di tempatkan disalah satu tempat singgah.
2. Pemaknaan jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground terhadap ajaran-
ajaran yang diikuti (Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah) berbeda-
beda pada setiap jama‟ah. Ada yang memaknai ajaran-ajaran thariqah
sebagai jalan cara mendekatkan diri kepada Allah, sebagai ritual penuh
keberkahan, ajang bersilaturahmi antar sesama jama‟ah, dan sebagai
pendidikan ruhani untuk membina anak punk dan anak jalan agar bisa
mengajak mereka kembali pada jalan yang benar.
B. Saran
Penulis memberikan saran-saran yang diharapkan menjadi bahan renungan
dan masukan kepada semua pihak terkait adalah:
1. Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dan mendukung kegiatan
sosial yang dilakukan oleh Komunitas Tasawuf Underground untuk
memberikan pembinaan dan pemberdayaan terhadap anak punk dan anak
99
jalanan agar tidak lagi beraktifitas di jalanan sehingga mengurangi keresahan
masyarakat atas stigma-stigma buruk tentang mereka.
2. Kepada Komunitas Tasawuf Underground lebih ditingkatka lagi sumber daya
manusianya seperti para relawan-relawan agar bisa lebih baik lagi dalam
membina dan memberdayakan anak punk dan anak jalanan.
3. Untuk penelitian selanjutnya dalam tema ini berdasarkan temuan dan proses
penelitian diharapkan dapat lebih mengeksplor lagi tentang komunitas
keagamaan yang berkaitan dengan tasawuf. Terutama tidak hanya berfokus
pada ajaran-ajarannya melainkan juga terhadap pengaruh-pengaruh di
lingkungan sekitarnya.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Alba, Cecep. 2014. TasawufdanTarekatDimensiEsoterisAjaran Islam. Bandung:
PT RemajaRosdakarya.
Anwar, Yesmil dan Adang. 2008. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Grasindo.
Aqil, Said. 2006. TasawufSebagaiKritikSosial. Bandung: PT Mizan.
Bungin, Burhan. 2015. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Damsar. 2015. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta:Prenamedia Group.
Emir, 2010
Jones, Pip. 2010. Pengantar Teori-Teori Sosial dari teori fungsionalisme hingga
post-modernisme.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial dalam Perspektif Klasik,
Modern, Posmodern dan Psokolonial. Jakarta: Rajawali.
Mufid, Ahmad Syafi‟i. 2006. Tangklukan, Abangan, dan Tarekat: Kebangkitan
Agama di Jawa. Jakarta: Yasayan Obor Indonesia.
Mulyati, Sri. 2017. Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Siregar, Rivay. 2002. Tasawuf Dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme. Jakarta:PT
RajaGrafindo.
Sururin. 2012. Perempuan Dalam Dunia TarekatStudi Tentang Pengalaman
Beragama Perempuan Anggota Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah.
Jakarta:Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam
Thohir, Ajid. 2002. Gerakan Politik Kaum Tarekat (Telaah Historis Gerakan
Politik Antikolonialisma Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau
Jawa).Bandung: Pustaka Hidayah.
xiv
Neuman, W Laurence. 2013. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif. Jakarta: Indeks.
JURNAL :
Anis, Muhammad.2013. Spiritualitas di Tengah ModernitasPerkotaan.Jurnal
Bayan Vol. II No. 4.
Aziz, Amir. 2013. KebangkitanTarekat Kota. ISLAMICA: Jurnal Studi
Keislaman Vol. 3 No. 1.
Basthit, Abdul dan Totok Suyanto. 2015. Aktivitas Komunitas Save Street Child
Dalam Pendidikan Moral Anak Jalanan di Daerah Lokalisasi
Balungcangkring Mojokerto. Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan
Vol. 2 No. 3.
Hafil, Ach. Shodiqil. 2014. Studi Atas Zikir Tarekat Masyarakat Urban Jemaah
TQN di Jakarta. Maraji: Jurnal Studi Keislaman Vol. 1 No. 1.
Hidayat. 2009. SejarahTarekatdanDinamikaSosial. Jurnal MIQOT No. 2.
Misbah. 2011. Fenomena Urbanspiritualitas: Solusi Atas Kegersangan Spiritual
Masyarakat Kota. Jurnal Komunika Vol. 5 No. 1.
Nindito. 2005. Fenomenologi Alfred Schutz: Studi Tentang Konstruksi Makna dan
Realitas dalam Ilmu Sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 1.
Rizky, Anna dkk.Fenomena Remaja Punk Ditinjau Dari Konsep Person In
Environment (Studi Deskriptif di Komunitas Heaven Holic Kota
Bandung).Jurnal Prosiding KS: Riset & PKM Vol. 3 No. 1.
Supraja, Muhammad. 2012. Alfred Schutz: Rekonstruksi Teori Tindakan Max
Weber. Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 1 No. 2.
TESIS:
Dermawan, Moch. Dony. 2018. Ritual Manaqib Pada Pengikut Tarekat
Qadariyyah Wa Naqsabandiyah Al- Uthmaniyyah di Pondok Pesantren
Assalafi Al Fitrah Kedinding Surabaya (Studi Fenomenologi Ritual
Manaqiban).
xv
SKRIPSI:
Kamiludin. 2017. Manaqib dan Solidaritas Sosial (Studi Terhadap Anggota
Manaqib Masyarakat Perantau Madura di Asrama Panglima SAKERA
Trunojoyo Tegal Panggung DN II-919 Yogyakarta.
Kholisoh. 2015. Model Tindakan Sosial Pengikut Tarekat di Tengah Arus
Modernisasi (Studi Kasus Jama‟ah Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah Di
Pondok Pesantren Qashrul „Arifin).
Kurniadi. 2014. Pembinaan Anak Jalanan Melalui Lembaga Sosial (Studi Kasus
Pembinaan Anak Jalanan di Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi
di Pasar Minggum Jakarta Selatan).
Munfarida, Ida. 2017. Nilai-Nilai Tasawuf dan Relevansinya Bagi Pengembangan
Etika Lingkungan Hidup.
Sari, RizkyFitria. 2018. Motif danMaknaAnggotaKomunitas ODOJ Bandar
Lampung DalamTradisiFenomenologi Alfred Schutz.
Suharto, Yohanes Tony. 2008. Tindakan Sosial LSK Bina Bakat Dalam
Pemberdayaan Anak Jalanan di Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif
Tentang Tindakan Sosial Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan yang
Dilakukan Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat Surakarta).
GAMBAR :
https://www.instagram.com/tasawufunderground/
https://www.facebook.com/tasawufunderground
OBSERVASI:
Ambiya, Halim. dalam acara Ngaji Kebudiluhuran dengan tema “Menemukan
Tuhan Di Jalanan” di Universitas Budi Luhur 28 Februari 2019.
xvi
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Dila (17 tahun)
Status : Anak Jalanan/ Anak Binaan Komunitas Tasawuf Underground
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Juni 2019
Waktu/Tempat: 15.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Sudah berapa lama jadi anak punk/jalanan ka?
Informan Udah dari SD tapi walaupun jadi anak jalanan ya suka pulang sih
ke rumah tapi sebulan sekali cuma mandi abis itu pergi lagi.
Peneliti Kalo boleh tau apa sih yang menyebabkan kaka jadi anak
punk/jalanan?
Informan Ya pengen sendiri, karena kan kabur nih diem-diem dari rumah
udah dari kelas 6 SD ke jalanan. Pertamanya si ikut ngumpul-
ngumpul dulu ngeliat anak-anak ngamen itu eh jadi ikutan.
Peneliti Hubungan kaka dengan keluarga bagaimana?
Informan Dulu kalo ke keluarga saya males, padahal jarak dari jalanan ke
rumah si deket tapi kadang males pulang. Orang tua saya udah
bercerai masih ada tapi pisah tempatnya. Pertama jadi anak jalanan
saya dilarang sama keluarga tapi mungkin sangking capenya
mereka ngelarang yaudah sekarang dibiarin bodo amat.
Peneliti Terus siapa yang membawa kaka masuk ke komunitas Tasawuf
Underground ini?
Informan Awalnya di kasih tau sama temen ada pengajian di sini terus saya
ikut aja. Ya karena pengen dari diri sendiri buat ikut.
Peneliti Alasan kaka mau ikut dalam komunitas ini apa kak?
Informan Pengen ikut aja pengen berubah jangan sampe di jalan mulu.
Peneliti Sudah berapa lama ka gabung di komunitas ini?
Informan Ikut gabung satu bulan setelah ada pengajian di kolong ini ya
sekitar udah 6 bulan.
Peneliti Kegiatan yang kaka dapetin apa aja si kak?
Informan Ya pengajian di kolong sama pelatihan-pelatihan gitu kaya
pelatihan kerajinan, pelatihan sablon, pelatihan barista.
Peneliti Kalo kegiatan yang mengajarkan tentang ilmu agama ada kak?
Seperti apa saja?
Informan Banyak kaya doa-doa gitu itupun kita yang minta karena pengen
hafal. Kaya hafalan doa-doa, hadits-hadits, surat-surat pendek juga
ada.
Peneliti Menurut kakak manfaat yang dirasakan setelah ikut kegiatan
pembinaan di komunitas ini apa kak?
Informan Manfaatnya banyak terutama soal ilmu agama dan perubahan-
perubahan dari diri sendiri maupun temen-temen yang lain. Kan
kalo anak-anak jalanan anak-anak punk tau sendiri lah suka
xvii
minum-minuman sekarang jadi engga, udah berhenti total.
Sekarang yang tadinya pada kurus-kurus pada gemuk-gemuk juga.
Penampilan dulu kan lebih nge punk mulai dari gaya rambut
pakaian yang dulu compang camping robek-robek. Yang dulunya
sama sekali ga berhubungan sama keluarga sekarang suka
hubungin yang dulunya ga pernah pulang ke rumah sekarang lebih
sering pulang ya kembali ke keluarga.
Peneliti Setelah mengikuti pembinaan di komunitas ini apakah kakak masih
beraktifitas di jalanan seperti sebelumnya? Alasanya kenapa ka?
Informan Masih karena ikut suami. Tadinya udah ikut pelatihan barista.
Awalnya di tawarin sama pak sanusi temen pak ustad ini ada
kerjaan barista menarik keliatannya ada tantangannya kaya
bikinnya kan susah gitu ikut ah tapi traning dulu tiga bulan tapi
karena keadaan rumah jauh kalo berangkat suka telat terus karena
keretanya lama belum lagi macet dan suami lagi sakit-sakitan jadi
ga diterusin lagi. Dan emang udah ga ada ongkos karena suami
belum kerja. Tapi ini ada lagi nanti dan niatnya si ikut lagi.
Wawancara ke-2
Hari/tanggal : Sabtu, 27 Juli 2019
Tempat : Tebet, Jakarta Selatan
Peneliti Ka Dila udah kerja ya?
Informan Iya udah ka makanya jarang ke kolong karena kerja.
Peneliti Kerja di mana ka sekarang?
Informan Di Blok M ka barista.
Peneliti Oh barista yang ikut pelatihan kemarin?
Informan Iya ka yang disaranin sama pak ustad.
Peneliti Bagaimana ka rasanya sekarang udah kerja?
Informan Ya Alhamdulillah udah ga ke jalanan ada kegiatan ga nganggur
buat nambah-nambah kebutuhan keluarga lah.
Nama : Lilis (27 tahun)
Status : Anak Jalanan/ Anak Binaan Komunitas Tasawuf Underground
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Juni 2019
Waktu/Tempat: 15.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Sudah dari kapan ka beraktifitas di jalanan?
Informan Semenjak setelah menikah saya ikut suami.
Peneliti Apa yang menyebabkan kaka menjadi anak jalanan?
Informan Karena ikut suami nyupir.
Peneliti Hubungan dengan keluarga bagaimana ka?
xviii
Informan Jarak (jarak ke rumah) si ga begitu jauh cuma karena pernah
bermasalah soal cinta tak direstui jadi tadinya aku males untuk ke
sana tapi sekarang ke sana terus.
Peneliti Kaka tau dari ada komunitas Tasawuf Underground ini?
Informan Dari temen Ka Septa.
Peneliti Alasannya kenapa ka ko mau gabung dalam komunitas ini?
