RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Nama : Nurani Fajri NIM : 06081281320015 Prodi/Jurusan : FKIP/Pendidikan Matematika
RINGKASAN MATERI AMKAI
Materi 1
I. Makna Syahadatain
Membaca dua kalimat syahadat merupakan rukun islam dimana orang yang tidak
mengucapkan dua kalimat syahadat ini bukan termasuk orang islam. Syahadat juga kita
ketahui adalah gerbang untuk menuju agama Islam bagi pemeluk agama lain. Konsep yang
terkandung dalam kalimat laa ilaaha illallaah adalah konsep pembebasan manusia dari
penghambaan apapun kecuali Allah SWT semata-mata. Kalimat syahadah ini memberikan
pemahaman kepada kita dalam memahami dan bersikap bahwa tidak ada pencipta kecuali
Allah saja, tiada pemberi rizki selain Allah, tiada pemilik selain Allah, tiada yang dicintai
selain Allah, tiada yang ditakuti selain Allah, tiada yang diharapkan selain Allah, tiada yang
menghidupkan dan mematikan selain Allah, tiada yang melindungi selain Allah, tiada daya
dan kekuatan selain Allah dan tiada yang diagungkan selain Allah. Kemudian pengakuan
Muhammad Rasulullah adalah menerima cara menghambakan diri berasal dari Rasulullah
SAW sehingga tata cara penghambaan hanya berasal dari tuntunan Allah yang disampaikan
kepada rasul-Nya.
II. Definisi Syahadah
Secara bahasa, “Asyhadu” berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa dilihat dari waktu,
termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan masih sedang dilakukan ketika
diucapkan Asyhadu ini sendiri memiliki tiga arti:
a. Al I’lan (pernyataan), QS. Ali Imran (3) : 18
b. Al Wa’d (janji), QS. Ali Imran (3) : 81
c. Al Qosam (sumpah), QS. Al Munafiqun (63) : 2
Secara istilah syahadat merupakan pernyataan, janji sekaligus sumpah untuk beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya
melalui :
a. Pembenaran dalam hati (tasdiqu bil qolbi)
b. Dinyatakan dengan lisan (al qaulu bil lisan)
c. Dibuktikan dengan perbuatan (al ’amalu bil arkan
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
III. Makna Laa ilaaha Illallah
‘Laa Ilaaha Illallah’ berarti membuang seluruh ilah dan illahllah berarti menetapkan Allah
sebagai satu-satunya Ilah yang sebenar-benarnya berhak di sembah. "Ilah" di dalam bahasa
Arab memiliki akar kata alaha yang berarti antara lain : tenteram, lindungan, cinta, dan
sembah. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram"(QS. Ar Ra’ad(13) :
28)
Jadi dengan demikian maka kalimat Laa Ilaaha Illallah mengandung beberapa pengertian
sebagai yaitu : Laa khaliqa Illallah (Tiada Pencipta kecuali Allah), Laa Raziqa Illallah (Tiada
Pemberi Rizqi kecuali Allah), Laa Mudabbira Illallah (Tiada Pengelola kecuali Allah), Laa
Hakima Illallah (Tiada Pembuat Hukum kecuali Allah), Laa Waliyya Illallah (Tiada Pelindung
kecuali Allah), Laa Ghayata Illallah (Tiada Tujuan kecuali Allah), Laa Ma’buda Illallah (Tiada
Sesembahan kecuali Allah).
IV. Makna Muhammadurrasulullah
Rasulullah merupakan contoh teladan yang utama bagi setiap muslim dan keteladanan ini
bersifat total baik secara vertikal kepada Allah yang berupa ibadah-ibadah khusus maupun
yang bersifat horisontal kepada sesama makhluk yang berupa ibadah-ibadah yang bersifat
umum.
V. Syarat syahadat dan yang membatalkan syahadat
Syarat syahadat ada tujuh, yaitu:
1. Pengetahuan
Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib
memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi
ucapannya.
2. Keyakinan
Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat
tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.
3. Keikhlasan
Ikhlas berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna
syahadat. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak
akan diterima oleh Allah SWT.
4. Kejujuran
Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus
dinyatakan dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan.
5. Kecintaan
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Kecintaan berarti mencintai Allah dan Rasul-Nya serta orangorang yang beriman. Cinta juga
harus disertai dengan amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan
dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah
Rasulullah SAW.
6. Penerimaan
Penerimaan berarti penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan
Rasul-Nya. Dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan
jalan meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran
yang datang dari syariat Islam. Artinya, bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain kecuali
Al Qur’an dan Sunnah Rasul.
7. Ketundukan
Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara
lahiriyah. Artinya, seorang muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah-
Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Perbedaan antara penerimaan dengan
ketundukan yaitu bahwa penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan
dengan fisik. Oleh karena itu, setiap muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan
ajaran Islam dalam kehidupannya.
Yang membatalkan syahadat
1. Thaghut:
Bekerja untuk selain Allah
Memberikan kepada selain Allah (melakukan sesuatu dan meninggalkan sesuatu bukan
karena Allah)
Memberikan ketaatan kepada selain Allah
Berhukum kepada selain Allah
Benci dan lari meninggalkan keyakinan terhadap keesaan Allah
Tidak mengenal Allah dengan cara yang benar, tidak bersumber pada AlQu’an dan
sunnah
2. Syirik:
Berjampi/meru’yah tidak sesuai dengan AlQur’an dan sunnah
Berhubungan dengan jin (secara langsung)
Meminta tolong kepada yang berhubungan dengan jin
Meramal nasib
Menghadiri majelis dukun dan paranormal
Meminta berkah kepada kuburan
Meminta tolong kepada orang yang telah meninggal
Bersumpah kepada selain Allah
Merasa sial karena melihat/mendengar sesuatu
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Materi 2
Ma’rifatullah Dan Ma’rifatul Islam Sebuah hal yang harus tertanam dalam diri manusia karena pada dasarnya manusia telah
bersaksi bahwa Allah adalah Rabbnya (Q.S 7:172) dan dalam hadits Rasululllah dikatakan
bahwa jiwa manusia adalah fitrah.
1. Dengan mengenal Allah kita akan mengenal diri kita.
2. Perlu mengenal Allah karena begitu banyak dalil yang terhampar di sekitar kita yang
tidak mungkin dinafikkan baik secara akal sehat maupun dengan berbagai pendekatan
ilmu. Setiap ayat Allah akan menjadi bahan berfikir dan penambah keimanan serta
ketakwaan.
3. Hasil dari pengenalan kepada Allah adalah bertambahnya iman dan takwa sehingga
dapat memberikan ketenangan, memberikan keamanan, mendapatkan kebebasan,
memperoleh keberkahan, menjadi pemimpin dunia, mendapatkan kehidupan yang baik,
kebahagian di akhirat kita akan dimasukkan kedalam surga dan mendapatkan
keridhaan Allah.
4. Merupakan kewajiban bagi seorang muslim
5. Mengenal Allah dengan mentadaburi ayat-ayat-Nya adalah sangat penting dan utama
agar selamat dari api neraka.
Untuk mengenal Allah kita memerlukan jalan,yaitu:
1. Lewat akal:
Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:
fenomena terjadinya alam (52:35)
fenomena kehendak yang tinggi(67:3)
fenomena kehidupan (24:45)
fenomena petunjuk dan ilham (20:50)
fenomena pengabulan doa (6:63)
Ayat Qur'aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:
keindahan Al-Qur' an (2:23)
pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]
pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)
2. Lewat memahami Asma’ul Husna:
Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)
Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)
Allah sebagai pemilik (2:284)
Dan sebagainya (59:22-24)
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
3. Melalui para Rasul
Manusia juga bisa mengenal Allah melalui kisah Rasul-rasul yang diutus-Nya untuk
menyebarkan risalah-Nya.