Informan Awalnya ya masa anak saya doang yang belajar ngaji kenapa orang
tuanya engga gitu. Awalnya saya malu ka ke sini takutnya saya di
ledekin atau gimana gitu kan pas lagi baca, ya gengsi, malu udah
tua gitu kan masih baca iqro tapi di coba memberanikan diri.
Peneliti Sudah berapa lama ka ikut komunitas ini?
Informan Kira-kira 7 bulan pas buka sebulan kemudian baru ikut, baru liat-
liat doang baru anak-anak doang yang ngaji.
Peneliti Kegiatan yang selama ini kaka ikutin di komunitas ini apa aja ka?
Informan Kalo untuk perempuannya si dulu ada sempet bikin kerajinan
dompet dari Bu Merry tapi sekarang sebulan lebih akhirnya tiba-
tiba putus gatau kenapa. Kegiatannya lebih menonjol pada laki-
lakinya kaya ada yang menyablon baju gitu.
Peneliti Kegiatan yang berhubungan dengan ilmu agama di komunitas ini
seperti apa aja ka?
Informan Ngaji paling udahannya baca kitab Pak Ustad tapi perempuan
jarang ada yang ikut lebih sering yang laki-lakinya. Paling bacaan-
bacaan shalat, pelatihan memandikan jenazah, bikin sabun, sabun
mandi sabun cuci dari minyak jelantah, pokoknya dari pak ustad
semua yang kabarin tapi yang ngelatih yang orang luar. Pernah
juga malam tahun baru ikut dzikir di TQN Rawamangun dari sini
kita ashar jalannya, acara abis magrib sampe pagi. Baru pertama
kalinya tahun baru an dzikir yang biasanya kebanyakan orang kan
pergi ke luar nyalain kembang api ini dzikir laa ilaha ilallah. Pas
talqin, jadi katanya kita kan baru pertama kali ke sini jadi ikut
talqin. Di situ ya nangis selain ada acara dzikirannya renungannya
itu yang bikin kita nangis. Sedih menyentuh hati tentang ibu
tentang orang tua. Yang laki-laki juga pada nangis. Dan ternyata di
sana bukan cuma anak-anak dari komunitas tasawuf dari bantar
gebang juga ada.
Peneliti Menurut kaka apa manfaat yang dirasakan setelah mengikuti
komunitas ini?
Informan Iya saya dulu ga berhijab sekarang lagi belajar berhijab. bisa deket
sama keluarga, tata bahasanya kita juga yang biasanya asal
ngejeplak ngomong tapi sekarang masih bisa diusahakan di kontrol
lama kelamaan bisa berubah. yang kita dapatin ilmu yang pasti si
ilmu ya ka perubahannya kita dengan keluarga bisa lebih dekat
secara tata bahasa juga penampilan yang kita dapet dari situ dan
yang pasti si ilmu agama. lebih mengenal tentang ilmu agama.
Awalnya kita udah lama ga ngaji akhirnya kita bisa ngaji lagi
dengan baik istilah katanya bisa shalat dulu kan kita yang namanya
xix
shalat kan buat bangun aja shalat aja kayanya males banget. Ya
istilah katanya ga kaya dulu banget mungkin berantakan tapi ada
niatan shalat kaya gitu. Yang lingkungan lebih menerima kita agak
baik yang tadinya pakaiannya seksi-seksi sekarang tertutup.
Peneliti Setelah gabung dalam komunitas ini kaka masih beraktifitas di
jalanan atau sudah bekerja diluar?
Informan Masih, karena emang nemenin suami nyupir tapi kadang juga
nungguin di kolong. Mau kerja juga udah agak repot karena
udah punya anak kan 2.
Peneliti Kalo boleh tau bagaimana sih kaka memaknai dari kegiatan yang
kaka lakukan atau dapatkan dari bergabungnya di komunitas ini?
Informan Ya maknanya sih yang pasti ilmu agama yah jadi tau yang tadinya
belum tau. Terus lebih bisa dekat sama keluarga. Itu yang paling
penting.
Nama : Berlin (- tahun)
Status : Relawan Komunitas Tasawuf Underground
Hari/Tanggal : Sabtu, 27 April 2019
Waktu/Tempat: 16.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Sejak kapan teh menjadi relawan di komunitas tasawuf
underground?
Informan Dari bulan november tahun lalu. Aku pertama kali liat di
instagram. Pertama kali aku ga langsung gabung, aku nongkrong
di abang-abang situ terus aku nanya-nanya. Pak itu apa? Akhirnya
ada bapak-bapak itu bilang itu ngaji bu. oh ngaji itu ya yang
namanya tasawuf tasawuf itu ya aku bilang begitu. Iya katanya.
Ke sana aja bu liat gitu kan katanya. Yaudah aku penasaran kan
aku datengin. Kemudian ada pak ustadz ayo gabung alasan aku
engga aku lagi nunggu temen ko pengen tau aja. Yaudah besoknya
aku berani gabung. Tadinya mah ga berani.
Peneliti Alasan kenapa teteh berminat menjadi relawan di sini apa teh?
Informan Ya mau aja bisa nambah-nambah kegiatan. Pas pertama dateng
karena mereka juga sambutannya wellcome jadi ya saya mau buat
gabung jadi relawan di sini.
Peneliti Tugas relawan di sini apa saja teh?
Informan Sebagai relawan ya bantu ngajar aja ngajar ngaji sama anak-anak.
Peneliti Terus bagaimana sih teh proses pembinaan atau pelatihan yang
dilaksanakan buat anak-anak punk atau jalanan di komunitas ini?
Informan Ya kalo untuk relawan paling proses pembinanaan cukup di
kolong pas kegiatan ngajar mengajar baca tulis al qur‟an tapi kalo
pembinaan di luar yang dari pak ustad sendiri emang ada yang
kadang dilaksanainnya bukan di kolong di rumah pak ustad atau di
tempat lain kaya ada pelatihan-pelatihan gitu. Di sini juga ada si
xx
pelatihan-pelatihan tapi yang sifatnya sehari kaya kemarin misal
pelatihan memandikan jenazah dan mengkafani itukan juga dari
luar dari temennya pak ustad. Pernah juga pelatihan kerajinan
tangan yang hasilnya di perjualbelikan lewat media sosial. Jadi
pembinaan ya ga cuma kaya mengaji aja.
Peneliti Apakah ada metode khusus yang digunakan dalam membina anak
punk dan jalanan? Kalau ada seperti apa teh?
Informan Ga ada metode Pak Ustadz Cuma nyaranin kalo bisa jangan ada
jarak. Ya kita jadi teman bahkan anggap udah kaya saudara saja.
Kaya kemarin pas libur panjang juga ada yang curhat lewat wa.
Peneliti Kalau panduan kusus dalam membina ada?
Informan Ga ada
Peneliti Sebagai relawan adakah kesulitan dalam membina atau mengajar
teh?
Informan Kalo kesulitan mengajarnya sih engga, cuma yang repotnya pada
saat ada yang berantem. Jadi kemaren itu ada yang berantem.
Berantemnya justru yang besar-besar cewe-cewenya jadi ada lah
masalah pribadi mereka jadi berselisih paham jadi pada akhirnya
ada yang berhenti ngaji. Tapi coba kita deketin lagi jadi kadang
masih suka ikut gabung pas ngaji. Jadi ya itu yang sulit nyatuin
karna kan anak gede sama-sama dewasa.
Peneliti Bagaimana cara teteh mengatasi kesulitas tersebut?
Informan Ya kita deketin yang berantem itu pelan-pelan ajak di satu
kegiatan lama-lama baikan kaya biasa aja gitu.
Peneliti Untuk mengajar atau sebagai relawan datang ke sini waktunya
kapan saja teh?
Informan Karena saya udah kerja sekarang ke sini (kolong) setiap hari Sabtu
aja hari libur kerja atau lagi pulang cepet.
Peneliti Menurut teteh ada ga sih perubahan pada diri anak binaan setelah
mengikuti kegiatan di komunitas ini?
Informan Awal aku kenal ga begini lho penampilan mereka, masih parah,
ini udah pada bersih. Ada yang tadinya jarang mandi. Yang cewe-
cewenya juga sekarang mah udah pada bersih-bersih tadinya boro-
boro pada dekil banget. Dan tadinya mereka rata-rata ga pake
krudung sekarang ikut begini pake krudung.
Peneliti Oh gitu berarti teteh setuju banget ya ada komunitas seperti ini?
Informan Iya setuju bagus, selagi memberikan positif kenapa engga.
Nama : Evi (12 tahun)
Status : Anak Jalanan/ Anak Binaan Komunitas Tasawuf Underground
xxi
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Juli 2019
Waktu/Tempat: 14.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Maaf namanya siapa de?
Informan Evi
Peneliti Rumahnya di mana evi?
Informan Di Kampung Melayu
Peneliti Ke sini naik apa vi?
Informan Naik motor di anter abang
Peneliti Evi masih sekolah?
Informan Masih kelas 6
Peneliti Kalau boleh tau kenapa Evi mengamen dan hidup dijalanan?
Informan Ya buat ngebantu orang tua aja ka. Nambah-nambah uang sekolah.
Peneliti Ikut pengajian di kolong udah lama vi?
Informan Udah lama banget
Peneliti Dari kapan?
Informan Dari pas ada ustad Halim sampai sekarang dan ga pernah bolos
sampai sekarang.
Peneliti Evi di sini ngajinya apa?
Informan Iqra sebenernya dulu pernah ngaji deket rumah udah Al Quran tapi
lupa jadinya ulang lagi.
Peneliti Evi tahu ada pengajian di kolong dari mana ?
Informan Kan lagi ngamen tiba-tiba katanya Ka Lilis katanya besok ada
pengajian katanya Ustad Halim katanya ke kolong banyak anak-
anak punk yakan lagi pada ngamen lagi pada ngobat ketauan sama
pak ustad Halim di suruh taubat lah ngobrol-ngobrol lama-
lamanya ngaji.
Peneliti Selain pengajian di ajarin apa lagi?
Informan Kadang kaya nulis di papan tulis, belajar kali-kalian diajarin
bahasa inggris pernah lah di kolong situ. Suruh nulis arab pernah.
Peneliti Menurut Evi manfaat ikut pengajian disini apa?
Informan Ya jadi bisa ngaji, belajar agama, belajar pelajaran biasa juga suka
diajarin seneng aja gitu.
Nama : Ani (- tahun)
Status : Relawan/Pengurus Komunitas Tasawuf Underground
Hari/Tanggal : Jumat, 26 April 2019
Waktu/Tempat: 17.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Ibu pertama kali bisa ikut gabung di komunitas ini gimana bu?
Informan Saya temennya Pak Ustad waktu ketemu di TQN center yang di
Rawamangun Pak Ustad bilang buat bantuin ngajar di kolong gitu
ya saya mau ke sini.
Peneliti Oh begitu jadi kebanyakan yang bantu itu dari temen-temennya
pak ustad ya bu?
xxii
Informan Iya kerabat-kerabat dari mana saja bisa dari temen deket atau dari
media sosial yang kontakan dengan pak ustad kemudian jadi pada
dateng ke sini buat bantuin.
Peneliti Ibu sendiri udah dari kapan ikut komunitas ini bu?
Informan Udah lama banget dari pertama ada. Makanya pak ustadz minta
tolong buat bantuin ngajar di kolong.
Wawancara ke- 2
Hari/tanggal : Jumat, 4 Oktober 2019
Tempat : Tebet, Jakarta Selatan
Peneliti Bagaimana awal ibu ikut TQN?
Informan Awalnya ya gatau TQN itu apa bener-bener gatau. Dan pas masa
itu Ibu emang selalu datengin guru, datengin kyai biasakan minta
doanya, minta wejangan, dengerin pengajian sana-sini. Tapi di saat
itu aja. Udah balik lagi kerumah pasti dalam keadaan galau lagi.
Kaya belum netep deh belum masuk. Dan pas bulan puasa. Ibu
ketemu tuh sama Ibu Hj Ali.
Peneliti Siapa beliau?