Hal-hal yang dapat menghalangi kita untuk mengenal Allah, yaitu:
1. Kesombongan (QS 7:146; 25:21).
2. Dzalim (QS 4:153)
3. Bersandar pada panca indera (QS 2:55) .
4. Dusta (QS 7:176)
5. Membatalkan janji dengan Allah (QS 2:2&-27) .
6. Berbuat kerusakan/Fasad .
7. Lalai (QS 21:1-3) .
8. Banyak berbuat ma’siyat .
9. Ragu-ragu (QS 6:109-110)
Hakikat Rukun Islam
Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu Rukun Islam. Rukun Islam merupakan landasan
operasional dari Rukun Iman. Belum cukup dikatakan beriman hanya dengan megerjakan
Rukun Islam tanpa ada upaya untuk menegakkannya.
Syahadat adalah agreement (perjanjian) antara seorang muslim dengan Allah SWT
[7.172]. Seseorang yang telah menyatakan Laa ilaaha ilallaah berarti telah siap untuk
fight (bertarung) melawan segala bentuk ilah di luar Allah dida1am kehidupannya
[29:2].
Shalat adalah training: sebagai latihan agar setiap muslim di dalam kehidupannya
adalah dalam rangka sujud (beribadah) kepada Allah [6:162]
Zakat adalah training, yaitu sebagai latihan agar menginfakkan hartanya, karena
setiap harta seorang muslim adalah milik Allah.[57:7, 59:7]. "Engkau ambil zakat itu
dari orang-orang kaya mereka dan engkau kembalikan kepada orang-orang fakir
mereka” (HR Mutafaqun ‘alahi).
Shoum adalah training, yaitu sebagai latihan pengendalian kebiasaan pada jasmani,
yaitu makan dan minum dan ruhani, yaitu hawa nafsu. [2:185]
Haji adalah training, yaitu sebagai latihan dalam pengorbanan jiwa dan harta di jalan
Allah, mengamalkan persatuan dan persamaan derajat dengan sesama manusia.
[22:27-28]
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Defenisi Islam secara Ethimologi/Bahasa :
Islamuk Wajih : menundukkan wajah [Q.S. 4:125]
Al-istislaam : Tunduk patuh, berserah diri [Q.S. 2: 131, 3:83]
As-saliim : Suci bersih [Q.S. 26: 89]
As-salam : Selamat dan sejahtera [Q.S. 6: 54]
As-silm : Perdamaian [Q.S. 47: 35]
Sullam : Tangga, yang berarti bertahap
Defenisi Islam secara Istilah :
Islam adalah ketundukan (al-khudhu’) kepada wahyu Illahi [Q.S. 53: 4, 21:7] yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul [Q.S. 2:136, 3: 84] khususnya Muhammad saw,
sebagai hukum/ aturan Allah swt [Q.S. 5: 48-50] yang membimbing ummat manusia ke jalan
yang lurus [Q.S. 6: 153] manuju kebahagiaan dunia dan akhirat [Q.S. 16: 97, 2: 200, 28: 77]
Defenisi Islam secara Terminologis :
Menurut Sa’id Hawa dalam bukunya Al-Islam, Al-Islam adalah “menerima segala perintah
dan larangan Allah swt, yang telah diwahyukan kepada para Nabi dan Rasul.”
Letak Kesempuranaan Islam
Sempurna sistemnya (Syumuliatul Minhaj)
Berlaku sepanjang zaman (Syumuliatuzzaman)
Berlaku dimanapun dan kondisi apapun (Syumuliatul makaan)
Materi 3
Ma’rifaturrasul
Nabi Muhammad SAW seorang hamba yang dipilih Allah untuk menyampaikan ajaran Islam.
Rasul kita ini terlahir dengan nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib
pada tanggal 12 Rabbiul awal 571 M di Mekkah, sebuah daerah di bagian agak selatan
Jazirah Arab. Daerah ini biasa dibilang masih terbelakang, jauh dari pusat perdagangan,
apalagi seni dan pengatuhan, di usia enam tahun ibundanya pun pergi ke alam Baqo’.
Sedih……of course ! Muhammad melewati masa-masa yang sulit, dia hidup dengan kakeknya
yang telah berusia senja tetapi sangat menyayangi beliau. Kehidupan harus terus berjalan,
Muhammad pun menjadi sosok cerdas dan cakap. Kedewasaan jiwanya tertempa dengan baik.
Nabi Muhammad SAW memiliki sifat jujur dan adil, sabar, bijaksana, cerdas.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Materi 4
Ghauzul Fikr
Upaya – upaya yang dilakukan oleh orang kafir dilakukan secara terus menerus tanpa
mengenal lelah(Q.s 2 : 217). Tujuan merek adalah untuk menjauhkan kita dari agama islam
dan masuk kedalam agama mereka, paling tidak kita dibuatnya lalai dalam melaksanakan
ajaran islam. Dalam bahasa arab, GF masudnya ialah serangan pemikiran yang dilancarkan
oleh musuh-musuh islam secara terus-menerus dan terorganisir untuk merubah agama dan
kepribadian umat islam. Dan sebagai sasaran yang paling utama adalah remaja atau pemuda
islam. Dampaknya dari semua usaha mereka itu adalah lahirnya generasi-generasi islam yang
kosong dari pemahaman islam yang tidak mengenal agama sendiri. Untuk menjauhkan kita
dari agama islam yang kita cintai ini, yaitu diantaranya melalui :
1. Fun (hiburan) 6. Sexs
2. Food (makanan) 7. Sinema (Film)
3. Fashion (mode) 8. School (sekolah)
4. Foundation (yayasan/ lembaga) 9.Sport (Olahraga)
5. Song ( musik/lagu)
Sasaran Ghowzul Fikr
1. Menjauhkan umat Islam dari Dien (agama)-nya. QS. 17:73 ; QS. 5:49
2. Berusaha memasukkan yang sudah kosong Islamnya ke dalam agama kafir. QS. 2;217, QS.
2;120
3. Memadamkan cahaya (agama) Allah. QS. 61;8, QS. 9;32
Metode Ghowzul Fikr
1. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas.
Tasykik (pendangkalan/peragu-raguan) Gerakan yang berupaya menciptakan keragu-
raguan dan pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya.
Tasywih (Pencemaran/pelecehan) Upaya orang kafir untuk menghilangkan
kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam dengan menggambarkan Islam secara
buruk.
Tadhlil (penyesatan)
Upaya orana kafir menyesatkan umat mulai dari cara yang halus sampai cara yang
kasar.
Taghrib (pembaratan/westernisasi) Gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi
Islam, mendorong kaum muslimin agar mau menerima seluruh pemikiran dan perilaku
barat.
2. Menyerang Islam dari dalam
Penyebaran faham sekuralisme
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Penyebaran faham nasionalisme
Nasionalisme mmbunuh ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan azas kekuatan umat
Islam. (Hadits 1) .
Pengrusakan akhlak umat lslam terutama para pemudanya.
Hasil Ghowzul Fikr
1. Umat Islam menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah QS 25:30
2. Minder dan rendah diri QS 3:139
3. Ikut-ikutan QS 17:36
4. Terpecah-belah QS 30:32
Pada awalnya nilai-nilai keislaman itu sudah jelas dan pasti. Tetapi musuh Islam berusaha
menghilangkan nilai keislaman dari umat Islam secara perlahan-lahan. Maka disodorkanlah
pada muslimin nilai yang tidak Islami. Mulanya umat Islam tidak menerimanya (tidak terasa)
tapi lama kelamaan karena usaha mereka yang terus-menerus ditambah umat Islam yang
malas mengkaji Al-Qur’an dan Sunnah, maka umat Islam akan larut dan tenggelam dengan
nilai-nilai non Islam tersebut, bahkan nilai-nilai yang menyimpang dengan Islam sudah
danggap biasa. Dan sebaiknya ketika disodorkan nilai-nilai Islam mereka tidak mau
menerima Islam dan menjauh, seperti yang terjadi sekarang ini.
Materi 5
Baca, Tulis Al-Qur’an
Al-Quran adalah kalam Allah swt, yang dengan membacanya akan mempunyai nilai ibadah.
Sebagaimana ibadah yang lain, maka dalam membaca Al-Quran harus diperhatikan adab-
adabnya. Salah satu di antara adab tersebut adalah membaca dengan tartil. Tartil adalah
membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Quran dengan terang dan teratur, mengenal tempat-
tempat waqaf, sesuai dengan aturan-aturan tajwid, serta tidak terburu-buru. Semua ulama
sepakat bahwa membaca Al-Quran dengan baik dan benar adalah sebuah kewajiban bagi
seorang muslim.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Definisi Ilmu Tajwid
Lafaz tajwid menurut bahsa artinya membaguskan. Sedangkan menurut istilah,
”mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan haknya dan
mustahak-nya.” Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya
seperti sifat al-jahr, isiti’la’, istifal, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan
mustahak huruf adalah sifat yang nampak sewaktu-waktu seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa’,
dan lain sebagainya.
Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu kifayah. Sedangkan membaca
Al-Quran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid hukumnya fardhu ‘ain. Jadi, mungkin saja terjadi
seorang qari’ (pembaca Al-Quran), bacaannya bagus dan benar, namun sama sekali tidak
mengetahui ilmu-ilmu tajwid, seperti idzhar, mad wajib, mad jaiz, dan lain sebagainya. Maka
baginya sudah cukup apabila muslim yang lain sudah banyak mempelajari teori ilmu tajwid,
karena hal ini fardhu kifayah.
Firman Allah swt. dalam Al-Quran :
“...Dan bacalah Al-Quran dengan tartil.” (Al Muzammil: 4) Ali ra. menjelaskan arti tartil
dalam ayat ini, yaitu men-tajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat waqaf.
Hukum Nun Mati dan Tanwin
1. Idzhar, artinya jelas. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf
idzhar ( ع غ خ ح ه ء ). Contoh; ري ق ام وق مق
2. Idgham, artinya memasukkan. Kaidah ini ada dua macam, yaitu : Pertama, idgham
ma’alghunnah (idgham bighunnah), artinya memasukkan dengan disertai dengung. Apabila
ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ( و م ن ي ) maka dibaca dengan disertai
dengung. Kedua, idgham bilaghunnah, artinya memasukkan tanpa dengung. Apabila ada nun
mati atau tanwin bertemu dengan huruf ل dan ر maka dibaca tanpa disertai dengan
dengungan. Contoh idgham bighunnah dan idgham bilaghunnah sebagai berikut : نربم ا حتم , ا
ررمق م ورر
3. Iqlab; artinya mengubah. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ب ,
maka berubah menjadi mim dan disertai dengan dengung. Contoh : نق لخ ق ا
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
4. Ikhfa’. Artinya menutupi. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf
ikhfa’ maka dibaca dengan samar-samar (antara idzhar dan idgham). Huruf-huruf ikhfa’ ada
15 yaitu semua huruf selain huruf-huruf di atas. Contoh : م انق ا تحح
Hukum Mim Mati
Apabila terdapat mim mati dalam bacaan Al-Quran, maka hokum bacaannya adalah sebagai
berikut :
1. Ikhfa’ syafawi, yaitu jika ada mim mati bertemu ba’, maka cara membacanya mim tampak
samar disertai dengan ghunnah. Contoh : مق رق ا بنق ( ت – مق ) مق مق 2. Idgham mislain; yaitu apabila ada mim mati bertemu dengan mim, maka cara membacanya
harus disertai dengan dengungan.
Contoh : نيمرن ق بح مق ا ( م – مق )
3. Idzhar syafawi; yaitu apabila terdapat mim mati bertemu dengan selain dua huruf di
atas, maka mim harus dibaca dengan jelas tanpa ghunnah, terutama ketika bertemu dengan
fa’ dan waw. Contoh : مق حق مر ( ب – مق ) ا يارق تر
Hukum Mad
Arti mad menurut bahasa adalah ‘tambahan’, sedangkan secara istilah berarti
memanjangkan suara dengan lama ketika mengucapkan huruf mad. Hukum mad ada tiga,
yaitu :
1. Waw sukun yang huruf sebelumnya berharakat dhammah;
2. Ya’ sukun yang huruf sebelumnya berharakat kasrah;
3. Alif yang sebelumnya berharakat fathah.
Adapun mad terbagi sebagai berikut :
Pertama, mad tahabi’I atau mad asli. Panjangnya 2 harakat. Contoh : يد – اد ا ود – ا
هيح ود Kedua, mad far’i. Panjangnya dua sampai enam harakat. Pemanjangan mad ini . ا
ada yang disebabkan bertemu dengan hamzah dan ada yang disebabkan waqaf (berhenti),
ada yang disebabkan bertemu huruf sukun dan ada yang karena aslinya harus dibaca
panjang.
Mad far’i terbagi menjadi dua, yaitu :
A. Mad yang dibaca panjang karena bertemu dengan huruf hamzah :
Mad wajib muttasil, yaitu apabila mad bertemu dengan hamzah dalam satu kata.
panjangnya 5 harakat ketika easaal (terus) dan 6 harakat ketika waqaf.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Contoh : ءحقد ح Mad jaiz munfasil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam kata
yang terpisah. Panjangnya 2 sampai 5 harakat. Pembacaannya pun harus seragam.
Kalau memulai dengan 2 harakat, maka seterusnya harus dibaca 2 harakat.
Contoh :
Mad shillah thawillah, yaitu apabila ba’ dhamir bertemu dengan hamzah dalam kata
yang terpisah. Panjangnya sama dengan mad jaiz munfasil.
Contoh :
Mad badal, yaitu apabila hamzah bertemu dengan huruf mad. Panjangnya 2
harakat.Contoh :
B. Mad yang dibaca panjang karena sukun
Mad ‘arid lis sukun, yaitu apabila mad thabi’i jatuh sebelum huruf yang
diwaqaf-kan. Panjangnya 2 sampai 6 harakat. Contoh :
Mad layin, yaitu apabila berhenti pada suatu huruf yang sebelumnya waw
sukun atau ya’ sukun yang didahului oleh huruf berharakat fathah.
Panjangnya 2 sampai 6 harakat. Contoh :
Mad ‘iwadz, yaitu berhenti pada huruf yang bertanwin fathah. Panjangnya 2
harakat. Contoh :
Mad tankiin, yaitu apabila ada ya’ ber-tasydid bertemu dengan ya’ sukun.
Panjangnya 2 harakat. Contoh :
Mad lazim mutsaqal kalimi, yaitu apabila ada huruf sukun jatuh sesudah mad
badal. Panjangnya 6 harakat. Contoh :
Mad farq, yaitu apabila terdapat huruf yang ber-tasydid jatuhsetelah mad
badal panjangnya 6 harakat.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Mad lazim harmiy usyba’, yaitu huruf-huruf yang terdapat dalam pembukaan
surat. Huruf ini dibaca 6 harakat.