Informan Ibu H Ali itu dia yang istri dari Pak H. Ali itu mulai nginiin TQN
ini istilahnya apa berjihadlah ya. Mengamalkan TQN ini ada di
Mojokerto. Beliau berapa kali ngajak ibu. Tapi ibu ga mudah
ngikut. Apalagi waktu itu bener-bener ada kegiatan yang di sana
itu ada sebagian orang memandang ini aliran sesat gitu. Gitu
seperti itu. Ditambah lagi kalo toriqoh ini tuh katanya aliran sesat
karena mempunyai tujuan-tujuan tertentu duniawi. Terus saya
berpikir masa sih sampe begitu. Tapi setelah ibu yang dengar
seperti itu ga ibu telen mentah-mentah. Lama kelamaan ibu diajak
sama ibu H Ali selama bertahun-tahun itu ga benar. Tapi disisi lain
ibu melihat beliau sikapnya itu santun gimana sih kayaknya ga ada
nyimpang-nyimpang gimana gitu. Dan akhirnya tanpa ada paksaan
ibu dateng ke majelisnya.
Peneliti Dimana itu bu?
Informan Di Mojokerto
Peneliti Oh waktu itu awalnya ibu tinggal di Mojokerto ya?
Informan Iya itu awalnya berangkat ibu masuk tarekat itu dari sana. Ibu
dateng ke gedung serba baktinya waktu itu emang dalam keadaan
sederhana banget kan. Bener-bener kaya lagi berjuang
mengamalkan TQN ini. Ibu datang ikut shalat jamaah.
Peneliti Itu tahun berapa bu?
Informan Itu berarti lima tahun yang lalu berarti 6 tahun, tahun 2013.
Akhirnya ibu ikut shalat jamaah. Ibu mikir gini, ga ada yang aneh,
apa yang aneh, ga ada sih, istilahnya syariatnya ada semua. Ya
umumnya shalat. Karna buat ibu umumnya shalat, apa emang
karna ibu juga fakir ilmu ya, orang bodoh dan akhirnya ikutin
xxiii
dateng lagi shalat disitu ikut shalat jamaah, dizikirnya. Awalnya
ibu ga ikutin cuma dengerin aja ko ada gerakan-gerakannya. Pas
itu kebetulan ketemu lagi sama Ibu H Ali itu beliau itu seneng
banget kayaknya ibu bisa dateng, dateng aja dulu.
Peneliti Berarti posisinya ibu dengan ibu H Ali berteman bu?
informan Iya temen, tetangga satu komplek waktu itu. Udah ibu dateng
berapa kali ibu ikutin shalat jamaah, buat ibu mah ga ada yang
aneh lah ya. Ikut dzikirnya. Awalnya ibu dengerin. Terus ibu
dateng lagi hari berikutnya dengerin lagi tapi sambil memejam
mata rasanya ko nyaman selama ini ibu cari. Udah berapa kali
dateng karena apa karena dalam keadaan itu juga istilahnya ibu
ngalamin problema kehidupan yang buat ibu waktu itu cukup
berat. Problem kehidupan menyangkut keluarga, menyangkut
rumah tangga, menyangkut semuanya gitu kan. Itukan rasanya
berat. Nah, pas ikut ini dengerin dzikir awalnya ibu ga ikutin tapi
sekadar mejam mata sambil meresapi itu kaya ada, ibu kalo
ceritain pengin nangis. Kaya ada hawa gimana ya, rasa nyaman,
udah nyaman, nyaman, pas hari ahad lupa tanggal tahunnya itu ada
acara manakib di ahad pagi. Kebetulan waktu itu penceramahnya
itu Ustad Wahfiudin. Ibu gatau ternyata beliau di sini (TQN Center
Rawamangun). Dulukan ada, dateng ke sana pas penceramahnya
itu beliau. Dan yang bikin ibu ini lagi inget ungkapannya beliau
ucapannya beliau yang sampai sekarang bikin ibu inget sampai
sekarang, buat ibu tuh ibu tanamkan bener-bener yang selama ini
tadinya paradigmanya tuh, ih masalah besar kayaknya tuh pusing
gimana-gimana. Tapi inget kata-kata beliau waktu itu, sebesar
apapun masalah kita itu datangnya dari Allah biarkan Allah yang
menyelesaikan. Otak kita hanya segempal tangan. Kalau kita mau
menampung semuanya itu ga mungkin sangat tidak mungkin, pasti
luber, kalau luber jatuhnya tuh stress. Bagaimana caranya biar ga
ngalamin hal itu. Jadi beliau menanamkan sebesar apapun
masalahnya nih otak kita segempal ini ga mampu deh ga mampu
nampung. Biar itu jadi urusan Allah biar Allah yang
menyelesaikan. Jadi biarpun masalahnya segede apapun, anggap
itu kecil. Jadi kata-kata itu bikin ibu masukin pikiran, hati ibu.
Langsung ibu punya paradigma sendiri ya. Benar-benar
diyakinkan. Udah di saat itu dalam keadaan masalah juga ada tapi
dapat pencerahan seperti itu jujur ibu plong. Ibu langsung cara
berpikir itu apa berbalik 180 derajat. Oh iya kita ga mampu, disitu
ada rasa kepasrahan. Pasrah bukan berati ga berusaha ya. Benar-
benara merasa yaudahlah serahin semuanya ke Allah. Itu
urusannya Allah. Disitu nyentuh. Nah abis acara berakhir,
langsung ibu talqin. Kenapa talqin, karena selama yang ibu itu
dateng ikut shalat jamaah, awalnya hanya mengikuti, dengerin,
dateng lagi dateng lagi, dengerin lagi tapi sambil mejamkan mata
sambil meresapi ternyata hati ini rasa nyaman itu yang ibu cari.
xxiv
Akhirnya ibu talqin dzikir di situ sama Ustad Miftah dari
Lumajang itu yang menalqin, beliau sekarang almarhum. Itu di
situ ibu nangis kenapa ya bener-bener subhanallah ga bisa di
bilang kata-kata. Air mata ngucur terus. Dari situ ibu jalanin dan
alhamdulillah dalam masa-masa sulit itu problem yang berat itu
jadi kita pemikirannya jadi seperti itu, hati kita tujuannya cuma
satu tujuannya cuma Allah. Kita mengharap ridhanya Allah.
Akhirnya apa, bener-bener yang tadinya perasaan tuh masalah
gede berat itu dengan sendirinya satu per satu terurai-urai ketemu
jalan dan sampai sekarang ini ibu jalanin ya emang ini jalannya.
Emang Allah nyuruh kaya gini, ini Allah yang nuntun.
Peneliti Kalau proses talqinnya itu bagaimana bu?
Informan Proses talqinnya itu pas habis manakib. Talqin itu melafalkan
dzikir cara melafalkan dzikir laa ilaha ilallah. Ill nya ibaratnya itu
hentakan ke hati kalbu istilahnya itu besi kalau berkarat tiap hari di
gempur terus itu karatnya lama-lama turun batu yang keras lama-
lama tuh jadi lunak. Faedahnya tarekat itu buat ibu tuh seperti itu.
Menemukan rasa nyaman dengan kita bertoriqoh kita mencari
jalan gimana sih cara mendekatkan diri sama Allah dengan
bimbingan guru mursyid. Guru mursyid TQN itu pangersa Abah
Anom. Jadi kalau yang namanya penyakit hati itu insyallah ya
lama-lama hilang. Rasa sombong, merasa paling merasa. Dan
ajaran-ajarannya bagus. Ga ada yang nyeleneh yang menyimpang.
Peneliti Ajaran-ajarannya seperti apa bu?
Informan Ajaran-ajarannya selain dzikir itu tanbih. Tanbih itu pesan guru
salah satu contohnya kita ga boleh menghina orang miskin karena
apa miskin itu bukan kemauan dia. Miskin emang takdirnya Allah.
Kita berkasih sayang sekalipun orang itu menyakiti kita kita tetep
menyayangi jadi istilahnya dalam saat kita berdzikir itu segala
sesuatu itu ditanggalkan entah jabatan apapun itu ditanggalkan
semua. Semuanya sama. Kita ga boleh menyalahkan guru yang
sezaman. Maksudnya kita jangan merasa oh ini bener ajaran sono
mah salah. Kita ga diperbolehkan begitu. Dan kita juga ga boleh
mengoreksi murid orang lain. Maksudnya ga boleh ngebanding-
bandingin kamu ama dia lebih bagus kamu daripada dia. Tetep
intinya tuh harus kasih sayang. Selain itu ya ada amalan-
amalannya seperti dzikir, manakib, khataman, tawasul. Kalau di
TQN itu ya kita itu ada amalan harian buat ikhwan akhwatnya
misalnya sehabis shalat itu dzikir, kita baca shalawat nabi itu ada
tuntunannya dan kita juga di ajarkan dan dianjurkan shalat-shalat
sunah lainnya. Misal shalat sunah taubat, shalat malam umumnya,
banyak.
Peneliti Kalau khataman dan tawasul tadi bagaimana bu?
Informan Khataman itu biasanya dalam satu minggu dua kali hari senin
sama hari kamis itu jadwal dari pusat. Tapi kalau bisa kita
khataman dari sendiri itukan emang ajarannya. Bacaan-bacaannya
xxv
ya surat-surat pendek ada sehabis shalat. Sebisanya mungkin
khataman. Jadi buat ibu ga ada yang aneh sih ga ada yang
nyimpang buktinya ga ada.
Peneliti Ibu kalau ke pusat TQN di Suryalaya ya bu kegiatannya seperti
apa?
Informan Kalau ke sana ya pasti ziarah ke pangersa Abah Anom jadi buat
kita ya biarpun abah istilahnya jasadnya ga ada tapi rohnya tuh
disitu.
Peneliti Terus menurut ibu ada tidak sih nilai-nilai yang ibu dapat selama
ibu ikutTQN ini?
informan Banyak banget, jujur ya ibu tuh dulu pemarah. Istilahnya pemarah
bukan pemarah tukang ngamuk-ngamuk begitu. Lebih cenderung
kurang bisa mengendalikan hawa bukan nafsu. Hawa kan
cenderung jelek emosian. Dengan ikut bertoriqoh itu ibu
merasakan sendiri ya ibu bisa menahan diri lebih bisa
alhamdulillah sedikit-sedikit sabar, kedua nyaman, nyamannya
apa, dengan ngejalanin sehari-hari seperti ini ya mungkin kalo
belum mengenal ko berat amat sih hidup tapi buat ibu engga ya
jalanin aja. Masalah apapun rasanya ringan. Tidak ingin terbebani.
Banyak nilai-nilai plusnya. Terus yang lebih ini lagi apa ya, jauh-
jauh lah ya kita punya sifat sombong. Ibu pun sampai sekarang
masih belajar, namanya belajar itu ya ga kenal umur. Ga mengenal
waktu. Apasih yang mau di sombongkan. Toriqoh TQN ini benar-
benar membawa pembelajaran hidup yang sangat luar biasa kalau
kita mengikuti tanbih. Ingat pesan-pesan guru mursyid.
Alhamdulillah istilahnya hati terjaga, penyakit hati paling tidak
berkurang, ya mudah-mudahan hilang. Syukur-syukur hilang kan
memang harus hilang seperti rasa benci, rasa dendam. Itu sampai
ibu ngerasain seperti itu. Biarpun lebih cenderung mudah
memaafkan dan rasanya ingin berbagi.
Peneliti Berbagi yang seperti apa bu menurut ibu? Selain itu nilai-nilai
sosialnya lagi ada bu? misal ibu ko mau bergabung dalam
komunitas tasawuf underground ini?
Informan Toriqoh juga mengajarkan kita berbagi dengan sesama. Istilahnya
gini di sisi lain kita mempunyai biarpun sedikit banget ilmu kalau
ga diamalkan rasanya tuh sia-sia. Terus kenapa ibu pengin terjun
kaya gini, tujuannya apa, ibu pengen sisa umur hidup ibu, ibu
pengen hidup ibu itu berkah berguna bagi yang lain. Dan ibu ga
kepikiran ih ga ada bayarannya malah ngeluarin biaya. Karena ibu
yakin Allah menjamin. Ga ada istilahnya bersedekah kita jadi
bangkrut itu ga ada. Kalau dipikirkan ngeluarin biaya tapi ibu ga
mikir ke situ. Ibu seneng aja pengin berbagi. Kayaknya rasanya
seneng aja bisa berbagi ke orang lain dan dibutuhkan orang lain.
Peneliti Setiap malam jumat ada acara apa bu di TQN Center?