Mad lazim mukhaffaf harmiy, yaitu huruf yang juga terdapat dalam
pembukaan surat. Huruf ini dibaca 2 harakat.
Tanda Tanda Waqof
Dalam Al Quran ada beberapa tanda waqof yang harus difahami agar seorang pembaca Al-
quran dapat membaca alquran dengan baik tanpa mengurangi arti dari ayat ayat yang
dibacanya. Hal ini disebabkan bacaan Al-quran apabila dibaca dan berhenti ditempat yang
salah maka akan berubahlah artinya. Tanda-tanda waqof itu adalah sebagai berikut:
Dilarang berhenti / wajib terus ال
Dilarang terus / wajib berhenti م
Sebaiknya berhenti خ
Sebaiknya terus صخ
“Bacalah Al-Quran, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela bagi orang-
orang yang mempelajari dan menaatinya.” (HR. Muslim)
Istilah-Istilah dalam Al-Quran
Pertama, sajdah; sunnah melakukan sujud tilawah. Sajadah terdapat di 15 surat
dalam Al-Quran. Sujud ketika menjumpai sajdah dalam Al- Quran hukumnya sunnah
dilakukan di dalam dan di luar shalat, disunnahkan bagi yang membaca dan
mendengarkannya. Kecuali di dalam shalat, kalau imam tidak sujud, maka makamum
mengikuti imam. Disyaratkan bagi yang melakukan menghadap kiblat, suci dari
hadats, boleh dilakukan dengan diawali berdiri atau duduk, boleh juga diawali dengan
takbiratul ikram atau tanpa dengannya, diakhiri tanpa salam atau dengannya.
...Subhaa narabbiyal ’alaa.. (Maha suci Allah yang Maha tinggi)
Kedua, saktah; berhenti sejenak tanpa bernafas. Menurut Imam Hafs, saktah hanya
ada di empat tempat, cirinya ada huruf sin, yaitu :
Surat Al-Kahfi : 1-2
Surat Yasin : 52
Surat Al-Qiyamah : 27
Surat Al-Muthaffifin : 14
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Tujuan membaca saktah untuk meluruskan arti ayat-ayat tersebut di atas. Ketiga,
isymam; yaitu menampakkan dhammah yang terbuang dengan isyarat bibir, cara ini
harus langsung melihat dari seorang guru yang pernah ber-talaqqi. Isymam dibaca
ketika membaca surat Yusuf ayat 11.
Keempat, imalah; artinya membaca fathah yang miring ke kasrah. Imalah dibaca
ketika membaca surat Hud ayat 41, pada ra’ dibaca re’ (baca : seperti remote). Jadi
majreha.
Kelima, tashil; artinya membaca hamzah dengan suara yang tidak jelas sehingga mirip
ha dengan tujuan agar lebih mudah. Tashil dibaca dalam surat Fushilat ayat 44.
Dalam riwayat lain, tashil dibaca dengan menyatukan hamzah dan alif.
Keenam, ash-shofr al-mustadir; yaitu bulatan sempurna, tanda ini biasanya terdapat
di mushaf-mushaf Timur Tengah, diletakkan di atas huruf mad yang menunjukkan
bahwa mad tersebut tidak dibaca panjang, baik ketika wasal (terus) atau waqaf.
Ketujuh, ash-shofr al-mustadir, yaitu bulatan sempurna, tanda ini biasanya terdapat
pada mushaf – mushaf Timur Tengah, diletakkan di atas huruf mad yang
menunjukkan bahwa mad tersebut tidak dibaca panjang, baik ketika wasal atau
waqaf. Contoh : ئك دو
Kedelapan, ash-shofr al-mustatilul qaim; bulatan lonjong tegak, biasanya diletakkan
di atas mad. Mad tersebut tidak dibaca panjang ketika wasal, namun dibaca panjang
ketika waqaf. Contoh: ح د هر خ
Kesembilan, naql; memindahkan harakat hamzah pada huruf sebelumnya. Contoh :
ئس إل د ب سم dibaca سم ل س ئ ب
Materi 6
Catatan Fiqih
THAHARAH (Bersuci)
Thaharah artinya bersuci yaitu membersihkan diri dari najis dan hadast kecil atau besar
dan cara mensucikannya. Menurut hukum syara’, kedudukan bersuci dalam ibadah Islam
sangat penting. Thaharah termasuk syarat yang menentukan diterima atau ditolak oleh
Allah SWT ibadah seseorang.
Air dan macam-macamnya.
1. Air mutlak, hukumnya ialah bahwa ia suci lagi menyucikan. Artinya bahwa ia suci pada
dirinya dan menyucikan bagi lainnya. Antara lain :
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
a. Air hujan, salju atau es, dan air embun. Berdasarkan firman Allah SWT, ”..Dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu.” (Q.S.Al-Anfal : 11).
b. Air laut, berdasarkan hadist Abu Hurairah r.a. katanya : “Seorang laki-laki
menanyakan kepada Rasulullah, katanya : Ya Rasulullah, kami biasa berlayar di lautan
dan hanya membawa air sedikit. Jika kami pakai air untuk berwudhu, akibatnya kami
akan kehausan, maka bolehkah kami berwudhu dengan air laut? Berkata Rasulullah
SAW : “Laut itu airnya suci lagi menyucikan, dan bangkainya halal dimakan.”
c. Air telaga, karena apa yang diriwayatkan dari Ali r.a.yang artinya bahwa Rasulullah
SAW meminta seemberpenuh dari air zam-zam, lalu diminumnya sedikit dan
dipakainya buat berwudhu. (H.R.Ahmad)
d. Air yang berubah disebabkan lama tergenang atau tidak mengalir.
2. Air musta’mal, yang terpakai. Yaitu air yang telah terpisah dari anggota-anggota orang
yang berwudhu dan mandi. Hukumnya suci lagi menyucikan seperti halnya air mutlak. Hal itu
dikarenakan asalnya yang suci, sedang tidak dijumpai suatu alasan pun yang membatalkannya
dari kesucian itu.
3. Air yang bercampur dengan barang yang suci. Misalnya dengan sabun, tepung, dan lain-lain
yang bisanya terpisah dari air. Hukumnya tetap menyucikan selama kemutlakannya masih
terplihara. Jika sudah tidak, hingga ia tak dapat lagi dikatakan air mutlak, maka hukumnya
ialah suci pada dirinya, tidak menyucikan bagi lainnya.
4. Air yang bernajis, dalam hal ini terdapat dua macam pendapat :
a. Bila najis itu mengubah salah satu diantara rasa, warna, atau baunya. Dalam keadaan
ini para ulama besepakat bahwa air itu tidak dapat dipakai untuk bersuci.
b. Bila air tetap dalam keadaan mutlak, dengan arti salah satu diantara sifat tiga tadi
tidak berubah, hukumnya ia adalah suci dan menyucikan, dengan jumlah yang sedikit
atau pun banyak.
Perihal Najis
Najis adalah kotoran yang bagi setiap Muslim wajib mensucikan diri dari padanya dan
mensucikan apa yang dikenainya.
Macam-macam najis :
1. Bangkai, kecuali :
a. Bangkai ikan dan belalang.
b. Bangkai binatang yang tidak mempunyai darah mengalir, seperti semut.
c. Tulang dari bangkai, tanduk, bulu, rambut, kuku, dan kulit.