Informan Ya itu khataman. Sama denger ilmiah ceramahnya. Pokoknya
kalau seminggu ga dateng aja rasanya kangen banget. Buat ibu
xxvi
TQN itu rumah kedua, kolong rumah ketiga. Maksudnya apa ya
selain di lingkup pribadi ya begitu. Jadi kalau ga dateng tuh kaya
ada yang kurang.
Peneliti Tapi di keluarga ibu sendiri semua pada ikut TQN atau ibu
sendiri?
Informan Justru itu tantangannya justru ibu sendiri yang ikut. Kita ga bisa
maksain. Tapi dengan sendirinya ibu ke sana sendiri. allah yang
menggerakkan. Ya ada sih adek ibu juga toriqoh tapi bukan
toriqoh ini. Indonesia kan toriqoh banyak. Perbedaan itu justru
indah bukan masalah dibesar-besarkan setidaknya kita sama-sama
bertoriqoh. Tidak saling membenarkan. Karna kan ajaran toriqoh
ga ada yang seperti itu.
Peneliti Kalau kegiatan manakib itu bagaimana bu?
Informan Manakib itu biasanya sebulan sekali. Kalau ibu ke tasik itu ga
harus pas manakibnya. Karna kondisi waktu yang belum sinkron.
Masalahnya disini sendiri, ibu kan kerja , ibu single parent harus
menghidupi keluarga jadi ibu juga harus bertanggung jawab sama
kerjaan. Jadi kalau ibu ke suryalaya pas kesana itu bukan hari
jadwal manakib tapi emang ibu tetep ibu sempetin kesana.
Kegiatannya disana ziarah, khataman sendiri, i‟tikaf di masjid, ya
jalanin yang dituntun oleh bimbing dituntun oleh guru mursyid
amalan-amalannya.
Peneliti Kalau boleh tau pendidikan terakhir ibu apa bu?
Informan SLTA, jadi ya nilai-nilai yang ada itu satu berbagi, dua sebisanya
mungkin menerapkan tanbih, jadi apa yang pesan-pesan guru itu
kita jalani insyallah selamat dunia akhirat. Masalahnya itu benar-
benar tanbih itu mencakup semua kehidupan ya untuk kita sehari-
hari, untuk diri sendiri, untuk berada di lingkup masyarakat,
lingkup sosial, itu seperti itu.
Peneliti Perbedaan ibu sebelum dan sesudah ikut TQN?
Informan Oh banyak, kalau dulu ya begitu deh istilahnya ya masih kurang
bisa mengendalikan amarah, masih gampang tersulut, tapi kalau
sekarang engga. Biarpun gimana-gimana kita bisa mengendalikan
kita saring, tabayun dulu dan lebih cenderung apa, melihat orang
yang dizalimi melihat rasa ga adil ini hati tuh kaya gimana gitu.
Ga bisa ngeliat hal-hal kaya gitu.
Peneliti Terkait komunitas TU apa pengurusnya itu semuanya dari jamaah
TQN semua bu?
Informan Oh bukan TQN semua awalnya aku ke kolong pas ustad halim
sama anak-anaknya diundang ke TQN. Nah disitu ustad halim
bercerita tentang perjalanannya ke kolong, anak-anak punk cara
menuju tobat lah ya istilahnya seperti itu waktu itu juga sedang
membutuhkan kekurangan relawan. Nah dari situ tergerak. Tetapi
terkait kegiatan-kegiatan yang lebih berperan itu ya ustad halim.
Semisal kita mau adain kegiatan ya izin terlebih dahulu gitu.
Intinya ya kalau di kolong itu lebih mendidik lebih menuntun
xxvii
Nama : A
Status : Salah satu peserta penghapusan tato gratis
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Agustus 2019
Waktu/Tempat: 14.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Ke sini mau daftar penghapusan tato ka?
Informan Iya
Peneliti Tau ini dari mana ka?
Informan Dari broadcast wa
Peneliti Punya tato udah berapa lama ka?
Informan Udah 4 tahundari umur 15
Peneliti Kalo boleh tau kenapa sih kaka dulu bikin tato? Terus kenapa
sekarang mau dihapus tatonya?
Informan Pengen aja, nyesel gitu, dulu nato gara-gara ikutan temen. Belum
lagi pernah ada kesulitan restu ke calon mertua pas mau nikah.
Tapi alhamdulillahnya suami bantu buat ngomong. Makanya pas
tau ada ini dari broadcast wa ya niat dateng ke sini buat hapus tato.
Selain nyesel ya bikin jelek badan aja ada tatonya.
Peneliti Terus harapan kaka kalau dapat kesempatan buat hapus tato di sini
perjalanan anak-anak itu menuju pertobatan, misalnya pengen
berubah. Ya seenggaknya minimal mengenal al quran. Yang
dasar-dasar dulu. Disisipin kajian-kajian dari pak ustad.
Peneliti Ibu pekerjaan sehari-hari sebagai apa bu?
Informan Oh kerja saya sebagi karyawan biasa di pertokoan emas.
Peneliti Kalau menurut ibu anak-anak kolong ini tuh ada perubahan ga sih
bu setelah ikut bimbingan TU?
Informan Kalau di anak-anaknya sendiri ya namanya mungkin mereka biasa
hidup di jalan biasa hidup bebas ya masih butuh bimbingan
sebenarnya bimbingan dan pematangan. Tapi kalau aku lihat anak-
anak punk yang cowo sih luar biasa bagus. Maksudnya bagus itu
bacaannya ada yang istiqomah ngajinya terus dateng. Seperti itu
yang ibu lihat beda sama yang masih anak-anak atau
perempuannya masih banyak kita harus lebih sabar kali ya.
Peneliti Apa ibu pernah mengalami kesulitan pas mengajar mereka?
Informan Ga sih ga ada. Masalahnya kan wellcome juga merekanya. Paling
kaya gini deh pergi dateng pergi dateng. Kadang banyak kadang
sepi jadi gitu deh. Tapi ya balik lagi niatnya apa. Yang penting ibu
pengen berbagi dan semoga Allah ridho.
Peneliti Yaudah ibu berhubung sudah banyak yang saya tanyakan dan
cukup. Terimakasih banyak bu sudah mau sharing bersama saya.
Semoga sehat selalu ya bu.
Informan Iya sama-sama. Aamiin.
xxviii
apa ka?
Informan Harapanya ya supaya tato ini bisa di hapus karna bikin jelek
badan.
Peneliti Oh gitu yaudah ka terimakasih mau ngobrol sebentar semoga cepat
dapat panggilan buat hapus tatonya.
Informan Iya sama-sama.
Nama : Ibu Nabila
Status : Relawan/Pengurus Komunitas Tasawuf Underground
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Agustus 2019
Waktu/Tempat: 14.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Sudah berapa lama bu TU bekerja sama dengan IMS?
Informan Udah lama cuma ini yang kedua kalinya. Dulu pernah tapi ga di
sini di kliniknya IMS.
Peneliti Cuma yang pertama karena uji coba anak-anak kan di bawanya ke
klinik sana. Jadi sekarang ngadainnya di sini di kolong dan di buka
juga buat umum melalui prosedur yang ada.
Informan Prosedurnya seperti apa bu?
Peneliti Daftar sambil isi formulir nanti dipanggil buat medical check up
dulu baru nunggu panggilan lagi buat proses penghapusan tato
Cuma penghapusan tato ini bertahap ga langsung ilang semua
butuh berapa kali tergantung dari pihak IMSnya.
Informan Kalau soal pembiayaannya pada pihak IMS yang bekerja sama
dengan TU seperti apa bu?
Peneliti Gratis untuk peserta asalkan benar-benar anak-anak punk dan
jalanan yang tidak mampu dan memang sudah hijrah. Dan kita
juga menyediakan donasi untuk donatur yang ingin membantu
dalam bentuk uang makanya IMS bekerja sama juga dengan bank
Muamalat yang tadi ada standnya juga di kolong.
Nama : Iqoh
Status : Masyarakat Umum
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Agustus 2019
Waktu/Tempat: 14.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Permisi mba mau tanya-tanya pendapat mba tentang adanya
komunitas TU ini bagaimana mba? Seperti ada program pengajian,
layanan hapus tato sama pelatihan-pelatihan yang diberikan
kepada anak punk jalanan.
Informan Saya sih sangat setuju ya dan mendukung program tersebut.
Karena dengan adanya pembinaan jadi anak punk dan jalanan
mendapat pendidikan agama, bisa belajar tentang moral, akhlak
xxix
yang baik seperti apa dan kalau bisa jadi anak punk yang sholeh.
Peneliti Ada harapan atau pesan untuk komunitas TU ga mba?
Informan Pesan saya untuk TU ya sebarkan terus kebaikan, berdakwah dan
kebaikan engga harus melulu di masjid ceramah, tapi cerdas juga
caranya TU ini menarik minat anak punk loh itu butuh strategi
yang jitu menurut saya, salut lah pokoknya.
Peneliti Baik terimakasih mba pendapatnya
Informan Ya sama-sama
Nama : Ulfah
Status : Relawan Tasawuf Underground
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Agustus 2019
Waktu/Tempat: 14.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
Peneliti Ka Ulfa sudah berapa lama menjadi relawan di Tasawuf
Underground?
Informan Sudah lama dari awal ini ada kegiatan di kolong
Peneliti Tau dari mana ka ada kegiatan ini di kolong atau sebelumnya
pernah dengar soal Tasawuf Underground?
Informan Awalnya aku tau dari medsos yang di instagram terus kebetulan
juga dikasih tau temen yaudah aku mainlah ke sini dan lama
kelamaan ikut kegiatannya sambil ngajarin anak-anak jalanan
ngaji aja
Peneliti Apa yang membuat kaka mau jadi relawan di sini ka?
Informan Apa ya, mungkin ini kan suatu kegiatan yang positif ya kenapa
engga gitu. Nambah-nambah kegiatan aja mumpung masih kuliah
jadi ga Cuma kuliah aja gitu ada sesuatu yang dilakukan. Terlebih
insyallah kegiatan yang dilakukan ini suatu kebaikan. Dan bisa
menambah teman-teman baru juga untuk saling bersilaturahmi.
Sama-sama belajar agama juga.
Peneliti Apa kaka tau pernah ada kegiatan anak punk yang mengikuti
pelatihan dzikir di TQN?
Informan Iya tau pernah waktu tahun baru kemarin aku juga sempat ikut
karena diajak siapa saja yang mau ikut ke sana belajar dzikir.
Peneliti Kaka sendiri tahu tentang TQN?
Informan Saya baru tahu TQN setelah jadi relawan disini sebelumnya belum
pernah
Peneliti Boleh diceritakan ka sewaktu kaka ikut kegiatan dzikir itu di
TQN?
Informan Jadi pada waktu itu malam tahun baru anak-anak punk dan
sebagian relawan, pengurus termasuk ustad Halim ke TQN Center
Rawamangun untuk berdzikir di malam tahun baru. Saat itu juga
aku ikut talqinnya. Nah dari situ aku tau. Mungkin inilah jalan
untuk mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan banyak
berdzikir. Karena dalam TQN itukan salah satu ajaran yang paling
xxx
utama adalah dzikir dengan lafadz laa ilaha ilallah.
Peneliti Lalu bagaimana perasaan atau pengalaman kaka dari talqin itu?
Informan Merasa ngantuk saat berdzikir ada, tapi ya lama kelamaan bener-
bener nikmatin dan sangking fokusnya untuk pertama kalinya
gatau kenapa saat saya berdzikir seperti mau nangis. Tapi di sisi
lain ngerasa tentram aja gitu. Nah dari situ aku mulai memutuskan
untuk lebih lanjut tahu tentang ajaran-ajaran TQN.
Peneliti Setiap apa kaka datang ke TQN Center Rawamangun?
Informan Saya sih sebenarnya jarang kalo ke TQN Centernya tetapi sesekali
ya menyempatkan kalo ada acara manaqiban kadang juga ikut.
Pernah juga waktu itu hadir manaqib karena Ustad Halim mengisi
disana. Datang bersama relawan-relawan yang lain juga. Anak
punk juga sebagian ikut.
Peneliti Kalau boleh tau apa sih tujuan kaka ikut TQN? dan makna
menurut ka ulfa sendiri bagaimana?