2. Darah, baik ia mengalir atau tertumpah. Misalnya yang mengalir dari hewan yang
disembelih.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
3. Daging babi.
4. Muntah.
5. Kencing.
6. Kotoran manusia.
7. Wadi, yaitu air putih kental yang keluar mengiringi kencing.
8. Madzi, yaitu air putih bergetah yang keluar sewaktu mengingat senggama atau ketika
sedang bercanda.
9. Mani. Sebagian para ulama berpendapat bahwa ia najis. Pendapat yang kuat ia adalah suci,
tetapi disunatkan mencucinya bila ia basah, dan mengoreknya bila kering.
10. Kencing dan kotoran binatang yang tidak dimakan dagingnya.
11. Binatang jallalah, yaitu binatang yang memakan kotoran yang dagingnya tidak baik bagi
manusia.
12. Khamar yaitu arak.
13. Anjing.
Macam-macam najis ada 4 tingkatan :
1. Najis mughallazah, yaitu najis yang berat. Disucikan dengan menggunakan air tujuh kali
dan satu kali dengan tanah atau debu yang suci. Contoh : benda atau anggota badan yang
dijilat anjing.
2. Najis mutawwasitah, yaitu najis yang sedang. Disucikan dengan menghilangkan najisnya
dengan air, bau, rasa, dan warnanya. Najis mutawwasitah ada 2 jenis, yaitu najis ainiah dan
najis hukmiah. Najis ainiah yang masih ada najisnya maka dibersihkan sampai tidak ada lagi
bau, rasa, dan warnanya. Najis hukmiah yaitu najis yang sudah kering dan tidak ada lagi
najisnya, maka disucikan dengan menyiramkan air pada yang terkena najis.
3. Najis mukhaffafah, yaitu najis yang ringan. Contohnya : kencing bayi laki-laki yang belum
makan kecuali ASI. Mensucikannya cukup dengan memercikkan air pada yang terkena najis.
4. Najis Ma’fu yaitu najis yang dimaafkan. Contohnya percikkan air yang tidak tentu
asalnya. Maka tidak perlu disucikan dan syah dipakai shalat atau tawaf.
Perihal hadast.
Hadast artinya yang menghalangi seorang muslim melaksanakan kewajiban ibadah seperti
sholat dan thawaf. Sebab seseorang yang sedang berhadast berada dalam keadaan tidak
suci.
Hadast ada dua macam :
a. Hadast kecil penyebabnya,
1. Keluar sesuatu dari kubul atau dubur.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2. Mengeluarkan angin berbau atau tidak berbau.
3. Mengeluarkan mazi dan wadi.
4. Menyentuh kelamin dengan telapak tangan tanpa memakai alas.
b. Hadast besar, yaitu beradanya seorang muslim dalam keadaan kotor atau jumud.
Wajib mandi janabah (junub) sebelum shalat dan thawaf. Penyebabnya :
1. Keluar mani bagi laki-laki karena mimpi waktu tidur siang atau malam.
2. Hubungan kelamin atau berzina (senggama) dengan mengeluarkan mani
ataupun tidak.
3. Seorang muslimah yang baru berhenti dari haid.
4. Seorang wanita muslim yang baru selesai nifas.
Tata cara mandi Janabah :
a. Membaca basmalah, dengan niat semata karena Allah.
b. Mencuci kotoran yang melekat pada kemaluan.
c. Berwudhu sama dengan wudhu untuk shalat, kecuali mencuci kedua kaki
ditangguhkan.
d. Menuangkan air sampai rata ke sekujur tubuh, mulai dari pangkal rambut
sampai ujung kaki didahulukan anggota yang kanan.
e. Membasuh kedua kaki dengan mendahulukan kaki kanan.
Wudhu
Wudhu adalah bersuci dengan air mengenai muka, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki.
Wudhu itu mempunyai fardhu dan rukun-rukun yang tersusun secara tertib. Perinciannya
adalah sebagai berikut :
1. Niat
2. Menyapu muka satu kali, batas muka itu panjangnya ialah dari puncak kening sampai dagu,
sedang lebarnya dari pinggir telinga sampai ke pinggir telinga yang lainnya.
3. Membasuh kedua tangan sampai siku.
4. Membasuh kepala.
5. Membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki.
6. Tertib dan berurutan.
Sunah-sunah wudhu :
1. Memulai dengan basmalah.
2. Menggosok gigi atau siwak.
3. Membasuh dua telapak tangan sewaktu hendak memulai wudhu.
4. Berkumur sebanyak 3 kali.
5. Memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya sebanyak 3 kali.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
6. Menyilang-nyilangi jenggot.
7. Menyilang-nyilangi anak jari.
8. Membasuh tiga kali setiap pelaksanaan fadhu wudhu.
9. Tayamun, artinya mulai membasuh yang kanan dari yang kiri.
10. Menggosok, maksudnya melewatkan tangan ke atas anggota wudhu bersama air atau di
belakangnya.
11. Muwalat, artinya berturut-turut membasuh anggota badan jangan sampai orang yang
berwudhu itu menyela wudhunya dengan pekerjaan lain.
12. Menyapu kedua telinga.
Hikmah thaharah
Arti thaharah dalam pengertian yang lebih luas lagi mencakupi seluruh kegiatan manusia
yang berhubungan dengan maha Pencipta Allah SWT, maupun yang berhubungan dengan diri
sendiri dan sesama manusia. Thaharah yang berhubungan dengan Allah yaitu ibadah manusia
yang beribadah wajib dalam keadaan suci. Suci niat, badan, dan pikiran jadi meliputi jasmani
dan rohani.
FIQH SHOLAT
A. Pengertian Shalat
Shalat secara lughawi berasal dari kata Bahasa Arab shallayushalli- shalaatan mengandung
makna doa atau pujian. Shalat menurut syariat Islam adalah ibadah yang terdiri dari
perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan
syarat dan rukun tertentu.
Beberapa keistimewaan shalat antara lain :
1. Shalat merupakan amalan yang disyariatkan hanya untuk umat Muhammad.
2. Perintah shalat diterima langsung oleh Nabi Muhammad dari Allah azza wa jalla.
3. Shalat merupakan media komunikasi yang canggih bagi seorang hamba kepada Allah.
4. Dengan shalat seseorang mampu menundukkan jiwa dan raganya di hadapan Allah dan
dapat merasakan betapa keagungan dan kekuasaan-Nya meliputi segala ciptaan-Nya.
Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab kelak di akhirat, jika baik shalatnya,
maka baik pula amal ibadahnya yang lain. Bila buruk shalatnya, maka buruk pula amal
ibadahnya yang lain.
B. Dalil Wajib Shalat
Dalam Q.S. Al-Hajj : 77
“Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Q.S. Al-Baqarah : 43
Q.S. An-Nisa : 103
C. Eksistensi Shalat dalam Islam
1. Shalat adalah tiang agama Rasulullah SAW bersabda :
“Pokok urusan ialah Islam, sedangkan tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah berjuang
di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dari Mu’adz)
2. Ibadah yang pertama kali diwajibkan
3. Ibadah yang pertama kali dihisab.
4. Amalan yang membedakan dengan orang kafir.
5. Amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
6. Shalat adalah kewajiban yang tak bias ditawar-tawar.
D. Hikmah disyariatkannya shalat
1. Mencegah perbuatan mungkar (Q.S. Al-ankabut : 45). Dalam sabda Rasulullah SAW :
“Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar,
maka tidaklah ia mendapat apapun dari Allah kecuali hanya bertambah jauh.” (HR.
Thabrani).