Informan Tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah pastinya, agar
hidup penuh dengan berkah, lebih termotivasi untuk lebih baik lagi
di kehidupan sehari-harinya, ya intinya kita kan ga selamanya
hidup di dunia jadi mesti ada amalan-amalan yang mengingatkan
kita pada kebaikan. Kurang lebih seperti itu makna yang lebih
positif.
Peneliti Apa ada perubahan setelah kaka ikut TQN ini?
Informan Perubahan ya jadi lebih paham keutamaan dzikir, lebih semangat
lagi di kehidupan sehari-hari.
Peneliti Manfaat kaka yang dengan ikut kegiatan-kegiatan TQN apa ka?
Informan Banyak, bukan hanya dari segi religiusitas, kita jadi berkumpul
bersama orang-orang yang tujuannya sama mengharap ridho
Allah, sama belajar beragama dengan baik. Kalau dari kegiatan
kaya manaqib jadi bisa bertemu teman-teman saling
bersilaturahmi, selesainya bisa makan bersama. Apalagi saya anak
kuliahan nge kos kan lumayan bisa dapat berkah dan makan
bersamanya.
Peneliti Tapi sudah pernah ke TQN pusat yang ada di Suryalaya Tasik
belum ka?
Informan Belum pernah tapi kepengin sih Cuma nanti lah kalau ada rezeki
insyallah
Peneliti Yaudah terimakasih ka sudah mau diwawancara
Informan Iya sama-sama
Nama : Ibu Ile
Status : Relawan Tasawuf Underground
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Agustus 2019
Waktu/Tempat: 14.00 WIB/ Fly Over Tebet Jakarta Selatan
xxxi
Peneliti Sudah berapa lama bu jadi relawan di sini?
Informan Hampir satu tahun kira-kira
Peneliti Sering datang ke kolong bu?
Informan Ga sering juga saya bisanya paling jumat dalam satu minggu ya
satu kali datang Cuma bisa hari jumat
Peneliti Tau ada kegiatan di kolong ini dari mana bu
Informan Dari medsos instagramnya Tasawuf Underground yang katanya
lagi butuh relawan kan tuh buat bantu mengajar ngaji anak punk
dan jalanan ya makanya saya pengin tau dan jadi ke sini
Peneliti Oh ya ibu suka ikut kegiatan di TQN Center Rawamangun bu?
Informan Jarang sih karena rumah saya kan di Depok jadi jauh datang paling
ke kolong yang seminggu sekali. Tapi kalau lagi ada acara
manaqib di sana satu bulan sekali kadang datang.
Peneliti Oh gitu, ibu sudah berapa lama menjadi jamaah TQN bu?
Informan Saya termasuk baru, baru tahun lalu itu juga dari teman dan
kebetulan di Tasawuf Underground ini juga pernah ngadain dzikir
bersama di TQN Center bersama anak-anak punk
Peneliti TQN itu seperti apa bu?
Informan Ya TQN itu memiliki ajaran-ajaran yang mesti diamalkan
misalnya kaya dzikir itu ajaran yang paling utama. Adalagi
kegiatan yang bulanan seperti manaqib, atau mingguan khataman.
Peneliti Biasanya ibu mengamalkan ajaran-ajaran itu dimana bu
Informan Kalau dzikir itu di rumah juga bisa seperti setiap sehabis shalat
wajib, tetapi kalo kaya manaqib itu ibu biasanya dateng ke
majelis-majelis TQN ya contohnya di TQN Center itu atau kadang
juga jamah-jamaah TQN ada yang mengadakan manaqib
dirumahnya.
Peneliti Menurut ibu makna mengikuti TQN itu bagaimana bu?
Informan Ya banyak, untuk meraih keberkahan misal dari ikut manaqib,
saling bersilaturahmi ketemu jamaah-jamaah lain saat acara
perkumpulan. Dan bisa lebih dekat dengan Allah dengan terus
mengamalkan dzikir. Dan ibu kan juga bisa sambil berjualan
kadang jual snack cemilan, atau ga kosemtik gitu ibu tawar-tawari
ke ibu-ibu lain banyak kan tuh yang juga ikut manaqib barangkali
ada yang minat untuk beli.
Peneliti Apakah ada perubaha bu setelah ibu mengikuti TQN ini?
Informan Tentunya ada terutama dalam hal beragama, berperilaku jadi lebih
positif lagi ga gampang emosi, lebih bisa menahan amarah, lebih
merasa tentram, berlapang dada apalagi disetiap kita mengamalkan
dzikir itu.
Peneliti Ibu pernah ke TQN Pusat yang di Suryalaya bu?
Informan Pernah satu kali sewaktu acara besar manaqib di sana
Peneliti Kalau kesana kegiatannya ngapain aja bu?
Informan Ya seperti biasa shalat wajib berjamaah di masjidnya berdzikir,
khataman, manaqiban, ada ziarahnya juga.
xxxii
Peneliti Lalu kalau boleh tau apa yang membuat ibu mau menjadi relawan
di Tasawuf Underground ini?
Informan Ibu lebih melihat kepada kegiatan positifnya ya seperti
mengajarkan anak punk atau anak jalanan mengaji ya ga apa-apa
selagi positif dan saling berbagi ilmu bersama, berbuat dalam
kebaikan gitu.
Peneliti Baik kalau begitu bu terimakasih sudah mau diajak mengobrol.
Informan Ya sama-sama
Wawancara Daring (Online) 22 April 2020
Kepada Yang terhormat,
Saudari Istiqomah Aisyah
Fisip UIN Jakarta
Assalamualaikum wr. wb.
Salam sejahtera. Terima kasih atas email yang Anda kirimkan. Semoga Allah
SWT selalu memberi rahmat dan keberkahan. Saya memberi apresiasi dan
dukungan kepada mahasiswa dan peneliti yang melakukan riset tentang Tasawuf
Underground melalui kemudahan melakukan wawancara agar memudahkan
mahasiwa menyelesaikan studi di tengan wabah covid-19.
Berikut ini saya berusaha menjawab daftar pertanyaan untuk skripsi saudari
Aisyah tentang “Fenomena Komunitas Tasawuf Underground (Tindakan Sosial
Tasawuf Underground di Tebet Jakarta Selatan”.
Pertanyaan dan Jawaban:
1. Dilihat dari aktifitasnya Komunitas Tasawuf Underground bergerak di
media sosial dan di luar media sosial. Bagaimana peran Tasawuf
Underground di media sosial dan di luar media sosial (seperti
merangkul anak punk dan anak jalanan)?
xxxiii
Kegiatan komunitas Tasawuf Underground, memang membagi dua
kegiatan, yakni: 1) Kegiatan dakwah tasawuf menggunakan media sosial
di dunia maya (Fanspage Facebook, Instagram, Youtube dan Whatsapp);
2) Kegiatan dakwah tasawuf melalui aksi nyata program pemberdayaan
sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Salah satunya dengan program
pemberdayaan anak Punk dan Jalanan di Jabotabek.
Pertama, kegiatan di dunia maya, sejak pendiriannya tgl 8 Februari 2013,
Tasawuf Underground memposting quote dan kajian hikmah tasawuf yang
bersumber dari kitab-kitab rujukan ilmu tasawuf seperti, Kitab Al-Hikam
karya Syekh Ibnu Atha‟illah; Kitab Sirrul-Asrar, Kitab Fathu Rabbani, Al-
Ghunyah, Futuhul-Ghaib, Tafsir Al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al-
Jailani; Kitab Ihya Ulumuddin, Minhajul Abidin, Bidayatul Hidayah, Al-
Mawaizh fi Al-Ahadis Al-Qudsiyyah dll karya Imam Al-Ghazali; Kitab
Risalah Al-Qusyairiyah karya Imam Al-Qusyairi dan kitab-kitab rujukan
ilmu tasawuf lainnya. Tujuannya agar masyarakat di media sosial
mendapatkan pelajaran ilmu tasawuf dari rujukan ilmu yang representatif.
Kedua, melalui kegiatan nyata sosial, kemanusiaan dan keagamaan, kami
ingin agar pengamalan ilmu tasawuf dapat dirasakan dampaknya bagi
masyarakat luas. Salah satu model dakwah tasawuf yang kami tuju adalah
pemberdayaan anak punk dan jalanan. Tasawuf bukan hanya ilmu langit,
tapi juga ilmu bumi. Ilmu yang penerapannya vertikal dan horizontal:
habblum minallah, wa hablum minnas.
2. Apa motivasi dan tujuan Ustadz merangkul anak punk dan dijadikan
sebagai anak binaan?
Mengapa memilih mereka, karena masyarakat marjinal ini tak tersentuh
oleh para juru dakwah pada umumnya. Ini adalah program yang sangat
menantang bagi kami. Sebab, ilmu tasawuf boleh dikatakan sebagai bagian
xxxiv
dari psikologi dan psikoterapi dalam Islam, maka saatnya kami
mempraktikkannya untuk merangkul anak Punk dan jalanan. Sebagian
besar mereka terpapar oleh Narkoba, seks dan pergaulan bebas, kenakalan
remaja dan kriminalitas lainnya, maka menjadi ranah dakwah yang jarang
disentuh.
Anak Punk dan jalanan itu menurut saya unik. Cara mereka berpakaian,
style rambut dan gaya hidup mereka pun berbeda dan sangat mencolok.
Hobi musiknya pun berbeda, cara berpikir dan ideologi mereka yang anti-
kemapanan dan selalu melakukan “pemberontakkan” terhadap keluarga
dan masyarakat menjadikan mereka mendapat cap negatif dari masyarakat
luas. Bagi saya, Punk itu bukan kriminal, tapi hanya sekadar gaya hidup
dan aliran musik yang patut dihargai. Maka, tugas kita adalah membawa
mereka ke jalur yang benar, menjauhkan dari Narkoba dan tindak kriminal
lainnya.
3. Adakah struktur pengurus atau siapa saja pengurus dan anggota di
Komunitas Tasawuf Underground?
Secara organisatoris, Komunitas Tasawuf Underground adalah komunitas
yang di bawah Yayasan Bahjatun-Nufus. Adapun struktur organisasi
Taswuf Underground adalah:
Pendiri & Direktur: Halim Ambiya
Sekretaris: Ade Irfan Abdurrahman
Bendahara: Herlina Kamba
Koord Kajian Islam: Yusni Amru Ghazali
Koord Riset & Pengembangan: Tata Septa Yudha
Koord Ekonomi dan Wirausaha: Rotua Hema Malini
Koord Media dan Informasi: Abdul Hamid Mahmudi
xxxv
Anggota komunitas Tasawuf Underground adalah jamaah yang mengikuti
kajian tasawuf melalui media sosial ataupun pengajian offair yang
diadakan oleh komunitas.
4. Adakah SOP (Standar Operasional Prosedur) atau panduan bagi
pengurus dan anggota dalam komunitas ini?
Sebagaimana layaknya komunitas, Tasawuf Underground tidak memiliki
mekanisme perekrutan secara ketat. Anggota komunitas adalah mereka
yang aktif mengikuti kajian tasawuf melalui on air atau off air yang kami
adakan.
Namun, kepengurusan dalam Struktur Kepengurusan Tasawuf
Underground tentu saja menjalankan rangkaian dan kegiatan kelembagaan
sesuai tugas masing-masing. Kami melakukan diskusi, riset, dan
pembinaan sesuai bidang masing-masing.
Dalam melakukan pembinaan kepada anak-anak Punk dan jalanan yang
kami pusatkan di Kolong Jembatan, Depan Stasiun Tebet, Jakarta Selatan,
tiap Jum‟at dan Sabtu jam 14.00-17.00 wib, kami melakukan perekrutan
relawan untuk memudahkan tugas kami. Relawan ini kami rekrut dengan
sejumlah aturan main yang jelas bagi mereka. Agar memudahkan kerja
pemberdayaan.
Kami mencatat terdapat 85 relawan dari berbagai profesi, seperti:
Pengacara, pengusaha, dokter, dosen, guru, motivator, polisi, tentara, dan
sebagainya. Mereka membantu program pemberdayaan sesuai dengan
kemampuan dan kesanggupan mereka.
5. Bentuk aktifitas Komunitas Tasawuf Underground inikan seperti
pembinaan dan pemberdayaan. Boleh dijelaskan Ustadz bagaimana
pembinaan (keagamaan/non keagamaan) dan pemberdayaan yang
diberikan kepada anak punk?
xxxvi
Kami menyebut program pembinaan anak punk dan jalananan ini sebagai:
PENGENALAN PETA JALAN PULANG. Pertama, pengenalan peta
jalan pulang kepada Allah, yakni dengan pendidikan dan penyuluhan
agama, melalui pengajian, pelatihan, praktik shalat dan dzikir. Pembekalan
ruhani ini secara khusus dalam bentuk pengajian biasa dan halaqah
thariqah. Bentuk halaqahnya kami mengadopsi konsep INABAH yang
dilakukan Pondok Pesantren Suryalaya. Praktinya dengan pembekalan
dzikir yang diajarkan dalam Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
(TQN) Suryalaya. Contohnya dengan mengajak mereka untuk berdzikir
laa ilaha illallah secara jahar dan khafi pada setiap habis shalat wajib
minimal 165 kali. Lalu dengan hidroterapi, yakni praktik mandi tobat di
malam hari jelang subuh.
Dalam hal ini, kami sering mengadakan acara Dzikir dan Muhasabah,
seperti mengikuti: Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tiap bulan,
Dzikir Khataman tiap malam Jum‟at, Muhasabah dan Dzikir tahunan,
Kedua, kami mengenalkan peta jalan pulang kepada keluarga. Tujuannya
agar mereka kembali menyadari tujuan hidupnya, baik yang berorentasi
secara sosial, ekonomi dan ataupun budaya. Bentuk nyatanya adalah
memberi pembekalan pelatihan-pelatihan. Seperti Pelatihan Design Grafis,
Pelatihan Sablon dan Percetakan, Pelatihan Jadi Barista, Pelatihan
Barbershop, Pelatihan Bisnis Online, Penyuluhan Hukum dan Advokasi,
serta pelatihan kewirausahaan lainnya.
6. Perubahan-perubahan seperti apa yang di alami anak binaan Tasawuf
Underground setelah diberikan pembinaan dan pemberdayaan?
Beberapa perubahan secara mental jelas terlihat dalam diri mereka yang
telah mengikuti rangkaian pembinaan Tasawuf Underground. Diantaranya
adalah: 1. Meninggalkan Narkoba dan obat-obatan psikotropika yang bisa
xxxvii
mereka konsumsi; 2. Mulai menjalankan shalat lima waktu; 3. Aktif
mengikuti acara dzikir dan shalawat; 4. Meninggalkan jalanan dan
berhenti mengamen serta menemukan lapangan kerja baru; 5. Membuka
usaha sendiri dengan membuat bengkel, membuat warung kopi, menjadi
barista, membuka sablon, dll; 6. Semangat belajar dan mengaji mengejar
ketertinggalan pendidikan mereka; 7. Memutuskan diri untuk mengikuti
“Pesantren Punk” (mondok) di kantor yang disediakan Tasawuf
Underground; 8. Membantu melakukan rekrutmen anak-anak Punk dan
jalanan untuk bergabung bersama komunitas Tasawuf Underground.
7. Adakah kendala ketika memberikan pembinaan dan pemberdayaan
terhadap anak punk? Jika ada, bagaimana cara mengatasinya ustadz?
Pasti terdapat banyak kendala, di antaranya:
Pertama, masalah kedisplinan. Anak Punk dan jalanan adalah anak yang
susah diajarkan tentang kedisiplinan. Baik, berkaitan dengan ketepatan
waktu, rutinitas ataupun tanggung jawab. Hal ini karena selama ini mereka
hidup secara liar di jalanan, sehingga membutuhkan adaptasi yang tidak
mudah. Dibutuhkan kesabaran luar biasa dalam menangani masalah ini.
Namun demikian, salah satu pembentukan kartakter dan mental disiplin
yang paling sederhana adalah dengan menyadarkan mereka untuk
melakukan shalat lima waktu. Seiring dengan perjalanan waktu, shalat
akhirnya dapat menjadi pengingat untuk kesadaran mereka untuk
berbenah, mengatur waktu, disiplin dan melatih tanggung jawab.
Kedua, masalah emosi dan gangguan mental. Hal ini terjadi akibat
konsumsi Narkoba dan obat-obatan Psikotropika yang sebelumnya mereka
lalui. Terapi dzikir adalah salah satu cara untuk memulihkan ganguan
mental tersebut. Dengan dzikir thariqah yang diperkenalkan, mereka
xxxviii
diajak untuk merasakan bahwa dzikir dapat dirasakan secara langsung
sensinya secara fisik dan psikologis.
Ketiga, masalah perkelahian sesama mereka. Anak Pun dan Jalanan
adalah mereka yang sukar diatur, temperam, gampang emosi dan
melakukan perkelahian sesama mereka. Hal ini terjadi karena kerasnya
hidup di jalanan. Cara mengatasinya dengan melakukan konseling dan
kegiatan-kegiatan motivatif yang memicu kesadaran ruhani mereka untuk
saling menyayang. Di antaranya dengan membuat sejumlah kegiatan dan
pemberian tugas kelompok yang memungkinkan mereka menyalurkan
minat, bakat dan pendapat.
Keempat, masalah kesehatan. Mereka yang hidup di jalanan sangat susah
diajak untuk melakukan budaya hidup sehat. Mereka biasanya tidak mandi
selama berhari-hari, baju tak pernah ganti, dekil, kucel dan sangat bau.
Tasawuf Underground biasanya menyediakan peralatan mandi, dari mulai
handuk, sabun, dan sampo hingga menyediakan baju-baju layak pakai. Di
samping itu, bekerjasama dengan Puskesmas Tebet dan IDI melakukan
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gratis untuk mereka. Sejauh ini,
kami pernah melakukan pemeriksaan HIV/Aids, Mangintis, paru, dll.
Bahkan, menyediakan fasilitas khusus bekerjasama dengan Islamic
Medical Service (IMS) untuk Hapus Tato Gratis.
Kelima,masalah hukum dan kriminalitas. Sudah menjadi rahasia umum,
anak-anak Punk dan jalanan kerapkali ditangkap oleh Satpol PP karena
pelanggaran Perda tentang ketertiban umum, baik saat mereka mengamen
atau saat sedang nongkrong di jalanan. Maka, Tasawuf Underground
membentuk team relawan untuk melepaskan mereka dari Tempat
Rehabilitasi Sosial. Mereka yang pernah mengaji di Tasawuf Underground
mendapat advokasi khusus agar mereka dikeluarkan dari tahanan Satpol
PP. Dari sinilah akhirnya, kami mendapat trust dari mereka. Anak binaan
xxxix
merasa dilindungi secara hukum. Pada saat yang sama, hal ini menjadi
“ultimatum” bagi mereka untuk istiqamah mengikuti pembinaan Tasawuf
Underground.
Bagi mereka yang terlibat persoalan kriminal & hukum, kami
menyediakan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) gratis. Mereka yang
terlibat perkelahian, pencurian, dll, maka relawan yang tergabung dalam
LBH memberi bantuan hukum secara gratis untuk melindungi hak-hak
mereka.
Keenam, kendala administrasi kependudukan. Anak-anak Punk dan
jalanan sebagian besar tidak memiliki KTP dan BPJS. Sehingga sering kali
susah mendapat fasilitas dari institusi pemerintah. Namun, dengan adanya
Komunitas Tasawuf Underground, segala hal yang berkaitan dengan
administrasi dan kependudukan diajukan oleh komunitas kami secara
kelembagaan. Sehingga memungkinkan mendapat fasilitas pengganti
melalui program donasi atau program pemerintah yang harus diajukan
melalui lembaga swadaya masyarakat.
8. Tindakan/upaya/kegiatan apa yang dilakukan Komunitas Tasawuf
Underground untuk mencapai tujuan dari komunitas ini?
Berikut adalah beberapa kegiatan yang telah dilakukan Tasawuf
Underground dalam pembinaan terhadap anak-anak Punk dan jalanan:
A. Pendidikan Keagamaan:
7. Pengajian Rutin, tiap Jum‟at dan Sabtu, jam 14.00-17.00 wib, di
Kolong Jembatan Tebet, Jakarta Selatan.
8. Dzikir Khataman dan tausiah tiap Malam Jumat di masjid atau
kantor.
9. Mengikuti rangkaian Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di
TQN Center, Masjid Al-Mubarak, Rawamangun, Jakarta.
xl
10. Muhasabah dan Dzikir Tahunan, yang diadakan di beberapa tempat
berturut-turut. Seperti, 3 hari Muhasabah Villa Dago Pakar,
Bandung; 2 hari Muhasabah di Villa Cijeruk, Sukabumi, sehari
semalam di TQN Center, Rawamangun.
11. Inabah dan Hidroterapi di Hotel Fontana Tebet, Jakarta Selatan;
Inabah dan Hidroterapi di NOSC, Gadog, Sukabumi; dan Inabah
dan Hidroterapi Fontana Guest House, Tebet.
12. Ziarah Kubur di beberapa tempat seperti, di Makam Habib Luar
Batang Jakarta, Makam Habib Kwitang Jakarta, Makam Pangeran
Jayakarta, Makam Habib Kuncung Kalibata, Makam Habib
Empang, Bogor, Makam Sunan Gunung Djati Cirebon, Makam
Mbah Soleh Darat Semarang, Makam Maulana Magribi
Yogyakarta, dan Makam Syekh Bela Belu Yogyakarta.
B. Sosial dan Ekonomi:
7. Pelatihan Barista, Kolong Jembatan Tebet.
8. Pelatihan Barista dan Kewirausahaan di Kafe Inspirasi, Darmawangsa
Jakarta.
9. Pelatihan Design Grafis di kantor Salima Publika, Ciputat.
10. Pelatihan Barbershop di Yayasan Inspirasi Indonesia.
11. Pelatihan Bisnis Online, Salima Publika, Ciputat.
12. Pelatihan Dasar-dasar Fotografi, Kolong Jembatan, Tebet.
C. Kesehatan dan Bantuan Hukum:
6. Penyuluhan Kesehatan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kolong
Jembatan Tebet.
7. Pemerikasaan HIV/Aids di Kolong Jembatan dan Puskesmas
Tebet, Jakarta.
8. Program Hapus Tato Gratis, atas kerjasama dengan Islamic
Medical Service (IMS), yang diadakan secara rutin di Kolong
Jembatan dan Klinik IMS, Jatenegara Jakarta.
xli
9. Penyuluhan Hukum LBH Pasti, Jakarta di Kolong Jembatan Tebet.
10. Penyuluhan Hukum dan Advokasi Pemerintah Kota Jakarta Selatan
di Kolong Jembatan Tebet.
9. Tindakan/upaya/kegiatan-kegiatan apa yang diberikan Tasawuf
Underground terhadap anak binaan yang berorientasi nilai?
Selama 3 tahun lebih kami telah melakukan banyak hal terhadap anak-
anak Punk dan jalanan, di antaranya:
1. Membantu 3 kelahiran anak Punk dengan menanggung biaya persalinan,
membantu menyediakan peralatan bayi hingga mengontrakkan rumah.
2. Membantu biaya pengobatan dan perawatan bagi anak binaan yang terkena
penyakit karena mereka tidak memiliki KTP ataupun jaminan sosial
(BPJS/KIS).
3. Membantu mencarikan pekerjaan dan modal usaha dari berbagai pihak
melalui program donasi yang disiapkan oleh para relawan. Tujuannya agar
mereka tidak terlunta-lunta di jalanan, mengamen atau mengemis.
4. Menyediakan tempat singgah dan ruang belajar bagi anak-anak Punk dan
jalanan yang layak agar mereka melepaskan diri dari jalanan.
5. Menolong anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah atau kuliah dengan
mengikutsertakan mereka dalam program belajar Paket A, B atau C.
6. Menyediakan makanan, sembako dan pakaian bagi mereka yang sudah
istiqamah “Mondok” di Pesantren Punk yang disediakan Tasawuf
Underground. Tujuanya agar mereka bisa fokus belajar dan berbenah
tanpa dibebani masalah biaya.