2. Mendidik menjadi pribadi disiplin.
3. Melatih menjadi pribadi yang tangguh.
4. Meninggikan derajat.
5. Diampuni dosanya.
6. Shalat melatih hidup secara tertib dan teratur.
7. Shalat mengajarkan sifat tawadhu dan rendah hati.
8. Shalat meningkatkan kesehatan jasmani secara optimal.
9. Mukjizat gerakan shalat. Dalam buku “Mukjizat Gerakan Shalat”, Drs. Madyo
Wratsongko MBA mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat saraf,
mengaktifkan sistem keringat, dan sistem pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu
oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari dalam tubuh, membiaskan
pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, dan membuka pembuluh darah di
bagian dalam tubuh.
E. Ancaman Bagi yang Enggan Shalat
1. Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa udzur sampai batas waktu habis
maka ia telah kafir. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Jabir RA Rasulullah SAW
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
bersabda : “Batas antara seseorang dengan kekeafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR.
Muslim, Ahmad dan ash-habus Sunan).
2. Tidak akan memperoleh cahaya pada hari kiamat.
F. Syarat Wajib Shalat
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Suci dari haid dan nifas
5. Terjaga (sadar)
6. Telah sampai perintah shalat kepadanya.
G. Syarat Sah Shalat
1. Sudah masuk waktu shalat.
2. Suci dari hadast besar dan hadast kecil.
3. Suci dari najis.
4. Menghadap kiblat.
5. Menutup aurat.
H. Rukun Shalat
1. Niat
2. Berdiri (bagi yang mampu)
3. Takbiratul Ihram
4. Membaca surah Al Fatihah
5. Ruku’
6. I’tidal
7. Sujud
8. Duduk di antara 2 sujud
9. Duduk tasyahud akhir
10. Membaca do’a tasyahud akhir
11. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
12. Memberi salam
13. Tertib
I. Sunah-sunah Shalat
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, akan melakukan rukuk, bangkit dari
rukuk, dan berdiri pada rakaat yang ketiga (setelah tahiyat awal).
2. Meletakkan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri ketika bersedekap.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
3. Membaca do’a iftitah sesudah takbiratul ihram.
4. Membaca “aamiin” setelah membaca surah Al-Fatihah.
5. Membaca ayat atau surah Al-Qur’an sesudah membaca surah Al-Fatihah pada rakaat
pertama dan kedua.
6. Mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan ayat atau surah Al-Quran pada rakaat pertama dan
kedua dalam shalat Maghrib, Isya, dan Subuh bagi imam.
7. Membaca takbir ketika berpindah rukun.
8. Meluruskan bagian belakang kepala dengan punggung ketika rukuk.
9. Membaca tasbih ketika rukuk dan sujud.
10. Membaca “Sami’allahu liman hamidah” ketika bangkit dari rukuk dan membaca “Rabbanaa
walakal-hamdu”.
11. Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha ketika duduk tasyahud.
12. Duduk Iftirasy dalam semua duduk shalat.
13. Duduk tawarruk ‘bersimpuh’ pada waktu tasyahud akhir.
14. Membaca salam yang kedua.
15. Memalingkan muka ke kanan dan ke kiri pada waktu membaca salam yang pertama dan
kedua.
J. Hal-hal Yang Makruh Dalam Shalat
1. Tidak menyempurnakan rukuk dan sujud.
2. Berpaling ke kanan atau ke kiri ketika shalat.
3. Menengadah ke langit.
4. Menggerak-gerakkan anggota badan.
5. Meludah ke depan.
6. Bertolak pinggang.
7. Menguap.
8. Membunyikan ruas jari tangan.
9. Menahan buang air besar, air kecil, maupun kentut.
10. Menahan keinginan makan dan minum sesudah makanan
tersedia.
11. Memejamkan mata.
12. Melakukan shalat ketika sedang mengantuk.
13. Menurunkan kain hingga mengenai lantai (bagi laki-laki).
K. Hal-hal Yang Membatalkan Shalat
1. Meninggalkan salah satu syarat sahnya shalat.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2. Meninggalkan salah satu rukun atau sengaja tidak menyempurnakannya seperti melakukan
i’tidal sebelum rukuk.
3. Banyak bergerak.
4. Berbicara dengan sengaja.
5. Makan dan minum.
PENYELENGGARAAN JENAZAH MENURUT TUNTUNAN ISLAM
A. PERSIAPAN MENGHADAPI KEMATIAN
Berkenaan dengan kematian orang lain, maka kitapun harus mempunyai persiapan untuk
menghadapinya, dari orang tersebut sakit, sekarat, sampai meninggal.
Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang sakit hukumnya sunah. Guna menghibur kesedihannya.
Menghadapi Orang Sakit Parah
Orang yang sudah sakit parah, sedang menghadapi sekarat dan kemungkkinan akan
menghembuskan nafas yang terakhir, kepadanya hendaklah dilakukan beberapa hal yang
disunahkan Rasulullah, diantaranya yaitu : 1. Dihadapkan ke kiblat, 2. Ditalqinkan dengan
kalimat tauhid, 3. Sebaiknya dibacakan Surat Yaasiiin.
Mengurus Mayat Yang Baru Meninggal
1. Memejamkan matanya, menyebut yang baik-baik saja, mendoakan dan memintakan ampun
atas dosanya.
2. Menyedekapkan tangannya diatas perut, meluruskan kakinya, dan mengatupkan mulutnya
jika ternganga, bila diperlukan boleh memakai tali pengikat.
3. Meletakkan mayat dengan posisi menghadap kiblat, sebagaimana ketika sedang sakit
parah.
4. Menutupi seluruh badanya dengan kain. Ini dilakukan agar auratnya tertutup sebagai
kehormatan baginya.
5. Dibolehkan bagi yang masih hidup mencium mayat tersebut sebagai tanda sayang dan
duka cita atas kematiannya.
6. Jika mayat punya hutang segera dibayarkan, baik dari harta peninggalan si mayat atau
dari harta keluarganya.
7. Memberitahukan kematiannya kepada keluarga, kaum kerabat, dan kaum muslimin.
8. Tidak boleh meratapi kematiannya, karena semuanya sudah menjadi ketentuan Allah
SWT karenanya keluarganya harus melepasnya dengan rela dan ikhlas.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
9. Harus dihindari dari segala sesuatu yang mengandung unsure syirik, khurafat, tahayul,
dan bid’ah seperti membakar kemenyan, membaca mantra-mantra dan lainnya
B. MEMANDIKAN JENAZAH
Hukum Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah hukumnya fardhu kifayah (wajib kolektif). Semua orang islam yang
meninggal harus dimandikan selagi dapat dijumpai tubuhnya atau sebagian tubuhnya., kecuali
ada beberapa oranng yang tidak wajib dimandikan, yaitu:
1. Orang yang mati syahid, yaitu gugur dalam jihad membela agama Allah, perang melawan
orang kafir.
2. Tubuhnya tidak memungkinkan untuk dimandikan. Seperti orang yang mati terbakar,
kulitnya melepuh atau hangus, jika dimandikan akan terkelupas atau yang lainnya.
3. Bayi yang gugur sebelum sempurna masanya dalam kandungan, dan ketika keluar sudah
tidak bernyawa (keguguran)
Persiapan Memandikan Jenazah
1. Tempat Pemandian Jenazah
Tempat ini harus tertutup agar tidak terlihat oleh orang lain dari luar, dan luas supaya
memudahkan proses memandikan.