10. Tindakan/perilaku/kegiatan-kegiatan apa yang masih dilakukan baik
oleh Komunitas Tasawuf Underground dan anak punk dari sebelum-
sebelumnya atau sudah menjadi kebiasaan sehingga sampai sekarang
masih dilakukan?
xlii
Dari sudut kegiatan agama, akivitas yang hingga kini dan selalu dilakukan
adalah kegiatan shalat lima waktu dan dzikir Laa ilaha illallah tiap habis
shalat. Serta kegiatan dzikir malam Jum‟at. Hal ini seperti layaknya obat
yang melepaskan mereka dari ketergantungan Narkoba dan obat-obatan
Psikotropika. Sedangkan, kegiatan lain adalah belajar dan mengaji di
kantor Salima Publik di Ciputat. Mereka layaknya santri yang sedang
mondok dan mendapat tugas menghafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an.
Sedangkan, kegiatan usaha ekonomi yang dilakukan adalah Jasa Sablon
dan bisnis online. Sebagian mereka yang sudah bekerja di kafe atau
perusahaan tetap berjalan. Begitu juga mereka yang masih mengikuti
program belajar Paket A, B dan C.
11. Tindakan/perilaku/sikap emosional apa atau pengalaman/kesan yang
dialami Tasawuf Underground dalam menangani/membina anak punk?
Hal yang paling berkesan adalah melerai perkelahian sesama mereka.
Biasanya, mereka yang baru bergabung masih belum hilang efek narkoba
dan obat-obatannya, sehingga sering menimbulkan masalah emosi
berlebihan. Tasawuf Underground tetap memberi kesempatan siapa pun
untuk bergabung dan mengikuti pembinaan, meski mereka masih belum
istiqamah berhijrah.
12. Di media sosial Tasawuf Underground (instagram) terdapat poster
Ustadz Halim sebagai pembicara di Masjid TQN Center Rawamangun.
Apakah ustadz juga merupakan ikhwan TQN?
Saya memang pengamal Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)
Suryalaya dan merupakan salah satu da‟i yang ditugaskan untuk memberi
siraman ruhani kepada Ikhwan-ikhwan TQN dalam sesi Manaqib atau
Khataman di wilayah Jakarta.
xliii
13. Bagaimana makna menurut ustadz tentang ajaran-ajaran yang diikuti
seperti ajaran tasawuf atau dalam mengamalkan ajaran-ajaran TQN?
Sebenarnya, pendidikan ruhani yang diterapkan di Tasawuf Underground
adalah adaptasi model dari pembinaan Inabah di Ponpes Suryalaya.
Melakukan pembinaan anak Punk dan jalanan tidak akan cukup hanya
dengan ceramah biasa seperti yang dilakukan di masjid atau mejelis taklim
pada umumnya. Tapi, perlu penggemblengan khusus ruhani melalui tradisi
dzikir dalam thariqah. Mereka yang mengikuti pembinaan Tasawuf
Underground diwajibkan mengikuti talqin dzikir, agar memperoleh kesan
batin yang lebih mendalam.
14. Bagaimana pula makna menurut ustadz sebagai guru dan pembina di
Tasawuf Underground yang selama ini sudah merangkul anak punk
dan mengajak mereka untuk kembali ke jalan yang benar (jalan
pulang)?
Saya sering menempatkan diri sebagai ayah bagi mereka. Sebagai ayah,
tentu baik dan buruk prilaku anak tetap menjadi tanggung jawab saya.
Benar atau salah harus dibela dengan bahasa kasih seorang ayah.
Kadang, saya menempatkan diri sebagi guru atau ustaz. Saya
berkewajiban menegur, membimbing dan mengarahkan mereka ke jalan
yang benar, agar mereka tidak lupa kepada jalan pulan; jalan kepada Allah
dan jalan kepada keluarga. Jalan yang harus disiapkan menuju pertemuan
dengan Allah di akhirat dengan pembekalan ilmu agama. Dan, jalan
pulang kepada keluarga dengan pemberdayaan ekonomi dan sosial.
Kadang, saya menempatkan diri sebagai sahabat. Sebagai sahabat saya
harus mengetahui jiwa mereka secara personal. Menjadikan mereka
xliv
sebagai kawan yang selalu menjaga, saling berbagi dan saling menolong.
Selama ini, stigma negatif yang ditujukan oleh masyarakat membuat
mereka semakin jauh dari akar keluarga dan masyarakatnya, maka
dibutuhkan para sahabat yang penuh cinta dan kasih untuk mereka.
15. Komunitas Tasawuf Underground inikan juga merupakan komunitas
yang bergerak dalam bidang sosial. Adakah peran pemerintah atau
dinas sosial setempat yang turut ikut mendukung dalam kegiatan-
kegiatan Tasawuf Underground?
Sejauh ini, tidak ada bantuan keuangan langsung dari Pemerintah untuk
Komunitas Tasawuf Underground. Donasi untuk kegiatan hanya dilakukan
secara personal melalui para relawan yang terlibat dalam pemberdayaan
kami. Namun, harus diakui, pada sisi peluang kerjasama, pihak
Pemerintah sebenarnya terbuka untuk berkerjasama dengan Tasawuf
Underground. Misalnya, dari masalah kesehatan, Pihak Puskesmas Tebet
selalu terbuka membantu komunitas kami untuk melakukan penyuluhan
dan pemeriksaan kesehatan. Begitu juga Dinas Sosial Provinsi DKI juga
selalu membantu kami ketika kami berusaha untuk membebaskan anak
binaan yang terjaring razia. Saya berharap ke depan ada bentuk bantuan
dan kerjasama yang lebih baik. Aamiin.
Alhamdulillah, demikian jawaban saya atas pertanyaan-pertanyaan saudara.
Semoga penelitian Anda bermanfaat bagi kerja-kerja sosial dan kemanusiaan.
Serta menginspirasi kalangan akdemik dan masyarakat luas untuk peduli terhadap
kaum marjinal di Republik ini.
Wassalamualaikum wr.wb
Ciputat, 11 April 2020
Halim Ambiya
Pendiri dan Direktur Tasawuf Underground
xlv
LAMPIRAN 2 TRANSKIP OBSERVASI
Kamis, 28 Fabruari 2019
15.30 – 17.30 WIB
Di Universitas Budi Luhur
Dalam acara Ngaji Kebudiluhuran dengan tema
“Menemukan Tuhan Di Jalanan” dengan narasumber Ust. Halim Ambiya (founder
komunitas tasawuf Underground) dan Digo Dz (Mantan Ketum Oi)
Ust. Halim Ambiya
Assalamualaikum wr.wb.
Terimakasih atas waktu yang diberikan kepada saya...
1. “Saya mendirikan Tasawuf Underground itu 7 tahun yang lalu di
facebook, fanpages, dan per hari ini followers-nya lumayan 398 ribu...
saya posting mengenai agama-agama, tentang tasawuf terutama. Tentang
tasawuf dari kitab-kitab kuning dari Imam Ghazali, dari Syekh Ibnu
Atha‟illah, dari ulama-ulama kita. Dan ternyata, gairah orang untuk belajar
agama melalui dunia yang maya itu besar sekali. Di samping, memang di
grup-grup sebelah memang terlalu sibuk dengan urusan politik. Dari situ
saya melihat reaksi bahwa orang untuk belajar agama bisa dari halte, di
bus, di kantor, dengan sembunyi-sembunyi tidak banyak orang tau belajar
agama tetapi dia baca sambil tiduran, sambil duduk, sambil nunggu
masakan. Ternyata diliat dari demografinya (infografisnya) itu besar
sekali. Baru tiga tahun yang lalu, saya berpikiran kalau agama terlalu
melangit tidak down to earth itu juga menjadikan agama berjarak. Agama
terlalu tinggi, agama terlalu mengawang-awang, agama sesuatu yang tak
terjangkau, makanya kalau bahasa orang indramayu down to earth, harus
yang membumi. Biar dirasakan, bagaimana juga orang melihat Tuhan
orang mau mendekat dan mengenal Tuhan itukan dengan 2 cara,
transenden dan imani. Transenden; Tuhan terlalu transenden, terlalu
tinggi, besar, terlalu Agung, tak terjangkau, tak terlihat, tak terbayangkan,
sehingga Tuhan tidak bisa didekati seolah-olah. Padahal Tuhan juga
imanen (iman-in), Tuhan itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi, lebih
xlvi
dekat dari sesuatu, tetapi karena Tuhan bukan sesuatu maka kedekatannya
bukan seperti kedekatan sesuatu dengan sesuatu. Tapi, seperti kedekatan
air laut dengan asinnya. Rasakan itu. Bicara agama, bicara Tuhan adalah
rasani, rasana, soal rasa bagaimana kita sebagai hamba merasakan getar
dalam hati bahwa Tuhan ada. Ini yang kadang susah tidak didapatkan di
kelas. Ada orang mendapatkan tarikan ruhani hanya gara-gara daun yang
melambai-lambai, langsung ingat orang tuanya yang sudah meninggal, ada
tiba-tiba seorang yang lagi duduk termenung tiba-tiba mendengar kicauan
burung, ingat anak yang sudah meninggal, ada tarikan tertentu. Allah mau
berdialog, Tuhan mau berdialog. Ada orang yang tadinya lupa dengan
Tuhannya, Allah dekatkan dengan cobaannya. Misalnya, lagi asyik
bisnisnya banyak proyeknya banyak set tiba-tiba dikasih cobaan jeder
bangkrut dikejar-kejar debt kolektor, kawan terdekat ga bisa bantu. Debt
kolektor sesuatu yang lebih angker daripada malaikat maut. Akhirnya apa,
dia tidak punya harapan lagi, cari Tuhan, menemukan Tuhan, menggali
Tuhan.” (menit ke 02.00 - 05.57).
2. “Hari ini saya mengenalkan salah satu bagian dari kita, anak punk dan
jalanan. Betul dari tadi dijelaskan bahwa ada stigmasisasi negatif ya sudah
sangat negatif. Orang melihat punk karena casing karena fisik, seolah-olah
menjadi punk adalah kriminal. Padahal belum tentu, jangan-jangan ini
kejahatan masyarakat, kejahatan kita, atau bahkan kejahatan orang tua,
sekali lagi atau mungkin bahkan kejahatan orang tua, diantara anak jalanan
ada yang ditemukan di kardus, kan gatau bapak ibunya, ada yang tiba-tiba
dia ingat sadar umur 10 tahun di panti, ada yang sama sekali dia tidak tau
tiba-tiba ada di gereja diselamatkan oleh pendeta. Ada yang tidak tau, dia
sadar pokoknya saya umur 11 tahun ada di halte itu. Ini salah siapa, ini
kejahatan orang tua. Problem semacam ini lumrah terjadi.” (menit ke
05.57 - 07.30).
xlvii
3. “Jalan pulang (kembali kepada agama) inilah proyek yang kita buat di
kolong jembatan Tebet. Mereka sudah mengenal Tuhan tetapi tidak tahu
jalan pulang kepada Tuhan. Kadang tuh untuk mengajarkan anak-anak
punk dan anak-anak jalanan, shalat khusyu, saya kalah. Saya kadang
sambil ngamen, mereka getar kalbunya, gerah hatinya meminta kepada
Allah agar seseorang ngasih receh diterik matahari, kita enak di kampus,
AC, ngobrol, kongkow begini, mereka panas-panasan, siapa yang disebut
dalam hatinya selain Tuhan, dia tidak punya harapan lain, anak-anak
jalanan tidak punya harapan pada manusia, dia tidak punya harapan
kepada makhluk, mereka hanya mengharapkan kepada Allah. Karena
selama ini anak-anak jalanan dan punk dikecewakan entah itu
dikecewakan pemerintah, satpol pp, dsb. Karena itu kemudian, ketika dari
tiga tahun lalu saya melakukan pendekatan kepada mereka tidak
menggunakan jurus atau ilmu kebidikjayaan tingkat tinggi. Karena mereka
sudah menemukan Tuhan mereka. Saya datang sebagai sahabat dengan
ketulusan hati langsung wellcome. Bukan saya yang nyuruh ngaji, mereka
minta ngaji. Karena sebetulnya mereka haus mereka butuh oase yang
selama ini sebetulnya tugas masjid, tugas gereja, tugas agama, untuk
mendekati, untuk merangkul mereka, tetapi mereka di anaktirikan. Ini ada
yang bertato (sambil nunjuk salah satu anak punk) baru seminggu yang
lalu ini dia yang sendalnya hilang. Tapi selama ini coba kalau anak bertato
yang masuk masjid dicurigai, awas kotak amal, selalu begitu masyarakat
kita. Faktanya sendal mereka yang hilang. Kaya gini cerita biasa, jadi
mendekati mereka sebagai sahabat ini penting makanya ini kadang ada
yang ngelirik, saya kan baru bikin di Tebet ini baru 4 bulan masuk ke 5
bulan ini ya ini tidak menggunakan baju yayasan, tidak menggunakan baju
institusi apapun. Sengaja saya datang, (onlensul) datang, dengan
komunitas lalu mengajak relawan media sosial untuk hadir membantu saya
untuk mengajar mengaji. Ternyata reaksinya bagus, yang datang mulai
polisi, tentara, ada pengacara, ada dosen, datang ngajar ngaji, Brigjen
ngajar ngaji iqro, mapan, ada dosen ngajar ngaji, belum tentu anak
xlviii
mahasiswa dapat. Ternyata partisipasi masyarakat ketika itu dibuka,
dibuka kepada publik, itu mereka juga punya rasa untuk berbagi.” (menit
ke 10.08 - 13.33).
4. “Cuma kadang kita mau memulai mengawali sebuah kebaikan itu susah,
susah. Kalau urusan tobat, jangan ditanya, makanya saya ngindari kata
tobat itu untuk memperhalus kata, sepertinya kita akan buat peta jalan
pulang. Tobat secara bahasa itu artinya pulang. Tapi kita hindari kata itu
agar lebih wellcome gitu anak-anak itu. Mengenalkan kita jalan pulang,
satu; jalan pulang kepada Allah, kedua; jalan pulang kepada keluarga. Peta
jalan pulang kepada Allah kita kasih pengajian, kita kasih dzikiran, kita
kasih terapi rohani bagi mereka. Ajak mereka dzikir, lalu mengenalkan
mereka jalan pulang kepada keluarga kita kasih pemberdayaan ekonomi
dan sosial. Ada yang sudah jadi barista, ada yang nyablon, yang tadinya
nato jadi nyablon. Abis itu karena yang datang relawan-relawan
profesional yang punya pekerjaan, lalu sudah jadi kawan, cincai, ada yang
ngajarin fotografi, ngajarin membuat kerajinan tangan. Karena kita hadir
sebagai relawan.” (menit ke 13.37 - 14.45).
5. “Model persahabatan seperti itu yang diharapkan kaum marjinal untuk
bisa berbenah. Tanpa itu susah. Program semacam ini tidak bisa dibuat
bikin formal seperti di desa, berapa milyar yang dilakukan pemerintah
bikin rumah singgah, berapa lantai, berapa titik, di Jakarta atau diluar
Jakarta. Tapi tetap saja ini fenomena urban yang tidak bisa dihentikan
hanya dengan budget anggaran, ini harus kerja bareng-bareng bukan
hanya tugas pemerintah tetapi setiap diri setiap individu, setiap warga.
Yang ingin mau saya katakan adalah tadi tentang peta jalan pulang. Jalan
pulang kepada Allah itu pasti harus melalui cara yang benar. Karena kita
muslim kita diajarkan syariat, syariat itu secara bahasa artinya jalan yang
besar, kalau jalan kecil-kecil itu disebut thoriq atau thoriqoh. Jalan yang
besar itu syari‟ atau syari‟at, jalan yang kecil disebut thoriqoh. Yang kita
xlix
tuju itu jannah, surga atau taman. Mustahil taman bisa dilakukan tanpa
melalui syariat tanpa melalui jalan tanpa melalui thoriqoh.” (menit ke
15.12 - 16.38).
6. “Jadi, mengenalkan jalan pulang harus kenal jalannya. kalau mereka sudah
mengenal Tuhannya harus pastikan jalannya benar. Jangan jalan yang
salah. Manusia ini kan ga hanya anak jalanan anak punk, kita-kita yang
hidup normal di rumah terjadi itu tobat sambel kan, sekarang tobat,
udahlah. Makanya bener apa yang disebut Imam Ghazali, manusia itu
terbagi menjadi empat golongan; satu, golongan pertama ini seperti
ngengat, sejenis kupu-kupu. Dia kalau misalkan ngeliat cahaya, liat api, itu
langsung nyerang. Misalnya, ini obor, ditabrakin ke api, padahal dia tau itu
panas, berkali-kali, kita ini kadang seperti ngengat, ketika melihat sesuatu
yang panas, kata Allah jangan, tetep aja ditabrak, tabrak terus. Lalu yang
kedua; kita seperti anjing. Anjing itu kalau dibilangin jangan hey, kita
pakai tongkat baru anjing itu pergi. Lalu besok-besok kamu gausa pake
teriak. Angkat saja tongkatmu, lari anjing. Kadang kita juga seperti anjing.
Udah tau itu salah, udah tau itu maksiat, udah tau itu haram, udah tau itu
melanggar, udah tau itu korupsi, tetap saja sebelum ada yang angkat
(peringatan) KPK itu baru menyerah. Yang ketiga; kita ini seperti domba,
seperti kambing, seperti sapi, makan rumput, begitu melihat ada harimau
ada singa baru lari dia tahu dari kejauhan, dia larinya rada susah maka
ketika dia melihat sesuatu bahaya maka segera pergi, kita juga kadang
gitu. Khamr, narkoba, ini bahaya, kita jauhi, tapi belum meler belum beler
belum mencret-mencret belum tobat. Yang keempat; yang susah dicarikan
padanannya, yang tidak bisa diilustrasikan dengan model binatang. Dia
sadar dirinya sebagai hamba, dia tau kapan harus pulang, dia tau jalannya,
dan tau bagaimana menghadangnya. Semoga kawan-kawan punk, Tebet,
dari Tanah Abang, dari Gondang dia, di Bintaro dan sebagainya yang
sudah tergabung di pengajian Jumat Sabtu di kolong jembatan ini menjadi
hamba-hamba yang istiqomah masuk ke jalan pulang yang benar, mohon
l
doanya. Mungkin itu dulu dari saya wassalamualaikum wr.wb”. (menit ke
16.58 - 20.20).
li
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI
24 Agustus 2019
Acara Layanan Hapus Tato Di Kolong Jembatan Tebet Jakarta Selatan
24 Agustus 2019
Peneliti Bersama Para Relawan Komunitas Tasawuf Underground
lii
25 Juni 2019
Wawancara dengan Informan D dan L
28 Februari 2019
Acara Ngaji Kebudiluhuran di Universitas Budi Luhur
liii
5 April 2019
Pengajian Rutin Jumat-Sabtu Komunitas Tasawuf Underground Bersama
Anak Punk dan Anak Jalanan di Kolong Jembatan Tebet Jakarta Selatan
liv
13 Juli 2019
Pelatihan Memandikan dan Mengkafani Jenazah Dari Salah Satu Relawan
Komunitas Tasawuf Underground
lv
6 Desember 2019
Peneliti Bersama Informan Sekaligus Relawan Komunitas Tasawuf
Underground
Hasil Karya Kaos Sablon Anak Punk Binaan Tasawuf Underground
lvi
Kitab Uquudul Jumaan
Buku Bacaan Dzikir, Khotaman, Wiridan, Tawasul dan Silsilah
Ketentuan Pokok Dalam Pelaksanaan Amaliah Dzikir dan Khotaman
TQN Pondok Pesantren Suryalaya
lvii
Bacaan Dzikir Harian Setelah Shalat Fardhu
lviii
lix
Bacaan Khotaman TQN Pondok P
esantren Suryalaya
lx
lxi
lxii
lxiii
LAMPIRAN 4 CATATAN LAPANGAN PENELITIAN
Catatan Lapangan Penelitian
No Waktu Tempat Perihal Keterangan
1 Kamis, 21
Fabruari 2019
09.47 WIB
- Menghubungi Ustadz
Halim Ambiya (founder
komunitas tasawuf
Underground) lewat
whatsApp untuk
meminta izin melakukan
observasi.
Disarankan olehnya untuk
datang saja ke kegiatan
pengajian yang diadakan setiap
Jumat dan Sabtu pukul 14.00 -
16.00 di Kolong Jembatan
Tebet.
2 Kamis, 28
Fabruari 2019
15.30 – 17.30
WIB
Universitas
Budi Luhur
Ngaji Kebudiluhuran
dengan tema
“Menemukan Tuhan Di
Jalanan” dengan
narasumber Ust. Halim
Ambiya (founder
komunitas tasawuf
Underground) dan Digo
Dz (Mantan Ketum Oi)
Peneliti sebagai peserta atau
mengikuti acara dengan
mengamati, merekam, kemudian
menulis hal-hal penting.
3 Jumat, 5 April
2019
14.00 – 17.00
WIB
Kolong
Jembatan
Tebet (depan
Stasiun Tebet)
Pengajian mingguan
(Jumat dan Sabtu).
Susunan acaranya:
1. Mengaji (baca
tulis Al- Qur‟an)
2. Shalat Ashar
berjamaah di
masjid terdekat
3. Kajian yang
dibawakan oleh
Ust. Halim
Ambiya
- Peneliti hanya
observasi sambil
membantu mengajar
mengaji dengan anak-
anak
- Mengikuti shalat ashar
berjamaah
- Mendengarkan kajian
- Melihat situasi atau
keadaan kegiatan dan
sekitar lokasi
- Belum tahap
wawancara
Note:
1. Tanyakan kitab yang
dibahas saat kajian.
2. Persiapkan pedoman
wawancara untuk
narasumber.
4 Sabtu, 13
April 2019
14.00 – 17.00
WIB
Kolong
Jembatan
Tebet (depan
Stasiun Tebet)
Pengajian mingguan
(Jumat dan Sabtu).
Susunan acaranya:
1. Mengaji (baca
tulis Al- Qur‟an)
2. Shalat Ashar
berjamaah di
masjid terdekat
3. Kajian yang
dibawakan oleh
Ust. Halim
Ambiya
Jadi bentuk komunitas tasawuf
underground itu fleksibel dalam
artian semua relawan yang ingin
ikut berpartisipasi tinggal
gabung aja. Semuanya berawal
dari fanpage di facebook. Dan
soal makanan yang selalu
dibagikan di kolong saat
kegiatan pengajian Jumat dan
Sabtu itu merupakan dari
warung sekitar yang dengan
sukarela memberi. – Ulfa,
lxiv
Mahasiswi UHAMKA sebagai
relawan Tasawuf Underground.
5 27 April 2019
14.00 – 17.00
WIB
Kolong
Jembatan
Tebet (depan
Stasiun Tebet)
Mengobrol dengan teteh, habib,
dan nimbrung yg lain. Udah
mulai membaur sedikit-sedikit.
6 27 April 2019
Wawancara informan Wawancara dengan relawan di
komunitas tasawuf underground
7 25 Juni 2019 Wawancara informan Wawancara bersama anggota
komunitas tasawuf underground
(2orang) yang merupakan anak
jalanan juga.
8 26 Juli 2019 Kolong
Jembatan
Tebet (depan
Stasiun Tebet)
Kedatangan Wan Sehan
dan ada relawan
membagikan Al Quran
Terjemahan gratis
kepada anak-anak punk
dan jalanan.
Peneliti hanya mengikuti
kegiatan sehingga tidak ada
wawancara.
9 24 Agustus
2019
Kolong
Jembatan
Tebet (depan
Stasiun Tebet)
Acara “Layanan Hapus
Tato” kerja sama antara
Komunitas Tasawuf
Underground dengan
Islamic Medical Service
(IMS).
Wawancara dengan
informan Ibu Ile dan
Ulfa
Peneliti mengamati sekaligus
wawancara seperlunya saja.
Acara ini bekerja sama dengan
IMS yang para pendaftar peserta
layanan hapus tato sudah
mencapai 200 an orang. Namun
pada saat itu yang hadir puluhan
orang dan baru beberapa orang
yang sudah terdaftar kemudian
masuk tahap medical check up.
10 4 Oktober
2019
Masjid Dekat
Kolong Tebet,
Jakarta
Selatan
Wawancara dengan Ibu
Ani
Wawancara tentang pengalaman
TQN, ajaran-ajarannya, amalan-
amalannya, nilai-nilainya, dan
alasan bergabung di komunitas
tasawuf underground sekaligus
menjadi relawan dan pengurus.