2. Peralatan mandi jenazah, diantaranya:
a. Wadah air bersih, seperti drum, bak air, dan lain-lain.
b. Wadah air kecil, seperti ember untuk wadah air kapur barus, air sabun, air bedara, dan
lain-lain.
c. Siduk atau gayung air.
d. Dipan atau bangku untuk meletakkan jenazah, bagian kepala lebih ditinggikan, jika ada,
kalau tidak ada bisa dipangku.
e. Kapas untuk membersihkan kotoran jenazah.
f. Sarung tangan untuk menceboki jenazah.
g. Haduk untuk mengeringkan badan jenazah.
h. Kain jari untuk tutup seperlunya.
i. Orang yang akan memandikan jenazah.
Orang yang paling berhak memandikan jenazah adalah keluarga dekatnya, seperti anak,
orang tua, suami, istri, kakak, adik, paman, keponakan, dan seterusnya dari kalangan mahram
atau kerabatnya. Kalau tidak ada keluarganya boleh orang lain.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Cara Memandikan Jenazah
1. Baringkan jenazah di atas dipan atau bangku dengan meninggikan bagian kepalanya.
2. Ambil kain untuk menutupi aurat jenazah, kemudian lepaskan pakaian yang semula dipakai
oleh jenazah yang biasanya dalam keadaan kotor.
3. Yang memandikan hendaknya mulai dengan niat memandikan jenazah, lalu membaca
Basmalah.
4. Kepala dan punggung jenazah diangkat (posisi setengah duduk) lalu perutnya diurut pelan-
pelan (untuk mengeluarkan kotorannya) sambil disiram air. Setelah yakin kotorannya habis
jenazah diceboki sampai bersih (sebaiknya menggunakan sarung tangan), kemudian
masukkan jari-jari kemulutnya untuk membersihkan gigi dan mulutnya untuk membersihkan
gigi dan mulutnya (juga sebaiknya menggunakan saung tangan yang bersih), selanjutnya juga
bersihkan pula kotoran-kotoran yang ada di telinga, mata, dan hidungnya dengan kapas.
5. Jenazah di wudhu’kan sebagaimana wudhu’ untuk shalat, dengan anggota wudhu’ untuk
muka, kedua tangan sampai siku, kepala, dan kedua kaki sampai mata kaki. (wudhu’ ini juga
boleh dikerjakan setelah selesai memandikannya).
6. Jenazah dimiringkan ke kiri, lalu siram bagian kanannya sampai kaki dengan air bersih
tiga kali sambil di gosokpelanpelan dengan air sabun. Kemudian miringkan jenazah ke kanan,
lalu siram bagian kirinya dari kepala sampai kaki dengan air bersih tiga kali sambil digosok
pelan-pelan dengan air sabun. Kemudian jenazah diterlentangkan kemudian siram bagian
depannya dari kepala (muka) sampai kaki dengan air bersih tiga kali sambil digosok pelan-
pelan dengan air sabun. Selanjutnya bilaslah jenazah tersebut secukupnya hingga bersih
tidak ada air sabunnya lagi.
7. Setelah jenazah bersih, siramlah bagian kanan, kiri, dan depannya (mengulangi
sebagaimana pada posisi/cara sebelumnya) dengan air kapur barus, air bidara atau
harumharuman lainnya dari kepala sampai kaki sebanyak tiga kalitiga kali, atau boleh juga
satu atau lima kali.
8. Keringkan badan jenazah dengan handuk dengan mengambil kain basahannya diganti
dengan kain kering bersih yang bias menutup seluruh tubuh jenazah.
9. Terakhir, angkatlah jenazah pelan-pelan menuju tempat untuk mengkafaninya dengan
kain kafan yang sudah disediakan. Perlu diingat, bahwa orang yang memandikan jenazah
tidak boleh mengomentari atau membeberkan aib jenazah yang dia saksikan.
C. MENGKAFANI JENAZAH
Yang dimaksud mengkafani jenazah ialah membungkus jenazah dengan kain kafan setelah
dimandikan dan sebelum dishalatkan dengan syarat-syarat tertentu sesuai dengan syariat
islam.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Hukum Mengafani Jenazah
Hukum mengkafani jenazah fardhu kifayah sebagaimana hukum memandikannya, bagi orang
yang masih hidup, untuk jenazah orang yang beragama islam. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan berkenaan dengan mengafani jenazah ini, diantaranya adalah:
1. Kain kafan diambil dari harta peninggalan jenazah.
2. Pemakaian kain kafan harus disempurnakan (dengan sebaik-baiknya).
3. Tidak boleh berlebih-lebihan memillih kain kafan dengan harga yang mahal.
4. Jumlah kain kafan paling sedikit satu lapis, baik untuk laki-laki atau perempuan, hal ini
sudah memadai dan mencukupi tuntunan syari’at. Namun disunahkan tiga lapis untuk laki-laki
dan lima lapis unutk perempuan.
5. Warna kain kafan boleh warna apapun, namun sebaiknya warna putih.
Persiapan mengkafani Jenazah
1. Kain kafan (kain pembungkus jenazah).
2. Tikar, untuk alas bawah tempat meletakkan mayat.
3. Kapas secukupnya, untuk menutup lubang-lubang, lekukan, dan lipatan tubuh jenazah.
4. Kapur barus, ramuan daun bedara, dan minyak wangi.
5. Gunting untuk memotong, menyobek, dan melobangi kain kafan.
6. Jarum peniti, jika diperlukan dan lain-lain yang diperlukan.
Persiapan Kain Kafan
Kain kafan yang perlu dipersiapkan lebih kurang panjangnya 10 sampai 12 meter, disesuaikan
dengan besar kecilnya Jenazah (simulasi-peraga). Jika kain kafannya banyak yang perlu
dipersiapkan adalah:
1. Kain pembungkus sekujur tubuh jenazah
Buat kain pembungkus sekuju tubuh jenazah sepanjang badan jenazah dan lebihkan kira-
kira tiga jengkal untuk ikatan diatas kepala dan dibawah telapak kaki. Buat lima utas tali
dari pinggiran kain kafan untuk pengikat jenazah setelah dibungkus.
2. Kain Baju
Yaitu kain kafan yang dipola seperti baju sederhana. Ukurannya sepanjang bahu sampai
selangkangan/pantat jenazahkali dua rangkap. Kain dilipat dua lalu dibuat lobang ditengah
sebesar ukuran leher jenazah, bagian depan digunting untuk memasukkan kepala.
3. Kain sarung
Kain yang dipakai untuk bawahan jenazah. Ukuran panjangnya sepanjang ukuran pusat
sampai mata kaki jenazah, sedangkan lebarnya selebar kain kafan yang tersedia atau bias
dibalutkan dan menutupi bagian bawah jenazah (perut sampai mata kaki).
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
4. Cawat (celana dalam Jenazah)
Cawat dibuat segi empat panjang, besarnya sesuaikan dengan besar kecilnya tubuh jenazah.
Lalu digunting kedua sisinya sampai keujun untuk tali pengikat.
5. Sarung kaki dan sarung tangan
Cara pembuatanya sama dengan membuat caat (sebagaimana gambar diatas). Ukurannya
disesuaikan dengan besar kecilnya telapak kaki dan telapak tangan jenazah.
6. Sorban dan Kerudung
Sorban untuk menutup kepala jenazah laki-laki, praktis dibuat berbentuk segitiga.
Sedangkan kerudung untuk menutup kepala jenazah perempuan, dibuat segi empat.
7. Selain kain kafan, bentuk pula kapas dilebarkan secukupnya untuk menutupi lubang,
lipatan, dan persendian jenazah.
Cara Mengkafani Jenazah
1. Terlebih dahulu bentangkan tali pengikat lima utas di atas tikar pada posisi diatas kepala
(untuk pocong atas), di leher, perut, lutut, dan dibawah telapak kaki (untuk poconh bawah).
Kemudian kain kafan disusun diata stali tersebut, dengan aturan susunanya adlah kain kafan
paling luar diletakkan paling bawah dan kain kafan yang melekat langsung dengan tubuh
jenazah diletakkan paling atas.
2. Setelah semua kain kafan siap, jenazah diletakkan diatas kain kafan tsb, lalu semua
lobang lipatan, dan lekukan tubuh jenazah sebagaimana tersebut diatas ditutp dengan kapas
yang sudah ditaburih ramuan. Kemudian satu per satu kain tersebut dipakaikan kepada
jenazah dengan tetap menjaga agar aurat jenazah tidak terlihat.
3. Sebelum dibungkus, pakaikan sarung tangan dan sarung kaki dengan membungkus
telapaknya lalu diikat dibagian pergelangannya dengan tali yang ada dibagian kain tersebut.
Tangan disedekapkan kembali.
4. Yang pertama dipakaikan adalah cawat, dengan melipatkan baigan bawah keatas bagian
perut, hingga menutupi kemaluannya, lalu tali diikatkan dipinggang, layaknya memakaikan
pempes kepada anak kecil.
5. Kemudian llipatkan (bungkuskan) kain saurng sehingga menutupi aurat dari pusat sampai
mata kaki.
6. Selanjutnya pakaikan baju, dengan melipatkan bagian depan yang ada pada posisi atas ke
dada dan perut jenazah. Kepala dimasukkan melalui lobang yang tersedia. Lalu tali diikatkan
antara dua lipatan kain pada lengan dan badan jenazah, layaknya orang memakai mantel
hujan.
7. Lalu pakaikan sorban atau kerudung yang dibakutkan di kepalanya.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
8. Terakhir, bungkuskan kain panjang keseluruh tubuh jenazah, dengan cara
mempertemukan kedua sisi kanan dan kiri kain tersebut, lalu kedua sisi digulung arah yang
berlawanan antara bagian bawah (dada ke kaki) dan bagian atas (dada ke kepala)
9. Setelah sekujur badan terbungkus, jenazah diikat dengan tali yang telah disediakan.
Jumlah sebaiknya lima utas, yang diperuntukan: di bagian atas kepala (pocong atas), pada
leher, perut, lutut, dan di bagian bawah kaki (pocong bawah).
2 SHALAT JENAZAH
Shalat jenazah adalah shalat yang dilaksanakan untuk mendoakan jenazah orang Islam
setelah dimandikan, dikafani dan sebelum dikuburkan, sesuai dengan tuntunan syari’at
Islam. Pelaksanaan shalat berbeda dengan shalat biasa, yakni tanpa ruku’ dan sujud, dan
hanya empat kali takbir. Hukum shalat jenazah adalah fardhu kifayah, sebagaimana hukum
penyelenggaraan jenazah secara keseluruhan. Orang yang menshalatkan jenazah akan
mendapatkan pahala yang besar.
Syarat Sah dan Rukun Shalat Jenazah
Syarat sah shalat jenazah adalah :
1. Sebagaimana shalat biasa, maka syaratnya harus menutup aurat, suci dari hadats dan
najis dan menghadap kiblat.
2. Dilaksanakan setelah jenazah dimandikan dan dikafani.
3. Jenazah diletakkan di sebelah kiblat orang yang menshalati, kecuali shalat jenazah itu
dilaksanakan di atas kubur atau shalat jenazah ghaib.
Sedangkan Rukun shalat jenazah adalah :
1. Niat, sebagaimana shalat yang lain.
2. Berdiri jika kuasa.
3. Takbir empat kali, termasuk takbiratul ikhram.
4. Membaca surat Al-Fatihah setelah takbiratul ikhram (takbir pertama).
5. Membaca shalawat Nabi, setelah takbir ke dua.
6. Mendoakan jenazah setelah takbir ke tiga.
7. Salam, setelah takbir ke empat.
Persiapan shalat jenazah
1. Berwudhu’, untuk menghilangkan hadats kecil. Dan jika hadats besar harus mandi junub
terlebih dahulu. Juga badan harus suci dari najis.
2. Memakai pakaian yang menutup aurat dan suci dari najis.
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
3. Memilih tempat yang luas dan memadai, boleh dirumah atau dimasjid. Tempat harus suci
dari najis.
4. Jenazah harus sudah dimandikan dan dikafani.
5. Jenazah diletakkan di sebelah kiblat orang yang menshalati, membujur kepala disebelah
utara dan kaki disebelah selatan (hendaknya jenazah diletakkan ditempat yang agak tinggi,
seperti bangku atau ringgoringgo).
6. Sholat jenazah boleh dilakukan sendirian, namun sebaiknya dilakukan berjamaah.
7. Bila berjamaah, maka iman tegak tepat di arah kepala, jika jenazah laki-laki, dan di arah
perut/pinggang, jika jenazahnnya perempuan.
8. Hendaknya shaf atau barisan shalat minimal tiga baris ke belakang . Usahakan sebaiknya
jamaah minimal empat puluh orang.
9. Sebaiknya yang menjadi imam adalah keluarga dekat jenazah.
10. Setelah segalanya siap maka shalat dimulai
Cara Melaksanakan Shalat Jenazah
1. Niat untuk melakukan shalat jenazah. “Ushalli ‘ala hazel mayyiti arba’a takbiratin fardlal
kifayati (ma’muman/imaman) lillahi ta’ala”
2. Takbiratul ikhram (membaca Allahu Akbar), tangan diangkat lalu sedekap, sebagaimana
shalat biasa.
3. Membaca Surat al-Fatihah satu kali.
4. Takbir yang kedua (membaca Allahu Akbar), tangan diangkat lalu sedekap, sebagaimana
takbiratul ikhram.
5. Membaca shalawat Nabi satu kali, (sebagaimana shalawat ketika tahiyat akhir dalam
shalat biasa).
6. Takbir yang ketiga (membaca Allahu Akbar), tangan diangkat lalu sedekap, sebagaimana
takbiratul ikhram.
7. Mendoakan jenazah (wajib).
a. Jika mayatnya dewasa (sudah baligh)
“Allahummaghfir lahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu. Wa akrim nuzulahu wa wassi’
madkhalahu, wa aghsilhu bi ma’in wa isaljin wa baradin. Wa naqqihi minal khathaya yunaqqats
tsaubul abyadu minad danasi. Wa abdilhu daran Khairan min darihi wa ahlan khairan min
ahlihi. Wa qihi fitnatul qabri wa ‘azaban nar”
b. Jika mayatnya anak-anak
“Allahummaj ‘alhu lana salafan wa farathan wa ajran”
8. Takbir yang keempat (membaca Allahu Akbar), tangan diangkat lalu sedekap,
sebagaimana takbiratul ikhram
RINGKASAN MATERI AMKAI NURANI FAJRI (06081281320015) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
9. Mendoakan jenazah lagi (sunah)
“Allahumma la tahrimna ajrahhu, wa la taftinna ba’dahu, waghfir lana walahu. Wali
ikhwaninal lazina sabaquna bil iman, wa la taj’al fi qulubina ghillan lil lazina amanu, rabbana
innaka ra’ufur rahim”
10. Salam, dengan membaca assalammu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Sambil
menoleh kekanan dan salam lagi sambil menoleh ke kiri.
11. Shalat jenazah selesai.